You are on page 1of 8

SA’AD BIN ABI WAQQAS

‫بسم اهلل الرمحن الرحيم‬


‫َو الَّس اِبُقوَن اَألَّو ُلوَن ِم َن اْلُم َهاِجِريَن َو اَألنَص اِر َو اَّلِذ يَن اَّتَبُعوُهم ِبِإْح َس اٍن َّرِض َي ُهّللا َع ْنُهْم َو َر ُض وْا َع ْنُه َو َأَعَّد َلُهْم َج َّناٍت‬
‫َتْج ِر ي َتْح َتَها اَألْنَهاُر َخ اِلِد يَن ِفيَها َأَبدًا َذ ِلَك اْلَفْو ُز اْلَعِظ يُم‬

Orang-orang terdahulu lagi yang pertama-tama dari golongan Muhajirin dan Anshar dan
orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha pada mereka dan merekapun
ridha kepada Allah. Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai
di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya itulah kemenangan yang besar [QS At
Taubah : 100]

Ada sepuluh orang dari sahabat Nabi Muhammad ‫ صلى هللا عليه وسلم‬yang dijamin pasti masuk ke
dalam surga. Nama-nama mereka tersebut di dalam hadits yang shahih berikut ini:

‫ أبو بكر يف اجلنة وعمر‬:‫ قال رسول اهلل صلى اهلل عليه وسلم‬:‫عن عبد الرمحن بن عوف قال‬
‫يف اجلنة وعثمان يف اجلنة وعلي يف اجلنة وطلحة يف اجلنة والزبري يف اجلنة وعبد الرمحن بن‬
‫عوف يف اجلنة وسعد يف اجلنة وسعيد يف اجلنة وأبو عبيدة بن اجلراح يف اجلنة‬
“Dari Abdurrahman bin ‘Auf, dia berkata: Rasulullah ‫ صلى هللا عليه وسلم‬bersabda: Abu Bakr di
surga, Umar di surga, Utsman di surga, Ali di surga, Thalhah di surga, Az Zubair di surga, Abdurrahman
bin ‘Auf di surga, Sa’d di surga, Sa’id di surga, dan Abu Ubaidah ibnul Jarrah di surga.” [HR At Tirmidzi
(3747), hadits shahih.]

Sa’ad bin Malik Az-Zuhri atau sering disebut sebagai Sa’ad bin Abi Waqqas, dilahirkan di Makkah dan
berasal dari bani Zuhrah suku Quraisy. Dia adalah paman Rosulullah Saw dari pihak ibu. Ibunda rasul,
Aminah binti Wahhab berasal dari suku yang sama dengan Saad yaitu dari Bani Zuhrah. Oleh karena itu
Saad juga sering disebut sebagai Sa'ad of Zuhrah atau Sa'ad dari Zuhrah, untuk membedakannya dengan
Sa'ad-Sa'ad lainnya. Sa’ad termasuk ke dalam golongan orang yang pertama masuk Islam dan termasuk
sepuluh sahabat yang mendapat jaminan surga.

Sa’ad dilahirkan dari keluarga yang kaya raya dan terpandang. Dia adalah seorang pemuda yang serius
dan memiliki pemikiran yang cerdas. Sosoknya tidak terlalu tinggi namun bertubuh tegap dengan
potongan rambut pendek. Dia sangat dekat dengan ibunya.
Awal masuk Islam
Suatu hari dalam hidupnya, ia didatangi sosok Abu Bakar yang dikenal sebagai orang yang ramah. Ia
mengajak Sa'ad menemui Nabi Muhammad di sebuah perbukitan dekat Makkah. Pertemuan itu
mengesankan Sa'ad yang saat itu baru berusia 20 tahun.

Ia pun segera menerima undangan Nabi Muhammad SAW untuk menjadi salah satu penganut ajaran
Islam yang dibawanya. Sa'ad kemudian menjadi salah satu sahabat yang pertama masuk Islam.

