You are on page 1of 22

PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SIDOARJO

ASKEB PATHOLOGI II

Modul Praktikum :
Asuhan Kebidanan Persalinan Dan Nifas
Pathologi
Copyright Modul Prodi Kebidanan UMSIDA ©2016

PENYUSUN MODUL :
SMF Hanum, SST.,MM.,M.Kes
Kode / No MDL-DKB/01/ASKEB-PATH-II/020
KAMPUS IV FIKES-UMSIDA :
PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN
Revisi 01
Jl. Raya RameNo 4 PilangWonoayu
FAKULTAS Sidoarjo 61261 NoTelp (031) 8962733 Fax (031) 8962740
ILMU KESEHATAN
Tanggal Berlaku 01 September 2014
Website :www.d3kebidanan.umsida.ac.ide-mail
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH :d3kebidanan@umsida.ac.id
SIDOARJO
Halaman 22 Halaman

MODUL PRAKTIKUM
ASUHAN KEBIDANAN PATHOLOGI-II
(ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN & NIFAS PATHOLOGI)
KODE MK : BD BD00415
SEMESTER : IV (EMPAT)
BEBAN : 3 SKS (T : 1; P : 2)

Disiapkan oleh : Koordinator Mata Kuliah


Diperiksa oleh : Ketua Prodi D-III Kebidanan
Disetujui oleh : DekanFakultasIlmuKesehatan

Disiapkan oleh : Diperiksa oleh : Disetujui oleh :

SM Faridah Hanum, Evi Rinata, SM Faridah Hanum,


SST, MM, M.Kes SST, M.Keb SST, MM, M.Kes
Koordinator Mata Kuliah Ketua Program Studi DekanFakultas

DIII – KEBIDANAN UMSIDA |Modul 20 : Asuhan Pathologi II 2


Kata Pengantar
Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan

Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas selesainya

penyusunan modul praktikum untuk mata kuliah askeb patologi II (persalinan dan nifas

pathologi). Modul praktikum ini merupakan panduan dan pedoman mahasiswa dalam proses

pembelajaran dan praktikum mata kuliah askebpathologi II, selain modul praktikum ini masih

banyak buku pedoman lain yang di gunakan dalam proses belajar oleh mahasiswa dan

pengajar mata kuliah askebpathologi II.

Modul praktikum askeb pathologi II(persalinan dan nifas pathologi) merupakan modul

yang digunakan pada semester IV selama 14minggu dengan beban 3 SKS. Modul praktikum ini

dapat menjadi langkah awal mahasiswa untuk memahami ketrampilan dan asuhan apa saja

yang harus di kuasai selama proses pembelajaran dan praktikum di antaranya meliputi

pathologi persalinan (pengisian partograf pada kasus pathologi, vacum ekstraksi di dasar

panggul, manuver distosia bahu, pertolongan persalinan sungsang, manual plasenta, KBI, KBE

dan KAA) dan pathologi nifas (penanganan kasus retensi urine/ bladdertrainning). Selain ini

mahasiswa dapat memadukan ilmu dan keterampilan yang di perolehnya.

Kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam penyusunan modul ini, untuk

itu kami mohon kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan modul. Kami ucapkan terima

kasih untuk semua pihak yang terlibat dalam penyusunan modul praktikum I ini.

DIII – KEBIDANAN UMSIDA |Modul 20 : Asuhan Pathologi II 3


Daftar Isi
Lembar Pengesahan .............................................................................................. 2
Kata Pengantar Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan ...................................................3
Daftar Isi ................................................................................................................. 4
BAB I PENDAHULUAN5
A. Standar Kompetensi ....................................................................5
B. Deskripsi ......................................................................................5
C. Waktu ...........................................................................................5
D. Prasyarat .....................................................................................5
E. Tempat Praktikum ........................................................................5
F. Tujuan Pembelajaran (performance objective) ............................5
G. Indikator Pencapaian ...................................................................5
H. Petunjuk Penggunaan Modul .......................................................6

BAB II PEMBELAJARAN
A. Modul 1 : Pathologi Persalinan ..................................................7
B. Modul 2 : Pathologi Nifas ...........................................................18

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................22

DIII – KEBIDANAN UMSIDA |Modul 20 : Asuhan Pathologi II 4


BAB I
PENDAHULUAN

A. STANDAR KOMPETENSI
Mahasiswa mampu melaksanakan ketrampilan dalam penanganan persalinan dan nifas
pathologi meliputi pengisian partograf pada kasus pathologi, vacum ekstraksi di dasar
panggul, manuver distosia bahu dengan manuver Mc Robert, manuver Wood Corkscrew,
manuver Schwartz & Dixon, pertolongan persalinan sungsang, manual plasenta, KBI,
KBE, KAA serta bladder trainning.

