You are on page 1of 118

Pegangan Pelayan Ibadah GKI di Tanah Papua Tahun 2023

KATA PENGANTAR

Memasuki tahun pelayanan 2023 hadir ke tengah-tengah kita sebuah buku


pegangan pelayanan di lingkungan Gereja Kristen Injili di Tanah Papua berisi
78 khotbah. Marilah kita menaikkan ucapan syukur buat kasih karunia Tuhan
yang hebat, sehingga tersedia lagi buku pegangan pelayanan atau buku
khotbah tahun 2023 yang akan digunakan dalam seluruh pelayanan ibadah di
lingkungan pelayanan GKI.
Kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pengguna buku
pegangan pelayanan yang dikeluarkan setiap tahun. Barangkali pernah
mengalami kesulitan dengan memahami teks khotbah tertentu, atau
kemungkinan lain berupa pilihan teks tidak sesuai kondisi, atau sebaliknya,
pilihan teks sangat memberkati dan menjawab kebutuhan pelayanan, semoga
dinamika yang demikian tetap menjadikan motivasi untuk terus meningkatkan
semangat pelayanan yang tinggi.
Beberapa keluhan seperti “mengapa satu teks digunakan selama pelayanan
ibadah satu minggu?” atau “mengapa teks tidak bisa di pilih dengan bebas
oleh pelayan ibadah?”, dan keluhan lain yang sejenis itu, perhatian dan
respons terhadap hal-hal demikian teratasi dengan munculnya “penertiban
pelayanan” melalui “penjabaran aspek Renstra ke lingkungan pelayanan
ibadah”, karena hal membaca satu teks selama satu minggu yang sudah terjadi
selama ini adalah salah satu langkah maju yang sudah raih dan capai selama
ini dengan baik, sehingga penataan pelayanan berdasarkan adaptasi ke
kebutuhan seperti pada Renstra GKI dengan fokus pelayanan tahunan yang
sudah tertentu, maka pelayanan ibadah yang akan berlangsung selama satu
minggu dalam satu jemaat menjadikan semua orang, khususnya warga jemaat
diperhatikan dan dilayani hak-haknya, yaitu “hak untuk mendapatkan
pelayanan firman Tuhan yang sama dalam minggu berjalan.
Siapapun yang menggunakan buku pegangan pelayanan 2023 ini, telah
terlibat dan turut serta mendoakan seluruh pelayanan yang berlangsung
sebagaimana seperti dalam isi buku ini. Kita akan selalu menjadi berkat.
Buku pegangan pelayanan tahun 2023 ini menjadi “doa dan harapan awal”
dari BPS periode 2022-2027 untuk terus menggerakkan pembaruan dalam
GKI bersama Sang Kepala Gereja GKI, yaitu Tuhan Yesus Kristus.

Jayapura, 15 November 2022


Tim Penulis

i
Pegangan Pelayan Ibadah GKI di Tanah Papua Tahun 2023

SAMBUTAN BADAN PEKERJA SINODE


GKI DI TANAH PAPUA

Syalom.
Marilah kita bersama menaikkan ucapan syukur dan doa kehadirat Allah Bapa,
Tuhan Yesus Kristus dan Roh Kudus. Allah Yang Esa dan kekal, atas rahmat,
bimbingan, pertolongan dan penyertaan Tuhan yang kuat, kita telah
dilindungi dan disertai Tuhan melewati masa-masa tersulit yang pernah kita
dan seluruh dunia hadapi, yaitu masa pandemic Covid-19.
Pada tanggal 18-24 Juli 2022 agenda gerejawi di internal GKI di Tanah Papua,
yaitu Sidang Sinode ke-18 di negeri berjuta bakau dengan perkenan Tuhan,
telah berakhir dan sukses, terpilih Badan Pekerja Sinode (BPS GKI Di Tanah
Papua periode 2022-2027.
Melalui Sidang ke-18 Sinode GKI dimaksud, telah ditetapkan tentang masa
depan perencanaan program dan kegiatan strategis gereja, yang sinergis antara
Jemaat, Klasis dan Sinode, yaitu TAP tentang Rencana Strategis (Renstra) GKI
di Tanah Papua 2022-2027. Melalui Renstra ini, fokus tahapan pelayanan
tahunan sudah ditentukan, dan untuk tahun 2022-2023 fokus tahun
pelayanan adalah “pembaruan”. Yang dimaksud dengan pembaruan adalah
penekanan kepada implementasi hasil-hasil keputusan sidang sinode yang
menekankan semangat pembaruan untuk menghadirkan berbagai inovasi
dalam persekutuan, pelayanan, kesaksian dan penatalayanan GKI Di Tanah
Papua. Dengan demikian maka aspek “sosialisasi dan konsolidasi” menjadi
prioritas utama berlangsungnya keseluruhan “penataan pelayanan”, sebab kita
sudah melewati agenda internal gerejawi, yaitu dari pemilihan Majelis Jemaat,
Pemilihan Badan Pekerja Sinode dan Pemilihan Badan Pekerja Klasis, sehingga
keseluruhan instrument organisasi semuanya baru, hal-hal prinsip gerejawi GKI
di Tanah Papua telah siap, maka fokus tahunan 2022-2023 sangat tepat dan
strategis untuk melakukan sosialisasi dan konsolidasi.

Fokus Pelayanan GKI Tahun 2023 : “Pembaruan”


Salah satu fokus misi dan pastoral di internal GKI Di Tanah Papua adalah
penataan ibadah-ibadah, baik ibadah minggu, ibadah Unsur, Ibadah Keluarga,
Ibadah KSP, Ibadah Hari Raya Gerejawi, penataan Bulan Bina Keluarga (BBK)
dikelola dengan gerakan pembaruan GKI melalui fokus tahun pelayanan 2023

ii
Pegangan Pelayan Ibadah GKI di Tanah Papua Tahun 2023

adalah “pembaruan”. Sehingga buku khotbah tahun 2023 menampakkan


dukungan yang konsisten secara spiritual melalui ibadah dan selanjutnya di
tata secara tematik tiap triwulan, sehingga dalam tahun 2023 terdapat 4 tema
triwulan yang diadaptasikan dari focus tahun pelayanan 2023 “pembaruan”,
yaitu:
(1) Pembaruan GKI: Triwulan pertama Januari-Februari-Maret 2023,
Pembaruan TUHAN kepada Manusia
(2) Pembaharuan GKI: Triwulan Kedua April-Mei-Juni 2023 Pembaruan
Hubungan Berdasarkan Kasih Kristus Diantara Sesama Manusia Sebagai
Mitra Allah yang Ekumenis, Pluralis dan Inklusif
(3) Pembaharuan GKI: Triwulan ketiga Juli-Agustus-September 2023
Pembaruan Tuhan Pencipta atas alam semesta ciptaan-Nya
(4) Pembaharuan GKI: Triwulan ke-empat Oktober-November-Desember
2023, Pembaruan Tuhan bagi GKI menjadi berkat bagi keluarga dan
bangsa - bangsa

Profil Pimpinan GKI : Ds. Mesach Koibur dan Ds. Lukas Sabarofek
Profil dalam buku khotbah GKI di Tanah Papua tahun 2023 mengambil tokoh
Ketua Sinode ke-4, yaitu Ds. Mesach Koibur dan dan Ketua Sinode ke-5
sebagai pengganti antar waktu, yaitu Ds. Lukas Sabarofek. Dua tokoh GKI ini
muncul mewakili kader Sekolah Teologi Serui angkatan kedua, sekolah teologi
ini non-gelar, sehingga semua Pendeta yang menjadi pemimpin Gereja dari
tahun 1956 sampai dengan tahun 1980, merupakan Pendeta dan Pemimpin
Gereja semuanya non-gelar. Era kepemimpinan generasi Sekolah Teologi Serui
Angkatan pertama dan kedua inilah, perubahan-perubahan besar yang tidak
pernah terduga terjadi di dalam gereja dan pemerintahan khususnya di tanah
Papua. Merekalah saksi mata yang hidup, partisipasi mereka menentukan,
entah baik atau diterima dan tidak, sejarah telah memproses dan
menghadirkan semua capaian dalam tahapan tahun sampai kita menanjak dan
mencapai masa depan seperti hari ini. Keunikan tokoh GKI ini ada pada satu
hal, yaitu mereka berdua berasal dari bangsa Biak, Biak Timur, Kepulauan
Padaido, pulau Nusi. Meskipun, Ds. Lukas Sabarofek lahir di kampung Aryom
Biak Timur, tatapi sejak kecil sudah pindah dan tinggal di pulau Nusi,
sehingga, Ds. Mesach Koibur dan Ds. Lukas Sabarofek dapat disebut “duo Nusi
atau juga duo Biak Timur”. Hal-hal berkaitan dengan “pembaruan” sebagai
fokus pelayanan tahun 2022-2023 dapat kita temukan dan baca dalam profil

iii
Pegangan Pelayan Ibadah GKI di Tanah Papua Tahun 2023

atau biografi mereka yang sudah dibuat ringkas dalam buku pegangan
pelayanan GKI atau buku khotbah GKI tahun 2023 ini.

Tata Ibadah Minggu I, Minggu II, Minggu III dan Minggu IV


Sesuatu yang berkaitan dengan pelayanan ibadah yang berlangsung selama ini,
akan memasuki pelayanan ibadah dalam “paradigma baru GKI sebagai mana
focus pelayanan 2022-2023 yaitu pembaruan”. Paradigma baru peribadatan
GKI berkaitan dengan penataan ibadah minggu, ibadah keluarga, ibadah
unsur, ibadah hari besar gerejawi dan ibadah lainnya sudah dirumuskan
seksama dalam buku Tata Ibadah GKI, yang di dalamnya mengatur tentang
keseluruhan ibadah dan unsur-unsur ibadah yang diikuti dalam seluruh proses
ritus atau ibadah. Khusus ibadah minggu, GKI pada pelayanan tahun 2023
akan menggunakan Tata Ibadah yang sesuai dengan jumlah minggu dalam
satu bulan, dan pengaturannya seperti berikut :
(1) Ibadah Minggu I dalam bulan baru akan menggunakan Tata Ibadah
Minggu I
(2) Ibadah Minggu II dalam bulan yang sama akan menggunakan Tata Ibadah
Minggu II
(3) Ibadah Minggu III dalam bulan berjalan akan menggunakan Tata Ibadah
Minggu III
(4) Ibadah Minggu IV dalam bulan berjalan akan menggunakan Tata Ibadah
Minggu IV
Dalam buku Pegangan Pelayanan tahun 2023 ini akan diletakkan pada bagian
lampiran sebagai contoh dari bentuk Tata Ibadah Minggu I, II, III dan IV.

Ucapan Syukur dan Terima Kasih kepada seluruh Warga Jemaat, PHMJ, BP,
Unsur dan BP. Klasis
Solidaritas kebersamaan GKI sebagai gereja persekutuan yang kepalanya
adalah Tuhan Yesus Kristus, meskipun kita bertempat tinggal dan berdomisili
di gunung, bukit, lembah dan ngarai, di pedalaman, di pulau-pulau, di pesisir
pantai dan teluk, di pinggiran sungai dan danau, di pinggiran kota dan di
kota-kota ; kepada semua pihak yang bekerja dengan jujur, setia dan dengar-
dengaran di negeri Injil negeri Papua, kita itu adalah Guru Sekolah Minggu
atau Pengajar, Penatua, Syamas, Pendeta, Penginjil dan Guru Jemaat, Pengajar
Katekisasi, Dosen STFT GKI I, S. Kijne Abepura, Pengajar, Dosen dan Staf
Universitas Ottow-Geissler, Pengajar dan Staf P3W GKI, Pengajar dan Staf

iv
Pegangan Pelayan Ibadah GKI di Tanah Papua Tahun 2023

SPGJ Manokwari dan Sekolah Alkitab ; dan kita itu adalah warga jemaat yang
politisi, ASN, TNI-Polri, pengusaha, pejabat, tukang sapu, pembantu rumah
tangga, pejuang kebenaran dan keadilan, warga yang di dalam penjara, di
rumah sakit, dan lain-lain pihak yang tidak kami sebut satu-persatu sebagai
Lembaga Gereja, Kami Badan Pekerja Sinode GKI di Tanah Papua periode
2022-2027 memanjatkan syukur kepada Tuhan dan menyampaikan ucapan
terima kasih dan penghargaan, karena kita semua dengan setia dan tekun
“menyembah Bapa, Anak dan Roh Kudus” melalui persekutuan ibadah-ibadah
yang di tata di jemaat-jemaat di tempat di mana kita semua diami sekaligus
menjadi warga gereja. Kiranya dengan dikeluarkannya buku khotbah 2023 ini
dapat membangun motivasi dan inovasi ibadah kreatif yang semakin
dirindukan dan dinantikan oleh semua kita sebagai warga jemaat.

Akhirnya kami juga menyampaikan ucapan syukur kepada Tuhan Yesus dan
terima kasih kepada semua penulis khotbah pada buku pegangan pelayanan
tahun 2023, Tuhan sudah karuniakan kemampuan, hikmat dan kepandaian,
dan bapak/Ibu diminta untuk menggunakannya dengan tujuan agar kita saling
melengkapi dalam membangun pelayanan pada gereja milik Tuhan Yesus di
negeri kita tanah Papua, yaitu Gereja Kristen Injili di Tanah Papua.

Jayapura, 15 November 2022


BADAN PEKERJA AM SINODE GKI DI TANAH PAPUA
Ketua Sekretaris

Pdt. ANDRIKUS MOFU, M.Th Pdt. DANIEL J. KAIGERE, S.Si


NPPG: 01-19661993-0001 NPPG: 01-19641993-0003

v
Pegangan Pelayan Ibadah GKI di Tanah Papua Tahun 2023

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ........................................................................................ i


Sambutan BPS GKI di Tanah Papua.......................................................... ii
Daftar Isi ................................................................................................ vi
Biografi Ringkas Ds. Mesach Koibur dan Ds. Lucas Sabarofek ................... xiii

Bagian Pertama:
PENDAHULUAN
Latar Belakang ......................................................................................... 1
Tujuan..................................................................................................... 3
Kerangka Khotbah ................................................................................... 4
Tata Ibadah ............................................................................................ 5
Petunjuk Penggunaan Buku ..................................................................... 5

Bagian Kedua:
ISI KHOTBAH SETIAP HARI MINGGU, HARI RAYA GEREJAWI,
KUNCI BULAN SAKRAMEN, DLL

JANUARI 2023
Pembaruan GKI Pada Pelayanan
Triwulan Pertama Januari-Februari-Maret 2023
“Pembaruan Tuhan Kepada Manusia”
01. Minggu, 01 Jan 2023 (Kejadian 9:1-17)
Tema : Berkat dan Pembaruan Perjanjian - YW ................................................ 7
02. Minggu, 08 Jan 2023 (Kejadian 15:1-21)
Tema : Abraham Teladan Pembaruan Iman - YS ......................................... 10
03. Minggu, 15 Jan 2023 (Keluaran 24:1-11)
Tema : Pembaruan dan Penyingkapan Tuhan - YW .................................... 18
04. Minggu, 22 Jan 2023 (2 Korintus 3:1-18)
Tema : Pelayan-Pelayan Perjanjian Baru - YW ............................................ 21
05. Minggu, 29 Jan 2023 (Ibrani 9:11-28)
Tema : Kristus Imam Besar Pengantara dari Perjanjian yang Baru - EsA ........ 24
06. Selasa, 31 Jan 2023 (II Tesalonika 3:1-15)
Tema : Berdoa dan Bekerja - Kunci Bulan - GM ......................................... 29

vi
Pegangan Pelayan Ibadah GKI di Tanah Papua Tahun 2023

FEBRUARI 2023
Fokus Pembaruan GKI Pada Pelayanan
Triwulan Pertama Januari-Februari-Maret 2023
“Pembaruan Tuhan Kepada Manusia”
07. Minggu, 05 Feb 2023 (Roma 9:1-29)
Tema : Orang Percaya Anak-Anak Perjanjian Di Dalam Kristus
- HUT PI 168 - YW ......................................................................... 32
08. Minggu, 12 Feb 2023 (I Korintus 11:17-34)
Tema : Kekudusan Perjamuan Malam - DM ............................................... 36
09. Minggu, 19 Feb 2023 (Zakh. 7:1-14)
Tema : Ibadah Puasa Yang Baik - Sengsara I - IR ............................................... 41
10. Minggu, 26 Feb 2023 (Markus 8:31-33)
Tema : Resiko Mengikuti Yesus - Sengsara II - IR .............................................. 45
11. Selasa, 28 Feb 2023 (Markus 14:3-9)
Tema : Yesus Diurapi - Kunci Bulan - DY ........................................................... 49

MARET 2023
Pembaruan GKI Pada Pelayanan
Triwulan Pertama Januari-Februari-Maret 2023
“Pembaruan Tuhan Kepada Manusia”
12. Minggu, 05 Maret 2023 (Lukas 18:31-34)
Tema : Penderitaan Yesus Adalah Bukti Kasih Allah Bagi Manusia
- Sengsara III - AR ......................................................................... 52
13. Rabu, 08 Maret 2023 (Ulangan 6:4-9)
Tema : Kasih Kepada Allah Adalah Perintah yang Utama - HUT YPK - AR .. 57
14. Minggu, 12 Maret 2023 (Yesaya 53:1-12)
Tema : Hamba Tuhan yang Menderita - Sengsara IV - AR .............................. 61
15. Minggu, 19 Maret 2023 (Filipi 2:1-11)
Tema : Bersatu dan Merendahkan Diri Seperti Yesus - Sengsara V - AR ........ 65
16. Minggu, 26 Maret 2023 (Yohanes 16:16-33)
Tema : Dukacita Mendahului Kemenangan - Sengsara VI - AR ....................... 70
17. Jumat, 31 Maret 2023 (Mazmur 42:2-6)
Tema : Kerinduan Kepada Allah - Kunci Bulan – AR ....................................... 73

APRIL 2023
Pembaharuan GKI Pada Triwulan Kedua April-Mei-Juni 2023
Pembaruan Hubungan Berdasarkan Kasih Kristus Diantara Sesama Manusia
Sebagai Mitra Allah yang Ekumenis, Pluralis dan Inklusif
18. Minggu, 02 April 2023 (Yohanes 19:1-16a)
Tema : Engkau Tidak Mempunyai Kuasa Apapun Terhadap Aku - Sengsara VII-NK 76

vii
Pegangan Pelayan Ibadah GKI di Tanah Papua Tahun 2023

19. Jumat, 07 April 2023 (Yohanes 19:16b-42)


Tema : Kematian Yang Menyelamatkan - Jum’at Agung – NK ....................... 80
20. Jumat, 07 April 2023 (Matius 26:36-46)
Tema : Cawan Kehendak Tuhan di Taman Getzemani - Perjamuan Kudus - SM... 85
21. Minggu, 09 April 2023 (Matius 28:1-15)
Tema : Dusta dan Kebenaran Kesaksian Saksi Mata - Paskah I - SM .............. 89
22. Senin, 10 April 2023 (Yohanes 20:24-29)
Tema : Dari Keraguan Hingga Percaya - Paskah II - NK ................................... 93
23. Minggu, 16 April 2023 (Yohanes 21:15-19)
Tema : Dalam Kasih ada Pengampunan dan Penugasan- Paskah II - NK........ 96
24. Minggu, 23 April 2023 (I Petrus 1:1-12)
Tema : Beriman Teguh Ditengah Badai Kehidupan - Paskah III - TK .............. 99
25. Minggu, 30 April 2023 (I Petrus 2:1-10)
Tema : Kristus dan Jemaat Berharga Bagi Allah - Paskah IV – NK ............... 102
26. Minggu, 30 April 2023 (Yeremia 9:23-24)
Tema : Mengenal Allah Adalah Kebahagiaan Manusia - Kunci Bulan - TK .... 105

MEI 2023
Pembaharuan GKI Pada Triwulan Kedua April-Mei-Juni 2023
Pembaruan Hubungan Berdasarkan Kasih Kristus Diantara Sesama Manusia
Sebagai Mitra Allah yang Ekumenis, Pluralis dan Inklusif
27. Minggu, 07 Mei 2023 (I Korintus 15:35-58)
Tema : Kebangkitan Tubuh - Paskah V - KM ..................................................... 107
28. Minggu, 14 Mei 2023 (Filipi 3:10-12)
Tema : Kebenaran Yang Sejati - Paskah VI - KM ......................................... 111
29. Kamis, 18 Mei 2023 (Lukas 24:50-53)
Tema : Menyembah dan Memuliakan Tuhan Yesus - Kenaikan Tuhan Yesus -YW .... 114
30. Minggu, 21 Mei 2023 (Kisah Para Rasul 1:12-26)
Tema : Pembaruan Proses Pemilihan Jabatan Gerejawi Mula-Mula - Paskah VII-YW . 116
31. Minggu, 28 Mei 2023 (Roma 8:1-17)
Tema : Roh Kristus Memerdekakan Kita - Pentakosta I – YW ......................... 118
32. Senin, 29 Mei 2023 (I Kor 2:10-16)
Tema : Roh Kudus Memimpin Dengan Hikmat - Pentaskosta II – DP ........... 121
33. Rabu, 31 Mei 2023 (Maz 16:1-11)
Tema: Bahagia Orang Saleh - Kunci Bulan - DP .......................................... 124

viii
Pegangan Pelayan Ibadah GKI di Tanah Papua Tahun 2023

JUNI 2023
Pembaharuan GKI Pada Triwulan Kedua April-Mei-Juni 2023
Pembaruan Hubungan Berdasarkan Kasih Kristus Diantara Sesama Manusia
Sebagai Mitra Allah yang Ekumenis, Pluralis dan Inklusif
34. Minggu, 04 Juni 2023 (2 Taw 15:1-19)
Tema : Pembaruan Yang Dikehendaki TUHAN - SS .................................... 127
35. Minggu, 11 Juni 2023 (Hosea 11:1-11)
Tema : Kasih Allah - SS .............................................................................. 130
36. Minggu, 18 Juni 2023 (Yun 4:1-11)
Tema : Allah Mengasihi Semua Orang - SS ................................................. 132
37. Minggu, 25 Juni 2023 (Zefanya 2:1-3)
Tema : Seruan Bertobat - SS ....................................................................... 135
38. Jumaat 30 Juni 2023 (Ibr 4:1-13)
Tema : Hari Perhentian, Hari Keselamatan - Kunci Bulan - SS ...................... 137

JULI 2023
Pembaharuan GKI pada Triwulan ketiga Juli-Agustus-September 2023
“Pembaruan Tuhan Pencipta atas alam semesta ciptaan-Nya”
39. Minggu, 02 Juli 2023 (Kejadian 1:1-2:7)
Tema : Menemukan Kebaikan TUHAN Dalam Ciptaan-Nya - ChM ............ 139
40. Minggu, … Juli 2023 (1 Kor 10:1-22)
Tema : Belajar Dari Pengalaman Terdahulu - Perjamuan Tengah Tahun - ChM.. 144
41. Minggu, 09 Juli 2023 (Keluaran 14:15-31)
Tema : Selalu Ada Jalan Keluar - ChM ....................................................... 148
42. Minggu, 16 Juli 2023 (Yosua 3:1-17)
Tema : Kuduskanlah Dirimu! Allah Yang Hidup Ada
Di Tengah-Tengah Kamu - NW ...................................................... 151
43. Minggu, 23 Juli 2023 (Mazmur 104:1-35)
Tema : Bertemu Tuhan di Alam Sekitar Kita - NW ...................................... 155
44. Minggu, 30 Juli 2023 (Mazmur 8:1-9)
Tema : Engkau Sangat Berharga - NW........................................................ 160
45. Senin, 31 Juli 2023 (Filemon 1:4-7)
Tema : Bersyukurlah Baik Atau Tidak Baik Keadaanmu - Kunci Bulan - NW .... 164

AGUSTUS 2023
Pembaharuan Triwulan ketiga Juli-Agustus-September 2023,
Pembaruan Tuhan Pencipta atas alam semesta ciptaan-Nya
46. Minggu, 06 Agustus 2023 (Kidung Agung 4:1-15)
Tema : Indahnya Ikatan Cinta - FS ............................................................. 167

ix
Pegangan Pelayan Ibadah GKI di Tanah Papua Tahun 2023

47. Minggu, 13 Agustus 2023 (Mazmur 84:1-13)


Tema : Rindu Kepada Kediaman Allah - FS ................................................ 170
48. Minggu, 20 Agustus 2023 (1 Samuel 17:40-58)
Tema : Mengandalkan Tuhan - FS ............................................................. 174
49. Minggu, 27 Agustus 2023 (Amsal 3:1-26)
Tema : Berkat Hikmat - FS......................................................................... 177
50. Kamis, 31 Agustus 2023 (Yak 4:13-17)
Tema: Rencana dan Kehendak Tuhan - Kunci Bulan - FS ............................. 182

SEPTEMBER 2023 :
Pembaharuan GKI pada Triwulan ketiga Juli-Agustus-September 2023
“Pembaruan Tuhan Pencipta atas alam semesta ciptaan-Nya”
51. Minggu, 03 Sept 2023 (Luk 14:25-35)
Tema : Orang Beriman di Dalam Mengikut Yesus Harus Memiliki Komitmen - DJ.... 186
52. Minggu, 10 Sept 2023 (Luk 16:1-9)
Tema : Pilihan Hidup Beriman Yang Bertanggung Jawab - DJ ..................... 189
53. Minggu, 17 Sept 2023 (Rom 15:1-13)
Tema : Saling Menopang Dalam Perbedaan - EA ........................................ 193
54. Minggu, 24 Sep 2023 (Kidung Agung 1:9-2:7)
Tema : Cinta Yang Mendukung dan Menyejukkan - EA .............................. 197
55. Sabtu, 30 Sept 2023 (Ams 18:10-12)
Tema: Tuhan Sumber Hidup dan Keselamatan - Kunci Bulan - EA ............... 201

OKTOBER 2023 :
Pembaharuan GKI Triwulan ke-empat Oktober-November-Desember 2023
Pembaruan Tuhan bagi GKI agar menjadi berkat bagi Keluarga dan bangsa-bangsa
56. Minggu, 01 Okt 2023 (Kol 3:18-4:6)
Tema : Pembaruan dimulai dari keluarga - YW........................................ 205
57. Minggu, 08 Okt 2023 (Mika 7:14-20)
Tema : Belas Kasih Allah - YW............................................................... 209
58. Minggu, 15 Okt 2023 (Habakuk 3:1-19)
Tema : Tuhan Mengubah Kesulitan Hidup Manusia - IR ............................ 211
59. Minggu, 22 Okt 2023 (Ef 3:14-21)
Tema : Kuasa Doa Mengubah Hidup Orang Percaya - IR ............................ 216
60. Rabu, 26 Okt 2023 (Yoh 17:20-23)
Tema : Kita Mendapat Tempat Dalam doa Yesus - HUT GKI - FM ............. 220
61. Minggu, 29 Okt 2023 (Mazmur 85:1-14)
Tema : Doa dan Pemulihan Kita - FM .................................................... 222

x
Pegangan Pelayan Ibadah GKI di Tanah Papua Tahun 2023

62. Selasa, 31 Okt 2023 (Daniel 9:1-19)


Tema : Kita Sebagai Pendoa - Kunci Bulan – FM ................................... 225
63. ………, …… Okt 2023 (Wahyu 21:9-22:5)
Tema : Masa Depan Kita, Yerusalem Baru-Perjamuan Kudus Sedunia-FM .... 227

NOVEMBER 2023
Pembaharuan GKI Triwulan Ke-Empat Oktober-November-Desember 2023
Pembaruan Tuhan bagi GKI Agar Menjadi Berkat Bagi Keluarga dan bangsa-bangsa
64. Minggu, 05 Nov 2023 (Titus 2:1-10)
Tema : Setiap Peran Dalam Keluarga Menjadi Alat Berkat - YW .................. 229
65. Minggu, 12 Nov 2023 (Zefanya 3:9-20)
Tema : Tuhan Memilih, Membaharui dan Menyelamatkan - YW ................ 231
66. Minggu, 19 Nov 2023 (Hagai 1:1-2:1)
Tema : Tubuhmu adalah Bait Roh Kudus Maka Bangunlah (1 Kor 6:19a) - YW ... 233
67. Minggu, 26 Nov 2023 (Mikha 5:1-5)
Tema : Betlehem akan Mendatangkan Seorang Yang Memerintah Israel
- Minggu Advent I - YW ................................................................ 236
68. Kamis, 30 Nov 2023 (Ams 23:17-18)
Tema: Hidup Bijaksana Yaitu Takut Tuhan - Kunci Bulan - YW ................... 238

DESEMBER 2023
Pembaharuan GKI Triwulan Ke-Empat Oktober-November-Desember 2023
Pembaruan Tuhan bagi GKI Agar Menjadi Berkat Bagi Keluarga dan bangsa-bangsa
69. Minggu, 03 Des 2023 (Daniel 7:13-15)
Tema : Nubuat Tentang Kristus dan Kekuasaan dan Kemuliaan-Nya
- Minggu Advent II - LU ................................................................. 240
70. Minggu, 10 Des 2023 (Zakh 9:9-10)
Tema : Kristus Raja Yang Adil, Jaya dan Lemah-Lembut - Minggu Advent III - LU .... 243
71. Minggu, 17 Des 2023 (Mikha 7:7-13)
Tema : Tuhan Menjadi Terangku (ay 8b) - Minggu Advent IV - LU ............. 246
72. Minggu, 24 Des 2023 (Yes 7:10-25)
Tema : Menamakan Imanuel - Minggu Pagi - LU ........................................ 249
73. Minggu, 24 Des 2023 (Mikha 5:1-4)
Tema : Yesus Kristus Sang Damai Sejahtera Kekal - Malam Kudus - LU ...... 252
74. Senin, 25 Des 2023 (Luk 1:46-56)
Tema : Syukur Atas Perkenan, Rahmat dan Selamat dari Tuhan - Natal I - JL...... 254
75. Selasa, 26 Des 2023 (Yoh 1:1-18)
Tema : Percaya Firman Telah Menjadi Manusia dan Responi dengan Benar
- Natal II - JL ................................................................................ 258

xi
Pegangan Pelayan Ibadah GKI di Tanah Papua Tahun 2023

76. Minggu, 31 Des 2023 (Filemon 1:4-7)


Tema : Bersyukur Kepada Tuhan dan Berdoa Untuk Semua Orang - JL ....... 262
77. Minggu, 31 Des 2023 (Wahyu 21:1-8)
Tema : Hidup digerakkan tujuan yakni Yerusalem Yang Baru - Kunci Tahun JL . 265
78. ………, …… Des 2023 (Wahyu 19:6-9)
Tema : Syukur Atas Perjamuan - Perjamuan Akhir tahun JL ......................... 269

Bagian ketiga :
Penutup ................................................................................................. 272

Lampiran :
Lampiran 01 : Daftar Nama Penulis Khotbah 2023 ................................. 273
Lampiran 02 : Tata Ibadah Minggu I ....................................................... 274
Lampiran 03 : Tata Ibadah Minggu II ...................................................... 277
Lampiran 04 : Tata Ibadah Minggu III ..................................................... 280
Lampiran 05 : Tata Ibadah Minggu IV ..................................................... 284

xii
Pegangan Pelayan Ibadah GKI di Tanah Papua Tahun 2023

BIOGRAFI RINGKAS
Ds. MESACH KOIBUR & Ds. LUKAS SABAROFEK

Suatu langkah besar perlu diambil dan dimulai dari hal-hal kecil, menghimpun
seluruh riwayat dari pemimpin GKI bukanlah hal yang mudah, perlu ketelitian,
kejelian, kecerdasan dan hikmat untuk merekam, merangkum dan
menyediakannya secara seksama dalam bentuk tertulis. Semua data dari tiga
tokoh GKI yang dihimpun disini, telah mendapatkan izin dari keluarga untuk
dipublikasi apa adanya, semoga upaya menyajikan dan memperkenalkan figur
Ketua Sinode GKI pada masa mereka mendapatkan kepercayaan menjadi
pimpinan Sinode memberikan manfaat bagi generasi GKI digital.
Tiga tokoh GKI yang dihadirkan melalui profil ringkas ini adalah Ds. Mesach
Koibur, Ny. Beatrix Rumbino-Koibur dan Ds. Lukas Sabarofek. Tiga tokoh
dipilih untuk disajikan bersamaan, karena : pertama, Ds. Mesach Koibur
seorang Pendeta GKI menjadi Ketua Sinode GKI dan menjadi Ketua Sinode ke-
4 melalui Sidang ke-VIII Sinode GKI di Irian Jaya di Jayapura tahun 1977 ;
kedua, Ny. Beatrix Rumbino-Koibur adalah seorang tokoh perempuan Papua,
isteri dari Ds. M. Koibur yang sering dijuluki dengan status sebagai “mama
Papua atau anggrek hitam dari Papua”; ketiga, Ds. Lukas Sabarofek seorang
yang dikemudian hari namanya abadi tercatat dalam daftar nama-nama
pimpinan Sinode GKI di Irian Jaya, sebagai Ketua Sinode GKI di Tanah Papua
pengganti antar waktu dari Ds. Mesach Koibur. Siapapun kita, tidak pernah
menduga, dan bahkan saat ini kita dibuat terkagum-kagum karena di waktu
“Ketika tertentu” pada perjalanan kepemimpinan GKI di Tanah Papua pernah
muncul tiga orang
tokoh yang tampil ke
publik dalam waktu
bersamaan, alasan
terkagum-kagum
karena sesuatu yang
tidak akan mungkin
terulang dalam perjalanan sejarah kepemimpinan GKI di Tanah Papua, kita
temukan bahwa Duo Dominos atau dua Pendeta dari satu Pulau dan
Kampung yang sama Kampung Nusi atau Pulau Nusi pada jejeran “Kepulauan

xiii
Pegangan Pelayan Ibadah GKI di Tanah Papua Tahun 2023

Padaido – Biak Timur”, memimpin GKI dalam satu periode bersamaan 1977-
1980. Duo Pulau Nusi itu adalah : Ds. Mesach Koibur dan Ds. Lukas Sabarofek
; tetapi kekaguman berikutnya adalah munculnya seorang anggrek Papua yang
menyandang predikat “mama Papua” lahir di pulau Wundi, suatu pulau yang
tidak jauh dari pulau Nusi, dalam deretan pulau-pulau Padaido di Biak Timur,
sehingga tiga tokoh GKI ini dianugerahkan Tuhan bagi negeri Papua dari
kepulauan Padaido – Biak Timur, dan dapat juga kita sebut sebagai “trio-Biak
Timur”diberikan Tuhan muncul melalui GKI di Tanah Papua. Profil dari ketiga
tokoh dimaksud dibuat secara ringkas dan disajikan di bawah ini.

