You are on page 1of 23

LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA

“ KONTRAKSI OTOT LURIK II ”

Disusun oleh :
Kelompok V

Desy Carolina Ngamel (2443023233)


Juan Leontius Goo (2443023200)
Maximilianus Liko Gholo (2443023193)
Leora Elza S (2443023179)
Disyha Reva Lina (2443023184)

FAKULTAS FARMASI
PROGRAM STUDI S1 FARMASI
UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA
2023/2024
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Praktikum


Jaringan otot memiliki kemampuan untuk melakukan kerja mekanik dengan
mengkontrak dan merelaksasi sel atau serabutnya. Otot adalah struktur yang melekat pada
tulang manusia dan hewan. Otot biasanya digunakan untuk menggerakan tulang. Filamen
aktin dan miosin adalah nama filamen yang ditemukan dalam otot yang berukuran sangat
kecil yang terbuat dari protein kompleks. Filamen ini berfungsi sebagai dasar dari semua
jenis otot.

Setiap manusia pasti akan melakukan hal-hal yang membutuhkan tenaga atau
kekuatan untuk melakukannya, jadi manusia membutuhkan otot. Dengan otot, manusia
dapat melakukan apa pun yang mereka inginkan.

Karena jantung memiliki otot tak sadar yang memompa darah secara terus menerus,
tanpa otot manusia tidak dapat bergerak atau bahkan meninggal. Selain otot jantung, ada
juga otot yang bekerja dari sistem saraf tak sadar kita, seperti pembuluh darah. Ada juga
otot yang bekerja saat kita melakukan aktivitas atau kegiatan sehari-hari, seperti menulis,
makan, berjalan, mengangkat beban, dan lainnya. Otot-otot ini bekerja saat kita
membutuhkannya saja.

Tetanus pada otot skeletal adalah kondisi yang terjadi ketika otot menegang secara
berlebihan dan tidak dapat rileks. Mekanisme terjadinya tetanus pada otot skeletal
melibatkan serangkaian peristiwa yang kompleks di tingkat sel dan neuromuskuler.

Fatigue pada otot skeletal terjadi sebagai hasil dari beberapa mekanisme yang
kompleks. Beberapa mekanisme tersebut melibatkan perubahan dalam otot dan sistem
saraf.

1
1.2 Tujuan praktikum
1.2.1 Activity 4
1. Memahami istilah frekuensi stimulus, unfused tetanus, fused tetanus, dan
maximal tetanic tension.
2. Mengamati efek dari peningkatan frekuensi stimulus pada otot rangka
yang terisolasi.
3. Memahami bagaimana meningkatkan frekuensi stimulus ke otot rangka
yang terisolasi menyebabkan tetanus yang tidak menyatu atau menyatu
1.2.2 Activity 5
1. Memahami istilah frekuensi stimulus, tetanus lengkap (fusi), kelelahan, dan
waktu istirahat
2. Mengamati perkembangan kelelahan otot rangka
3. Memahami bagaimana lamanya interval istirahat menentukan timbulnya
kelelahan pada otot
1.2.3 Activity 6
1. Memahami istilah kontraksi isometric, gaya aktif, gaya pasif, gaya total, dan
hubungan panjang tegangan
2. Memahami efek panjang otot saat istirahat terhadap perkembangan tegangan
ketika otot dirangsang secara maksimal dalam eksperimen isometric
3. Menjelaskan dasar molekuler dari hubungan panjang tegangan otot rangka
1.2.4 Activity 7
1. Memahami istilah kontraksi konsentrik isotonic, beban, periode laten,
kecepatan pemendekan, dan hubungan beban kecepatan
2. Memahami efek peningkatan beban (yaitu berat) pada otot rangka yang
terisolasi ketika otot dirangsang dalam percobaan kontraksi isotonic
3. Memahami hubungan beban kecepatan pada otot rangka yang terisolasi

2
BAB II
LANDASAN TEORI

Tetanus adalah suatu peristiwa dimana otot tidak sempat mengalami relaksasi saat
pemberian stimulus secara terus-menerus. Semakin bertambahnya frekuensi stimulus pada otot
yang terisolasi membuat semua serabut otot bekerja. Apabila stimulus diberikan terus menerus
maka akan terjadi penggabungan dari kontraksi otot tunggal. Peristiwa tetanus tidak terlepas
juga dari istilah sumasi. Sumasi terdapat dua bentuk yaitu sumasi yang meningkatkan jumlah
unit motorik dimana unit tersebut berkontraksi secara beriringan. Sedangkan sumasi yang
kedua adalah sumasi yang meningkatkan frekuensi kontraksi, yang disebut sumasi frekuensi
dan sumasi jenis ini akan mengakibatkan terjadinya tetanus.

