You are on page 1of 14

Manajemen didefinisikan sebagai suatu tindakan mengelola orang dan pekerjaan mereka, untuk

mendapatkan tujuan umum dengan menggunakan sumber daya organisasi. Manajemen membuat
lingkungan di bawah di mana manajer dan bawahannya bisa bekerja bersama untuk mendapatkan
tujuan kelompok. Manajemen merupakan sekelompok orang yang menggunakan kemampuan dan bakat
mereka dalam menjalankan keutuhan sistem dari organisasi.

Agar dapat memberi pelayanan dengan baik maka dibutuhkan berbagai sumber daya, yang harus
diatur dengan proses manajemen secara baik. Istilah manajemen sendiri berasal dari bahasa latin manui,
berarti tangan yang pegang kendali kuda agar sang kuda dapat diarahkan mencapai tujuan yang baik.

Ada berbagai defenisi manajemen yang dapat dijumpai dikepustakaan. Defenisi klasik dari Mary
Parker Tollet (dikutip dari Hellriegel dan Slocum, 1992 : Knoontz dan Weirich, 1992: Winardi, 1990)
menyebutkan bahwa manajemen adalah suatu seni dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain.
Defenisi dari sisi lain oleh George Terry (dikutip dari Hellriegel dan Slocum, 1992: Knootz dan Weirich,
1992: Winardi, 1990) yang juga pada dasarnya menyatakan bahwa manajemen terdiri dari planning,
organizing, actuanting dan controlling (POAC). Luther Gullic (1937) menyebutkan bahwa proses usaha
dalam manajemen meliputi, planning, organizing, staffing, directing, coordinating, operating, reporting,
budgeting, dan supervising (POSDCORBS). Henry Fayol (1908) mengemukakan fungsi-fungsi manajemen
meliputi, proses planning, organizing, commanding, coordinating, dan controlling. Stoner (dikutip dari
Hellriegel dan Slocum, 1992 : Knoontz dan Weirich, 1992: Winardi, 1990) juga memberi defenisi bahwa
manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, memimpin, dan mengawasi usaha-usaha dari
anggota organisasi dan dari sumber organisasi lainnya untuk mencapai tujuan organisasi yang telah
ditetapkan. Longest (1978) menyatakan bahwa manajemen adalah suatu proses yang melibatkan
hubungan interpersonal dan teknologi, yang akan digunakan untuk mencapai seluruh atau setidaknya
Sebagian tujuan organisasi dengan menggunakan tenaga manusia yang ada serta sumber daya lain dan
teknologi yang tersedia.

Jika menyebut manajemen kesehatan, sebenarnya terdapat dua pengertian di dalamnya yaitu
pengertian menejemen di satu pihak dan pengertian kesehatan di pihak lain. Yang dimaksud dengan
menejemen kesehatan ialah menejemen yang diterapkan pada pelayanan kesehatan demi terciptanya
keadaan sehat (Azwar, 1996).

Pengertian Organisasi Manajemen Rumah Sakit. Organisasi secara etimologi berasal dari bahasa
latin organizare, kemudian (inggns) organize yang berarti membentuk suatu kebulatan dari bagian-
bagian yang berkaitan satu sama lainnya. Pengertian organisasi menurut Dimok (1996,26). "Organisasi
adalah perpaduan secara sistematika dari bagian-bagian yang saling bergantung atau berkaitan untuk
membentuk satu kesatuan yang bulat melalui kewenangan, koordinasi dan pengawasan dalam rangka
usaha untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan".

Sedangkan pendapat tentang organisasi menurut Hermaya (1996:26), "Organisasi adalah tempat
atau wahana proses kegiatan kumpulan orang-orang yang bekerja sama mempunyai fungsi dan
wewenang untuk mengerjakan usaha mencapai tujuan yang telah ditentukan".Jadi Organisasi rumah
sakit adalah suatu organisasi yang di bangun untuk mempermudah, mempercapat para masyarakat agar
lebih efisien jika ingin pergi ke rumah sakit. sehingga prosedur-prosedur yang ada disana semakin mudah
untuk di lakukan oleh para pasien atau konsumen-konsumen yang berada di rumah sakit. Serta bukan
hanya untuk para pasien sajatapi ini semua suatu organisasi juga berguna untuk para instasi-instasi yang
ada di dalam rumah sakit tersebut sehingga mereka semua dapat bekerja dengan lebih mudah, cepat
dalam melayani pasien-pasien yang datang ke rumah sakit tersebut dan juga mempermudah kerja
mereka sendiri Sedangkan pengertian manajemen Menurut Koontz and Donnel (1972), "Management is
getting thing done through the efforts of other people" (Manajemen adalah terlaksananya pekerjaan
melalui orang-orang lain). Menurut G.R. Terry, Manajemen adalah suatu proses atau kerangka kerja,
yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang kearah tujuan-tujuan
organisasional atau maksud-maksud yang nyata. Jadi Manajemen rumah sakit adalah koordinasi antara
berbagai sumber daya (unsur manajemen) melalui proses perencanaan, pengorganisasian, kemampuan
pengendalian untuk mencapai tujuan rumah sakit seperti: Menyiapkan sumber daya, mengevaluasi
efektivitas, mengatur pemakaian pelayanan, efisiensi, Kualitas.

