You are on page 1of 17

HEALTH LOCUS OF CONTROL DENGAN KEPATUHAN TERAPI INSULIN

PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE II

JURNAL

SUKMAWATY
201801044

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA NUSANTARA PALU
2022

1
HEALTH LOCUS OF CONTROL DENGAN KEPATUHAN TERAPI INSULIN
PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE II
health locus of control with insulin therapy compliance in patients with type II
diabetes mellitus
Sukmawaty1, Siti Yartin2, Viere Allanled Siauta2
1
Prodi Ners, D3 Kebidanan2,
3
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Widya Nusantara Palu

ABSTRAK
Diabetes Melitus adalah penyakit kronis yang terjadi saat pankreas tidak menghasilkan insulin yang
cukup (hormon yang mengatur gula darah), atau tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan insulin
yang dihasilkannya. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan health locus of control dengan
kepatuhan terapi insulin pada penderita diabetes melitus tipe II di wilayah kerja Puskesmas Nosarara.
Jenis penelitian ini kuantitatif dengan metode pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh penderita diabetes melitus tipe II di Wilayah Kerja Puskesmas Nosarara pada tanggal
04 April- 8 Mei Tahun 2022 dengan jumlah 37 responden, dengan jumlah sampel sebanyak 37
responden pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan Total sampling. Hasil penelitian
menunjukkan sebagian besar responden (51,4) memiliki health locus of control yang baik. Hasil
analisis bivariat dengan uji Chi-Square di peroleh terdapat hubunngan health locus of control dengan
kepatuhan terapi insulin pada penderita diabetes melitus tipe II di wilayah kerja Puskesmas Nosarara
yaitu nilai p 0,001 <0,05. Simpulannya adalah ada hubungan health locus of control dengan kepatuhan
terapi insulin pada penderita diabetes melitus tipe II di wilayah kerja Puskesmas Nosarara. Saran bagi
Puskesmas Nosarara adalah meningkatkan kegiatan penyuluhan kepada masyarakat tentang HLOC dan
penggunaan insulin yang benar.
Kata Kunci: HLOC, Kepatuhan terapi insulin

ABSTRACT

Diabetes Mellitus is a chronic disease that occurs when the pancreas does not produce enough insulin
(a hormone that regulates blood sugar), or the body cannot effectively use the insulin it produces. The
purpose of this study was to determine the relationship between health locus of control and insulin
therapy adherence in patients with type II diabetes mellitus in the working area of the Nosarara
Health Center. This type of research is quantitative with a cross sectional approach. The population in
this study were all people with type II diabetes mellitus in the working area of the Nosarara Health
Center on April 04 to May 8, 2022 with a total of 37 respondents, with a total sample of 37
respondents. The sampling in this study used total sampling. The results showed that most of the
respondents (51.4) had good health locus of control. The results of the bivariate analysis with the Chi-
Square test showed that there was a relationship between health locus of control and insulin therapy
adherence in patients with type II diabetes mellitus in the work area of the Nosarara Health Center,
namely p-value 0.001 <0.05. The conclusion is that there is a relationship between health locus of
control and insulin therapy compliance in patients with type II diabetes mellitus in the working area of
the Nosarara Health Center. Suggestions for the Nosarara Health Center is to increase outreach
activities to the community about HLOC and the correct use of insulin.
Keyword: HLOC, Compliance with insulin therapy

Alamat Korespondensi: Sukmawaty


Email : sukmawaty0003@gmail.com
Program Studi Ners/STIKes Widya Nusantara Palu

2
PENDAHULUAN

Diabetes adalah penyakit kronis yang terjadi saat pankreas tidak menghasilkan
insulin yang cukup (hormon yang mengatur gula darah), atau tubuh tidak dapat secara efektif
menggunakan insulin yang dihasilkannya. Diabetes mellitus adalah salah satu dari empat
penyakit tidak menular/Noncommunicable Diseases (NCD) dengan jumlah kasus yang terus
meningkat setiap tahun1

Berdasarkan data International Diabetes Federation (IDF) memperkirakan sekitar


425 juta orang diseluruh dunia mengidap diabetes pada tahun 2015. Sementara pada tahun
2017, penderita diabetes mellitus. Data tersebut juga mengungkapkan bahwa indonesia
adalah negara peringkat keenam pada tahun 2017 di dunia setelah Tiongkok, India, Amerika
Serikat, Brazil, dan Meksiko, dengan jumlah penderita diabetes usia 20-79 tahun sekitar 10,3
juta jiwa2. Berdasarkan World Health Organization (WHO) 2020, penderita diabetes 20-79
melitus yang berada diseluruh dunia sekitar 422 juta jiwa, mayoritas tingga di negara
berpenghasilan rendah dan menengah, dan 1,6 juta meninggal setiap tahun. Jumlah kasus dan
prevelensi diabetes terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir 3

Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Kementerian Kesehatan


tahun 2018, prevalensi diabetes di Indonesia meningkat dari 6,9% pada tahun 2013 menjadi
8,5% pada tahun 2018. Prevalensi terendah adalah 0,8% di Provinsi NTT dan tertinggi di
Provinsi DKI Jakarta 3,4%4. Data di Sulawesi Tengah pada tahun 2019 prevalensi jumlah
penduduk yang menderita diabetes melitus tertinggi di Kabupaten Parigi Moutong sebesar
33.873 jiwa dengan jumlah yang mendapatkan pelayanan kesehatan sebesar 6.747 jiwa
(19,9%) disusul oleh Kota Palu dengan jumlah 27.005 jiwa, dan yang mendapatkan
pelayanan kesehatan sebesar 4.533 jiwa (16,8%), Kabupaten Sigi berjumlah 16.520 jiwa
dengan jumlah yang mendapatkan pelayanan kesehatan sebesar 2.108 jiwa (12,8%) dan yang
terendah yaitu di Kabupaten Banggai Laut sebesar 213 (4,1%)5.

