Professional Documents
Culture Documents
SKRIPSI FULL Stunting
SKRIPSI FULL Stunting
USULAN PENELITIAN
Disusun Oleh
ANI JULAEHA
NPM :A1A.16.0486
USULAN PENELITIAN
ANI JULAEHA
NPM : A1A.16.0486
Menyetujui : Mengesahkan :
Pembimbing 1, Ketua Program Studi,
Pembimbing II,
Mengetahui :
Dekan Fakultas Ilmu Administrasi
Universitas Subang
i
ii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.........................................................................................................i
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................iii
DAFTAR TABEL.................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN
Implementasi Kebijakan.......................................................22
ii
iii
2.5 Hipotesis........................................................................................41
DAFTAR PUSTAKA
PEDOMAN WAWANCARA
iii
iv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
iv
v
DAFTAR TABEL
Halaman
v
BAB I
PENDAHULUAN
publik. Proses kebijakan adalah suatu rangkaian tahap yang saling bergantung
pilih oleh policy makers bukanlah jaminan bahwa kebijakan tersebut pasti berhasil
dalam mengimplementasikan.
tidak terlaksanakan sesuai dengan rencana, tidak efisien dalam pekerjaanya atau
Masalah gizi stunting (balita pendek) merupakan salah satu masalah gizi
pertumbuhan linear pada balita akibat dari akumulasi ketidakcukupan nutrisi yang
1
2
berlangsung lama, mulai dari masa kehamilan sampai usia 24 bulan. Kekurangan
gizi pada masa tumbuh kembang anak di usia dini akan menghambat
anak, dan bahkan menyebabkan kematian balita yang mengalami masalah gizi
mendatang.
stunting harus difokuskan pada 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) atau yang
stunting per tahun untuk memenuhi target penurunan stunting pada tahun 2025
yaitu 40%. Pada sepanjang siklus kehidupan, intervensi yang dilakukan harus
melibatkan berbagai lapisan baik sektor kesehatan maupun non kesehatan, seperti
Stunting pada bulan Agustus 2017 yang harus menekankan pada kegiatan
kegiatan Intervensi Gizi Spesifik dan Gizi Sensitif dalam 1000 Hari Pertama
Kehidupan (HPK) sampai dengan usia 6 tahun. Intervensi Gizi Spesifik yang
ditujukan kepada ibu hamil dan anak dalam 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK)
3
dengan kontribusi sebesar 30% penurunan stunting pada umumnya dilakukan oleh
terhadap penurunan angka stunting dengan sasaran masyarakat umum dan tidak
khusus terhadap ibu hamil dan balita pada 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK)
telah dihadapi Indonesia. Berdasarkan dari Pemantauan Status Gizi (PSG) selama
tiga tahun terakhir ini, balita pendek memiliki prevalensi tertinggi dibandingkan
dengan masalah gizi lainnya seperti gizi kurang, kurus, bahkan gemuk. Prevalensi
balita pendek mengalami naik turun, dapat dilihat pada table 1.1 sebagai berikut :\
Tabel 1.1
Angka Prevalensi Stunting di Indonesia Tahun 2017-2019
Tabel diatas menunjukan bahwa dari tahun 2017 anga prevalensi stunting
di Indonesia yaitu sebanyak 29,6% menurun pada tahun 2018 yaitu 28,5% dan
mengalami peningkatan pada tahun 2019 menjadi 30,1% (Kemenkes RI, 2019).
bersifat holistic dan saling terintegrasi. Peraturan Presiden Nomor 42 Tahun 2013
melibatkan berbagai sektor yang harus disikapi dengan koordinasi yang kuat baik
4
tentang Penurunan Stunting melalui Intervensi Gizi Spesifik yang ditujukan pada
anak 1000 HPK yang dilakukan oleh sektor kesehatan dan Intervensi Gizi Sensitif
yang akan dilakukan lintas sektor kesehatan dengan sasaran semua masyarakat.