Manajemen di Rumah Sakit haruslah dilaksanakan seperti "bebek merenangi kolam," tampak
tenang di permukaan dan tetap aktif bergerak di bawah permukaan (Wilan, 1990). Hal ini perlu dilakukan
karena rumah sakit berhadapan dengan orang khususnya orang sakit sehingga harus tampak tenang di
satu pihak. Di pihak lain, karena kompleksnya masalah yang dihadapi di rumah sakit, maka para
manajernya harus betul-betul aktif bergerak terus untuk mampu memberi pelayanan yang terbaik.

Manajemen rumah sakit adalah Sistem Persediaan Rumah Sakit yang mengelola Info pasien, info
staf, toko dan obat-obatan, penagihan dan pembuatan laporan. aplikasi yang kompleks ini berkomunikasi
dengan server database back end dan mengelola semua informasi yang berkaitan dengan logistik Rumah
Sakit.

Rumah sakit sebagai sarana pelayanan kesehatan mempunyai kewajiban untuk melayani pasien
dengan fasilitas yang lengkap serta pelayanan yang cepat dan tepat. Untuk mencapai hal tersebut
manajemen rumah sakit harus dilaksanakan dengan benar (Rhesavani, 2013). Seiring dengan
perkembangan zaman, manajemen rumah sakit yang pada mulanya murni bersifat sosial berkembang
menjadi bersifat sosio-ekonomis.

Salah satu upaya pelayanan kesehatan dalam meningkatkan mutu pelayanan adalah dengan
menciptakan pelayanan yang cepat, tepat, dan akurat, baik dalam pelayanan medis maupun nonmedis.
Peran rekam medis dalam peningkatan mutu pelayanan ini yaitu dengan memberikan pelayanan yang
cepat, pengolahan data yang tepat, dan akan diperoleh keluaran informasi yang akurat, relevan, serta
tepat waktu. Hal tersebut akan terwujud apabila data yang dimasukkan lengkap dan benar.

Pelayanan RS kemudian bergeser karena kemajuan ilmu pengetahuan khususnya ilmu


kedokteran, peningkatan pendapatan dan pendidikan masyarakat. Pelayanan kesehatandi RS saat ini
tidak saja bersifat kuratif (penyembuhan), tetapi juga bersifat pemulihan(rehabilitatif). Keduanya
dilaksanakan secara terpadu melalui upaya promosi kesehatan(promotif) dan pencegahan (preventif).
Dengan demikian, sasaran pelayanan kesehatan RS bukan hanya untuk individu pasien, tetapi juga
berkembang untuk keluarga pasien dan masyarakat umum. Fokus perhatiannya memang pasien yang
datang atau yang dirawat sebagai individu dan bagian dari keluarga. Atas dasar sikap seperti itu
pelayanan kesehatan diRS merupakan pelayanan kesehatan yang paripurna (komperhensif dan holistik).
Untuk menciptakan sebuah rumah sakit yang baik dan bermutu tinggi, maka diperlukan manajemen
rumah sakit yang terprogram, terarah dan terpadu.

Rumah sakit perlu menerapkan sistem manajemen yang berorientasi pada kepuasan pelanggan.
Untuk itu rumah sakit di Indonesia harus menciptakan kinerja yang unggul. Kinerja yang unggul atau
Performance Excellence merupakan salah satu faktor utama yang harus diupayakan oleh setiap
organisasi untuk memenangkan persaingan global, begitu juga oleh perusahaan penyedia jasa
pelayanan kesehatan. Banyak cara yang dapat dilakukan oleh para pengelola rumah sakit untuk
menciptakan kinerja yang unggul diantaranya melalui pemberian pelayanan yang bagus serta tindakan
medis yang akurat dan mekanisme pengelolaan mutu tentunya.Salah satu strategi yang dilakukan oleh
pengelola rumah sakit swasta dalam mempertahankan atau meningkatkan jumlah konsumen adalah
pelayanan. Tuntutan untuk mendapatkan pelayanan yang berkualitas dan nyaman semakin meningkat,
sesuai dengan meningkatnya kesadaran arti hidup sehat. Keadaan ini dipengaruhi oleh tingkat
pendidikan, sosial budaya dan sosial ekonomi masyarakat yang perlu mendapat perhatian dari pengelola
rumah sakit.

