Professional Documents
Culture Documents
RPP Kelas Iii Semster I
RPP Kelas Iii Semster I
D. KKM : 70
E. Langkah-Langkah Pembelajaran :
1. Kegiatan Awal : 3 menit
- Menyiapkan siswa untuk menerima pelajaran
- Pelajaran di buka dengan doa oleh guru
Doa : Ya Allah Bapa yang Maha baik, terima kasih karena
kami sudah Engkau hantar ke tempat ini dengan
selamat. Saat ini kami mau belajar tentang “ Saya
Dan Alam Sekelilingku “.
Kami mohon pimpin kami dengan Roh Kudus-Mu,
agar kami mampu mengikuti pelajaran ini dengan
baik.
Nama-Mu kami puji, kini dan sepanjang masa. Amin
- Apersepsi : Guru bertanya kepada siswa berkaitan dengan materi
yang akan diajarkan.
Siapa yang pernah pergi bertamasya ?
Dimana tempat yang sering kamu gunakan untuk
bertamasya ?
Mengapa kamu memilih tempat itu untuk
bertamasya ?
Apa yang perlu kamu lakukan , ketika berada di
tempat tamasya ?
- Penyampaian Tema
2. Kegiatan Inti :
Eksplorasi : 20 menit
Tanya jawab tentang keindahan alam dan
kegunaan unsur-unsur, warna tanah, gunung yang
paling tinggi di daerahmu, guna dari pohon air
dan udara.
Mendengarkan cerita tentang perlunya menjaga
dan melestarikan alam, cara melestarikannya,
melalui cerita tentang “ Desaku Yang Gersang “
Mengamati gambar yang di tunjuk oleh guru.
Mendengarkan cerita tentang ketidakpedulian
terhadap ciptaan Tuhan, melalui cerita “ Anak
Yang Tidak Tahu Berterima Kasih “.
Guru menjelaskan kepada siswa tentang manfaat
tanah, tumbuhan dan hewan bagi manusia.
Elaborasi : 15 menit
Mendalami isi cerita dan mendalami gambar
dengan beberapa pertanyaan penuntun.
Bagaimana perasaanmu setelah mendengar
cerita di atas dan memperhatikan gambar tadi ?
Bagaimana keadaan alam di sekitar tempat
tinggalmu? apakah masih cukup terpelihara
atau sudah mulai dirusak oleh orang-orang
yang tidak bertanggung jawab.
Apakah kamu sendiri menjadi pencinta
lingkungan alam ? mengapa ?
Mengapa kita harus menjaga dan melestarikan
alam lingkungan kita ?
Apa yang kamu lakukan untuk melestarikan
pohon-pohon, tanaman, binatang dan
margasatwa ?
Menghafalkan sajak yang berjudul “ Kasih-Mu
Datang “
Konfirmasi : 15 menit
Guru memberikan masukan-masukan kepada
siswa berdasarkan jawaban yang disampaikan
oleh siswa.
Guru memberikan kesempatan kepada siswa
untuk bertanya tentang hal-hal yang belum
dipahami.
Guru memberikan tanggapan dan jawaban yang
tepat atas pertanyaan siswa.
Rangkuman :
a. Guru merangkumkan seluruh isi materi dengan
beberapa penekanan penting.
b. Siswa mencatat untuk dipelajari.
Soal-soal :
Jawaban :
Dosen Pembimbing,
Drs.Hironimus Watu
NIP. 19601231 199702 1 004
DESAKU YANG GERSANG
Nenekku pernah bercerita bahwa desa kami ini, dahulu sangat makmur.
Seluruh daerah kelihatan hijau karena ditumbuhi berbagai tanaman dan
pepohonan. Di mana-mana terdengar kicauan burung. Berbagai macam
hewan berkeliaran di hutan yang tidak jauh dari perkampungan kami.
Di tengah desa kami mengalir sungai yang deras dan airnya bening.
Setiap pagi dan petang anak-anak beramai-rami mandi di sungai. Mereka
saling menceburkan temannya di tepian sungai yang agak dalam. Awan-awan
seolah-olah selalu terpaut di langit desa kami yang setiap kali menurunkan
hujan yang menyegarkan segala kehidupan di desa kami.