Ds. Mesach Koibur


Nama lengkap Ds. Mesach Koibur, sehari-hari dipanggil
dengan nama kecil “Mecky”, dilahirkan pada hari Selasa,
tanggal 25 Mei 1937 di Kampung Nusy (Padaido Biak),
Menikah dengan Beatrix Rumbino, dari perkawinan
mereka, Tuhan lahir 5 orang anak, yaitu : Gerit, Penny,
Pdt. Sampary, Dicky dan Airam Koibur. Karena
mengenyam Pendidikan sampai ke luar negeri, Bapa Ds.
Koibur menguasai dua yaitu Bahasa Belanda dan Bahasa
Inggris.
Liku-liku perjalanan panjang dari masa masih bocah dan lugu dengan suasana
kampung Nusi yang indah, barangkali juga tidak pernah terpikirkan dalam
sanubarinya, bahwa suatu saat “ketika tertentu” namanya kelak ditorehkan
dalam deretan nama para pemimpin Gereja GKI di Tanah Papua.
Perjuangannya ke masa depan menempuh berbagai kisah yang panjang,
meninggalkan kampung halamannya, tempat dimana ia selalu bersama
keluarga, bermain bersama
sahabat di kampung
adalah kekayaan berharga
yang memicu untuk terus
melangkah menapaki masa
demi masa menuju cita
dan cinta. Saat mengunjunginya, ia mengisahkan Sebagian perjalanannya yang
sudah disiapkannya dalam Riwayat perjalanan yang ditulisnya sendiri,
demikian sebagian kisah hidup yang dituturkan-nya …

xiv
Pegangan Pelayan Ibadah GKI di Tanah Papua Tahun 2023

Pertama kali Mecky demikian nama panggilannya, masuk


sekolah”Beschavingschool” atau Sekolah Rakyat di kampung Korido tahun
1946, di sini ia mengenyam Pendidikan selama 3 tahun, 1946-1949, di Korido
kala itu sudah ada sekolah sambungan (vervolkschool) bagi kaum pria berpola
asrama atau Jongensvervolg School (JVVS), sehingga Mekky melanjutkan
Pendidikan di JVVS-Korido dari tahun 1949 hingga tahun 1952. Setelah selesai
dari sekolah sambungan JVVS Korido dalam tahun yang sama 1952 di pilih
untuk melanjutkan Pendidikan ke Primaire Middlebare School (PMS) di
Holandia – Kotaraja, dari tahun 1952-1955. Mecky adalah salah satu lulusan
PMS-Kotaraja-Holandia yang di pilih untuk melanjutkan Pendidikan
kependetaan di Sekolah Teologi Serui, Angkatan kedua, dari tahun 1955-1959.
Teman-teman Angkatan kedua Sekolah Teologi Serui hingga Sekolah Teologi
dipindahkan ke Holandia Binnen mereka berjumlah 11 (sebelas) orang, yaitu :
1. W. Giay dari Resor Nimboran (Genyem)
2. F. Ondi dari Jayapura
3. M. Jochu dari Jayapura
4. M. Koibur dari Resor Biak
5. L. Sabarofek dari Yapen-Waropen
6. I. Marjen dari Resor Manokwari
7. D. Hamadi
8. H. Poey
9. Th. Suangboraro
10. S. Rumere Baliem dari Baliem
11. J. Okoka dari Sentani
Setelah menyelesaikan Sekolah Teologi di Holandia-Binnen, ia diteguhkan
menjadi Pendeta dan pertama kali ditugaskan di Jemaat GKI Maranatha Biak
(Sekarang Biak Selatan) dari tahun 1959-
1961. Setahun kemudian menikah dengan
seorang gadis dari pulau Wundi Biak
Timur, gadis ini sudah dikenalnya sejak
masa Sekolah Rakyat dan MVVS di Serui,
yaitu Nn. Beatrix Rumbino tahun 1960.
Setelah Ds. M. Koibur menikah, setahun
kemudian tahun 1961 dipilih oleh Sinode GKI untuk melanjutkan Pendidikan
ke Negeri Belanda, kali ini Ds. Koibur dipilih bersama dengan 3 (tiga) orang
sahabat lainnya, yaitu Pdt. Jan Mamoribo, Jack Deda dan Origenes Holoyoku
melanjutkan Pendidikan di Zendingshogeschool di Oegsgeest, Nederlanad

xv
Pegangan Pelayan Ibadah GKI di Tanah Papua Tahun 2023

1961-1962. Oleh karena situasi politik di Papua berkaitan dengan peralihan


pemerintahan Belanda – Untea – jelas mengarah ke Jakarta - Indonesia, maka
situasi ini berdampak terhadap kepulangan warga Belanda ke negeri Belanda,
pada waktu yang bersamaan juga disampaikan kepada semua pemuda-pemudi
Papua yang berada di kota-kota studi di
luar negeri juga diminta untuk kembali
ke Papua, maka kepulangan Ds. Koibur,
Ds. Mamoribo, Hokoyoku dan Deda ke
Papua adalah bagian dari mengalami
langsung kebijakkan itu, sehingga
pendidikan di Zendingshogeschool tidak
diselesaikan sesuai waktu. Ds. Koibur dan
Ds, Mamoribo langsung ke Papua, sedangkan Ori Hokoyoku dan Jack Deda
melanjutkan Pendidikan di Jakarta diurus oleh H. I. Enklaar.
Ds. Koibur cakap dan fasih gunakan bahasa Inggris, ia turut serta dan dilatih
menjadi pemimpin pandu patfinder, yaitu “kursus kepemimpinan Pandu
Australia-Pasifik (Wood Badge Course ke-76) di Sidney, Australia dari Agustus-
September 1960 sebelum akhirnya terpilih untuk berangkat study di
Zendinghogeschool, Belanda.
Memperhatikan perkembangan kepemimpinan Badan
Pekerja Sinode Umum yang dihasilkan dari Sidang-
Sidang Sinode Umum, Ds. Koibur masuk di rana
kepemimpinan aras Sinode sejak Sidang Sinode
Darurat di Holandia Binnen tahun 1962. Salah satu
penyebab dari Sidang darurat adalah “semua orang
Belanda tanah Papua akan pulang ke negeri Belanda”
maka pendampingan dan pembimbingan administratif
organisasi GKI yang selama ini dilakukan oleh Badan
Zending sebagai komitmen untuk membangun
percepatan kemandirian GKI di kemudian hari, yaitu
melalui jabatan Sekretaris Umum Sinode yang selama
ini dijabat oleh Pendeta yang diutus dari Badan
Zending Belanda, selanjutnya akan diambil over atau digantikan oleh seorang
Pendeta anak asli Papua yang selanjutnya menjabat sebagai Sekretaris Umum
Badan Pekerja Sinode, Jabatan Sekretaris Umum GKI bila diurut sejak tahun
1956, maka akan ditemukan, dua orang Zendeling Belanda yang pernah

xvi
Pegangan Pelayan Ibadah GKI di Tanah Papua Tahun 2023

menjabat Sekretaris Umum Sinode GKI adalah Ds. F. C. Kamma (1956-1969)


pada Sidang Sinode Pertama dan Sidang Sinode ke-2 di Manokwari oleh Pdt.
A. Rigters (1959-1962), setelah Rigters melalui Sidang Sinode ke-3 darurat di
Holandia Binnen (1962), Sidang Sinode ke-4 di Sukarnapura (1965) dan Sidang
Sinode ke-5 di Jayapura (1968) jabatan Sekretaris Umum selama tiga periode
berturut-turut tanpa jedah di jabat oleh Ds. Mesach Koibur. Pada Sidang
Sinode ke-7 di Sorong (1975) Ds. Mesach Koibur dipilih dalam jabatan Wakil
Ketua Sinode Am GKI (1974-1977), dan pada Sidang Sinode ke-8 di Jayapura,
Ds. M. Koibur dipilih menjabat Ketua Sinode Am GKI (1977-1980)
Bila memperhatikan Ds. Mesach Koibur dalam memasuki pengalaman
kepemimpinan untuk pertama kali dalam jabatan Sekretaris Umum, maka
kecepatan perkembangan GKI dalam merespons kemandirian pengelolaan
administrasi Gereja membutuhkan waktu paling lama 6 tahun (1956-1962),
aspek “pembaruan” dalam GKI justru tampak disini, yaitu “jabatan
administrative Gereja sudah mandiri dikelola oleh anak-anak GKI sendiri”.
Maka arah dari menulis tokoh Sinode GKI ke-4 ditemukan sejalan dengan
pergumulan Sidang Sinode ke-18 GKI di Tanah Papua Waropen, bahwa tahun
2023 gerakan pelayanan dalam GKI di tanah Papua yang sudah dirumuskan
melalui Renstra GKI 2023-2024 adalah “pembaruan” di mana keseluruhan
keputusan yang dihasilkan melalui Sidang Sinode adalah “hal baru” bagi
kepemimpinan Gereja GKI yang perlu ditindaklanjuti dengan sosialisasi sebagai
jalan kreasi dan inovasi pelayanan Gereja secara kontinu atau berkelanjutan.
Beberapa pengalaman organisasi yang sudah diikutinya baik sebelum menjabat
Ketua Sinode ke-4 dan sesudahnya, beragam, beberapa diantaranya akan
diurutkan seperlunya, antara lain : pernah menjabat Ketua Klasis Biak Utara,
Ketua Klasis Numfor, Ketua “Kobeoser” Ikatan Pelajar Pelajar-Mahasiswa
Papua di Tanah Belanda (1961-1962), menjadi anggota BPL-Dewan Gereja-
Gereja di Indonesia (DGI) di Jakarta, pendiri sekaligus sebagai Ketua Umum
pertama Club Sepakbola Persipura (1965-1970), dan Persipura di bentuk dan
merayakan hari jadi Persipura sesuai tanggal lahir Ds. M. Koibur 25 Mei 1965.
Pada masa jedah dari jabatan di Sinode tahun 1971-1973, Ds. M. Koibur
menjadi Pelayan Jemaat Maranatha Biak Kota sekaligus menjabat Sekretaris
Klasis Biak Selatan. Saat Pdt. W. Maloali menjabat Ketua Sinode untuk periode
kedua, dan pembangunan PUSPENKA sudah selesai dikerjakan, Ds. M. Koibur
saat itu menjabat Wakil Ketua Sinode GKI selanjutnya dipercayakan menjabat
Ketua atau Direktur PUSPENKA GKI yang pertama. (1974-1977), saat

xvii
Pegangan Pelayan Ibadah GKI di Tanah Papua Tahun 2023

menjabat Ketua Sinode ke-4, tiga Jabatan lainnya yang dijabat adalah
anggota BPL-DGI (1977-1980), anggota DPRD Provinsi Dati I Irian jaya dari
Fraksi Karya Pembangunan, wakil Ketua Fraksi (1977-1984) dan menjabat
Ketua Badan Kerjasama Kerukunan Hidup Antar Umat Beragama (BKKHAUA)
Provinsi Irian Jaya (1977-1984), dipercayakan menjabat Sekretaris BP.YPK Irian
Jaya (1984), Sekretaris Yayasan Diakonia GKI (1984), dan Pelayan Jemaat GKI
Maranatha Ardipura I-III (985), Sekretaris Klasis Jayapura (1990) dan Wakil
Ketua Klasis Jayapura (1994)
Peran strategis yang pernah digiatkan sesuai kapasitas Ds. M. Koibur baik secara
local, nasional dan internasional dapat juga dipahami sebagai “proses
pembentukan jatidiri kepemimpinan”, sehingga ia pada saat “Ketika tertentu”
dipercayakan untuk menjadi seorang pemimpin dalam GKI di tanah Papua,
antara lain : sejak di negeri Belanda, ia berupaya keras mengorganisir rencana
kunjungan Pelajar-Mahasiswa Papua di Negeri Belanda ke Jakarta dalam rangka
perundingan dengan Presiden Soekarno tentang TRIKORA Juli 1962. Pada
tahun yang sama (1962) Pemerintah
Belanda di Den Haag meminta dan
menugaskan untuk mengunjungi
Nederlands Nieuw Guinea dengan
tugas memantau situasi sehubungan
dengan konfrontasi Indonesia
(Trikora) serta meyakinkan rakyat
Papua dan Pemerintah Nederlands
Nieuw Guinea, bahwa “plan
Bunker” akan diterima dan melalui
New York Agreemen nanti, daerah
ini akan diserahkan kepada Indonesia melalui PBB. Dalam kunjungan ini Ds.
Koibur ditemani Hennan Wanma (alm) mantan KAKANWIL Penerangan Propinsi
Irian Jaya. Pertemuan sosialisasi ini diadakan dengan pihak Gubernur, para
Residen, partai-partai politik di semua kota di Nederlands Nieuw Guinea sambil
menyaksikan demonstrasi-demonstrasi rakyat yang sangat menentang rencana
Amerika dan PBB. Pada tanggal 15 Agustus 1962, terbang dengan pesawat
Dakota dari Merauke menuju Biak dan siang hari itu pilot menginformasikan
bahwa “plan Bunker” sudah ditanda-tangani/diterima PBB menjadi “New York
Agreemen” sesudah itu terlibat dan sibuk mengatur evakuasi keluarga-keluarga
Belanda yang sudah mau pulang ke negeri Belanda – Agustus 1962.

xviii
Pegangan Pelayan Ibadah GKI di Tanah Papua Tahun 2023

Saat menjabat Sekretaris Umum GKI mengorganisir secara bertahap semua


pelayan atau pejabat GKI di Irian Barat mengikuti berbagai macam konsultasi
baik yang diselenggarakan Dewan-Dewan Gereja Di Indonesia di Salemba 10
Jakarta dalam rangka memahami situasi dan kondisi bangsa Indonesia yang
telah lewat TRIKORA mengembalikan Irian Barat ke pangkuan Ibu Pertiwi dan
karenanya perlu diciptakan suasana kesatuan dan persatuan dan damai untuk
membangun daerah Irian Barat agar setaraf dengan daerah-daerah Indonesia
lainnya 1963-1964. Dipercayakan untuk memimpin perutusan kepanduan Irian
Barat menghadiri konsultasi Gerakan Pramuka di Pasar Minggu, Jakarta untuk
menyatukan pemahaman dan sekaligus persiapan pengalihan Padvinderei
(Gerakan kepanduan) ke dalam Gerakan Pramuka Indonesia – 1964. Pada
tahun berikut, 1965 memimpin delegasi Sinode Umum GKI di Irian Jaya
menghadiri Sidang Raya Dewan Gereja-Gereja di Indonesia (DGI) ke-IV di
Senayan Jakarta, saya memimpin ibadah dan khotbah pada ibadah
pembukaan Sidang Raya ini. Dan di dalam Sidang Raya DGI ke-IV ini Gereja
Kristen Injili di Irian Jaya resmi diterima sebagai anggota Dewan Gereja-Gereja
di Indonesia (DGI). Menjadi anggota delegasi Dewan Gereja-Gereja di
Indonesia (DGI) mengunjungi Australia dan Selandia Baru. Pada waktu
perjalanan Kembali lewat Papua New Guinea dan menjadi tamu Lutheran
Churc di Port Moresby – Agustus 1965 – dalam percakapan-percakapan di luar
negeri sangat dirasakan pengaruh konfrontasi Indonesia dengan Malaysia.
Sementara orang berpendapat bahwa pengaruh komunis sangat berbahaya
dan akan menghancurkan negara Indonesia. Namun secara Nasional selalu
dikatakan bahwa hal itu tidak mungkin terjadi di dalam negara Pancasila kita.
Ternyata sebulan kemudian pecah Gerakan 30 September PKI. – Agustus 1965.
Dalam tahun 1965 Salah satu kunjungan yang penting terkait dengan masa
depan pelayanan GPM dan Jemaat-Jemaat yang ada di tanah Papua, yaitu
mengunjungi Gereja Protestan Maluku (GPM) dan menghadiri Sidang Sinode
GPM di Ambon dan menandatangani pernyataan Kerjasama Pengalihan
Jemaat-Jemaat GPM ke dalam GKI 1 Desember 1965. Dalam suasana
pengganyangan PKI saya berpidato sebagai Sekretaris Parkindo Irian Barat
membela GPM di Rapat Raksasa KODIM supaya GPM dimungkinkan
melayani masyarakat yang terlibat G30 S-PKI. Tiga tahun kemudian, 1968
diberikan kepercayaan atas nama Gereja Kristen Injili di Irian Jaya menghadiri
Sidang Raya Gereja-Gereja se-Dunia (WCC) di Uppsala Swedia – Juli 1968.
Dan pada saat ini Ds. Yan Mamoribo adalah Ketua Sinode ke-3 sedang

xix
Pegangan Pelayan Ibadah GKI di Tanah Papua Tahun 2023

berobat di negeri Belanda karena sakit, dari Negeri Belanda, ia ikut dalam
Sidang Raya ini sebagai tamu. Dalam Sidang Raya WCC di Uppsala ini, Gereja
Kristen Injili di Irian Jaya diterima resmi sebagai Anggota Dewan Gereja-
Gereja se-Dunia (DGD/WCC)
Mewakili GKI di Irian Jaya menghadiri Sidang Sinode BNKP Nias di teluk
Dalam 1974, sesudah itu mengikuti pusat-pusat Sinode HKBP di Tarutung dan
GBKP di Kebonjahe Sumatera Utara. – 1974, lanjut mewakili GKI menghadiri
Sidang BPL-DGI di Palangkaraya Kalimantan Tengah – 1974. Kehadiran GKI di
Irian Jaya menghadiri Sidang Raya se-Asia (CCA) diselenggarakan di Penang,
Malaysia sangat penting dan strategis. Dalam sidang ini dimunculkan delegasi
Australia. Masalah-masalah yang tidak berperi-kemanusiaan – Pelanggaran
HAM di Irian Jaya akibat kekejaman yang dilakukan ABRI di Jayawijaya
(Wamena) waktu itu – 1977. Dengan penuh kearifan Ds. Koibur berusaha
menjelaskan kepada Sidang Raya CCA tentang situasi dan kondisi daerah dan
orang Papua dan apa sikap NKRI. Pada tahun yang sama dipercayakan
memimpin delegasi Badan Pekerja Sinode GKI mengunjungi Pusat-Pusat
Zending/Gereja dari Zending der Nederlandse Hervormde Kerk di Oegstgeest,
Belanda, Zending der Gereformeerde Kerken in Nederland di Leusden
Belanda. Dan Vereinigle Evangelize Mission (VEM) di Wupertala, Jerman dan
Bassel Mission di Swiss. – 1977. Maksud kunjungan ini adalah GKI hendak
mempererat hubungan Kerjasama antar GKI dengan Badan-Badan Zending
bersangkutan untuk pemantapan diri GKI menghadapi tanggungjawab
melayani Gereja dan masyarakat dalam situasi sosial politik yang sedang
dihadapi. Sebagai ketua Sinode GKI di Irian Jaya bersama dengan isteri Ny.
Beatrix Rumbino-Koibur atas undangan VEM menghadiri perayaan Yubelium
Zending Jerman (VEM) di Wupertala, Jerman Barat bersama dengan ribuan
pimpinan Gereja lainnya di seluruh dunia. – 1978. Dalam perjalanan pulang
mengunjungi Belanda, Jakarta dan menghadiri Sidang Sinode Gereja Protestan
Maluku (GPM) di Ambon. Meminta Sinode GPM Ambon agar tidak
mendirikan Gereja Baru di Irian Jaya karena bertentangan dengan Prinsip-
Prinsip Oikumenis PGI. (Sebagian besar biografi ini dikembangkan dari naskah
tulisan tangan pribadi yang ditulis oleh Ds. Mesach Koibur di Jayapura 4
September 2003, ditandatangani sendiri)

xx
Pegangan Pelayan Ibadah GKI di Tanah Papua Tahun 2023

Ny. Beatrix Rumbino-Koibur


Nama lengkap Beatrix Rumbino, sehari-hari akrap
dipanggil dengan nama kecil “Trix”, dilahirkan di
kampung dan pulau Wundi dalam gugusan pulau-pulau
Padaido di Biak Timur, lahir pada hari Senin, 10 Juli
1939, menempuh Pendidikan Sekolah Rakyat di
kampung Sorido (1947-1950) melanjutkan pendidikan di
sekolah sambungan perempuan MVVS Serui-Yapen
(1950-1953), ia kemudian disiapkan menjadi pengajar
atau guru desa, sehingga melanjutkan Pendidikan di
Opleiding School Voor Volksonderwijser (OVVO) dari
1953-1955 kemudian hari OVVO diubah menjadi Opleiding School voor
Dorps Onderwijser (ODO) Serui. Setelah itu melanjutkan kursus Guru jemaat
di Yapen Serui 1955-1956. Ia kemudian dipercayakan menjadi Guru Lagere
School B (SD) di Biak sekaligus menjadi Guru Jemaat, dan menjadi Ketua
Kaum Ibu Biak (1956-1960).
Semenjak ke negeri Belanda saat mengikuti suami Ds. Koibur untuk
Pendidikan, ia juga sempatkan diri untuk menimba ilmu di suatu Akademi
Kepandaian Putri di Leiden, Nederland
(1961-1962). Sekembalinya dari negeri
Belanda menjadi wakil Ketua Persekutuan
Wanita Irian Barat (PERWIB) dari 1963-1975,
saat Ds. Koibur menjabat Wakil Ketua
Sinode, ia diangkat menjadi Ketua
Persekutuan Ibu-Ibu Sara (Persekutuan Isteri-
Isteri Pendeta GKI di tanah Papua) dari 1976-
1980. Kiprah-nya di organisasi dan
kepengurusan Persekutuan Wanita Kristen terbilang sangat lama, dimulai dari
Persekutuan Wanita Irian Barat
(PERWIB) sebagai wakil ketua tahun
1965-1975 ; kemudian Persekutuan
Wanita Kristen Indonesia (PWKI) Irian
Barat, coordinator Bidang Kerohanian
(1965-1982), Ketua Himpunan Wanita
Karya (HWK) Provinsi Irian Jaya (1981-
1988); sejak tahun 1982 aktif dalam

xxi
Pegangan Pelayan Ibadah GKI di Tanah Papua Tahun 2023

beberapa organisasi sekaligus, yaitu Pejabat sementara Ketua PWKI Irian Jaya
(1982-1987), Ketua Biro Wanita Golkar (1982-1987), melalui Pemilihan
Umum 1982 sebagai ia dipilih menjadi Anggota DPRD Provinsi Irian Jaya
(1982-1987), Anggota tim Penggerak PKK Provinsi Irian jaya (1982-1987) ;
ketua PWKI 1987-2002. Pengurus Badan Koordinasi Organisasi Wanita
(BKOW) Provinsi Irian Jaya – 1990-1995 ; Ketua Umum Solidaritas Perempuan
Papua (SPP) – 2001 hingga meninggal ; Anggota Presidium Dewan Papua
(PDP) 2000 – hingga meninggal ; Anggota Kauskus Perempuan Politik
Indonesia (KPPI) Provinsi Papua – 2004 hingga meninggal. (semua data
dikutip dari biografi keluarga yg dibuat di Jayapura 3 Maret 2003)

Ds. Lukas Sabarofek


Figur pemimpin GKI di tanah Papua yang pernah ada,
dan diakui sebagai Ketua Sinode ke-5 antar waktu
menggantikan Ds. Mesach Koibur adalah Ds. Lukas
Sabarofek 1. Sebelum menjadi Ketua Sinode, Ds. L.
Sabarofek menjabat Wakil Ketua Sinode (1977-1980)
bersama Ketua Ds. Mesach Koibur, Sekretaris Umum
S. H, Rumboirusi, Wakil Sekretaris. S. Ch. Warikar,
Sm.Th dan Bendahara, G. M. Satya.
Ds. Lukas Sabarofek lahir di
kampung Aryom, Biak
Timur, hari Kamis, 2 Januari 1936 dari ayah Salomo
Sabarofek dan Ibu Mina Faidiban. Nama panggilan
sehari-hari adalah “Lucky”. Tunangannya adalah
Nn. Yohana Regina Krey, menikah pada tanggal 5
Desember 1959, dikaruniakan Tuhan dua orang
anak, yaitu Leo dan Marinus Sabarofek. dari dua
anaknya, ia memiliki 6 orang cucu, Lukas, Leoni,
Regina, Rino, Astrid, Rina dan seorang cicit Algifari
Sabarofek.

1
Memang dalam upaya menelusuri jejak seorang pemimpin seperti Ds. L. Sabarofek, kita tidak mudah
memperoleh dokumen, karena tidak banyak dokumen yang mengisahkan tentangnya, sehingga data sekunder dan
sumber utama yang diandalkan adalah keluarga, sebagian informasi data dan dokumen foto yang tersaji
merupakan pemberian keluarga dengan izin (dari Ransiki)

xxii
Pegangan Pelayan Ibadah GKI di Tanah Papua Tahun 2023

Saat perang dunia kedua pecah 1939-1942, ayahnya membawa Lucky dan
Ibunya ke pulau Nusi. Di pulau Nusi Padaido, ia menyelesaikan pendidikan
sekolah rakyat 1945, dan melanjutkan
pendidikan di sekolah sambungan pria JVVS di
Korido 1945-1948, nilai Pendidikan yang
diperoleh diatas rata-rata, maka Lucky dipilih
untuk melanjutkan Pendidikan lanjutan Meer
Uitgebreit Lager Onderwijs (MULO) setingkat
SMP di Holandia hingga tahun 1954. Setelah
menyelesaikan Pendidikan di MULO Lukas
diterima bekerja di Kantor Pos, salah satu
Lulusan MULO yang dipanggil untuk
mengikuti Pendidikan kependetaan atau Sekolah Teologi Serui Angkatan ke-2
adalah dirinya sendiri, mereka berjumlah 11 orang, salah satunya adalah Lukas
Sabarofek. Setelah menyelesaikan Pendidikan Teologi ia diteguhkan ke dalam
jabatan Pendeta, di Sekolah Teologi mereka diberikan nasehat tentang hidup
dalam pernikahan keluarga sebelum melaksanakan tugas-tugas kependetaan,
sehingga sesaat setelah menyelesaikan Pendidikan Teologi Lukas menikah
dengan Nn. Yohana Regina Krey, dan kemudian memulai pelayanan sebagai
Pendeta di Kepulauan Yapen, di sini ia pernah menjabat Bendahara Klasis
Yapen Waropen, saat itu anak pertama mereka Leo berumur 2 tahun. Setelah
dari Yapen-Waropen tahun 1962 pindah ke Ransiki dan menjabat Ketua Klasis
Ransiki sekaligus menjadi pimpinan Sekolah Penginjil di Ransiki. Wilayah
pelayanan Klasis Ransiki kala itu tidak sebanding dengan saat sekarang, jalan
dan fasilitas yang terbuka dan tersedia, kala itu dari satu kampung ke
kampung lainnya ditempuh dengan berjalan kaki, berhari-hari, berminggu-
minggu tak kenal lelah, gunung didaki, ke lereng-lereng perbukitan ditempuh,
ke pedalaman dan berjumpa dengan suku terasing dimasuki, hal ini dilalui
dengan sadar hanya supaya terang Injil Tuhan Yesus terus menyala, berkobar-
kobar menerangi semua milik Tuhan Yesus di balik gunung dan di pedalaman
tanah Papua.
Sampai dengan tahun 1977 Ds. Lukas Sabarofek masih bertugas di Ransiki, ia
menjadi peserta Sidang Sinode ke-8 di Jayapura tahun 1977, dalam Sidang
Sinode ini, Ds. Lukas Sabarofek terpilih menjabat Wakil Ketua Sinode, karena
amanat Tata Gereja 1971 pasal 42 mengamanatkan bahwa “Badan Pekerja
Sinode terdiri dari : Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris, Wakil Sekretaris dan
Bendahara. Anggota Badan Pekerja Sinode bertempat tinggal di Propinsi Irian

xxiii
Pegangan Pelayan Ibadah GKI di Tanah Papua Tahun 2023

Jaya.” Meskipun bagian pasal 42 digugurkan dan tidak diatur dalam Tata
Gereja 1977 tetapi “implisit” dan etika jabatan “dapat dilaksanakan” maka Ds.
Lukas Sabarofek secara bijaksana berpindah dari Ransiki ke Ibu Kota Irian Jaya
sampai dengan masa tugasnya di Sinode berakhir.
GKI di tanah Papua tahun 1977 memasuki perubahan besar tahap kedua,
khususnya terkait amandemen Tata Gereja 1971 pasal 25 pada pemilihan ke
dalam jabatan Ketua Klasis, dan pasal 46 khusus dalam hubungan dengan
pejabat terpilih bekerja penuh waktu.
Sesuai Tata Gereja tahun 1971 pasal 25 bahwa Ketua Klasis “diangkat dan
ditetapkan oleh Sinode” sehingga pimpinan Klasis menjadi perwakilan dan
kepanjangan Sinode di wilayah Klasis prinsip dasar ini diubah oleh
amandemen Tata Gereja 1977 pasal 23 huruf (d) “tugas Sidang Klasis memilih
anggota-anggota Badan Pekerja Klasis dan utusan-utusan ke Sidang Sinode”.
sehingga peran pimpinan Klasis bukan lagi menjadi perwakilan Sinode di
wilayah Klasis tetapi pimpinan Klasis adalah pimpinan yang otonom, memiliki
kewenangan yang diamanatkan oleh Gereja melalui suatu Sidang resmi di
dalam gereja, yaitu Sidang Klasis untuk bertanggungjawab mengurus wilayah
Klasis.
Amandemen berikutnya terhadap Tata Gereja tahun 1971 pasal 46 “anggota-
anggota Badan Pekerja Sinode harus bertugas penuh waktu” (fulltimer) pada
Tata Gereja amandemen 1977 diatur dalam pasal 42 tentang rangkap jabatan,
yaitu “anggota-anggota BPS Tidak Boleh merangkap tugas lain, baik di dalam
maupun di luar Gereja.”
Dua hal penyebab disebutkan dari antara banyak penyebab lainnya. Penyebab
pertama, bahwa keberadaan GKI saat ini berada di dalam sistem negara
Indonesia, sehingga iklim, tradisi dan keberadaan organisasi massa dan
organisasi politik yang berada di Indonesia adalah tradisi organisasi model
baru dan memberikan dampak signifikan terhadap keberlangsungan organisasi
gereja khusus GKI di tanah Papua. Penyebab kedua, dari segi kesiapan SDM
Gereja di Papua pada masa itu cukup, karena dianggap berpendidikan di masa
Zending, sehingga saat integrasi SDM Gereja yang siap dan terbatas ini
digunakan untuk mengisi berbagai jabatan baik politik maupun pemerintahan
sehingga fenomena merangkap jabatan menjadi sesuatu “tradisi baru” bagi
oknum pejabat di lingkup Gereja.
Dinamika yang Papua dan GKI masuki pada periode kepemimpinan Sinode di
bawah pimpinan Ketua Ds. Mesach Koibur 1977-1980 sebagaimana tergambar
dari dua penyebab diatas terakumulasi dan memuncak pada tahun 1978,
bahwa GKI di tanah Papua harus tegas menentukan arahnya sendiri

xxiv
Pegangan Pelayan Ibadah GKI di Tanah Papua Tahun 2023

sebagaimana diatur dalam Tata Gereja, sehingga pada tahun 1979 di Serui
Sinode GKI di Tanah Papua menggelar Rapat Badan Pekerja Lengkap (BPL)
Sinode GKI sebagaimana Tata Gereja 1977 pasal 38 dan pasal 39 “… Badan
Pekerja Lengkap terdiri dari Ketua-Ketua Klasis dan Badan Pekerja Sinode”
melalui rapat BPL sikap gereja ditentukan bahwa dengan menghormati
partisipasi GKI bersama mitra Pemerintah terus lestari, maka tugas demikian
GKI wakilkan melalui Ds. Mesach Koibur sebagai anggota DPRD Tingkat I
Irian Jaya dari Karya Pembangunan atau Golkar dan kemudian pengaturan
terhadap tugas Pimpinan Sinode yang lowong dilaksanakan sesuai Tata Gereja
1977 pasal 41 huruf (a) Bilamana terjadi lowongan, maka pengisian dilakukan
menurut tata cara berikut Lowongan Ketua diisi Wakil Ketua. Sehingga, BPL
Sinode GKI di Tanah Papua di Serui memutuskan
jabatan Wakil Ketua Sinode yang saat itu di jabat
oleh Ds. Lukas Sabarofek, diputuskan menjadi
Pejabat Ketua Sinode GKI antar waktu dari 1979-
1980. Ia menjabat selama satu tahun (1979-1980)
dan kepemimpinan GKI berikutnya dipilih pada
Sidang Sinode ke-9 di Biak 1980 (ikuti profilnya
pada buku khotbah 2024).
Setelah menyelesaikan masa bakti di Sinode, ia
kembali ke Manokwari, menjabat Ketua Klasis
Manokwari-Sanggeng, setelah jabatan Ketua
Klasis Manokwari berakhir, ia Kembali ke Ransiki. Sejak di Ransiki aktivitas
politik juga digiatkannya melalui Partai PDI Perjuangan, dengan jalan
berpartai ini, pernah ia terpilih menjadi anggota DPR-MPR-RI dari 1999
hingga 2004. Perubahan pemilihan Umum tidak lagi dilaksanakan oleh PPD di
daerah tetapi oleh suatu Komisi, yaitu Komisi Pemilihan Umum (KPU) terjadi
pada masa DPR-MPR-I salah satu anggotanya adalah Ds. Lukas Sabarofek.
Dua pesan penting yang disampaikannya selalu dari pesan penting lainnya
adalah : pesan pertama : perayaan Natal, Paskah dan HUT PI, YPK, GKI
adalah penting sebagai ibadah syukur, tetapi sebaiknya tidak dirayakan
meriah, besar-besaran agar terkesan kita adalah gereja nomor satu. Perayaan
besar harus hadir di dalam hati setiap satu orang secara pribadi untuk
menghayati tentang “apakah saya sudah bertemu Yesus Kristus”, karena
perayaan meriah yang sesungguhnya adalah “saya bertemu dengan Yesus
Kristus” di dalam dunia dan maranatha. Jangan-jangan perayaan meriah kita
hanya seremoni belaka yang membuat seseorang kehilangan perjumpaan
dengan Tuhannya, bila kita kehilangan Yesus di dalam dunia, jangan harap

xxv
Pegangan Pelayan Ibadah GKI di Tanah Papua Tahun 2023

kita akan mengalami perjumpaan dengan-Nya saat maranatha”, mengerikan


sekali saat itu “bila kita ditolak oleh Tuhan Yesus” ; dan tidak kalah penting
lagi adalah pesan kedua : dahulu kita bekerja banyak, pekerja sedikit, tidak
tuntut ini-itu, sekarang pekerja banyak, uang
banyak tetapi mengeluh banyak, padahal
kemudahan akses tersedia dan terbuka, maka
nasihat pengelolaan keuangan gereja, yaitu “GKI
memasuki masa kelimpahan, keuangan akan
terus meningkat demikian juga asset, karena itu
GKI memerlukan pengawas independent yang
menjadikan GKI modern dan professional, bila
ini tercapai maka keuangan Gereja yang selama
ini 100% dikelola untuk kesejahteraan Pendeta
perlu bijaksana untuk mengubah arah dan
sasarannya, jangan Pendeta dan pekerja Gereja
saja yang sejahtera sementara warga jemaat-nya di kampung-kampung dan
pedalaman dan di kota-kota sebagian terus didera “papah, miskin dan tidak
berdaya”. Untukkanlah keuangan gereja juga secara riil bagi warga jemaat
secara bijaksana.

Nilai “Pembaruan” dari : Ds. Mesach Koibur dan Ds. Lukas Sabarofek
Tema pelayanan 2023 adalah “Pembaruan”. Nilai pembauran hanya dibahas
dari 2 (dua) figur pemimpin GKI sebagaimana muncul dalam masing-masing
kisah profil, antara lain :
Ds. Mesach Koibur : pembaruan yang diraih GKI adalah berakhirnya era
pendampingan Badan Zending Belanda secara internal-administratif di mana,
jabatan Sekretaris Umum GKI selama ini dijabat oleh perwakilan Zending,
dengan munculnya Ds. Mesach Koibur pada Sidang Darurat 1962 di Holandia-
Binnen, era GKI mandiri secara administrasi tercapai, meskipun agak terburu-
buru karena situasi peralihan kekuasaan secara politik, justru dalam keadaan
seperti itu GKI nyatakan siap dengan sumber-dayanya sendiri bergerak ke
masa depannya dalam GKI di Tanah Papua
Ds. Lukas Sabarofek : Konsistensi penerapan peraturan Gereja hasil
amandemen Tata Gereja tahun 1977 dalam pelaksanaan prakteknya, justru
dimulai dari pimpinan Sinode. pergantian antar waktu terjadi justru karena
“konsistensi GKI menerapkan prinsip berpegang pada peraturan gereja”, atas
prinsip yang demikianlah GKI memproses dirinya menjadi seorang “pemimpin
GKI” atau Ketua Sinode GKI antar waktu tahun 1979.

xxvi
Pegangan Pelayan Ibadah GKI di Tanah Papua Tahun 2023

Bagian Pertama
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Kepemimpinan Badan Pekerja Sinode di singkat BPS Gereja Kristen Injili (GKI)
di Tanah Papua periode 2022-2027 adalah kepemimpinan yang baru saja
terpilih pada Sidang Sinode ke-18 di Waropen, Negeri Berjuta Bakau. Salah
satu kerinduan dari pergumulan atas pelayanan dalam GKI yang nyata, yaitu
sampai ke tingkat Klasis, Jemaat melalui PHMJ, Badan Pelayan Unsur dan
Keluarga adalah “buku pegangan pelayanan atau buku khotbah tahun 2023”.
77 khotbah menjadi 78 khotbah tahun 2023
Buku khotbah atau buku pegangan pelayanan tahun 2023 berisi 78 Khotbah.
Dari keseluruhan buku khotbah yang di susun selama ini hanya berjumlah 77
khotbah dari 52 Minggu, tetapi tahun 2023 justeru bertambah satu minggu,
hal ini disebabkan, jumlah hari minggu dalam tahun 2023 menjadi 53 minggu,
sehingga jumlah khotbah menjadi 78 khotbah.
Fokus pelayanan GKI tahun 2023 adalah “Pembaruan”
GKI di Tanah Papua memberikan perhatian terhadap tahun pelayanan 2023
dengan fokus pelayanan pada “pembaruan”. Yang dimaksud dengan
pembaruan adalah penekanan kepada implementasi hasil-hasil keputusan
sidang sinode yang menekankan semangat pembaruan untuk menghadirkan
berbagai inovasi dalam persekutuan, pelayanan, kesaksian dan penatalayanan
GKI Di Tanah Papua. Artinya pembaruan yang sudah Tuhan karuniakan
dicapai oleh GKI melalui Sidang Sinode ke-18 di Waropen. Dan melalui Sidang
Sinode ke-18 ini GKI sudah menetapkan dan memutuskan berbagai ketetapan,
keputusan dan kebijakan gereja, ketetapan, keputusan dan kebijakan Sidang
merupakan hal yang baru, dan semua warga GKI dan publik pada umumnya
belum mengetahui apa yang sudah dicapai GKI, sehingga pada fokus
pelayanan tahun pertama 2022-2023 diberikan semacam tema dalam seluruh
gerakan pelayanan GKI di Tanah Papua adalah “pembaruan”, kegiatan-
kegiatan yang akan disusun wajib mengikuti Gerakan pembaruan dimaksud,
sehingga pada tahun 2023 pelayanan akan lebih banyak diarahkan kepada
dua aspek, yang pertama adalah “sosialisasi”, yang kedua adalah
“konsolidasi”.

1
Pegangan Pelayan Ibadah GKI di Tanah Papua Tahun 2023

Khotbah 2023 mendukung kegiatan Sosialisasi dan Konsolidasi tahun 2023


Sosialisasi diperlukan dalam seluruh kegiatan di tahun 2023 terkait dengan BPS
memberikan informasi resmi kepada seluruh warga gereja dan public tentang
seluruh “ketetapan, keputusan dan kebijakan” GKI ; Konsolidasi diperlukan
karena dalam rentan waktu tahun 2022, telah terjadi pemilihan ke dalam
jabatan gereja yang berlaku dalam GKI di tingkat Jemaat, Klasis dan Sinode,
yaitu “terpilih menjadi Syamas, Penatua, PHMJ, Badan Pelayan Unsur, Badan
Pekerja Klasis dan Badan Pekerja Sinode” sehingga semua yang baru terpilih
perlu membangun suatu nilai dan budaya kerja dan pelayanan di tingkat
jemaat dan Klasis sebagai “teman sekerja Allah” melalui GKI di tanah Papua.
Dengan memperhatikan perkembangan yang demikian, maka penyusunan
Buku Khotbah 2023 perlu diadaptasikan ke dalam dinamika dan
perkembangan penatalayanan seperti yang akan dikerjakan oleh GKI di Tanah
Papua dalam tahun 2023 ini, sebagaimana ditetapkan dalam Sidang ke-18
Sinode GKI tentang “Renstra GKI 2022-2027”, yaitu, bahwa fokus pelayanan
GKI tahun pertama, adalah “pembaruan”. Sehingga semua khotbah 2023 akan
menampakkan dukungan spiritual yang konsisten melalui ibadah, setiap isi
khotbah di tata dan dikembangkan secara tematik dan diurut setiap triwulan,
yaitu terdapat 4 triwulan pada tahun, diatur dan diurut masing-masing, seperti
berikut :
(1) Pembaruan GKI : Triwulan pertama Januari-Februari-Maret 2023,
Pembaruan TUHAN kepada Manusia
(2) Pembaharuan GKI : Triwulan Kedua April-Mei-Juni 2023 Pembaruan
Hubungan Berdasarkan Kasih Kristus Diantara Sesama Manusia Sebagai
Mitra Allah yang Ekumenis, Pluralis dan Inklusif
(3) Pembaharuan GKI : Triwulan ketiga Juli-Agustus-September 2023
Pembaruan Tuhan Pencipta atas alam semesta ciptaan-Nya
(4) Pembaharuan GKI : Triwulan ke-empat Oktober-November-Desember
2023, Pembaruan Tuhan bagi GKI menjadi berkat bagi keluarga dan
bangsa-bangsa
Memperhatikan adaptasi pelayanan yang terfokus seperti dimaksud, maka
pelayanan ibadah hari minggu akan dihubungkan dengan pembaruan GKI
yang juga diadaptasikan bagi pelayanan yang terjadi pada minggu berjalan
dengan tetap menggunakan tema dan teks yang sama, meskipun dikelola
untuk sasaran pelayanan yang berbeda baik dalam pelayanan Ibadah Unsur,
KSP dan Keluarga.