Keislaman Saad mendapat tentangan keras terutama dari keluarga dan anggota sukunya. Ibunya bahkan
mengancam akan bunuh diri. Selama beberapa hari, ibu Sa'ad menolak makan dan minum sehingga
kurus dan lemah. Meski dibujuk dan dibawakan makanan, namun ibunya tetap menolak dan hanya
bersedia makan jika Sa'ad kembali ke agama lamanya. Namun Sa'ad berkata bahwa meski ia memiliki
kecintaan luar biasa pada sang ibu, namun kecintaannya pada Allah SWT dan Rasulullah SAW jauh lebih
besar lagi.

Mendengar kekerasan hati Sa'ad, sang ibu akhirnya menyerah dan mau makan kembali. Fakta ini
memberikan bukti kekuatan dan keteguhan iman Sa'ad bin Abi Waqqas.

Kelebihan Sa'ad
Ada dua peristiwa yang menjadikan Sa'ad selalu dikenang dan istimewa, pertama dialah yang pertama
melepas anak panah untuk membela Agama Allah, sekaligus orang pertama yang tertembus anak panah
dalam membela Agama Allah.

Kedua, Sa'ad adalah satu-satunya orang yang dijamin oleh Rasulullah dengan jaminan kedua orang tua
beliau. Sabda Rasulullah, Saw., pada saat perang Uhud : "Panahlah hai Sa'ad ! Ibu Bapakku menjadi
jaminan bagimu ...."

Dalam setiap peperangan siapapun panglimanya jika ada Sa'ad didalamnya maka pasukan akan merasa
tenang. Bukan hanya karena kehebatannya dalam peperangan yang menciutkan hati musuh, tapi juga
ketaqwaanya yang luhurlah, yang menjadi hati sahabat lain menjadi tenang.

Pada saat perang Qadishiyyah, Amirul mukminin Umar bin Khaththab r.a. mengangkat Sa'ad sebagai
Panglima perang untuk melawan adidaya Persia pada saat itu, ketika Sa'ad mengirim utusan untuk
berdiplomasi dengan Rustum (panglima perang persia) yang akhirnya negoisasi itu berlangsung alot, dan
muncullah pernyataan dari delegasi kaum muslimin.
Keahlian sa'ad dalam memanah
Sa’ad memang seorang pemanah terkenal. Ketenarannya itu tidak lain karena dialah orang muslim
pertama yang melepaskan anak panah untuk berjuang di jalan Allah, sebagaimana penuturannya: “Demi
Allah, sayalah orang pertama yang melepaskan anak panah di jalan Allah.” Peristiwa itu terjadi ketika
Rasulullah mengutus enam puluh orang ke Mekah di bawah pimpinan Ubaidah bin Haris. Mereka diutus
karena kaum kafir Quraisy sering melakukan pelanggaran terhadap isi Perjanjian Hudaibiyah. Di antara
keenam puluh orang itu, salah satunya adalah Sa’ad.

Setibanya di Hijaz, mereka menuju mata air yang bernama Wadi Rabig. Ternyata, di sana telah
menunggu pasukan kafir Quraisy yang berjumlah dua ratus orang di bawah pimpinan Abu Sufyan.
Akhirnya, kedua pasukan yang tidak seimbang itu pun berhadap-hadapan dan siap saling menyerang.
Melihat keadaan yang tidak begitu menguntungkan, Sa’ad dan teman-temannya berusaha untuk
menghindari pertempuran. Mereka mengutus delegasi untuk melakukan perundingan dengan pihak
kafir Quraisy. Dari perundingan itu dicapailah kesepakatan damai, sehingga pertempuran yang tidak
seimbang terhindarkan.

Namun demikian, sempat juga terjadi bentrokan singkat ketika beberapa anggota pasukan kafir Quraisy
menyerang. Saat itu, Sa’ad yang bersenjatakan panah dengan gagah berani melepaskan anak panahnya.
lnilah anak panah yang pertama dilepaskan untuk membela agama Allah, yang membuat Sa’ad terkenal
sebagai pemanah pertama di jalan Allah.

