You are on page 1of 11

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kejahatan sejak dahulu hingga sekarang selalu mendapatkan sorotan, baik itu dari
kalangan pemerintah maupun dari masyarakat itu sendiri. Persoalan kejahatan bukanlah
merupakan persoalan yang sederhana terutama dalam masyarakat yang sedang mengalami
perkembangan seperti Indonesia ini. Dengan adanya perkembangan itu dapat dipastikan
terjadi perubahan tata nilai, dimana perubahan tata nilai yang bersifat positif berakibat pada
kehidupan masyarakat yang harmonis dan sejahtera, sedang perubahan tata nilai bersifat
negatif menjurus ke arah runtuhnya nilai-nilai budaya yang sudahada.“Kejahatan adalah
suatu tindakan anti sosial yang merugikan, tidak pantas, tidak dapat dibiarkan yang dapat
menimbulkan kegoncangan dalam masyarakat.”( B. Simandjuntak, 1981, Pengantar
Kriminologi dan Patologi Sosial, Bandung: Tarsito, hal 71)

Menurut Van Bemmelen, kejahatan adalah:“Tiap kelakukan yang bersifat tindak susila
yang merugikan yang menimbulkan begitu banyak ketidaktenangan dalam suatu masyarakat
tertentu. Sehingga masyarakat itu berhak mencelanya dan menyatakan penolakannya atas
kelakukan itu dalam bentuk nestapa dengan sengaja diberikan karena kelakuan tersebut”.
Sementara itu, menurut Bonger, “Setiap kejahatan bertentangan dengan kesusilaaan,
kesusilaan berakar dalam rasa sosial dan lebih dalam tertanam daripada agama, kesusilaan
merupakan salah satu kaidah pergaulan” Salah satu masalah yang dihadapi remaja dan
menjadi masalah bagi lingkungannya adalah aktivitas seksual yang akhir-akhir ini nampak
menjurus pada hal-hal negatif. Dikatakan negatif karena para remaja bersikap dan bertingkah
laku yang menyimpang, hal ini dapat dibuktikan dengan adanya berbagai macam perilaku
seksual disalurkan dengan sesama jenis kelamin, dengan anak yang belum berumur, dan
sebagainya.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan penjelasan pada latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan
dibahas dalam makalah ini adalah:
1. Apa pengertian dari Pelecehan Seksual?
2. Bagaimanakah pelecehan seksual yang terjadi pada remaja putri ?
3. Bagaimanakah pelecehan seksual yang terjadi pada anak-anak?
4. Apa saja dampak dari pelecehan seksual ?
5. Bagaimanakahsolusinya untuk mencegah terjadinya kekerasan dan pelecehan seksual?

1
1. 3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengertian dari Pelecehan Seksual.
2. Untuk mengetahui pelecehan seksual yang terjadi pada remaja putri.
3. Untuk mengetahui pelecehan seksual yang terjadi pada anak-anak.
4. Untuk mengetahuidampak dari pelecehan seksual.
5. Untuk mengetahuisolusinya untuk mencegah terjadinya pelecehan seksual.
1.4 Manfaat Penulisan
1. Dapat mengetahui pengertian dari Pelecehan Seksual.
2. Dapat mengetahui pelecehan seksual yang terjadi pada remaja putri.
3. Dapat mengetahui pelecehan seksual yang terjadi pada anak-anak.
4. Dapat mengetahuidampak dari pelecehan seksual.
5. Dapat mengetahuisolusinya untuk mencegah terjadinya pelecehan seksual.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pelecehan Seksual