 Fungsi Manajemen di Rumah Sakit


Secara ilmiah, seluruh kegiatan manajemen dapat dilihat secara fungsional (sisi manajemen dan
sisi administrasi) yang melahirkan pengaturan secara fungsional dalam proses administrasi.
Proses berarti serangkaian tahap kegiatan mulai dari menentukan sasaran sampai berakhirnya
sasaran/tercapainya tujuan.
1. Perencanaan (Planning)
Perencanaan adalah suatu proses yang sistematik berupa pengambilan keputusan tentang
pemilihan sasaran, tujuan, strategi, kebijakan, bentuk program, pelaksanaan program dan
penilaian keberhasilan. Perencanaan berarti pengambilan keputusan menyangkut pemilihan
di antara berbagai alternatif dengan memperhitungkan perubahan apa yang terjadi
(forecasting of chase). Tanggung jawab perencanaan tidak dapat dipisahkan sama sekali
daripada penyelenggaraan manajemen (management performance), baik perencanaan pada
tongkat pimpinan atas (top managers plan), tingkat pimpinan menengah (middle managers
plan) maupun pada perencanaan pimpinan tingkat bawah (bottom managers plan).
2. Pengorganisasian (Organizing)
Pengorganisasian adalah proses pengelompokkan kegiatan yang diwadahkan dalam unit
kerja (organisasi), untuk melaksanakan kegiatan yang direncakan. Pengorganissian
menetapkan struktur organisasi, hubungan antara pemimpin dan bawahan, hubungan antar
unit, penugasan, pelimpahan wewenang untuk melaksanakan pekerjaan, menentukan
koordinasi, kewenangan dan hubungan informasi baik horizontal maupun vertikal dalam
struktur organisasi. Struktur organisasi bukan suatu tujuan, tetapi suatu alat dalam
menyelesaikan tujuan organisasi. Struktur ini harus sesuai dengan tugas yang
menggambarkan pembatasan-pembatasan atau persetujuan-persetujuan yang telah
diletakkan pimpinan terhadap seseorang yang bekerja dalam organisasi itu.
3. Pengelolaan Sumber Daya Manusia (Staffing).
Staffing adalah proses pengelolaan sumber daya manusia yang bertujuan untuk
pengembangan dan pemberdayaan serta meningkatkan kemampuan, produktifitas, dan
kntribusi anggota organisasi. Staffing berkaitan dengan penyusunan pegawai sesuai dengan
jabatan yang ditetapkan dalam struktur organisasi. Pengelolaan ini merupakan aktifitas
berantai yang dimulai dari perencanaan SDM sampai pengembangan organisasi pekerja.
Untuk keperluan ini dengan sendirinya memerlukan pesyaratan penentuan tenaga kerja
untuk suatu jabatan, inventarisasi, penilaian dan pemilihan calon untuk pengisian jabatan
tersebut. Disamping itu juga perlu dipertimbangkan tentang gaji, latihan dan
pengembangannya, baik bagi calon pegawai maupun pegawai tetap lainnya agar dapat
menyelesaikan pekerjaannya dengan cara efektif.
4. Pembinaan kerja (Directing)
Merupakan tugas yang terus menerus di dalam pengambilan keputusan, yang berwujud
suatu perintah khusus/umum dan instruksi-instruksi, dan bertindak sebagai pemimpin dalam
suatu organisasi
5. Pengkoordinasian (Coordinating)
Merupakan kewajiban yang penting untuk menghubungkan berbagai kegiatan daripada
pekerjaan.
6. Pelaporan (Reporting)
Pelaporan adalah usaha untuk selalu mengetahui apa yang sedang dilakukan, untuk
keperluan pimpinan dan anggota organisasi maupun kelompok yang lain, melalui system
pencatatan, komunikasi informasi, penelitian dan supervisi.
7. Pengawasan (Controlling)
Pengawasan dimaksudkan untuk mengetahui bahwa hasil pelaksanaan pekerjaan sedapat
mungkin sesuai dengan rencana (“Seeing that the operating resulte conform as nearly as
possible to the plan”). Hal ini menyangkut penentuan standar, artinya memperbandingkan
antara kenyataan dengan standard dan bila perlu mengadakan koreksi/pembetulan apabila
pelaksanaan pekerjaannya meyimpang daripada rencana.
8. Penganggaran (Budgeting)
Budgeting adalah usaha perencanaan anggaran, pengembangan sumber, penghitungan ,
pengelolaan, dan pengawasan pembiayaan.
9. Penilaian (Evaluating)
Penilaian adalah kegiatan sistematis dan terencana untuk mengukur, menilai, dan klasifikasi
pelaksanaan dan keberhasilan program. Penilaian harus dikembangkan bersama
perencanaan suatu program. Pengukuran pada kegiatan evaluasi dilakukan pada komponen
Input-Proses-Output.

 Penerapan Manajemen Rumah Sakit


Dalam penerapannya, manajemen di rumah sakit dapat dilihat dari :
1. Fungsi perencanaan rumah sakit
Perencanaan merupakan proses yang menyangkut upaya yang dilakukan untuk
mengantisipasi kecenderungan di masa yang akan datang dan penentuan strategi dan taktik
yang tepat untuk mewujudkan target dan tujuan suatu organisasi.
Ada dua alasan mengapa perencanaan diperlukan yaitu untuk mencapai “Protective
bennefits” yaitu merupakan hasil dari pengurangan kemungkinan terjadinya kesalahan
dalam pembuatan keputusan dan “Positive benefit” yaitu untuk peningkatan pencapaian
tujuan organisasi.
Fungsi perencanaan di bidang kesehatan adalah proses untuk merumuskan masalah-
masalah kesehatan di masyarakat, menentukan kebutuhan dan sumber daya yang tersedia,
menetapkan tujuan program yang paling pokok, dan menyusun langkah-langkah untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Perencanaan merupakan fungsi yang penting karena akan menentukan fungsi-fungsi
manajemen yang lainnya dan merupakan landasan dasar dari fungsi manajemen secara
keseluruhan. Perencanaan manajerial akan memberikan pola pandang secara menyeluruh
terhadap semua pekerjaan yang akan dijalankan, siapa yang akan melakukan dan kapan akan
dilakukan. Perencanaan merupakan tuntutan terhadap proses pencapaian tujuan secara
efektif dan efisien.
Manfaat Perencanaan Rumah Sakit
Melalui perencanaan program di rumah sakit akan dapat diketahui:
a. Tujuan program di rumah sakit dan bagaimana cara mencapainya
b. Jenis dan kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan tersebut
c. Struktur organisasi rumah sakit yang dibutuhkan
d. Jumlah dan jenis kualifikasi staf yang diinginkan, dan uraian tugasnya
e. Sejauh mana efektifitas kepemimpinan di rumah sakit
f. Komunikasi serta bentuk dan standar pengawasan yang perlu dikembangkan oleh
manajer dan perlu dilaksanakan.