Peraturan ini dibuat dengan tujuan meningkatkan status gizi masyarakat dan
kualitas sumber daya manusia dengan strategi yang akan dilakukan adalah
keluarga, gerakan masyarakat hidup sehat, dan memperkuat gerakan seribu hari
Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi (RAN-PG) dan Rencana Aksi Daerah
Pangan dan Gizi (RAD-PG) untuk mewujudkan sumber daya manusia yang
berkualitas dan berdaya saing dalam pembangunan pangan dan gizi. Selanjutnya
Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2017 tentang Gerakan Masyarakat Hidup Sehat
Kabupaten Subang pada tahun 2019 sebesar 33,2% dengan proporsi balita pendek
sebesar 17,8% dan proporsi balita sangat pendek sebesar 15,4%. Kabupaten
menduduki peringkat pertama dengan prevalensi stunting pada tahun 2019 sebesar
Tabel 1.1
Angka Stunting Kabupaten Subang 2017-2019
Tabel 1.2
Angka Stunting Kecamatan Pagaden 2017-2019
Dari tabel dan Grafik diatast terlihat bahwa Kecamatan Pagaden menjadi
Kecamatan yang mengalami peningkatan angka stunting paling tinggi dilihat dari
data tahun 2017 sebanyak 6 % balita, tahun 2018 sebanyak 7% balita dan tahun
pencegahan stunting pada anak balita yang ada di Kecamatan Pagaden Kabupaten
yang ada di Kecamatan Pagaden Kabupaten Subang, namun hal itu masih jarang
terkait dinilai masih rendah, data menunjukan pola komunikasi yang dilakukan
seharusnya penyuluhan stunting itu idealnya dilakukan satu bulan sekali pada saat
Terdapat sebuah masalah yang lain yang terjadi mengenai tingginya angka
stunting di Kecamatan Pagaden Kabupaten Subang, hal ini disebabkan oleh masih
masalah krusial yang harus ditangani melainkan stunting terjadi karena faktor
pemberian makanan pada awal kelahiran seperti pemberian pisang, madu, gula,
dan lainnya.
dinilai Kabupaten Subang belum optimal, hal tersebut dapat dilihat dari indikator
sosialisasi teknis akan makanan yang bergizi pada anak balita sehingga
angka stunting di Kec Pagaden paling tinggi yakni 8% atau 336 balita dari
Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik dan akan lebih lanjut
1. Secara Teoritis
Administrasi Publik.
2. Secara Praktis
pemikiran penelitian dan memberikan manfaat dan berguna bagi pihak yang
BAB II
TINJAUAN LITERATUR
manajerial agar terbiasa melaksanakan suatu kegiatan dengan efektif, efisien dan
adalah;
“Suatu kombinasi yang kompleks antara teori dan praktik dengan tujuan
mempromosi pemahaman terhadap pemerintah dalam hubungannya dengan
masyarakat yang diperintah, dan juga mendorong kebijakan publik agar
lebih responsif terhadap kebutuhan sosial. Administrasi publik berusaha
melembagakan praktik-praktik manajemen agar sesuai dengan nilai
efektivitas, efisiensi dan pemenuhan kebutuhan masyarakat secara lebih
baik”.
9
10
lingkup administrasi publik yang dapat dilihat dari topik-topik yang dibahas selain
daya manusia.
birokrasi.
publik adalah kerjasama yang dilakukan oleh sekelompok orang atau lembaga
dalam melaksanakan tugas atau kegiatan pemerintah yang dikeluarkan oleh badan
dimuat dalam bentuk undang-undang dan pada dasarnya dibuat untuk melakukan
yang dipilih oleh pemerintah untuk dilakukan dan tidak dilakukan. Walaupun
batasan yang diberikan oleh Dye ini dianggap agak tepat, namun batasan ini tidak
cukup memberi pembedaan yang jelas antara apa yang putuskan oleh pemerintah
publik yang terbaik adalah kebijakan yang mendorong setiap masyarakat untuk
Kebijakan publik tidak bersifat spesifik dan sempit tetapi luas dan strategis, oleh
dibawahnya.