Pembentukan tegangan dalam serat otot yang ditimbulkan oleh interaksi geser antara
filamen tebal dan tipis melalui aktivitas jembatan silang juga memerlukan waktu, waktu yang
dibutuhkan dari awalan kontraksi hingga pembentukan tegangan puncak yaitu rata-rata 50
mdet, meskipun waktu memiliki variasi bergantung pada jenis serat otot. Respons kontraksi
pun belum berakhir hingga kantong-kantong lateral menyerap kembali semua Ca2+ yang
dibebaskan sebagai respons. Durasi pada potensial aksi tidak digambar sesuai skala namun
diperbesar terhadap potensial aksi. Penyerapan kembali Ca2+ ini juga memerlukan waktu,
bahkan setelah Ca2+ dibebaskan diperlukan waktu untuk filamen kembali ke posisi
istirahatnya, waktu yang diperlukan saat tegangan puncak hingga relaksasi sempurna disebut
waktu relaksasi biasanya berlangsung 50 detik atau lebih. Kenyataan ini penting bagi
kemampuan tubuh untuk menghasilkan kontraksi otot dengan kekuatan bervariasi.

Jika kita terlalu sering memberikan rangsangan pada otot pada jangka waktu yang
lama,kekuatan maksimum setiap kedutan pada akhirnya akan mencapai titik stabil pada suatu
keadaan yang dikenal sebagai tetanus tidak terfusi (unfused tetanus). Tetapi jika rangsangan
kemudian diterapkan dengan frekuensi yang lebih besar, kedutan mulai menyatu sehingga
puncak dan lembah setiap kedutan menjadi tidak dapat dibedakan satu sama lain. Nah, pada
keadaan ini dikenal sebagai tetanus lengkap (fused tetanus). Ketika frekuensi stimulus
mencapai suatu nilai dimana tidak ada peningkatan kekuatan lebih lanjut yang dihasilkan oleh
otot, maka otot telah mencapai tegangan tetanik maksimalnya.

Kelelahan otot mengacu pada penurunan kemampuan otot skeletal untuk


mempertahankan tingkat gaya, atau ketegangan yang konstan, setelah stimulasi berulang yang

3
berkepanjangan. Penyebab kelelahan masih diselidiki dan banyak kejadian molekuler dianggap
terlibat, meskipun akumulasi asam laktat, ADP, dan Pi pada otot harusnya menjadi faktor utama
yang menyebabkan kelelahan dalam hal latihan intensitas tinggi.

Kontraksi otot skelet dapat digambarkan sebagai isometrik atau isotonik. Ketika otot
mencoba memindahkan beban yang sama dengan gaya yang dihasilkan oleh otot, maka otot
akan berkontraksi secara isometrik. Otot akan tetap memiliki panjang yang sama (isometric
berarti panjang yang sama). Contoh kontraksi otot isometrik adalah saat

kita berdiri di ambang pintu dan di kusen pintu. Beban yang kita gunakan untuk
memindahkan kusen pintu dapat dengan mudah menyamai gaya yang dihasilkan oleh otot kita,
sehingga otot anda tidak memendek meskipun mereka berkontraksi secara aktif. Kontraksi
isometrik dilakukan secara eksperimental dengan mempertahankan kedua ujung otot dalam
posisi tetap sementara secara elektrik merangsang otot. Gaya pasif dihasilkan oleh peregangan
otot. Gaya pasif ini sebagian besar disebabkan oleh titin protein, yang bertindak sebagai kabel
bungee molekuler. Gaya aktif dihasilkan saat filamen tebal myosin berikatan dengan filamen
tipis.

Demikian melibatkan siklus jembatan silang dan hidrolisis siklus jembatan silang dan
hidrolisis ATP. Kekuatan total adalah jumlah gaya pasif dan aktif. Aktivitas ini memungkinkan
anda untuk mengatur dan menahan panjang otot skeletal yang terisolasi dan kemudian
menstimulasinya dengan rangsangan tegangan maksimal individu. Grafik yang
menghubungkan tiga gaya yang dihasilkan dan panjang otot yang tetap akan di plot secara
otomotis setalah kita menstimulate otot. Dalam fisiologi otot grafik ini dikenal sebagai

hubungan panjang- ketegangan isometric dan hasil stimulasi ini dapat diterapkan pada
otot manusia manusia untuk mengetahui mengetahui seberapa seberapa besar waktu istirahat,
istirahat yang optimal optimal akan menghasilkan produksi gaya maksimum.

