You are on page 1of 12

MAKALAH

PERNIKAHAN
disusun untuk memenuhi tugas Pendidikan Agama Islam

Dosen pengampu: Yeni mahmudah m.pd

Disusun oleh:
Kelompok 6

1. Nofika Priati (22032050)


2. Ali Hasan Ma'sum (22011019)

Fakultas keguruan dan ilmu pendidikan (PBSI)

&

Fakultas Hukum ( ilmu hukum)

UNIVERSITAS ISLAM DARUL ULUM LAMONGAN


KATA PENGANTAR

Puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat illahi rabbi yang telah melimpahkan
rahmat serta hidayah-Nya kepada kita semua sehingga kita dapat menyelesaikan makalah ini
yang berjudul “Pernikahan”.
Salawat serta salam marilah kita limpahkan kepada baginda kita yakni Nabi Besar
Muhammad Saw beserta keluarga dan kerabatnya.
Dengan kehadiran makalah ini mudah-mudahan dapat membantu dalam proses belajar
mengajar dalam bermakna bagi kita semuanya Amin.
Akhirnya kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
pembuatan makalah serta kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk
pembuatan makalah yang akan datang.

Lamongan, 23 Oktober 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................................................1
A. Latar belakang...........................................................................................................................1
B. Rumusan masalah......................................................................................................................1
BAB II......................................................................................................................................................2
PEMBAHASAN......................................................................................................................................2
1. Pengertian Nikah.......................................................................................................................2
2. Tujuan Dan Hikmah Nikah.........................................................................................................2
3. Tata Cara Pernikahan Dalam Islam............................................................................................3
BAB III....................................................................................................................................................7
PENUTUP...............................................................................................................................................7
a. Kesimpulan................................................................................................................................7
b. Saran..........................................................................................................................................7
Daftar pustaka..........................................................................................................................................8

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang.
Nikah adalah salah satu asas pokok hidup yang paling utama dalam pergaulan atau
masyarakat yang sempurna. Karakteristik khusus dari Islam bahwa setiap ada perintah yang
harus dikerjakan umatnya pasti telah ditentukan syari’atnya (tata cara dan petunjuk
pelaksanaannya), dan hikmah yang dikandung dari perintah tersebut. Maka tidak ada satu
perintah pun dalam berbagai aspek kehidupan ini, baik yang menyangkut ibadah secara
khusus seperti perintah shalat, puasa, haji, dan lain-lain. Maupun yang terkait dengan ibadah
secara umum seperti perintah mengeluarkan infaq, berbakti pada orang tua, berbuat baik
kepada tetangga dan lain-lain yang tidak memiliki syari’at, dan hikmahnya.
Begitu pula halnya dengan menikah. Ia merupakan perintah Allah SWT untuk seluruh
hamba-Nya tanpa kecuali dan telah menjadi sunnah Rasul-Nya, maka sudah tentu ada
syaria’atnya, dan hikmahnya.
Untuk itu pada kesempatan kali ini kami akan membahas mengapa seorang muslim dan
muslimin harus melaksanakan pernikahan di dalam hidupnya.

B. Rumusan masalah
a. Apa pengertian dari kata nikah ?
b. Bagaimana hikmah dari nikah ?
c. Apa saja nikah yang diharamkan oleh agama ?
d. Putusnya pernikahan

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Nikah

Pengertian Nikah secara bahasa adalah kumpulan, bersetubuh, akad. Secara


syar’i dihalalkannya seorang lelaki untuk perempuan bersenangg-senang,
melakukan hubungan seksual, dll.
Hukum Nikah Para fuqaha mengklasifikasikan hukum nikah menjadi 5 kategori
yang berpulang kepada kondisi pelakunya :

1. Wajib, bila nafsu mendesak, mampu menikah dan berpeluang besar


jatuh ke dalam zina.

2. Sunnah, bila nafsu mendesak, mampu menikah tetapi dapat


memelihara diri dari zina.

3. Mubah, bila tak ada alasan yang mendesak/mewajibkan segera


menikah dan/atau alasan yang mengharamkan menikah.