Health locus of control (HLoC) merupakan kepercayaan seseorang akan baik dan
buruknya kesehatannya. Ada dua jenis Hloc yaitu internal health locus of control (IHLC) dan
eksternal health locus of control (EHLC). Seseorang dengan HLoC tinggi dan baik seringkali
memiliki pola pikir yang baik untuk mengambil keputusan untuk meningkatkan kualitas
kesehatannya. Seseorang dengan health locus of control internal akan mempunyai keyakinan
bahwa dirinya sendiri yang dapat mengendalikan kesehatannya serta bertanggung jawab atas
kesehatannya. Jadi individu akan bertanggung jawab dengan kesehatan individu sendiri dan
mematuhi pengobatan sehingga kadar glukosa stabil. Sedangkan individu dengan health
locus of control eksternal mempunyai keyakinan bahwa kesehatan individu bergantung pada
orang lain, seperti tenaga kesehatan, sahabat, keluarga dan penciptanya 6. Kepatuhan salah
satu sikap individu dalam pengobatan, seperti terapi insulin, diet, dan perubahan gaya hidup
yang di setujui oleh dokter. Penderita yang taat secara tidak langsung akan menjaga dirinya
sendiri, sehingga secara tidak langsung akan menjadi dokter bagi dirinya sendiri dan
mengetahui kapan harus ke dokter untuk melakukan pemeriksaan rutin dan pemeriksaan
lebih lanjut6.

3
Pada studi pendahuluan yang telah dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Nosarara,
didapatkan data pada tahun 2021 terdapat 37 penderita diabetes melitus tipe II yang
menggunakan terapi insulin. Berdasarkan hasil wawancara terhadap 10 penderita DM tipe II
didapatkan 7 penderita mengatakan bahwa selama proses terapi pasien kerap mengalami
kejenuhan melakukan terapi insulin, pasien mengatakan tidak melakukan terapi insulin ketika
tidak sedang merasakan gejala-gejala fisik dan saat ingin berpergian jauh pasien terkadang
lupa membawa insulin. Sementara dengan 3 pasien lainnya mengatakan bahwa mengalami
kesulitan untuk mengingat waktu-waktu dalam melakukan terapi insulin dan kadang
melakukan terapi insulin tidak sesuai dengan dosis yang dianjurkan oleh dokter.

Tujuan penelitian ini untuk menganalisis Hubungan Health Locus of control dengan
Kepatuhan Terapi insulin pada Penderita Diabetes Melitus Tipe II di Wilayah Kerja
Puskesmas Nosarara.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif yang didefinisikan sebagai metode
penelitian berdasarkan filosofi positif, dan digunakan untuk mempelajari populasi atau
sampel tertentu dengan pendekatan cross sectional yaitu penelitian dilakukan pada waktu
tertentu dan bertujuan untuk mengetahui apakah dari dua variabel yaitu variabel independen
(bebas) dan variabel dependen (terikat) mempunyai hubungan atau tidak 7. Tempat penelitian
ini dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Nosarara. Penelitian ini dilaksanakan pada
tanggal 4 April sampai 8 Mei Tahun 2022. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
penderita Diabetes Melitus tipe II di Wilayah Kerja Puskesmas Nosarara dengan jumlah 37
responden dan Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 37 responden
dengan menggunakan total sampling8. Analisis data mengunakan Uji Chi-square untuk
menganalisis hubungan Health Locus of control dengan Kepatuhan Terapi insulin pada
Penderita Diabetes Melitus Tipe II di Wilayah Kerja Puskesmas Nosarara, untuk mengetahui
kekuatan antara dua variabel dan mengetahui arah antara dua variabel 9. Data yang di
dapatkan di sajikan dalam bentuk tabel terbuka.

4
HASIL PENELITIAN

1. Karakteristik Responden
Tabel 1 Distribusi karakteristik respoden berdasarkan usia, jenis kelamin,
pendidikan, dan pekerjaan di Wilayah Kerja Puskesmas Nosarara

Karakteristik responden N %

Usia (Tahun)
36-45 14 37,8
46-55 12 32,5
56-65 11 29,7
Jenis Kelamin
Laki-laki 15 40,5
Perempuan 22 59,5
Pendidikan
S1 4 10,9
SMA 5 13,5
SMP 10 29,7
SD 17 45,9
Pekerjaan
PNS 2 5,4
Honorer 2 5,4
Wiraswasta 6 16,3
Petani 10 27,0
IRT/Tidak bekerja 17 45,9

Sumber: Data Primer 2022

Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa hasil dari 37 responden dalam penelitian ini,
untuk kategori usia yang banyak adalah pada usia 36-45 tahun berjumlah 14 responden
37,8%, untuk kategori jenis kelamin yang paling banyak adalah perempuan berjumlah 22
responden 59,5%, untuk kategori pendidikan yang paling banyak adalah tingkat pendidikan
SD berjumlah 17 responden 45,9%, untuk kategori pekerjaan yang paling banyak adalah
IRT/Tidak bekerja berjumlah 17 responden 45,9.