Keadaan desa kami tiba-tiba berubah dengan sangat cepat. Entah mulai
kapan , orang-orang di desa kami mulai keranjingan menebang pohon-pohon
untuk membangun rumah yang lebih mewah. Rumah papan menjadi suatu
mode yang memberi gengsi kepada orang-orang desa kami.
Sementara itu, penduduk di desa kami juga berkembang dengan cepat.
Lereng-lereng yang berhutan mulai di babat untuk membuka kebun baru.
Hanya dalam beberapa tahun saja, desa kami sudah kelihatan gundul. Tanah
mulai di kikis erosi ketika turun hujan. Pada musim kemarau, di mana-mana
kelihatan gersang, dan panas mulai terasa menyengat. Yang lebih celaka lagi,
air yang mengalir di tengah desa kami mulai surut, dan kemudian menjadi
kering sama sekali. Untuk memperoleh air, kami harus mencari sumber air
lain yang jaraknya beberapa kilometer dari perkampungan kami. Kami hanya
dapat membawa air dalam ruas-ruas bambu dan ember plastik.
Air menjadi sangat berharga dan mahal bagi kami. Semua ini tentu membawa
akibat buruk bagi kesehatan warga desa kami. Kata nenek, anak-anak
sekarang tidak semontok anak-anak pada masa kanak-kanak nenek.
Syukur, kemudian datanglah gerakan penghijauan dengan tanaman
lamtoro. Kami tidak tahu persis dari mana datangnya gerakan itu. Warga desa
kami pada mulanya menerimanya dengan acuh tak acuh. Tetapi entah karena
apa, tiba-tiba semua warga desa kami keranjingan menanam lamtoro. Setiap
jengkal tanah di desa kami ditanami lamtoro. Dengan adanya gerakan
penghijauan ini, desa kami menjadi hijau kembali. Sungai kami yang sudah
mengering mulai dialiri air lagi. Desa kami seolah-olah bangkit lagi.
ANAK YANG TIDAK TAHU BERTERIMA KASIH
Ada seorang anak yang ingin membuat anak panah. Untuk membuat
anak panah itu, ia memerlukan bulu burung untuk diikatkan atau dilekatkan
pada ekor anak panah. Ia mencari bulu burung ke mana-mana, tetapi tidak
mendapatkannya.
Pada suatu hari, ia berdiri di bawah pohon. Tiba-tiba ia melihat ada
beberapa bulu burung jatuh dari pohon itu. Ketika ia memandang ke atas, ia
melihat ada sarang burung dan ada seekor induk burung yang sedang
memberi makan anak-anaknya. Burung itu telah memberi bulu-bulu sayapnya
untuk anak itu. Dengan senang hati, anak itu memungut bulu-bulu burung
dan kemudian ia membuat beberapa anak panah yang bagus sekali.
Sesudah memiliki anak-anak panah, anak itu kembali ke pohon
tersebut. Dengan panah yang baru dibuatnya, ia memanah induk burung.
Sejak saat itu, anak-anak burung di sarang itu, tidak ada lagi yang memlihara
dan memberi makan. Akhirnya, anak-anak burung itu lapar dan mati.
Burung dan juga binatang lain sering kali menolong kita. Oleh karena itu,
kita tidak boleh membunuhnya jika tidak perlu. Kita harus menjaga dan
memelihara semua yang indah di sekeliling kita, termasuk satwa seperti
burung atau binatang lainnya.
Semua unsur alam, yaitu tanah, air, udara, terang, flora dan fauna adalah
karunia Tuhan bagi kita. Tanpa itu semua, kita tidak dapat hidup. Semua
karunia itu adalah tanda cinta Tuhan bagi manusia.
Dalam cerita di atas, perbuatan memanah ( membunuh ) induk burung yang
sedang memberi makan anak-anaknya, sungguh-sungguh perbuatan yang
tidak bertanggung jawab. Sebab, di samping membunuh si induk burung,
juga menyebabkan anak-anak burung tersebut mati.