Kegagahan dalam peperangan


Keberanian dan kegagahannya sebagai seorang prajurit telah dibuktikan oleh sejarah. Sa’ad tidak pernah
absen dalam setiap peperangan yang diikuti oleh Nabi saw. Setelah Nabi saw. wafat, dia juga tetap
menjadi salah seorang prajurit kepercayaan para khalifah. Pada masa kekhalifahan Umar bin Khattab,
Sa’ad diangkat menjadi panglima perang Qadisiyah yang amat menentukan keberhasilan syiar lslam di
wilayah lrak. Perang Qadisiyah terjadi antara pasukan muslimin yang berjumlah sekitar tiga puluh ribu
orang dengan pasukan Persi yang jumlahnya mencapai seratus ribu orang.

Saat memimpin perang, Sa’ad sedang sakit. Sekujur tubuhnya dipenuhi bisul yang sangat menyiksa, yang
berpecahan setiap kali tubuhnya terhentak di atas kudanya. Namun, meskipun sekujur tubuhnya
berlumuran darah akibat bisul-bisul yang berpecahan, Sa’ad tetap bersemangat memimpin pasukannya’
Meski sakit menderanya, dia tetap meneriakkan aba-aba dan takbir penggugah semangat dengan
lantang sehingga pasukannya terus bertempur dengan semangat juang yang gigih’

‘Ayo Abdullah, serang bagian sayap kiri. Engkau al-Haris’ masuk ke jantung pertahanan musuh. Engkau
Fulan, ke arah sana. Ayo kita sambut surga’ Allahu akbar!”
Wafatnya Sa'ad
Sa’ad meninggal pada tahun 54 Hijriyah saat usia yang sangat lanjut, yaitu 8O tahun, sehingga dia
termasuk sahabat Nabi yang meninggal paling akhir. Ketika hendak menemui ajalnya, Sa’ad meminta
anaknya untuk membuka sebuah peti yang ternyata isinya adalah sehelai kain tua yang telah usang dan
lapuk. Sa’ad meraih kain itu dari tangan putranya, kemudian menciumnya dengan penuh perasaan.

Sa’ad menghembuskan napasnya yang terakhir. Jasadnya dikafani dengan sehelai kain lusuh, kemudian
dimakamkan di dekat sahabat-sahabat Nabi saw. yang telah mendahuluinya yakni di pemakaman Baqi’
di kota Madinah.

Sirah Shahabat: Saad bin Abi Waqas


Alhamdulillah, blog ini dapat menghadirkan kembali seri Sirah Sahabat untuk kesekian kalinya.
Kali ini kita akan mengetengahkan kisah Saad bin Abi Waqas. Semoga kita dimudahkan Allah
SWT untuk mengambil hikmah dari setiap Sirah Sahabat dan meneladani mereka. Amiin.

Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya
telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam
dua tahun. Bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah
kembalimu.
Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada
pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah
keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian
hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.
(QS. Luqman : 14-15)

Ayat-ayat yang mulia ini mempunyai latar belakang kisah tersendiri dan mengejutkan;
menyebabkan satu golongan diantara dua golongan yang bertentangan jatuh terbanting,
berhubungan dengan pribadi seorang pemuda lemah lembut. Akhirnya kemenangan berada di
pihak yang baik dab beriman.

Tokoh kisah ini adalah seorang pemuda Makkah dari keturunan terhormat, dan dari ibu bapak
yang mulia. Nama pemuda itu Saad bin Abi Waqas.

Tatkala cahaya kenabian memancar di kota Makkah, Saad masih muda belia, penuh perasaan
belas kasih, banyak bakti kepada ibu bapak, dan sangat mencintai ibunya. Walaupun Saad baru
menjelang usia 17 tahun, namun dia telah memiliki kematangan berpikir dan kedewasaan
bertindak. Dia tidak tertarik kepada aneka macam permainan yang menjadi kegemaran pemuda-
pemuda sebayanya. Bahkan dia mengarahkan perhatiannya untuk bekerja membuat panah,
memperbaiki busur, dan berlatih memanah, seolah-olah dia sedang menyiapkan diri untuk suatu
pekerjaan besar. Dia juga tidak puas dengan kepercayaan/agama sesat yang dianut bangsanya,
serta kerusakan masyarakat, seolah-olah dia sedang menunggu uluran tangan yang kokoh kuat,
penuh kasih sayang, untuk mengubah keadaan gelap gulita menjadi terang benderang.