Selama kontraksi isotonik, panjang otot rangkaberubah dan, dengan demikian beban
berpindah dalam jarak yang dapat di ukur. Jika panjang otot memendek seiring dengan
pergerakan beban, kontaksi disebut konsentris isotonik. Kontraksi konsentris isotonik terjadi
ketika otot menghasilkan gaya yang lebih besar daripada beban yang di berikan pada ujung
otot. Pada kontraksi jenis ini, terdapat periode laten dimana terjadi peningkatan ketagangan
otot namun tidak ada pergerakan beban yang dapat di amati. Setelah ketegangan otot melebihi
berat beban,konstraksi kensentris isotonik dapat dimulai. Dengan demikian,periode laten
semakin lama seiring dengan semakin besarnya berat beban.

4
Jenis dan karakteristik kontraksi :
• Kontraksi isometric, adalah ketika otot tidak memendek selama berkontraksi, otot
berkontraksi melawan transduser kekuatan tanpa mengurangi panjang otot.
• Kontraksi isotonic adalah ketika otot memendek melawan beban yang ada.

Kontraksi isotonik bukanlah peristiwa yang tidak penting. Jika beban meningkat, otot
harus menghasilkan lebih banyak kekuatan untuk memindahkannya dan periode laten akan
lebih lama karena akan membutuhkan lebih banyak waktu untuk gaya yang diperlukan untuk

dihasilkan oleh otot. Kedutan isotonik bukanlah kejadian yang bisa terjadi semuanya
atau tidak sama sekali. Jika beban ditingkatkan otot harus menghasilkan lebih banyak gaya
untuk menggerakannya dan oleh karena itu periode laten akan semakin lama karena akan
membutuhkan lebih banyak waktu untuk menghasilkan gaya yang diperlukan oleh otot.
Kecepatan kontraksi (kecepatan pemendekan otot) juga bergantung pada beban yang coba
digerakan suatu benda dari lantai. Contoh, benda yang ringan dapat diangkat dengan
cepat,sedangkan benda yang lebih berat akan diangkat dengan kecepatan yang lebih lambat
dengan durasi waktu yang lebih singkat. Dalam percobaan kontraksi oto isotonik salah satu
ujung otot tetap bebas tidak seperti percobaan kontraksi isometrik dimana kedua ujung nya otot
ditahan pada posisi yang sama/tetap.

Dalam percobaan kontraksi otot isotonik, satu ujung otot tetap bebas (tidak seperti pada
percobaan kontraksi isometrik dimana kedua ujung otot ditahan dalam posisi tetap). Bobot
yang berbeda (beban) kemudian dapat dihubungkan ke ujung bebas dari otot yang terisolasi,
sementara ujung lainnya dipegang dalam posisi tetap oleh transduser gaya. Jika berat (beban)
kurang dari tegangan tegangan yang dihasilkan oleh keseluruhan otot, maka otot akan bisa
mengangkatnya dengan jarak yang terukur, kecepatan, dan durasi.

Depolarisasi membran serat otot dalam keadaan normal dimulai di lempeng-ujung otot
rangka,yang merupakan struktur khusus yang terdapat di bawah ujung saraf motorik. Potensial
aksi dihantarkan di sepanjang serat otot dan kemudian membangkikan respons kontraktil.
Proses terpicunya kontraksi oleh depolarisasi serat otot dinamakan prosespasangan eksitasi-
kontraksi. Potensial aksi dihantarkan ke seluruh fibril yang terdapat dalam serat otot melalui
sistem T . Dalam sistem ini terdapat impuls yang memicu pelepasan ion Ca2+ dari sisterna
terminal Ion Ca2+ memicu kontraksi.

5
BAB III
ALAT DAN BAHAN

Activity 4, 5, 6, dan 7

1. Otot rangka dari kaki katak

2. Electrical Stimulator

3. Mounting stand

4. Oscilloscope

5. Beban dengan berat bervariasi (dalam gram )

6
BAB IV
HASIL PRATIKUM

4.1 Activity 4
1. Perhatikan bahwa tegangan diatur ke 8,5volt dan jumlah rangsangan per detik diatur ke
50. Untuk mengamati tetanus yang tidak menyatu, kontol Multiple Stimuli dan
perhatikan jejaknya saat bergerak melintasi layar. Tombol Multiple Stimuli berubah
menjadi tombol Stop Stimuli setelah diklik. Setelah jejak bergerak melintasi layar
penuh dan mulai bergerak melintasi layar untuk kedua kalinya, klik Stop Stimuli untuk
menghentikan stimulator.