2
Pegangan Pelayan Ibadah GKI di Tanah Papua Tahun 2023

Pendekatan seperti ini merupakan pendekatan pelayanan khusus pada


pelayanan ibadah-ibadah jemaat, dan GKI di TP baru memulai di tahun 2023,
maka tidak terlepas juga dari kemungkinan kesulitan untuk mengerti atau
menjadi sesuatu model pelayanan yang sangat baik, segala kemungkinan
dapat saja terjadi, karena itu baik Para pelayan Firman, PHMJ, BP. Unsur atau
mungkin warga Gereja dari denominasi yang lain, dapat berkomunikasi
langsung dengan pihak BPS terkait koreksi, perbaikan dan motivasi untuk
penataan yang lebih mendarat sesuai kebutuhan, pada penyiapan buku seperti
ini di waktu yang akan datang.

Tujuan
Tujuan utama dari menghadirkan buku pegangan pelayanan GKI di Tanah
Papua adalah :
(1) Pelengkap Pelayanan dan Panduan Pelayanan Bagi Hamba Tuhan. Semua
hambat Tuhan, yaitu Penatua, Syamas, Pendeta, Guru Jemaat, Penginjil
Pengajar, Badan Pelayan Unsur, memasuki aktivitas pelayanan tahun 2023
khusus pelayanan Ibadah memiliki pelengkap dan panduan pelayanan ibadah.
(2) Keseragaman Dasar Firman Tuhan dalam Penataan Ibadah Minggu,
Ibadah Unsur, Ibadah Keluarga dan KSP. Semua tema triwulan diikutkan
dengan dasar Firman Tuhan, yang mendatangi pelaksanaan ibadah yang
terjadi pada hari ke sekian, minggu sekian, bulan sekian dalam tahun
2023, sehingga Firman Tuhan atau Teks Alkitab yang di baca pada ibadah
hari Minggu akan digunakan juga pada hari berikut dalam minggu
berjalan untuk ibadah-ibadah yang sudah diatur dalam jemaat.
(3) Hak warga jemaat untuk mendengarkan Firman Tuhan. Fokus pelayanan
suatu ibadah adalah warga jemaat. Ibadah adalah salah satu wadah untuk
semua warga jemaat menghayati Tuhannya dan mengekspresikan relasi
personal dengan Tuhannya. Bila dalam momen tertentu ibadah seorang
warga jemaat tidak hadir untuk mendapatkan haknya untuk
mendengarkan firman Tuhan yang mendatangi umat Tuhan, maka ia
memiliki hak untuk mendapatkan pelayanan firman Tuhan dalam minggu
berjalan dengan metode yang berbeda dalam ibadah yang berbeda, Yesus
memerlukan 1 domba yang hilang supaya ia memiliki kebutuhan yang
sama dengan dan dari “Gembala Agung” yang sudah mendapatkannya.
Maka ibadah dalam GKI dikelola dengan memperhatikan hak 1 gembala
yang hilang.

3
Pegangan Pelayan Ibadah GKI di Tanah Papua Tahun 2023

(4) Replikasi Semangat Gerakan pelayanan Ibadah dalam GKI bersifat


terbuka. Bila saat ini di tanah Papua sudah memiliki sekitar 58 denominasi
Gereja yang mungkin memiliki Sinode, belum termasuk di Provinsi Papua
Barat, sedang dan atau akan mengalami berkat dengan model pelayanan
ibadah yang dikembangkan dalam lingkungan GKI di Tanah Papua, dan
berkemauan untuk mereplikasi model pelayanan seperti yang terjadi atau
dikelola oleh GKI di tanah Papua, maka GKI sebagai Ibu bagi seluruh
gereja di tanah Papua, terbuka dan memberikan dukungan untuk
pengelolaan dan penataan pelayanan ibadah dan penyembahan yang
tertib kepada Tuhan Yesus Kristus Kepala Gereja dari semua orang
percaya.

Kerangka Khotbah
Setiap orang saat memiliki buku pegangan pelayanan yang berisi khotbah
tahun 2023 akan berjumpa dengan kerangka khotbah yang sudah lazim dalam
buku pegangan khotbah tahun-tahun sebelumnya. Kaidah-kaidah berkhotbah,
seperti menentukan tipologi khotbah, misalnya, aliran homiletika atau ilmu
berkhotbah akan mengarahkan khotbah ke dalam tiga bentuk berkhotbah,
yaitu “tekstual, tematik dan ekspositori” ; menentukan pendekatan
hermeneutic dalam menggeledah atau menafsirkan teks ; atau menentukan
arah dan sasaran penerapan teks ; keseluruhan bagian menjadi aspek akademis
yang sampai sekarang terus mengalami perkembangan dan perubahan,
sehingga kerangka khotbah yang sederhana dan efisien dalam Menyusun buku
pegangan pelayanan ini adalah :
(1) Latar belakang
(2) Penjelasan teks
(3) Penerapan
Mengapa “latar belakang?”, menyusun khotbah sesuai kebutuhan pelayanan
yang Tuhan karuniakan dicapai GKI, kebutuhan itu ditemukan pada fokus
pelayanan tahunan, dan untuk tahun 2023 adalah “pembaruan”, pembaruan
seperti apa yang Tuhan karuniakan, jawabannya ada pada teks yang terpilih.
Tuhan berbicara kepada GKI, kepada persekutuan, kepada umat Tuhan, sesuai
seperti yang Tuhan kehendaki, agar umat Tuhan taat dan ikut Tuhan, sesuai
seperti yang Tuhan kehendaki. untuk mengerti kehendak Tuhan, maka
kehendak Tuhan dapat ditemukan pada bagian kedua, yaitu “Penjelasan
Teks”. Dan selanjutnya konteks sebagai bagian ketiga, yaitu “Penerapan”.

4
Pegangan Pelayan Ibadah GKI di Tanah Papua Tahun 2023

Tata Ibadah
Penataan ibadah minggu untuk tahun 2023 dalam seluruh jemaat GKI di
Tanah Papua akan menggunakan 4 (empat) bentuk Tata Ibadah yang sudah
ditetapkan pada Sidang Sinode ke-18 di Waropen tahun 2022. Dalam buku
pegangan pelayanan atau buku khotbah tahun 2023 akan juga disediakan 4
(empat) bentuk Tata Ibadah yang berlaku dimaksud. Antara lain :
(1) Dalam bulan baru Ibadah Minggu I menggunakan Tata Ibadah Minggu I
(2) Dalam bulan berjalan ibadah Minggu II menggunakan Tata Ibadah
Minggu II
(3) Ibadah Minggu III bulan berjalan menggunakan Tata Ibadah Minggu III
(4) Ibadah Minggu IV bulan berjalan menggunakan Tata Ibadah Minggu IV
(5) Bila pada bulan tertentu terdapat 5 minggu, maka Tata Ibadah pada
minggu ke-5 akan menggunakan Tata Ibadah Minggu I, dan selanjutnya
akan berlaku seperti pada pengaturan Tata Ibadah ini
Pada buku pegangan pelayanan tahun sebelumnya nyanyian pendukung Tata
Ibadah Minggu disediakan, atau tersedia, untuk buku pegangan pelayanan
2023 tidak dilampirkan, dan nyanyian pendukung akan disiapkan oleh
pelayan firman sesuai konteks gumul pelayanan yang ia doakan.
Tata ibadah dari Minggu I, II, III dan IV dapat dilihat pada bagian lampiran
dari buku pegangan pelayanan atau buku khotbah tahun 2023 ini.

Petunjuk Penggunaan Buku


Yang akan menggunakan buku pegangan pelayanan atau buku khotbah tahun
2023 ini adalah Penatua, Syamas, Pendeta, Guru Jemaat, Penginjil, Pengajar,
Badan Pelayan Unsur PAR, PAM, PW dan PKB, anggota sidi jemaat khusus
warga GKI di Tanah Papua, beberapa petunjuk penggunaan buku ditujukan
bagi semua pengguna buku ini, antara lain :
(1) Persiapan sebelum pelayanan Ibadah Hari Minggu : Sebaiknya seorang
yang hendak menggunakan buku ini untuk pelayanan hari minggu, berdoa
lebih dahulu, wajib membaca bagian Latar Belakang, untuk mengetahui
hari minggu dimaksud termasuk ada pada hari ke berapa, minggu ke
berapa dalam tahun 2023, bulan dan triwulan ke berapa, dan
“pembaruan pelayanan GKI” seperti apa yang diinginkan dalam triwulan
dimaksud. Setelah itu, barulah dengan tekun membaca Alkitab secara
berulang untuk pahami “penjelasan teks”. Buatlah persiapan sendiri,

5
Pegangan Pelayan Ibadah GKI di Tanah Papua Tahun 2023

karena buku pegangan pelayanan ini adalah salah satu alat bantu
pelayanan yang juga dapat memberikan inspirasi tertentu saat membaca
bagian “penjelasan teks” sebagaimana tersedia dalam buku ini.
(2) Persiapan sebelum Ibadah Unsur Dewasa : buku ini menyediakan
pertanyaan penuntun untuk membentuk Kelompok Penelahan Alkitab
atau Kelompok Diskusi dalam 1 bulan sekali berdasarkan teks yang berlaku
untuk minggu berjalan, bila ibadah Unsur pada minggu berjalan terkait
dengan pertanyaan seperti yang dirumuskan dalam buku ini, sebaiknya
seorang yang akan menjadi pemandu PA atau Kelompok Diskusi sudah
mempersiapkannya lebih dahulu. Pertanyaan-pertanyaan dalam buku
bersifat fleksibel, dapat disesuaikan atau diubah sesuai konteks pelayanan
ibadah untuk semua Unsur.
(3) Persiapan sebelum Ibadah Keluarga : buku ini juga menyediakan
pertanyaan penuntun yang akan digunakan pada ibadah keluarga dalam 1
bulan 1 kali, baik dalam bentuk PA atau Diskusi. Bentuk-bentuk ibadah
juga dapat dikembangkan lebih kreatif. Seorang pelayan ibadah keluarga
dapat mengembangkan pertanyaan yang ada sesuai kondisi pelayanan
ibadah keluarga. Atau mengikuti sesuai seperti terdapat dalam buku,
namun sebelumnya berdoa dan mempersiapkannya dengan baik.
Janganlah membuat persiapan terburu-buru, satu jam sebelumnya baru
membaca bagian persiapan ini.

Roh Kudus Tuhan Yesus membimbing dan menyertai kita semua.

6
Pegangan Pelayan Ibadah GKI di Tanah Papua Tahun 2023

Bagian Kedua
ISI KHOTBAH SETIAP HARI MINGGU, HARI RAYA GEREJAWI,
KUNCI BULAN SAKRAMEN, DLL
Pembaruan GKI Pada Pelayanan
Triwulan Pertama Januari-Februari-Maret 2023
“Pembaruan Tuhan Kepada Manusia”

BULAN KE-1: JANUARI 2023


MINGGU, 01 JANUARI 2023
KELENDER GEREJAWI : PUTIH
PEMBACAAN ALKITAB : Kejadian 9:1-17
TEMA : “Berkat dan Pembaruan Perjanjian Allah”

LATAR BELAKANG
Pelayanan di lingkungan GKI di Tanah Papua pada tahun 2023 hingga tahun
2027 pergumulan dan karyanya akan diletakkan pada arah pencapaian
pelayanan yang sudah digariskan melalui Rencana Strategis (Renstra) GKI,
yaitu tahun pertama 2023 dengan tema utama “pembaruan”. Pembaruan
yang dimaksudkan adalah penekanan kepada implementasi hasil-hasil
keputusan Sidang Sinode yang menekankan semangat pembaruan untuk
menghadirkan berbagai inovasi dalam persekutuan, pelayanan, kesaksian dan
penata-layanan GKI di Tanah Papua”. Artinya pembaruan pada GKI secara
lembaga ditemukan dalam semua “ketetapan dan keputusan Sidang Sinode”.
Hal-hal yang sudah ditetapkan pada Sidang Sinode diibaratkan sebagai “suatu
pembaruan perjanjian yang sudah Tuhan hadirkan bagi manusia dan
organisasi GKI dan seluruh penata-layanannya melalui ketetapan Sidang
Sinode. Sehingga dukungan pelayanan ibadah diatur mengikuti tema utama
“pembaruan” dengan fokus gumul dalam doa dan ibadah diatur mengikuti
tahapan triwulan. Triwulan pertama Januari-Februari-Maret 2023 fokus dan
arah ibadah yaitu menggumuli GKI dalam pembaruan Tuhan kepada manusia.
Untuk mengawali semua ini, Tuhan berkenan mengaruniakan tahun baru 1
Januari 2023 tepat pada “hari minggu” dan hari ini kita sudah memasukinya,
mendasari semua gumul dan layanan dalam penyembahan, pengagungan dan
sikap iman yang takut akan Tuhan dalam ibadah dan doa dan ketaatan karena
mendengar Firman Tuhan pada keseluruhan tahun 2023. Bagi GKI di Tanah

7
Pegangan Pelayan Ibadah GKI di Tanah Papua Tahun 2023

Papua “hari Minggu pertama 1 Januari 2023 adalah awal dan dasar
mendahulukan, mengutamakan menyembah Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus
dalam Roh dan kebenaran” sebagai titik utama bersama Allah GKI di Tanah
Papua mengerjakan “pembaruan perjanjian Allah di negeri Papua dan dunia
bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu termasuk bersama dan melalui
GKI di Tanah Papua”.
Teks Kejadian 9:1-17 memberikan dua alas utama yang prinsip dari pihak Allah
sang penguasa dan pengendali alam, sejarah dan peradaban manusia dan
kemajuan kulturnya, yaitu: pertama, Allah yang “adil” adalah yang
menghukum, Dia Allah yang menyediakan berkat dan kasih kemurahan Allah
yang kekal ; kedua, Allah adalah Allah yang setia terhadap Firman yang keluar
dari pada-Nya sebagai Allah perjanjian. Nuh dan keluarganya mengalami
kasih karunia Allah yang utuh. Sebagai Allah yang Maha kuasa, Maha besar,
Maha abadi.

PENJELASAN TEKS
Ayat 1 - 7 : Berkat Elohim
Berkat Allah. Teks hari ini menyajikan lima isi berkat Allah kepada Nuh dan
keluarga, hal yang sama juga berlaku bagi kita dari teks Firman Tuhan ini,
yaitu berkat Allah bagi keluarga kita, berkat Allah bagi keluarga besar GKI di
Tanah Papua dan semua umat di negeri Papua dan dunia yang sudah ditebus
Allah melalui Tuhan Yesus Kristus. lima berkat dimaksud adalah :
(1) Berkat keturunan (ay 1)
(2) Berkat manusia Nuh menjadi wakil Tuhan di bumi menaklukkan segala
binatang (ay 2)
(3) Berkat pemberian Allah berupa limpahan makanan (ay 3)
(4) Berkat menghormati Nyawa sebagai “imago dei” (ay 4-6)
(5) Berkat Anak-cucu (ay 7)
Ayat 8-17 Pembaruan Perjanjian Elohim
Pembaruan perjanjian Allah dengan manusia sebagai awal dari perjanjian yang
baru, 3 (tiga) isi perjanjian Allah dengan Nuh, manusia dan semua makhluk
yang hidup, antara lain :
(1) Isi perjanjian pertama : segala makhluk hidup yang keluar dari bahtera
tidak akan dilenyapkan oleh air bah, dan tidak akan ada lagi air bah untuk
memusnahkan bumi (ay 8-11)

8
Pegangan Pelayan Ibadah GKI di Tanah Papua Tahun 2023

(2) Isi perjanjian kedua : tanda perjanjian dari pihak Allah untuk mendukung
isi perjanjian pertama adalah “Busur-Ku Ku Taruh di awan menjadi tanda
Perjanjian antara Allah dan bumi” (ay 12-13)
(3) Isi perjanjian ketiga : Allah akan selalu Ingat isi Perjanjian pertama dan isi
perjanjian kedua bila tanda yang Allah berikan dalam perjanjian itu
muncul di awan di atas bumi (ay 14-17)

PENERAPAN
Fokus tahun pelayanan GKI pada tahun 2023 sudah ditentukan adalah tahun
“pembaruan”, maka teks hari ini sudah mengingatkan kita, bahwa GKI di
tanah Papua akan mengarungi tahun baru 2023 di atas alas pembaruan yang
sudah Allah gariskan, sebagaimana teks bacaan hari ini, yaitu semua manusia,
makhluk dan GKI di Tanah Papua selalu mengalami “Berkat Elohim” ; dan
semua umat Tuhan di negeri Papua dan dunia, meskipun tidak pernah melihat
Allah tetapi percaya kepada “Anak Tunggal Allah yang berkarya bagi
penebusan dunia dan semua isinya, Allah ingat tanda perjanjian penebusan
“Salib”, di atas dasar iman kepada Tuhan Yesus “Allah ingat umat Tuhan di
negeri Papua di dunia dan di dalam persekutuan Gereja Kristen Injili di Tanah
Papua. Selamanya. Imanuel.

9
Pegangan Pelayan Ibadah GKI di Tanah Papua Tahun 2023

MINGGU, 08 JANUARI 2023


KELENDER GEREJAWI : HIJAU
PEMBACAAN ALKITAB : KEJADIAN 15:1-21
TEMA : ABRAHAM TELADAN PEMBARUAN IMAN

LATAR BELAKANG
Minggu ke-2 hari ke-8 bulan Januari tahun 2023 fokus layanan tahunan
“pembaruan” dengan memperhatikan pembaruan Allah dengan manusia yang
tergambar pada Kejadian 15:1-21. Kata "perjanjian" digunakan lebih dari 300
kali dalam Alkitab. Untuk Perjanjian berasal dari kata dasar janji artinya
ucapan yang menyatakan kesediaan dan kesanggupan untuk berbuat (seperti
hendak memberi, menolong, datang, bertemu; persetujuan antara dua pihak
(masing-masing menyatakan kesediaan dan kesanggupan untuk berbuat atau
tidak berbuat sesuatu). Dalam bahasa Ibrani kata perjanjian menunjuk pada
sebuah kesepakatan bersama antar dua pihak, tetapi tidak lagi dua pihak
melainkan sepihak karena hanya Allah yang berdaulat (Kej. 6 :28). Kata ini
menjadi kunci yang selalu direnungkan Israel yaitu bersumpah dalam Ulangan.
Sumpah atau janji dalam Perjanjian Lama khusus pada kitab Kejadian
bukanlah janji yang umum, yang terlihat kurang konkrit dan khusus melainkan
sebaliknya. Perjanjian menjadi suluh (cahaya) bukan saja semata-mata terbatas
keturunan Abraham atau perjanjian sejarah yang sudah berlalu, melainkan
perjanjian yang digenapkan kepada semua orang percaya melalui karya
penebusan Kristus. Dan salah satunya adalah Abraham atau bernama asli
Abram merupakan generasi ke sepuluh dari Nuh melalui Sem anak Terah dan
dilahirkan 352 tahun setelah air bah.

PENJELASAN TEKS
Dari teks ini kita belajar 2 hal penting yaitu tentang : Harapan Abram akan
ahli waris (ayat 1-6) dan Kepastian Tentang Tanah yang Akan Dimiliki Abram
(15:7-21).
Harapan Abram akan Ahli Waris (15:1-6)
Firman Tuhan kepada Abram jauh dari apa yang kita harapkan dalam
keadaan seperti itu: “Jangan takut, Abram, Aku adalah perisai bagimu;
upahmu akan sangat besar” (Kejadian 15:1). Apa yang menyebabkan Abram
takut? Dia baru saja memenangkan kemenangan besar atas Kedorlaomer dan
tiga raja timur lainnya (Kejadian 14:14-15). Karena itu, tidak diragukan lagi, ia

10
Pegangan Pelayan Ibadah GKI di Tanah Papua Tahun 2023

telah menerima banyak pengakuan, bahkan dari raja kafir Sodom (14:17, 21-
24). Ketakutan apa yang dapat menghantui iman Abram pada saat
kemenangan seperti itu? Ada kemungkinan bahwa Abram takut akan
pembalasan militer di masa depan dari Kedorlaomer dan sekutunya. Dia
mungkin telah memenangkan pertempuran, tetapi apakah dia memenangkan
perang? Firman Tuhan kepada Abram, “Aku adalah perisai bagimu,” bisa jadi
kata TUHAN, Akulah perisaimu” ditujukan kepada Abram supaya
merendahkan ketakutan akan konflik militer di masa depan ini. Ini tidak
mungkin menjadi perhatian terbesar Abram, terutama mengingat ayat-ayat
selanjutnya. Kemenangan Abram tidak begitu manis mengingat satu
pertanyaan yang tampaknya menutupi semua pertanyaan lainnya, “Apa
gunanya sukses, tanpa penerus?” Tanggapan Abram kepada Allah menegaskan
hal ini: “Dan Abram berkata, 'Ya Tuhan Allah, apa yang akan Engkau berikan
kepadaku, karena aku tidak memiliki anak, dan ahli waris rumahku adalah
Eliezer dari Damaskus?' Dan Abram berkata, 'Karena Engkau tidak
memberikan anakku, yang lahir di rumahku adalah ahli warisku'” (Kejadian
15:2-3). Di Timur dekat Kuno, ada praktek yang terbukti baik untuk
memastikan seorang ahli waris, bahkan jika tidak ada anak laki-laki yang
dilahirkan dari laki-laki itu. Pasangan yang tidak memiliki anak akan
mengadopsi salah satu pelayan yang lahir ke dalam rumah tangga. 'Anak' ini
akan merawat mereka di hari tua dan akan mewarisi harta benda mereka
pada saat ajal tiba.
Pada titik terendah dalam iman Abram ini, ia menaruh harapan. Tuhan telah
menjanjikan Abram jauh lebih banyak daripada apa yang bisa dia berikan
untuk dirinya sendiri. Eliezer bukanlah pewaris yang Tuhan janjikan.
Keturunannya berasal dari Abraham dan darahnya sendiri. Dia akan memiliki
seorang putra sendiri. Kemudian lihatlah, firman Tuhan datang kepadanya,
mengatakan, ‘Orang ini tidak akan menjadi ahli warismu; tetapi barangsiapa
yang akan keluar dari tubuhmu sendiri, dialah yang akan menjadi ahli
warismu” (Kejadian 15:4). Untuk meyakinkan Abram, Tuhan membawanya
keluar dan menarik perhatiannya ke bintang-bintang di langit. Ini adalah
berapa banyak keturunan Abram akan melalui putranya yang pasti akan
datang (ayat 5). Ayat 6 menggambarkan tanggapan Abram terhadap wahyu
ilahi: “Lalu dia percaya kepada Tuhan; dan Dia memperhitungkannya sebagai
kebenaran” (Kejadian 15:6). Kata pertama 'kemudian' mencoba untuk
menyampaikan gagasan bahwa Abram menanggapi janji Allah tentang

11
Pegangan Pelayan Ibadah GKI di Tanah Papua Tahun 2023

seorang anak dengan keyakinan. Dalam pengertian ini, ini adalah terjemahan
yang baik.
Kesulitan yang muncul, adalah bahwa 'kemudian' dapat menyampaikan lebih
dari yang seharusnya. Ayat 6 adalah pertama kalinya kata 'percaya' digunakan.
Ini juga pertama kalinya Abram dikatakan diperhitungkan sebagai orang
benar. Mudah untuk menyimpulkan bahwa Musa bermaksud bahwa ini
adalah pertama kalinya Abram beriman kepada Tuhan, dan bahwa dia di sini
'diselamatkan' (menggunakan kata Perjanjian Baru). Dalam kitab Ibrani kita
membaca: “Karena iman maka Abraham, ketika ia dipanggil, taat dengan
pergi ke tempat yang akan diterimanya sebagai milik pusaka; dan dia pergi,
tidak tahu ke mana dia pergi” (Ibrani 11:8). Di sini penulis Surat Ibrani
bermaksud agar kita memahami bahwa Abram 'mempercayai' Tuhan sebelum
pasal 15, bahkan saat ia meninggalkan Ur-Kasdim untuk memasuki tanah
Kanaan. Solusinya tidak sesulit kelihatannya.
Tata bahasa dari ayat 6 menunjukkan bahwa iman Abram tidak dimulai disini.
Tidak hanya sebelumnya dia percaya, dia terus percaya. Oleh karena itu,
'kemudian' dari terjemahan kami mungkin agak terlalu kuat. Tetapi mengapa
Musa menunggu sampai titik ini untuk memberi tahu kita bahwa Abram
percaya, dan bahwa dia dibenarkan oleh iman? Iman Abram tidak disebutkan
sampai sekarang untuk menekankan fakta bahwa iman yang menyelamatkan
adalah iman yang berfokus pada pribadi dan karya Yesus Kristus. Disini iman
Abram difokuskan pada janji seorang anak, yang melaluinya berkat akan
datang kepada seluruh dunia. Meskipun kita mungkin tidak sepenuhnya
menentukan seberapa lengkap pemahaman Abram tentang semua ini, kita
tidak boleh mengabaikan kata-kata Juruselamat: “Ayahmu Abraham
bersukacita melihat hari-Ku; dan dia melihatnya, dan dia bersukacita”
(Yohanes 8:56). Sementara Abram percaya kepada Tuhan, disini imannya
lebih jelas dan terfokus. Di sini imannya adalah pada janji Tuhan untuk
memberikan berkat seorang putra, dan berkat melalui Dia. Pada titik inilah
Allah memilih untuk mengumumkan bahwa iman Abram adalah iman yang
menyelamatkan. Perhatikan tiga hal tentang iman Abram ini :
Pertama, itu adalah iman pribadi. Dengan ini saya maksudkan bahwa Abram
percaya kepada Tuhan. Dia tidak hanya percaya tentang Tuhan, tetapi di
dalam Dia. Disinilah perbedaan antara banyak orang yang mengaku Kristen
dan mereka yang memiliki orang Kristen—benar-benar dilahirkan kembali
oleh iman dalam pribadi Kristus.

12
Pegangan Pelayan Ibadah GKI di Tanah Papua Tahun 2023

Kedua, iman Abram adalah iman proposisional. Sementara Abram percaya


pada pribadi Allah, imannya didasarkan pada janji-janji Allah. Banyak yang
percaya pada dewa definisi mereka sendiri. Abram percaya pada Tuhan
wahyu. Perjanjian yang dibuat Allah di sini dengan Abram (ayat 12 dst)
memberi Abram proposisi khusus yang menjadi dasar iman dan praktiknya.
Ketiga, Iman Abram juga merupakan iman yang praktis. Maksud saya,
keyakinan Abram adalah keyakinan yang membutuhkan tindakan. Jelas,
pekerjaan Abram tidak memulai keselamatannya, tetapi mereka
menunjukkannya (lih. Yak 2:14 dst.). Juga, iman Abram berkaitan dengan
kebutuhan yang sangat praktis dan indra—kebutuhan akan seorang anak laki-
laki. Tuhan tidak meminta kita untuk percaya pada yang abstrak, tetapi pada
masalah kehidupan sehari-hari. Ketika Musa mengatakan bahwa iman Abram
diperhitungkan sebagai kebenaran, itu tidak berarti bahwa iman Abram,
dengan cara tertentu, ditukar dengan kebenaran. Iman Abram, seperti iman
kita hari ini, bukanlah sesuatu yang dia bayangkan dengan upaya mental atau
spiritual. Iman itu sendiri adalah sebuah karunia (Efesus 2:8-9). Imannya ada
pada anak yang akan datang dan pada keturunannya, salah satunya adalah
Mesias. Karena Abram memandang kepada Satu Allah yang akan
menyediakan kebenaran, maka Allah menyatakan dia sebagai orang benar.
Secara teknis, keselamatan (dan iman) adalah hadiah, tetapi kebenaran datang
melalui proses hukum imputasi. Abram secara hukum dinyatakan benar oleh
Allah karena dia percaya kepada Dia yang benar. Kebenaran Kristus, yang
diperhitungkan kepada Abram karena imannya yang diberikan Allah,
menyelamatkan dia. Cara Tuhan menyelamatkan manusia bukanlah hal baru.
Itu tidak berubah dari zaman Perjanjian Lama ke Perjanjian Baru. Selalu,
Tuhan telah menyelamatkan manusia oleh kasih karunia, melalui iman. Tidak
ada jalan lain. Sementara Abram diselamatkan oleh iman kepada Dia yang
akan datang, kita diselamatkan oleh iman kepada Dia yang telah datang ini.
Itulah satu-satunya perbedaan.
Kepastian Tentang Tanah yang Akan Dimiliki Abram (15:7-21)
Setelah mengatasi kebutuhan terbesar Abram untuk diyakinkan—yaitu seorang
ahli waris, Allah melanjutkan untuk memperkuat iman Abram mengenai tanah
yang akan dia miliki: “Dan Dia berkata kepadanya, 'Akulah Tuhan yang
membawa kamu keluar dari Ur Kasdim. , untuk memberikan negeri ini
kepadamu untuk memilikinya'” (Kejadian 15:7). Pertanyaan Abram

13
Pegangan Pelayan Ibadah GKI di Tanah Papua Tahun 2023

tampaknya tidak mencerminkan ketidakpercayaan, tetapi bertanya-tanya


bagaimana hal ini akan dicapai: "Dan dia berkata, 'Ya Tuhan Allah, bagaimana
saya tahu bahwa saya akan memilikinya?" (Kejadian 15:8). Nadanya mirip
dengan nada suara Maria ketika diberitahu bahwa dia akan menjadi ibu dari
Mesias: “Dan Maria berkata kepada malaikat itu, 'Bagaimana ini bisa terjadi,
karena aku masih perawan?'” (Lukas 1:34).
Tuhan tidak menegur Abram atas pertanyaannya, tetapi meneguhkan janji-
Nya dengan sebuah perjanjian. Maka Dia berkata kepadanya, 'Bawakan
kepada-Ku seekor lembu jantan berumur tiga tahun, dan seekor kambing
betina berumur tiga tahun, dan seekor domba jantan berumur tiga tahun, dan
seekor burung tekukur, dan seekor merpati muda.' Lalu dia membawa
semuanya itu kepada-Nya dan memotongnya. dalam dua, dan meletakkan
masing-masing setengah berlawanan yang lain; tapi dia tidak memotong
burung-burung itu. Dan burung-burung pemangsa turun ke atas bangkai-
bangkai itu, dan Abram mengusir mereka (Kejadian 15:9-11). Di dunia kuno
Abram, perjanjian yang sah dan mengikat tidak dibuat diatas kertas yang
ditulis oleh para pengacara dan ditandatangani oleh pihak-pihak yang terlibat.
Sebaliknya, kedua belah pihak akan mencapai kesepakatan yang dapat
diterima bersama, dan kemudian mereka akan meresmikannya dalam bentuk
perjanjian. Perjanjian itu dimeteraikan dengan membagi seekor binatang (atau
binatang-binatang). Faktanya, istilah teknis secara harfiah berarti 'pergi
membuat perjanjian.' Hewan itu dipotong menjadi dua dan kedua belah
pihak akan melewati di antara bagian tersebut. Tampaknya dalam sumpah ini,
para pria mengakui bahwa nasib hewan itu harus menjadi milik mereka jika
mereka melanggar ketentuan perjanjian mereka. Jadi kita melihat bahwa ayat-
ayat tersebut tidak menggambarkan proses penyembelihan hewan, tetapi
tindakan hukum membuat perjanjian yang mengikat. Beberapa waktu
tampaknya telah berlalu antara persiapan hewan (lih. ayat 11).
Menjelang akhir penundaan ini, Abram jatuh ke dalam keadaan seperti
kesurupan yang dalam: “Sekarang ketika matahari terbenam, tidur nyenyak
menimpa Abram; dan lihatlah, kengerian dan kegelapan yang besar
menimpanya” (Kejadian 15:12). Saya percaya itu adalah respons normal
terhadap kengerian pengungkapan perlakuan terhadap anak-anak Abram
dalam 400 tahun ke depan. Keturunan Abram akan memiliki tanah Kanaan,
tetapi tidak sampai setelah penundaan yang cukup lama dan banyak kesulitan:
Dan Tuhan berkata kepada Abram, ‘Ketahuilah dengan pasti bahwa

14
Pegangan Pelayan Ibadah GKI di Tanah Papua Tahun 2023

keturunanmu akan menjadi orang asing di negeri yang bukan milik mereka, di
mana mereka akan diperbudak dan ditindas selama empat ratus tahun. Tetapi
Aku juga akan menghakimi bangsa yang akan mereka layani; dan setelah itu
mereka akan keluar dengan banyak harta” (Kejadian 15:13-14).
Abram tidak hanya tidak perlu mengetahui hal ini, tetapi pengetahuan seperti
itu dapat merugikan sebelum perbudakan ini terjadi. Tidak masalah bagi
mereka yang membaca kata-kata Musa ini untuk mengetahui negeri yang dia
bicarakan. Memang, mereka baru saja keluar dari Mesir. Sungguh hal yang
aneh bagi orang-orang Israel yang dibawa keluar dari Mesir untuk membaca
nubuatan yang begitu akurat menggambarkan pengalaman mereka.
Tampaknya ada dua alasan untuk penundaan 400 tahun sebelum tanah
Kanaan akan dimiliki :
Pertama, anak-anak Abraham belum dapat (atau cukup banyak) untuk
memiliki tanah lebih awal. Juga penduduk negeri itu belum cukup jahat untuk
diusir: “Pada generasi keempat mereka akan kembali ke sini, karena kesalahan
orang Amori belum selesai” (Kejadian 15:16).
Kedua , prinsip yang mengatur kepemilikan tanah Kanaan. Allah memiliki
tanah Kanaan (Imamat 25:23), dan Dia membiarkannya bagi mereka yang
mau hidup menurut kebenaran. Ketika Israel melupakan Tuhan mereka dan
mempraktekkan kekejian orang Kanaan (lih. II Tawarikh 28:3, 33:2), Tuhan
juga mengeluarkan mereka dari tanah itu.Mengingat perdebatan saat ini
tentang siapa yang memiliki klaim sah di tanah Israel, mari kita ingat prinsip
ini. Adalah Tuhan yang memiliki tanah, bukan orang-orang Yahudi, atau
orang-orang Arab. Tuhan tidak akan membiarkan orang-orang Yahudi
memiliki tanah dan hidup dengan jahat seperti yang Dia inginkan dari orang-
orang bukan Yahudi. Selama 400 tahun atau lebih dari saat wahyu ini, dua
program bekerja secara bersamaan. Orang Kanaan semakin bertambah jahat,
dan hari perhitungan mereka semakin dekat. Pada saat yang sama, bangsa
Israel akan segera lahir, berkembang pesat dalam jumlah, dan dalam
kedewasaan rohani, mempersiapkan hari kepemilikan. Bukankah ini juga
gambaran hari kita sendiri? Bukankah Allah telah mengatakan bahwa di akhir
zaman kejahatan akan meningkat (lih. II Tesalonika 2:1-12; II Timotius 3:1-9; II
Petrus 3:3 dst.)? Pada saat yang sama, Allah sedang memurnikan dan
mempersiapkan kita untuk kedatangan-Nya kembali (lih. Efesus 5:26-27;
Kolose 1:21-23; I Petrus 1:6-7). Orang jahat akan menerima pembalasan atas
dosa mereka, dan orang-orang kudus akan diberi upah karena kebenaran.

15
Pegangan Pelayan Ibadah GKI di Tanah Papua Tahun 2023

Ketika Tuhan telah berbicara tentang kematian damai Abram di usia tua yang
matang dan nasib keturunannya, Dia meratifikasi perjanjian tentang tanah
yang akan menjadi milik Israel: Dan terjadilah ketika matahari telah terbenam,
bahwa hari sudah sangat gelap, dan lihatlah, tampaklah tungku berasap dan
obor menyala yang melintas di antara potongan-potongan ini.
Pada hari itu Tuhan membuat perjanjian dengan Abram, dengan mengatakan,
'Kepada keturunanmu telah Kuberikan negeri ini, dari sungai Mesir sampai
sungai besar, sungai Efrat: orang Keni dan orang Keniz dan orang Kadmon
dan orang Het dan orang Feris dan orang Refaim dan orang Amori dan orang
Kanaan dan orang Girgasi dan orang Yebus' (Kejadian 15:17-21). Perjanjian ini
berbeda karena hanya Tuhan, dalam wujud tungku yang berasap dan obor
yang menyala-nyala, lewat diantara bangkai hewan yang terbelah. Hal ini
dilakukan untuk menandakan bahwa perjanjian itu sepihak dan tanpa syarat.
Tidak ada persyaratan yang diberikan kepada Abram untuk pemenuhannya.
Batas-batas geografis telah ditentukan dengan jelas, dan bahkan orang-orang
yang akan direbut diberi nama. Tuhan menyerahkan diri-Nya pada tindakan
yang sangat spesifik. Jaminan apa lagi yang bisa diminta?

