You are on page 1of 30

Mhd.

Muslim Syaifullah
199011232022031009
Fungsi keadaan: suatu variabel yang tidak bergantung pada proses tetapi tergantung pada
keadaan akhir sistem.
Fungsi keadaan: tekanan (p), energi dalam (U), dan kapasitas kalor (C).
Perubahan energi dalam (ΔU) bergantung pada keadaan awal dan akhir, tetapi tidak
bergantung pada jalan antara kedua kondisi tersebut. Hal inilah yang menyebabkan dU / ΔU
disebut diferensial eksak.

Fungsi jalan: Fungsi jalan yaitu variabel yang bergantung pada proses bagaimana keadaan
tersebut diperoleh bukan pada keadaan akhirnya.
Fungsi jalan: kerja (W) yang dilakukan dalam penyiapan suatu keadaan dan kalor (q)
sebagai energi yang dipindahkan. Keadaan ini menyatakan bahwa dq adalah diferensial tak
eksak.
Pada kedua persamaan terdapat perbedaan, dimana persamaan kedua tidak
dituliskan ∆q karena q bukan fungsi keadaan dan energi yang diberikan sebagai
kalor tidak dapat dinyatakan qf – qi, dan juga harus ditentukan jalan integrasi karena q
bergantung pada jalan yang dipilih (jalan adiabatiq mempunyai q = 0, sedangkan
jalan nonadiabatik antara kedua keadaan yang sama mempunyai q ≠ 0).
Jika suatu sistem dibawa sepanjang jalan (contoh degan memampatkan secara
isothermal), U berubah dari Ui menjadi Uf, dan perubahan keseluruhan adalah jumlah
semua perubahan yang sangat kecil di sepanjang jalan.

Nilai ΔU bergantung pada keadaan awal dan akhir, tetapi tidak bergantung pada jalan
antara kedua keadaan tersebut. Maka dinyatakan integral yang tidak bergantung
pada fungsi jalan (dU) sebagai diferensial eksak.
Jika suatu sistem dipanaskan, energi total yang dipindahkan sebagai kalor adalah jumlah
semua kontribusi masing – masing titik pada fungsi jalan.

Persamaan energi kalor tidak dituliskan ∆q karena q bukan fungsi keadaan dan energi yang
diberikan sebagai kalor tidak dapat dinyatakan qf – qi, dan juga harus ditentukan jalan
integrasi karena q bergantung pada jalan yang dipilih (jalan adiabatik mempunyai q = 0,
sedangkan jalan nonadiabatik antara kedua keadaan yang sama mempunyai q ≠ 0).
Ketergantungan pada fungsi jalan ini menyatakan bahwa dq adalah diferensial tak eksak.
Suatu sistem tertutup dengan komposisi tetap, energi dalam (U) adalah fungsi dari volume dan
temperatur. Jika suatu sistem berada pada kondisi temperatur tetap, maka volume (V) berubah
menjadi V + dV, dan U akan berubah menjadi:

Koefisien 𝜕𝑈Τ𝜕𝑉 𝑇 adalah U kemiringan U terhadap V pada temperatur tetap, adalah turunan
parsial U terhadap V.

Jika T berubah menjadi T + dT pada volume tetap, maka energi dalam berubah menjadi:
Jika V dan T keduanya sedikit sekali berubah, maka dengan mengabaikan perubahan yang
sangat kecil tersebut, maka energi dalam yang baru dapat dihitung sebagai:

Selisih energi dalam U’ dan U adalah jumlah yang sangat kecil, dU. Dengan demikian, maka
persamaan terakhirnya adalah:

Dalam sistem tertutup dengan komposisi tetap, perubahan energi


dalam yang sangat kecil sebanding dengan perubahan volume dan
temperatur yang sangat kecil, dengan koefisien perbandingannya
merupakan turunan parsialnya.
Besarnya perubahan energi internal pada perubahan temperatur dengan kondisi volume
tetap sendiri umumnya secara fisik disebut sebagai kapasitas panas pada volume tetap atau
Cv, sehingga persamaan tersebut dapat dinyatakan sebagai berikut:

Koefisien 𝜕𝑈Τ𝜕𝑉 𝑇 merupakan ukuran ketergantungan energi dalam suatu zat terhadap
volume yang ditempatinya, dinotasikan sebagai 𝜋 𝑇 . Maka persamaannya akan menjadi:
James Joule berpendapat bahwa ia dapat mengukur 𝜋 𝑇 dengan mengamati perubahan
temperatur gas jika gas tersebut dibiarkan memuai ke ruang hampa udara. Eksperimen
menggunakan dua labu logam yang dimasukkan ke dalam bak air. Satu labu diisi dengan
udara bertekanan 22 atm, dan labu lain dibuat hampa udara. Kemudian, ia berusaha mengukur
perubahan temperature air di bak ketika sumbat dibuka dan udara memuai ke ruang hampa.
Joule tidak melihat adanya perubahan.
Implikasi dari eksperimen yang dilakukan Joule adalah:
1. Tidak ada kerja yang dilakukan, sehingga nilai W = 0, karena pemuaian berpindah ke
ruang hampa.
2. Tidak ada kalor yang memasuki atau meninggalkan sistem (gas) karena temperatur air
pada bak tidak berubah, sehingga nilai q = 0.
3. Perubahan energi dalam (ΔU) = 0.
4. Energi dalam tidak banyak berubah jika gas memuai secara isothermal.
Hubungan no.1 mengambil persamaan, membagi seluruhnya dengan dT (agar menghasilkan
dU/dT di sebelah kiri), dan kemudian menentukan kondisi tekanan tetap. Hasilnya:
𝜕𝑈 𝜕𝑉
= 𝜋𝑇 + 𝐶𝑉
𝜕𝑇 𝑝 𝜕𝑇 𝑝
Koefisien diferensial pada bagian kanan adalah perubahan volume akibat naiknya temperatur
(pada tekanan tetap). Ini adalah sifat yang mudah dijangkau yang biasanya ditabulasikan
sebagai koefisien pemuaian (α) yang ditentukan sebagai:
1 𝜕𝑉
𝛼=
𝑉 𝜕𝑇 𝑝
Jadi, (α) adalah laju perubahan volume terhadap temperatur per satuan volume. Jika nilai (α)
dimasukkan ke dalam persamaan sebelumnya, maka
𝜕𝑈
= 𝛼𝜋 𝑇 𝑉 + 𝐶𝑉
𝜕𝑇 𝑝
𝜕𝑈
= 𝛼𝜋𝑟 𝑉 + 𝐶𝑉
𝜕𝑇 𝑝
Persamaan diatas menunjukkan ketergantungan energi dalam terhadap temperatur pada
tekanan tetap dalm bentuk Cv, yang dapat diukur dengan satu eksperimen, α yang dapat
diukur dengan eksperimen lain. Untuk kondisi gas sempurna (ideal), nilai πr = 0, sehingga:
𝜕𝑈
= 𝐶𝑉
𝜕𝑇 𝑝
Berdasarkan persamaan entalpi: H = U + pV
U, p, dan V adalah fungsi keadaan; oleh karena itu H merupakan fungsi keadaan sehingga dH
adalah diferensial eksak. Jika H sebagai fungsi p dan T, maka untuk suatu sistem tertutup
dengan komposisi tetap:
𝜕𝐻 𝜕𝐻
𝑑𝐻 = 𝑑𝑝 + 𝑑𝑇
𝜕𝑝 𝑇 𝜕𝑇 𝑝
Koefisien kedua adalah kapasitas kalor tekanan tetap.
𝜕𝐻
𝐶𝑝 =
𝜕𝑇 𝑝
𝜕𝐻
Sehingga : 𝑑𝐻 = 𝑑𝑝 + 𝐶𝑝 𝑑𝑇
𝜕𝑝 𝑇
Kapasitas kalor pada tekanan tetap (Cp ) berbeda dengan kapasitas kalor pada volume tetap
(CV ) dalam hal kerja yang diperlukan untuk mengubah volume sistem jika tekanan dibuat
tetap.
Kerja (W) timbul dengan dua cara:
1. Kerja mendorong atmosfer
2. Kerja merentang ikatan dalam material, termasuk interaksi antarmolekul yang lemah.
Untuk perhitungan gas sempurna, kapasitas kalor dalam bentuk turunannya pada tekanan
tetap:
𝜕𝐻 𝜕𝑈
𝐶𝑝 − 𝐶𝑉 = −
𝜕𝑇 𝑝 𝜕𝑇 𝑝
Kemudian
𝐻 = 𝑈 + 𝑝𝑉 = 𝑈 + 𝑛𝑅𝑇
Sehingga persamaannya menjadi
𝜕𝑈 𝜕𝑈
𝐶𝑝 − 𝐶𝑉 = + 𝑛𝑅 = 𝑛𝑅
𝜕𝑇 𝑝
𝜕𝑇 𝑝
Ketika memecahkan masalah dalam termodinamika, aturan yang berguna adalah kembali ke
prinsip gas sempurna. Untuk masalah yang sekarang sedang kita bahas, kita melakukan hal
tersebut dua kali: pertama menyatakan Cp dan Cv dalam bentuk definisinya:
𝜕𝐻 𝜕𝑈
𝐶𝑝 − 𝐶𝑉 = −
𝜕𝑇 𝑝 𝜕𝑇 𝑉
Kemudian, memasukkan definisi H = U + pV
𝜕𝐻 𝜕𝑝𝑉 𝜕𝑈
𝐶𝑝 − 𝐶𝑉 = + −
𝜕𝑇 𝑝
𝜕𝑇 𝑝
𝜕𝑇 𝑉
Selisih kuantitas pertama dan ketiga adalah:
𝜕𝐻 𝜕𝑈
− = 𝛼𝜋𝑟 𝑉
𝜕𝑇 𝑝 𝜕𝑇 𝑉
αV merupakan perubahan volume jika temperature dinaikan, 𝜕𝑈Τ𝜕𝑉 𝑇 mengkonversikan
perubahan volume menjadi perubahan energi dalam. Dengan menyederhanakan suku sisanya
dengan memperhatikan p tetap, maka:
𝜕𝑝𝑉 𝜕𝑉
=𝑝 = 𝛼. 𝑝. 𝑉
𝜕𝑇 𝑝
𝜕𝑇 𝑝