2. Klik Rekam Data untuk menampilkan hasil Anda di kisi.


3. Untuk mengamati fusi tetanus, tingkatkan pengaturan stimuli/dtk menjadi 130 dengan
mengklik tombol + di samping tampilan stimuli/dtk. Klik Multiple Stimuli dan amati
jejak yang dihasilkan. Setelah jejak bergerak melintasi layar penuh dan mulai bergerak
melintasi layar untuk kedua kalinya, klik Hentikan Stimuli.

4. Catat tetanus yang menyatu dan klik Rekam Data untuk menampilkan hasil Anda di
5. Klik Clear Tracings untuk menghapus layar osiloskop.

7
6. Tingkatkan pengaturan rangsangan/dtk ke 140 dengan menekan tombol + di samping
tampilan rangsangan/dtk. Klik Multiple Stimuli dan amati jejak yang dihasilkan.
Setelah jejak bergerak melintasi layar penuh dan mulai bergerak melintasi layar untuk
kedua kalinya, klik Hentikan Stimuli.

7. Catat tetanus yang menyatu dan klik Record Data untuk menampilkan hasil Anda di
grid.
8. Klik Clear Tracings untuk menghapus layar osiloskop.
9. Sekarang Anda akan mengamati efek peningkatan bertahap dalam jumlah rangsangan
per detik di atas 140 rangsangan per detik.
• Tingkatkan pengaturan rangsangan/detik sebanyak
• Klik Multiple Stimuli dan amati jejak yang dihasilkan. Setelah jejak bergerak
• melintasi layar penuh dan mulai bergerak melintasi layar untuk kedua kalinya,
• klik Hentikan Stimuli.
• Klik Hapus Penelusuran untuk menghapus layar osiloskop. Ulangi langkah ini
sampai Anda mencapai 150 rangsangan per detik.

8
Berikut adalah tabel data hasil eksperimen

4.2 Activity 5
1. Aturlah tegangan pada 8,5volt dan stimuli/second 120. Klik multiple stimuli dan
amati kontraksi otot di osiloskop. Klik stop stimuli ketika kekuatan otot jatuh ke 0.
Klik record data lalu Klik clear tracings .

2. Untuk menunjukkan kelelahan onset setelah periode istirahat variabel, anda akan
mengklik tombol on dan off multiple stimuli sebanyak 3 kali. Baca prosedur berikut
sebelum melanjutkanya. Perhatikan penghitung waktu dengan cermat untuk
membantu anda menentukan kapan harus menghidupkan kembali simulator
• Klik multiple stimuli Setelah kekuatan otot jatuh ke 0, klik stop stimuli untuk
mematikan stimulator
• Tunggu 10 detik, kemudian klik multiple stimuli untuk menghidupkan
kembali stimulator
• Klik stop stimuli setelah kekuatan otot jatuh ke 0
• Tunggu 20 detik, kemudian klik multiple stimuli untuk menghidupkan
kembali stimulator
• Klik stop stimuli setelah kekuatan otot jatuh ke 0

9
3. Klik record data
4. Klik submit. Untuk menyimpan data hasil eksperiman

4.3 Activity 6
1. Perhatikan bahwa tegangan diatur ke 8,5 volt dan panjang otot istirahat diatur ke 75
mm. Klik Stimulate untuk mengirimkan stimulus listrik ke otot dan amati tracing
yang dihasilkan.

2. Anda akan melihat pelacakan kedutan otot tunggal pada tampilan osiloskop kiri dan
tiga titik data (mewakili kekuatan aktif, pasif, dan total yang dihasilkan selama kedutan
ini) diplot pada tampilan kanan. Kotak kuning melambangkan gaya total, titik merah
yang terdapat di dalam kotak kuning melambangkan gaya aktif, dan kotak hijau
melambangkan gaya pasif. Klik Rekam Data untuk menampilkan hasil Anda di kisi.
3. Sekarang Anda akan mempersingkat otot secara bertahap untuk menentukan pengaruh
panjang otot terhadap gaya aktif, pasif, dan total.

10
• Persingkat otot sebesar 5 mm dengan mengklik tombol - di samping tampilan
panjang otot.
• Klik Stimulate untuk mengirimkan stimulus listrik ke otot dan catat nilai total,
kekuatan aktif, dan pasif relatif terhadap yang diamati pada 75 mm awal.
• Klik Rekam Data untuk menampilkan hasil Anda dalam kisi. Ulangi langkah ini
sampai Anda mencapai panjang otot 50 mm.
• Klik Clear Tracings untuk menghapus tampilan osiloskop kiri.