B. DESKRIPSI
Modul ini memberikan petunjuk bagaimana melaksanakan ketrampilan dan tindakan
dalam penanganan persalinan dan nifas pathologi.

C. WAKTU
2SKS (P) x 2 jam x 14 minggu = 56 jam / semester = 4 jam / minggu

D. PRASYARAT
Lulus MK Askeb II,III,Obstetri patologi persalinan dan Nifas

E. TEMPAT PRAKTIKUM
Modul praktikum ini dapat digunakan mahasiswa sebagai pedoman melakukan prasat
yang di lakukan pada :
a. Laboratorium INC
b. Lahan Praktek (BPS, Puskesmas, Rumah Sakit)

F. TUJUAN PEMBELAJARAN (PERFORMANCE OBJECTIVE)


Mempraktikkan ketrampilan dalam penanganan persalinan dan nifas pathologisesuai
dengan standart operasional prosedur.

G. INDIKATOR PENCAPAIAN
1) Mahasiswa mampu menjelaskan dan mempraktekkan pengisian partograf pada
kasus pathologi.
2) Mahasiswa mampu menjelaskan dan mempraktekkan tindakan vacum ekstraksi di
dasar panggul.
3) Mahasiswa mampu menjelaskan dan mempratekkan manuver distosia bahu dengan
manuver Mc. Robert/ manuver Wood Cortscrew/ manuver Schwartz & Dixon.
4) Mahasiswa mampu menjelaskan dan mempraktekkan pertolongan pada persalinan
sungsang.
5) Mahasiswa mampu menjelaskan dan mempraktekkan tindakan manual plasenta.
DIII – KEBIDANAN UMSIDA |Modul 20 : Asuhan Pathologi II 5
6) Mahasiswa mampu menjelaskan dan mempraktekkan tindakan KBI, KBE dan KAA
7) Mahasiswa mampu menjelaskan dan mempraktekkan penanganan kasus retensi
urine (bladder trainning)

H. PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL


1) Setiap mahasiswa harus melakukan tindakan secara individu
2) Baca dan pelajari modul, job sheet serta daftar tilik yang tersedia sebelum melakukan
praktikum
3) Setiap kegiatan praktikum mahasiswa di wajibkan membawa modul yang sesuai
dengan praktikum yang akan di lakukan
4) Siapkan alat-alat yang dibutuhkan satu hari sebelum tindakan praktikum di mulai
dimulai
5) Ikuti petunjuk dosen pembimbing / laboran
6) Tanyakan pada dosen pembimbing / laboran apabila terdapat hal-hal yang kurang
dimengerti
7) Selama kegiatan praktek berlangsung mahasiswa wajib menaati tata tertib yang
berlaku

DIII – KEBIDANAN UMSIDA |Modul 20 : Asuhan Pathologi II 6


BAB II
PEMBELAJARAN

MODUL
PATHOLOGI PERSALINAN
1
KEGIATAN PRAKTIKUM 1 – I
MANUAL PLASENTA

KEGIATAN PRAKTIKUM 1 – I
PENGISIAN PARTOGRAF
A. TUJUAN PEMBELAJARAN PADA KASUS PATHOLOGI
/ LEARNING OBJECTIVE
Mahasiswa dapat memberikan/mempraktikkan asuhan kebidanan pada ibu dengan
kelainan / komplikasi persalinan retensio placenta sesuai standart.

B. DASAR TEORI
PERDARAHAN DALAM KALA URI
Biasanya setelah janin lahir, beberapa menit kemudian mulailah proses pelepasan
plasenta disertai sedikit perdarahan. Bila plasenta sudah lepas dan turun ke bagian bawah
rahim, maka uterus akan berkontraksi (his pengeluaran plasenta) untuk mengeluarkan
plasenta (Mochtar, 1998).

Retensio Plasenta
 PENGERTIAN
Retensio plasenta adalah keadaan dimana plasenta belum lahir dalam waktu 1 jam
setelah bayi lahir (Mochtar, 1998).

 SEBAB – SEBAB
1) Plasenta belum terlepas dari rahim karena tumbuh melekat lebih dalam, yang
menurut tingkat pelekatannya dibagi menjadi
a. Plasenta adhesiva, yang melekat pada desidua endometrium lebih dalam;
b. Plasenta senta inkreta, dimana vili khorialis tumbuh lebih dalam dan
menembus desidua sampai ke miometrium;
c. Plasenta akreta, yang menembus lebih dalam ke dalam miometrium tetapi
belum menembus serosa; serta
d. Plasenta perkreta, yang menembus sampai serosa atau peritoneum dinding
rahim.