Pelecehan seksual adalah segala macam bentuk perilaku yang berkonotasi seksual
yang dilakukan secara sepihak dan tidak diharapkan oleh orang yang menjadi sasaran hingga
menimbulkan reaksi negatif: rasa malu, marah, tersinggung dan sebagainya pada diri orang
yang menjadi korban pelecehan.
Pelecehan seksual terjadi ketika pelaku mempunyai kekuasaan yang lebih dari pada
korban. Kekuasaan dapat berupa posisi pekerjaan yang lebih tinggi, kekuasaan ekonomi,
"kekuasaan" jenis kelamin yang satu terhadap jenis kelamin yang lain, jumlah personal yang
lebih banyak, dsb.
Rentang pelecehan seksual ini sangat luas, meliputi: main mata, siulan nakal,
komentar yang berkonotasi seks, humor porno, cubitan, colekan, tepukan atau sentuhan di
bagian tubuh tertentu, gerakan tertentu atau isyarat yang bersifat seksual, ajakan berkencan
dengan iming-iming atau ancaman, ajakan melakukan hubungan seksual sampai
perkosaan.Pelecehan juga dapat berupa komentar/perlakuan negatif yang berdasar pada
gender, sebab pada dasarnya pelecehan seksual merupakan pelecehan gender, yaitu pelecehan
yang didasarkan atas gender seseorang, dalam hal ini karena seseorang tersebut adalah
perempuan. Seperti: " Tugas perempuan kan di belakang....", "Tidak jadi dinikahi, karena
sudah tidak perawan lagi....".
Pelaku kekerasan seksual yang biasanya merupakan keluarga dekat, misalnya: teman
dekat, kekasih, saudara, ayah (tiri maupun kandung), guru, pemuka agama, atasan, dan
sebagainya.Menurut data statistik kejahatan seksual WHO 1993, 60-78% pelaku tindak
kekerasan seksual adalah orang yang dikenal korban. Dalam banyak kasus lainnya, perkosaan
dilakukan oleh orang-orang yang baru dikenal dan semula nampak sebagai orang baik-baik
yang menawarkan bantuan, misalnya mengantarkan korban ke suatu tempat.Pelecehan
seksual bisa terjadi di mana saja dan kapan saja, seperti di bus, pabrik, supermarket, bioskop,
kantor, hotel, trotoar, dsb baik siang maupun malam.
Pelecehan seksual di tempat kerja seringkali disertai dengan janji imbalan pekerjaan
atau kenaikan jabatan. Bahkan bisa disertai ancaman, baik secara terang-terangan ataupun
tidak. Kalau janji atau ajakan tidak diterima bisa kehilangan pekerjaan, tidak dipromosikan,
dimutasikan, dsb. Pelecehan seksual bisa juga terjadi tanpa ada janji atau ancaman, namun
dapat membuat tempat kerja menjadi tidak tenang, ada permusuhan, penuh tekanan,

3
dsb.Hampir semua korban pelecehan seksual adalah perempuan tidak memandang status
sosial ekonomi, usia, ras, pendidikan, penampilan fisik, agama, dsb.
Ada beberapa pasal dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) yang dapat
menjerat seseorang pelaku pelecehan seksual:
1. Pencabulan pasal 289-296.
2. Penghubungan pencabulan pasal 295-298 dan pasal 506.
3. Persetubuhan dengan wanita di bawah umur pasal 286-288.

2.2 Pelecehan Dan Kekerasan Seksual Pada Remaja Putri


Remaja adalah aset berharga suatu bangsa. Mereka yang nantinya dharapkan menjadi
penerus kelangsungan suatu negara dalam segala hal. Dari data proyeksi populasi remaja di
Indonesia yang dilakukan BKKBN ternyata untuk setiap 5 tahun ke depan populasi usia ini
diperkirakan akan terus mengalami kenaikan jumlah. Upaya menyejahterakan remaja salah
satunya adalah dengan melindungi usia ini dari segala bentuk kekerasan dan pelecehan
terhadap hak asasi mereka sebagai manusia sehingga nantinya mereka akan siap sebagai
manusia dewasa yang sejahtera secara fisik, mental dan spiritual.
Kekerasan yang termasuk sering dialami usia remaja, terutama remaja wanita, adalah
kekerasan seksual. Hal ini mencakup segala perlakuan mulai dari pelecehan sampai
perkosaan. Menurut data statistik kejahatan seksual WHO tahun 1993, korban kejahatan
seksual di mayoritas negara-negara di dunia adalah usia di bawah 15 tahun, berkisar di antara
36-62%.Data di Indonesia belum dapat disimpulkan karena laporan yang sangat sedikit.
Namun wacana di banyak media massa cukup dapat menyimpulkan bahwa kekerasan seksual
pada remaja wanita di Indonesia sangat memprihatinkan.