5
2. Analisis univariat
Tabel 2 Distribusi Frekuensi Helath locus of control dengan kepatuhan terapi insulin
pada penderita Diabetes Melitus Tipe II Di Wilayah Kerja Puskesmas Nosarara
Beban Kerja N %

Rendah 18 48,6
Tinggi 19 51,4
Total 37 100
Rendah 14 37,8
Sedang 12 32,5
Tinggi 11 29,7
Total 37 100

Sumber: Data primer 2022


Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa dari 37 responden yang memilik health locus
of control terbanyak yaitu Tinggi sebanyak 19 responden (51,4%). Dan yang memiliki
kepatuhan terapi insulin terbanyak yaitu Rendah sebanyak 14 responden (37,8).

3. Analisis bivariat
Tabel 4.7 Hubungan health locus of control dengan kepatuhan terapi insulin pada
penderita Diabetes Melitus tipe II di wilayah kerja Puskesmas Nosarara
Kepatuhan Terapi Insulin Total P Value
Health Locus
Rendah Sedang Tinggi N %
Of Control
N % N % n % 0,001
Rendah 12 32,4 5 13,5 1 2,7 18 48,6
Tinggi 2 5,4 7 18,9 10 27,0 19 51,4

Sumber: data primer (2022)


Tabel 4.7 menunjukkan bahwa dari 18 responden (48,6%) yang memiliki health
locus of control rendah dengan kepatuhan terapi insulin yang rendah yaitu 12 responden
(32,4%), sedangkan yang sedang yaitu 5 responden (13,5%) dan yang tinggi 1 responden
(2,7%), kemudian dari 19 responden (51,4%) yang memiliki health locus of control tinggi
dengan kepatuhan terapi insulin yang rendah yaitu 2 responden (5,4%), sedangkan yang
sedang yaitu 7 responden (18,9%) dan yang tinggi yaitu 10 responden (27,0%).

6
PEMBAHASAN
1. Health locus of control yang dialami penderita Diabetes Melitus tipe II di wilayah kerja
Puskesmas Nosarara
Hasil analisis Univariat penelitian ini menunjukkan bahwa hasil penelitian
health locus of control pada penderita Diabetes Melitus tipe II di wilayah kerja
Puskesmas Nosarara menggunakan lembar kuesioner di peroleh hasil health locus of
control Rendah sebanyak 18 responden (48.6%), dan tinggi sebanyak 19 responden
(51.4%). peneliti menilai bahwa seseorang di katakan memiliki health locus of control
tinggi yaitu apabila jumlah skor dari semua pernyataan kuesioner yang diberikan bernilai
47-72 dan dikatakan health locus of control rendah yaitu apabila jumlah skor dari semua
pernyataan kuesioner yang diberikan bernilai 18-46. Hal ini peneliti dapatkan dari hasil
jawaban responden saat mengisi kuesioner yang diberikan oleh peneliti.
Asumsi peneliti yaitu dari hasil penelitian di dapatkan health locus of control
tinggi, hal ini disebabkan karena penderita memiliki keyakinan terhadap dirinya sendiri
bahwa ia dapat mengontrol kesehatannya sendiri dan mampu melakukan suatu tugas
dengan baik. Seperti mematuhi terapi insulin yang dianjurkan oleh tenaga medis, dapat
bersikap tenang saat mengalami kesulitan serta dapat menemukan solusi ketika
menghadapi masalah, dan selalu yakin bahwa setiap masalah pasti ada jalan keluarnya.
Menurut penelitian Retno Dwi dkk10, seseorang yang memiliki health locus of control
tinggi yakin bahwa mereka akan dapat menggulangi kejadian dan situasi secara efektif.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Nisa Siti Yuniati dkk 11, dengan penelitian
Hubungan health locus of control dengan kepatuhan berobat pada penderita diabetes
melitus tipe 2 di Puskesmas Pesanggrahan Jakarta Selatan dengan p-value 0,000.
Berdasarkan asumsi peneliti faktor usia juga mempengaruhi health locus of
control tinggi, usia penderita Diabetes melitus tipe II di Puskesmas Nosarara sebagian
besar berada pada usai 36-46 tahun. Seseorang yang memiliki usia yang lebih muda
cenderung memiliki health locus of control internal, dimana individu mampu
mengontrol kesehatannya sendiri , dan dapat mengambil keputusan terkait tentang
kesehatannya tanpa bergantung pada orang lain.
Menurut peneltian Susanti12, menyatakan bahwa usia mempengaruhi locus of
control yang dimiliki individu. Di tunjukkan dengan locus of control internal dimana