Sementara itu, Allah SWT menghendaki akan menaikkan harkat kemanusiaan yang telah
merosot, secara keseluruhan dan merata, melalui pribadi yang belas kasih itu, yaitu melalui
penghulu segala makhluk, Muhammad bin Abdullah. Dalam genggamannya memancar sinar
petunjuk ketuhanan yang tidak tercela, yaitu Kitabullah.

Saad segera memenuhi panggilan yang berisi petunjuk dan haq ini (agama Islam), sehingga dia
tercatat sebagai orang ketiga atau keempat yang masuk Islam. Bahkan dia sering berucap dengan
penuh kebanggaan: “Setelah aku renungkan selama seminggu, maka aku masuk Islam sebagai
orang ketiga.”

Rasulullah SAW sangat bersuka cita dengan Islamnya Saad. Karena beliau melihat pada pribadi
Saad terdapat ciri-ciri kecerdasan dan kepahlawanan yang menggembirakan. Seandainya kini dia
ibarat bulan sabit, maka dalam tempo singkat dia akan menjadi bulan purnama yang sempurna.

Keturunan dan status sosialnya yang mulia dan murni, melapangkan jalan baginya untuk
mengajak pemuda-pemuda Makkah mengikuti langkahnya masuk Islam seperti dia. Di samping
itu, sesungguhnya Saad termasuk paman nabi SAW juga. Karena dia adalah keluarga Aminah
binti Wahab, ibunda Rasulullah SAW.

Rasulullah sangat membanggakan pamannya. Pernah diceritakan, pada suatu ketika beliau
sedang duduk-duduk bersama beberapa orang shahabat. Tiba-tiba beliau melihat Saad bin Abi
Waqas datang. Lalu beliau berkata kepada para shahabat yang hadir, “Inilah pamanku. Coba
tunjukkan kepadaku, siapa yang punya teman seperti pamanku!”

Tetapi, Islamnya Saad tidak langsung memberikan kemudahan yang mengenakkan baginya.
Sebagai pemuda muslim, dia ditantang dengan berbagai tantangan, ujian, serta cobaan-cobaan
berat dan keras. Ketika cobaan-cobaan itu telah sampai di puncaknya, Allah SWT menurunkan
wahyu mengenai peristiwa yang dialaminya. Marilah kita dengarkan kisahnya.

Kata Saad bercerita: Tiga malam sebelum aku masuk Islam, aku bermimpi, seolah-olah aku
tenggelam dalam kegelapan yang tindih menindih. Ketika aku sedang mengalami puncak
kegelapan itu, tiba-tiba kulihat bulan memancarkan cahaya sepenuhnya, lalu kuikuti bulan itu.
aku melihat tiga orang telah lebih dahulu berada di hadapanku mengikuti bulan tersebut. Mereka
itu ialah Zaid bin Haritsh, Ali bin Abu Thalib, Abu Bakar Ash-Shidiq. Aku bertanya kepada
mereka: Sejak kapan Anda bertiga di sini? Belum lama, jawab mereka.

Setelah hari siang, aku mendapat kabar, Rasulullah SAW mengajak orang-orang kepada Islam
secara diam-diam. Yakinlah aku, sesungguhnya Allah SWT menghendaki kebaikan bagi diriku,
dan dengan Islam Allah akan mengeluarkanku dari kegelapan kepada cahaya terang. Aku segera
mencari beliau, sehingga bertemu dengannya pada suatu tempat ketika dia sedang shalat Ashar.
Aku menyatakan masuk Islam di hadapan beliau. Belum ada orang mendahuluiku masuk Islam,
selain mereka bertiga seperti yang terlihat dalam mimpiku.