2.3 Pelecehan Dan Kekerasan Seksual Pada Anak


Menurut WHO (2004 dalam Lidya, 2009) kekerasan terhadap anak adalah suatu
tindakan penganiayaan atau perlakuan salah pada anak dalam bentuk menyakiti fisik,
emosional, seksual, melalaikan pengasuhan dan eksploitasi untuk kepentingan komersial
yang secara nyata ataupun tidak dapat membahayakan kesehatan, kelangsungan hidup,
martabat, atau perkembangannya, tindakan kekerasan diperoleh dari orang yang bertanggung
jawab, dipercaya, atau berkuasa dalam perlindungan anak tersebut. Dapat disimpulkan bahwa
yang dimaksud kekerasan terhadap anak adalah perilaku salah baikdari orang tua, pengasuh,
dan lingkungan dalam bentuk perlakuan kekerasan fisik, psikis, maupunmental yang
termasuk didalamnya eksploitasi, mengancam, dan lain-lain terhadap anak.

4
Azevedo & Viviane mengklasifikasikan bentuk kekerasan psikologis pada anak:
1. Kekerasan anak secara fisik
Kekerasan anak secara fisikadalah penyiksaan, pemukulan, dan penganiayaan
terhadap anak, dengan atau tanpa menggunakan benda-benda tertentu, yang menimbulkan
luka-luka fisik atau kematian kepada anak. Bentuk luka dapat berupa lecet atau memar akibat
persentuhan atau kekerasan benda tumpul, seperti bekas gigitan, cubitan, ikat pinggang atau
rotan. Dapat pula berupa luka bakar akibat bensin panas atau berpola akibat sundutan rokok
atau setrika. Lokasi luka biasanya ditemukan pada daerah paha, lengan, mulut, pipi, dada,
perut, punggung atau daerah bokong. Terjadinya kekerasan terhadap anak secara fisik
umumnya dipicu oleh tingkah laku anak yang tidak disukai orangtuanya, seperti anak nakal
atau rewel, menangis terus, minta jajan, buang air, kencing atau muntah disembarang tempat,
memecahkan barang berharga.
2. Kekerasan anak secara psikis
Kekerasan anak secara psikis meliputi penghardikkan, penyampaian kata-kata kasar
dan kotor, memperlihatkan buku, gambar atau film pornografi pada anak. Anak yang
mendapatkan perlakuan ini umumnya menunjukkan gejala perilaku maladaftif, seperti
menarik diri, pemalu, menangis jika didekati, takut keluar rumah dan takut bertemu orang
lain.
3. Kekerasan anak secara seksual
Kekerasan anak secara seksual dapat berupa perlakuan prakontak seksual antara anak
dengan orang yang lebih besar (melalui kata, sentuhan, gambar visual, exhibitionism),
maupun perlakuan kontak seksual secara langsung antara anak dengan orang dewasa (incest,
perkosaan, eksploitasi seksual). Pemukulan pada daerah “bokong” anak dapat menumbuhkan
perasaan nikmat seksual secara dini. Mereka tidak dapat mengerti mengenai perasaan
tersebut. Setelah dewasa mereka melakukan keanehan seksual ini biasanya mereka mencari
pelacur. Selain itu anak korban pemukulan merasa dirinya tidak berharga, karena terbiasa
merasa sakit karena pukulan, anak-anak ini akan mudah menyerahkan tubuhnya untuk
diperlakukan secara tidak senonoh setelah dewasa, sehingga ia mudah menjadi
korban pelacuran.

4. Kekerasan anak secara sosial


Kekerasan anak secara sosialdapat mencakup penelantaran anak dan eksploitasi anak.
Penelantaran anak adalah sikap dan perlakuan orang tua yang tidak memberikan perhatian
yang layak terhadap proses tumbuh kembang anak. Misalnya anak dikucilkan, diasingkan
dari keluarga, atau tidak diberikan pendidikan dan perawatan kesehatan yang layak.
Eksploitasi anak menunjuk pada sikap diskriminatif atau perlakuan sewenang-wenang