Keuntungan perencanaan rumah sakit yang baik:


• Aktifitas di rumah sakit lebih terarah untuk mencapai tujuan.
• Mengurangi atau menghilangkan jenis pekerjaan yang tidak produktif.
• Alat pengukur hasil kegiatan yang dicapai.
• Memberikan landasan pokok fungsi manajemen lainnya yaitu fungsi pengawasan.

Kerugian perencanaan rumah sakit:


o Keterbatasan dalam ketepatan informasi dan fakta-fakta tentang masa yang akan
datang.
o Memerlukan biaya yang cukup besar.
o Hambatan psikologis.
o Menghambat timbulnya inisiatif.
o Terhambatnya tindakan yang perlu diambil.

Langkah-Langkah Perencanaan Rumah Sakit


a. Analisis Situasi
Tujuannya adalah untuk mengumpulkan data atau fakta. Analisis situasi ini melibatkan
beberapa aspek ilmu yaitu :
1) Epidemiologi (distribusi penyakit dan determinannya) yakni kelompok penduduk
sasaran(who) yang menderita kejadian tersebut, dimana, kapan masalah tersebut
terjadi. Misalnya data jenis penyakit yang dapat dicegah dari imunisasi.
2) Antropologi (aspek budaya dan perilaku sehat, sakit masyarakat)
3) Demografi (angka-angka vital statistik). Misalnya berdasarkan kelompok umur,
jumlah kelahiran dan kematian, jumlah AKI dan sebagainya
4) Statistik (mengolah dan mempresentasikan data)
5) Ekonomi (pembiayaan kesehatan) meliputi pendapatan, tingkat pendidikan, norma
sosial,dan sistem kepercayaan Masyarakat
6) Geografis yaitu meliputi semua informasi karakteristik wilayah yang dapat
mempengaruhi masalah tersebut
7) Organisasi pelayanan meliputi motivasi kerja staf dan kader, keterampilan,
persediaan vaksin dan sebagainya.
Jenis informasi yang diperlukan untuk perencanaan adalah :
1) Penyakit dan kejadian sakit di wilayah kerja
2) Data kependudukan
3) Jenis dan organisasi pelayanan kesehatan yang tersedia
4) Keadaan lingkungan dan aspek geografisnya
5) Sarana dan sumber daya penunjang
Pengumpulan data dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung, yaitu:
1) Mendengarkan keluhan masyarakat di lapangan
2) Membahas masalah-masalah kesehatan dengan tokoh-tokoh formal dan informal
Masyarakat
3) Membahas masalah-masalah bersama petugas lapangan Kesehatan
4) Membaca laporan kegiatan program Kesehatan
5) Mempelajari peta wilayah, sensus penduduk, laporan khusus, hasil suatu survei,
juklak program, laporan tahunan.
Masalah kesehatan tersebut meliputi:
1) Masalah penyakit (medis), intervensi medis yaitu diagnosa penyakit, pengobatan
dan tindak lanjut
2) Masalah kesehatan masyarakat (Public health), surveilen, analisis epidemiologi,
intervensi yaitu promosi kesehatan, perlindungan spesifik atau imunisasi dan
deteksi dini
b. Mengidentifikasi masalah dan prioritasnya
Masalah dapat dibagi dalam tiga kategori yaitu masalah tentang penyakit, masalah
manajemen pelayanan kesehatan (masalah program), dan masalah perilaku, sikap dan
pengetahuan masyarakat. Prioritas masalah secara praktis dapat ditetapkan
berdasarkan pengalaman staf, dana, dan mudah tidaknya maslah dipecahkan. Prioritas
masalah dijadikan dasar untuk menentukan tujuan.
Contoh masalah tentang penyakit antara lain KIA/ KB, tingginya prevalensi anemia pada
remaja putri dan wanita hamil, partus kasep, kematian ibu bersakin, BBLR, kematian
neonatal dan perinatal (misalnya akibat tetanus neonatorum, ISPA, diare), infertility,
mioma, Ca. Cervix, Ca. Mammae serta masalah komplikasi pemakaian IUD.
Contoh masalah program adalah sebagai berikut:
1) Masalah input, jumlah staf kurang, keterampilan dan motivasi kerja rendah,
peralatan kurang memadai, jenis obat yang tersedia tidak sesuai
2) Masalah proses, terkait dengan fungsi manajemen (POAC) yaitu kurang jelas tujuan
program, kurang jelas rumusan masalah program (Planning), pembagian tugas tidak
jelas (Organizing), kepemimpinan kurang (Actuating), pengawasan atau supervisi
lemah (Controlling).
Contoh masalah manajemen pelayanan kesehatan antara lain tingginya jumlah anak
yang menderita diare, air minum yang terkontaminasi air limbah, kebutuhan
masyarakat akan penyuluhan kesehatan, banyaknya tumpukan sampah di sepanjang
jalan umum, pemilikan jamban keluarga yang masih rendah, kurangnya persediaan
oralit di Posyandu dan tervatasnya jumlah staf yang mampu melakukan deteksi dini
diare. Yang menjadi prioritas atau masalah utama adalah tingginya jumlah anak yang
menderita diare.
c. Penentuan tujuan program
Kriteria penentuan tujuan program:
• Tujuan adalah hasil yang diinginkan (tolok ukur keberhasilan kegiatan).
• Tujuan harus sesuai dengan masalah, bisa dicapai, bisa diukur, bisa dilihat hasilnya.
• Tujuan penting untuk membuat perencanaan dan mengevaluasi hasilnya.
• Target operasional berhubungan dengan waktu.
• Tetapkan kegiatan program untuk mencapai tujuan.
• Tetapkan masalah dan faktor-faktor penghambat sebelum tujuan dan target
operasional ditetapkan.
Contoh: Untuk meningkatkan cakupan pemeriksaan antenatal care ibu-ibu hamil,
dirumuskan tujuan pelayanan “meningkatnya cakupan K1 (kunjungan ibu hamil yang
pertama) dari 80% menjadi 100%, dan K4 60% menjadi 80%”. Perlu didistribusikan
bidan di setiap desa. Perlu penyediaan kit bidan lengkap.
d. Mengkaji hambatan dan kelemahan program
Sebelum menentukan tolak ukur, perlu dipelajari hambatan-hambatan program
kesehatan yang pernah dialami atau diperkirakan baik yang bersumber dari masyarakat,
lingkungan, Puskesmas maupun dari sektor lainnya.
Hambatan program dalam manajemen rumah sakit antara lain:
1) Hambatan pada sumber daya yaitu meliputi motivasi yang rendah pada staf
pelaksana, partisipasi masyarakat yang rendah, peralatan tidak lengkap, informasi
tidak valid, dana yang kurang dan yang waktu kurang.
2) Hambatan pada lingkungan yaitu meliputi geografis (jalan rusak), iklim, tingkat
pendidikan rendah, sikap dan budaya masyarakat (mitos, tabu, salah persepsi) serta
perilaku masyarakat yang kurang partisipatif.
Langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah membuat daftar hambatan dan kendala
program kemudaian mengeliminasi, memodifikasi, serta mengurangi yang tidak bisa
dilakukan dan menyesuaikannya dengan tujuan operasional kegiatan program.
e. Membuat rencana kerja operasional
Dengan Rencana Kerja Operasional (RKO) akan memudahkan pimpinan mengetahui
sumber daya yang dibutuhkan dan sebagai alat pemantau. Pembahasan rencana kerja
operasional meliputi:
• Mengapa kegiatan ini penting dilaksanakan?
• Apa yang akan dicapai?
• Bagaimana cara mengerjakannya?
• Siapa yang akan mengerjakan dan siapa sasaran kegiatannya?
• Sumber daya pendukung?
• Dimana kegiatan akan dilaksanakan?
• Kapan kegiatan ini akan dikerjakan?
2. Fungsi pergerakan dan pelaksanaan rumah sakit
RS adalah sebuah organisasi yang sangat kompleks. Manajemennya hampir sama dengan
manajemen sebuah hotel. Yang membedakan hanya pengunjungnya. Pengunjung RS adalah
orang yang sedang sakit dan keluarganya.Mereka pada umumnya mempunyai beban sosial-
psikologi akibat penyakit yang diderita oleh salah seorang dari anggota keluarganya.
Kompleksitas fungsi actuating di sebuah RS dipengaruhi oleh dua aspek yaitu:
a. Sifat pelayanan kesehatan yang ientasi kepada konsumen penerima jasa pelayanan
(customer service). Hasil perawatan pasien sebagai customer RS ada tiga kemungkinan
yaitu sembug sempurna, cacat (squalae), atau mati. Apapun kemungkinan hasilnya,
kualitas pelayananharus diarahkan untuk kepuasan pasien (customer satisfaction) dan
keluarganya
b. Pelaksanaan fungsi actuating cukup kompleks karena tenaga yang bekerja di RS terdiri
dari berbagai jenis profesi.