4. Perpanjang otot hingga 80 mm dengan mengklik tombol + di samping tampilan panjang


otot. Klik Stimulate untuk mengirimkan stimulus listrik ke otot dan catat nilai total,
kekuatan aktif, dan pasif relatif terhadap yang diamati pada 75 mm asli. Klik Rekam
Data untuk menampilkan hasil Anda di kisi.
5. Sekarang Anda akan memanjangkan otot secara bertahap untuk menentukan pengaruh
panjang otot terhadap gaya aktif, pasif, dan total. Perpanjang otot sebesar 10 mm
dengan mengklik tombol + di samping tampilan panjang otot.
• Klik Stimulate untuk mengirimkan stimulus listrik ke otot dan catat nilai total,
kekuatan aktif, dan pasif relatif terhadap yang diamati pada 75 mm awal.
• Klik Rekam Data untuk menampilkan hasil Anda di kisi. Ulangi langkah ini
sampai Anda mencapai length otot 100 mm.

11
6. Klik Plot Data untuk melihat Ringkasan data Anda pada petak yang diplot. Klik Kirim
untuk merekam plot anda dalam laporan lab.

4.4 Activity 7
1. Aturlah tegangan pada 8,5 V. Seret beban 0,5 g di lemari beban ke ujung otot yang
bebas untuk memasangnya. Klik stimulate.

2. Amati bahwa saat otot memendek, ia mengangkat beban dari platform. Otot kemudian
memanjang saat rileks dan menurunkan berat beban kembali ke platform. Klik
stimulate lagi lalu Klik record data
3. Lepaskan beban 0,5 g dengan menyeretnya kembali ke lemari beban. Seret beban 1,0 g
ke ujung otot yang bebas untuk memasangnya. Klik stimulate lalu Klik record data.

4. Lepaskan beban 1,0 g dengan menyeretnya kembali ke lemari beban. Seret beban 1,5 g
ke ujung otot yang bebas untuk memasangnya. Klik stimulate lalu Klik record data.

12
5. Lepaskan beban 1,5 g dengan menyeretnya kembali ke lemari beban. Seret beban 2,0 g
ke ujung otot yang bebas untuk memasangnya. Klik stimulate lalu Klik record data.

6. Klik plot data untuk menghasilkan hubungan velocity dengan beban otot. Kemudian
klik submit untuk menyimpan data hasil eksperimen.
Berikut adalah tabel Kontraksi Isotonik Dan Hubungan Load-Velocity

13
BAB V
PEMBAHASAN
5.1 Activity 4

Tetanus adalah suatu kondisi dimana tidak adanya kesempatan otot untuk
berelaksasi saat saraf otot skelet dirangsang secara terus menerus sehingga terjadi
penggabungan dari kontraksi kontraksi tunggal itu. Hal seperti itu dinamakan wave
summation. Wave summation adalah penjumlahan bersama dari kontraksi kedutan secara
menyeluruh guna meningkatkan intensitas dari keseluruhan kontraksi otot. Sumasi terjadi
dalam dua cara antara lain sumasi serat ganda yaitu dengan meningkatkan jumlah unit
motorik yang berkontraksi secara bersamaan. Sumasi frekuensi adalah sumasi dengan
meningkatkan frekuensi kontraksi dan akan mengarah pada tetanisasi.

Tetanus dibagi menjadi dua macam yaitu tetanus tidak sempurna dan tetanus
sempurna. Tetanus tidak sempurna adalah kontraksi otot yang terjadi terus menerus namun
masih ada kesempatan untuk berelaksasi sehinga dalam grafik. Namun, lain halnya dengan
tetanus sempurna. Tetanus sempurna adalah suatu kondisi saat otot berkontraksi secara
terus menerus tanpa adanya kesempatan untuk berelaksasi dan akan berujung pada fatigue.
Fatigue adalah suatu kondisi dimana otot tidak mampu lagi berkontraksi karena kelelahan
otot. Semakin besar stimuli/sec yang diberikan maka semakin besar nilai kekuatan aktif
sehingga nilai stimuli/sec berbanding lurus dengan nilai kekuatan aktif.

Pada tabel diatas menunjukkan pengaruh frekuensi rangsangan dan waktu


terhadap gaya kontraksi otot yang dihasilkan. Pada saat otot diberikan rangsangan sebesar
8.5 volt dengan frekuensi rangsang 50 rangsangan perdetik, gaya kontraksi otot yang
dihasilkan mencapai 5.12 gram. Pada kondisi tersebut kontraksi otot mengalami tetanus.
Tetanus yang terjadi pada titik ini disebut tetanus yang tidak lengkap(Unfuse Tetanus),
yaitu kondisi dimana otot telah mencapai titik maksimal untuk berkontraksi dimana setiap
rangsangan yang diberikan tidak akan meningkatkan gaya kontraksi sehinga grafik yang