4. Makruh, bila nafsu tak mendesak, tak mampu memberi nafkah tetapi
tidak merugikan isterinya.

5. Haram, bila nafsu tak mendesak, tak mampu memberi nafkah sehingga
merugikan isterinya.

B. Hikmah Nikahan
Pernikahan yang sah akan mewujudkan hubungan suci antara laki-laki dan
perempuan yang di ridhoi Allah SWT. Hikmah pernikahan meliputi hal-hal sebagai
berikut:
1. Memenuhi kebutuhan biologis manusia dengan cara yang suci dan
halal.
2. Memelihara kesucian dan kehormatan dari perbuatan zina

2
3. Membentuk rumah tangga islami yang sejahtera lahir dan batin
4. Mendapatkan keturunan yang Sholih Sholihah
5. Memupuk rasa tanggung jawab

C. Tata Cara Pernikahan Dalam Islam


Islam telah memberikan konsep yang jelas tentang tata cara perkawinan
berlandaskan Al-Qur’an dan Sunnah yang Shahih (sesuai dengan pemahaman
para Salafus Shalih -peny), secara singkat penulis sebutkan dan jelaskan
seperlunya :
a. Khitbah (Peminangan)
Seorang muslim yang akan menikahi seorang muslimah hendaknya ia
meminang terlebih dahulu, karena dimungkinkan ia sedang dipinang oleh orang
lain, dalam hal ini Islam melarang seorang muslim meminang wanita yang sedang
dipinang oleh orang lain (Muttafaq ‘alaihi).

1. Akad Nikah
Dalam aqad nikah ada beberapa syarat dan kewajiban yang harus dipenuhi :
a. Adanya suka sama suka dari kedua calon mempelai.
b. Adanya Ijab Qabul.
1). Syarat ijab
a. Pernikahan nikah hendaklah tepat
b. Tidak boleh menggunakan perkataan sindiran
c. Diucapkan oleh wali atau wakilnya
d. Tidak diikatkan dengan tempoh waktu seperti mutaah.
e. Tidak secara taklik (tiada sebutan prasyarat sewaktu ijab dilafazkan)

Contoh bacaan Ijab: Wali/wakil Wali berkata kepada calon suami:"Aku


nikahkan/kahwinkan engkau dengan Delia binti Munif dengan mas
kahwinnya/bayaran perkahwinannya sebanyak Rp. 300.000 tunai".
2). Syarat qabul
a).Ucapan mestilah sesuai dengan ucapan ijab
b).Tiada perkataan sindiran
c). Dilafazkan oleh calon suami atau wakilnya (atas sebab-sebab tertentu)
d). Tidak diikatkan dengan tempoh waktu seperti mutaah(seperti nikah

3
kontrak)
e). Tidak secara taklik(tiada sebutan prasyarat sewaktu qabul dilafazkan)
f).Menyebut nama calon isteri
g).Tidak diselangi dengan perkataan lain
Contoh sebuatan qabul(akan dilafazkan oleh calon suami) : "Aku terima
nikah/perkahwinanku dengan Delia binti Munifdengan mas kahwinnya/bayaran
perkahwinannya sebanyak Rp. 300.000 tunai" ATAU "Aku terima Delia binti
Munif sebagai isteriku".

3). Adanya Mahar .

Mahar (atau diistilahkan dengan mas kawin) adalah hak seorang wanita yang

harus dibayar oleh laki-laki yang akan menikahinya. Mahar merupakan milik seorang

isteri dan tidak boleh seorang pun mengambilnya, baik ayah maupun yang lainnya,

kecuali dengan keridhaannya. Allah Berfirman: “Dan berikanlah mahar (maskawin)

kepada perempuan yang kamu nikahi sebagai pemberian yang penuh kerelaan.

Jenis mahar

• Mahar misil : mahar yang dinilai berdasarkan mahar saudara perempuan

yang telah berkahwin sebelumnya

• Mahar muthamma : mahar yang dinilai berdasarkan keadaan, kedudukan,

atau ditentukan oleh perempuan atau walinya.

4). Adanya Wali.

Yang dikatakan wali adalah orang yang paling dekat dengan si wanita. Dan

orang paling berhak untuk menikahkan wanita merdeka adalah ayahnya, lalu

kakeknya, dan saudara laki-laki nya

a). Syarat wali

1. Islam, bukan kafir dan murtad

2. Lelaki dan bukannya perempuan

3. Baligh

4. Dengan kerelaan sendiri dan bukan paksaan

5. Bukan dalam ihram haji atau umrah

4
6. Tidak fasik

7. Tidak cacat akal fikiran, terlalu tua dan sebagainya

8. Merdeka

9. Tidak ditahan kuasanya daripada membelanjakan hartanya

b). Jenis-jenis wali

1. Wali mujbir: Wali dari bapa sendiri atau datuk sebelah bapa (bapa kepada

bapa) mempunyai kuasa mewalikan perkahwinan anak perempuannya atau


cucu perempuannya dengan persetujuannya atau tidak(sebaiknya perlu
mendapatkan kerelaan calon isteri yang hendak dikahwinkan)
2. Wali aqrab: Wali terdekat mengikut susunan yang layak dan berhak
menjadi Wali
3. Wali ab’ad: Wali yang jauh sedikit mengikut susunan yang layak menjadi
wali, jika ketiadaan wali aqrab berkenaan. Wali ab’ad ini akan berpindah
kepada wali ab’ad lain seterusnya mengikut susuna tersebut jika tiada yang
terdekat lagi.
4. Wali raja/hakim: Wali yang diberi kuasa atau ditauliahkan oleh pemerintah
atau pihak berkuasa negeri kepada orang yang telah dilantik menjalankan
tugas ini dengan sebab-sebab tertentu