7
usia yang muda lebih percaya segala sesuatu yang terjadi pada dirinya secara langsung
di control dan di pengaruhi oleh kemampuan dirinya sendiri. Dan usia muda cenderung
memiliki pola pikir yang baik, hal ini berkaitan dengan tingkat kematangan berpikir dan
kemampuan mengambil keputusan. Dimana teori Rotter 13 yang berkaitan dengan
penilaian kognitif terutama persepsi sebagai penggerak tingkah laku dan tentang
bagaimana tingkah laku dikendalikan dan Diarahkan Melalui Fungsi Kognitif. Hasil
Penelitian Ini Sejalan Dengan Anindita Dwi Pramesti 14, Dengan Penelitian Hubungan
Health Locus Of Control Dengan Kepatuhan Minum Obat Pada Penderita Dm Tipe II
Dengan P-Value 0,000.
2. Kepatuhan terapi insulin pada penderita Diabetes Melitus tipe II di Wilayah Kerja
Puskesmas Nosarara
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kepatuhan terapi insulin pada penderita
Diabetes Melitus tipe II di wilayah kerja Puskesmas Nosarara sebanyak 14 responden
(37,8%) yang tingkat kepatuhannya rendah, yang tingkat kepatuhannya sedang sebanyak
12 responden (32,5%), dan tingkat kepatuhannya tinggi sebanyak 11 responden (29,7%).
Berdasarkan asumsi peneliti tingkat kepatuhan pasien masih dalam tingkat
kepatuhan rendah dimana tingkat kepatuhan ini dinilai berdasarkan pengisian kuesioner,
responden mengatakan kerap mengalami kebosanan dalam melakukan terapi insulin dan
juga responden mengatakan tidak melakukan terapi insulin sebanyak 7x dalam
seminggu. Hal ini disebabkan karena masih kurangnya pengetahuan responden. Menurut
Depkes15, ketidakpatuhan pasien dalam menjalankan terapi merupakan salah satu
penyebab kegagalan terapi. Hal ini sering disebabkan karena masih kurangnya
pengetahuan dan pemahaman tentang penggunaan terapi insulin. Akibat dari
ketidakpatuhan pasien terhadap terapi atau penggunaan obat yang diberikan antara lain
adalah kegagalan terapi, terjadinya resistensi insulin dan yang lebih berbahaya adalah
terjadinya toksisitas.
Menurut Riza Alfian16, pengetahuan memegang peranan penting untuk
menunjang keberhasilan diabetes melitus. Pasien yang menjalani terapi diabetes melitus
dengan berbekal pengetahuan mengenai penyakit dan terapinya cenderung akan lebih
baik tingkat kepatuhannya. Pasien diabetes melitus selain mendapatkan terapi anti
diabetika oral juga mendapatkan terapi insulin. Menurut penelitian Dina Mariana L 17,
mengatakan bahwa seseorang berperilaku didasari oleh adanya pengetahuan dan
kesadaran, dimana kepatuhan pasien masih sangat bergantung pada orang lain hal ini

8
disebabkan karena pemberian pendidikan yang masih sangat kurang sehingga
mengakibatkan ketidakmampuan pasien melakukan sendiri terapi insulin secara mandiri
yang menyebabkan pasien tidak patuh dalam melakukan terapi insulin. Menurut Clark,
M18, mengatakan pada penggunaan insulin pengetahuan pasien mutlak diperlukan terkait
tujuan dan cara penggunaanya. Pemahaman pasien yang salah dan tidak benar mengenai
penggunan insulin dapat menghambat proses terapi yang dilakukan dan juga akan
mempengaruhi kepatuhannya dalam melakukan terapi insulin. Menurut Saturnus, R
dkk19, mengatakan penderita diabetes melitus yang menggunkan terapi insulin
seharusnya perlu mengetahui dan mengerti bagaimana cara penggunaan insulin yang
benar dan yang tidak kalah penting lagi penderita harus patuh dalam menggunakan
terapi insulin. Kadang penderita diabetes yang sudah mempunyai pengetahuan dalam
penggunaan insulin tetapi masih saja tidak patuh dalam penggunaan terapinya karena
adanya keluhan-keluhan tertentu selama pemakaian insulin, ada juga penderita yang
sudah patuh namun tidak mempunyai pengetahuan karena sikap patuhnya itu timbul
karena adanya paksaan dari orang lain bukan berasal dari kesadaran diri sendiri.
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan Hontong N 20, pengetahuan memegang
peranan penting untuk menunjang keberhasilan terapi diabetes melitus. Pemahaman
pasien yang salah dan tidak benar mengenai penggunaan insulin dapat menghambat
proses terapi yang di jalani. Pengetahuan mengenai waktu penggunaan insulin juga
wajib dimiliki oleh pasien karena jika lupa dengan jangka waktu yang lama akan
beresiko membuat gula darah naik, insulin digunakan 15 menit sebelum makan dengan
tujuan untuk menurunkan glikemik darah yang akan mencapai puncak segera setelah
selesai makan.
Berdasarkan asumsi peneliti, salah satu faktor yang memepengaruhi kepatuhan
yaitu pendidikan dengan tingkat pendidikan rendah akan mempengaruhi daya serap
seseorang dalam menerima informasi yang baru diperkenalkan sehingga responden tidak
patuh dalam terapi insulin.
Menurut Purwati21, menyatakan tingkat pendidikan dapat mempengaruhi
kemampuan dan pengetahuan seseorang dalam melakukan pengobatan. Pasien dengan
pendidikan rendah cenderung tidak mengetahui gejala-gejala diabetes melitus. Menurut
Juahar yusuf22. tingkat pendidikan yang tinggi membuat responden menjadi lebih patuh
karena semakin tinggi pendidikannya maka pengetahuan yang dimiliki akan semakin
tinggi sehingga memepengaruhi cara bertindak seseorang dalam melakukan terapi yang