PENERAPAN
1) Intinya bagi Abram adalah bahwa janji Tuhan sekarang jauh lebih spesifik.
Abram akan memiliki seorang putra sendiri yang melaluinya berkat-berkat
akan dicurahkan. Keturunan Abram akan sangat banyak dan, pada
waktunya, akan memiliki tanah itu. Tetapi sebelum ini, mereka akan
melalui waktu penundaan dan kesulitan besar.
2) Inti dari iman Abram adalah bahwa sementara dia menunggu janji berkat
di masa depan, dia sementara itu puas dengan hadirat Tuhan. Abram
tidak keluar di ujung tongkat yang pendek. Pahala besar Abram adalah
Tuhan sendiri: “Aku adalah perisai bagimu; upahmu yang sangat besar”
(Kejadian 15:1). Teologi kita telah sangat terdistorsi dalam beberapa hari
terakhir. Kita diundang untuk datang kepada Kristus sebagai Juruselamat
karena semua yang Dia dapat dan akan lakukan untuk kita. Kita mungkin
datang kepada-Nya untuk hadiah-Nya, daripada kehadiran-Nya.
3) Abram tidak ditipu atau disia-siakan dalam penundaan Tuhan dan dalam
kesulitan yang dia dan keturunannya hadapi. Abram diberkati, karena jika
Tuhan adalah bagian kita, itu sudah cukup. Di sinilah kunci untuk
memahami berkat yang dapat ditemukan dalam penundaan dan kesulitan:

16
Pegangan Pelayan Ibadah GKI di Tanah Papua Tahun 2023

sementara kemakmuran sering menjauhkan kita dari Allah (lih. Mazmur


73:7-12), kesengsaraan mendekatkan kita (Mazmur 73:25- 26).
4) Jika kedekatan dengan Tuhan adalah kebaikan tertinggi, maka
penderitaan juga baik, jika itu meningkatkan keintiman kita dengan-Nya.
Dan kemakmuran itu jahat jika itu menjauhkan kita dari kebaikan
mengenal Tuhan.
5) Iman Abram diperkuat oleh wahyu khusus mengenai putranya dan tanah
yang akan diwarisi oleh keturunannya. Tetapi bahkan lebih dari itu, ia
dibawa pada kesadaran bahwa iman tidak dapat dipisahkan dari
penderitaan, karena Tuhan menggunakan ini untuk menarik manusia ke
dalam persekutuan yang intim dengan diri-Nya.Iman jarang diperkuat
oleh keberhasilan (lih. ayat 1), tetapi dengan percaya kepada Tuhan di
tengah penundaan dan kesulitan.

GUNAKAN TATA IBADAH MINGGU II

17
Pegangan Pelayan Ibadah GKI di Tanah Papua Tahun 2023

MINGGU, 15 JANUARI 2023


KELENDER GEREJAWI : HIJAU
PEMBACAAN ALKITAB : KELUARAN 24:1-11
TEMA : “PEMBARUAN DAN PENYINGKAPAN TUHAN”

LATAR BELAKANG
Kita berada pada hari ke-15, minggu ke-3, bulan pertama Januari dalam tahun
2023, acuan fokus pelayanan pada triwulan pertama Januari-Februari-Maret
2023 adalah “Pembaruan TUHAN kepada Manusia”. Fokus pelayanan
dimaksud akan didasarkan pada firman Tuhan dari Keluaran 24:1-11 yang akan
menerangi pencapaian pembaruan yang Tuhan kerjakan kepada manusia.

PENJELASAN TEKS
Ayat 1 – 2 Kedahsyatan Keberadaan TUHAN
TUHAN sendirilah yang mengatur bagaimana manusia atau umat atau para
pelayan atau hamba TUHAN mentaati Tuhan, dan TUHAN menjaga dan
menyertai pada saat TUHAN berfirman untuk datang atau menghadap
TUHAN.
Tentang Musa : Musa sendirilah yang mendekat kepada TUHAN
Tentang Harun, Nadab, Abihu dan 70 orang tua-tua Israel : dilarang
mendekat kepada TUHAN seperti yang dialami Musa, sujud menyembah
TUHAN dari jauh.
Tentang bangsa Israel : tidak boleh naik bersama-sama dengan Musa. Sujud
menyembah TUHAN dari jauh.
Ayat 3 – 8 Tipologi Agama Wahyu dan Penyembahan
Peran nabi Musa sangat sentral dalam menghubungkan TUHAN dengan Umat
TUHAN. Umat TUHAN menyampaikan kepada TUHAN melalui Musa dan
TUHAN juga menyampaikan maksud TUHAN kepada umat melalui Musa.
Pada pihak umat TUHAN, yaitu umat TUHAN setelah mendengar firman
Tuhan melalui Musa, mereka memberikan respons atau reaksi umat atas
firman Tuhan yang disampaikan Musa. Pada bagian ini tergambar seperti
dialog dua arah :
Musa : menyampaikan dengan cara memberitahukan kepada bangsa Firman
dan segala peraturan
Bangsa Israel : segala firman yang diucapkan TUHAN itu, akan kami lakukan
Musa : menuliskan Firman TUHAN, dan mendirikan mezbah

18
Pegangan Pelayan Ibadah GKI di Tanah Papua Tahun 2023

Pemuda-pemudi : mempersembahkan korban bakaran dan korban


keselamatan kepada TUHAN
Musa : ritus darah anak domba ditaruh ke dalam pasuh dan disiram di
mezbah, di buat perjanjian Tuhan dan umat Israel.
Bangsa Israel : isi perjanjian dari pihak umat Israel adalah "Segala firman
TUHAN akan kami lakukan dan akan kami dengarkan." (ay 7b)
Musa : isi perjanjian dari pihak TUHAN Musa mengambil darah dan
menyiram kepada bangsa Israel serta berkata : "Inilah darah perjanjian yang
diadakan TUHAN dengan kamu, berdasarkan segala firman ini."
Ayat 9 – 11 Penyingkapan Allah Israel
Pembaruan melalui perjanjian antara umat Israel dengan TUHAN berdampak,
dampaknya adalah TUHAN berkenan mengaruniakan kepada manusia dengan
jalan menyingkapkan diri-Nya. penyingkapan ini dapat di lihat atau
digambarkan secara fisik, “mereka melihat Allah Israel; kaki-Nya berjejak pada
sesuatu yang buatannya seperti lantai dari batu nilam dan terangnya seperti
langit yang cerah” (ay 10)

PENERAPAN
Pada hari ke-13 minggu ke-3 teks Keluaran 24:1-11 memberikan suatu
penguatan tentang arah perjalanan pelayanan satu tahun dalam GKI
sebagaimana sebagiannya dikelolah melalui refleksi atas Firman Tuhan yang
disampaikan setiap ibadah Minggu, Ibadah Unsur dan ibadah Wiyk/Keluarga
dan KSP, bahwa “pembaruan sudah Allah kerjakan” seperti yang ditemukan
dalam pembacaan kita ini. Bahwa ikatan perjanjian antara Umat Israel sebagai
Umat TUHAN ; dan TUHAN semesta Alam dengan “darah anak domba yang
disiram kepada bangsa Israel” merupakan suatu perjanjian yang “termeterai
atau diakui TUHAN sebagai perjanjian yang kualitatif”. Atas dasar proses
perjanjian yang berkenan kepada Allah, maka lahirlah suatu pembaruan yang
datangnya melulu dari pihak TUHAN, yaitu tentang “pewahyuan diri
TUHAN”. Ia berkenan membuka diri-Nya dan dilihat secara fisik”. Inilah dasar
iman yang pasti bahwa patung buatan bukan Allah yang hidup . TUHAN yang
hidup adalah TUHAN yang mewahyukan diri-Nya, menyingkapkan diri-Nya.
Yesus Kristus adalah puncak dari wahyu Allah bagi manusia. Imanuel.

GUNAKAN TATA IBADAH MINGGU III

19
Pegangan Pelayan Ibadah GKI di Tanah Papua Tahun 2023

Pertanyaan Pelengkap Kelompok Diskusi


Ibadah PAM, PW, PKB

Buatlah 3 kelompok
(1) Kelompok 1. Diskusikanlah ayat (3) Musa memberitahukan Firman
TUHAN dan segala peraturan dan terjadi ”komitmen umat atau bangsa”,
yaitu umat atau bangsa Israel akan melakukan segala Firman TUHAN dan
peraturan TUHAN. Dapatkah hari ini dan ke masa depan komitmen
bangsa Israel dimaksud menjadi komitmen PAM, PW, PKB dan Jemaat?
(2) Kelompok 2. Diskusikanlah ayat (7) bila pada ayat (3) umat Israel
mendengar langsung dari Musa dan berkomitmen, maka pada ayat (7) ini
umat “Mendengar dari Kitab suci yang dibacakan” dan membuat
komitmen “segala firman TUHAN akan kami lakukan dan akan kami
dengarkan”. Dapatkah hari ini dan ke masa depan PAM, PW, PKB dan
Jemaat berkomitmen untuk melakukan firman TUHAN setelah mendengar
kitab suci dibacakan?
(3) Kelompok 3. Diskusikanlah ayat (10 dan 11) bila pada ayat (3) Musa yang
bicara atas nama TUHAN ; ayat (7) Kitab suci yang dibaca dan
didengarkan umat, tetapi pada ayat (10-11) TUHAN sendiri yang
mewahyukan atau menampakkan diri-Nya dan berbicara. Kita akan lebih
kokoh dalam mentaati TUHAN apakah karena (a) Mendengarkan hamba
Tuhan yang diutus Tuhan ; (b) Kitab suci yang tertulis? ; (c) Tuhan yang
mewahyukan diri-Nya langsung?

20
Pegangan Pelayan Ibadah GKI di Tanah Papua Tahun 2023

MINGGU, 22 JANUARI 2023


KELENDER GEREJAWI : HIJAU
PEMBACAAN ALKITAB : 2 KORINTUS 3:1-18
TEMA : “PELAYAN-PELAYAN PERJANJIAN BARU”

LATAR BELAKANG
Kita sudah memasuki hari ke-22, minggu ke-4 dalam bulan Januari 2023, dan
fokus triwulan pertama adalah “pembaruan Tuhan kepada manusia” yang
akan dimaknai arti pembaruan berdasarkan 2 Korintus 3:1-18.
Kita akan menemukan 6 (enam) aspek utama “pembaruan” yang akan
diuraikan pada bahagian ini, ke enam aspek dimaksud adalah : aspek pertama
: “Surat pujian yang di tulis dengan Roh di dalam hati manusia.” ; aspek kedua
: fase sekarang adalah fase perjanjian baru di dalam Kristus, dan yang terdapat
pelayan-pelayan perjanjian baru ; aspek ketiga : kemuliaan yang menyertai
pelayanan Roh ; aspek ke-empat : fase yang tidak pudar disertai kemuliaan ;
dan aspek kelima : Kristus menyingkapkan selubung Perjanjian Lama ; aspek
ke-enam : Tuhan adalah Roh yang mengubah kita menjadi segambar dengan
Dia”, secara tekstual ringkasnya diuraikan berikut dibawah ini

PENJELASAN TEKS
Ayat 1 – 4 Surat Pujian yang ditulis dengan Roh di dalam hati manusia.
Paulus menyimpulkan keyakinan yang besar kepada Allah oleh Yesus Kristus
pada ayat (4) tentang : Surat pujian ; pada ayat (3) surat pujian itu dijelaskan
bukan di tulis dengan tinta, bukan juga di tulis pada loh-loh batu tetapi pada
loh-loh daging dan di tulis dengan Roh dari Allah yang hidup dan tempatnya
ada pada hati manusia. Karena itu surat pujian itu sama dengan “surat Kristus
yang hidup” dari kata - kamu adalah surat Kristus. Pembaruan yang Allah
kerjakan untuk seseorang mencapai satu titik yang Paulus simpulkan “adalah
surat Kristus di tulis dengan Roh dari Allah yang hidup” dan dilakukan melalui
“pelayanan”. Aspek pelayanan yang mendatangkan pembaruan hanya melalui
pemberitaan Injil kepada yang belum mengenal Tuhan Yesus Kristus.
Ayat 5 – 6 Pelayan-pelayan Perjanjian Baru terdiri dari hukum Roh yang
menghidupkan
“Pembaruan kedua”, Rasul Paulus simpulkan pada ayat (5-6) terkait dengan
era kebangkitan pelayan-pelayan Perjanjian Baru. Artinya pada era terdahulu
ada Perjanjian Lama, dan masa setelah pemberitaan Injil adalah masa Kristus

21
Pegangan Pelayan Ibadah GKI di Tanah Papua Tahun 2023

sebagai masa perjanjian baru yang digerakkan oleh pelayan-pelayan perjanjian


baru.”kesanggupan kami adalah pekerjaan Allah”, yang berpegang pada
hukum Roh, hukum Kristus.
Ayat 7 - 9 kemuliaan yang menyertai Pelayanan Roh, pelayanan yang
memimpin kepada pembenaran
Pembaruan ketiga : “kemuliaan yang menyertai pelayanan Roh”, Musa
menjadi jalan masuk untuk manusia mengerti, mengenal, mengetahui tentang
“pelayanan yang memimpin kepada kematian terukir pada loh-loh batu”.
Pada zaman Musa, Tuhan Allah menyertainya dengan kemuliaan Allah. Tetapi
di dalam Kristus kemulian Allah seutuhnya menyertai pelayanan Roh, dan
pelayanan Roh memimpin kepada pembenaran.
Ayat 10 – 13 fase yang tidak pudar disertai kemuliaan Kristus
Pembaruan ke-empat : sebelum Kristus dan penginjilan, Umat Allah hanya
ada pada bangsa Israel, dan Musa adalah Nabi besar yang Tuhan pakai secara
luar biasa untuk menunjukkan kemahakuasaan Tuhan di dalam dunia. Musa
pernah mendapatkan cahaya kemuliaan Tuhan yang masih mengitari wilayah
pundak dan kepala ke atas pada tubuh fisik manusia Musa, cahaya itu lama
kelamaan memudar, pada ayat (13b) “hilangnya cahaya yang sementara itu”.
karena itu Rasul Paulus memberikan suatu uraian terbuka tentang periode
pembaruan sebagai periode baru : “yang pudar disertai kemuliaan” sebagai
periode Musa, maka akan tiba periode “betapa lebihnya lagi yang tidak pudar
disertai kemuliaan” sebagai periode Kristus dan kemuliaan penginjilan di
dalam Kristus.
Ayat 14 – 6 Kristus Menyingkapkan selubung Perjanjian Lama
Pembaruan kelima : Kristus menyingkapkan selubung Perjanjian Lama. Kata
“kalluma” artinya selubung, untuk menjelaskan kondisi tidak terbuka, masih
tertutup, sedangkan kata “anakalupto” artinya menyingkapkan selubung, yang
pada ayat (14) menggunakan kata “anakaluptomenon” menyingkapkan
sendiri dengan muka, membuka dirinya sendiri, terbuka dari selubung. Ini
menandakan tentang periode baru yang segera dimasuki adalah periode
“anakalupto”, manusia dan siapa saja mengenal “Dia yang menyingkapkan
diri-Nya”, meskipun pada periode “anakalupto: saat ini masih saja pihak yang
membaca kita Musa “selubung” masih menutupi mereka. Kuasa untuk
menyingkapkan “hanya oleh Kristus (ay 14b)

22
Pegangan Pelayan Ibadah GKI di Tanah Papua Tahun 2023

Ayat 17 – 18 Tuhan adalah Roh, yang mengubah kita menjadi serupa dengan
gambar-Nya
Pembaruan ke-enam : pembaruan akan mendatangkan kemerdekaan,
pembebasan. Hal ini tercapai karena karunia iman untuk mengakui bahwa
Allah adalah Roh. Hanya Dialah yang memerdekakan, membebaskan.
Kemerdekaan yang sesungguhnya yang sudah dikerjakan oleh Allah adalah
Roh, yaitu “diubah menjadi serupa dengan gambar-Nya”. Karya untuk
menjadi serupa dengan gambar Allah yang adalah Roh, hanya dikerjakan,
dikaruniakan oleh Allah pencipta. Allah adalah Roh.

PENERAPAN
Enam aspek pembaruan yang diuraikan di atas menjadi dasar untuk
menemukan kualitas pemberian diri kita dalam kualitas pembaruan yang
sudah Allah kerjakan, bahwa hari ini, setiap pribadi orang percaya adalah :
(1) Surat Kristus
(2) Pelayan dari Perjanjian Baru
(3) Pelayanan Roh dan pelayanan yang memimpin kepada pembenaran
(4) Kemuliaan Kristus pada yang pudar dahulu tanpa Kristus, sekarang
memiliki kemuliaan Kristus
(5) Hidup dalam periode selubung perjanjian lama yang sudah disingkapkan
(6) Mengaku dan Percaya Allah adalah Roh menjadikan manusia mencapai
se-gambar dengan Allah adalah Roh.

GUNAKAN TATA IBADAH MINGGU IV

23
Pegangan Pelayan Ibadah GKI di Tanah Papua Tahun 2023

MINGGU, 29 JANUARI 2023


KELENDER GEREJAWI : HIJAU
PEMBACAAN ALKITAB : IBRANI 9: 11-28
TEMA : KRISTUS IMAM BESAR PENGANTARA
DARI PERJANJIAN YANG BARU

LATAR BELAKANG
Konsep Imam Dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru
Kita sudah memasuki minggu ke-4, minggu akhir dari triwulan pertama, hari
ke 29, bulan Januari 2023 fokus triwulan pertama “pembaruan” Allah dan
manusia. Perjanjian lama sampai perjanjian baru, kedudukan seorang imam
lebih bersifat manusiawi. Untuk memimpin Israel sebagai suatu bangsa dalam
melakukan penyembahan yang benar kepada Allah, maka Allah menghendaki
adanya seorang imam. Allah memerintahkan Musa memanggil Harun beserta
anak-anaknya untuk memegang jabatan imam bagi Allah. (bdk.Keluaran 28:1).
Harun dan anak-anak-Nya, yakni Nadab, Abihu, Eleazar dan Itamar.”
Pemilihan Allah atas Harun dan anak-anaknya dalam melakukan tugas
peribadahan, tentunya agar pelaksanaan lebih teratur, terarah dan berkenan
kepada Allah. Tugas yang dijalankan Harun dan anak-anaknya sebagai imam
dibantu oleh orang-orang dari suku Lewi lainnya. Tujuh tugas imam dalam
Alkitab Perjanjian Lama antara lain:
Pertama, Mempersembahkan korban-korban dari umat kepada Tuhan
(bdk.Imamat: 1-4).
Kedua, Melakukan ritual ibadah di ruang kudus bait suci setiap hari.
Ketiga, Mengadakan Pendamaian bagi orang berdosa (bdk.Imamat 5).
Keempat, Menyampaikan doa berkat bagi umat (bdk. Bilangan: 6 :22-27,
2 Korintus 13 :13).
Kelima, Mengajar umat dengan firman Tuhan/hukum taurat (bdk. 2 Tawarikh
17:7-7; 19:4).
Keenam, Menentukan sesorang menjadi Najis atau Tahir (bdk.Imamat 12:15).
Ketujuh, Menentukan hewan korban penghapus dosa layak atau tidak
(bdk.Imamat 22:17-25).
Tetapi di sisi lain merupakan ketetapan Allah untuk dilakukan umat Israel
secara turun temurun disepanjang sejarah bangsa israel. Makna imam dalam

24
Pegangan Pelayan Ibadah GKI di Tanah Papua Tahun 2023

Perjanjian Baru lebih menggambarkan tentang sosok manusia yang ilahi yaitu
Kristus. Kata yang dipakai untuk imam dalam perjanjian baru adalah ‘hierus’,
yang berarti “ia yang perkasa”, dan kemudian berarti, “seorang yang sakral,”
seorang yang mempersembahkan diri kepada Tuhan. Pengertian kata imam
dalam perjanjian baru memperjelas jati diri dari imam yaitu seorang yang
mempunyai kekuatan dan kuasa serta memiliki kesucian hidup. Kesemuanya
itu sebagai syarat menuju tugas sebagai pengantara umat dengan Tuhan Allah
sebagai yang mengutus ke dalam dunia untuk membebaskan manusia dari
dosa melalui darah-Nya.

PENJELASAN TEKS
Ayat 11-14: Kristus sebagai Imam Besar
Pada ayat 11 “ Tetapi Kristus telah datang sebagai Imam Besar untuk hal-hal
yang baik yang akan datang: ia telah melintas kemah yang lebih besar dan
yang lebih sempurna, yang bukan dibuat oleh tangan manusia”, Allah sendiri
telah menentukan bahwa keimamatan Yesus Kristus menurut Melkisedek
(bdk.Ibrani 7:1). Isi nubuatan dikutip oleh penulis Ibrani dengan mengatakan
bahwa karena Yesus Kristus berasal dari suku Yehuda, maka ditetapkan
seorang imam lain menurut cara Melkisedek (Ibr. 7:14-15). Tentunya
penetapan Yesus Kristus sebagai Imam Besar menurut cara Melkisedek memiliki
alasan dan latar belakang yang kuat. Berdasarkan Mazmur 110:4, seorang raja
keturunan Daud ditetapkan dengan sumpah Allah menjadi imam untuk
selama-lamanya menurut Melkisedek. Latar belakang penetapan ini terdapat
dalam hal penaklukan Yerusalem oleh raja Daud kira-kira tahun 1000 SM.
Berdasarkan hal ini, Daud dan keturunannya menjadi ahli waris atas jabatan
imam raja dari Melkisedek, karena Melkisedek adalah raja Salem dan
sekaligus seorang Imam Allah Yang Mahatinggi (Kej. 14:38). Berdasarkan
Kejadian 14:18, Melkisedek tampil dan menghilang tiba-tiba tanpa keterangan
tentang kelahirannya atau kematiannya. Asal nenek moyangnya atau
keturunannya dalam suatu cara menjelaskan bahwa kedudukannya lebih tinggi
dari Abram. Juga tidak disebut-sebut dari keimamatan keturunan Harun
sebagai keturunan Abram. Maka dengan itu ditetapkan bahwa keimamatan
Kristus lebih tinggi dari keimamatan suku Lewi.
Ayat 15-22: Kristus sebagai Pengantara Perjanjian
Pada ayat 15; tertulis “Karena itu ia adalah Pengantara dari suatu perjanjian
yang baru, supaya mereka yang telah terpanggil dapat menerima bagian

25
Pegangan Pelayan Ibadah GKI di Tanah Papua Tahun 2023

kekal yang dijanjikan, sebab ia telah mati untuk menebus pelanggaran-


pelanggaran yang telah dilakukan selama Perjanjian yang pertama”. Sebagai
Imam Besar, Yesus Kristus bertindak sebagai Perantara antara manusia dengan
Allah. Fungsi ini hanya dapat dikerjakan oleh Yesus Kristus karena sifat
kekekalan yang dimiliki-Nya (Ibr. 7:24). Dalam Ibrani 7:24-28 terlihat jelas
kelayakan keimamatan Yesus Kristus berdasarkan segala sifat yang ada pada
diri-Nya. Dikatakan bahwa Ia hidup senantiasa, yang saleh, tanpa salah,
tanpa noda, yang terpisah dari orang-orang berdosa dan lebih tinggi dari
pada tingkat-tingkat sorga. Semua sifat tersebut tidak dimiliki imam besar dari
keturunan Lewi. Oleh karena itu, dalam penjelasan Ibrani 7 menunjukkan
bahwa Yesus Kristus layak bertindak sebagai pengantara perjanjian sebagai
Imam Besar. Tentunya seorang Imam Besar yang melebihi segala imam besar
lainnya. Ibrani 7 dengan jelas melaporkan berbagai kriteria dan ciri-ciri dari
Yesus Kristus yang melayakkan diri-Nya menjabat sebagai Pengantara
Perjanjian Imam Besar Agung. Pembuktian Yesus Kristus sebagai Imam Besar
menurut Ibrani 7:24-28. Data Alkitab yang memberikan bukti bahwa Yesus
Kristus adalah seorang Imam Besar terlebih dahulu dijelaskan dalam perjanjian
lama. Seperti telah disebutkan, Mazmur 110:4 dan Zakharia 6:13 merupakan
acuan yang jelas tentang keimamatan Yesus Kristus.
Ayat 23-28: Kristus Pengenapan Janji Keselamatan
Pada ayat 23 berkata “ Jadi segala sesuatu yang melambangkan apa yang ada
di sorga haruslah dilahirkan secara demikian, tetapi benda-benda sorgawi
sendiri oleh persembahan-persembahan yang lebih baik dari pada itu”. Ayat
24” Sebab Kristus bukan masuk ke dalam tempat kudus buatan tangan
manusia yang hanya merupakan gambaran saja dari yang sebenarnya, tetapi
ke dalam sorga sendiri untuk menghadap hadirat Allah guna kepentingan
kita”. Dalam perjanjian baru hanya ada satu kitab saja yang menyebutkan
Yesus Kristus sebagai Imam Besar, yaitu surat Ibrani 9:11. Sebelum membahas
lebih dalam tentang keimamatan Yesus Kristus dalam surat Ibrani, perlu
mengetahui tentang keimamatan kekal dari Yesus Kristus. Salah satu masalah
yang timbul ialah pertanyaan kapan waktunya Kristus menerima jabatan-Nya
sebagai Imam Besar. Barangkali kecenderungan yang paling umum adalah
menerima pemikiran bahwa pekerjaan Kristus sebagai Imam Besar dimulai
dengan Salib dan pemuliaan yang mengikuti kebangkitan-Nya. Hal tersebut
ditegaskan pula oleh Brill, bahwa pekerjaan Yesus Kristus sebagai Imam Besar
telah dimulai pada waktu Ia menyerahkan diri-Nya di kayu salib dengan

26
Pegangan Pelayan Ibadah GKI di Tanah Papua Tahun 2023

korban darah-Nya karena dosa manusia. Namun Walvoord menjelaskan


bahwa Yesus Kristus memulai pekerjaan-Nya sebagai Imam Besar ketika Ia
dilantik menjadi Imam oleh baptisan Yohanes atau pada saat inkarnasi itu
sendiri. Mengacu pada penjelasan Mazmur 110:4 yang dikutip surat Ibrani
7:20-21 menunjukkan bahwa Kristus adalah seorang Imam pada saat Mazmur
itu ditulis seribu tahun sebelum kelahiran Kristus. Bahkan walaupun inkarnasi-
Nya dan peristiwa-peristiwa berikutnya penting untuk melaksanakan
keimamatan ini. Hal ini berarti keimamatan Yesus Kristus telah ditetapkan jauh
sebelum kelahiran-Nya, sehingga pada saat itu Kristus memang seorang imam.
Tetapi jabatan keimamatan Kristus secara sah belum berlaku pada waktu itu.
Pelaksanaan tugas sebagai seorang Imam Besar terjadi pada saat Ia
mengorbankan diri-Nya di kayu Salib.

PENERAPAN
Karya Keselamatan Yesus Kristus adalah Sempurna. Keberadaan Yesus Kristus
yang bersifat kekal menyebabkan keimamatan-Nya juga kekal adanya. Dengan
demikian berdampak pada tindakan penyelamatan yang dilakukan oleh Yesus
Kristus. Terlihat jelas dalam surat Ibrani 7:25, “Karena itu, Ia sanggup juga
menyelamatkan dengan sempurna semua orang yang oleh Dia datang kepada
Allah. Sebab Ia hidup senantiasa untuk menjadi Pengantara mereka.” Yesus
Kristus sanggup untuk menyelamatkan karena Ia memiliki kuasa untuk
melakukannya. Kesanggupan Yesus Kristus tersebut dijelaskan dengan
pemakaian kata ‘dunatai’ dari kata dasar ‘dunamai’, yang berarti mampu,
sanggup, kekuatan dan kuasa. Jadi sebagai Imam Besar, Yesus Kristus berkuasa
untuk melakukan tindakan yang menyelamatkan manusia.
Imamat baru dalam Perjanjian Baru diperlihatkan dengan jelas melalui ayat-ayat
berikut. Dalam 1 Petrus 2:5, 9 disebutkan bahwa orang-orang percaya adalah: “
... batu hidup untuk pembangunan suatu rumah rohani, bagi suatu imamat
kudus, untuk mempersembahkan persembahan rohani yang karena Yesus
Kristus berkenan kepada Allah. Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat
yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu
memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil
kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib.” Dalam kitab Wahyu
1:6 juga disebutkan: “yang telah membuat kita menjadi suatu kerajaan, menjadi
imam- imam bagi Allah, Bapa-Nya, bagi Dialah kemuliaan dan kuasa sampai
selama-lamanya.
GUNAKAN TATA IBADAH MINGGU I

27
Pegangan Pelayan Ibadah GKI di Tanah Papua Tahun 2023

IBADAH KELUARGA
KELOMPOK PENELAHAN ALKITAB (PA)

Bagilah kelompok Penelahan Alkitab ke dalam 3 Kelompok


Perhatian : Anak-Anak Kelas Anak Kecil dan Tanggung dibuat kelompok
tersendiri, mereka akan menyanyikan 2 lagu yang isinya berkaitan dengan
Penebusan (Misalnya : Penebusku di Salib) ; atau Yesus Imam Besar. Lagu
pertama dinyanyikan diisi saat kelompok satu sudah menyampaikan hasil
penelahan ; dan lagu kedua dinyanyikan saat kelompok ke-3 menyampaikan
hasil penelahan …
Kelompok (1) : Gambarkanlah apa saja Tugas Imam Besar dari ayat (11, 12, 13
dan 14) silahkan dibuat perbandingan dengan teks parallel dari PL
Kelompok (2) : jelaskanlah makna dari beberapa kata dalam ayat (15),
misalnya :
Ia adalah Pengantara dari suatu perjanjian yang baru ;
Terpanggil menerima bagiang kekal yang dijanjikan ;
Ia telah mati untuk menebus pelanggaran-pelanggaran yang telah dilakukan
selama perjanjian lama
Kelompok (3) :
Apa arti perjanjian yang lama
Apa arti perjanjian yang baru

28
Pegangan Pelayan Ibadah GKI di Tanah Papua Tahun 2023

SELASA, 31 JANUARI 2023


KELENDER GEREJAWI : IBADAH KUNCI BULAN - HIJAU
PEMBACAAN ALKITAB : 2 TESALONIKA 3: 1-15
TEMA : BERDOA DAN BEKERJA

LATAR BELAKANG
Kita sudah ada pada hari ke-31 dari bulan Januari 2023, sebagai hari, tanggal
dan bulan terakhir, memasuki kunci bulan Januari, dan fokus layanan pada
“pembaruan” Allah kepada manusia” sebagaimana tersedia pada teks bacaan
2 Tesalonika 3:1-15.
Ungkapan Bahasa latin “Ora et Labora” di terjemahkan ke dalam Bahasa
Indonesia “Berdoa dan Bekerja”. Ungkapan Latin ini hingga kini di gunakan
dalam Gereja Kristen dan atau Orang Kristen sebagai motto saat bekerja
maupun berjuang dalam menjalani kehidupan agar senantiasa di berkati
Tuhan. Acapkali dalam praktekhidup orang Kristen, ada yang hanya berdoa
melulu saja tanpa mau bekerja keras. Sebaliknya, ada orang yang suka bekerja
keras dan menganggap doa kurang penting maka ungkapan “Ora et Labora”,
“Berdoa dan Bekerja” telah memberi makna yang jelas bahwa orang Kristen di
nasihati agar tidak hanya setia berdoa keras tetapi juga harus bekerja keras. Ini
panggilan Allah bagi Orang Kristen untuk senantiasa Berdoa dan Bekerja.
Khotbah Kunci Bulan Januari ini dari Kitab 2 Tesalonika 3: 1-15 dengan tema:
Berdoa dan Bekerja”, akan menjadi bahan renungan bagi jemaat dan unsur-
unsur jemaat GKI Di Tanah Papua.

PENJELASAN TEKS
Untuk menelaah teks bacaan ini, saya membaginya dalam beberapa bagian
sebagai berikut :
Ayat 1 – 2 : Berbicara tentang pentingnya doa dalam menghadapi kesulitan.
Rasul Paulus dengan rendah hati meminta kepada saudara-saudara seiman,
yakni Jemaat di Tesalonika untuk setia berdoa agar Firman TUHAN (Injil
Kristus) yang diberitakan memperoleh kemajuan dan dimuliakan oleh orang
banyak. Selain itu, supaya Rasul Paulus dan rasul-rasul lainnya terlepas dari
gangguan para pengacau dan orang-orang jahat yang ingin mengacaukan
pekerjaan pemberitaan Firman Tuhan. Hal ini karena tidak semua orang
beroleh iman kepada Tuhan.
Ayat 3 – 4 : Berbicara tentang Kepercayaan Rasul Paulus terhadap Jemaat di
Tesalonika. Rasul Paulus dan rasul-rasul lainnya mengatakan kepada mereka
yang mengalami penderitaan bahwa TUHAN adalah Setia, Ia akan

29
Pegangan Pelayan Ibadah GKI di Tanah Papua Tahun 2023

memelihara dan menguatkan hati jemaat dari setiap orang yang menindas dan
berbuat jahat. Disamping itu, Rasul Paulus percaya dalam nama Tuhan bahwa
segala ajaran dan nasihat yang terkait dengan Firman TUHAN sudah ia
sampaikan kepada mereka. Jemaat Tesalonika akan melakukannya dan
mempraktekkan ajaran Firman TUHAN itu dengan baik untuk Kemuliaan
Nama TUHAN selamanya.
Ayat 5 – 6 : Doa dan harapan Rasul Paulus agar TUHAN Kirannya tetap
menunjukkan hati jemaat Tesalonika kepada kasih Allah dan kepada
Ketabahan Kristus. Dia mendoakan agar mereka tetap setia, tabah dan teguh
dalam iman Kepada Yesus Kristus. Pada bagian ini, Rasul Paulus dan rasul-rasul
lainnya berpesan kepada Jemaat Tesalonika untuk menjauhkan diri dari setiap
orang yang tidak melakukan pekerjaannya dan tidak meneladani hidup Rasul
Paulus atau menuruti ajaran yang telah mereka terima dari para rasul.
Ayat 7 – 9 : Rasul Paulus secara langsung dan tersirat menyatakan bahwa
hendaknya jemaat Tesalonika memahami segala sesuatu tentang
keteladanannya dan rasul-rasul lainnya. Sebab Rasul Paulus dan para rasul
tidak lalai bekerja di Antara mereka. Hal itu dibuktikan oleh Rasul Paulus dan
rasul-rasul lainnya dengan bekerja keras untuk mencukupi kebutuhannya dan
tidak menjadi beban bagi jemaat. Bahkan, Rasul Paulus sempat mengingatkan
bahwa dirinya dan para rasul yang melayani di Tesalonika waktu itu,
sebenarnya mempunyai hak mendapat imbalan atas pelayanan mereka. Tetapi
itu tidak mereka tuntut, sebab Rasul Paulus dan para rasul lainnya hanya ingin
menjadikan diri mereka sebagai teladan bagi orang-orang percaya di Jemaat
Tesalonika.
Ayat 10 – 11 : Rasul Paulus menasihati jemaat Tesalonika bahwa jika seseorang
tidak mau bekerja, janganlah Ia makan. Rasul Paulus mengatakan hal itu
karena, Ia dan para rasul mendengar bahwa ada diAntara jemaat Tesalonika
yang tidak tertib hidupnya dan tidak mau bekerja hanya berpangku tangan
serta sibuk dengan segala sesuatu yang tidak bermanfaat.
Ayat 12 – 13 : Nasihat Rasul Paulus dan para rasul lainnya agar jangan jemu-
jemu (bosan) berbuat apa yang baik. Seperti seorang bapa menasihati anak-
anaknya, maka demikian pula Rasul Paulus menasihati dan mengingatkan
orang-orang malas yang tidak mau Bekerja, supaya mereka tetap tenang
melakukan pekerjaannya. Dan dengan itu, mereka makan makanannya
sendiri. Rasul Paulus kembali memesan kepada Jemaat Tesalonika sebagai
saudara-saudara seiman agar hendaknya mereka semua tidak jemu-jemu
berbuat baik kepada semua orang.

30
Pegangan Pelayan Ibadah GKI di Tanah Papua Tahun 2023

Ayat 14 – 15 : Pada bagian terakhir teks bacaan ini , sekali lagi Rasul Paulus
dan rasul-rasul lainnya menasihati Jemaat di Tesalonika untuk janganlah
menganggap orang malas dan orang yang tidak mau bekerja itu sebagai
musuh, tetapi tegurlah dia sebagai saudara seiman. Lebih jauh Paulus tegaskan,
bahwa apabila ada orang yang tidak mau mendengar Firman TUHAN yang
tertulis dalam suratnya, maka hendaklah mereka menandai dia dan jangan
bergaul dengan dia. Dengan begitu orang tersebut malu. Namun, janganlah
anggap dia sebagai musuh sebaliknya tegurlah dia sebagai saudara seiman
dalam nama Yesus Kristus TUHAN kita.

PENERAPAN
Pelajaran rohani yang kita “petik” dari bacaan Firman TUHAN dalam kitab
2Tesalonika 3:1-15 sebagai berikut :
1) Rasul Paulus dan para rasul lainnya telah memberi didikan, ajaran dan
beberapa nasihat praktis yang penting bagi Jemaat Tesalonika dimasa
lampau dan kita orang-orang percaya dimasa kini, bahwa kita semua
harus setia berdoa bagi para hamba TUHAN, supaya Firman TUHAN
beroleh kemajuan dan dimuliakan oleh segala suku bangsa sampai keujung
bumi. Karena Firman TUHAN adalah satu-satunya sumber bagi manusia
untuk mengenal Allah dan merupakan otoritas tertinggi untuk mengatur
tingkah laku (moral dan etika) bagi orang-orang percaya (Kristen).
2) Tuhan itu setia. Ia senantiasa memegang dan menepati janjiNya, akan
menguatkan hati kita dan memelihara semua orang yang setia berdoa dan
bekerja keras. Ia akan tetap menujukan hati kita kepada Kasih Allah dan
ketabahan hati kristus.
3) Kita belajar untuk mengikuti teladan para hamba TUHAN, terutama
teladan Yesus Kristus Juruselamat kita. Kita pun mendengar nasihat Paulus
supaya jangan jemu-jemu untuk berbuat baik. Demikian pula jika ada
sesama orang percaya yang lemah imannya (lalai, malas, dst), kita diminta
supaya jangan menganggapnya sebagai musuh yang harus dijauhi atau
dihindari, melainkan tegurlah dia dengan baik sebagai saudara seiman
didalam kasih Yesus Kristus TUHAN kita, agar dia dimenangkan dan nama
TUHAN dimuliakan.
Berdoa dan bekerja keras adalah panggilan hidup orang percaya (Kristen).
Maka dalam Disiplin hidup orang percaya, Berdoa dan Bekerja Keras
merupakan totalitas yang saling mengait satu dengan yang lain dan tidak
terpisahkan. Jadi, orang percaya diminta untuk tidak hanya berdoa keras,
tetapi juga harus bekerja keras. (bnd. Yohanes 5:17; Amsal 18:9).