Menurut W.I Jenkins yang dikutip oleh Wahab bukunya Analisis Kebijakan
kebijakan publik harus berorientasi kepada kepentingan publik, dan (3) kebijakan
Jadi idealnya suatu kebijakan publik adalah (1) kebijakan publik untuk
dilaksanakan dalam bentuk riil bukan untuk sekedar dinyatakan, (2) kebijakan
sebagai berikut :
1. Kebijakan yang bersifat makro, yaitu kebijakan atau peraturan yang bersifat
umum.
14
2. Kebijakan yang bersifat meso, yaitu kebijakan yang bersifat menengah atau
memperjelas pelaksanaan, seperti kebijakan Menteri, Peraturan Gubernur,
Peraturan Bupati dan Peraturan Wali Kota.
3. Kebijakan yang bersifat mikro, yaitu kebijakan yang bersifat mengatur
pelaksanaan atau implementasi dari kebijakan diatasnya, seperti kebijakan
yang dikeluarkan oleh aparat publik di bawah Menteri, Gubernur, Bupati
dan Wali Kota.
1. Analisis kebijakan
pemahaman akan suatu kebijakan atau pula pengkajian untuk merumuskan suatu
kebijakan.
2. Pengesahan kebijakan
diterima.
3. Implementasi kebijakan
4. Evaluasi kebijakan
mempengaruhi respon dari mereka yang berada diluar lingkungan politik. Rossi &
Kata implementasi berasal dari kata Bahasa Inggris yaitu to implement, yang
Sesuatu tersebut dilakukan untuk menimbulkan dampak atau akibat itu dapat
tetapi gagal memperoleh substansial karena kebijakan tidak disusun dengan baik.
Oleh karena itu, pelaksanaan program yang berhasil merupakan kondisi yang
diperlukan sekaligus tidak cukup bagi pencapaian hasil akhir yang positif. Hal ini
persoalan publik.
berdasarkan tata bahasa, istilah kebijaksaan berasal dari kata “wisdom”. Peneliti
pada umumnya tujuan tersebut ingin dicapai oleh seorang kelompok atau
diinginkan. Akan tetapi kebijakan tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai dan
masyarakat.
Menurut Van Meter and Van Horn dalam Winarno (2016:135) menyatakan
oleh individu atau kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada
sebelumnya”.
secara tegas tujuan atau sasaran yang ingin dicapai, dan berbagai cara untuk
diseleksi. Dalam hal ini yang perlu diperhatikan adalah persiapan implementasi,
tujuan yang telah ditetapkan. Implementasi kebijakan berjalan tidak selalu mulus,
makna bahwa implementasi kebijakan publik adalah sesuatu yang kompleks, yang
atau konteks dimana kebijakan itu hendak diterapkan untuk mencapai tujuannya.
Rusli (2013:91-92).
sebuah sistem.
2. Model Bottom up
keputusan atau kebijakan yang telah ditetapkan oleh aktor pembuat kebijakan
terutama pada tingkat bawah. Maka tidak heran apabila Letser dan stewart Jr.
(2000:108) menamakan pendekatan ini dengan istilah the command and control
approach (pendekatan kontrol dan komando). Dimana inti pendekatan ini adalah
kebijakan sesuai dengan prosedur serta tujuan yang telah digariskan dalam
memperkenalkan pendekatan bottom-up atau dalam istilah Letser dan Stewart Jr.