Saad melanjutkan kisahnya masuk Islam. Ketika ibuku mengetahui aku masuk Islam, dia marah
bukan kepalang. Padahal aku anak yang berbakti dan mencintainya. Ibu memanggilku dan
berkata: “Hai Saad! Agama apa yang engkau anut, sehingga engkau meninggalkan agama ibu
bapakmu? Demi Allah! Engkau harus meninggalkan agama barumu itu! atau aku mogok makan
minum sampai mati…! Biar pecah jantungmu melihatku, dan penuh penyesalan karena
tindakanmu sendiri, sehingga semua orang menyalahkan dan mencelamu selama-lamanya.”

Jawabku: “Jangan lakukan itu, Bu! Tetapi aku tidak akan meninggalkan agamaku biar
bagaimanapun.”

Ibu tegas dan keras melaksanakan ucapannya. Beliau benar-benar mogok makan minum.
Sehingga tubuh dan tulang-belulangnya lemah, menjadi tidak berdaya sama sekali. Terakhir, aku
mendatangi ibu untuk membujuknya supaya dia mau makan dan minum walaupun agak sedikit.
Tetapi ibu memang keras. Beliau tetap menolak dan bersumpah akan tetap mogok makan sampai
mati, atau aku meninggalkan agamaku, Islam.

Aku berkata kepada ibu: “Ibu! Sesungguhnya aku sangat mencintai ibu. Tetapi aku lebih cinta
kepada Allah dan Rasul-Nya. Demi Allah! Seandainya ibu memiliki seribu jiwa, lalu jiwa itu
keluar dari tubuh ibu satu per satu (untuk memaksaku keluar dari agamaku) sungguh aku tidak
meninggalkan agamaku karenanya.”

Tatkala ibu melihatku bersungguh-sungguh dengan ucapanku, dia pun mengalah. Lalu dia
menghentikan mogok makan sekalipun dengan perasaan terpaksa.

Maka Allah SWT menurunkan firman-Nya kepada Nabi Muhammad SAW:


“Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada
pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah
keduanya di dunia dengan baik,”

Setelah Saad masuk Islam, dia lantas berjasa terhadap Islam dan kaum muslimin dengan prestasi
baik dan tinggi. Dalam perang Badar, Saad ikut berperang bersama-sama adiknya Umair. Ketika
itu Umair masih muda remaja, belum lama mencapai usia baligh. Tatkala Rasulullah SAW
memerintahkan tentara muslimin berkumpul dan bersiap sebelum berangkat perang, Umair
bersembunyi-sembunyi, takut kalau-kalau dia tidak diperbolehkan Rasulullah turut berperang,
karena usianya masih kecil. Tetapi Rasulullah tetap melihatnya, lalu tidak memperbolehkannya
ikut. Umair menangis, sehingga Rasulullah merasa kasihan, dan akhirnya membolehkan Umair
turut berperang. Saad mendatangi adiknya dengan gembira, lalu mengikatkan pedang di bahu
Umair, karena tubuhnya yang kecil. Kedua saudara itu pergi berperang berjuang bersama fi
sabilillah.

Seusai peperangan Saad kembali ke Madinah seorang diri. Sedangkan adiknya, Umair tinggal di
bumi Badar sebagai syuhada’. Saad merelakan adiknya ke pangkuan Allah SWT dengan
mengharap pahala dari-Nya.

Ketika tentara kaum muslimin lari kucar-kacir dalam perang Uhud, Rasulullah SAW tinggal di
medan tempur dengan kelompok kecil tentara kaum muslimin, tidak lebih dari sepuluh orang.
satu diantaranya ialah Saad bin Abi Waqas. Sa’ad berdiri melindungi Rasulullah SAW dengan
panahnya. Tidak satupun anak panah yang dilepaskan Saad dari busur melainkan mengenai
sasaran dengan jitu, dan orang musyrik yang terkena, tewas seketika.

Tatkala dilihat Rasulullah SAW Sa’ad seorang pemanah jitu, beliau berkata memberinya
semangat “Panahlah, hai Saad! Panahlah…! Bapak dan ibuku menjadi tebusanmu!”

Saad sangat bangga sepanjang hidupnya dengan ucapan Rasulullah itu. sehingga Saad pernah
pula berkata, tidak pernah Rasulullah berucap kepada seorang jua pun, mempertaruhkan kedua
ibu bapaknya sekalipun sebagai tebusan, melainkan hanya kepadaku.”