31
Pegangan Pelayan Ibadah GKI di Tanah Papua Tahun 2023

Fokus Pembaruan GKI Pada Pelayanan


Triwulan Pertama Januari-Februari-Maret 2023
“Pembaruan Tuhan Kepada Manusia”

BULAN KE-2 : FEBRUARI 2023


MINGGU, 05 FEBRUARI 2023
KELENDER GEREJAWI : MERAH
PEMBACAAN ALKITAB : ROMA 9:1-29
TEMA : “ORANG PERCAYA ANAK-ANAK PERJANJIAN
DI DALAM KRISTUS”

LATAR BELAKANG
Minggu 5 Februari merupakan minggu pertama dalam bulan Februari, dan
minggu ke-6 dalam tahun 2023, hari ke-36 bulan kedua dalam triwulan pertama
dengan acuan fokus pelayanan dalam triwulan ini adalah “Pembaruan TUHAN
kepada Manusia”. Fokus triwulan satu ini didasarkan pada firman Tuhan yang
diambil dari Surat Paulus kepada Jemat Roma, Roma 9:1-29.
Teks Roma 9:1-29 direfleksikan dengan sejarah penginjilan 168 tahun
perjumpaan Yesus Kristus dengan bangsa dan negeri Papua, dapat tergambar
mirip dengan situasi dan kondisi ayat (15) "Aku akan menaruh belas kasihan
kepada siapa Aku mau menaruh belas kasihan dan Aku akan bermurah hati
kepada siapa Aku mau bermurah hati.", artinya tanggal 5 Februari 1855 hati
Tuhan bagi Papua adalah “hari belas kasih dan kemurahan Allah bagi negeri
dan bangsa Papua”. Yang sebenarnya, bila dibuat refleksi atas ayat (22) “Jadi,
kalau untuk menunjukkan murka-Nya dan menyatakan kuasa-Nya, Allah
menaruh kesabaran yang besar terhadap benda-benda kemurkaan-Nya, yang
telah disiapkan untuk kebinasaan” – hanya “kesabaran Tuhan” atau dalam
masa kesabaran Tuhan, Negeri dan bangsa Papua sebenarnya berhadap
dengan “murka Tuhan yang membinasakan” atau Papua “mungkin tidak lagi
berjumpa dengan Injil Tuhan Yesus Kristus”, tetapi, justru pada masa
kesabaran Tuhan, negeri dan bangsa Papua “Tuhan memilih dan terpilih”, teks
ayat (23-24) “justru untuk menyatakan kekayaan kemuliaan-Nya atas benda-
benda belas kasihan-Nya yang telah dipersiapkan-Nya untuk kemuliaan, yaitu
kita, yang telah dipanggil-Nya bukan hanya dari antara orang Yahudi, tetapi
juga dari antara bangsa-bangsa lain,…”. Maka perubahan Papua ke dalam Injil
bukan karena permohonan Papua, tetapi karena “panggilan Tuhan, pilihan

32
Pegangan Pelayan Ibadah GKI di Tanah Papua Tahun 2023

Tuhan” untuk menjadi “benda-benda belas kasihan Allah”. Inilah dasar utama
“pembaruan Tuhan kepada manusia Papua dan negeri mereka”, bahwa Papua
sudah menjadi bangsa yang disiapkan Tuhan untuk menyinarkan kemuliaan
Tuhan bagi bangsa-bangsa, yaitu melalui Injil Tuhan Yesus Kristus.

PENJELASAN TEKS
Ayat 1 – 5 Mengatakan Kebenaran Tentang Jati diri Paulus
Pada bagian ini untuk satu hal, yaitu tentang “saudara-saudara, kaum sebangsa
secara jasmani” (ay 3) kata jasmani (sarka) dari kata “sarks” artinya daging,
tubuh, manusia, jasmani, ukuran manusia, bangsa. Paulus gunakan untuk
menyebut “kondisi masa lalu dia yang saat ini riil ada dan sedang dijalani,
dihidupi oleh saudara-saudara, kaum sebangsanya, ia menyebut demikian dari
kondisi masa depan Paulus ketika Paulus sudah hidup di dalam Tuhan Yesus
Kristus. Bagaimana tuntutan jati diri kultural dalam dirinya berperang. Rasul
mengutarakan “ikatan jati diri bangsa dan dirinya” dengan menggunakan 3
(tiga) kata yang memiliki makna sama untuk menguatkan pernyataan rasul
Paulus, pertama kata “kebenaran” (Aletheian, aletheia), kedua, kata “tidak
berdusta” (ou pseudomai) dan ketiga “suara hati” atau “hati nurani”
(suneideseos) atau berbicara dalam keadaan sadar. Kata “aletheian” atau
kebenaran memiliki kasus akusatif sehingga baik kata kebenaran, tidak berdusta
dan suara hati atau kesadaran mengatakan tentang yang benar konteksnya
adalah Rasul Paulus dengan sungguh-sungguh sadar mengatakan tentang
keadaan dan situasi kejiwaan dan mentalitas dirinya. Tentang saudara-saudara,
kaum sebangsa secara jasmani. Kebenaran yang Paulus bicarakan adalah
“kebenaran dalam Kristus” (alethian en Christo) dan “suara hati yang bersaksi
adalah suara hati dalam Roh Kudus” (“suneideseos en pneumati hagio”
Ayat 6 – 9 Anak-Anak Allah, Anak-anak Perjanjian, keturunan yang benar
Teks bagian ini menegaskan satu status dalam 3 kata diurai secara simbolik,
yaitu pertama status “anak-anak Allah” (tekna Theou), kedua, status “anak-
anak perjanjian” (tekna epanggelias) dan ketiga, status keturunan yang benar
(sperma = benih, keturunan), ketiga status dimaksud dikaitkan dengan 2 (dua)
pernyataan berikut : (1) “sebab tidak semua orang yang berasal dari Israel
adalah orang Israel (ay 6) ; tidak semua yang terhitung keturunan Abraham
adalah anak Abraham (ay 7)”. Sehingga dari janji Firman, penjanjian tentang
anak perjanjian digenapi (ay 9), dari sinilah lahir Anak-Anak Allah, Anak-Anak
Perjanjian dan keturunan yang benar, yaitu yang berasal dari Roh dan Firman
atau yang keluar datang dari Allah.

33
Pegangan Pelayan Ibadah GKI di Tanah Papua Tahun 2023

Ayat 10 – 18 Belas Kasih dan Kemurahan Hati Allah


Teks bagian ini bagi kita Rasul Paulus menguraikan tentang 5 prinsip belas
kasih dan kemurahan Allah, yaitu :
(1) Belas kasih dan kemurahan Allah yang pertama : Rencana Allah (prothesis
Theou) ; pemilihan Allah (eklogen Theou) dan panggilan Tuhan
(kalountos Theou) (ay 11)
(2) Belas kasih dan kemurahan Allah yang kedua : Allah adil adalah Allah
Yang Mustahil (ay 14)
(3) Belas kasih dan kemurahan Allah yang ketiga : Allah menaruh belas
kasihan (eleeso Theou) kepada siapa saja Allah menaruh belas kasih (eleo)
(ay 15)
(4) Belas kasih dan kemurahan Allah yang ke-empat : Allah menaruh
kemurahan (oiktireso) kepada siapa saja yang memperoleh kemurahan
(oiktiro) (ay 15)
(5) Allah menegarkan hati siapa yang dikehendakinya (sklerunei =
mengeraskan) (ay 18)
Ayat 19 – 29 Allah Yang Maha kuasa, Allah Yang Sabar dan Allah yang penuh
Belas Kasih
(1) Allah Yang Mahakuasa : Allah yang membentuk Manusia (ay 19-21)
(2) Allah Yang Sabar dan penuh Belas Kasih 22-29) --Allah Mengangkat
bangsa Israel adalah Allah Yang sama Mengangkat Bangsa-Bangsa (ay 22-
Benda-benda kemurkaan (skeun orges) Allah untuk kebinasaan (apoleian)
(ay 22) -- Untuk satu hal “kebinasaan” (apoleian) dari benda-benda
kemurkaan (skeun orges) kebesaran Allah ditampakkan melalui 3 (tiga
aspek), yaitu (1) Allah yang “murka” (orgen Theou) ; (2) Allah yang
menyatakan “kuasa Allah” (dunaton Theou) dan (3) Allah yang
menunjukkan “kesabaran Allah” (makrothumia Theou) -- Benda-benda
Belas Kasih (skeun eleous) Menyatakan (gnorizo=memberitahu, tahu)
kekayaan kemuliaan (doksen) Allah (ay 23-24)
Ayat 23 dan 24 menerangkan tentang “alasan mengapa Allah menaruh
kesabaran yang besar terhadap benda-benda kemurkaan-Nya?” (ay 22),
terjawab pada ayat 23-24, mestinya bangsa Yahudi dihukum dan bangsa-
bangsa lain dihukum, mereka inilah benda-benda kemurkaan itu, tetapi
sebaliknya, “Allah menaruh kesabaran yang besar” (makrothumia Theou),
terhadap benda-benda kemurkaan itu, supaya pada masa kesabaran Allah

34
Pegangan Pelayan Ibadah GKI di Tanah Papua Tahun 2023

tercapai maksud Allah, yaitu “terpanggil dari antara orang Yahudi dan
terpanggil dari bangsa-bangsa lain (ay 24) didalam dan oleh Tuhan. Dan oleh
Tuhan mereka dijadikan sebagai “benda-benda belas kasih” (skeun eleous)
Allah, untuk “menyatakan” (gnorizo=memberitahu) kekayaan kemuliaan
(doksen) Allah. Allah yang ada dipihak mereka, Allah yang menjadi pembela
yang adil, Allah yang membenarkan mereka, Rasul Paulus kisahkan secara
terbuka dengan beberapa pernyataan yang menunjukkan Allah sudah
meneggakkan mereka yang terpilih dan terpanggil dalam masa kesabaran
Allah, yaitu :
1. Bukan umat-Ku, Ku-sebut umat-Ku (ay 25)
2. Yang bukan kekasih – Kekasih (ay 25)
3. Kamu bukan umat-Ku akan dikatakan mereka Anak-Anak Allah yang hidup
(ay 26)
4. Sisa Israel akan diselamatkan (ay 27)

PENERAPAN
Negeri dan bangsa Papua sudah menjadi “benda-benda kemuliaan Allah”
didalam dunia, khususnya di tanah dan negeri Papua. Itu adalah hadiah dari
kasih karunia Allah. Tuhan sendiri yang mencari dan menemukan Bangsa
Papua, Tuhan sendiri yang pilih untuk menjadi “bangsa pilihan Tuhan”. Pada
momentum 169 tahun Pekabaran Injil di negeri Papua, mari kita yang berada
di negeri Papua atau mari kita sebagai bangsa Papua, menyatakan
berkomitmen iman, merespon panggilan dan pilihan Tuhan untuk terus
kobarkan semangat pemberitaan Injil dalam kehidupan pribadi, keluarga,
gereja dan publik Papua dan dunia.
Hanya Tuhan yang mengubah masa-masa dan waktu dan peradaban hidup
manusia ke dalam sejarah dan peradaban yang sejalan dengan Tuhan.
Demikianlah kuasa-Nya yang hebat “yang bukan umat-Ku, Ku sebut Umat-Ku
(ay 25) ; yang bukan kekasih, Kekasih dan yang bukan umat-Ku dikatakan
“mereka Anak-Anak Allah yang hidup”, demikianlah Papua dan negerinya
dalam genggaman “Kasih Allah yang kuat”.

KELOMPOK DISKUSI IBADAH KELUARGA


Buatlah dua kelompok, dan diskusikanlah dua bagian berikut :
Kelompok (1) : Siapakah Israel menurut (ayat 4-5)?
Kelompok (2) : siapakah anak-anak perjanjian menurut ayat (6-8)?

35
Pegangan Pelayan Ibadah GKI di Tanah Papua Tahun 2023

MINGGU, 12 FEBRUARI 2023


KELENDER GEREJAWI : HIJAU
PEMBACAAN ALKITAB : I KORINTUS 11: 17-34
TEMA : ”KEKUDUSAN PERJAMUAN MALAM”

LATAR BELAKANG
Kita sudah berada pada bulan Februari minggu ke-2, mencapai hari ke-43 dan
minggu ke-7 dalam tahun 2023, fokus pelayanan pada triwulan pertama
“pembaruan” terkait dengan pembaruan Tuhan kepada manusia yang akan
menuntun kita melalui teks I Korintus 11:17-34.
Ada sebuah cerita rakyat mengenai Sup Batu : Cerita ini berkisah tentang
beberapa orang penjelajah asing yang kelaparan dan membujuk masyarakat
sebuah kota untuk berbagi sejumlah kecil makanan mereka dalam rangka
membuat sebuah hidangan yang dapat dinikmati setiap orang. Peristiwa ini
terjadi ketika beberapa orang penjelajah datang ke sebuah desa, hanya
membawa sebuah tungku masak kosong. Saat mereka datang, para penduduk
desa tak berniat untuk berbagi makanan apapun kepada para penjelajah yang
kelaparan tersebut. Kemudian, para penjelajah pergi ke sungai dan mengisi
tungku tersebut dengan air, memasukkan sebuah batu besar ke dalamnya, dan
menempatkannya ke sebuah perapian. Salah satu penduduk desa menjadi
penasaran dan bertanya soal apa yang mereka lakukan. Para penjelajah
tersebut menjawab bahwa mereka sedang membuat "sup batu", yang rasanya
menakjubkan dan akan mereka bagi dengan para penduduk desa, meskipun
masih membutuhkan sejumlah kecil hiasan, yang tak mereka memiliki, untuk
menambah rasa.
Penduduk desa tersebut, yang berniat menikmati sup yang dibagi tersebut,
tanpa berpikir panjang membawa beberapa wortel yang ditambahkan ke sup
tersebut. Penduduk desa lainnya menghampiri, penasaran dengan tungku
tersebut, dan para penjelajah kembali berkata soal sup batu mereka yang
belum benar-benar selesai. Penduduk desa tersebut membawa sejumlah
kecil bumbu. Para penduduk desa lainnya menghampiri dan masing-masing
menambahkan bahan lainnya. Pada akhirnya, batu tersebut (yang tidak untuk
dimakan) diangkat dari tungku tersebut, dan sepanci sup dinikmati oleh para
penjelajah dan penduduk desa. Meskipun para penjelajah menipu para
penduduk desa untuk berbagi makanan dengan mereka, mereka berhasil
mengubahnya menjadi hidangan lezat yang mereka bagi dengan para

36
Pegangan Pelayan Ibadah GKI di Tanah Papua Tahun 2023

penyumbang. Kisah Sup Batu ini memberikan pesan moral mengenai nilai
berbagi.
Hal berbagi ini juga merupakan sesuatu penting di dalam sebuah Perjamuan
Kudus. Karena di dalam perjamuan kudus itu sendiri, seseorang diingatkan
tentang bagaimana Kristus yang bersolidaritas dengan manusia, membagi
hidupNya untuk menyelamatkan manusia lewat pengorbananNya yang besar
di atas kayu salib. Yesus membagi kemuliaan-Nya supaya manusia menjadi
mulia. Namun, kita kadang melupakan perbuatan Yesus, sehingga kita menjadi
egois dan hanya memuaskan diri sendiri. Dengan berbagi, ada kebersamaan,
ada persekutuan yang terjalin erat dengan kasih Kristus menjadi pengikatNya.
Sejak semula, perjamuan dalam jemaat Kristen itu juga ditandai dengan
berbagi makanan dan minuman. Namun di jemaat Korintus hal ini sudah
mulai bergeser. Apa yang terjadi dengan jemaat Tuhan di Korintus?

PENJELASAN TEKS
Kejengkelan Paulus (Ayat 17-22)
Perjamuan kasih (Agape) kudus yang bersifat religius itu berubah menjadi
sandiwara humor yang memalukan.
Ayat 17-19 : Paulus menegur dan mengingatkan bahwa pertemuan-pertemuan
dari Jemaat Tuhan di Korintus tidak mendatangkan kebaikan tetapi
mendatangkan keburukan. Masalah-masalah yang menimbulkan perpecahan
dalam jemaat di Korintus saat beribadah antara lain karena kesalahpahaman
tentang perjamuan Tuhan (ay 20-34) dan kekacauan dalam penggunaan
karunia Roh. Semua itu mengecewakan orang-orang yang berkumpul untuk
beribadat. Mengenai “ada perpecahan di antara kamu” sebenarnya lebih tepat
diterjemahkan dengan “berbagai golongan”. Hal ini tampaknya muncul sebab
golongan kaya, bertentangan dengan kebiasaan, dengan rakus melahap
konsumsi mereka yang lebih berlimpah sebelum golongan yang miskin tiba,
sehingga mereka tidak perlu berbagi makanan mereka selaku lambang lahiriah
dari kesatuan tubuh. Paulus mengakui bahwa ada berbagai perbedaan di
antara umat Tuhan di Korintus.. Akan tetapi, apabila perbedaan-perbedaan itu
berkembang menjadi perpecahan karena mengikuti kehendak sendiri-sendiri,
maka itu merusak jemaat. Adanya berbagai golongan ini pada akhirnya
menunjukkan siapakah yang tahan uji atau berfungsi untuk membedakan
mana orang-orang percaya yang sesungguhnya dan bukan.

37
Pegangan Pelayan Ibadah GKI di Tanah Papua Tahun 2023

Ayat 20-22 : Orang-orang Korintus memamerkan diri mereka bahwa mereka


sedang berkumpul untuk berbagi roti dan anggur perjamuan Tuhan. Jadi
sesungguhnya mereka itu berkumpul bukan untuk makan Perjamuan Tuhan.
Di jemaat Korintus, makan bersama itu telah menjadi waktu dimana sebagian
orang makan dan minum secara berlebihan sementara sebagian lainnya lapar.
Sejumlah anggota jemaat makan roti dan minum semua anggur tanpa
menunggu anggota lainnya. Bahkan beberapa orang minum anggur terlalu
banyak sehingga mereka mabuk. Kurang ada perbuatan berbagi dan saling
peduli. Dan ini menunjukkan bahwa mereka salah memahami Perjamuan
Tuhan. Karena apa yang dilakukan ini tidak menunjukkan kesatuan dan kasih
yang seharusnya menjadi ciri jemaat tersebut sebagai jemaat Kristen. Paulus
mengkritik perbuatan ini dan kembali mengingatkan jemaat akan tujuan
sesungguhnya dari Perjamuan Kudus. Apakah kamu tidak mempunyai rumah
sendiri untuk makan dan minum? (22) Pertanyaan ini penuh kemarahan dan
dialamatkan kepada orang-orang yang menganggap persekutuan itu hanya
sebagai jamuan makan sosial biasa dan bukan perjamuan kasih yang rohani.
Tinjauan tentang pengajaran yang pernah disampaikan (ayat 23-26)
Rasul Paulus membenarkan tegurannya dengan meninjau makna yang nyata
dan sesungguhnya dari peraturan tersebut dengan merunut balik pengajaran
itu sampai ke Tuhan Yesus sendiri.
Ayat 23: Laporan Paulus tentang apa yang Yesus katakan dan lakukan saat
Perjamuan Paskah terakhir bersama para muridNya ini mirip dengan apa yang
terdapat dalam Injil Lukas 22:19-20. Dengan saling berbagi dalam perjamuan
Tuhan, para pengikut Yesus mengingat bahwa mereka dipersatukan oleh
kematianNya sampai Ia datang kembali. Paulus tidak dapat memuji mereka
sebab perilaku mereka itu tidak selaras dengan yang ia telah terima dari
Tuhan. Dia tidak menjelaskan apakah ia menerima pengajaran mengenai hal
itu langsung dari Tuhan atau dari sumber yang lain.
Ayat 24 : Roti dibagikan terlebih dahulu. Setelah itu baru disajikan anggur,
yang melambangkan kematian yang mengakhiri perjanjian yang lama dan
meresmikan yang baru. Di dalam kata-kata inilah tubuh-Ku, rasul Paulus
sesungguhnya tidak mengajarkan pandangan yang mengatakan bahwa roti
dalam perjamuan kudus sungguh-sungguh menjadi tubuh Kristus. Roti itu jelas
sama sekali tidak menjadi tubuh Tuhan pada saat Dia mengatakan hal itu,
demikian juga cawan itu bukan perjanjian baru secara harfiah (ayat 25).
Sesungguhnya kata inilah memiliki arti “melambangkan”.

38
Pegangan Pelayan Ibadah GKI di Tanah Papua Tahun 2023

Ayat 25 : Apakah perjanjian baru ini? Dalam perjanjian yang lama, orang bisa
menghampiri Allah hanya melalui para imam dan sistem persembahan kurban.
Kematian Yesus di kayu salib menandai dimulainya perjanjian baru atau
perjanjian antara Allah dengan manusia. Sekarang semua orang bisa secara
pribadi menghampiri Allah dan berkomunikasi denganNya. Perjanjian baru itu
menyempurnakan dan bukan menggantikan perjanjian lama tetapi
menggenapi segala hal yang dinantikan dalam Perjanjian Lama. Pengulangan
ungkapan “menjadi peringatan akan Aku” dirancang untuk jemaat di Korintus
yang hidup tidak teratur. Mereka perlu diingatkan bahwa yang dipentingkan
di dalam perjamuan kudus tersebut adalah persekutuan dengan Kristus, dan
bukan dengan makanan.
Ayat 26 : Ini menunjukkan alasan mengapa perjamuan kudus itu perlu
diulang-ulang terus. Perjamuan kudus itu sesungguhnya merupakan sebuah
khotbah yang dipraktekkan sebab ketika itu kematian Tuhan diberitakan , dan
ini dilaksanakan sampai Tuhan datang.
Penerapan kepada Jemaat di Korintus (Ayat 27-34)
Paulus sekarang menerapkan ajaran tersebut kepada orang-orang percaya
yang hidup tidak teratur itu di Korintus.
Ayat 27 : Ini bukan dimaksudkan kepada orang yang ikut ambil bagian pada
perjamuan kudus, tetapi lebih pada cara ia ikut ambil bagian dalam perjamuan
kudus. Dan itu berarti tidak menghargai pengorbanan Yesus dan tidak
memahami apa arti dari perjamuan kudus dan membedakannya dengan
jamuan makan biasa.
Ayat 28 : Oleh karena itu setiap orang harus menguji dirinya sendiri atau
mawas diri. Sebelum ikut ambil bagian seseorang harus mempersiapkan diri.
Ayat 29-30 : Adalah alasan mengapa orang harus menguji diri atau mawas diri
atau pengakuan dosa sebelum makan perjamuan kudus, karena jika tidak
melakukan hal tersebut dipercaya bahwa yang bersangkutan mendatangkan
hukuman atas diri sendiri. Bahkan ada yang lemah, sakit bahkan meninggal.
Ayat 31 : Cara untuk mencegahnya adalah dengan menguji diri sendiri dengan
benar.
Ayat 33 : merupakan kata-kata Penutup dari bagian yang diingatkan Paulus ini
yaitu suatu permintaan kepada orang-orang Korintus untuk mengingat tentang

39
Pegangan Pelayan Ibadah GKI di Tanah Papua Tahun 2023

kesatuan tubuh itu sewaktu mereka merayakan perjamuan kudus. Saat


berkumpul untuk makan, harus saling menunggu.
Ayat 34 : Orang-orang harus datang ke perjamuan dengan rasa rindu akan
persekutuan dengan orang-orang percaya lainnya dan mempersiapkan diri
untuk perjamuan kudus yang diadakan. Diingatkan Paulus, kalau ada orang
yang lapar sebaiknya ia makan dulu di rumahnya terlebih dahulu supaya
datang ke jamuan bersama itu dengan sikap mental yang benar.

PENERAPAN
Kita diingatkan tentang kebiasaan-kebiasaan yang salah/keliru dalam sebuah
perjamuan kudus dari pengalaman umat Tuhan di Korintus. Dan dengan
demikian kita diajak untuk mengerti dan memahami apa sesungguhnya arti
daripada sebuah perjamuan kudus itu sendiri sehingga dalam pengertian dan
sikap yang baik mengikuti perjamuan kudus. Ada beberapa hal :
Perjamuan kudus adalah perjamuan kasih atau perjamuan agape yang
mengingatkan akan hal berbagi. Karena didalam perjamuan kudus kita
memperingati akan kematian Tuhan Yesus, yang telah membagi hidupnya
dengan manusia, yang rela mati di kayu salib untuk menebus dosa manusia.
Oleh karena itu, pengertian akan hal ini menjadi dasar bagi setiap umat Tuhan
dalam sikap mengikuti perjamuan. Orang percaya mengikuti perjamuan
dengan sikap hormat, menghargai pengorbanan Tuhan Yesus dan berbagi
dengan yang lain, menantikan yang lain, “makan bersama-sama” dalam meja
perjamuan kudus.
Kita diingatkan bahwa dalam kehidupan setiap hari, untuk terus membagikan
kasih Allah yang telah kita terima, rasakan dalam hidup (ketika Allah berbagi
hidupNya-cinta-Nya-kasih-Nya-berkat-Nya dengan kita). Kita menjadikan
hidup kita menjadi berkat di tengah-tengah dunia ini lewat setiap tutur kata
dan perbuatan kita.

GUNAKAN TATA IBADAH MINGGU II

40
Pegangan Pelayan Ibadah GKI di Tanah Papua Tahun 2023

MINGGU, 19 FEBRUARI 2023


KELENDER GEREJAWI : MINGGU SENGSARA I - UNGU
PEMBACAAN ALKITAB : ZAKHARIA 7:1-14
TEMA : “IBADAH PUASA YANG BAIK”

LATAR BELAKANG
Hari ini 19 Februari. Kita sudah mencapai hari ke-50. Minggu ke-8 dalam
tahun 2023, pada saat yang bersamaan, kita sudah memasuki minggu-minggu
kesengsaraan Tuhan Yesus Kristus, yaitu minggu sengsara yang pertama, fokus
pelayanan pada triwulan ketiga adalah pembaruan Tuhan kepada manusia,
dengan landasan firman Tuhan dari Zakharia 7 : 1 -14.
Nabi Zakaria hidup se-zaman Hagai, Latar belakang politik, ekonomi dan
agama dalam kehidupan kedua Nabi ini sama adanya, seperti yang terlihat
berita Zakaria yang pertama, diberikan antara pidato-pidato Hagai yang
kedua dan yang ketiga, Nama Zakaria berarti Tuhan mengingat, Nabi
bernubuat pada zaman raja Darius Histaspis. Ketika Raja Persia, Koresy
mengeluarkan keputusan (sekitar tahun 538 SM ) kepada orang Yehuda untuk
kembali ke Yeruselam dan membangun Bait Allah, namun pekerjaan itu
berhenti, tahun 520 SM, Zakaria bergabung dengan Nabi Hagai dan
mendesak rakyat untuk membangun kembali Bait Allah. Karena Bait Allah
menjadi pusat ibadah dan sekaligus lambang berkat Allah yang diperbarui
untuk umat Allah yang dipulihkan. Dan mereka menyelesaikan pada tahun
516 SM , tahun ke-enam dari pemerintahan Darius. Hal ini jelas dalam teks
pembacaan kita Zakaria 7:1-14.

PENJELASAN TEKS
Ayat 1-3. Bagian ini dimulai dengan penjelasan bahwa Firman Tuhan datang
kepada Zakaria, tepat pada tahun ke-empat zaman raja Darius. Tahun ke-
empat sekitar tahun 518 SM, bulan kesembilan, kislew, yang dalam
penanggalan kalender sekarang, pertengahan November sampai pertengahan
Desember. Dalam ayat 2 ada delegasi yang diutus oleh orang Betel yakni
Sarezer dan Regem-Melekh serta orang-orangnya di kirim untuk melunakkan
hati TUHAN, Bethel adalah kota penting bagi orang Israel, bnd
kej.12:8;28:10-22; hak.4;5; 1 sam 7:16 dsb. Betel dihancurkan selama
pembuangan, namun sebagian orang Israel yang dibebaskan dari Persia
kembali kesana, mereka inilah yang kemudian datang untuk melunakkan hati

41
Pegangan Pelayan Ibadah GKI di Tanah Papua Tahun 2023

TUHAN dalam arti datang dan meminta petunjuk dari para imam di rumah
Tuhan, Allah semesta alam, dan juga kepada nabi, sebagaimana dalam ayat 3
ini, mereka ,meminta petunjuk apakah mereka perlu berpuasa dalam bulan
kelima, Kalender Ibrani bulan Ab, kalender sekarang bulan berlangsung dari
pertengahan Juli sampai Agustus, pada tahun-tahun yang lampau. Hal yang
luar biasa adalah mereka masih memusatkan hidup mereka kepada rumah
Tuhan, dan meminta petunjuk dari imam dan nabi.
Ayat 4-7, merespon petunjuk mereka, maka Tuhan semesta alam atau
penguasa alam, bersabda kepada Zakharia, Tuhan mempertanyakan praktek
Puasa yang mereka lakukan selama bertahun-tahun itu, sebagaimana dalam
ayat 5, pertanyaan itu ditujukan kepada rakyat dan para imam, apakah
tindakan meratap selama ini yang dilakukan adalah sungguh-sungguh berpuasa
kepada Allah? Pertanyaan ini mengandung makna bahwa praktek meratap,
puasa yang mereka lakukan itu bersifat manusia, hampa dan tidak berarti,
dengan bahasa lain, puasa dan ratapan itu formalitas, tidak sungguh-sungguh,
munafik dan hanya memuaskan diri sendiri, pertanyaan dalam ayat 6, Tuhan
mempermalukan diri mereka, bahwa waktu mereka adakan perjamuan makan
dan puasa adalah egosentris dan merasa diri benar dan merasa puasa dengan
diri sendiri. Sedangkan ayat 7 mengandung makna bahwa untuk apa mereka
menyusahkan diri dengan sesuatu yang tidak Allah perintahkan? Pada hal
mereka tidak mengindahkan apa yang telah Dia minta dari mereka berulang-
ulang , mereka mengutamakan hal formal yang bersumber dari manusia, dan
melalaikan apa yang Allah inginkan.
Ayat 9-14, Tuhan minta apa yang harus mereka lakukan, sebagaimana Firman
Tuhan kepada Zakaria, laksanakanlah hukum yang benar, ini jelas kritik,
bahwa walaupun mereka puasa, meratap tapi dalam praktek, hidup
kebenaran itu jauh dari mereka, dan tunjukkanlah kesetiaan dan kasih sayang
kepada masing-masing, bagian ini mematahkan sikap egois, mementingkan diri
sendiri, pikir diri sendiri, tidak setia kepada Tuhan maupun sesama, ayat 10 itu
larangan bagi mereka, janganlah menindas janda dan anak yatim piatu dan
orang asing dan orang miskin, ini representatif dari kaum lemah, tak
diperhitungkan, tak berdaya orang seperti ini tidak boleh dipersulit hidup
mereka, juga tidak boleh menggunakan mereka demi keuntungan, tetapi juga
jangan merancang kejahatan dalam hati, mengandung makna bahwa hati dan
hidup di jaga dengan baik, jangan hati kotor, dan penuh kejahatan,

42
Pegangan Pelayan Ibadah GKI di Tanah Papua Tahun 2023

merancang itu artinya mengatur, melakukan sebuah hal atau ukuran yang
akan mencelakai orang lain.
Ternyata apa yang Tuhan inginkan itu, tidak dituruti oleh bangsa itu,
sebagaimana penjelasan ayat 11-13 ini, ternyata mereka malas tahu, masa
bodoh dengan apa yang Tuhan inginkan. Hati dan pikiran mereka keras atau
tertutup untuk menerima pengajaran firman Tuhan yang disampaikan oleh
para nabi, hal ini membuat Tuhan menghukum mereka, sebab mereka tidak
mendengarkan Tuhan, maka Tuhan juga tidak mendengarkan mereka, artinya
saat mereka mengalami kesukaran, Tuhan juga malas tahu dengan mereka,
akibatnya Tuhan mengizinkan mereka mengalami penghukuman, atau
penghancuran, sebagaimana bahasa dalam ayat 14, Nabi menggunakan kiasan
Aku meniupkan angin badai, artinya Tuhan membiarkan, mengizinkan mereka
untuk mengalami penderitaan, penghukuman dan tawanan.

PENERAPAN
Dalam pergumulan dan tantangan yang kita hadapi, kita tidak boleh lepas dari
Tuhan. Lepas dalam arti, kita malas tahu dengan pelayanan, ibadah, dan cuek
saja dengan segala hal yang kita alami, juga kita tidak boleh mengandalkan
kekuatan dan kehebatan kita semata. Kita juga tidak boleh melakukan segala
hal supaya kelihatan kita orang baik, orang saleh, orang takut Tuhan, tetapi
dalam praktek-nya kita sangat jauh dari Tuhan. Ada orang yang rajin
beribadah, puasa, tetapi tidak berdampak dalam kehidupan sosial masyarakat,
malah kadang jadi orang munafik, dan abunawas. Sebab itu beberapa hal
yang perlu kita ingat.
Pertama, apapun yang kita hadapi, seberapa besar pergumulan kita, kita
datang dan minta petunjuk dari Tuhan, kalau rumah tangga kita atau pribadi
kita ada pergumulan, per-biasakan datang ke hadapan Tuhan, curahkan isi hati
kita, atau bawalah pergumulan-mu dan berbicaralah dengan para hamba
Tuhan, se-misal pendeta, tetapi zaman ini, dengan teknologi digital yang luar
biasa, orang tidak pernah malu untuk datang kepada facebook dan meminta
petunjuk disana, alhasil, yang di dapat adalah konflik, perpecahan dan
kehancuran.
Kedua, kadang, ada yang formalitas dalam ibadah, yang penting ibadah,
supaya orang bilang rajin, orang bilang puasa, ya kita puasa, karena kata
orang, meniru dan mengikuti orang lain, maka kita tidak pernah mengalami

43
Pegangan Pelayan Ibadah GKI di Tanah Papua Tahun 2023

perubahan dan pembaharuan apapun, yang ada ialah kita kadang cenderung
sombong, sok rohani, tampilan agamais, tetapi perilaku kita tidak. Berdoa,
beribadah, puasa itu sangat baik dan harus, tetapi bukan formalitas, bukan
agar dilihat orang lalu dihormati dan diakui, tetapi yang penting kita lakukan
dengan kerendahan hati mengikuti apa yang Tuhan mau, atau inginkan.
Perhatian, orang yang rajin ibadah dan puasa yang sifatnya ikut ramai dan
formalitas adalah akan marah, tersinggung kalau melihat orang makan dan
minum di depan dia saat lagi puasa, cengeng sekali, ini puasa model apa?
Sampai paksa rumah makan, warung dan tempat usaha di tutup, bukan itu
ibadah dan puasa yang sejati, yang sejati adalah kita hormati dan hargai
mereka yang tidak melaksanakannya, sebab tujuan kita bukan untuk
menyusahkan orang lain atau mau agar orang hargai kita.
Ketiga, ibadah dan puasa yang baik, itu bukan sekedar sebuah teori belaka,
tetapi ketika kita mampu untuk hidup dengan baik, menolong dan membantu
orang lain, berkata jujur, sopan dan saling menghargai serta menghormati.
Kita bicara dan bertindak yang benar, tidak kong-kali-kong, tidak main baku
tipu, tidak juga menindas dan menekan orang lain, kita tidak boleh
memanfaatkan orang lain demi kepentingan kita sendiri, kita tidak bicara tipu.
Keempat, kita selalu siap dikoreksi, menerima teguran dan didikan Tuhan
supaya kita mengalami pertobatan dan pembaharuan hidup, kita taat, setia
kepada perintah Tuhan. Tapi kenyataannya banyak juga orang Kristen tidak
setia dan taat pada perintah Tuhan, rajin ibadah, suka maki orang, suka fitnah
orang, korupsi, perzinahan dan melakukan berbagai tindakan kejahatan
lainnya yang merugikan orang lain. Hal seperti itu kadang membuat Tuhan
malas tahu dengan kita, dan Dia mengizinkan kita untuk mengalami berbagai
hal supaya kita sadar dan bertobat.

44
Pegangan Pelayan Ibadah GKI di Tanah Papua Tahun 2023

MINGGU, 26 FEBRUARI 2023


KELENDER GEREJAWI : MINGGU SENGSARA II - UNGU
PEMBACAAN ALKITAB : MARKUS 8:31-33
TEMA : “RESIKO MENGIKUTI YESUS”

LATAR BELAKANG
Hari ini kita sudah ada pada hari ke-85, minggu ke-13. Sudah memasuki
minggu sengsara ke-2, fokus pelayanan pada triwulan ketiga adalah
pembaruan Tuhan kepada manusia yang akan diterangi oleh firman Tuhan
Markus 8 : 31 – 33.
Orang berpikir, ikut Yesus atau percaya Yesus itu hidup selalu aman, sejahtera,
bahagia, kaya dan intinya adalah semua baik, bahkan ada slogan yang
menyesatkan, dan anehnya slogan itu juga disukai oleh jemaat kita, yakni’’
Anak Raja itu selalu diberkati, tidak susah dan selalu jadi kepala’’, ini slogan
ngaur, tetapi selalu saja orang percaya pengajaran dangkal ini. Seakan ikut
Yesus, resiko-nya adalah baik-baik saja, t’ra boleh sakit dsb. Pandangan keliru
ini juga awalnya ada pada diri murid Yesus, yang mengikuti Dia, tetapi mereka
tidak memahami misi Yesus. Mereka hanya melihat figur Yesus sebagai tokoh
pembebasan, tokoh yang punya kuasa, tokoh politik yang luar biasa. Dia tidak
akan kalah, Dia tidak akan menderita, dan para murid, terlebih Petrus
menolak kalau Yesus harus menderita. Hal ini tergambar dengan jelas dalam
pembacaan kita saat in, Dia mana Yesus secara terang, terbuka
memberitahukan misinya, untuk apa Dia datang ke dalam dunia, dan apa
yang Dia akan alami, lalu apa resiko setiap orang yang mengikuti Yesus.