21
bahwa kebijakan ditentukan di tingkat pusat dan pelaksana harus tetap berpegang
pada tujuan ini seketat mungkin. Mereka berpendapat bahwa untuk menyelesaikan
masalah publik sebaiknya dimulai dari ‘bawah’ yang mengenal dan memahami
Pendekatan ini awalnya dikembangkan oleh Richard Elmore (dlm. Pulzl & Treib
kelemahan dua pendekatan yang ada. Oleh sebab itu, ia menggabungkan forward-
mapping).
diantara semua model tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan jika digunakan
sebagai acuan untuk melihat bagaimana kebijakan publik itu dilaksanakan dalam
mencapai tujuannya.
22
Kebijakan
keberhasilan suatu kebijakan publiknya yang diberi nama Direct and Indirect
secara simultan bekerja dan berinteraksi yang pada gilirannya berpengaruh secara
Gambar 2.1
Model Implementasi Kebijakan Menurut George C. Edward
Komunikasi
Sumber Daya
Implementasi
Disposisi
Struktur
Sumber :Budiman Rusli,2013:100
yaitu :
23
2.1.5.1 Komunikasi
akurat dan konsisten agar tidak menimbulkan salah pengertian. Ada tiga hal yang
2.1.5.1.1 Transmisi
kebijakan diharapkan sadar akan keputusan yang telah dibuat dan telah
para pelaksana dengan perintah yang dikeluarkan oleh pengambil kebijakan pun
diantaranya:
A. Pendekatan Top-down
B. Pendekatan Bottom-up
Kebijakan akan lebih tepat sasaran karena berasal dari suara masyarakat.
2.1.5.1.2 Kejelasan
terjadinya distorsi atau penyimpangan informasi dari apa yang seharusnya atau
diantaranya meliputi:
1. Karakteristik Organisasi
Hubungan yang sifatnya relatif tetap seperti susunan sumber daya manusia
yang terdapat dalam organisasi. Struktur merupakan cara yang unik menempatkan
ditempatkan sebagai bagian dari suatu hubungan yang relatif tetap yang akan
menentukan pola interaksi dan tingkah laku yang berorientasi pada tugas.
25
2. Karakteristik Lingkungan
lingkungan yang berada di luar batas organisasi dan sangat berpengaruh terhadap
Aspek kedua adalah lingkungan intern yang dikenal sebagai iklim organisasi yaitu
4. Karakteristik Manajemen
2.1.5.1.3 Konsistensi
dilihat daria aspek Terget dan hasil dari pelaksanaan suatu kegiatan, lebih jelasnya
sebagai berikut:
26
A. Target Pelaksanaan
melaksanakan tugasnya. Sikap mental ini dapat dilihat dari komitmen dan
pelaksanaan kegiatan tersebut dan hasil yang di harapkan dari program yang telah
menyelesaikan dengan tepat waktu maka tidak akan membuat sesuatu tertunda
waktu.
jumlah staff yang memadai dengan pengalaman yang cukup, memiliki informasi
tentunya perlu agar pelaksana kebijakan dapat melakukannya dengan benar sesuai
Sumber Daya Manusia dapat dilihat dari aspek Kompetensi, Jenjang Pendidikan
1. Kompetensi
banyak orang. Kita pun sering mendengar dan mengucapkan terminology itu
mereka dengan memuaskan dan apa yang diberikan karyawan dalam bentuk yang
2. Jenjang Pendidikan
dengan benar sesuai dengan kemampuan dan pengetahuan lebih yang mereka
miliki.
3. Keterampilan
atau sebagai sebab akibat dengan kriteria yang dijadikan acuan, efektif atau
berkinerja prima atau superior di tempat kerja pada situasi tertentu. Mathis dan
yang melibatkan bakat dan minat yang tepat untuk pekerjaan yang diberikan.
mengemukakan bahwa Sumber Daya Pendukung dapat dilihat dari aspek Sarana
untuk menunjang proses kerja. Untuk mendapatkan kinerja yang baik dari
prasarana yang memadai dan peralatan dan teknologi yang mendukung pegawai
2. Fasilitas
Seorang pelaksana memiliki staf yang memadai, memahami apa yang harus
2.1.2.1 Disposisi
kebijakan tersebut secara menyeluruh. Hal ini berarti bahwa kegagalan suatu
diri sendiri, atau karena hubungan-hubungan yang ada dan yang lebih disenangi.
