You are on page 1of 19

APLIKASI TRANSCULTURAL NURSING SEPANJANG DAUR

KEHIDUPAN MANUSIA
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Psikososial Dan
Budaya Dalam Keperawatan
Dosen Pengampu : Nia Restiana,M.Kep. Sp.Kep.J

Disusun Oleh :
Adit Rijki Maulana C2114201018
Ananta Putra C2114201046
Nafil Ikhsan Hibatullah C2114201059
Muhammad Fadil Y C2114201114

PROGRAM STUDI SARJANA ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TASIKMALAYA
2022
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Kami panjatkan puji dan syukur atas kehadirat-Nya yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang APLIKASI TRANSCULTURAL NURSING
SEPANJANG DAUR KEHIDUPAN MANUSIA.

Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Ibu Nia Restiana,M.Kep.
Sp.Kep.J selaku dosen pengampu mata kuliah Psikososial Dan Budaya
Keperawatan yang telah membimbing kami dalam pengerjaan tugas makalah ini.
Kami juga mengucapkan terimakasih kepada teman-teman yang selalu setia
membantu dalam hal mengumpulkan data-data dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari dengan sepenuhnya bahwa masih
ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh
karena itu dengan tangan terbuka kami menerima saran dan kritik yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang APLIKASI


TRANSCULTURAL NURSING SEPANJANG DAUR KEHIDUPAN
MANUSIA ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman serta memberikan
manfaat bagi para pembaca.

Tasikmalaya,22 November 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................3
BAB I.......................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang..........................................................................................4
BAB II......................................................................................................................6
BAB III..................................................................................................................11
1. Pengkajian...............................................................................................11
2. Diagnosa Keperawatan............................................................................11
3. Intervensi Keperawatan..........................................................................11
4. Implementasi Keperawatan :...................................................................15
5. Evaluasi Keperawatan :...........................................................................15
BAB IV .................................................................................................................17
1. Kesimpulan.................................................................................................17
DAFTAR ISI..........................................................................................................18
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Teori keperawatan atau konsep model dalam keperawatan merupakan teori


yang mendasari bagaimana seorang perawat dalam mengaplikasikan praktik
keperawatan, beberapa teoridiantaranya adalah teori adaptasi dari roy, teori
komunikasi terapeutik dari peplau,teorigoal atteccment dari bety newman dan
sebagainya. Leininger’s konsep model yang dikenal dengan sunrise modelnya
merupakan salah satu teori yang diap;ikasikan dalam praktik
keperawatan.Teori leininger berasal dari ilmu antropologi, tapi konsep ini
relevan untuk keperawatan. Leininger mendefinisikan “Transkultural nursing”
sebagai area yang luas dalamkeperawatan yang mana berfokus dalam
komparatif studi dan analisis perbedaan kultur dansubkultur dengan
menghargai perilaku caring, nursing care, dan nilai sehat sakit,kepercayaan
dan pola tingkah laku dengan tujuan perkembangan ilmu dan humanistic
bodyof knowledge untuk kultur yang universal dalam keperawatan.Aplikasi
teori dalam transkultural dalam keperawatan diharapkan adanya kesadaran
danapresiasi terhadap perbeaan kultur. Hal ini berarti perawat yang
professional memiliki pengetahuan dan praktek yang berdasarkan kultur
secara konsep petencanaan dan untuk praktik keperawatn.

Tujuan penggunaan keperawatan transkultural adalah untuk


mengembangkan sains dan pohon keilmuan yang humanis sehingga tercipta
praktik keperawatan pada kultur yang spesifik dan universal kultur yang
spesifik adalah kultur dengan nilai-nilai dan norma spesifik yang dimiliki oleh
kelompok laen. Kultur yanguniversal adalah nilainilai dan norma – norma
yang diyakini dan dilakukan hamper semuakultur seperti budaya minum the
dapat membuat tubuh sehat (leininger, 2002). Leininger mengembangkan
dteorinya dari perbadaan kultur dan universal berdasarkankepercayaan bahwa
masyarakat dengan perbedaan kultur dapat menjadi sumber informasidan
menentuan jenis perawatan yang diinginkan dari pemberian peleyanan yang
professional, karena kultur adalah pola kehidupan masyarakat yang
berpengaruh terhadapkeputusan dan tindakan. Culture care adalah teori yang
holistic karena meletakan di dalamnya ukuran dari totalitas kehidupan
manusia dan berada selamanya, termasuk socialstruktur, pandangan 1 dunia,
nilai cultural, konteks lingkungan, ekspresi bahasa dan etnik serta system
professional.
BAB II