9
dianjurkan oleh tenaga kesehatan sedangkan yang memiliki tingkat pendidikan rendah
kepatuhannya belum terlalu baik karena masih kurangnya pengetahuan penderita tentang
penggunaan terapi insulin dan masih kurangnya kesadaran dari diri sendiri untuk patuh
dalam melakukan terapi. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Itsna Diah
Kusumaningrum dkk23, dengan penelitian Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan
Kepatuhan Terapi Insulin Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Pada Dokter Keluarga
dengan P-Value 0,000.
3. Hubungan health locus of control dengan kepatuhan terapi insulin pada penderita
Diabetes Melitus tipe II di Wilayah Kerja Puskesmas Nosarara
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hasil penelitian Hubungan health locus
of control dengan kepatuhan terapi insulin pada penderita Diabetes Melitus tipe II di
wilayah kerja Puskesmas Nosarara, diperoleh hasil dari 37 responden, terdapat 18
responden (48,6%) yang memiliki health locus of control rendah dengan 12 responden
(32,4%) yang memiliki kepatuhan terapi insulin rendah , dengan 5 responden (13,5%)
yang memiliki kepatuhan terapi insulin sedang, dan 1 responden (12,7%) yang memiliki
kepatuhan terapi insulin tinggi. Serta 19 responden (51,4%) yang memiliki health locus
of control tinggi, yang dimana terdapat 2 responden (5.4%) yang memiliki kepatuhan
terapi insulin rendah, 7 responden (18,9%) yang memiliki kepatuhan terapi insulin
sedang, dan 10 responden (27,0%) yang memiliki kepatuhan terapi insulin tinggi
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Hubungan health locus of control
dengan kepatuhan terapi insulin pada penderita Diabetes Melitus tipe II di wilayah kerja
Puskesmas Nosarara adalah berhubungan secara signifikan dengan menggunakan hasil
uji chi square didapatkan nilai p-value 0,001 yang berarti berhubungan sebab nilai p-
value <0,05.
Hasil ini menunjukan bahwa reponden yang memiliki health locus of control
rendah dan kepatuhan terapi insulin rendah. Asumsi peneliti bahwa health locus of
control rendah memang cenderung tidak patuh dalam melakukan terapi insulin, karena
masih kurangnya rasa kepedulian responden terhadap kesehatannya dan juga banyak
responden yang bergantung pada tenaga medis dan , dimana health locus of control
rendah lebih ke dimensi eksternal.
Menurut Nuraini24, menyatakan Locus of control eksternal yaitu lebih percaya
terhadap kejadian-kejadian dalam dirinya yang bergantung pada tenaga kesehatan atau
keluarga. Individu yang memiliki kecenderungan locus of control eksternal akan lebih

10
pasif, kurang memiliki inisiatif, kurang mencari informasi untuk memecahkan masalah
dan kurang suka berusaha karena individu percaya bahwa faktor luarlah yang
mengontrol dirinya kecenderungan ini terjadi karena budaya masyrakat Indonesia yang
bergantung satu sama lain serta pengalaman dan ketergantungan responden terhadap
tenaga kesehatan yang menyebabkan individu lebih dominan memiliki tipe HLOC
eksternal. Penelitian ini sejalan dengan Novriani 25, mengatakan seseorang dengan
kondisi lebih percaya pada perawatan anggota keluarga, tenaga professional medis
sebagai keyakinan akan kesehatannya, oleh karena itu dalam penelitian ini ditemukan
bahwa semakin besar keyakinan responden terhadap peran orang lain dalam
kesehatannya maka semakin patuh responden dalam menjalankan pengobatannya.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada responden yang memiliki health
locus of control rendah dengan kepatuhan terapi insulin sedang. Asumsi peneliti hal ini
disebabkan dimana motivasi diri pasien masih belum terlalu baik sehingga health locus
of control pasien masih rendah. Menurut penelitian Fahriansyah K 26, menyatakan
motivasi penderita diabetes melitus yang tinggi dikarenakan kesadaran diri yang tinggi
dan tanggung jawab penderita terhadap penyakitnya. Dan motivasi seseorang tidak
selalu tinggi dalam pengobatannya, banyak penderita diabetes melitus yang mempunyai
motivasi rendah maupun sedang dalam menjalankan pengobatannya karena disebabkan
banyak faktor seperti kurangnya kesadaran diri penderita yang menderita diabetes
melitus Penelitian ini sejalan dengan penelitian Jahidul F 27, dengan penelitian Hubungan
antara Motivasi dan health locus of control dengan kepatuhan berobat pada penderita
diabetes melitus di Puskesmas Pesanggrahan Jakarta Selatan dengan p-value 0,000.
Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa responden yang memiliki health
locus of control rendah dengan kepatuhan terapi insulin tinggi. Asumsi peneliti bahwa
health locus of control rendah tetapi patuh melakukan terapi insulin, hal ini di pengaruhi
oleh adanya dukungan keluargannya untuk melakukan terapi insulin.
Menurut teori Ali Z28, dukungan keluarga adalah sikap, tindakan, dan peneriman
keuarga terhadap penderita yang sakit. dukungan bisa berasal dari orang lain (orang tua,
anak, suami, istri atau saudara) yang dekat dengan pasien,. dimana bentuk dukungan
berupa informasi, tingkah laku tertentu atau materi yang dapat menjadikan merasa di
sayangi, di perhatikan, dan di cintai. Menurut penelitian Sisca Damayanti, dkk 29,
menyatakan keluarga merupakan lingkungan sosial yang paling dekat dengan pasien