PENJELASAN TEKS
Ayat 31, ayat ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pembacaan
sebelumnya, secara khusus Markus 8:27-30, disana menceriterakan mengenai
pengakuan Petrus, dimana Petrus dengan lantang mengakui bahwa Yesus
adalah Mesias (ayat 29), termasuk Dia melarang mereka memberitahukan
siapa diri-Nya. Nah, ayat 31 Yesus menjelaskan siapa diri-Nya, dan apa misi-
Nya, Dia menyebut diri-Nya Anak Manusia, uniknya Dia tidak memakai
sebutan Kristus, sebaliknya gelar Anak Manusia, yang mengacu kepada
jabatan-Nya, selaku anak Adam yang dijanjikan, juga menunjukkan kepada
keilahian-Nya. Latar belakang penyebutan itu ada dalam Daniel 7:13, teks ini
kemudian diperuntukkan kepada Kristus yang akan datang kembali dengan

45
Pegangan Pelayan Ibadah GKI di Tanah Papua Tahun 2023

kemuliaan dan kebesaran-Nya. Bahwa Dia yang Ilahi itu menjadi manusia dan
harus menanggung banyak penderitaan. Perhatian kata harus dalam bahasa
Yunani dei mengandung arti “ketetapan dari Allah dan tidak dapat ditawar
lagi, karena jalan salib telah ditetapkan Allah, dan harus dilaksanakan” dan
penderitaan itu Dia alami datangnya dari pemimpin agama Yahudi, yang
menolak Dia. Kata menolak dalam bahasa yunani apodokimazo mengandung
arti “suatu keputusan atau kesimpulan setelah melalui analisa dan pemeriksaan
yang seksama bahwa barang itu tidak bisa dipakai atau ditolak. Itu artinya
para pemimpin agama telah bersepakat untuk menolak Kristus, kemudian
dampak dari penolakan itu adalah Kristus dibunuh atau kematian Kristus,
kematian itu diawali dengan penilaian bahwa Yesus adalah seorang Nabi
(8:28), dasar penilaian itulah Dia dibunuh, tetapi Dia menjelaskan juga bahwa
Dia akan bangkit kembali setelah tiga hari, jadi Dia di bunuh kemudian
dimakamkan dan hari ketiga Dia bangkit.
Ayat 32-33, Yesus secara jelas, terang dan terbuka menjelaskan akhir dari
pelayanan-Nya. Hal ini menyiratkan bahwa sebelum itu, Yesus tidak
menjelaskan secara terbuka dan terang seperti ini, Dia menjelaskan dengan
terang, tetapi pikiran para murid berbeda dengan apa yang Yesus jelaskan,
itulah sebabnya, Petrus menarik Yesus ke samping dan mengingatkannya, ini
tindakan Petrus terlalu cepat dan berani, dalam ayat ini Markus tidak
menjelaskan apa isi tegoran (menegur, dalam bahasa Yunani-nya epitimao. Kata
ini biasa digunakan Yesus untuk menghardik setan (Mrk.1:25;4:39). Tetapi
Petrus memakai untuk menegur Yesus), tetapi Matius mencatat isi tegoran
Petrus itu, dalam Matius 16:22b’ “Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu. Hal
itu sekali-kali takkan menimpa Engkau.’’ Jelas, bahwa dalam pandangan Petrus
dan teman-teman, Yesus tidak boleh mengalami jalan penderitaan, dan itu tidak
boleh terjadi dalam diri Yesus, sisi lain ada pandangan politik bahwa Yesus
adalah tokoh pembebasan Israel dari sisi politis, jelas ini paham yang salah.
Ayat 33, Yesus kemudian memandang atau melihat murid-murid dan
kemudian memarahi atau menegor Petrus, kata ini juga sama seperti yang
Petrus gunakan diatas, Yesus menyebut enyahlah iblis, tidak berarti bahwa
Yesus menyebut Petrus itu iblis, tetapi mengandung makna bahwa dibalik diri
Petrus iblis sedang bekerja, melalui Petrus mencegah Yesus naik ke kayu salib.
Jadi, sesungguhnya ini adalah pekerjaan Iblis. Dalam diri Petrus iblis hanya
memikirkan soal-soal yang dipikirkan manusia, hal yang hanya berguna untuk
hidup hari ini, tidak mau susah, tidak mau menderita, jadi iblis bekerja lewat

46
Pegangan Pelayan Ibadah GKI di Tanah Papua Tahun 2023

Petrus tidak menangkap karya Allah, dan hanya melihat penderitaan Kristus
dari sisi manusia saja. Kata ‘’dipikirkan’’ bahasa Yunaninya ‘’ phroneo’’ yang
artinya pikiran atau pertimbangan. Kata ini muncul berkali-kali dalam PB,
tetapi diterjemahkan dengan berbagai kata (bdk Flp.1:7;2:2,5;4:2,10; 1
Kor.14:20 ). Dengan kata lain, jangan selalu condong untuk memakai pikiran
dan mata manusia untuk menilai pekerjaan Tuhan.

PENERAPAN
Dalam kehidupan sebagai orang Kristen, kita perlu selalu merenungkan dan
merefleksikan hidup kita, bahwa apa resiko kita menjadi muird Kristus,
pertama, bahwa kita harus sadar, Kristus yang adalah Tuhan itu tunduk, taat
pada keputusan Bapa, bahwa Dia harus menanggung penderitaan dan ditolak
bahkan dibunuh, itu artinya sebagai orang percaya, kita mengikuti Kristus,
bukan hidup yang hanya mau menerima berkat saja, bukan mau kaya saja,
mau sehat saja, mau aman saja, mau semua yang baik dan indah saja. Ini
adalah paham dan pandangan yang salah, tetapi yang benar adalah kita juga
harus bersedia untuk menderita, mengorbankan hidup bagi Tuhan. Bagaimana
caranya? Apa alat uji pengerbonanan itu? Kapan dan dimana? Setiap orang
percaya, dalam hidup dan panggilannya, dalam segala bidang, bukan hanya
pelayanan dalam gereja, tetapi dalam dunia dimana kita berkaryam, kita
meneladani Kristus, bahwa kita harus berkorban demi banyak orang, orang
tua memberikan waktu untuk pelayanan di gereja, dikantor itu adalah bagian
dari pengorbanan.
Orang yang bersedia berkorban, tidak selalu mengharapkan pujian, jempol,
atau kata-kata manis, tetapi kesetiaan, kejujuran dan kerja keras kita kadang
tidak diakui, tidak dihormati dan tidak dihargai, bahkan bisa di tolak atau
disangkal. Sampai titik ini kadang kita kecewa, kita marah, kenapa seperti ini,
jelas, manusiawi kalau orang merasa hal itu, tetapi kita harus sadar, bahwa itu
adalah bagian dari salib, dan jangan kita bilang, ah kalau tra hargai, tra
hormati sa- malas sudah, jelas ini pandangan yang salah. Kita kerja adalah
resiko mengikuti Yesus, ditolak, difitnah, itu hal biasa yang tidak boleh
mengendorkan semangat kita untuk maju. Kalau Kristus dibunuh dan
kemudian bangkit, itu tanda kemenangan bagi kita yang ditebus, ketika
saudara tidak dihargai, dihormati, tetapi tetap bekerja dan melayani, percaya
kelak saudara akan bangkit, walaupun karier, jabatan dan rencana saudara

47
Pegangan Pelayan Ibadah GKI di Tanah Papua Tahun 2023

hendak dikuburkan oleh manusia, tetapi saudara akan mendapatkan yang


baik, sebagai kasih karunia dari Tuhan.
Kadang, kita tidak sadar, bahwa iblis dapat saja memakai seseorang untuk
merusak banyak pekerjaan Tuhan, dengan menaruh pikiran dan pandangan
yang hanya terfokus pada kekuatan manusia. Kadang kita menguti Tuhan,
hanya pikir untung, pikir hal yang baik, aman dan sejahtera saja, orang
menolak kesulitan dan tantangan. Kita kadang suka ikut ajaran orang Kristen
yang lain, terlebih penganut teologi kemakmuran yang mengajarkan bahwa
ikut Yesus, kita jadi kepala, bukan ekor, kita anak raja, tidak boleh sakit, kita
menolak sakit, pada hal Kristus saja menderita, iblis mencoba untuk
menggagalkan pekerjaan Kristus yang menebus manusia, kita juga kadang jadi
batu sandungan bagi orang lain dalam rumah, suami pergi melayani istri
marah-marah, suami juga kadang tidak mendukung pelayanan istri. Ataupun
dalam banyak hal, kita menolak kesukaran dan penderitaan, tentu bukan juga
berarti kita malas dan lipat tangan, tetapi yang dimaksud adalah kita jangan
berpikir bahwa ikut Yesus, semua aman, tentram dan baik-baik saja, itu bukan
resiko mengikut Yesus.
Perhatikan, kalau ada yang salah bikin sesuatu kita bilang itu adalah jalan salib,
jalan salib dari? Ko ada tra betul, putar balik mulut, bikin rusak orang pu
kelurga, hancurkan orang pu masa depan, rusak orang pu usaha, ko dapat
babat baru bilang itu salib? Bukan salib, tetapi kalau ada yang setia mengikuti
Yesus, dan Dia mengalami penderitaan dan aniaya karena iman maka itu
adalah salib.

Kelompok Penalahan Alkitab


Ibadah PAM, Ibadah PW dan Ibadah PKB

Perintah : semua anggota unsur, dalam ibadah diberikan kesempatan untuk


membuat refleksi dan kemudian memberikan pendapat terhadap ayat (33)
“Ia memarahi Petrus, kata-Nya: "Enyahlah Iblis, sebab engkau bukan
memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan
manusia.". pada bagian ini, Yesus gunakan pendekatan dari situasi emosi yaitu
“kemarahan”untuk mengajarkan prinsip “berjalan atau berlangsungnya
kehendak Tuhan”. (5 menit membaca dan refleksi, setelah itu berikan
pendapat) … Silahkan …

48
Pegangan Pelayan Ibadah GKI di Tanah Papua Tahun 2023

SELASA, 28 FEBRUARI 2023


KELENDER GEREJAWI : IBADAH KUNCI BULAN FEBRUARI 2023 - UNGU
PEMBACAAN ALKITAB : MARKUS 14:3-9
TEMA : “YESUS DIURAPI”

LATAR BELAKANG
Saat ini 28 Februari, kita sudah berada pada hari ke-59 dan minggu ke-9
dalam minggu-minggu kesengsaraan Tuhan Yesus yang ke-2 tahun 2023, fokus
pelayanan pada triwulan ketiga adalah pembaruan Tuhan kepada manusia,
dan kita akan dituntun melalui dasar firman Tuhan dari Markus 14:3 – 9.
Tindakan pengurapan yang dilakukan oleh seorang perempuan yang tidak
disebutkan namanya di dalam teks ini, terhadap Yesus, merupakan tradisi
Alkitab di kalangan bangsa Ibrani. Perminyakan atau pengurapan adalah
penting dalam pengudusan seseorang atau sesuatu untuk dipergunakan oleh
Allah. Karena itu di dalam Alkitab kita menemukan beberapa contoh tentang
tradisi pengurapan ini. Misalnya di dalam kitab Keluaran 29:29; kitab Imamat
4:3 tentang dilakukannya upacara pengurapan imam agung dan bejana-bejana
suci di dalam Keluaran 30:26. Tradisi pengurapan dilakukan sebagai lambang
pemberian pengaruh Ilahi atau sakramental suatu pancaran kekuatan atau Roh
Yang Suci terhadap orang yang diurapi atau pun terhadap suatu benda yang
diurapi atau diminyaki. Pengurapan yang dilakukan terhadap Yesus, adalah
pada masa-masa menjelang kesengsaraan-Nya. (Di dalam Injil Yohanes 12,
dikatakan di sana enam hari sebelum paskah). yaitu menjelang Ia ditangkap
untuk diadili dan disiksa sampai mati. Lantas, apa kaitan pengurapan ini
dengan sengsara dan kematian Yesus?

PENJELASAN TEKS
Ayat 3: Kepala Yesus diurapi. Pada waktu itu Yesus sedang berada di Betania.
Di rumah seseorang yang bernama Simon seorang yang terkena penyakit
kusta. Di sana Yesus sedang duduk makan dan tiba-tiba saja datanglah seorang
perempuan dengan membawa suatu buli-buli pualam yang berisi minyak
narwastu murni yang mahal harganya, lalu minyak itu dicurahkan ke atas
kepala Yesus sebagai tanda Yesus diurapi.
Pada zaman dahulu, minyak wangi dan minyak untuk pengurapan disimpan
dalam sebuah buli-buli yang disegel. Leher buli-buli itu harus dipecahkan jika
hendak mengeluarkan minyak tersebut. Karena itulah perempuan yang tidak

49
Pegangan Pelayan Ibadah GKI di Tanah Papua Tahun 2023

disebutkan identitasnya ini melakukan hal itu kepada Yesus dengan


memecahkan leher buli-buli itu dan menyiram minyak tersebut di kepala
Yesus. Disini pun tidak disebutkan alasan mengapa perempuan itu secara
spontan melakukan hal ini kepada Yesus.
Ayat 4-5: Respons orang-orang yang melihat perbuatan perempuan itu.
Respons mereka adalah apa yang dilakukan oleh perempuan itu merupakan
sebuah pemborosan. Karena itu mereka menjadi marah terhadap perempuan
itu dan berkata : ”untuk apa pemborosan minyak narwastu ini?”.
Sebagaimana yang disaksikan di dalam Injil Yohanes 12, bahwa minyak
narwastu adalah minyak yang sangat mahal harganya. Dikatakan oleh
beberapa ahli bahwa nilai dari bahan yang dituangkan diatas kepala Yesus
oleh seorang perempuan di Betania, diperkirakan senilai upah orang kerja
untuk setahun. Pemikiran orang-orang itu adalah kalau dijual untuk
membantu orang-orang miskin itu lebih baik.
Ayat 6-9: Respons Yesus terhadap orang-orang yang memarahi perempuan
itu. Respons-Nya adalah : “Biarkanlah Dia. Mengapa kamu menyusahkan dia?
Ia telah melakukan suatu perbuatan baik kepada-Ku.” Yesus tidak memiliki
pemikiran yang sama seperti orang-orang yang memarahi perempuan itu.
Sebenarnya pemikiran mereka untuk membantu orang miskin itu adalah suatu
hal yang baik. Itu pasti diperkenankan Tuhan. (Bdk Ulangan 5:7;11,). Namun
yang hendak Yesus sampaikan kepada mereka adalah, apa yang dilakukan
perempuan itu juga adalah sesuatu yang sangat baik. Sebab dia melakukan hal
itu tepat kepada Yesus sebagai seorang Mesias, anak Allah, yang telah diutus
untuk mengalami penderitaan dan mati bagi manusia agar manusia
diselamatkan. Yesus sudah tahu bahwa waktu kesengsaraan-Nya sudah dekat.
Dan hidup-Nya di dalam dunia pun sudah tidak lama lagi. Karena itu kalau
perempuan itu bisa melakukan hal itu, itu berarti ia melakukan sesuatu yang
baik bagi Yesus dan sekaligus berdampak positif bagi dirinya sendiri. Yesus
mengatakan bahwa “orang-orang miskin selalu ada padamu, dan kamu dapat
menolong mereka bilamana kamu menghendakinya, tetapi Aku tidak akan
selalu bersama-sama dengan kamu”. Bahkan menurut Yesus, hal yang
dilakukan perempuan itu adalah sekaligus untuk persiapan penguburan Yesus.
Di mana tradisi pada waktu itu adalah jenazah biasanya diberi minyak wangi
dan rempah-rempah sebelum dikuburkan. Apa yang disampaikan di dalam
ayat sembilan ini, hari ini juga kita mendengarnya.

50
Pegangan Pelayan Ibadah GKI di Tanah Papua Tahun 2023

PENERAPAN
Pertama,Perempuan yang mengurapi Yesus telah melakukan yang terbaik bagi
Yesus. Ia menunjukkan kemurahan hatinya dengan memberikan apa yang
terbaik di dalam hidupnya. Yakni minyak narwastu yang mahal. Terkadang
kalau kita memiliki sesuatu yang baik dan mahal harganya, kita akan
menyimpannya dengan baik dan sulit dikeluarkan untuk sesuatu kebutuhan
bersama atau mengorbankannya bagi orang lain. Apa lagi kalau orang itu
bukanlah seseorang yang akrab dengan kita. bahkan mungkin kita tidak mau
mengeluarkannya bagi orang miskin. Terkadang kita tidak mau berkorban
juga untuk Tuhan melalui pekerjaan-Nya.
Kedua, Terkadang kita tidak suka melihat orang berbuat baik dengan berbagai
dalih. Seperti orang-orang yang marah melihat perempuan itu berbuat baik
kepada Yesus dengan mengorbankan minyak narwastu yang mahal itu untuk
mengurapi Yesus.
Ketiga, Kita berbuat baik saat ini, bukan karena Yesus secara fisik ada di dekat
kita, namun karena Yesus sudah mengajarkan kita untuk berbuat baik. Berbuat
baik kepada Tuhan dan sesama kita, lebih khusus lagi kepada orang-orang
yang membutuhkan, merupakan kewajiban kita semua selaku orang-orang
percaya.
Keempat, Di minggu sengsara ke dua ini, kita sekalian diajak untuk berbuat
baik sebagai wujud kita mengasihi Allah dan mengimani pengorbanan Yesus
Kristus bagi keselamatan kita. karena itu mari tetap berbuat baik di dalam
pelayanan kita di Gereja dan di dalam seluruh keberadaan hidup kita tiap-tiap
hari. Amin.

51
Pegangan Pelayan Ibadah GKI di Tanah Papua Tahun 2023

Pembaruan GKI Pada Pelayanan


Triwulan Pertama Januari-Februari-Maret 2023
“Pembaruan Tuhan Kepada Manusia”

BULAN KE-3 : MARET 2023


MINGGU, 05 MARET 2023
KELENDER GEREJAWI : MINGGU SENGSARA III - UNGU
PEMBACAAN ALKITAB : LUKAS 18:31-34
TEMA : PENDERITAAN YESUS ADALAH BUKTI
KASIH ALLAH BAGI MANUSIA

LATAR BELAKANG
Saat ini kita sudah memasuki bulan ke-3 Maret, sebagai bulan terakhir dari triwulan
pertama, dan minggu pertama bulan Maret, hari ke-64 dari minggu ke-10 dalam
tahun 2023 sekaligus kita berada pada minggu sengsara ke-3, dalam triwulan satu
Januari-Maret 2023 fokus pelayanan terus diarahkan pada “pembaruan Tuhan
kepada manusia” yang akan direfleksikan dengan dasar firman Tuhan, Lukas 18:31-
34 sekaligus sebagai refleksi pada Minggu Sengsara ke-3.
Harapan dan cita-cita yang dikejar, dicari oleh setiap orang dalam dunia
adalah kebahagiaan, kesejahteraan dan kesenangan hidup. Artinya, tidak ada
orang yang merindukan dan mengejar penderitaan sebagai tujuan hidupnya.
Bahkan istilah Penderitaan merupakan kata yang menunjuk pada keadaan
yang ditakuti, dihindari dan dijauhi setiap orang. Penderitaan selalu
dipandang mempunyai nilai yang negatif. Penderitaan dipandang negatif
karena berhubungan dengan kenyataan hidup yang buruk, tidak
menyenangkan dan merusak keseimbangan hidup, baik lahir maupun batin.
Dibalik kondisi atau keadaan yang tidak menyenangkan ini, haruslah diakui
bahwa penderitaan adalah keadaan yang tidak dapat dipisahkan, dihindari
dalam kehidupan setiap orang. Artinya, sadar atau tidak, suka atau tidak,
setiap orang pasti mengalami serta merasakan penderitaan. Dalam hubungan
dengan persoalan penderitaan manusia, maka ada dua pandangan tentang arti
dan makna penderitaan.
Pertama, pandangan yang tidak berdasarkan pada iman kepada Yesus Kristus.
Pandangan ini mengartikan dan memaknai penderitaan secara negatif, yakni
tidak punya arti dan makna samasekali dalam kehidupan manusia.

52
Pegangan Pelayan Ibadah GKI di Tanah Papua Tahun 2023

Kedua, pandangan yang berpusat pada Yesus Kristus. Pandangan ini


mengartikan dan memaknai penderitaan secara positif, walaupun penderitaan
itu tidak menyenangkan. Pandangan ini didasarkan pada teladan dan makna
penderitaan Yesus.
Untuk menegaskan arti dan makna penderitaan, maka kita bertanya:
“Mengapa Orang Percaya Harus Menderita?, Mengapa Penderitaan
Mempunyai Arti Dan Makna Bagi Orang Percaya?” Alkitab memberi kesaksian
bahwa panggilan untuk menderita bukan kemauan dalam diri orang percaya,
tetapi merupakan panggilan untuk mengikuti teladan Yesus Kristus yang telah
menderita sengsara, mati, dan bangkit. Jadi penderitaan Yesus bukan tanda
kekalahan, melainkan tanda kemenangan. Penderitaan Yesus adalah bukti
kasih-Nya menebus dosa manusia dan merintis jalan keselamatan. Penderitaan
Yesus adalah teladan bagi orang percaya. Yesus Kristus rela turun dari sorga
menderita dan mati untuk menebus dosa manusia. Dengan demikian, orang
percaya terpanggil untuk mengikuti jejak Yesus dalam hal penderitaan. Syarat
bagi penderitaan orang percaya adalah karena kebenaran Injil, kebenaran
Allah, karena nama Yesus. Bukan karena mencuri, melakukan segala kejahatan,
menipu, dan praktek ketidakadilan. Karena itu, penderitaan orang percaya
bukan tanda kekalahan atau nasib buruk. Penderitaan orang percaya adalah
tanda kasih karunia Allah, sebagai pertanggungjawaban iman kepada Yesus
yang telah lebih dahulu menderita sengsara bagi manusia.
Kebenaran ini nyata dalam kesaksian Alkitab, Filipi 1:29.” kamu dikaruniakan
bukan saja untuk percaya kepada Kristus, melainkan juga untuk menderita
untuk Dia”. Demikian juga dalam 1 Petrus 2:19-20 “adalah kasih karunia, jika
seorang karena sadar akan kehendak Allah menanggung penderitaan yang
tidak harus ia tanggung. Sebab dapatkah disebut pujian, jika kamu menderita
pukulan karena kamu berbuat dosa? Tetapi jika kamu berbuat baik dan karena
itu kamu harus menderita, maka itu adalah kasih karunia pada Allah. Sebab
untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristus pun telah menderita untuk kamu
dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejak-Nya”.
Inilah yang harus dihayati dan dimaknai dalam kehidupan kita sebagai orang
percaya di minggu sengsara Tuhan kita Yesus yang ketiga.

PENJELASAN TEKS
Ayat 31, Yesus telah mengetahui bahwa semua yang dinubuatkan oleh para
nabi akan digenapi. Yesus akan ditangkap dan diserahkan kepada bangsa-
bangsa yang tidak mengenal Allah seperti disaksikan ayat 32, maka Yesus

53
Pegangan Pelayan Ibadah GKI di Tanah Papua Tahun 2023

memanggil kedua belas murid-Nya untuk mengatakan hal itu kepada mereka.
Yesus berkata: “sekarang kita pergi ke Yerusalem dan segala sesuatu yang
ditulis oleh para nabi mengenai Anak Manusia akan digenapi”. Dengan
demikian, ada tiga makna dalam perkataan Yesus kepada murid-murid-Nya;
Pertama, Seluruh jalan hidup, yakni penderitaan-Nya, penangkapan atas diri-
Nya, dan dibunuh adalah rancangan Allah Bapa di sorga. Itulah sebabnya,
Yesus menjalani semua ini dengan penuh ketaatan, kesetiaan dan penyerahan
diri secara utuh kepada kehendak Allah Bapa. Semua ini harus di jalani dan
terjadi pada diri Yesus supaya rencana Allah Bapa dapat digenapi. Jalan
penderitaan Yesus mengandung dua makna: pertama, Yesus mengidentifikasi
diri-Nya (menyamakan diri-Nya) dengan manusia, dan kedua, menyatakan
solidaritas-Nya (kesetiakawanan-Nya) kepada manusia. Tujuannya, supaya
keselamatan Allah sampai atau masuk ke dalam dunia, dan dosa
pemberontakan manusia ditebus, dan keselamatan dinyatakan.
Kedua, Yesus memanggil para murid dan memberitahu nubuat para nabi yang
akan terjadi atas diri-Nya. Tujuannya, supaya mereka tahu, hati mereka
dikuatkan, mereka tidak kaget, dan siap menerima jika Yesus ditangkap dan
dibunuh sebagai penggenapan rencana Allah Bapa. Dengan begitu, mereka tidak
boleh putus asa, hilang pengharapan, tetapi bersemangat dan penuh
pengharapan melalukan tugas pemberitaan Injil yang percayakan kepada mereka.
Ketiga, Mengapa Yesus mengajak para murid ke Yerusalem dan tidak ke
tempat lain? Menurut tradisi bangsa Israel, Yerusalem adalah kota damai,
pusat dunia, kota tertua di dunia (usianya 6000 tahun). Yesus memulai
pekerjaan-Nya di Yesusalem, murid-murid dipanggil bermisi dari Yesusalem.
Yerusalem menjadi gambaran tentang Yerusalem sorgawi yang telah turun ke
dalam dunia hadir dalam diri Yesus Kristus. Itulah sebabnya, setiap orang Israel
selalu merindukan Yerusalem baru yang mulia dan kudus. Jadi Yesus mati di
Yerusalem menunjuk pada nubuat para nabi yang harus digenapi, supaya
Yesus dimuliakan di antara bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah.
Ayat 32, Berisi nubuat para nabi atau segala sesuatu yang ditulis para nabi,
bahwa Yesus akan diserahkan kepada bangsa-bangsa yang tidak mengenal
Allah (bangsa-bangsa/orang-orang kafir). Apa yang dilakukan bangsa-bangsa
yang tidak mengenal Allah terhadap Yesus? Pertama, Yesus diolok-olokkan (di
ejek, direndahkan), Kedua, Yesus dihina (direndahkan kedudukan dan
martabat-Nya sebagai Anak Allah), dan Ketiga, Yesus diludahi (dihina,

54
Pegangan Pelayan Ibadah GKI di Tanah Papua Tahun 2023

direndahkan, di ejek). Apa arti keterlibatan bangsa-bangsa yang tidak


mengenal Allah dalam penangkapan dan pembunuhan Yesus? Yang perlu
dipahami ialah jalan hidup Yesus di dalam dunia adalah jalan yang dipilih
secara sadar untuk memenuhi rancangan Allah Bapa. Jadi baik atau buruk,
Yesus harus menjalaninya sesuai kehendak Allah Bapa untuk mewujudkan
rencana penyelamatan-Nya bagi manusia. Dengan demikian, arti keterlibatan
bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah dalam penangkapan dan
pembunuhan Yesus, sesungguhnya tidak punya arti apapun. Tidak ada
pembenaran tentang posisi mereka dalam karya Allah, sebab mereka tidak
mengenal Allah. Tetapi mengapa mereka disebut dalam kesaksian ini? Mereka
diperkenankan Allah hanya sebagai jalan untuk mencapai atau mewujudkan
tujuan Allah. Artinya, dengan sikap mereka, kesembongan, dan keangkuhan
mereka, Allah pakai sebagai alat untuk menyatakan rencana-Nya.
Mereka tidak punya prestasi yang dihargai dalam proses keselamatan Allah.
Hal ini dimaksudkan supaya pada waktunya mereka sadar bahwa mereka
adalah pemberontak tehadap kasih suci Allah melalui tindakan penangkapan
dan pembunuhan atas diri Yesus. Supaya kemudian mereka sadar bahwa olok-
olokkan, penghinaan dan tindakan meludahi Yesus adalah sikap dan tindakan
merendahkan Yesus sebagai Anak Allah. Inilah jalan yang tidak dapat
dipahami oleh bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah.
Ayat 33, Berisi nubuat para nabi tentang perlakuan yang sama sebagai
kelanjutan dari nubuat dalam ayat 32, yaitu mereka menyesah dan
membunuh Yesus, tetapi Allah Bapa membangkitkan Dia pada hari yang
ketiga. Ayat ini memberitakan kepada manusia dan dunia tiga hal: Pertama,
bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, itu yang menyebabkan mereka
menyesah dan membunuh Yesus. Kedua, pada hari ketiga Allah
membangkitan Dia dari antara orang mati. Itu berarti Yesus sungguh-sungguh
Anak Allah yang hidup, Dia tidak mati selamanya. kebangkitan-Nya
menyadarkan bangsa-bangsa yang tidak mengenal-Nya untuk kehidupan yang
baru, percaya dan mengenal-Nya. Ketiga, kebangkitan-Nya membuktikan, Ia
adalah Anak Allah bagi orang hidup dan orang mati. Maka orang yang
percaya kepada-Nya, walaupun sudah mati, dibangkitkan untuk hidup dalam
kerajaan-Nya.
Ayat 34, Berisi kebenaran tulisan para nabi yang pasti terjadi, tapi bangsa-
bangsa yang tidak mengenal Allah “sama sekali tidak mengerti” semua yang
ditulis. semua yang dikatakan itu tidak dimengerti, maknanya tersembunyi

55
Pegangan Pelayan Ibadah GKI di Tanah Papua Tahun 2023

bagi mereka. Artinya, mereka tidak tahu apa yang dimaksudkan. Mengapa
mereka tidak mengerti perkataan para nabi? Karena mereka tidak mengenal
Allah, karena itu mereka tidak memiliki pengetahuan dan hikmat Allah yang
menuntun mereka untuk mengetahui kebenaran yang tertulis.

PENERAPAN
(1) Jalan penderitaan adalah jalan yang kontras, bertentangan dengan
pemikiran manusia duniawi. Tetapi Allah mengunakannya sebagai jalan
untuk menggenapi rencana penyelamatan-Nya. Melalui jalan penderitaan,
keselamatan Allah masuk ke dalam dunia dan dinyatakan secara sempurna
oleh Yesus Kristus. Dengan begitu, setiap orang yang percaya dan
mengakui Yesus Kristus sebagai jurus’lamat, harus bersedia menderita.
Penderitaan adalah ciri dan pola hidup orang percaya sebagai ungkapan
iman yang nyata mengikuti teladan penderitaan Kristus.
(2) Karena itu, Jangan menderita karena berbuat jahat, karena mementingkan
diri sendiri, karena dengki, membunuh, mencuri, dan melakukan
perbuatan yang bertentangan dengan kebenaran Allah. Jangan kita artikan
penderitaan karena berbuat jahat, sama dengan penderitaan karena
melakukan kebenaran yang dikehendaki Allah dalam hidup kita.
Penderitaan dan Kebenaran Allah jangan dijadikan sebagai pembenaran
terhadap penderitaan dan kesalahan kita.
(3) Yesus mengalami penderitaan karena dosa-dosa kita. Yesus dijadikan
orang berdosa menggantikan posisi kita. Yesus diolok-olokkan, Yesus
dihina, Yesus diludahi karena dosa menutup mata, kesadaran, dan pikiran
kita terhadap Yesus dan kebenaran-Nya. Oleh karena itu, kita dituntut
membarui hidup, iman, dan kasih kepada Yesus dan kebenaran-Nya. Kita
membutuhkan “pertobatan”, yaitu pembaruan hidup, kesadaran hidup,
yang menyeluruh (holistik) dalam hidup.
(4) Perbuatan bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, mengingatkan kita
hari ini agar tidak mengulangi perbuatan mereka, sehingga kita
menghianati Yesus dan kebenaran-Nya. Karena kita sudah menerima
pembenaran Allah yang menyelamatkan kita, maka iman kepada Yesus
dan kebenaran-Nya harus menjadi kekuatan rohani yang menuntun kita
melakukan perintah-Nya dalam hidup pribadi, keluarga dan persekutuan.
(5) Penderitaan Yesus adalah bukti kasih-Nya kepada kita. Karena itu,
menderita karena Yesus dan kebenaran-Nya, adalah tanda hidup seorang
murid Yesus. Penderitaan karena nama Yesus dan kebenaran-Nya adalah
kesaksian iman kita di hadapan orang, supaya Allah Bapa dimuliakan.

56
Pegangan Pelayan Ibadah GKI di Tanah Papua Tahun 2023

RABU, 08 MARET 2023


KELENDER GEREJAWI : HUT YPK GKI - MERAH
PEMBACAAN ALKITAB : ULANGAN 6:4-9
TEMA : KASIH KEPADA ALLAH ADALAH
PERINTAH YANG UTAMA

LATAR BELAKANG
Tanggal 8 Maret hari ini merupakan hari ke-67 dalam tahun 2023 yang
dirayakan bersamaan dengan minggu sengsara Tuhan Yesus yang ke-3, Hari
Doa Syukur YPK juga diletakkan dalam fokus pelayanan pada triwulan ketiga
adalah pembaruan Tuhan kepada manusia yang akan didasarkan pada firman
Tuhan Ulangan 6 : 4 – 9.
Kitab Ulangan adalah salah satu kitab Perjanjian Lama yang termasuk dalam
golongan kitab Thora atau Taurat (Kejadian, Keluaran, Imamat, bilangan).
Thora adalah kata Ibrani yang berarti: pengajaran, perintah, instruksi atau
hukum Allah di Israel. Thora di Israel bertujuan menjaga, memelihara, serta
melindungi kaum Israel agar tidak jatuh ke dalam kekafiran atau
penyembahan berhala. Thora menegaskan agar hubungan antara Allah dan
umat Israel tetap terjaga, terpelihara dengan baik. Di dalam Thora ditegaskan
bahwa hanya Allah yang disembah dan dimuliakan. Berdasarkan tujuan ini,
maka apabila Israel meninggalkan atau keluar dari Thora, maka Israel akan
jatuh ke dalam kekafiran, dan hal ini merupakan kekejian bagi Allah. Sebagai
akibatnya Israel akan di hukum. Contoh hukuman Allah bagi Israel, yaitu pada
tahun 587, Israel Selatan (Yehuda) di buang ke Babilon, dan tahun 722, Israel
Utara (Samaria) di buang ke Assyur.
Hal utama berikut yang ditegaskan kitab-kitab Taurat adalah kasih kepada
Allah dan kasih terhadap sesama. Di dalam hukum yang terutama, Matius
22:37-40, ditegaskan, “Hukum yang terutama dan yang pertama adalah
mengasihi Tuhan Allahmu dengan segenap hati, jiwa dan akal budimu. Dan
hukum yang kedua, yang sama dengan itu ialah kasihilah sesamamu manusia
seperti dirimu sendiri.” Kedua hukum ini merupakan satu kesatuan yang
bersifat utuh. Karena itu, jika mengasihi Allah, haruslah mengasihi sesama
manusia. Jika mengasihi sesama manusia, haruslah mengasihi Allah. Kasih itu
menuntut penyerahan diri, ketaatan, kepatuhan, dengar-dengaran, dan
pengorbanan kepada sesuatu yang menjadi sasaran dan tujuan kasih itu.
Sebagai orang percaya, sasaran dan tujuan kasih kita adalah mengasihi Tuhan
Allah dan sesama manusia. Itulah kasih yang terutama, atau perintah yang
utama.

57
Pegangan Pelayan Ibadah GKI di Tanah Papua Tahun 2023

PENJELASAN TEKS
Pemberitaan awal yang disampaikan Musa kepada seluruh orang Israel (ayat
1:1-8), dimulai dengan perkataan, “Inilah perintah”. Perintah yang
disampaikan Musa berisi: ketetapan dan peraturan yang diajarkan kepada
umat Israel atas perintah Tuhan Allah.
Apa isi dan tujuan perintah itu? Perintah yang diajarkan harus dilakukan di mana
saja mereka pergi dan mereka tinggal, seumur hidup, bersama anak cucumu. Isi
dan tujuan perintah itu adalah : Pertama, takut akan Tuhan, Allahmu, Kedua,
berpegang pada segala ketetapan dan perintah yang telah disampaikan, Ketiga,
supaya lanjut umur. Sikap yang harus dijunjung dalam melakukan ketetapan dan
peraturan yang Musa ajarkan atas perintah Tuhan Allah, yaitu: lakukan semua itu
dengan setia. Setia berarti berpegang teguh, hati yang teguh, patuh atau taat
kepada ketetapan dan peraturan yang dikehendaki Tuhan Allah. Musa memberi
jaminan bahwa jika melakukan semua ketetapan dan peraturan dengan setia,
maka hasilnya adalah: Pertama, baik keadaanmu, Kedua, kamu menjadi sangat
banyak, sebagaimana dijanjikan Tuhan Allah kepada nenek moyang kamu
(Abraham, Ishak, dan Yakub). Artinya kamu memperoleh berkat dan mewarisi
masa depan yang baik.
Ayat 4, Ayat ini merupakan penegasan atau himbauan yang menuntut
kepatuhan untuk mengerjakan sesuatu yang diharapkan. Itulah sebabnya,
dimulai dengan kata “dengarlah”. Melalui penegasan atau himbauan ini orang
Israel diminta memperhatikan dua hal :
(1) Tuhan itu Allah, dan
(2) Tuhan itu esa.
Mengapa orang Israel diminta untuk memperhatikan dua hal ini? Pertama:
Karena disamping Allah, di sekitar Israel ada banyak penyembahan berhala,
ada banyak penyembahan dewa-dewa kafir yang sering mempengaruhi Israel
sehingga jatuh ke dalam praktek penyembahan kepada berhala atau dewa-
dewa. Kedua: sebab banyak penyembahan berhala, penyembahan dewa-
dewa yang disamakan dengan Tuhan (kepercayaan politheisme atau banyak
dewa). Jadi ayat ini merupakan credo atau pernyataan pengakuan iman Israel
bahwa Tuhan itu esa (Tuhan itu satu), Tuhan tidak dapat disamakan dengan
banyak dewa-dewa kafir atau berhala-berhala buatan tangan manusia, yaitu
patung kayu, emas, atau perak yang dipercayai, dihormati, dan disembah di
samping Tuhan Allah.

