You are on page 1of 12

ELIMINASI GAUSS

MAKALAH

Untuk Memenuhi Tugas Terstruktur


Mata Kuliah Metode Numerik
Dosen Saluky M.Kom

Di Susun Oleh: Kelompok VII


Matematika C/VII

Anggota :

1. Eko Kurniawan P. (59451064)


2. Siti Nurhairiyah (59451095)
3. Sudianto (59451098)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)


SYEKH NURJATI CIREBON
2012
ELIMINASI GAUSS

A. Bentuk Umum Sistem Persamaan Linier (SPL)


Di dalam matematika, system persamaan linier adalah kumpulan
persamaan-persamaan linier yang memiliki variabel-variabel yang sama. Bentuk
umum dari sistem persamaan linier dengan n peubah dinyatakan sebagai berikut:

. . . .
. . . .
. . . .

Dengan mengunakan perkalian matriks, kita dapat menulis persamaan di


atas sebagai persamaan matriks

Yang dalam hal ini,


adalah matriks berukuran n x n

adalah matriks berukuran n x 1

adalah matriks berukuran n x 1 (disebut juga vector kolom)

Yaitu:

B. Metode Eliminasi Gauss


Metode Eliminasi Gauss merupakan metode yang dikembangkan dari
metode eliminasi, yaitu menghilangkan atau mengurangi jumlah variabel sehingga
dapat diperoleh nilai dari suatu variabel bebas. Cara eliminasi ini sudah banyak
dikenal.
Eliminasi Gauss adalah suatu cara mengoperasikan nilai-nilai di dalam matriks
sehingga menjadi matriks yang lebih sederhana. Caranya adalah dengan
melakukan operasi baris sehingga matriks tersebut menjadi matriks yang eselon-
baris. Ini dapat digunakan sebagai salah satu metode penyelesaian persamaan
linear dengan menggunakan matriks. Caranya dengan mengubah persamaan linear
tersebut ke dalam matriks teraugmentasi dan mengoperasikannya. Setelah menjadi
matriks Eselon-baris, lakukan substitusi balik untuk mendapatkan nilai dari
variabel-variabel tersebut.
Metode ini berangkat dari kenyataan bahwa bila matriks A berbentuk
segitiga atas (menggunakan Operasi Baris Elementer) seperti system persamaan
berikut ini:

Maka solusinya dapat dihitung dengan teknik penyulingan mundur (backward


substitution):

Sekali diketahui, maka nilai dapat dihitung dengan:

Kondisi sangat penting. Sebab bila , persamaan diatas


menjerjakan pembagian dengan nol. Apabila kondisi tersebut tidak dipenuhi,
maka SPL tidak mempunyai jawaban.
Contoh:

kalikan baris (i) dengan (-2), lalu tambahkan ke baris (ii)

kalikan baris (i) dengan (-3), lalu tambahkan ke baris (iii)

kalikan baris (ii) dengan (1/2)

kalikan baris (ii) dengan (-3), lalu tambahkan ke baris (iii)

kalikan baris (iii) dengan (-2)

Solusi system diperoleh dengan teknik penyulihan mundur sebagai berikut:


Diperoleh penyelesaian x = 1, y = 2, z = 3.

1. Tata ancang pivoting


Prinsip tata ancang pivoting adalah sebagai berikut: jika = 0, cari

baris k dengan dan k > p, lalu pertukaran baris p dan baris k. Metode

eliminasi Gauss dengan tata ancang pivoting disebut metode eliminasi Gauss
yang diperbaiki (modified Gauusian elimination)
Contoh:
Selesaikan sistem prsamaan lanjar berikut dengan meetode eliminasi Gauss yang
menerapkan tata ancang pivoting.

Operasi baris 1 Operasi baris 2

Setelah operasi baris 1, elemen yang akan menjadi pivot pada operasi
baris 2 ternyata sama dengan nol. Karena itu, pada operasi baris 2, elemen baris 2
dipertukarkan dengan elemen baris 3. Tanda (*) menyatakan pertukaran baris
terjadi akibat proses pivoting. Sekarang elemen sehingga operasi
baris elementer dapat diteruskan. Tetapi, karena matriks A sudah membentuk
matriks U, proses eliminasi selesai. Solusinya diperoleh dengan teknik penyulihan
mundur, yaitu .
Melakukan pertukaran baris untuk menghindari pivot yang bernilai nol
adalah cara pivoting yang sederhana (simple pivoting). Masalah ini dapat juga
timbul bila elemen pivot sangat dekat ke nol, karena jika elemen pivot sangat
kecil dibandingkan terhadap elemen lainnya, maka galat pembulatan dapat
muncul.

Ada dua macam tata-ancang pivoting, yaitu:


a. Pivoting sebagian (partial pivoting)
Pada tata-ancang pivoting sebagian, pivot dipilih dari semua elemen
pada kolom p yang mempunyai nilai mutlak terbesar,
   , ,…,  , }

Lalu pertukarkan baris k dengan baris ke p. Misalkan setelah operasi


baris pertama diperoleh matriksnya seperti yang digambarkan pada
matriks di bawah ini. Untuk operasi baris kedua, carilah elemen x pada
baris kedua, dimulai dari baris ke-2 sampai baris ke-4, yang nilai
mutlaknya terbesar, lalu pertukarkan barisnya dengan baris ke-2.
Elemen x yang nilai mutlaknya terbesar itu sekarang menjadi pivot
untuk operasi baris selanjutnya.