KASUS IBU HAMIL

1. Indetitas

A. Indetitas klien

Nama : Ny A, usia : 27 Tahun

Agama : Islam

Pendidikan : SD

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Suku : Sunda

Alamat : Kp. Lebak Desa Tanjung Kerta Sukamantri

Diagnosa Medis : Ganguan rasa nyaman

b. Indetitas Penanggung Jawab

Nama : Tn. L usia : 23 Tahun

Agama : Islama

Pendidikan : SD

Pekerjaan : Wiraswasta

Suku : Sunda

Alamat : Kp. Lebak Desa Tanjung Kerta Sukamantri

Hubungan dengan : Suami klien


2. Riwayat kesehatan sekarang

Pada tanggal 25 Mei 2019 pukul 09.09 WIB didapatkan pasien mengeluh
pusing , sakit kepala, mual, muntah pada waktu pagi sebelum makan dan sore
hari, pasien juga mengeluh badan terasa lemah saat melakukan aktivitas seperti
mencuci dan membersihkan rumah. Ibu mengatakan belum pernah menderita
penyakit kurang darah sebelumnya dan pasien rutin kontrol kehamilan di fasilitas
kesehatan setiap 1 kali sebulan. Anggota keluarga yang menderita penyakit
kurang darah tidak ada, demikian juga yang menderita penyakit keturunan seperti
hipertensi dan diabetes mellitus. Haid pertama dialami oleh Ny. J.T.P pada umur
13 tahun dengan siklus 28 hari teratur, dan lamanya 5 hari. Dalam sehari pasien
ganti pembalut 3x ganti dalam sehari dengan konsistensi encer, warna merah.
Pasien menikah sah pada tahun 2011 dengan usia perkawinan saat ini 8 tahun.
Riwayat kehamilan lalu yakni, anak ke satu umur kehamilan anak pertama 9 bulan
5 hari, tidak ada penyulit dalam kehamilan, jenis persalinan normal di tolong oleh
bidan, tidak ada penyulitan dalam persalinan, tidak ada laserasi dan sekarang anak
pertama umur 7 tahun. Anak kedua umur kehamilan anak ke dua 9 bulan, tidak
ada penyulit dalam kehamilan, jenis persalinan normal ditolong oleh bidan, tidak
ada penyulitan dalam persalinan, tidak ada laserasi dan sekarang umur anak kedua
4 tahun. Data keluarga berencana yang diikuti oleh ibu yakni anak pertama lahir
ibu pakai KB suntik dan anak ke dua ibu pakai KB pil dan ada rencana setelah
melahirkan anak ke tiga ibu mau steril, alasan ibu steril karena tiga anak sudah
cukup. Haid pertama hari terakhir (HTHP) pada tanggal 3 Oktober 2018, sesuai
dengan HPHT pasien dapat tafsiran persalinan (TP) pasien adalah tanggal 30 Juni
2019. Ibu mengatakan saat hamil muda kemarin ibu sering pusing, mual dan
muntah, dan saat hamil tua yang sering dirasakan pusing, sakit kepala, mual,
muntah pada waktu pagi sebelum makan dan sore hari, pasien juga mengeluh
badan terasa lemah saat melakukan aktivitas seperti mencuci dan membersihkan
rumah dengan tekanan darah 110/70 mmHg, berat badan 54 kg, tinggi badan
156cm, linggar lengan atas 23,5 cm. Secara psiokologi, ibu mengatakan
kehamilan sekarang adalah kehamilan yang diinginkan, ibu siap memberikan ASI
ekskusif selama 6 bulan. Selain itu, Suami pun mendukung sepenuhnya selama
kehamilan dan setelah kelahiran bayi nanti. Pasien beragama islam. Pasien selalu
mengikuti ibadah setiap hari. Ekonomi keluarga cukup, setiap bulan penghasilan
suami Rp 1.500,0000 perbulan. Pasien sudah mempunyai rumah sendiri dan
tinggal bersama saumi dan anak-anak.