14
dihasilkan akan stabil dan bentuk grafik masih dapat dibedakan antara puncak dan
lembahnya. Kemudian dilakukan rangsangan lagi dengan frekuensi rangsang yang berbeda
yaitu 130 rangsangan per detik, gaya kontraksi yang dihasilkan mencapai 5.88 gram pada
titik ini terjadi tetanus lengkap ( Fuse Tetanus) namun pada grafik sulit untuk membedakan
antara puncak dan lembahnya. Ketika frekuensi rangsang ditingkatkan dari 146-150
rangsanagan per detik, tidak ada peningkatan besaran gaya yang dihasilkan lagi. Hal ini
terjadi karna otot telah mencapai titik ketegangan maksimal sehingga gaya yang dihasilkan
akan tetap atau konstan walapun frekuensi rangsanganya ditingkatkan, keadaan ini disebut
dengan maximal tetanic tension.

Pada gambar diatas menunjukkan bahwa grafik tetanus terbagi menjadi 2 yaitu
tetanus tidak lengkap (unfused) dan tetanus lengkap. Pada gambar tersebut tetanus tidak
lengkap terjadi saat diberikan tegangan sebesar 8,5volt dengan frekuensi rangsang 50
rangsanagan per detik dan ditunjukkan pada garis yang bergelombang. Sedangkan tetanus
lengkap terjadi saat diberikan tegangan yang sama dengan frekuensi rangsang yang
dinaikan menjadi 130 rangsanagn per detik dan ditunjukkan pada garis yang hampir tidak
memunculkan gelombang.

5.2 Activity 5

Ketika otot berada dalam kondisi maximal tetanik tension aktivitas kontraksi tidak
dapat dipertahankan pada tingkat tertentu secara terus-menerus, sehingga tegangan di otot
akan berkurang seiring munculnya kelelahan. Hal ini menyebabkan kekuatan kontraksi
akan menurun dari waktu ke waktu seperti yang ditunjukan pada grafik di bawah.

15
Saat otot mengalami kelelahan dan dirangsang kembali dengan multistimulu pada frekuensi
yang sama otot akan menghasilkan gaya kontraksi yang sama namun dengan durasi
(sustainde maximal force) yang lebih singkat dari sebelumnya.

Tabel diatas menunjukkan bahwa pada percobaan pertama diberi rangsangan


8,5 V, stimuli/second 120, rest period 0 second menghasilkan 5.86 g active force dalam 10
second sustained maximal force. Pada percobaan kedua sama dengan percobaan pertama.
Pada percobaan ketiga rangsangan dan stimuli/second sama pada percobaan pertama tetapi
rest periodnya lebih lama yaitu 10 second akan menghasilkan active force yang sama yaitu
5,86 g dan sustained maximal force yang berbeda yaitu 1.00 second. Pada percobaan
keempat rangsangan dan stimuli/second sama pada percobaan ketiga tetapi rest periodnya
lebih lama yaitu 22 second akan menghasilkan active force yang sama yaitu 5,86 g dan
sustained maximal force yang berbeda yaitu 5.80 second. Pada percobaan terakhir ini
dilakukan untuk membuktikan rest period yang lebih lama akan mempengaruhi lamanya
waktu sustained muscle force yang dihasilkan.

Fatigue muscle adalah kegagalan serat otot untuk memproduksi suatu tegangan
karena aktivitas kontraktil sebelumnya. Pada data diatas, waktu istirahat pada otot rangka
dapat mempengaruhi kerja otot atau kontraksi otot. Ketika otot skeletal beristirahat secara
singkat maka hal yang terjadi adalah pada waktu otot akan melakukan kontraksi kembali
lama kontraksi akan lebih singkat dibandingkan ketika otot yang beristirahat lebih lama.
Karena ketika otot hanya diberikan waktu yang singkat untuk beristirahat, otot belum
benar-benar siap untuk melakukan kontraksi selanjutnya. Oleh sebab itu, otot menjadi
mudah lelah.

16
Kelelahan pada otot rangka ini dapat disebabkan oleh meningkatnya fosfat
inorganik lokal dari penguraian ATP. Peningkatan kadar Pi menurunkan kekuatan kontraksi
dengan mempengaruhi kayuhan kuat dari kepala miosin. Selain itu, peningkatan Pi juga
menurunkan sensitivitas protein regulatorik terhadap Ca2+dan tehadap penurunan jumlah
Ca2+ yang dilepaskan dari kantung lateral. Terkurasnya cadangan energi glikogen juga
dapat menyebabkan kelelahan otot pada otot yang telah lelah. Kelelahan otot muncul lebih
cepat pada aktivitas berintensitas tinggi.4 Selain itu, sebenarnya penyebab spesifiknya yang
tidak sepenuhnya dipahami.