Suku tengah menunjukkan kontribusi kerja mendorong kembali atmosfer : 𝜕𝑉Τ𝜕𝑇 𝑝 merupakan
perubahan volume yang disebabkan oleh perubahan temperature, dan faktor perkalian
dengan “p” mengkonversikan perubahan volume menjadi kerja (W). Sehingga jika
digabungkan:
𝐶𝑝 − 𝐶𝑉 = 𝛼 𝑝 + 𝜋 𝑉

Dimana π = ukuran ketergantungan energi dalam suatu zat terhadap volume yang
ditempatinya pada temperature tetap.
𝐶𝑝 − 𝐶𝑉 = 𝛼 𝑝 + 𝜋 𝑉

Pada persamaan diatas, dapat diketahui bahwa:


𝜕𝑝
𝜋𝑇 = 𝑇 −𝑝
𝜕𝑇 𝑉
Sehingga persamaan diatas akan berubah menjadi:
𝜕𝑃
𝐶𝑝 − 𝐶𝑉 = 𝛼. 𝑇. 𝑉.
𝜕𝑇 𝑉

Koefisien yang sama dijumpai dalam kerja, sehingga:

𝛼 2 . 𝑇. 𝑉
𝐶𝑝 − 𝐶𝑉 =
𝐾𝑇
Dimana KT adalah faktor kompresibilitas
Kerja pemuaian adiabatik: kerja dalam proses pemuaian pada ruang lingkup adiabatik.
Adiabatik sendiri merupakan suatu proses dimana tidak terjadi pertukaran kalor antara sistem
dengan lingkungan sehingga nilai kalor (q = 0).
Dikarenakan perubahannya adiabatik, maka dq = 0 pada setiap tahapan pemuaian.
Konsekuensinya adalah, nilai dU = dW (perubahan energi dalam = perubahan kerja). Maka
daripada menghitung kerja yang dilakukan selama proses pemuaian, maka kita dapat
menghitung perubahan energi dalam antara keadaan awal dan akhir yang sama:

Persamaan tersebut berlaku untuk segala sistem tertutup, adiabatik. Hal ini memungkinkan
kita menghubungkan dU dengan perubahan volume dengan cara yang sederhana:
Untuk banyak Gas, Cv hampir tidak bergantung pada temperatur, sehingga integrasinya
sangat sederhana :

Kesimpulan umum dari persamaan diatas adalah jika w < 0 (sehingga sistem sudah melakukan
kerja), maka ΔT < 0, tidak perduli kondisinya reversible / irreversible. Karenanya kerja yang
dilakukan selama pemuaian adiabatik sebanding dengan perbedaan temperature pada setiap
antara keadaan awal dan keadaan akhir. Persamaan ini berlaku untuk segala pemuaian dan
penyusutan adiabatik gas sempurna, reversible atau tak reversible.
Jika gas sempurna memuai melawan tekanan luar nol (0), maka gas tersebut tidak melakukan
kerja. Maka w = 0 dan konsekuensinya ΔT = 0. Pemuaian ini terjadi pada kondisi adiabatic dan
isothermal secara bersamaan.
Jika pemuaian terjadi dengan melawan tekanan luar tertentu, maka kerja yang dilakukan
adalah:
∆T = −𝑝𝑒𝑘𝑠 . ∆𝑉

Dikarenakan kerja pada sistem ini harus sama dengan kerja yang dihitung pada persamaan
sebelumnya, maka dapat dihitung perubahan temperature yang menyertai pemuaian
adiabatic tak reversible:
−𝑝𝑒𝑘𝑠 . ∆𝑉
∆T =
𝐶𝑣

Pada proses pemuaian, ΔV > 0 sehingga ΔT < 0 dan temperature mengalami


penurunan. Tanda “+” atau “–” akan terjadi dengan sendirinya.
Jika pemuaian reversible berlangsung pada setiap tahapan, maka tekanan luar akan
disesuaikan dengan tekanan dalam selama proses. Misalkan beberapa tahapan dimana
tekanannya (dalam & luar) adalah “p”, maka jika volume berubah sebesar “dV”, maka kerja
yang dilakukan adalah 𝑑𝑤 = −𝑝 . 𝑑𝑉. Pada kondisi adiabatic “dq = 0”, maka 𝑑𝑈 = −𝑝 . 𝑑𝑉.
Untuk pendapat diatas, pada gas sempurna 𝑑𝑈 = 𝐶𝑣 . 𝑑𝑇, maka

𝐶𝑣 . dT = −𝑝. 𝑑𝑉

Pada setiap tahapan, gas sempurna memenuhi persamaan pV = nRT, maka persamaan diatas
menjadi

𝐶𝑣 . 𝑑𝑇 −𝑛𝑅 . 𝑑𝑉
=
𝑇 𝑉
Karena Cv dapat dianggap tidak bergantung pada temperature, maka persamaan sebelumnya
dapat diubah menjadi
𝑇𝑓 𝑉𝑓
𝐶𝑣 ln = −𝑛𝑅 ln
𝑇𝑖 𝑉𝑖
𝐶𝑣
Dengan menuliskan 𝑐 = ൗ𝑛𝑅, maka akan didapatkan persamaan:
𝑐
𝑇𝑓 𝑉𝑖
ln = ln
𝑇𝑖 𝑉𝑓
Yang berarti bahwa:
𝑉𝑓 . 𝑇𝑓𝑐 = 𝑉𝑖 . 𝑇𝑖𝑐
Dengan menggunakan persamaan diatas, maka dapat dihitung nilai temperature gas yang
memuai / menyusut secara adiabatic dan reversible dari Vi dan temperature Ti ke volume Vf:
1ൗ
𝑐
𝑉𝑖
𝑇𝑓 = . 𝑇𝑖
𝑉𝑓
Kerja yang dilakukan saat volume berubah diperoleh dengan menggantikan hasil tersebut ke
dalam w = Cv . ΔT
1ൗ
𝑐
𝑉𝑖
w = 𝐶𝑉 . 𝑇𝑓 − 𝑇𝑖 = 𝐶𝑉 . 𝑇𝑖 −1
𝑉𝑓

You might also like