3. Factor teknologi

Klien memeriksakan kehamilannya kepada indung beurang dan


melahirkan disana. Sebelum kehamilan klien tidak pernah menggunakan alat
kontrasepsi dan setelah melahirkan klien dan suami berencana alat KB tradisional
yaitu dengan minum bunga pohon jati yang telah di rebus

4. Agama dan falsafat hidup

Klien menyatakan beragam Islam, percaya kepada ilmu sihir dan hal hal
gaib. Klien percaya bila bayinya dibawa terlalu lama dari rumah maka bayinya
akan hilang dibawa Gendolwewe Atau Kolongwewe. Biasanya bayi tersebut akan
dibawa selepas maghrib, karena menurut meraka bayi masih berbau amis dan
mahluk gaib sangat menyukai hal hal yang berbau amis. Bayi tersebut biasanya
digunakan tumbal oleh meraka yang memuja ingin awet muda. Biasanyan bagi
keluarga yang baru saja memliki bayi akan menggunakan tradisi “Meutingan”
Yaitu tradisi menginap di rumah keluaga yang baru saja melahirkan. Mereka
biasanya Ngaos (membaca ayat Ayat suci AL Qur’an) selama 7 hari 7 malam
yang dimulai Selepas maghrib sampai dengan isya. Meraka percaya dengan cara
tersebut bayi yang baru saja lahir tidak akan hilang.

5. Factor social dan keterikatan keluarga

Hubungan kekeraban masih sangat kuat terutama dari keluarga


perempuan. Ibudari pihak wanita, Uwak (kakak orang tua wanita), bibi ( adek dari
orang tua) akan menginap dan mendukung anak wanitanya yang baru saja
melahirkan sampai dengan bayi berusia 1 minggu. Keputusan dalam keluarga
dipegang oleh suami. Biasanya pasangan akan menanyakan terlebih dahulu
kepada orang tua masing masing bagaimana yang terbaik. Tetapi keputusan tetep
diambil oleh suami. Selama proses setelah melahirkan sampai dengan 40 hari
biasanya akan tinggal dipihak suami.

6. Factor nilai

Nilai budaya dipihak gaya hidup bahasa yan digunakan adalah bahasa
Sunda. Wanita setelah melahirkan pantang makanan yang berbau hanyir (amis)
seperti ikan, telur karena akan menyebabkan proses penyembuhan pada alat
kelamin akan lama (sulit kering). Ibu diwajibkan menggunakan kain panjang
(stagen) agar perut ibu dapat kembali seperti keadaan semua keadaan semua
sebelum hamil 3 bulan. Bagi bayi, sebelum berusia 40 hari bayi akan dipasangkan
bawang putih, peniti, jarum, dan guntingyang dimasukkan ke dalam kantong
(Buntel kadut) dan disematkan pada baju bayi. Pada saat kehamilan anak pertama
ibu membuang air susu petama yang masih berwarna bening (colostrum) karena
menurut ibu dan orang tua bayi akan mengalami keracunan dan mati. Bayi yang
belum diberi ASI akan diberi air gula jawa sampai usia ± 3 hari, bahkan anak
yang pertama pada hari kedua diberimakan dengn pisang karena bayinya yang
masih lapar meskipun sudah diberi air gula jawa. Untuk plasenta bayi, orang tua
bayi akan mencuci bal sampai bersih, diberi pelengkapan (tujuh potong kain perca
dengan warna berbeda), dibungkus dengan kain putih bersih dan dikubur
dibelakang rumah. Selama 7 hari 7 malam deberi penerangan dengan tujuan agar
bayi yang baru lahir juga akan terang. Meraka percaya bahwa Bali Adalah saudara
muda yang akan mendampingi bayi dalam keadaan suka dan duka.

7. Factor kebijakan dan peraturan yang berlaku

Indung beurang adalah wanita yang sangat dihormati oleh masyarakat


setempat kehamilan dan melahirkan, wanita di daerah tersebut diwajibkan untuk
berobat hanya pada Indung berurang, bila berobat ke pertugas kesehatan meskipun
dekat akan dikucilkan oleh warga setempat. Selama 7 hari setelah bayi lahir,
indung becurang akan datang setiap hari ke rumah bayi untuk memandikan bayi,
mengurut bayi dan merawat tali pusat bayi.
8. Factor ekonomi

Keduanya adalah pasangan muda, yang mencari nafkah hanya laki laki,
berkerja dengan cara merantau ke daerah lain untuk berdagang, kehadiran mertua
dan ibu dari pihak wanita sangat membantu ibu dalam perawatan bayi. Biaya
persalinan ditanggung bersama sama antar keluarga perempuan dan laki laki.