5.3 Activity 6

Kotraksi isometrik adalah kontraksi yang terjadi bila panjang otot tidak berubah.
Kontraksi isometrik dicapai secara eksperimental dengan menjaga kedua ujung otot pada
posisi tetap sambil merangsang otot secara elektrik. Panjang istirahat (panjang otot sebelum
stimulasi) merupakan faktor penting dalam menentukan jumlah kekuatan yang dapat
dikembangkan otot ketika dirangsang.

Dari gambar tabel diatas kita dapat melihat bahwa diberikan voltase
yang sama sebesar yaitu 8.5 volt namun dengan panjang otot yang berbeda. Diberikan
panjang otot awal 75 mm dengan total force 1.82 g. Setelah itu panjang otot dikurangi 5
mm dan total force yang dihasilkan berturut-turut adalah 1,75 ; 1.55 ; 1.21 ; 0.73 ; 0.11 g
dimana pada percobaan ini tidak dihasilkan passive force. Pada percobaan keempat panjang
otot dipanjangkan menjadi 80 dan menghasilkan active force 1.75, namun percobaan ini
juga menghasilkan passive forcenya sebesar 0,2 sehingga total forcenya menjadi 1.77. Lalu
panjang ototnya ditambah 10 mm dan menghasilkan passive force 0.25 dan active force
1.21 sehingga total forcenya 1.46. Saat panjang ototnya ditambah lagi menjadi 100 mm
active forcenya menurun menjadi 0.11 namun passive force meningkat menjadi 1.75
sehingga total forcenya menjadi 1.86.

17
Dari data diatas dapat dilihat bahwa gaya pasif dihasilkan saat otot
dipanjangkan, hal ini merupakan hasil dari kontraksi isometric. Semakin panjang otot maka
semakin besar gaya pasif yang dihasilkan dan akan mempengaruhi gaya total yang
dihasilkan dan jika otot dipendekan maka tidak akan dihasilkan gaya pasif (kontraksi
isotonik). Dapat dilihat di tabel terakhir ketika panjang 100mm, gaya pasif yang dihasikan
paling tinggi. Sedangkan gaya aktif akan meningkat jika otot dipendekan dari yang
panjangnya 75 - 50 mm dan akan menurun dari otot yang panjangnya 80 – 100 mm.

5.4 Activity 7

Isotonic concentric contraction adalah suatu kontraksi dimana panjang otot rangka
memendek (beban terangkat) saat diberi beban. Hal ini terjadi karena otot menghasilkan
kekuatan yang lebih besar daripada beban yang melekat pada ujung otot. Kontraksi ini
terjadi bila besar tegangan yang terbentuk di otot melebihi berat benda sehingga benda bisa
diangkat dengan pemendekan otot pada saat itu. Sedankan jika suatu kontraksi dimana otot
tidak memendek saat diberi beban (toto tidak bisa mengankat beban) disebut kontraksi
isometrik.

Tabel diatas menunjukkan bahwa pada percobaan pertama diberi rangsangan


8,5 V, panjang 75, beban 0,5 g akan menghasilkan velocity 0,100 mm/msec, twitch duration
78,00 msec, distance lifted 4,0 mm. Pada percobaan kedua diberi rangsangan dan panjang
yang sama pada percobaan sebelumnya tetapi beban diganti menjadi 1,0 g akan
menghasilkan velocity 0,057 mm/msec, twitch duration 49,00 msec, distance lifted 2,0 mm.
Pada percobaan ketiga diberi rangsangan dan panjang yang sama pada percobaan
sebelumnya tetapi beban diganti menjadi 1,5 g akan menghasilkan velocity 0,022
mm/msec, twitch duration 30,00 msec, distance lifted 0,5 mm. Pada percobaan keempat
diberi rangsangan dan panjang yang sama pada percobaan sebelumnya tetapi beban diganti
menjadi 2,0 g akan menghasilkan velocity 0,000 mm/msec, twitch duration 0,00 msec,
distance lifted 0,0 mm.