5
terhadap anak yang dilakukan keluarga atau masyarakat. Sebagai contoh, memaksa anak
untuk melakukan sesuatu demi kepentingan ekonomi, sosial atau politik tanpa
memperhatikan hak-hak anak untuk mendapatkan perlindungan sesuai dengan perkembangan
fisik, psikis dan status sosialnya.
Contoh Kasus Pelecehan Seksual Yang Terjadi
Kasus Pertama :
Sepanjang tahun 2010menurut laporan , terjadi 125 kasus pelecehan seksual. Tahun
sebelumnya, hanya terjadi 90 kasus. Dari 125 kasus, 20 kasus di antaranya berlanjut ke meja
hijau. Namun tak disebutkan apakah kasus perkosaan oleh mantan presiden Moshe Katsav
masuk dalam angka ini.Direktur Jenderal Association of Rape Crisis Centers Israel, Michal
Rozin, menyatakan tingginya angka ini karena banyak korban dalam kasus ini mau bersuara
dan mencari keadilan.
Kasus serupa Katsav muncul tahun 2010 saat seorang PNS, Orly Innes melaporkan
dirinya dilecehkan secara seksual oleh seorang dirjen di Kementerian Keamanan Publik,
Hagai Peleg.Laporan dari Komisi Pegawai Negeri Sipil, yang baru-baru ini diberikan kepada
Departemen Kehakiman, menunjukkan bahwa Departemen Pendidikan mencatatkan jumlah
keluhan terbesar pada tahun 2010. Rozin mengatakan kasus pelanggaran seksual melibatkan
figur publik seperti kasus Katsav atau mantan menteri Haim Ramon juga menunjukkan tren
meningkat.
Kasus Kedua:
Perekam video cabul yang melibatkan siswi SMP di Jakarta Pusat. Video pelecehan
seksual menyebar di kalangan siswa SMP 4 di Jakarta Pusat.Video ini berisi pemaksaan lima
siswi SMP kepada rekannya wanitanya dan seorang laki-laki adik kelasnya untuk beradegan
seks.Kasus dugaan pelecehan ini muncul ketika salah seorang siswi SMP di Jakarta Pusat
membuat laporan di Polres Jakarta Pusat pada Minggu (13/10) lalu.Saat itu siswi kelas IX itu
mengaku dipaksa oleh salah orang temannya untuk melakukan seks oral kepada adik
kelasnya yang masih duduk di kelas VIII. Adegan tersebut disaksikan dan direkam video oleh
5 orang perempuan lain yang juga merupakan teman seangkatan korban.Korban bahkan
diancam dengan menggunakan senjata tajam jika menolak permintaan keenam temannya
tersebut. Merasa terancam, korban terpaksa menuruti kemauan bejat teman-temannya itu.
Kejadian ini terjadi pada 13 September lalu.

2.4 Dampak Dari Pelecehan Seksual


Banyak akibat yang ditimbulkan oleh kekerasan seksual. Sebagai remaja yang masih
berkembang, hal ini akan sangat membekas dan meninggalkan efek lama baik secara fisik
atau mental. Angka bunuh diri pada wanita yang mengalami kekerasan seksual dari pria yang