Cari xterbesar, lalu


pertukarkan barisnya dengan baris ke-2

perhatikanlah bahwa teknik pivoting sebagian juga sekaligus


menghindari pemilihan pivot = 0 (sebagaimana dalam simple pivoting)
karena 0 tidak akan pernah menjadi elemen dengan nilai mutlak
terbesar, kecuali jika seluruh elemen di kolom yang diacu adalah 0.
Apabila setelah melakukan pivoting sebagian ternyata elemen pivot =
0, itu berarti system persamaan linier tidak dapat diselesaikan (singular
system)
b. Pivoting Lengkap (complete pivoting)
Jika disamping baris, kolom juga dikutkan dalam pencarian elemen
terbesar dan kemudian dipertukarkan, maka tata-ancang ini disebut
pivoting lengkap. Pivoting lengkap jarang dipakai dalam program
sederhana karena pertukaran kolom mengubah urutan suku x dan
akibatnya menambah kerumitan program secara berarti.

Contoh:
Dengan menggunkan 4 angka bena, selesaikan system berikut dengan
metode eliminasi Gauss:

a. Tanpa tata-ancang pivoting sebagian (Gauss naif)


b. Dengan tata-ancang pivoting sebagian (Gauss yang dimodifikasi)

Penyelesaian
a). Tanpa tata-ancang pivoting sebagian

Operasi baris pertama

(Tanda “ ” berarti “diisi” atau “diganti dengan”)


Jadi,

Solusinya diperoleh dengan teknik penyulihan mundur:


(jauh dari solusi sejati)
Jadi, x=(3.333, 1.001). solusi ini sangat jauh berbeda dengan solusi
sejatinya. Kegagalan ini terjadi karena  sangat kecil bila

dinbandingkan , sehingga galat pembulatan yang kecil pada

menghasilkan galat besar di . Perhatikan juga bahwa 1.569


1.568 adalah pengurangan dua buah bilangan yang hamper sama,
yang menimbulkan hilangnya angka bena pada hasil
pengurangannya.

b). Dengan tata-ancang pivoting sebagian


Baris pertama dipertukarkan dengan baris kedua sehingga 0.3454
menjadi pivot

Dengan teknik penyulihan mundur diperoleh:

(lebih baik daripada solusi a)

Jadi, solusinya adalah x = (10.02, 1.000), yang lebih baik daripada


solusi a. keberhasilan ini karena   tidak sangat kecil

dibandingkan dengan  , sehingga galat pembulatan yang kecil

pada tidak akan menghasilkan galat yang besar pada .

2. Penskalaan Kemungkinan solusi SPL


Selain dengan pivoting sebagian, penskalaan (scaling) juga dapat
digunakan untuk mengurangi galat pembulatan pada SPL yang mempunyai
perbedaan koefisien yang mencolok. Situasi demikian sering ditemui dalam
praktek rekayasa yang menggunakan ukuran satuan yang berbeda-beda dalam
menentukan persamaan simultan. Misalnya pada persoalan rangkaian listrik,
tegangan listrik dapat dinyatakan dalam satuan yang berkisar dari microvolt
sampai kilovolt. Pemakaian satuan yang berbeda-beda dapat menuju ke koefisien
yang besarnya sangat berlainan. Ini terdampak pada galat pembulatan, dank arena
itu mempengaruhi pivoting. Dengan penskalaan berarti kita menormalkan
persamaan. Cara menskala adalah membagi tiap baris persamaan dengan nilai
mutlak koefisien terbesar di ruang kirinya. Akibat penskalaan, koefisien
maksimum dalam tiap baris adalah Cara menskala seperti ini dinamakan dengan
menormalkan SPL.

Contoh:
Selesaikan system persamaan lanjut berikut sampai 3 angka bena dengna
menggunakan metode eliminasi Gauss yang menerapkan perskalaan dan
tanpa perskalaan:
+

(Solusi sejatinya dalam 3 angka bena adalah

Penyelesaian:
(i) Tanpa perskalaan

Solusinya adalah

(salah)

(ii) Dengan penskalaan


2 0.00002
:1

Solusinya,

(benar)
Yang sesuai dengan solusi sejati. Contoh di atas juga memperlihatkan
bahwa penskalaan dapat mengubah pemilihan pivot.

3. Kemungkinan solusi SPL


Tidak semua SPL mempunyai solusi. Ada 3 kemungkinan yang dapat
terjadi pada SPL:
a) Mempunyai solusi yang unik
b) Mempunyai banyak solusi, atau
c) Tidak ada solusi sama sekali
Untuk SPL dengan tiga buah persamaan atau lebih (dengan tiga peubah
atau lebih)tidak terdapat tafsiran geometrinya (tidak mungkin dibuat ilustrasi
grafiknya) seperti pada SPL dengan dua buah persamaan. Namun, kita masih
dapat memeriksa masing-masing kemungkinan solusi itu berdasarkan pada bentuk
matriks akhirnya. Agar lebih jelas, tinjau contoh pada SPL yang disusun oleh tiga
persamaan.

a). Solusi unik/tunggal

Solusi:
b). Solusi banyak/tidak terhingga

Perhatikan hasil eliminasi Gauss pada baris terakhir. Persamaan yang


bersesuaian dengan baris terakhir tersebut adalah

Yang dipenuhi oleh banyak nilai x. solusinya diberikan dalam bentuk


parameter:
Misalkan
Maka

c). Tidak ada solusi

Perhatikan hasil eliminasi Gauss pada baris terakhir. Persamaan yang


bersesuaian dengan baris terakhir tersebut adalah

Yang dalam hal ini, tidak nilai yang memenuhi, i=1,2,3


DAFTAR PUSTAKA

Munir, Rinaldi. 2003.Metode Numerik. Bandung: Penerbit Informatika

https://chiwannnk.files.wordpress.com/2012/04/gauss-jordan1.docx

http://asimtot.files.wordpress.com/2010/06/sistem-persamaan-aljabar-linear-
metode-gauss-jordan.pdf

You might also like