58
Pegangan Pelayan Ibadah GKI di Tanah Papua Tahun 2023

Ayat 5
Ayat ini menuntut orang Israel mengasihi Tuhan Allah dengan: segenap hati,
segenap jiwa, dan segenap kekuatan. Artinya, mengasihi Tuhan haruslah
dengan seluruh hidup. Israel tidak boleh membagi kasih mereka, yakni
setengah kepada Allah, dan setengah yang lain kepada berhala atau dewa-
dewa kafir. Dengan lain perkataan, Israel jangan membagi kasih, tetapi
seutuhnya kepada Tuhan Allah. Orang Israel dilarang membagi kasih kepada
berhala atau dewa-dewa, sebab yang menyelamatkan Israel adalah Allah,
bukan berhala kafir yang tidak bernyawa. Kalau orang Israel mendua hati,
maka Allah cemburu dan menghukum umat-Nya dengan penderitaan.
Dengan demikian, himbauan kepada Israel untuk mengasihi Allah adalah nilai
mutlak yang tidak bisa ditawar dan diganti dengan ajaran atau kepercayaan
yang lain. Itulah sebabnya, Musa menegaskan agar orang Israel mengasihi
Tuhan Allah dengan seantero hidup jangan dengan setengah-setengah. Karena
Allah lebih dahulu mengasihi mereka dengan kasih-Nya yang utuh. Maka
Israel pun harus mengasihi Allah dengan segenap hati, jiwa, dan segenap
kekuatan mereka.
Ayat 6-9, Musa menegaskan dan menyakinkan, bahwa yang kuperintahkan
harus kamu perhatikan dan lakukan. Umat diingatkan supaya tidak hanya
menjadi pendengar atau pengagum ketetapan dan peraturan Allah, tetapi
mendengar dan melakukannya. Hal ini berhubungan dengan tanggung jawab
individu atau diri sendiri. Sedangkan tanggung jawab persekutuan berarti
setiap orang Israel, setiap keluarga Israel harus mengajarkan Ketetapan dan
peraturan yang disampaikan berulang-ulang kepada anak-anakmu, apabila
engkau duduk dirumahmu, dalam perjalanan, pada saat berbaring dan
bangun. Artinya pada segala waktu dan tempat harus diajarkan.
Apa yang diperintahkan harus diikat sebagai tanda pada lenganmu dan
jadikan lambang didahimu, dan tuliskan pada tiang pintu rumahmu dan pintu
gerbangmu. Inilah gambaran supaya segala perintah yang disampaikan tidak
mudah dilupakan. Agar tidak lupa, maka diikat pada lengan, ditulis pada tiang
pintu rumahmu dan pintu gerbang, supaya setiap saat dapat dibaca dan tidak
dilupakan.

PENERAPAN
(1) “Tuhan itu Allah kita, Tuhan itu esa”, berarti kita tidak boleh menyambah
allah (berhala) diluar Allah yang menyatakan diri dalam Yesus Kristus.

59
Pegangan Pelayan Ibadah GKI di Tanah Papua Tahun 2023

(2) Jika kita percaya, menyembah, dan mengasihi Allah, maka syaratnya harus
dengan: “segenap hati, jiwa dan kekuatan kita, jangan dengan setengah
hati, jiwa dan setengah kekuatan kita.
(3) Kebenaran Firman yang telah kita dengar harus diajarkan berulang-ulang,
diberitakan terus-menerus kepada keluarga kita dan sesama kita, saat berada:
di rumah, di luar rumah, ditempat kerja, maupun dalam perjalanan.
(4) Ayat 7, menekankan aspek “pengajaran atau pendidikan” bagi umat
Allah. Berkenan dengan HUT YPK, maka kita disadarkan bahwa kehadiran
YPK dalam GKI, memiliki peran kesaksian dan pelayanan, pembinaan dan
pengajaran yang berpijak pada iman Kristen.
(5) Ayat 4, menekankan dua hal penting, yakni: mengajarkan tentang
“kekuatan Tuhan Allah” dan “keesaan Allah”. Maka dalam fungsi
pendidikan dan pengajaran, YPK berperan sebagai pengawal ajaran
Kristen, ilmu pengetahuan, seni, dan teknologi.
(6) Dari aspek sejarah, HUT YPK menyadarkan kita tentang dua kekuatan
besar yang mengubah dan membawa Papua keluar dari zaman kegelapan
ke zaman terang, zaman kebodohan ke zaman kemajuan, yaitu “Injil dan
pendidikan”.

KELOMPOK PENELAHAN ALKITAB


IBADAH KELUARGA

Buatlah dua kelompok dan diskusikanlah dalam kelompok pertanyaan


Penalahan Alkitab berikut :
(1) Kelompok satu : nyanyikanlah suatu nyanyian yang menggambarkan
pernyataan iman tentang “TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa”
(misalnya, Nynyian Rohani No 3, dyb…)
(2) Kelompok dua : Apa manfaat dari kata “mengajarkannya berulang-ulang
kepada anak-anakmu” (ay 7)?

60
Pegangan Pelayan Ibadah GKI di Tanah Papua Tahun 2023

MINGGU, 12 MARET 2023


KELENDER GEREJAWI : MINGGU SENGSARA IV
PEMBACAAN ALKITAB : YESAYA 53:1-12
TEMA : HAMBA TUHAN YANG MENDERITA

LATAR BELAKANG
Hari ini minggu 12 Maret kita telah mencapai hari ke-71, minggu ke-11, dan
minggu sengsara ke-4 di tahun 2023. Konsistensi pelayanan diarahkan dengan
fokus pelayanan pada triwulan ketiga adalah pembaruan Tuhan kepada
manusia yang didasarkan pada firman Tuhan Yesaya 53 : 1 – 12.
Siapa dia hamba Tuhan yang menderita dalam kesaksian Yesaya 53:1-12? Ada
pandangan yang menunjuk kepada raja Daud, kepada bangsa Israel sebagai
individu maupun bangsa, dan mesias (Ibr. Mesyakh=yang diurapi) yang
dinubuatkan para nabi dalam Perjanjian Lama. Tetapi Jika dihubungkan
dengan Yesaya 42 tentang “Hamba Tuhan”, maka Yesaya pasal 42 dan pasal
53, menunjuk pada Yesus sebagai Hamba Tuhan yang menderita, yang
dinubuatkan dalam Perjanjian Lama dan digenapi dalam Perjanjian Baru.
Karena itu, dalam Yesaya 53:1-9, Yesus digambarkan sebagai orang yang
menanggung hukuman untuk menghadirkan keselamatan dengan memikul
beban dosa manusia. Disaksikan dalam 1 Korintus 5:21, “Dia yang tidak
mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia
kita dibenarkan oleh Allah”.
Yesaya dalam pembacaan ini menyaksikan tentang seorang Hamba Tuhan
atau Yesus Kristus yang diutus Allah Bapa ke dalam dunia. Walaupun Dia
seorang Hamba Tuhan, tetapi Dia tidak mempertahankan keilahian-Nya
sebagai Anak Allah untuk kepentingan dengan jalan membebaskan diri atau
menghindari penderitaan yang tidak seharusnya di tanggung sebagai Hamba
Tuhan yang tidak berdosa. Ternyata jalan penderitaan Hamba Tuhan itu,
bukan kehendak-Nya sendiri, tetapi adalah jalan yang dipilih secara sadar
untuk memenuhi kehendak Allah Bapa sebagai tanda kesetiaan, ketaatan-Nya
mewujudkan rencana keselamatan Allah bagi manusia yang telah jatuh ke
dalam jurang kebinasaan akibat dosa.
Jadi penderitaan Hamba Tuhan atau Yesus Kristus adalah tanda
kesetiakawanan dan penyamaan diri-Nya dengan manusia berdosa. Melalui
jalan penderitaan Hamba Tuhan menghadirkan keselamatan bagi manusia
yang telah berdosa dan hilang kemuliaan Allah.

61
Pegangan Pelayan Ibadah GKI di Tanah Papua Tahun 2023

PENJELASAN TEKS
Ayat 1-3, Memberi kesaksian tentang Yesus Kristus adalah tanaman mudah
yang bertumbuh sebagai taruk (Ibr. Yoneq; paidion=anak atau hamba, Yes
9:5) ia tumbuh dihadapan Tuhan dan sebagai tunas (tunas Isai, Yes 11:1,10)
dari tanah kering, tidak tampan dan semaraknya pun tidak ada, rupapun tidak
sehingga tidak dipandang dan diinginkannya. Itulah sebabnya, ia dihina,
dihindari, ia mengalami kesengsaraan, menderita kesakitan, orang menutup
muka terhadap dia, dan dia tidak masuk hitungan. Kesaksian ini mau
menegaskan bahwa manusia tidak memiliki kepekaan terhadap kehadiran
Hamba Tuhan yang menderita sehingga diabaikan, dilupakan, dan tidak
diperhitungkan. Bahkan diperlakukan dengan tidak manusiawi selayaknya
manusia duniawi yang berdosa sehingga dihina dan tidak diperhatikan.
Manusia tidak mengenalnya karena dosa yang menutupi mata, perasaan,
kepekaan dan kesadarannya untuk mengenal siapa itu Hamba Tuhan yang
hadir ditengah-tengah mereka dan mengalami penderitaan.
Ayat 4-6, Mengapa ia mengalami penderitaan, kesakitan, kehinaan dan tidak
diperhitungkan, seperti disaksikan dalam ayat 1-3? Apakah karena salah dan
dosanya sendiri? TIDAK, Kita mengira dipukul dan ditindas Allah karena
kesalahannya, dosanya, dan ketidaksetiaannya. Hamba Tuhan itu mengalami
penderitaan, kesakitan, kehinaan dan tidak diperhitungkan adalah karena
penyakit kita yang ditanggung, kesengsaraan kita yang dipikulnya, dosa kita
yang ditanggung, ketidaksetiaan kita yang ditanggung. Dia tertikam karena
pemberontakan kita, dia diremukkan karena kejahatan kita. Kesaksian ayat 4-
6 menyadarkan kita bahwa Hamba Tuhan itu menderita karena ulah dari
hidup dan perbuatan kita yang telah memberontak terhadap kasih suci-Nya.
Hamba Tuhan itu menderita karena kesalahan-kesalahan kita. Kita adalah
orang-orang sesat seperti domba yang mengambil jalannya sendiri. Kejahatan
kita inilah yang ditimpakan kepada Hamba Tuhan itu.
Ayat 7-9, Ayat-ayat ini menyaksikan tentang sikap Hamba Tuhan itu menerima
dan menjalani penderitaan yang menimpa hidupnya. Dia dianiaya, tetapi
membiarkan diri ditindas, tidak membuka mulutnya melawan atau menolak
seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian. Sikap ini menunjukkan
ketaatan, kesetiaan dan penyerahan diri sepenuhnya pada rencana dan kehendak
Allah untuk menghadirkan keselamatan bagi manusia. Semua ini bukan tanda
kekalahan, tanda kegagalan, melainkan tanda kepatuhan seorang Hamba Tuhan
untuk memulihkan dan menghidupkan manusia yang telah memberontak, berbuat
jahat terhadap kasih suci Allah. Ia di hukum, dilupakan, terpisah dari negeri orang-

62
Pegangan Pelayan Ibadah GKI di Tanah Papua Tahun 2023

orang hidup, nasibnya tidak dipikirkan, karena pemberontakan umat Allah, umat
manusia ia kena tulah, yaitu murka atau hukuman. Tulah itu nyata ketika kuburnya
berada di antara orang-orang fasik, atau orang berdosa dan pemberontak. Ketika
mati, ia berada di antara para penjahat, sekalipun ia tidak berbuat jahat, kekerasan
dan walaupun tipu tidak ada dalam mulutnya. Sungguh, Allah mengasihi manusia
sehingga mengutus Anak-Nya Yesus Kristus menjalani penderitaan yang amat berat.
Dan Yesus Kristus memilih jalan ini untuk menggenapkan rencana Allah Bapa. Jika
Hamba Tuhan itu menghindari dan membebaskan diri dari jalan penderitaan ini,
maka ada dua akibat mendasar: Pertama, rencana keselamatan Allah akan gagal,
keselamatan Allah tidak akan sampai ke bumi membebaskan manusia dari dosa
dan maut, dan Kedua, manusia tetap hidup dalam dosa, hidup dalam kebinasaan,
dan tidak memiliki kehidupan kekal.
Ayat 10-12, Memberi kesaksian tentang rahasia seorang Hamba Tuhan yang
menderita, yaitu rahasia yang berhubungan dengan maksud dan kehendak Allah
yang berlaku atas dirinya, walaupun tidak bersalah. Ada dua makna yang
tersembunyi di balik penderitaan-Nya : Pertama, Rahasia penderitaannya bukan
kehendaknya sendiri, melainkan kehendak Allah yang dinyatakan dalam dirinya.
Kedua, Allah memakai orang-orang yang tidak percaya, yang hatinya jahat, yang
menolak kebenaran, yang mementingkan diri sendiri, sebagai kesempatan untuk
mewujudkan rencana keselamatan-Nya yang besar dan mulia bagi manusia
berdosa tanpa disadari.
Dua hal ini dimaksudkan agar orang-orang yang tidak percaya, yang melakukan
kejahatan atas diri Hamba Tuhan itu dipermalukan. Tujuan perbuatan jahat atas
diri Hamba Tuhan untuk mencapai cita-cita dan harapan mereka, sesungguhnya
dibarui untuk mewujudkan rencananya. Kenyataan ini menegaskan makna
bahwa setiap orang yang berambisi mencapai tujuan hidup dengan rancangan
kejahatan, tentu digagalkan Allah dengan cara-Nya sendiri.
Hamba Tuhan menderita, mengalami kesakitan, tetapi TUHAN berkehendak
menyerahkan dirinya sebagai korban penebus dosa, agar supaya kehendak
TUHAN terlaksana. Rahasia ini nyata dalam ayat 11 dan 12, sesudah kesusahan
jiwanya ia melihat terang dan menjadi puas, hamba-Ku sebagai orang benar, ia
membenarkan banyak orang oleh hikmatnya, dan ia pikul kejahatan mereka.
Karena itu, orang-orang besar diserahkan sebagai rampasan, memperoleh orang-
orang kuat sebagai jarahan sebagai ganti. Artinya, kejahatan mereka diserahkan
untuk ditanggung oleh Hamba Tuhan itu, dengan jalan menyerahkan nyawanya
ke dalam maut, bahkan rela terhitung sebagai pemberontak.

63
Pegangan Pelayan Ibadah GKI di Tanah Papua Tahun 2023

PENERAPAN
(1) Manusia tidak dapat membebaskan dirinya dari dosa dan akibatnya yang
membawa kebinasaan. Karena itu Allah Bapa mengutus Anak-Nya Yesus
Kristus dan menjadikan-Nya sebagai Hamba yang menderita. Yesus datang
dan hidup bersama manusia, tapi manusia tidak mengenal-Nya. Manusia
tidak memiliki kepekaan, kesadaran terhadap Yesus sebagai hamba yang
menderita sehingga dihina, dihindari, diabaikan, dan tidak diperhatikan.
Kita disadarkan oleh Hamba Tuhan yang menderita, bahwa dosa kita,
kesalahan kita, pemberontakan kitalah yang dipikul dalam penderitaan-
Nya. Sekarang kita tahu bahwa Yesus telah menderita dan menghadirkan
jaminan keselamatan bagi kita, sebab itu jangan kita hidup seperti orang-
orang yang tidak mengenal Allah. Belajar dari Hamba Tuhan yang
menderita, maka kita perlu mengerjakan: pertobatan, pembaruan hidup,
mengalami hidup yang baru, hidup yang berpusat pada Kristus, agar
penderitaan Yesus, hamba Tuhan tidak sia-sia.
(2) Kita tidak hanya mengagumi bahwa seorang Hamba Tuhan telah
menderita bagi kita. Tugas kita adalah memaknai dan menerapkan nilai-
nilai penderitaan Hamba Tuhan dalam hidup dan tanggung jawab kita
sebagai orang percaya. Kita tidak perlu meratapi penderitaan Yesus, kita
tidak perlu bersedih, tetapi yang terpenting adalah bagaimana kita
menerapkan teladan penderitaan Yesus dalam hidup kita tiap-tiap hari.
Dengan demikian, Kita tidak bertanya, apa yang seharusnya kita percayai.
Tetapi apa yang seharusnya kita lakukan sebagai orang yang telah
diselamatkan dalam penderitaan-Nya.
(3) Sikap Hamba Tuhan yang menderita mewariskan kepada kita, nilai
ketaatan, kesetiaan dan penyerahan diri kepada Allah, Yesus Kristus dan
Roh Kudus. Sikap ini kemudian harus dijadikan sebagai sikap iman yang
menuntun diri kita, keluarga kita, dan tanggung jawab kita. Sebab iman
Kristen menegaskan, bahwa orang percaya tidak hanya menerima
anugerah keselamatan Allah, tetapi anugerah keselamatan itu mengikat
setiap orang dengan Yesus. Setiap orang yang telah diselamatkan, harus
menjadi alat penyalur keselamatan.

64
Pegangan Pelayan Ibadah GKI di Tanah Papua Tahun 2023

MINGGU, 19 MARET 2023


KELENDER GEREJAWI : MINGGU SENGSARA V
PEMBACAAN ALKITAB : FILIPI 2:1-11
TEMA : BERSATU DAN MERENDAHKAN DIRI
SEPERTI YESUS

LATAR BELAKANG
Hari ini, minggu 19 Maret kita sudah mencapai hari ke-78, minggu ke-12,
sebagai minggu sengsara Tuhan Yesus Kristus ke-5 dalam tahun 2023 dan terus
menerus meletakkan fokus pelayanan GKI pada triwulan ketiga adalah
pembaruan Tuhan kepada manusia yang akan diterangi oleh firman Tuhan
Filipi 2:1-11.
Surat ini berasal dari rasul Paulus dan teman sekerjanya Timotius. Surat ini
dialamatkan kepada: orang kudus (jemaat), para penilik dan diaken di Filipi (1:1).
Mengapa Paulus dan Timotius menyampaikan nasihat kepada jemaat, para
penilik dan diaken di Filipi supaya bersatu dan merendahkan diri seperti Kristus?
Setiap surat Paulus yang dikirim kepada suatu jemaat atau orang tertentu
bukan tanpa alasan, tetapi ada latar belakang yang sangat penting, mendesak
dan mendasar. Artinya, ada masalah, ada pengaruh yang kurang baik, ada
ajaran yang menyesatkan jemaat, ada perpecahan dalam jemaat, Kristus dan
kebenaran-Nya tidak mendapat tempat dalam kehidupan jemaat, pelayanan
jemaat, tetapi juga para pemimpin jemaat. Dengan lain perkataan, sedang
bertumbuh serta berkembangnya berbagai ajaran dan pengaruh yang tidak
sehat serta menyimpang dari Firman Allah. Bagi Paulus kenyataan ini
membawa pengaruh negatif terhadap pertumbuhan iman, nilai-nilai etika dan
spiritual bagi jemaat maupun para pemimpin umat.
Secara khusus jemaat di Filipi, Paulus tidak sembarangan memberi nasihat,
tetapi karena ada masalah yang serius maka Paulus menasihati jemaat.
Ada dua faktor yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan jemaat di Filipi,
yaitu faktor intern atau faktor dari dalam jemaat, dan faktor eksternal atau
faktor dari luar jemaat. Kedua faktor ini saling berpengaruh, yaitu dari luar
jemaat berpengaruh ke dalam jemaat. Siapakah yang menebarkan pengaruh
kepada jemaat di Filipi? Dikatakan dalam Filipi 1:28 “dengan tidak
digentarkan oleh lawanmu,” Mereka yang disebut lawan ini menebarkan
ajaran yang tidak diajarkan Paulus maupun ajaran yang tidak bersumber dari
kebenaran Allah bagi jemaat di Filipi. Menjadi nyata dalam kehidupan jemaat

65
Pegangan Pelayan Ibadah GKI di Tanah Papua Tahun 2023

di Filipi, yakni adanya keretakan dalam hal hubungan kesatuan atau


persekutuan. Jemaat di Filipi tidak lagi hidup merendahkan diri seperti Kristus.
Tetapi hidup dalam tinggi hati, mementingkan diri sendiri, mengabaikan
kehidupan yang bersatu, standar hidup sebagai jemaat yang berpola pada
hidup Kristus dalam kerendahan semakin melemah, bahkan diabaikan. Itulah
sebabnya, rasul Paulus memberi nasihat, memberi arahan, serta teguran
supaya jemaat bersatu dan merendahkan diri seperti Kristus. Paulus
menampilkan jalan hidup Kristus menjadi norma dasar dan teladan utama
bagi pola hidup orang percaya. Artinya orang percaya tidak boleh hidup
menurut kemauannya, tetapi menurut kemauan atau ajaran Kristus.

PENJELASAN TEKS
Ayat 1-4, Bertolak dari keadaan jemaat di Filipi yang cenderung tidak lagi hidup
bersatu dan tidak saling merendahkan diri, maka Paulus dalam ayat-ayat ini
menasihati jemaat agar pola hidup Kristus dijadikan patokan, model untuk hidup
sebagai umat Allah di dalam dunia. Karena bagi Paulus, dalam Kristus ada
nasihat, ada penghiburan kasih, ada persekutuan Roh, ada kasih mesra, dan belas
kasihan. Inilah prinsip nilai yang harus mewarnai kehidupan jemaat di Filipi.
Karena itu, Paulus menasihati jemaat di Filipi supaya sehati sepikir, satu kasih, satu
jiwa, satu tujuan, tidak mencari pujian atau kepentingan diri sendiri.
Memang ada perbedaan di antara jemaat, tetapi bagi Paulus perbedaan itu
tidak boleh dijadikan alasan untuk memecah belah jemaat yang adalah tubuh
Kristus. Sebab jemaat menyembah satu Allah, satu Kristus, satu Roh, dan semua
orang percaya dipersatukan dalam satu kasih yang bersumber dari Kristus.
Sebaliknya, jika jemaat di Filipi mengikuti teladan hidup Kristus, maka tidak ada
pilihan untuk hidup menurut keinginan sendiri, menampilkan kekuasaan diri
sendiri, ingat diri sendiri sambil melupakan atau mengabaikan Kristus dan sesama.
Inilah yang mendasari nasihat untuk menekankan pola hidup rendah hati dan
menganggap orang lain lebih utama dari diri sendiri. Memang sulit atau berat
bagi manusia duniawi, tapi ini merupakan prinsip hidup orang percaya yang
harus dipraktekkan. Paulus juga menegaskan pola hidup yang tidak
mengutamakan kepentingan sendiri, tetapi kepentingan orang lain. Penegasan ini
mengikuti teladan kasih Allah yang universal, tidak memandang bulu dan tidak
mementingkan diri sendiri. Nasihat Paulus kepada jemaat di Filipi tidak
menganjurkan supaya jemaat mengabaikan diri sendiri, tetapi utamanya
menerapkan kasih dan keseimbangan hidup.

66
Pegangan Pelayan Ibadah GKI di Tanah Papua Tahun 2023

Ayat 5-8, Paulus menampilkan pola dan keteladanan hidup Kristus Yesus
menjadi standar hidup kepada jemaat di Filipi. Menurut Paulus, walaupun
Kristus Anak Allah, memiliki keilahian sebagai Anak Allah, tetapi tidak
mempertahankan diri-Nya atau menganggap kesetaraan dengan Allah Bapa.
Justru mengosongkan diri-Nya menjadi seorang hamba, menjadi sama dengan
manusia, menanggung kehinaan, menderita sengsara, sampai mati di kayu
salib. Seolah-olah Kristus tidak punya kuasa, seolah-olah Ia datang ke dalam
dunia untuk menderita dan mati saja. Tetapi ini jalan yang dia pilih secara
sadar untuk memenuhi kehendak Allah Bapa dalam rangka mewujudnyatakan
karya keselamatan-Nya. Paulus lewat kesaksian ayat-ayat ini bertujuan
menjelaskan dan menyadarkan jemaat di Filipi, bahwa semua yang dijalani
Kristus merupakan tanda “kesetiakawanan” dan “menyamakan diri-Nya,
memikul kesalahan manusia dalam diri-Nya”. Hal ini dilakukan Kristus supaya
keselamatan Allah sampai ke bumi, sampai hadir dalam kehidupan manusia.
Ayat 9-11, Paulus menjelaskan kepada jemaat di Filipi, alasan mengapa Allah
meninggikan Kristus dan mengaruniakan nama di atas segala nama kepada-
Nya?
Pertama, Allah meninggikan Kristus dan memberi nama di atas segala nama
kepada-Nya karena ketaatan, kepatuhan, dan kesetiaan-Nya melaksanakan
rencana Allah Bapa.
Kedua, supaya di dalam nama Yesus, segala yang ada di langit, di bumi, di
bawah bumi bertekuk lutut atau tunduk dan menghormati nama-Nya.
Ketiga, supaya segala lidah atau manusia mengaku, memuji dan memuliakan
“Yesus Kristus adalah Tuhan”, bagi kemuliaan Allah. Karena Dialah yang
melaksanakan kehendak Allah, dan menyatakan Allah Bapa kepada manusia
melalui penderitaan-Nya.
Yesus Kristus adalah jalan, kebenaran dan hidup. Yesus tidak saja mengajar
sekelumit jalan, sejumlah kebenaran dan prinsip hidup, tetapi Dia sendiri adalah
jalan, kebenaran dan hidup. Itulah sebabnya, tidak seorang pun sampai kepada
Bapa, jika tidak melalui Yesus Kristus. Di sini Paulus mau meyakinkan jemaat di
Filipi, bahwa Yesus Kristus adalah Anak Allah yang berkuasa. Karena itu tidak
boleh disejajarkan dengan kuasa manusia, kuasa-kuasa alam dan kuasa dewa-
dewa kafir. Yesus Kristus adalah jembatan penghubung antara Allah dan manusia.
Inilah yang dirumuskan Paulus, “Yesus Kristus adalah Tuhan bagi kemuliaan Allah,
Bapa. Jadi segala sesuatu berasal dari Allah Bapa, dan kembali lagi kepada Allah
Bapa melalui Yesus Kristus, dan semua yang direncanakan dan dikerjakan Allah
Bapa dan Yesus Kristus, diterapkan oleh Roh Kudus.

67
Pegangan Pelayan Ibadah GKI di Tanah Papua Tahun 2023

PENERAPAN
1. Perpecahan persekutuan umat Allah, hidup dalam persaingan yang tidak
sehat, mementingkan diri sendiri, kelompok, merasa lebih tinggi, dan
orang lain tidak berguna merupakan pola hidup yang bertentangan
dengan pola hidup Yesus. Karena itu, kita harus bersatu dan merendahkan
diri seperti Yesus. Karena iman, kasih dan pengharapan kita, tertuju
kepada satu Allah, satu Yesus, dan satu Roh Kudus, maka pola hidup
sehati sepikir, satu kasih, satu jiwa, satu tujuan, tidak mencari pujian atau
kepentingan diri sendiri harus menjadi standar tertinggi bagi kehidupan
umat Allah. Hidup dalam perpecahan, kesombongan, tinggi hati adalah
hidup yang tidak mendatangkan berkat Allah. Perbedaan tidak boleh
dijadikan alasan memecah belah persekutuan tubuh Kristus.
2. Yesus merendahkan diri sebagai Hamba yang menderita, Yesus
mengosongkan diri dan menjadi sama dengan manusia sampai mati di
kayu salib, sesungguhnya menyatakan tiga makna, yaitu: sebagai bukti
kasih-Nya kepada manusia, sebagai bukti yang hendak mewariskan
teladan bagi orang percaya untuk bersedia merendahkan diri sebagai
hamba, dan sebagai bukti kesetiakawanan serta penyamaan diri-Nya
dengan manusia yang tercecer, yang dilupakan agar memperoleh
pengasihan Allah. Pada posisi inilah kita terpanggil menjadi berkat dan
alat keselamatan bagi mereka.
3. Bersatu dan merendahkan diri seperti Yesus, mengandung makna, yaitu:
hidup dalam ketaatan, kesetiaan, dan kepatuhan terhadap kehendak-Nya.
Hanya dengan prinsip hidup seperti ini, kita dapat bersatu dan
merendahkan diri seperti Yesus.

PANDUAN PERTANYAAN
KELOMPOK DISKUSI IBADAH UNSUR
PAM, PW DAN PKB

Buatlah tiga kelompok, dan diskusikanlah hal-hal sebagai berikut :


(1) Kelompok (1) : mengapa hal-hal ini penting dalam Kristus seperti dalam
ayat (1), nasihat, penghiburan kasih, persekutuan Roh, kasih mesra dan
belas kasih?

68
Pegangan Pelayan Ibadah GKI di Tanah Papua Tahun 2023

(2) Kelompok (2) : berikan pendapat kelompok mengapa Rasul Paulus minta
untuk memperhatikan hal-hal berikut : (ay 2b) hendaklah kamu sehati
sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan, (ay. 3) dengan tidak
mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya
hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih
utama dari pada dirinya sendiri; (ay 4) dan janganlah tiap-tiap orang
hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang
lain juga. Hal-hal demikian Rasul Paulus sebut “dapat menyempurnakan
sukacita pribadi Paulus”. Mari berpendapat …
(3) Kelompok (3) Diskusikanlah beberapa kata pada ayat (5 – 11) tentang :
a. Pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus (ay 5)
b. Tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang
harus dipertahankan (ay 6)
c. Mengosongkan dirinya dan mengambil rupa seorang hamba (ay 7)
d. Merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati (ay8)
e. Dalam dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan
yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi (ay 10)
Segala lidah mengaku: "Yesus Kristus adalah Tuhan," bagi kemuliaan Allah,
Bapa! (ay 11)

69
Pegangan Pelayan Ibadah GKI di Tanah Papua Tahun 2023

MINGGU 26 MARET 2023


KALENDER GEREJAWI : MINGGU SENGSARA VI - UNGU
PEMBACAAN ALKITAB : YOHANES 16:16-33
TEMA : DUKACITA MENDAHULUI KEMENANGAN

LATAR BELAKANG
Hari ini minggu 26 Maret kita memasuki minggu ke-4, minggu terakhir dalam
bulan Maret atau minggu terakhir dalam triwulan pertama, hari ke-85, minggu
ke-13 masih dalam minggu sengsara Tuhan Yesus Kristus ke-6 dengan fokus
pelayanan GKI pada triwulan ketiga adalah pembaruan Tuhan kepada
manusia yang akan direfleksikan dengan firman Tuhan Yohanes 16 : 16 – 33.
Mengapa perikop pembacaan ini, “dukacita mendahului kemenangan?” Kata
dukacita berarti kesedihan dan kesusahan hati karena kehilangan sesuatu yang
berharga. Sedangkan kemenangan berarti merasakan sesuatu yang
menyenangkan, membahagiakan, keagungan, dan keuntungan. Jadi dukacita
mendahului kemenangan, menunjuk makna bahwa sebelum mengalami
kesenangan, kebahagiaan, keagungan, dan keuntungan, didahului dengan
mengalami kesedihan, kesusahan hati, karena kehilangan sesuatu yang
berharga.
Dukacita mendahului kemenangan dalam perikop ini menggambarkan sesuatu
yang belum terjadi, tetapi disampaikan mendahului waktunya dimasa depan.
Siapa yang menyampaikannya dan kepada siapa? Yang menyampaikan adalah
Yesus sendiri, dan disampaikan kepada murid-murid-Nya (16:1-4a). Hal ini
dikatakan Yesus karena telah tiba waktunya, tidak lama lagi Dia akan pergi
kepada yang mengutus-Nya ke dalam dunia, yaitu Allah Bapa. Waktu Yesus
mengatakannya, hati para murid berdukacita. Sebab mereka tidak akan
melihat Guru mereka lagi. Tetapi juga, Yesus harus pergi supaya Penghibur,
Roh kebenaran, Roh Kudus datang, diutus kepada mereka sesuai rancangan
Allah Bapa. Penghibur ini yang kemudian menyatakan hal-hal yang terjadi di
masa akan datang kepada para murid.

PENJELASAN TEKS
Ayat 16-24, Yesus menjelaskan dan menyadarkan para murid tentang waktu
bersama mereka. “Tinggal sesaat saja dan kamu melihat Aku lagi dan tinggal
sesaat saja pula dan kamu akan melihat Aku”. Ada dua makna dalam
perkataan ini, yaitu: hanya sedikit waktu saja Yesus bersama para murid, dan

70
Pegangan Pelayan Ibadah GKI di Tanah Papua Tahun 2023

hanya sedikit waktu saja para murid melihat Dia. Tetapi para murid tidak
mengerti yang dikatakan Yesus sehinga mereka bertanya: Apakah artinya yang
dikatakan Yesus? Selanjutnya, dalam percakapan atau berkomunikasi dengan
para murid, Yesus berkata: kamu akan menagis dan meratap, tetapi dunia
akan bergembira, kamu akan berdukacita, tetapi dukacitamu akan berubah
menjadi sukacita. Yesus selanjutnya melukiskan atau memberi gambaran
tentang kenyataan ini seperti seorang perempuan yang berdukacita pada saat
melahirkan. Tetapi sesudah melahirkan anaknya, ia tidak ingat lagi
penderitaannya tetapi bergembira.
Ayat 25-28, Yesus mengatakan kepada para murid tentang dari mana asalnya,
dan kemana Dia pergi. Yesus mengawali dengan mengatakan kepada para
murid, tiba saatnya Dia tidak berkata-kata dengan kiasan, tetapi terus-terang
memberitakan Bapa-Nya kepada mereka. Dengan perkataan ini, Yesus
bermaksud menyatakan hubungan diri-Nya dengan Allah Bapa pada
waktunya supaya para murid, bahwa Ia berasal atau diutus Allah Bapa ke
dalam dunia untuk mengerjakan keselamatan bagi manusia. Itu berarti Yesus
bukan berasal dari dunia ini, tetapi diutus ke dalam dunia oleh Allah Bapa.
Karena itu, sesudah menyelesaikan tugas yang berasal dari Allah Bapa di
dalam dunia, maka Ia harus pergi kepada Allah Bapa di dalam sorga. Inilah
rahasia Yesus yang akan dikatakan pada waktunya kepada para murid dengan
terus terang. Jadi penderitaan yang dialami, yang ditanggung Yesus dalam
dunia adalah kehendak Allah Bapa dalam diri-Nya sebagai Anak Allah untuk
mewujudkan rencana penyelamatan Allah bagi manusia yang telah jatuh ke
dalam berdosa.
Ayat 29-33, Para murid mengakui sekarang Yesus tidak berbicara dengan
kiasan, maka mereka tidak perlu bertanya lagi, sebab mereka telah
mengetahui. Dengan demikian, mereka percaya bahwa Yesus berasal dari
Allah Bapa. Kemudian Yesus menegaskan dan mengingatkan kembali
kesungguhan pengakuan atas diri-Nya dengan bertanya, “Percayakah kamu
sekarang?” Yesus berkata kepada mereka lihat, waktunya sudah datang. Pada
waktunya, ada tiga peristiwa yang terjadi:
Pertama, para murid dicerai beraikan,
Kedua, para murid meninggalkan Yesus,
Ketiga, Yesus tidak seorang diri, sebab Bapa menyertai-Nya.

71
Pegangan Pelayan Ibadah GKI di Tanah Papua Tahun 2023

Semua ini dikatakan Yesus supaya para murid memperoleh damai sejahtera
didalam dunia. Sebab dunia tidak memberi kedamaian dan kesejahteraan
abadi, hanya dari Allah melalui Yesus. Kemudian, Yesus menguatkan para
murid dengan berkata; dalam dunia kamu menderita penganiayaan, tetapi
kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia. Yesus sendiri telah memberi
teladan dalam hal penderitaan.

PENERAPAN
Makna teks dan pesan Firman kebenaran Allah bagi kehidupan kita sebagai
murid-murid Yesus di masa kini adalah : Para murid setiap saat bergaul dengan
Yesus sebagai Guru mereka, tetapi tidak semua yang dikatakan dan diperbuat
Yesus dimengerti. Hal ini mengisyaratkan, bahwa sering kemanusiaan kita
menonjol menguasai pemikiran dan perbuatan kita, sehingga mematikan
kebenaran Allah yang petut kita lakukan dan saksikan kepada orang lain. Di
tengah tantangan dan perkembangan masa kini, kita membutuhkan hikmat
Allah untuk menjalani panggil Allah untuk setia bersaksi dan bersedia
menderita bagi Kristus yang. Yesus sendiri telah menjanjikan kemenangan bagi
kita setelah mengalami dukacita seperti seorang perempuan yang berdukacita
saat melahirkan, tetapi setelah itu bergembira. Yesus berpesan kepada kita,
memang di dalam dunia kamu menderita, tetapi kuatkanlah hatimu karena
Aku telah mengalahkan dunia. Barangsiapa yang percaya dan bertahan dalam
penderitaan, menerima mahkota kemenangan yang tersimpan di sorga.
Penderitaan orang percaya bukan tanda kekalahan atau kegagalan, melainkan
tanda kemenangan, sekaligus kesaksian kepada dunia tentang iman kepada
Allah. Sebab, kita dipanggil bukan hanya untuk percaya dan bangga terhadap
hidup dan karya Yesus, tetapi bersedia menderita sebagai akibat mengikuti
jejak kaki Yesus Kristus.