akan menimbulkan sikap menentang tujuan-tujuan program. bila hal ini terjadi,
menolak untuk berperan serta dalam program tersebut sama sekali. Dalam
keadaan seperti ini, Van Meter dan Van Horn menyarankan agar orang melihat
keefektifan implementasi.
kebijakan. Dengan demikian, sangat penting untuk memberi perhatian yang besar
suatu proses yang kompleks dan sulit. Dalam meneruskan pean-pesan ke bawah
dalam suatu organisasi atau dari suatu organisasi ke organisasi lainnya, para
31
sengaja atau tidak sengaja. Lebih dari itu, jika sumber-sumber informasi yang
kebijakan, oleh karena itu, menurut Van Meter dan Van Horn, prospek-prospek
mengenai apa yang akan disposisikan bersifat secara tidak secara langsung dan
berupa lembaran disposisi itu sendiri, bisa berupa surat maupun lainya.
melihat langsung fenomena yang ada dan isi disposisi ini berisi sifat, tujuan
yang mempunyai hubungan baik potensial maupun nyata dengan apa yang mereka
miliki dengan menjalankan kebijakan. Van Meter dan Van Horn mengetengahkan
mengimplementasikan kebijakan:
dapat dilihat daria aspek Proses, aspek Sistem dan aspek Kelembagaan, lebih
1. Aspek Proses
2. Aspek Sistem
policy. Setelah diproses, akan ada jawaban. Desakan lingkungan dianggap sebagai
kebijakan pemerintah.
3. Aspek Kelembagaan
yudikatif, pemerintah daerah dan lain-lain. Dalam model ini public policy
tersebut adalah satu-satunya yang dapat memaksa serta melibatkan semua pihak.
aspek struktur yang paling penting dari setiap organisasi adanya prosedur operasi
yang standar (SOP). Standar operasional ini menjadi pedoman bagi setiap
yang mempunyai hubungan baik potensial maupun nyata dengan apa yang mereka
mengimplementasikan kebijakan:
jaringan kerja komunikasi horizontal dan vertikal secara bebas serta tingkat
j. Kaitan formal dan infornal suatu badan dengan badan “pembuat keputusan”
pengaruh penting pada implementasi. Salah satu dari aspek-aspek structural paling
dasar dari suatu organisasi adalah SOP. Dengan menggunakan SOP para
35
pelaksana dapat memanfaatkan waktu yang tersedia. Selain itu, SOP juga
organisasi yang kompleks dan tersebar luas, yang pada gilirannya dapat
menimbulkan fleksibilitas yang besar dan kesamaan yang besar dalam penerapan
A. Standar Waktu
ditentukan dalam sesuatu hal. Standar merupakan suatu ukuran apakah sesuatu
yang diiinginkan dapat dicapai. Tanpa standar, tidak diketahui kapan sesuatu
tersebut tercapai.
waktu yang tersedia. Selain itu, Standar waktu juga menyamakan tindakan-
kompleks dan tersebar luas, yang pada gilirannya dapat menimbulkan fleksibilitas
B. Tahapan
seluruh komponen masyarakat tanpa terkecuali. Hal ini dilakukan agar masyarakat
organisasi akan mati. Jadi efektivitas tidak hanya dilihat dari segi tujuan semata-
mata, melainkan juga dari segi sistem. Ketiga, ialah perilaku manusia dalam
organisasi. Ancangan ini digunakan karena atas dasar realitanya bahwa tiap-tiap
2.1.5.4.2 Fragmentasi
kebijakan sering tersebar diantar beberapa organisasi dan tahapan, seringkali pula
tujuan-tujuan kebijakan.