5). Adanya Saksi-saksi


1. Syarat-syarat saksi
a. Sekurang-kurangya dua orang
b. Islam
c. Berakal
d. Baligh
e. Lelaki
f. Memahami kandungan lafaz ijab dan qabul
g. Boleh mendengar, melihat dan bercakap
h. Adil (Tidak melakukan dosa-dosa besar dan tidak berterusan melakukan
dosa-dosa kecil)
i. Merdeka

5
4. Putusnya pernikahan

Pernikahan merupakan sebuah ikatan yang sakral dan suci. Meskipun demikian,
adakalanya pernikahan tersebut terpaksa putus suatu pernikahan dapat putus akibat
berapa hal berikut:

1. Meninggal dunia

Suatu pernikahan dapat putus di sebabkan salah satu pihak meninggal


dunia baik dari pihak suami atau istri, dengan demikian hubungan
pernikahan yang sudah di bina akan berakhir dengan sendirinya.
2. Perceraian
Selain karena sebab meninggal dunia,ikatan pernikahan dapat putus
akibat perceraian. Perceraian dapat di sebabkan oleh beberapa hal antara
lain:
1. Talak yaitu putusnya tali perikanan yang telah di jalin oleh
pasangan suami istri. Talak itu di perbolehkan namun hal
tersebut tidak di sukai oleh Allah.
2. Khulu' (talak tebus) yaitu talak yang di ucapkan suami dengan
cara istri membayar ganti rugi atau mengembalikan mahar
yang di terima dari suami

3. Fasakh yaitu batalnya pernikahan karena kerusakan pada akad,


sehingga akad tidak dapat di lanjutkan.

6
BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan

Nikah menjadi wajib atas orang yang sudah mampu dan ia khawatir terjerumus pada
perbuatan zina. Sebab zina haram hukumnya, demikian pula hal yang bisa mengantarkannya kepada
perzinaan serta hal-hal yang menjadi pendahulu perzinaan (misalnya; pacaran, pent.). Maka,
barangsiapa yang merasa mengkhawatirkan dirinya terjerumus pada perbuatan zina ini, maka ia
wajib sekuat mungkin mengendalikan nafsunya. Manakala ia tidak mampu mengendalikan nafsunya,
kecuali dengan jalan nikah, maka ia wajib melaksanakannya.
Barangsiapa yang belum mampu menikah, namun ia ingin sekali melangsungkan akad nikah,
maka ia harus rajin mengerjakan puasa, hal ini berdasarkan hadits Abdullah bin Mas'ud bahwa Nabi
saw. pernah bersabda kepada kami, "Wahai para muda barangsiapa yang telah mampu menikah di
antara kalian, maka menikahlah, karena sesungguhnya kawin itu lebih menundukkan pandangan dan
lebih membentengi kemaluan: dan barangsiapa yang tidak mampu menikah, maka hendaklah ia
berpuasa; karena sesungguhnya puasa sebagai tameng."
Kini jelas sudah mengapa kita sebagai seorang muslim dan muslimah dianjurkan untuk
menikah oleh Allah SWT. Untuk itu bagi yang sudah merasa berkewajiban untuk menikah, janganlah
merasa bingung dengan beban yang akan ditanggung setelah menikah nanti karena seperti yang
telah di jelaskan pada pembahasan sebelumnya bahwasannya Allah akan memudahkan segala
kesulitan hambaNya dan memberi kenikmatan arau rahmat yang lebih kepada hambaNya dengan
jalan pernikahan.

b. Saran
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh dari kata sempurna, namun
kami berharap para pembaca sekalian bisa mengambil manfaat dari makalah ini. Dan untuk
menyempurnakan makalah ini kami sangat mengharapkan koreksi yang bersifat membangun.

7
Daftar pustaka
http://baetysk.blogspot.com/2011/05/bab-i-pendahuluan.html

http://id.wikipedia.org/wiki/Pernikahan_dalam_Islam

http://gudangilmudanpeluangsukses.blogspot.com/2012/03/makalah-tentang-pernikahan.html

Syarifuddin Amir. 2014. Hukum perkawinan Islam di Indonesia antara fiqih munakahat dan
undang-undang perkawinan. Jakarta: kencana Prenadamedia group.

8
9

You might also like