72
Pegangan Pelayan Ibadah GKI di Tanah Papua Tahun 2023

JUMAT, 31 MARET 2023


KALENDER GEREJAWI : IBADAH KUNCI BULAN MARET 2023
MINGGU SENGSARA VI - UNGU
PEMBACAAN ALKITAB : MAZMUR 42:2-6
TEMA : KERINDUAN KEPADA ALLAH

LATAR BELAKANG
Hari Jumat 31 Maret adalah hari terakhir dari bulan Maret yang segera kita akan
lewati, kita memasuki hari ke-90 dalam minggu ke-13 pada minggu-minggu
sengsara ke-6 dengan tetap diarahkan kepada fokus pelayanan GKI pada triwulan
ketiga adalah pembaruan Tuhan kepada manusia, pada penghujung triwulan
pertama akan diterangi oleh Firman Tuhan Mazmur 42:2-6.
Kerinduan atau rindu adalah kata atau istilah yang menyatakan hubungan atau
melibatkan dua pihak yang sederajat maupun tidak sederajat. Sederajat artinya
antara sesama manusia, sahabat atau keluarga dekat. Sedangkan yang tidak
sederajat, yaitu antara Allah dan manusia. Artinya, Allah itu penciptaan, Maha
besar dan manusia adalah ciptaan yang memiliki keterbatasan dalam segala
hal. Tetapi dalam hal kepentingan, hubungan dan saling mengenal, maka
semua pihak punya kepentingan untuk saling rindu atau merindukan.
Apa arti kerinduan atau rindu? Kata kerinduan menyatakan atau
mengungkapkan “keinginan dan harapan akan bertemu dua belah pihak, satu
dengan yang lain” atau antara pihak-pihak yang punya hubungan yang biasa
maupun hubungan yang khusus. Mengapa Kerinduan diperlukan antara dua
pihak atau satu pihak? Karena adanya kepentingan antara dua belah pihak.
Jadi kerinduan itu menggambarkan adanya kebutuhan, adanya permasalahan,
dan supaya mendapatkan pertolongan.
Mazmur 42:1-43:5 berbicara tentang “kerinduan kepada Allah”. Mengapa
pemazmur rindu kepada Allah? Mengapa pemazmur memiliki keinginan dan
harapan akan bertemu dengan Allah? Kerinduan ini didasarkan dan dibangun
dalam hubungan perkenalan yang sangat akrab antara Allah dan pemazmur.
Itulah sebabnya, ketika pemazmur berada dalam masalah, kesulitan,
penderitaan, pemazmur merindukan Allah yang dikenal dan dipercaya agar
menolong, membebaskan dirinya dari ancaman atau bahaya. Kerinduan
kepada Allah oleh pemazmur bertujuan agar Allah memberi harapan,
kekuatan, kepastian dalam dirinya, dan jalan keluar dari permasalahan
hidupnya. Karena pemazmur tahu dan percaya sungguh bahwa hanya Allah
penolongnya, kekuatannya, dan harapannya. Inilah yang menjadi dasar
kerinduan pemazmur kepada Allah, supaya memperoleh pertolongan-Nya.

73
Pegangan Pelayan Ibadah GKI di Tanah Papua Tahun 2023

PENJELASAN TEKS
Ayat 2-4, Kerinduan atau rindu adalah kata atau istilah yang menyatakan
hubungan atau melibatkan dua pihak yang sederajat maupun tidak sederajat.
Sederajat artinya antara sesama manusia, sahabat, atau keluarga dekat.
Sedangkan yang tidak sederajat, yaitu antara Allah dan manusia. Artinya,
Allah itu penciptaan, dan manusia adalah ciptaan. Tapi dalam hal kepentingan
dan hubungan saling mengenal, maka mereka saling rindu atau merindukan.
Apa arti kerinduan (kata dasar: rindu)? Kata kerinduan menyatakan atau
mengungkapkan keinginan dan harapan akan bertemu satu dengan yang lain
atau antara pihak-pihak yang punya hubungan yang biasa sampai hubungan
yang khusus. Kerinduan diperlukan antara dua pihak atau satu pihak yang
membutuhkan pihak lain untuk mewujudkan kepentingan, atau agar satu
pihak memberi jalan keluar kepada pihak lain untuk mendapat pertolongan
terhadap masalahnya, atau untuk terpenuhinya keinginan dan harapannya.
Pemazmur merasa Tuhan itu jauh dari dirinya. Pemazmur mengungkapkan
kerinduannya kepada Allah, karena sedang berada di tengah-tengah
penderitaan dalam pembuangan. Dalam keadaan inilah pemazmur
merindukan Allah hadir dan menolongnya. Pemazmur mengungkapkan
kerinduan kepada Allah dengan umpamakan dirinya seperti rusa (pemazmur)
yang rindu akan air, yaitu Allah. Pemazmur rindu untuk bisa mengalami Allah
yang hidup. Pemazmur menggambarkan dirinya haus kepada Allah, seperti
orang haus merindukan air yang menyejukkan, menyegarkan, memulihkan,
dan menghidupkan.
Siang dan malam pemazmur mencucurkan air mata sebagai makanannya.
Pemazmur mengalami hal ini karena: Pertama, Mengalami penderitaan dan
tekanan hidup saat berada di Babel; Kedua, Pemazmur bersama umat Israel
mengalami cemooh, ejekan yang mempertanyakan “dimanakah Allahmu”.
Ayat 5-6, Walaupun jiwanya dalam keadaan gundah gulana, artinya bimbang,
gelisah, sedih, lesu (gundah=bimbang, gelisah, sedih, sangat sedih dan lesu;
gulana=lesu, layu), tetapi pemazmur punya kerinduan untuk pergi ke rumah
Allah. Karena padatnya manusia yang berjalan ke rumah Allah, dalam
keadaan gundah gulana, pemazmur bertanya pada dirinya, bagaimana aku
bisa berjalan maju di tengah padatnya manusia ke rumah Allah, mendahului
mereka dengan suara sorak-sorai dan nyanyian syukur dalam keramaian
orang-orang yang mengadakan perayaan?
Kerinduan dan harapan pemazmur tidak terhalang oleh keadaannya yang
gundah gulana, kepadatan dan keramaian manusia di jalan menuju rumah Allah.

74
Pegangan Pelayan Ibadah GKI di Tanah Papua Tahun 2023

Itulah sebabnya, pemazmur berdialog, berkomunikasi, berkata dan bertanya


pada dirinya sendiri, mengapa engkau tertekan, hai jiwaku, dan gelisah di
dalam diriku? Pemazmur menjawab kepada dirinya sendiri, berharaplah
kepada Allah!
Jawaban ini memberi kekuatan, kepastian, dan harapan baru bagi pemazmur.
Mengapa dikatakan sebab aku akan bersyukur lagi kepada-Nya, penolongku
dan Allahku! Kata sebab menjelaskan penyebab pemazmur akan bersyukur
lagi. Pemazmur akan bersyukur lagi, karena pemazmur meyakini Allah satu-
satunya yang dapat menolong dan menjawab penderitaannya, sehingga
pemazmur berharap kepada Allah sebagai penolong dan Allahnya. Akhirnya,
di tengah pergumulan hidupnya, pemazmur menemukan kekuatan dan
pertolongan dari Allah.
PENERAPAN
1) Kerinduan kita kepada Allah sebagai orang percaya, berarti menyatakan
keinginan dan harapan kehadiran Allah dalam hidup kita, pergumulan,
dan masalah kita. Jika kita melupakan Allah, kita tidak merindukan-Nya,
maka permasalahan hidup kita tidak dapat di atasi. Karena itu, siang dan
malam, setiap waktu kita harus merindukan Allah untuk berjumpa
dengan-Nya, dalam doa, ibadah, pekerjaan, pendidikan, pergumulan dan
dalam keluarga kita.
2) Di saat kita gundah gulana: berada dalam keadaan bimbang, gelisah,
sedih, lesu, kita harus merindukan Allah. Kita minta kehadiran-Nya,
bermohon, meminta, dan berharap pada-Nya. Barangsiapa mengetok,
pintu akan dibuka. Itu berarti, jika kita merindukan Allah, maka kita
berjumpa dengan Dia. Jika kita tidak merindukan-Nya, maka kita tidak
berjumpa dengan Dia. Jadi kata kerinduan mengandung makna hubungan
antara manusia dengan Allah. Kerinduan kepada Allah adalah prinsip
iman untuk menggugah Allah memberi pertolongan dan menjawab
permasalahan kita. Kerinduan Allah menunjuk pula ketidakberdayaan kita.
Karena itu, kita harus merindukan Allah, mengundang kehadiran-Nya dan
berharap pada pertolongan-Nya.
3) Di tengah pergumulan, kita menemukan kekuatan dan pertolongan sejati.
Asal saja kita merindukan-Nya sebagai penolong dan Allah kita.

75
Pegangan Pelayan Ibadah GKI di Tanah Papua Tahun 2023

Bagian Ketiga
PENUTUP

Hanya Tuhan satu-satunya penggerak pembaharu. Ia menitipkan pembaruan


di dalam dunia dikerjakan oleh manusia, atau siapapun yang terpilih oleh Dia.
Bila tahun 2023 Tuhan memilih GKI untuk mewujudkan “pembaruan” di
dalam seluruh pelayanan GKI, maka semua pelayanan yang berlangsung
“tidak kebetulan tetapi semuanya ada di dalam Sang Penggerak Pembaharu”.

Secara fisik “Kantor Sinode GKI di Tanah Papua” sesuai waktu Tuhan, semua
indah pada waktunya. Masuk dalam rana “pembaruan secara fisik bangunan”
yaitu di masa depan GKI akan memiliki suatu kantor yang representative.
Sebagai bagian dari gumul bersama di tahun “pembaruan” 2023 menuju
tahun pemberdayaan 2024. Imanuel.

272
Pegangan Pelayan Ibadah GKI di Tanah Papua Tahun 2023

LAMPIRAN (01)

NAMA-NAMA PENULIS KHOTBAH 2023

(1) Pdt. Dr. Anthon Rumbewas (AR)


(2) Pdt. Christine Mawene (ChM)
(3) Pdt. Dr. Diana Jenbise (DJ)
(4) Pdt. Diana Pesireron, M.Th (DP)
(5) Pdt. Dora Mawene (DM)
(6) Pdt. Esron Abisay (EsA)
(7) Pdt. Etha Ayatanoy (EA)
(8) Pdt. Fitz Soparue (FS)
(9) Pdt. Frits Morin (FM)
(10) Pdt. Gritje Monim (GM)
(11) Pdt. Izaak Rahail (IR)
(12) Pdt. Jessy Leimena (JL)
(13) Pdt. Kartika Mandik (KM)
(14) Pdt. Linda Upessy (LU)
(15) Pdt. Nelince Wanma (NW)
(16) Pdt. Nelson Kapitarauw (NK)
(17) Pdt. Olivia Yahui (OY)
(18) Pdt. Sarah Selva Meikdely (SM)
(19) Pdt. Dr. Sostenes Sumihe (SS)
(20) Pdt. Tineke Koibur (TK)
(21) Pdt. Yody Sohilait (YS)
(22) Pdt. Yohan Wally (YW)

273
Pegangan Pelayan Ibadah GKI di Tanah Papua Tahun 2023

LAMPIRAN (02)

TATA IBADAH MINGGU I


1. Nyanyian Jemaat: Nyanyian Mazmur-Rohani-Suara Gembira-Kidung Jemaat
2. Pembukaan (berdiri)
Dengan Nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus. Amin.
3. Salam
Kasih karunia dan damai sejahtera atas jemaat dari Allah Bapa, Tuhan
Yesus Kristus dan Roh Kudus.
Nyanyian Jemaat: Nyanyian Mazmur-Rohani - Suara Gembira-Kidung Jemaat
(duduk)
Paduan Suara/Vocal Group
4. Hukum TUHAN (berdiri)
Saudara-saudara, dengarlah Hukum Tuhan berdasarkan Keluaran 20:3-17
1. Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku.
2. Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apapun yang ada di
langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam
air di bawah bumi. Jangan sujud menyembah kepadanya atau
beribadah kepadanya, sebab Aku, TUHAN, Allahmu, adalah Allah
yang cemburu, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-
anaknya , kepada keturunan yang ketiga dan keempat dari orang-
orang yang membenci Aku, tetapi yang menunjukkan kasih setia
kepada beribu-ribu orang, yaitu mereka yang mengasihi Aku dan yang
berpegang pada perintah-perintah-Ku.
3. Jangan menyebut nama TUHAN, Allahmu, dengan sembarangan,
sebab TUHAN akan memandang bersalah orang yang menyebut
nama-Nya dengan sembarangan.
4. Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat : enam hari lamanya engkau akan
bekerja dan melakukan segala pekerjaanmu, tetapi hari ke tujuh adalah
hari Sabat TUHAN, Allahmu; maka jangan melakukan sesuatu
pekerjaan, engkau atau anakmu laki-laki, atau anakmu perempuan,
atau hambamu laki-laki atau hambamu perempuan, atau hewanmu
atau orang asing yang di tempat kediamanmu.
5. Hormatilah ayahmu dan ibumu, supaya lanjut umurmu di tanah yang
diberikan TUHAN, Allahmu kepadamu.

274
Pegangan Pelayan Ibadah GKI di Tanah Papua Tahun 2023

6. Jangan membunuh.
7. Jangan berzinah.
8. Jangan mencuri.
9. Jangan mengucapkan saksi dusta tentang sesamamu.
10. Jangan mengingini rumah sesamamu; jangan mengingini isterinya, atau
hambanya laki-laki, atau hambanya perempuan, atau lembunya atau
keledainya, atau apapun yang dipunyai sesamamu."
Roh Kudus memampukan kita melakukan Hukum Tuhan dalam
kehidupan kita sehari-hari.
(duduk)
5. Pengakuan Dosa
Kita merendahkan diri di hadapan Tuhan Allah dan mengaku dosa dengan
sungguh-sungguh. Jika kita berkata, bahwa kita tidak berdosa, maka kita
menipu diri kita sendiri dan kebenaran itu tidak ada di dalam kita. Jika
kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan
mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.
(I Yohanes 1:8).
Kita berdoa : … Amin.
Nyanyian Jemaat: Nyanyian Mazmur-Rohani-Suara Gembira-Kidung Jemaat
6. Pemberitaan Anugerah
Dengarlah jemaat, sabda Yesus Kristus kepada semua orang yang sungguh-
sungguh mengaku dosanya ”Barangsiapa datang kepada-Ku, Ia tidak akan
Kubuang.” (Yohanes 6:37b).
Nyanyian Jemaat: Nyanyian Mazmur-Rohani-Suara Gembira-Kidung Jemaat
7. Pengakuan Iman (berdiri)
Dalam persekutuan dengan Gereja Tuhan dari segala zaman dan di segala
tempat, kita mengaku bersama-sama kepercayaan kita sesuai Pengakuan
Iman Rasuli :
“Aku percaya kepada Allah Bapa yang maha Kuasa, Khalik langit dan bumi
Dan kepada Yesus Kristus, anak-Nya yang tunggal, Tuhan kita
yang dikandung dari pada Roh Kudus, lahir dari anak dara Maria
yang menderita di bawah pemerintahan Pontius Pilatus, disalibkan mati
dan dikuburkan, turun ke dalam kerajaan maut
pada hari yang ketiga bangkit pula dari antara orang mati
naik ke sorga, duduk di sebelah kanan Allah, Bapa yang maha kuasa
dan akan datang dari sana untuk menghakimi orang yang hidup dan yang mati.

275
Pegangan Pelayan Ibadah GKI di Tanah Papua Tahun 2023

Aku percaya kepada Roh Kudus


Gereja yang kudus dan am, persekutuan orang kudus
pengampunan dosa
kebangkitan daging
dan hidup yang kekal.
Nyanyian Jemaat: Nyanyian Mazmur-Rohani-Suara Gembira-Kidung Jemaat
(duduk)
Paduan Suara/Vocal Group
8. Pemberitaan Firman
a. Doa
b. Pembacaan Alkitab
Kita membaca Alkitab dari ….. . “Sampai di sini pembacaan Alkitab.
Berbahagialah semua orang yang mendengar Firman Allah.”
c. (Menyanyi) Haleluya… Haleluya… Haleluya
d. Khotbah
Paduan Suara/Vocal Group
9. Persembahan Jemaat
Sebelum Jemaat memberi persembahan, dengarlah Firman Tuhan :
“Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya,
jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi
orang yang memberi dengan sukacita.” (II Korintus 9:7).
Nyanyian Jemaat: Nyanyian Mazmur-Rohani-Suara Gembira-Kidung Jemaat
10. Doa Syafaat
Nyanyian Jemaat: Nyanyian Mazmur-Rohani-Suara Gembira-Kidung Jemaat
(berdiri)
11. Berkat
Pelayan : Jemaat yang terkasih, arahkanlah hati kita kepada Allah.
Terimalah berkat TUHAN dan pergilah dengan sukacita :
“TUHAN memberkati engkau dan melindungi engkau. TUHAN
menyinari engkau dengan wajah-Nya dan memberi engkau
kasih karunia; TUHAN menghadapkan wajah-Nya kepadamu
dan memberi engkau damai sejahtera.” Amin.
Jemaat : (Menyanyi) A… min. A… min. A… min.

Nyanyian Jemaat : Nyanyian Mazmur-Rohani-Suara Gembira-Kidung Jemaat

276
Pegangan Pelayan Ibadah GKI di Tanah Papua Tahun 2023

LAMPIRAN (03)

TATA IBADAH MINGGU II

Nyanyian Jemaat: Nyanyian Mazmur-Rohani-Suara Gembira-Kidung Jemaat


(berdiri)
1. Pembukaan
“Pertolongan kita adalah dalam nama TUHAN yang menjadikan langit
dan bumi serta tidak meninggalkan perbuatan tangan-Nya.” Amin.
2. Salam
“Kasih karunia dan damai sejahtera turun atas saudara-saudara dari Allah
Bapa, Tuhan Yesus Kristus dan Roh Kudus.”
(duduk)
Nyanyian Jemaat: Nyanyian Mazmur-Rohani-Suara Gembira-Kidung Jemaat
Paduan Suara/Vocal Group
3. Pengakuan Dosa
Marilah kita merendahkan diri di hadapan Tuhan Allah, dan mengaku
dosa sungguh-sungguh kepada-Nya. ”TUHAN itu dekat kepada orang-
orang yang patah hati, dan Ia menyelamatkan orang-orang yang remuk
jiwanya.” (Mazmur 34:19). Mari kita berdoa : ..... Amin.
Nyanyian Jemaat: Nyanyian Mazmur-Rohani-Suara Gembira-Kidung Jemaat
4. Pemberitaan Anugerah
Dengarlah Jemaat, sabda Tuhan Yesus Kristus kepada semua orang yang
sungguh-sungguh mengaku dosanya : “Karena begitu besar kasih Allah
akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal,
supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan
beroleh hidup yang kekal.” (Yohanes 3:16).
Nyanyian Jemaat: Nyanyian Mazmur-Rohani-Suara Gembira-Kidung Jemaat
5. Hukum TUHAN (berdiri )
Dengarlah Hukum Tuhan : “Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hati
dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah
hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua yang

277
Pegangan Pelayan Ibadah GKI di Tanah Papua Tahun 2023

sama dengan itu ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.
Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh Hukum Taurat dan Kitab
Para Nabi.” (Matius 22:37-40).
Roh Kudus memampukan kita melakukan Hukum Tuhan dalam
kehidupan kita sehari-hari.
(duduk)
Paduan Suara/Vocal Group
6. Pemberitaan Firman Tuhan
a. Doa Pembacaan
Kita berdoa : “Tuhan yang Maha Kuasa. Engkau telah memberi Firman-
Mu menjadi pelita bagi kaki kami dan terang bagi jalan kami. Berilah
oleh Roh Kudus telinga kami mendengar dan hati kami rindu akan
Firman-Mu. Berilah Firman-Mu menjadi kesukaan kami, agar kami
bertumbuh dalam kasih-Mu dan mengenal Engkau sebagai Tuhan dan
Juruselamat.” Amin.
b. Pembacaan Firman Tuhan
c. Khotbah

Paduan Suara/Vocal Group

7. Persembahan
“Sebab jika kamu rela untuk memberi maka pemberianmu akan diterima,
kalau pemberianmu itu berdasarkan apa yang ada padamu, bukan
berdasarkan apa yang tidak ada padamu.” (II Korintus 8:12).

Nyanyian Jemaat: Nyanyian Mazmur-Rohani-Suara Gembira-Kidung Jemaat

8. Doa Persembahan

9. Pengakuan Iman (berdiri)


Dalam persekutuan dengan Gereja Tuhan dari segala zaman dan di segala
tempat, kita mengaku kepercayaan kita sesuai Pengakuan Iman Nicea-
Konstantinopel.
Aku percaya kepada Allah Bapa, yang Maha Kuasa,
Pencipta langit dan bumi segala yang kelihatan dan yang tidak kelihatan.
Dan kepada satu Tuhan, Yesus Kristus Anak Allah yang Tunggal,
yang lahir dari sang Bapa sebelum ada segala zaman,

278
Pegangan Pelayan Ibadah GKI di Tanah Papua Tahun 2023

Allah dari Allah, Terang dari Terang, Allah yang sejati dari Allah yang
sejati, diperanakkan, dan bukan dibuat, sehakekat dengan Sang Bapa,
yang dengan perantaraan-Nya segala sesuatu dibuat;
yang telah turun dari surga untuk kita manusia, dan untuk keselamatan
kita, dan menjadi daging, oleh Roh Kudus dari anak dara Maria,
dan menjadi manusia yang disalibkan bagi kita,
di bawah pemerintahan Pontius Pilatus
menderita dan dikuburkan;
yang bangkit pada hari ke tiga, sesuai dengan isi kitab-kitab
dan naik ke surga, yang duduk di sebelah kanan sang Bapa,
dan akan datang kembali dengan kemuliaan
untuk menghakimi orang yang hidup dan yang mati,
yang kerajaan-Nya tak akan berakir.
Aku percaya kepada Roh Kudus, yang adalah Tuhan dan yang
menghidupkan, yang keluar dari sang Bapa dan sang Anak, disembah dan
dimuliakan,
yang telah berfirman dengan perantaraan para nabi.
Aku percaya kepada satu Gereja, yang kudus, am dan rasuli.
Aku mengaku satu baptisan untuk pengampunan dosa.
Aku menantikan kebangkitan orang mati,
dan kehidupan di zaman yang akan datang.
Nyanyian Jemaat: Nyanyian Mazmur-Rohani-Suara Gembira-Kidung Jemaat
(duduk)
10. Doa Syafaat
Nyanyian Jemaat: Nyanyian Mazmur-Rohani-Suara Gembira-Kidung Jemaat
(berdiri)
11. Berkat
Pelayan : Terimalah berkat TUHAN dan pergilah dengan sejahtera :
“Kasih karunia Tuhan Yesus Kristus, dan Kasih Allah, dan
persekutuan Roh Kudus menyertai kamu.” Amin.
Jemaat : (Menyanyi) A… min. A… min. A… min.

Nyanyian Jemaat: Nyanyian Mazmur-Rohani-Suara Gembira-Kidung Jemaat

279
Pegangan Pelayan Ibadah GKI di Tanah Papua Tahun 2023

LAMPIRAN (04)

TATA IBADAH MINGGU III

1. Nyanyian Jemaat: Nyanyian Mazmur-Rohani-Suara Gembira-Kidung Jemaat


(berdiri)
2. Pembukaan dan Salam
Pelayan : Ibadah saat ini dilaksanakan dalam nama Bapa, Anak dan
Roh Kudus. Amin.
“Salam sejahtera untuk kamu.”
Jemaat : Dan untukmu juga.

Nyanyian Jemaat: Nyanyian Mazmur-Rohani-Suara Gembira-Kidung Jemaat


(duduk)
Paduan Suara/Vocal Group

3. Pujian Berbalas-balasan
Kita memuliakan Allah yang telah memelihara kita, dengan membaca
secara berbalas-balasan.. (misalnya Mazmur 100:1-5, atau bagian lain dari
Kitab Mazmur dan kitab lainnya yang terkait puji-pujian).

Nyanyian Jemaat: Nyanyian Mazmur-Rohani-Suara Gembira-Kidung Jemaat

4. Pengakuan Dosa
Kita mengaku dosa di hadapan Allah dengan membaca berbalas-balasan
Mazmur 51:1-14.
Pelayan : Kasihanilah aku, ya Allah, menurut kasih setia-Mu,
Jemaat : Hapuskanlah pelanggaran-ku menurut rahmat-Mu yang besar!
Pelayan : Bersihkanlah aku seluruhnya dari kesalahanku,
Jemaat : Dan tahirkanlah aku dari dosaku!
Pelayan : Sebab aku sendiri sadar akan pelanggaran-ku,
Jemaat : Aku senantiasa bergumul dengan dosaku.
Pelayan : Terhadap Engkau, terhadap Engkau sajalah aku telah berdosa
dan melakukan apa yang Kau anggap jahat,
Jemaat : Supaya ternyata Engkau adil dalam putusan-Mu, bersih dalam
penghukuman-Mu.
Pelayan : Sesungguhnya, dalam kesalahan aku diperanakkan,
Jemaat : Dalam dosa aku dikandung ibuku.

280
Pegangan Pelayan Ibadah GKI di Tanah Papua Tahun 2023

Pelayan : Sesungguhnya, Engkau berkenan akan kebenaran dalam batin,


Jemaat : Dan dengan diam-diam Engkau memberitahukan hikmat
kepadaku.
Pelayan : Bersihkanlah aku dari pada dosaku dengan hisop,
Jemaat : Maka aku menjadi tahir, basuhlah aku, maka aku menjadi
lebih putih dari salju!
Pelayan : Biarlah aku mendengar kegirangan dan sukacita,
Jemaat : Biarlah tulang yang Kau remukkan bersorak-sorak kembali!
Pelayan : Sembunyikanlah wajah-Mu terhadap dosaku,
Jemaat : Hapuskanlah segala kesalahanku!
Pelayan : Jadikanlah hatiku tahir, ya Allah,
Jemaat : Dan perbaharuilah batinku dengan roh yang teguh!
Pelayan : Janganlah membuang aku dari hadapan-Mu,
Jemaat : Dan janganlah mengambil roh-Mu yang kudus dari padaku!
Pelayan : Bangkitkanlah kembali padaku kegirangan karena selamat
yang dari pada-Mu,
Jemaat : Dan lengkapilah aku dengan roh yang rela!

Nyanyian Jemaat: Nyanyian Mazmur-Rohani-Suara Gembira-Kidung Jemaat

5. Pemberitaan Anugerah
Pelayan : Sebagai hamba Yesus Kristus, kami memberitakan kepada
setiap orang yang mengaku dosanya sungguh-sungguh di
hadapan Tuhan, bahwa ada pengampunan dosa. Firman-Nya
pada Yesaya 12:1-3 yang kita baca berbalas-balasan : “Pada
waktu itu engkau akan berkata :
Jemaat : Aku mau bersyukur kepada-Mu, ya TUHAN, karena
sungguhpun Engkau telah murka terhadap aku: tetapi murka-
Mu telah surut dan Engkau menghibur aku.
Pelayan : Sungguh, Allah itu keselamatanku.
Jemaat : Aku percaya dengan tidak gementar.
Pelayan : Sebab TUHAN ALLAH itu kekuatanku dan mazmurku,
Jemaat : Ia telah menjadi keselamatanku.
Pelayan : Maka kamu akan menimba air dengan kegirangan dari mata
air keselamatan.
Nyanyian Jemaat: Nyanyian Mazmur-Rohani-Suara Gembira-Kidung Jemaat

281
Pegangan Pelayan Ibadah GKI di Tanah Papua Tahun 2023

6. Hukum TUHAN (berdiri)


Saudara-saudara, dengarlah Hukum Tuhan berdasarkan Keluaran 20:3-17
1. Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku.
2. Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apapun yang ada
di langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di
dalam air di bawah bumi. Jangan sujud menyembah kepadanya atau
beribadah kepadanya, sebab Aku, TUHAN, Allahmu, adalah Allah
yang cemburu, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-
anaknya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat dari orang-
orang yang membenci Aku, tetapi yang menunjukkan kasih setia
kepada beribu-ribu orang, yaitu mereka yang mengasihi Aku dan yang
berpegang pada perintah-perintah-Ku.
3. Jangan menyebut nama TUHAN, Allahmu, dengan sembarangan,
sebab TUHAN akan memandang bersalah orang yang menyebut
nama-Nya dengan sembarangan.
4. Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat : enam hari lamanya engkau akan
bekerja dan melakukan segala pekerjaanmu, tetapi hari ke tujuh
adalah hari Sabat TUHAN, Allahmu; maka jangan melakukan sesuatu
pekerjaan, engkau atau anakmu laki-laki, atau anakmu perempuan,
atau hambamu laki-laki atau hambamu perempuan, atau hewanmu
atau orang asing yang di tempat kediamanmu.
5. Hormatilah ayahmu dan ibumu, supaya lanjut umurmu di tanah yang
diberikan TUHAN, Allahmu kepadamu.
6. Jangan membunuh.
7. Jangan berzinah.
8. Jangan mencuri.
9. Jangan mengucapkan saksi dusta tentang sesamamu.
10. Jangan mengingini rumah sesamamu; jangan mengingini isterinya,
atau hambanya laki-laki, atau hambanya perempuan, atau lembunya
atau keledainya, atau apapun yang dipunyai sesamamu."
(duduk)
Paduan Suara/Vocal Group
7. Pemberitaan Firman
a. Doa - dalam bentuk pujian/nyanyian.
(Misalnya memilih salah satu : Rohani 115:1,3; 126:2,4; KJ 231:1,2;
235:3-4; dan nyanyian Mazmur-Rohani-Kidung Jemaat terkait lainnya)

282
Pegangan Pelayan Ibadah GKI di Tanah Papua Tahun 2023

b. Pembacaan Alkitab
c. Khotbah
Paduan Suara/Vocal Group

8. Persembahan Syukur
Bawalah persembahanmu kepada Tuhan sebagai ungkapan syukur
kepada-Nya.
“Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan
dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang
memberi dengan sukacita.” (II Korintus 9:7).
Nyanyian Jemaat: Nyanyian Mazmur-Rohani-Suara Gembira-Kidung Jemaat

9. Doa Persembahan Syukur

10. Pengakuan Iman (berdiri)


Pelayan : Bersama dengan segala orang percaya di segala tempat dan
waktu, kita mengaku pengakuan iman kita secara bersama-
sama dengan melagukan Nyanyian Rohani 77:1-3.
(duduk)
11. Doa Syafaat

Nyanyian Jemaat: Nyanyian Mazmur-Rohani-Suara Gembira-Kidung Jemaat


(berdiri)
12. Pengutusan dan Berkat
Pelayan : Terimalah berkat Tuhan dan pergilah dengan sejahtera :
TUHAN-lah Penjagamu, TUHAN-lah naunganmu di sebelah
tangan kananmu. Matahari tidak menyakiti engkau pada
waktu siang, atau bulan pada waktu malam. TUHAN akan
menjaga engkau terhadap segala kecelakaan; Ia akan menjaga
nyawamu. TUHAN akan menjaga keluar masukmu, dari
sekarang sampai selama-lamanya (Mazmur 121:5-8). Amin.
Jemaat : (Menyanyikan) A … min. A… min. A… min.
(Nadanya sesuai Nyanyian KJ. 478 b).

Nyanyian Jemaat: Nyanyian Mazmur-Rohani-Suara Gembira-Kidung Jemaat

283
Pegangan Pelayan Ibadah GKI di Tanah Papua Tahun 2023

LAMPIRAN (05)

TATA IBADAH MINGGU IV


(Unsur-Unsur Ibadah Dalam Ibadah Kontekstual
Membangun Tata Ibadah Berdasarkan Spritualitas GKI di Tanah Papua)

Panggilan
Penatua/Syamas : Tabu tifa atau tiup triton.
Nyanyian Jemaat: Misalnya “Miaware” (dapat menggunakan lagu rohani
daerah lainnya).
(Majelis dan Pelayan Ibadah, masuk dari pintu depan gereja).
(berdiri)
Saat Teduh (2 menit-masing-masing pribadi)
1. Nyanyian Jemaat: Nyanyian Mazmur-Rohani-Suara Gembira-Kidung Jemaat-
Nyanyian Rohani Bahasa Daerah
2. Pembukaan
Allah Pencipta langit dan bumi, Pemelihara segala yang hidup di atas
tanah Papua, yang mempersatukan kami dari segala suku bangsa dan
bahasa, yang menuntun kami dalam ibadah ini. Amin.
3. Salam (Menyanyikan)
Pelayan : Salam bagimu (2x)
Jemaat : Salam-salam.
Pelayan : Damai Kristus besertamu.
Jemaat : Salam-salam.
(duduk)
Nyanyian Jemaat : (Nyanyian Rohani Bahasa Daerah)
Paduan Suara/Vocal Group
(Sebaiknya lagu dalam bahasa daerah. Menyanyi lagu dalam bahasa
daerah, selanjutnya menyanyi arti lagu tersebut dalam bahasa Indonesia).
4. Hukum TUHAN (berdiri)
Dengarlah Hukum Tuhan : “Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hati
dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah
hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua yang
sama dengan itu ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.
Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh Hukum Taurat dan Kitab
Para Nabi.” (Matius 22:37-40).
Roh Kudus memampukan kita melakukan Hukum Tuhan dalam
kehidupan kita sehari-hari.

284
Pegangan Pelayan Ibadah GKI di Tanah Papua Tahun 2023

(duduk)
5. Pengakuan Dosa
Nyanyian Rohani Ratapan (dalam bahasa daerah)
Solo : (Menyanyi Nyanyian Rohani 136:2)
Doa
6. Berita Anugerah dan Perjumpaan Umat
Sebab jika oleh dosa satu orang, maut telah berkuasa oleh satu orang itu,
maka lebih benar lagi mereka, yang telah menerima kelimpahan kasih
karunia dan anugerah kebenaran, akan hidup dan berkuasa oleh karena
satu orang itu, yaitu Yesus Kristus (Roma 5:17)
Nyanyian Jemaat
Ungkapan Syukur Pengampunan (saling memberi salam dengan yang ada
di kiri dan kanan)
Paduan Suara/Vocal Group
(Sebaiknya lagu dalam bahasa daerah. Menyanyi lagu dalam bahasa
daerah, selanjutnya menyanyi arti lagu tersebut dalam bahasa Indonesia).
7. Pemberitaan Firman
a. Doa (dalam bentuk nyanyian misalnya “Ruri Saranden”)
b. Pembacaan Alkitab
c. Khotbah
d. Saat Teduh (komitmen pribadi – 2 menit)
Paduan Suara/Vocal Group
(Sebaiknya lagu dalam bahasa daerah. Menyanyi lagu dalam bahasa
daerah, selanjutnya menyanyi arti lagu tersebut dalam bahasa Indonesia).
8. Pengakuan Iman (berdiri)
Pelayan : Dalam persekutuan dengan gereja Tuhan dari segala zaman
dan tempat, bersama-sama kita mengucapkan pengakuan iman,
sesuai Pengakuan Iman GKI di Tanah Papua.
Aku percaya kepada Allah Bapa Pencipta langit dan bumi, Pemelihara
segala yang diciptakan dan yang menyediakan kehidupan kekal di dalam
kerajaan-Nya.
Aku percaya kepada Yesus Kristus, yang menebus dan menyelamatkan
manusia dari dosa dalam kematian dan kebangkitan-Nya. Dialah Tuhan
dan kepala gereja yang memerintah Gereja Kristen Injili Di Tanah Papua,
dengan Firman dan Roh-Nya.

285
Pegangan Pelayan Ibadah GKI di Tanah Papua Tahun 2023

Aku percaya kepada Roh Kudus, yang membarui, memelihara, dan


menuntun umat-Nya dalam kebenaran sampai kegenapan Kerajaan Allah
dalam kedatangan kembali Yesus Kristus.
Aku mengaku, bahwa Alkitab adalah Firman Allah dan satu-satunya
kesaksian tentang Penyataan Allah.
Aku mengaku bahwa Gereja Kristen Injili di Tanah Papua adalah tubuh
Kristus yang kudus dan am, yang mempersatukan umat manusia menjadi
satu persekutuan sorgawi di bumi.
Aku mengaku mengasihi Allah dan sesama manusia dengan segenap hati,
jiwa, dan akal budi.
Aku mengaku hidup kudus dan setia memberitakan Injil Kerajaan Allah di
Tanah Papua dan dunia.
Aku mengaku mengusahakan dan memelihara Tanah Papua sebagai alam
ciptaan Allah bagi kesejahteraan, keadilan, dan kebahagiaan umat
manusia.
(duduk)
9. Persembahan
(Berupa persembahan uang dan persembahan natura)
Pelayan : Dengan hati yang penuh syukur dan sukacita, marilah kita
membawa persembahan kepada Tuhan, sambil berkata
“Dengan rela hati aku akan mempersembahkan korban
kepada-Mu, bersyukur sebab nama-Mu baik, ya
Tuhan.”(Mazmur 54:8).
Nyanyian Jemaat
(Hasil terjemahan, atau nyanyian gerejawi bahasa daerah terkait
persembahan, dinyanyikan bersama atau solo)
10. Doa Syafaat
Nyanyian Jemaat :
(berdiri)
11. Berkat
Pelayan : Terimlah berkat TUHAN dan pulanglah dengan sejahtera :
“Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan
memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus, dari Bapa
dan Roh Kudus, saat ini sampai maranatha.”
Jemaat : A … min. A… min. A…min.
(Nadanya sesuai Nyanyian KJ. 478c)
Nyanyian Jemaat: Nyanyian Mazmur-Rohani-Suara Gembira-Kidung Jemaat

286
Pegangan Pelayan Ibadah GKI di Tanah Papua Tahun 2023

BADAN PEKERJA SINODE GKI DI TANAH PAPUA


PERIODE 2022-2027

287

You might also like