9. Factor pendidikan pendidikan

Keduanya adalah SD, mereka tidak mengetahui adanya Kontrasepsi modern


karena selama pendidikan belum pernah mendengar alat kontrasepsi modern.
Keluarga tidak punya biaya untuk menyekolahkan ke SMP karena untuk sekolah
ke SMP sangat jauh dan mengeluarkan biaya yang cukup besar untuk sekali
berangkat ke sekolah.
BAB III

PEMBAHASAN KASUS

1. Pengkajian

DS :
- Klien mengeluh pusing
- Klien mengatakan Sakit kepala
- Klien mengatakan mual, muntah pada waktu pagi sebelum makan
dan sore hari
- Klien mengeluh badan terasa lemah saat melakukan aktivitas seperti
mencuci dan membersihkan rumah.

DO :
- Klien terlihat lemas
- tekanan darah 110/70 mmHg
- suhu 36,5 0C,
- nadi 80x/menit,
- respirasi 18x/menit

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnsoa Keperawatan : Gangguan rasa nyaman


DS : pasien mengatakan , “merasa mual, merasa lelah, mengeluh tidak
mampu rileks, mengeluh tidak nyaman”
DO : postur tubuh berubah ,Tampak Lesu

3. Intervensi Keperawatan

1.Intervensi Utama : manajemen nyeri


Observasi :
-Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri Identifikasi skala nyeri
-Identifikasi respons nyeri non verbal -Identifikasi faktor yang
memperberat dan memperingan nyeri -Identifikasi pengetahuan
dan keyaninan lentang nyeri
-Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
-Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
-Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
-Monitor efek samping penggunaan analgetik

Teraputik :
-Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
(misalnya TENS, hipnosis, upresur, terapi musik, biofeedback,
terapi pijat, aromaterapl, teknik imajinasi terbimbing, kompres
hangat dingin, terapi bermain)
-Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (misalnya suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan)
-Fasilitasi istirahat dan tidur -Pertimbangkan jenis dan sumber
nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri.

Edukasi :
- Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyer
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
- Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat Alurkan teknik
nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri.

Kolabirasi :
-Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

2.Intervensi Tambahan : Edukasi Aktivitas/Istirahat, manajemen mual,


1. Edukasi Aktivitas/Istirahat
Observasi :
- Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
Teraputik :
-Sediakan materi dan media pengaturan aktivitas dan istirahat
-Jadwalkan pemberian pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
-Berikan kesempatan kepada pasien dan keluarga untuk bertanya

Edukasi :
-Jelaskan pentingnya melakukan aktivitas fisik atau olahraga secara
rutin
-Anjurkan terlibat dalam aktivitas kelompok, aktivitas bermain/
aktivitas lainnya
-Anjurkan menyusun jadwal aktivitas dan istirahat
-Anjurkan cara mengidentifikasi kebutuhan istirahat (miss.
Kelelahan, sesak nafas saat aktivitas)
-Ajarkan cara mengidentifikasi target dan jenis aktivitas sesuai
kemampuan Kolabirasi

3.Manajemen mual
Observasi :
-Identifikasi pengalaman mual
-Identifikasi isyarat nonverbal ketidaknyamanan (mis. bayi anak-
anak, dan mereka yang tidak dapat berkomunikasi secara efektif)
-Identifikasi dampak mual terhadap kualitas hidup (mis, nafsu
makan, aktivitas, kinerja, tanggung jawab peran, dan tidur)
-Identifikasi faktor penyebab mual (mis pengobatan dan prosedur)
-Identifikasi antiemelk untuk mencegah mual (kecuali mual pada
kehamilan)
-Monitor mual (mis, frekuensi, durasi, dan tingkat keparahan)
-Monitor asupan nutrisi dan kalori

Terapeutik :
-Kendalikan faktor lingkungan penyebab mual (mis, bau tak sedap,
suara, dan rangsangan visual yang tidak menyenangkan)
-Kurangi atau hilangkan keadaan penyebab mual (mis. kecemasan,
ketakutan, kelelahan)
- Berikan makanan dalam jumlah kecil dan menarik
-Berikan makanan dingin, cairan bening, tidak berbau dan tidak
berwama, jika padu Edukesi,
-Anjurkan istirahat dan tidur yang cukup Anjurkan sering
membersihkan mulut, kecuali jika merangsang mual
-Anjurkan makanan tinggi karbohidrat dan rendah lemak
-Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologis untuk mengatasi
mual (mis. blofeedback, hipnosis, relaksesi, terapi musik,
akupresur).
Kolaborasi : - Kolaborasi pemberian antiemetik, jika perlu