merupakan pusat perhatian yang besar selama dasawarsa yang lalu. Menurut
yang harus diindentifikasikan oleh Van Metter dan Van Horn. Kondisi-kondisi
ekonomi, sosial dan politik pada kebijakan publik merupakan pusat perhatikan
37
yang besar selama dasawarsa yang lalu para peminat perbandingan politik dan
perhatian yang kecil, namun ada faktor-faktor yang mempunyai efek mendalam
tinggi badan yang kurang jika dibandingkan dengan umur. Kondisi ini diukur
dengan panjang dan tinggi badan yang lebih dari minus dua standar deviasi
median standar pertumbuhan anak dari WHO. Balita stunting merupakan masalah
gizi kronik yang disebabkan oleh banyak faktor seperti kondisi sosial ekonomi,
gizi ibu saat hamil, kesakitan pada bayi, dan kurangnya asupan gizi pada bayi.
didefinisikan sebagai tinggi badan menurut usia di bawah -2 standar median kurva
berbagai faktor seperti buruknya gizi dan kesehatan sebelum dan setelah kelahiran
anak tersebut. Hal yang sama juga dikemukakan oleh Schmidt (2014) yang
menyatakan bahwa stunting merupakan dampak dari kurang gizi yang terjadi
38
dalam periode waktu yang lama yang pada akhirnya menyebabkan penghambatan
pertumbuhan linear.
menghilangkan kelaparan dan segala bentuk malnutrisi pada tahun 2030 serta
mikronutrien (TKPM)
2.Balita
balita;
39
4.Remaja
1. Penyuluhan untuk perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), pola gizi
klasifikasi khusus bagi pola hidup sehat yang dijalankan oleh masyarakat terutama
Program Pencegahan Stunting yang belum optimal, adapun masalah yang telah
George Edward III(65:2012). Teori ini disebut diambil karena peneliti melihat
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
2.3 Hipotesis
BAB III
METODE PENELITIAN
suatu situasi tertentu (dalam konteks tertentu), lebih banyak meneliti hal-hal yang
mementingkan proses dibandingkan dengan hasil akhir. Oleh karena itu, urutan-
banyaknya gejala-gejala yang ditemukan. Pendekatan ini diarahkan pada latar dan
menggunakan metode alamiah, yang dilakukan oleh orang atau peneliti yang
42
43
metode inquiry, bahwa studi kasus sebuah eksplorasi dari suatu sistem yang
terikat atau suatu kasus/beragam kasus yang dari waktu ke waktu melalui
yang kaya dalam suatu konteks. Sistem terikat ini diikat oleh waktu dan tempat
sedangkan kasus dapat dikaji dari suatu program, peristiwa, aktivitas atau suatu
individu dan organisasi. Dengan perkataan lain, studi kasus merupakan penelitian
dimana peneliti menggali suatu fenomena tertentu (kasus) dalam suatu waktu dan
jadikan key informan dalam penelitian ini adalah yang terkait dan terlihat
44
1. Camat Pagaden. Alasan informan ini dipilih karena merupakan key informan
Kabupaten Subang.
Kabupaten Subang.
Dalam penelitian ini instrument penelitian yang digunakan ialah peneliti itu
untuk mengetahui hasil penelitian yang di butuhkan, terkait penelitian ini peneliti
Oleh karena itu peneliti sebagai instrumen juga harus divalidasi seberapa
bidang yang diteliti, kesiapan peneliti untuk memasuki obyek penelitian, baik
a) Wawancara
informan yang menguasai dan memahami datayang akan dicari oleh peneliti,
Kabupaten Subang.