Namun puncak kejayaan Saad, ialah ketika Khalifah Umar Al-Faruq bertekad menyerang
kerajaan Persia, untuk menggulingkan pusat pemerintahannya, dan mencabut agama berhala
sampai ke akar-akarnya di permukaan bumi. Khalifah Umar memerintahkan kepada setiap
Gubernur dalam wilayah kekuasaannya, supaya mengirim kepadanya setiap orang yang
mempunyai senjata, atau kuda, atau setiap orang yang mempunyai keberanian, kekuatan atau
orang yang berpikiran tajam, yang mempunyai suatu keahlian seperi syair, berpidato dan
sebagainya, yang dapat membantu memenangkan perang. Maka tumpah ruahlah ke Madinah
para pejuang muslim dari setiap pelosok. Setelah semuanya selesai melapor, Khalifah Umar
merundingkan dengan para pemuka yang berwenang, siapa kiranya yang pantas dan dipercaya
untuk diangkat menjadi panglima angkatan perang yang besar itu. mereka sepakat dengan
aklamasi menunjuk Saad bin Abi Waqas, singa yang menyembunyikan kuku. Lalu khalifah
menyerahkan panji-panji perang kaum muslimin kepadanya dengan resmi, dalam
pengangkatannya menjadi panglima.

Sewaktu angkatan perang yang besar itu hendak berangkat, Khalifah Umar berpidato memberi
amanat dan perintah harian kepada Saad.

Katanya, “Hai Saad! Janganlah engkau terpesona, sekalipun engkau paman Rasulullah dan
shahabat beliau. Sesunggunya Allah tidak menghapus suatu kejahatan dengan kejahatan. Tetapi
Allah menghapus kejahatan dengan kebaikan. Hai, Saad! Sesungguhnya tidak ada hubungan
kekeluargaan antara Allah dengan seseorang melainkan dengan mentaati-Nya. Segenap manusia
sama di sisi Allah, baik dia bangsawan atau rakyat jelata. Allah adalah Tuhan mereka dan
mereka semuanya adalah hamba-hambaNya. Mereka berlebih berkurang karena taqwa, dan
memperoleh karunia dari Allah karena taat. Perhatikanlah cara Rasulullah, yang engkau telah
mengetahuinya, maka tetaplah ikuti cara beliau itu.”

Maka berangkatlah pasukan yang diberkati Allah itu menuju sasaran. Di dalamnya terdapat 99
orang alumni pahlawan perang badar, lebih kurang 319 orang para shahabat yang tergolong
dalam baiatur ridlwan, 300 orang pahlawan yang ikut dalam penaklukan Makkah bersama-sama
Rasulullah SAW, 700 orang putra-putra shahabat, dan pejuang-pejuang muslim lainnya (yang
keseluruhan berjumlah 30.000 orang).
Sampai di Qadisiyah, Saad menyiagakan seluruh pasukannya dan bertempur hebat. Pada hari itu
sebagai hr yang menentukan. Mereka mengepung musuh dengan ketat, lalu maju ke depan dari
segala arah, sambil membaca takbir.

Dalam pertempuran itu, kepala Rustam, panglima tentara Persia, berpisah dengan tubuhnya oleh
lembing kaum muslimin. Maka merasuklah rasa takut dan gentar ke dalam hati musuh-musuh
Allah. Sehingga dengan mudah kaum muslimin menghadapi para prajurit Persia dan membunuh
mereka. Bahkan kadang-kadang mereka membunuh dengan senjata musuh itu sendiri.

Saad bin Abi Waqas dikaruniai Allah usia lanjut. Dia dicukupi kekayaan yang lumayan. Tetapi
ketika wafat telah mendekatinya, dia hanya meminta sehelai jubah usang. Katanya, “Kafani aku
dengan jubah ini. Dia kudapatkan dari seorang musyrik dalam perang badar. Aku ingin menemui
Allah dengan jubah itu.” [sumber: Kepahlawanan Generasi Shahabat Rasulullah SAW]

You might also like