3.Manajemen muntah
Observasi :
-Identifikasi karakteristik muntah (mis. warna, konsistensi, adanya
darah, durasi) -Periksa volume muntah
-Identifikasi riwayat diet (mis. makanan yang disuka, tidak disukal,
dan budaya)
-Identifikasi faktor penyebab muntah (mis. pengobatan dan
prosedur)
-Identifikasi kerusakan esofagus dan faring posterior jika muntah
terlalu lama efek manajemen muntah secara menyeluruh
-Monitor efek manajemen muntah secara menyeluruh
Monitor keseimbangan cairan dan elektrolit

Terapeutik :
-Kontrol faktor lingkungan penyebab muntah (mis. bau tak sedap,
suara, den stimulus yang tidak menyenangkan)
-Kurangi atau hilangkan keadaan penyebab muntah (mis,
kecemasan, ketakutan)
-Atur posisi untuk mencegah aspirasi
-Pertahankan kopatenan jalan napas -Bersihkan mulut dan hidung
Berikan dukungan fisik saat muntah (mis. membantu membungkuk
atau menundukkan kepala)
-Berikan kenyamanan selama muntah (mis, kompres dingin, atau
sediakan pakan kering dan bersih)
-Berikan cairan yang tidak mengandung karbonaal minimal 30
menit setelah muntah

Kolaborasi :
-Anjurkan membawa kantong plastik untuk menampung muntah
Ajurkan memperbanyak istirahat
-Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologis untuk mengelola
muntah (mis. biofeedback, sipnosis, relaksasi, terapi musik,
akupresur).
- Kolaborasi pemberian antiemetik, jika perlu

4. Implementasi Keperawatan :

Pada kasus Ny.J.T.P tidak semua intervensi dilakukan untuk


mengatasi kasus. hal ini dikarenakan tujuan perawatan yaitu pasien
merasakan nyeri mereda.

5. Evaluasi Keperawatan :

Evaluasi yang diterapkan dalam membuat kasus ini adalah


menggunakan teknik evaluasi SOAP. Tujuan dilakukan evaluasi
SOAP adalah untuk menentukan perkembangan kesehatan klien,
melalui efektifitas, efesiensi dan produktifias dari tindakan
keperawatan, dari tindakan keperawatan yang telah dibuat untuk
menilai Asuhan Keperawatan, mendapat umpan balik, sebagai
tanggung jawab dan tanggung gugat dalam pelaksanaan
keperawatan.
S: pasien mengatakan nyeri berkurang setelah diberikan pijatan
terapi akupresur, pasien mengatakan lebih rileks, Pasien
mengatakan skala nyeri 3(0-10)
O: Pasien tamak kooperatif, pasien tampak nyaman,
A: Nyeri Akut teratasi, rasa nyaman terpenuhi
P:Tingkatkan kondisi klien Anjurkan keluarga pasien untuk
melakukan pijatan apabila pasien merasa nyeri punggung.
BAB IV
PENUTUP

1. Kesimpulan

Keperawatan sebagai profesi memiliki landasan body of knowledge


yang kuat, yang dapat dikembangkan serta dapat diaplikasikan dalam
praktek keperawatan. Perkembangan teori keperawatan terbagi menjadi 4
level perkembangan yaitu metha theory, grand theory, midle range theory
dan practice theory. Salah satu teori yang diungkapkan pada midle range
theory adalah Transcultural Nursing Theory. Teori yang berasal dari
disiplin ilmu antropologi yang kemudian dikembangkan dalam konteks
keperawatan. Konsep keperawatan didasari oleh pemahaman tentang
adanya perbedaan nilai-nilai kultural yang melekat dalam masyarakat.
DAFTAR ISI

Risnah Ahmad Sayuti.2015. TRANSCULTURAL NURSING.Diakses


pada tanggal 23 November 2022.
https://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/jis/article/view/2185.
Leininger. M & McFarland. M.R, (2002), Transcultural Nursing :
Concepts, Theories, Research and Practice, 3rd Ed, USA, Mc-Graw Hill
Companies.
Yulia Meiliany Naragale.2020. The Influence of Transcultural
Nursing Based on Health Education on Knowledge, Attitude, Mother
Actions and Family Support among Breastfeeding Mother.Diakses pada
tanggal 23 November 2022.
https://e-journal.unair.ac.id/PMNJ/article/view/17805.

You might also like