6
tinggal bersamanya 5 kali lebih besar dibandingkan dengan wanita yang tidak mengalami hal
tersebut.
Berbagai penyakit menular seksual dapat ditularkan melalui kekerasan seksual. Walaupun
organ reproduksi remaja wanita sudah berkembang, kekerasan seksual yang dialami mulai
dari manipulasi organ seksual sampai pemerkosaan dapat melukai organ reproduksi dan
menimbulkan infeksi, penyakit organ reproduksi lainnya, kehamilan yang tidak diinginkan
bahkan aborsi.
Rasa takut dan malu korban akibat intimidasi dan budaya masyarakat menyebabkan
tidak terdeteksinya penyakit dan kehamilan sehingga kadang ditemukan dalam keadaan
lanjut.Problem kesehatan mental yang dihadapi oleh remaja putri yang mengalami pelecehan
dan kekerasan seksual bisa berupa depresi atau kecemasan yang berlangsung lama, atau
sindrom stress pasca trauma. Beberapa menunjukkan mekanisme mengingkari dengan beralih
pada alkohol atau obat terlarang untuk menghilangkan rasa sakit. Kebanyakan dari mereka
mengisolasi diri mereka dan menarik diri dari lingkungan.
Di antara dampak sosial yang dilami korban adalah menurunnya prestasi
sekolah/kerja,lebih sering absen, tidak mengambil mata kuliah yang diajarkan dosen tertentu,
nilai di menurun, mendapat balas dendam dari pelaku atau teman si pelaku, kehilangan
kehidupan pribadi karena menjadi “yang bersalah”, menjadi objek pembicaraan, kehancuran
karakter/reputasi, kehilangan rasa percaya pada orang dengan tipe/posisi yang serupa pelaku,
kehilangan rasa percaya pada lingkungan yang serupa, mengalami stress luar biasa dalam
berelasi dengan partner, dikucilkan, pindah universitas/fakultas; kehilangan pekerjaan dan
kesempatan mendapat referensi, kehilangan karir. Di samping itu juga terdapat dampak
psikologis/fisiologis, yaitu: depresi, serangan panik,kecemasan, gangguan tidur, penyalahan
diri, kesulitan konsentrasi, sakit kepala, kehilangan motivasi, lupa waktu, merasa dikhianati,
kemarahan dan hingga pikiran bunuh diri.
2.5 Solusi Dalam Mencegah Kekerasan Dan Pelecehan Seksual
Cara-cara mencegah pelecehan seksual:
1. Pelajari persoalan pelecehan seksual.
2. Mampu bertindak asertif dan berani mengatakan tidak (menolak).
3. Menyebarkan informasi tentang pelecehan seksual.
4. Mau bertindak sebagai saksi.
5. Membantu korban.
6. Membentuk kelompok solidaritas.
7. Mengkampanyekan jaminan keamanan, khususnya bagi perempuan.
8. Mengkampanyekan penegakan hukum bagi hak-hak perempuan.

7
Berikut ini adalah peran penting dalam mencegah terjadinya kekerasan dan pelecehan
seksual:
1. Orang Tua
Para orang tua seharusnya lebih memperhatikan kehidupan anaknya. Orang tua dituntut
kecakapannya dalam mendidik dan menyayangi anak-anaknya. Jangan membiarkan anak hidup dalam
kekangan, mental maupun fisik. Sikap memarahi anak habis-habisan, apalagi tindakan kekerasan
(pemukulan danpenyiksaan fisik) tidaklah arif, karena hal itu hanya akan menyebabkan anak
merasa tidak diperhatikan, tidak disayangi. Akhirnya anak merasa trauma, bahkan putus asa.
2. Guru
Peran seorang guru dituntut untuk menyadari bahwa pendidikan di Negara kita bukan saja
untuk membuat anak pandai dan pintar, tetapi harus juga dapat melatih mental anak
didiknya. Peran guru dalam memahami kondisi siswa sangat diperlukan.Sikap arif, bijaksana,
dan toleransi sangat diperlukan. Idealnya seorang guru mengenal betul pribadi peserta didik, termasuk
status sosial orang tua murid sehingga ia dapat bertindak dan bersikap bijak.
3. Masyarakat
Anak-anak kita ini selain bersentuhan dengan orang tua dan guru, mereka pun tidak bisa lepas
dari berbagai persinggungan dengan lingkungan masyarakat dimana dia berada. Untuk itu
diperlukan kesadaran dan kerjasama dari berbagai elemen di masyarakat untuk turut memberikan
nuansa pendidikan positif bagi anak-anak.Salah satu elemen tersebut adalah pihak pengelola
stasiun TV. Banyak risetmenyimpulkan bahwa pengaruh media (terutama TV) terhadap perilaku
anak cukup besar. Berbagai tayangan kriminal di berbagaisatsiun TV, tanpa kita sadari telah
menampilkan potret-potret kekerasan yang tentu akanberpengaruh pada pembentuk mental
pribadi anak dan terhadap kejahatan seksual.
4. Pemerintah Dan Sosial Worker
Pemerintah adalah pihak yang bertanggung jawab penuh terhadap kemashlahatanrakyatnya, termasuk
dalam hal ini adalah menjamin masa depan bagianak-anak kita sebagai generasi
penerus.Pemerintah dirasa sangat perlu memperbaiki undang-undang, terutama mengenai
hak-hak wanita dan anak-anak, memperberat hukuman bagi pelaku dan memberikan
pendidikan mengenai kekerasan seksual pada wanita dan remaja putri sehingga paradigma
kekerasan dan pelecehan seksual sebagai sesuatu yang lumrah menjadi hilang. Masyarakat
perlu menggalang kekuatan yang dapat menekan pemerintah untuk segera mengatasi
masalah ini dengan melibatkan pekerja sosial atau dunia internasional yang peduli pada
masalah kekerasan terhadap wanita dan anak-anak.
Para pekerja sosial yang peduli dalam masalah kekerasan seksual pada remaja dapat
menyelenggarakan penggalangan kesadaran akan pentingnya mengetahui hak-hak asasi