11
sehingga diharapkan dapat membantu, mengontrol dan membentuk perilaku pasien
termasuk melakukan kepatuhan terapi dengan rutin.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa responden yang memiliki health locus
of control tinggi namun kepatuhan terapi insulin rendah. Asumsi peneliti bahwa ini
disebabkan oleh kurangnya pengetahuan responden terkait pentingnya kepatuhan terapi
insulin dan resiko yang mungkin terjadi apabila tidak patuh dalam pengobatan.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Wahyuningsih dkk 30, yang menyatakan
penngetahuan merupakan salah satu faktor penting dalam mengakses informasi, seperti
pengetahuan terkait pengobatan yang berkaitan terhadap kepatuhan pasien. yang mana
semakin tinggi pengetahuan akan mempermudah seseorang untuk mengakses informasi
terkait pengobatan. berdasarkan asumsi peneliti health locus of control tinggi namun
kepatuhan terapi insulin rendah yaitu disebabkan oleh faktor pekerjaan dimana
penderita Diabetes Melitus tipe II di Wilayah kerja Puskesmas Nosarara lebih banyak
yang pekerjaan IRT atau tidak bekerja hal ini disebabkan karena responden sibuk
mengurus rumah sehingga responden tidak patuh dalam melakukan terapi insulin dan
kurangnya pengetahuan responden tentang penggunaan insulin yang benar
Menurut Rosela Elmita dkk31, dimana seseorang yang tidak bekerja memiliki
pendidikan rendah sehingga pengetahuan responden tentang penggunaan insulin yang
benar dan menjaga pola hidup sehat lebih sedikit. Hal ini menyebabkan responden akan
sulit menerima pesan serta saran yang disampaikan oleh tenaga kesehatan dan
disebabkan karena pasien tidak bekerja lebih banyak waktu yang dipakai dirumah
sehingga informasi responden terima lebih sedikit dan responden tidak dapat
memanfaatkan pelayanan kesehatan dengan baik. Sedangkan dengan pekerjaan ibu
rumah tangga (IRT) lebih sibuk mengurus rumah sehingga responden lupa untuk
melakukan terapi insulin yang telah dianjurkan oleh tenaga kesehatan
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa ada responden yang memiliki health
locus of control tinggi namun kepatuhan terapi insulinnya sedang. Asumsi peneliti
bahwa ini disebabkan oleh faktor ekonomi, dimana penderita mempunyai kemauan
untuk pergi memeriksa ke Puskesmas dan mengambil insulin tetapi kebanyakan pasien
mengatakan kekurangan sarana trasnportasi untuk pergi ke Puskesmas.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Iswanto Karso dkk 32, yang menyatakan
faktor ekonomi atau dukungan materil sangat penting dalam perubahan pengetahuan
dan perilaku. Begitu juga dengan pengobatan pada penderita Diabetes melitus sangat

12
dipengaruhi juga dengan faktor ekonomi. Apabila sosial ekonomi pasien rendah akan
mempengaruhi perawatan kehidupan pasien Diabetes melitus. Pasien dapat teratur
datang ke puskesmas apabila didukung oleh sarana transportasi untuk ke puskesmas,
kunjungan berobat berupa pengambilan insulin dan pemeriksaan kesehatan. Dan apabila
sarana transportasi tidak tersedia maka kepatuhan untuk datang berobat ke puskesmas
tidak maksimal dan keberhasilan tidak tercapai.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada responden yang memiliki health locus
of control tinggi cenderung memiliki kepatuhan terapi insulin tinggi. Asumsi peneliti
bahwa health locus of control tinggi yang dimiliki responden dengan patuh melakukan
terapi insulin, karena responden yang memiliki keyakinan bahwa mereka yang dapat
mengotrol kesehatannya sendiri.
Menurut Penelitian Putri FD dkk33, menyatakan health locus of control
merupakan keyakinan klien bahwa status kesehatan mereka dibawah kontrol dirinya .
Individu yang yakin bahwa mereka memiliki pengaruh besar pada status kesehatan
dirinya disebut health locus of control internal. Individu yang melatih control internal
cenderung lebih sering mengambil inisiatif terkait perawatan kesehatan dirinya, lebih tau
tentang kesehatannya dan lebih patuh pada program kesehatan. Penelitian ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Suci Rahayu34, yaitu ada hubungan Health Locus
Of Control internal dengan kepatuhan pengobatan pada pasien diabetes melitus tipe II.

KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang berjudul Hubungan health locus of control dengan
Kepatuhan Terapi Insulin Di Wilayah Kerja Puskesmas Nosarara dapat di simpulkan
sebagai berikut:
1. Penderita diabetes melitus tipe II di wilayah kerja Puskesmas Nosarara sebagian besar
mendapatkan health locus of control yang tinggi yaitu 19 (51.4%) di wilayah kerja
Puskesmas Nosarara
2. Penderita diabetes melitus tipe II di wilayah kerja Puskesmas Nosarara sebagian besar
mendapatkan kepatuhan terapi insulin yang rendah yaitu 14 (37.8%) di wilayah kerja
Puskesmas Nosarara
3. Ada hubungan yang bermakna antara Health locus of control dengan kepatuhan terapi
insulin pada penderita diabetes mellitus tipe II di wilayah kerja Puskesmas Nosarara

13
B. Saran
1. Bagi Institusi Pendidikan (STIKes Widya Nusantara Palu)
Bagi institusi pendidikan di harapkan agar hasil penelitian ini bisa menjadi bahan
bacaan bagi mahasiswa Stikes Widya Nusantara Palu di perpustakaan untuk
menambah pengetahuan dan wawasan terkait health locus of control dengan
kepatuhan terapi insulin pada penderita diabetes mellitus tipe II ,serta dapat dijadikan
sebagai informasi baru di bidang keperawatan terutama tentang penatalaksanaan
terapi insulin pada penderita diabetes melitus tipe II. Dan juga sebagai pengembangan
penelitian untuk menambah variabel seperti health locus of control dan kepatuhan
terapi insulin
2. Bagi masyarakat
Disarankan agar hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan bacaan sehingga dapat
meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang penatalaksanaan terapi insulin pada
penderita diabetes melitus tipe II
3. Bagi puskesmas
Hasil penelitian ini di harapkan dapat menambah informasi dan masukan mengenai
health locus of control dan kepatuhan pengobatan pada pasien diabetes melitus tipe II
di Puskesmas Nosarara, sehingga dapat menjadi bahan evaluasi untuk meningkatkan
kegiatan penyuluhan kepada masyarakat tentang HLOC, penggunaan insulin yang
benar, cara mengatur gaya hidup sehat dan dapat memberi pengertian kepada
masyarakat mengenai apa itu penyakit diabetes melitus dan bagaimana cara
pengobatannya sehingga pasien patuh dalam melakukan terapi insulin secara rutin.

14
DAFTAR PUSTAKA

1. Restu D, Hadi F, Irawati D. Hubungan Locus Of Control Dengan Aktivitas Perawatan


Diri Pasien Diabetes Melitus Di Poli Penyakit Dalam RSUD Koja Tahun 2018.
2018;1–16.

2. international Diabetes Federation. Diabetes Atlas Eight Edition. Federation in ID.


eDITOR. 2017.

3. WHO. Global Report On Diabetes. World Heal Organ. 2020.

4. Kemenkes RI. Hasil Riset Kesehatan Dasar Tahun 2018. Kementrian Kesehatan Ri.
2018;53(9):1689-99.

5. Profil Provinsi Sulawesi Tengah. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah Tahun
2019. Dinas Kesehatan Sulawesi Tengah.2019;1-363.

6. Pratita, ND. (2018). Hubungan Dukungan Pasangan dan Health Locus of Control
dengan Kepatuhan dalam Menjalani Prose Pengobatan pada Penderita Diabetes
Mellitus Tipe 2. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya. Vol.1 No.1 tahun
2018.

7. Mustafa Pinton Setya, Gusdiyanto H, Victoria A, Maumelar Ndaru Kukuh, Maslacha


H, Ardiyanto D, Et Al. Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan Penelitian
Tindakan Kelas Dalam Pendidikan Olahraga Malang: Airlangga, 2020. 4-6 P.

8. Anwar C. Metodologi Kualitatif (Internet) . Sidoarjo: Zifatma Publisher; 2015. 44-46


P. Available From:
Https://Www.Google.Co.Id/Books/Edition/Metodologi_Kualitatif/Tp_Adwaaqbaj?
Hl=Id&Dq=Sugiyono+2017+Pengertian+Populasi+Sampel&Printsec=Frontcpver.

9. Najmah. Statistika Kesehatan Aplikasi Stata & Spss. Susila A, Lestari Pp, Editors.
Salemba Medika. Jakarta Selatan: Salemba Medika; 2017.

10. Retno Dwi & Dewanti. (2019). Hubungan antara health locus of control dengan
manajemen diri pada pasien diabetes melitus tipe 2 di yogyakarta.