Kompleksitas ketenagaan dan jenis profesi yang dimiliki oleh RS, menuntut
dikembangkannya kepemimpinan partisipatif. Model kepemimpinan manajerial seperti ini
akan menjadi salah satu faktor yang ikut menentukan mutu pelayanan RS (quality of
services) karena pelayanan kesehatan di RS hampir semuanya saling terkait satu sama lain.
Atas dasar ini, pelayanan di RS harus mengembangkan sistem jaringan kerja internal
(networking) yang solid dan menunjang satu sama lain.
Semua staf RS harus memahami visi dan misi pengembangan RS serta kebijakan
operasional pimpinan. Untuk menjaga otonomi profesi dari masing-masing SMF, kualitas
pelayanan di RS harus disesuaikan dengan standar profesi yang harus ditetapkan oleh setiap
perkumpulan dokter ahli (ikatan profesi). Stanndar profesi dikenal denga medical of conduct
dan medical ethic juga harus selalu diperhatikan oleh semua staf SMF dalam rangka menjaga
mutu pelayanan RS (quality of care).
Sehubungan dengan kompleksitas sistem ketenagaan dan misi yang harus diemban oleh
RS, penerapan fungsi actuating di RS akan sangat tergantung dari empat faktor. Faktor
pertama adalah kepemimpinan direktur RS; kedua adalah koordinasi yang dikembangkan
oleh masing-masing Wakil Direktur dengan kepala SMF dan kepala instalasinya; ketiga adalah
komitmen dan profesionalisme tenaga medis dan non medis di RS (dokter, perawat, dan
tenaga penunjang lainnya), dan keempat adalah pemahaman pengguna jasa pelayanan RS
(pasien dan keluarganya) akan jenis pelayanan kesehatan yang tersedia di RS.
 REKAM MEDIS DAN KESEHATAN DI RUMAH SAKIT
Dalam pelayanan kesehatan dan kedokteran terutama di rumah sakit maupun praktik
pribadi, peranan pencatatan Rekam Medik sangat penting dan sagat melekat pada pelayanaan.
RM adalah orang ketiga dalam pelayanan kesehatan. Catatan demikian akan berguna untuk
merekam dan mengingatkan dokter engan keadaan, hasilpemeriksaan dan pengobatan yang
telah diberikan bila pasien daang kembali untuk berobat ulang setelah beberapa hari, bulan
bahkan tahu.
Untuk mendukung peningkatan mutu dan peranan RM dalam pelayanan kesehatan, IDI
juga menerbitkan Fatwa IDI tentang RM, dalam SK No. 315/PB/A.4/88, yang menekankan bahwa
praktek profesi kedokteran harus meaksanakan RM, tidak saja untuk dokter yang bekerja di
rumah sakit tetapi juga bagi dokter yang praktik pribadi.
Sebelum RM populer seperti sekarang kalangan kesehatan dulunya menggunakan istilah
status pasien tetapi belakangan ini orang lebih cenderung menngunakan istilah Rekam Medis
sebagai terjemahan dari medical record. RM adalah kumpulan keterangan tentang identitas,
hasilanamnesis, pemeriksaan dan catatan segala kegiatan para pelayan kesehatan atas pasien
dar waktu ke waktu. Catatan ini berupa tulisan maupun gambar, dan belakangan ini dapat pula
berupa rekaman elektronik seperti komputer, mikrofilm dan rekaman suara.
Dalam PERMENKES No. 749a/MenKes/XII/89 tentang RM disebut pengertian RM adalah
berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan,
tindakan, dan pelayanan lain kepada pasien pada sarana pelayanan kesehatan.
Di rumah sakit terdapat 2 jenis RM, yaitu:
1. RM untuk pasien rawat jalan
2. RM untuk pasien rawat inap