b) Observasi
Lewat observasi ini, peneliti akan melihat sendiri pemahaman yang tidak
use), dan sudut pandang informan yang mungkin tidak tercungkil lewat
observasi partisipatif pasif dimana peneliti datang di tempat kegiatan orang yang
diamati namun tidak terlibat dalam kegiatan tersebut. Kaitannya dengan penelitian
penelitian yang rumit, karena dalam prosesnya akan bertemu dengan berbagai
data penelitian yang diperoleh dari berbagai referensi baik buku ataupun jurnal
2. Studi Dokumentasi
yang menjadi isi dari informasi-informasi tersebut lebih akurat dan realistis,
dengan di pandu pedoman wawancara yang sudah peneliti tentukan oleh dimensi
membuktikan bahwa apa yang diamati seusai dengan apa yang ada dalam dunia
memang benar sesuai dengan yang sebenarnya terjadi. Dalam Validitas data
dengan memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data tersebut untuk keperluan
kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda
mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Berikut gambar
Gambar 2.1
Triangulasi Sumber Data
Penerima Kebijakan
ini, peneliti menggunakan teknik analisa data model Milles dan Huberman,
dimana terdapat tiga aktivitas dalam analisis data yaitu, redukasi data(data
(conclusion drawing/verification).
pada penyederhanaan dan transformasi data “kasar” yang muncul dari catatan-
hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan
polanya. Data yang telah di redukasi akan memberikan gambaran yang lebih
dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan anat kategori, flowchart dan
sejenisnya. Namun pada penelitian ini, penyajian data yang peneliti lakukan
dalam penelitian ini adalah bentuk teks narasi, hal seperti ini yang dikatakan
oleh Miles & Huberman (2009:17) :“the most frequent form display data of
qualitative data ini the past has been narrative text” (yang paling sering
digunakan untuk penyajian data kualitatif pada masa yang lalu adalah bentuk
teks naratif).
sementara dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang
kredibel.
51
sampai dengan bulan Februari 2021 Untuk menyusun lebih jelas mengenai
pelaksanaan penelitian tersebut, dapat dilihat pada Table 3.1 mengenai rencana
Tabel 3.1
Rencana Jadwal Kegiatan Penelitian dan Penyusunan Skripsi
Tahun 2020
No Bulan September Oktober November Desember Januari Februari
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Persiapan
a. Penelitian
b. Konsultasi
c. Penyusunan Kerangka
Pemikiran
d. Seminar Usulan
Penelitian
2 Pelaksanaan Penelitian
a. Pengumpulan Data
b. Pengolahan Data
c. Penelitian Kepustakaan
3 Penyusunan Skripsi
a. Penulisan dan
Bimbingan BAB I
b. Penulisan dan
Bimbingan BAB II
c. Penulisan dan
Bimbingan BAB III
d. Penulisan dan
Bimbingan BAB IV
e. Penulisan dan
Bimbingan BAB V
f. Sidang Skripsi
DAFTAR PUSTAKA
53
Budi Winarno, 2002. Kebijakan Publik: Teori dan Proses. Yogyakarta : Media
Presindo
Perundang-undangan :
Peraturan Pemerintah Nomor 83 tahun 2017 tentang Kebijakan Strategis Pangan
dan Gizi
Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2017 tentang Gerakan Masyarakat Hidup Sehat
(Germas)
Peraturan Bupati Subang Nomor 15 Tahun 2016 tentang Penurunan Stunting
Nama :……………………………………………...
Jabatan : ……………………………………………...
Intansi : ……………………………………………...
Implementasi Kebijakan
1.Komunikasi
jelaskan!
b) Apakah Komunikasi itu bersifat Top down atau Bottom Up? Coba Jelaskan?
Kabupaten Subang?
2.Sunberdaya
Kabupaten Subang?
3.Disposisi Pelaksana
Kabupaten Subang?
c) Apakah hasil yang dicapai dari kesepakatan pihak pelaksana akan fenomena
Subang?
4.Struktur Birokrasi
Nama :……………………………………………...
Jabatan : ……………………………………………...
Instansi : ……………………………………………...
Implementasi Kebijakan
1.Kominukasi
2.Sumberdaya
3.Disposisi Pelaksana
a)Adakah kegiatan pendukung lainya yang dilakukan oleh pelaku kebijakan program
4.Struktur Birokrasi
masyarakat disini?