11. Nisa Siti Yuniati & Yani Sofiani Hubungan health locus of control dengan kepatuhan
berobat pada penderita diabetes melitus di Puskesmas Pesanggrahan Jakarta Selatan
2019. (2018).

12. Susanti RD. Hubungan Health Locus Of Control dengan Kepatuhan Diet Penderita

15
Diabetes Melitus. Vol. 53. 2018.

13. Rotter, J.B., 1996. Generalized Expectancies for internal versus external control
reinforcement. Phycological Monographs, 80, No. 609.

14. Anindita Dwi Pramesti. Hubungan Antara Health Locus Of Control Dengan
Kepatuhan Minum Obat Pada Diabetes Melitus Tipe 2 Di Kota Semarang.

15. Depkes, 2019, profil kesehatan indonesia, Dapartemen Kesehatan Republik Indonesia,
Jakarta, Indonesia.

16. Riza Alfian, 2019, Hubungan Antara Pengetahuan Tentang Penggunaan Insulin Pada
Pasien Diabetes Mellitus Di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD. DR. H. Moch. Ansari
Saleh Banjarmasin.

17. Dina Mariana L. Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Kemampuan Melakukan


Penyuntikan Insulin Secara Mandiri Pada Pasien Dieabete Melitus Di Ruang
Perawatan Interna Rumah Sakit Umum Propinsi Sulawesi Tenggara.

18. Clark, M., 2019, Kepatuhan terhadap pengobatan pasien diabetes tipe ii, Journal of
Diabetes Nursing Vol 8. No 10.

19. Saturnus, R., Yessi, H., Jumaini, 2017, Hubungan Antara Pengetahuan, Persepsi dan
Efektivitas Penggunaan Insulin Terhadap Kepatuhan Pasien Diabetes Mellitus tipe II
dalam Pemberian Injeksi Insulin, JOM 2 No.1:699-707.

20. Hontong N, Kaunang WP, Ratag BT. Hubungan antara tingkat pendidikan,
pengetahuan, dan dukungan keluarga dengan kepatuhan diet pasien diabetes melitus
di RSU Pancaran Kasih GMIM Manado. Jurnal Media Kesehatan Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Samra.

21. Purwati. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Terapi Insulin Terhadap


Kadar HbA1C Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Di RSUD H. Adam Malik Medan
2018.

22. Juahar yusuf. (2019). hubungan tingkat pendidikan pasien diabetes mellitus tipe 2
rawat jalan terhadap kepatuhan penggunana obat oral anti diabetes di apotek RSI
Unismah malang.

23. Itsna Diah Kusumanigrum & Iffa Khoirunisa (2020). Hubungan Tingkat Pendidikan
Dengan Kepatuhan Terapi Insulin Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Pada Dokter
Keluarga.

24. Nuraini, A. (2018) Hubungan Antara Selft-Efficacy Dengan Health Locus Of Control
Pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 Anggota Perkumpulan Senam Diabetes Di
Puskesmas Pakis Surabaya. Jurnal Psikologis Klinis Dan Kesehatan Mental.

25. Novriani, Inda (2015). Kepatuhan Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 Ditinjau Dari
Locus Of Control. Vol, No 02, Agustus 2015.Diakes Tanggal: 20 Juli 2018.

26. Fahriansyah K. (2018). hubungan motivasi pasien dengan kepatuhan kontrol pasien
diabetes melitus di klinik swasta yogyakarta.

16
27. Jahidul F, Hubungan antara Motivasi dan health locus of control dengan kepatuhan
berobat pada penderita diabetes melitus di Puskesmas Pesanggrahan Jakarta Selatan
2019. 2018;

28. Ali, Z (2019). Pengantar Keperawatan Keluarga. Jakarta: EGC.

29. Sisca Damayanti, Nursiswati, Ttis Kurniawan. (2017). Dukungan Keluarga pada
Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 dalam Menjalankan Pengobatan.

30. Wahyuningsih, Braza A, & Damanik E. Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan


Tingkat Kepatuhan Pengobatan Pada Pasien Diabetes Meelitus tipe 2 di Wilayah
Kerja Puskesmas Parangpong kecamatan Parampong Kabupaten Bandung Barat. J. Sk
Keperawatan 5, 186-193 (2020.

31. Rosela Elmita, Syamsul Arifin & Lena Rosida. Faktor-Faktor yang berhubungan
dengan kepatuhan kontrol pada penderita diabetes mellitus tipe 2 di puskesmas teluk
dalam banjarmasin.

32. Iswanto Karso, Gita Novela Sanusi, Anis Satus S. (2018). Hubungan Tingkat
Ekonomi Dengan Kepatuhan Pengobatan Penderita Diabetes Melitus Di Wilayah
Kerja Puskesmas Cukir Kabupaten Jombang.

33. Putri FD, Anisah & Rahmyanti. (2016). Hubungan Kontrol Diri dengan perilaku
kepatuhan pengobatan pada penderita DM di puskesmas rangkah surabaya. fakultas
psikologi IN Sunan ampel surabaya. skripsi.

34. Suci Rahayu. (2019). hubungan Health Locus Of Control internal dengan kepatuhan
pengobatan pada pasien diabetes melitus tipe 2 di RS Medika Dramaga.

17

You might also like