Untuk pasien rawat jalan, termasuk pasien gawat darurat RM mempunyai informasi
pasien antara lain:
 Identitas dan formulir perizinan
 Riwaya penyakit
 Laporan pemeriksaan fisik termasuk pemeriksaan laboratorium.
 Diagnosa atau diagnosis banding
 Instruksi diagnostik dan terapeutik dengan tanda tangan pejabat kesehatan yang berwenang.
 Untuk pasien rawat inap, sama seperti sebelumnya hanya denagan tambahan:
 Persetujuan tindakan medik
 Catatan konsultasi
 Catatan perawat da tenaga kesehatan lainnya
 Catatan observasi klinik dan pengobatan
 Resume akhir dan evaluasi pengobatan

Untuk di rumah sakit biasanya yang terpenting pelu diperhatikan untuk pasien rawat
inap, yaitu pembuatan resume akhir. Yang isinya antara lain menjelaskan :
 Anamnesis
 Hasil penting pemeriksaan fisik diagnostik, laboratorium, rongent dan lain – lain.
 Pengobatan dan tindakan operasi yang dilaksnakan.
 Keadaan pasien waktu keluar
 Anjuran pengobatan dan perawatan.

Tujuan pembuatan resume ini antara lain:


 Untuk menjamin kontinuitas pelayanan medik dengan kualitas yang tinggi serta bahan yang
berguna bagi dikter pad awaktu menerima pasien untuk dirawat kembali.
 Bahan penilai staf medik rumah sakit
 Untuk memenuhi permintaan dari badan – badan resmi tentang perawatan seorang pasien.
 Sebagai bahan informasi bagi dokter yang bertugas, dokter ang mengirim, dan dokter
konsultan

Secara umum kegunaan RM adalah:


 Sebagai alat komunikasi antara dokter dan tenga kesehatan lainnya yang ikut andil dalam
pelayanan kesehatan.
 Merupakan dasar untuk perencanaan pengobatan dan perawatan yang harus diberikan
kepada pasien
 Sebagai bukti tertulis segala pelayanan, perkembnagna penyakit dan pengobatan selama
pasien berkunjung atau dirawat di rumah sakit.
 Sebagai dasar analisis, study, evaluasi terhadap mutupelayanan yang di beriakn kepada
pasien
 Melindungi kepentingan hukum bagi pasien, rumah sakit maupun dokter dan tenaga
kesehatan lainnya
 Menyedikan data – data khusus yang sangat berguna untuk penelitian dan pendidikan
 Sebagai dasar di dalam perhitungan biaya pembayaran pelayanan medik pasien
 Menjadi sumber ingatan yang harus didokumentasikan, serta sebagai bahan
pertanggungjawaban dan laporan

Dalam pelaksanaan kegunaan RM di atas maka staf medik dan tenaga kesehatan lainnya
dituntut untuk mengisi RM scara cepat, akurat, dan mudah dibaca. Tanpa adanya informasi
medik yang dicatat dengan baik oleh kalangan medik maupun paramedik, maka kegunaan
seperti yang di kemukakan sebelumnya tidak akan tercapai.