18
➢ Kecepatan Pemendekan (Shortening Velocity)
Kecepatan pemendekan adalah kecepatan kontraksi yang bergantung pada beban yang
berusaha digerakkan oleh otot. Berdasarkan pada tebel di atas kecepatan pemendekan
berkurang seiring dengan bertambahnya berat beban yang diangkat oleh otot.
Kecepatan pemendekan maksimal dicapai dengan beban minimal yang melekat pada
otot. Sehingga, semakin berat beban, semakin lambat pula kecepatan pemendekan otot.
➢ Jarak Pengangkatan (Distance Lifted)
Adalah jarak pengangkatan beban dari posisi awal beban saat otot mengalami
pemendekan akibat dari kontraksi. Berdasarkan tabel di atas jarak pemendekan semakin
besar jika beban berat yang diangkat semakain kecil dan sebaliknya.
➢ Durasi Kedutan Otot (Twicth Duration)
Adalah durasi yang berlangsung dari fase kontraksi sampai fase relaksaksi.
Berdasarkan tabel di atas durasi kedutan otot semakin berkurang seiring dengan
pertambahan berat beban yang diangkat oeh otot.
➢ Periode Laten
Periode laten adalah periode ketika beberapa milidetik pertama mengikuti stimulasi saat
eksitasi-kontraksi kopling terjadi. Selama periode ini, siklus cross-bridge dimulai tetapi
ketegangan otot belum terukur dan miogram tidak menunjukkan respon. Periode laten
ini bergantung pada beban yang diberikan pada otot. Periode laten akan berlangsung
lama ketika menerima rangsang benda yang berat karena perlu waktu lama untuk
menghasilkan tegangan yaitu pada seberapa banyak unit motorik yang akan direkrut
untuk dapat mengangkat benda.

19
BAB VI
KESIMPULAN

6.1 Activity 4
➢ Saat otot diberi rangsangan secara terus menerus otot akan mecapai sutu kondisi dimana
tidak lagi terjadinya peningkatan gaya kontraksi otot sehinga grafik yang
mengambarkan peningkatan otot akan konstan dan masih terlihat puncak dan lembah
dari grafik tersebut, kondisi ini dinamakan Unfuse Tetanus (Tetanus yang tidak
menyatu).
➢ Saat otot diberi rangsangan dengan frekuensi yang lebih tinggi lagi puncak dan lembah
dari grafik yang terbentuk akan suah dibedakan dan terlihat menyatu, hal ini dinamakan
Fuse Tetanus (Tetanus menyatu).
➢ Saat mencapai kondisi fuse tetsnus kekuatan otot masih bisa ditingkatkan dengan
meningkatkan frekuensi pemberian rangsangan. Teapi otot akan mencapai suatu
kondisi dimana peningkatan frekuensi tidak akan berpengaruh pada kekuatan yang
dihasilkan otot kondisi ini dinamakan maximal tetanic tension.

6.2 Activity 5
➢ Saat otot mengalami kelelahan dan dirangsang kembali dengan multistimulu pada
frekuensi yang sama otot akan menghasilkan gaya kontraksi yang sama namun dengan
durasi (sustainde maximal force) yang lebih singkat dari sebelumnya. Ketika otot
mengalami kelelahan waktu istirahat akan berpengeruh terhadap durasi dari kontraksi
maximal otot (sustainde maximal force).
➢ Semakin lama waktu istirah otot setalah kelalahan akan meningkatkan durasi kontraksi
maximal (sustainde maximal force).

6.3 Activity 6
➢ Gaya aktif disebapkan oleh pembentukan jembasan silang antara aktin dan miosin.
Ketika otot dipendekan gaya aktif akan semakin besar karena jarak antara filamen tebal
dan tipis (aktin dan miosin) semakin berdekatan sehinga mudah terbentuknya ikatan
atau jembatan silang.
➢ Sebaliknya jika otot di panjangkan gaya aktif akan semakin kecil tetapi gaya pasif
mengalami peningkatan.

20
6.4 Activity 7

Saat beban yang diberikan pada otot semaki berat maka periode laten akan semakin lama,
kecepatan pemendekan (Shortening Velocity) akan semakin lambat, jarak pengangkatan
beban (Distance Lifted) akan semakin pendek, dan durasi kedutan (Twicth Duration) akan
semakin cepat.

21
DAFTAR PUSTAKA

Soeliono,. Ivonne&Kresnamurti,.Angelica…,(2023-2024).Petunjuk Praktikum Anatomi dan


Fisiologi Manusia(PHM302P)._Surabaya 27september2023.
Veronika Elvira Manggo, Havis Nurtrianti, Deni Anggraeni, Febby Rangga Wijaya, Katarina
S. Farisalen, Didima Yempormase…,2017.Laporan Praktikum Anatomi dan Fisiologi
Manusia Kontraksi Otot Lurik II.https://www.coursehero.com/file/59524608/LAPORAN-
PRAKTIKUM-Idocx/27 September,2023.
universitas-katolik-widya-mandala-surabaya/anatomy-fisiologi-and-human/kelompok-4-otot-
lurik-2-laprak.,_September 27, 2023.

22

You might also like