8
wanita dan anak-anak. Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan penyuluhan mengenai kiat-
kiat mencegah pelecehan seksual.Peran penyedia layanan kesehatan terutama dokter sangat
penting. Peran pemerintah dalam memberikan rasa aman yang kurang sangat berpengaruh
terhadap adanya kekerasan seksual.
Beberapa negara masih mengabaikan perlindungan terhadap wanita dan anak-anak karena
budaya dan paradigma yang telah mengakar pada masyarakat mengenai derajat wanita yang
masih rendah, tidak menganggap isu ini penting, atau tidak memiliki perangkat hukum yang
baik dalam melindungi hak wanita dan anak-anak.
Beberapa langkah untuk menjaga diri dari perkosaan:
1. Menunjukkan sikap tegas terhadap segenap bentuk perilaku yang mencurigakan.
2. Selalu bersikap waspada.
3. Tidak boleh berjalan di tempat gelap dan sunyi.
4. Berpakaian sewajarnya.
5. Sediakan selalu senjata di dalam tas, seperti misalnya korek api, deodoran semprot,
dan sebagainya.
6. Jika pergi ke suatu tempat asing, bawa alamat lengkap, denah dan jalur kendaraan
sehingga tidak terlihat bingung. Bertanyalah ke tempat-tempat resmi, seperti kantor
polisi.
7. Jangan mudah menerima ajakan untuk bepergian atau menginap di tempat yang belum
dikenal.
8. Jangan mudah menumpang kendaraan orang yang belum dikenal.
9. Berhati-hati jika diberi minum orang.
10. Pastikan selalu jendela, pintu kamar, rumah, mobil, sudah terkunci dengan baik.
11. Belajar beladiri praktis untuk mempertahankan diri ketika diserang.

9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Akhirnya kita mengetahui sebagian kecil dari kejadian –kejadian yangpernah ada atau
yang sedang terjadi,pelecehan seksual bukanlah hal baru ternyata pelecehan seksual sudah
ada sejak dulu dan tersebar dimana-mana hanya saja susah untuk menghentikannya.Ini tugas
dari kita generasi baru untuk menjaga dunia dari tangan-tangan tidak bermoral dan juga dari
kepolisian harus lebih mempertegas tentang hokum yang berlaku.

3.2 Saran
Dari berbagai informasi yang telah kita dapatkan bahwa pelecehan seksual sangat
berbahaya karena akan menimbulkan efek yang sangat berbahaya mulai dari beban mental
yang diderita oleh korban,penyakit yang akan diderita oleh pelaku dan juga oleh korban dan
lain sebagainya. Maka dari itu kita harus bisa menjaga diri dengan cara mendekat diri kepada
yang Maha Kuasa,pertebal iman kita supaya kita selalu dilindungi-Nya.

10
DAFTAR PUSTAKA

Abu Huraerah. (2006). Kekerasan Terhadap Anak Jakarta:Penerbit Nuansa,Emmy Soekresno S.


Pd.(2007)..

Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. Pelecehan Seksual dan Kekerasan Seksual.
2002.

http://www.bkkbn.go.id /hqweb/ceria /mb2pelecehan seksual.html. Disitasi tanggal 28 Maret


2004.diakses tanggal 7November 2013

Annisa R. Pelecehan Seksual. 2003. http://situs.kesrepro.info/gendervaw /materi/


pelecehan.htm. Disitasi tanggal 28 Maret 2004.diakses tanggal 7 November 2013

http://www.tempo.co/read/news/2013/10/22/064523688/Kasus-Pelecehan-Seksual-di-SMP-4-
karena-Kepol.

http://id.wikipedia.org/wiki/Pelecehan_seksual.

11

You might also like