 PENGORGANISASIAN RUMAH SAKIT


Dalam rangka mengembangkan secara lebih konsepsional organisasi rumah sakit maka
diperlukan adanya kejelasan-kejelasan yang memungkinkan pihak Yayasan dan direksi dapat
berpartisipasi aktif dalam melaksanakan dengan Batasan yang jelas.
1. Wewenang Yayasan dan Direksi
Yayasan dan direksi memiliki fungsi masing-masing yang sifatnya seperti berikut :
a. Memahami spesialisasi masing-masing
b. Fungsi yang harus dilakukan secara bersama
2. Fungsi Yayasan
a. Menentukan tujuan rumah sakit
b. Mengangkat dan memberhentikan direksi
c. Menyetujui kebijakan umum Rumah Sakit
d. Menyetujui rencana dan program umum
e. Menyetujui atau menolak keputusan penting
f. Mengevaluasi hasil kerja
g. Memberi saran operasional
h. Melakukan pendekatan agar pelayanan bermutu
i. Menjadi wali direksi
3. Fungsi Direksi
a. Membina iklim organisasi yang mampu menjawab tantangan dan hambatan
b. Menyiapkan proposal kebijakan umum dan program rumah sakit
c. Mengantisipasi keinginan masyarakat
d. Menyiapkan proposal bagi yayasan agar mengerti laporan keuangan
e. Menyiapkan proposan untuk kebijakan masa dating
f. Menunjukkan institusi dan kelompok kunci di luar rumah sakit yang harus dibina dan
didekati
g. Menciptakan organisasi yang mampu serta formal dan sesuai dengan kebutuhan Masyarakat
h. Memimpin dalam keterkaitan berbagai sumber daya yang ada
Jenis-Jenis Rumah Sakit
Rumah Sakit adalah Institusi pelayanan kesehatan yang menyelanggarakan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat.
Rawat Inap adalah pelayanan pasien untuk observasi, diagnosis, pengobatan, rehabilitasi dan atau
pelayanan kesehatan yang lainnya dengan menginap di rumah sakit. Pelayanan Rawat Jalan adalah
pelayanan pasien untuk observasi, diagnosis, pengobatan, rehabilitasi medik dan pelayan kesehatan
lainnya tanpa menginap di rumah sakit. Pelayanan Gawat Darurat adalah pelayanan daruratan medik
yang harus diberikan secepatnya untuk mencegah atau menanggulangi resiko kematian atau cacat.

Jenis dan klasifikasi Rumah Sakit di Indonesia di atur dalam UU No. 40 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
pada BAB VI pasal 18 sampai dengan pasal 24. Pada pasal 18 dijelaskan bahwa jenis Rumah Sakit dapat
dibagi berdasarkan jenis pelayanan dan pengelolaannya. 1. Berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan,
Rumah Sakit di kategorikan menjadi. Rumah Sakit Umum dan Rumah Sakit Khusus. a. Rumah Sakit
Umum Rumah Sakit Umum adalah jenis rumah sakit yang memberikan pelayanan kepada semua bidang
dan jenis penyakit. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 340 MENKES Per
III/2010 Rumah Sakit Umum diklasifikasikan menjadi:
1. Rumah Sakit Umum Kelas A
Rumah Sakit Umum Kelas A adalah Rumah Sakit yang mempunyai fasilitas dan kemampuan
pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) spesialis dasar, 5 spesialis penunjang medik. 12 (dua belas)
spesialis lain dan 13 (tiga belas) sub spesialis. Kriteria, fasilitas dan kemampuan Rumah Sakit Umum
Kelas A meliputi:
a. Pelayanan Medik Umum terdiri dari Pelayanan Pelayanan Medik Dasar, pelayanan Medik Gigi
Mulut, dan Pelayanan kesehatan Ibu dan Anak/ Keluarga Berencana
b. Pelayanan Gawat Darurat harus dapat memberikan pelayanan gawat darurat 24 (dua puluh
empat) jam dan 7 (Tujuh) hari seminggu dengan kemapuan melakukan resusitasi dan stabilisasi
sesuai dengan standar
c. Pelayanan Medik Spesialis Dasar terdiri dari Pelayanan Penyakit Dalam, Kesehatan Anak, Bedah,
Obsteri dan Ginekologi
d. Pelayanan Spesialis Penunjang Medik terdiri dari Pelayanan Anestesiologi, Radiologi, Rehabilitasi
Medik, Patologi Klinik, dan Patologi Anatomi
e. Pelayanan Medik Spesialis lain sekurang kurangnya terdiri dari Pelayanan Mata, Telinga Hidung
Tenggorokan, Syaraf, Jantung, Pembuluh Darah, Kulit dan Kelamin, Kedokteran Jiwa, Paru,
Orthopedi, Urologi, Bedah Syaraf, Bedah Plastik dan Kedokteran Forensik
f. Pelayaan Medik Spesialis Gigi Mulut terdiri dari Pelayanan Bedah Mulut, Konservasi/Endodonsi,
Periodonti, Orthodonti, Prosthodonti, Pedodonsi, dan Penyakit Mulut
g. Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan terdiri dari Pelayanan Asuhan Keperawatan dan Asuhan
Kebidanan
h. Pelayanan Medik Subspesialis terdiri dari Subspesialis Bedah, Penyakit Dalam, Kesehatan Anak,
Obsteri dan Ginekologi, Mata, Telinga Hidung Tenggorokan, Syaraf, Jantung dan Pembuluh Darah,
Kulit dan Kelamin, Jiwa, Paru, Orthopedi dan Gigi Mulut
i. Pelayanan Penunjang Klinik terdin dari Perawatan Intensif, Pelayanan Darah, Gizi, Farmasi,
Sterilisasi Instrumen dan Rekam Medik
j. Pelayanan Penunjang Non Klinik terdiri dari Pelayanan Laundry/Linen, Jasa Boga/Dapur, Teknik
dan Pemeliharaan Fasilitas. Pengelolaan Limbah, Gudang, Ambulance, Komunikasi,
Pemulasaraan Jenazah. Pemadam Kebakaran, Pengelolaan Gas Medik dan Penampungan Air
Bersih

Ketersediaan tenaga kesehatan disesuaikan dengan jenis tingkat pelayanan, dibawah ini akan
dijelaskan mengenai tenaga kesehatan di tipa jenis dan ingkat pelayanan pada Rumah Sakit Umum
tipe A:
a. Pada Pelayanan Medik Dasar minimala harus ada 18 orang dokter umum dan 4 orang dokter gigi
sebagai tenaga tetap
b. Pada Pelayanan Medik Spesialis Dasar harus ada masing-masing minimal 6 orang dokter spesialis
dengan masing-masing 2 orang dokter spesialis sebagai tenaga tetap
c. Pada Pelayanan Spesialis Penunjang Medik harus ada masing-masing minmal 3 orang dokter
spesialis dengan masing-masing 1 orang dokter spesialis sebagai tenaga tetap
d. Pada Pelayanan Medik Spesialis Lain harus ada masing-masing minimal 3 orang dokter spesialis
dengan masing-masing 1 orang dokter spesialis sebagai tenaga tetap
e. Untuk Pelayanan Medik Spesialis Gigi dan Mulut harus ada masing-masing minmal 1 orang
dokter gigi spesialis sebagai tenaga tetap
f. Pada Pelayanan Medik Subspesialis harus ada masing-masing minimal 2 orang dokter
subspesialis dengan masing-masing 1 orang dokter subspesialis sebagai tenaga tetap
g. Perbandingan tenaga keperawatan dan tempat tidur adalah 1:1 dengan kualifikasi tenaga
keperawatan sesuai dengan pelayanan Rumah Sakit h. Tenaga penunjang berdasarkan
kebutuhan Rumah Sakit

2. Rumah Sakit Umum Kelas B


Rumah Sakit Umum Kelas B adalah Rumah Sakit Umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan
pelayanan medik paling sedikit 4 (spesialis dasar), 4 (empat) spesialis penunjang medik. 8 (delapan)
spesialis lain dan 2 (dua) sub spesialis dasar. Kriteria, fasilitas dan Kemampuan Rumah Sakit Kelas B
meliputi :
a. Pelayanan Medik Umum terdiri dari Pelayanan Pelayanan Medik Dasar, pelayanan Medik Gigi
Mulut, dan Pelayanan kesehatan Ibu dan Anak/ Keluarga Berencana
b. Pelayanan Gawat Darurat harus dapat memberikan pelayanan gawat darurat 24 (dua puluh
empat) jam dan 7 (Tujuh) hari seminggu dengan kemapuan melakukan resusitasi dan stabilisasi
sesuai dengan standar
c. Pelayanan Medik Spesialis Dasar terdiri dari Pelayanan Penyakit Dalam, Kesehatan Anak, Bedah,
Obsteri dan Ginekologi
d. Pelayanan Spesialis Penunjang Medik terdiri dari Pelayanan Anestesiologi, Radiologi, Rehabilitasi
Medik. Patologi Klinik
e. Pelayanan Medik Spesialis lain sekurang kurangnya 8 (delapan) dari 13 (tiga belas) pelayanan
meliputi Mata, Telinga Hidung Tenggorokan, Syaraf, Jantung. Pembuluh Darah, Kulit dan Kelamin,
Kedokteran Jiwa, Paru, Orthopedi, Urologi. Bedah Syaraf, Bedah Plastik dan Kedokteran Forensik.
f. Pelayaan Medik Spesialis Gigi Mulut terdiri dari Pelayanan Bedah Mulut, Konservasi,/Endodonsi,
Periodonti Asuhan
g. Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan terdiri dari Pelayanan Keperawatan dan Asuhan
Kebidanan
h. Pelayanan Penunjang Klinik terdiri dari Perawatan Intensif, Pelayanan Darah, Gizi, Farmasi,
Sterilisasi Instrumen dan Rekam Medik
i. Pelayanan Penunjang Non Klinik terdiri dari Pelayanan Laundry/Linen, Jasa Boga/Dapur, Teknik
dan Pemeliharaan Fasilitas, Pengelolaan Limbah, Gudang,Ambulance, Komunikasi, Pemulasaraan
Jenazah, Pemadam Kebakaran, Pengelolaan Gas Medik dan Penampungan Air Bersih
3. Rumah Sakit Umum Kelas C
Rumah Sakit Umum Kelas C adalah Rumah Sakit Umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan
pelayanan medik paling sedikit 4 (spesialis dasar),4 (empat) spesialis penunjang medik
4. Rumah Sakit Umum Kelas D
Rumah Sakit Umum Kelas D adalah Rumah Sakit Umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan
pelayanan medik paling sedikit 2 (spesialis dasar)
DAFTAR PUSTAKA

Aditama, T.Y. (2010). Manajemen Administrasi Rumah Sakit. Edisi kedua. Jakarta : UI Press

Afrida. (2019). Manajemen Rumah sakit. Jakarta: UI Press

Muninjaya, (2011). Manajemen Kesehatan. Jakarta: EGC

Satrianegara, (2014). Organisasi dan Manajemen Pelayanan Kesehatan: Teori dan Aplikasi dalam
pelayanan Puskesmas dan Rumah Sakit. Jakarta: Salemba Medika

You might also like