DIII – KEBIDANAN UMSIDA |Modul 20 : Asuhan Pathologi II 7


2) Plasenta sudah lepas tetapi belum keluar karena atonia uteri dan akan
menyebabkan perdarahan yang banyak. Atau karena adanya lingkaran konstriksi
pada bagian bawah rahim akibat kesalahan penanganan kala III, yang akan
menghalangi plasenta keluar (plasenta inkarserata).

Bila plasenta belum lepas sama sekali tidak akan terjadi perdarahan, tapi bila
sebagian plasenta sudah lepas akan terjadi perdarahan dan ini merupakan indikasi
untuk segera mengeluarkannya. Plasenta mungkin pula tidak keluar karena kandung
kemih atau rectum penuh, karena itu keduanya harus dikosongkan.

 PENANGANAN
Apabila plasenta belum lahir dalam setengah sampai 1 jam setelah bayi lahir,
apalagi bila terjadi perdarahan, maka harus segera dikeluarkan. Tindakan yang dapat
dikerjakan adalah :
(1) Coba 1 – 2 kali dengan perasat Crede.
(2) Keluarkan plasenta dengan tangan (manual plasenta).
Pasang infus cairan dektrosa 5%, ibu dalam posisi litotomi, dengan narkosa dan
segala sesuatunya dalam keadaan suci hama.
Tekhnik : tangan kiri diletakkan di fundus uteri, tangan kanan dimasukkan dalam
rongga rahim dengan menyusuri tali pusat sebagai penuntun. Tepi plasenta
dilepas–disisihkan dengan tepi jari-jari tangan–bila sudah lapas ditarik keluar.
Lakukan eksplorasi apakah ada luka-luka atau sisa-sisa plasenta dan
bersihkanlah
Manual plasenta berbahaya karena dapat terjadi robekan jalan lahir (uterus) dan
membawa infeksi.
(3) Bila perdarahan banyak berikan transfuse darah.
(4) Berikan juga obat-obatan seperti uterotonika dan antibiotika

C. KESELAMATAN KERJA
Dengan memakai Alat Pelindung Diri
1. Memakai apron
2. Mencuci tangan 7 langkah dan mengeringkan dengan handuk cuci tangan yang kering
sekali pakai
3. Memakai sarung tangan bersih
4. Siapkan larutan clorin 0,5 %.

DIII – KEBIDANAN UMSIDA |Modul 20 : Asuhan Pathologi II 8


D. PERALATAN , BAHAN PRAKTIKUM DAN PROSEDUR PELAKSANAAN

PROSEDUR MANUAL PLASENTA

Skala Penilaian
No Uraian Kegiatan Bobot Ket
5 4 3 2 1
A. PERSIAPAN
1. Informed consent
2. Persiapan alat
3. Persiapan pasien
4. Persiapan petugas
5. Persiapan Obat (Anestesia verbal atau
analgesia per rektal)
B. TINDAKAN
1. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir (7
langkah), keringkan dengan handuk satu kali
pakai

2. Pakai sarung tangan

3. Pasang infuse RL dan masukkan analgesic


(profenit) 100 µg per rectal

4. Asepsis vulva dan tali pusat dengan


menggunakan betadhine

5. Celupkan tangan ( pakai hand schoon ) ke


dalam larutan

6. klorin 0,5 %, dan keringkan dengan handuk


sekali pakai

7. Gunakan sarung tangan steril

8. Pasang duk pada pantat, paha dan perut

9. Klem antara duk

10. Gunakan sarung tangan obstetric sterile

11. Buka labia dan masukkan tangan secara


obstetric ke dalam jalan lahir

12. Pindahkan tangan kiri untuk meregangkan tali


pusat

13. Masukkan tangan kanan sambil menyusuru


tali pusat dari bawah sampai ostium uteri
eksternum ( buka serviks)

14. Pindahkan tangan kiri di atas fundus uteri


untuk fiksasi fundus uteri

15. Masukkan tangan ke dalam kavum uteri


sampai insersi tali pusat

16. Buka tangan yang berada di kavum uteri


seperti berjabatan tangan, tentukan implantasi
plasenta dan temukan tepi plasenta paling

DIII – KEBIDANAN UMSIDA |Modul 20 : Asuhan Pathologi II 9


bawah.
E. EVALUASI
Skala Penilaian
1. Kognitif Skill
5 4 3 2 1
2. Psikomotor Skill berimplantasi di korpus
17. Bila plasenta
belakang, tali pusat tetap di sebelah atas dan
3. AttitudeSkill
sisipkan ujung jari-jari tangan diantara
plasenta dan dinding uterus dimana punggung
tangan menghadap ke bawah (posterior ibu).

18. Bila di korpus depan maka pindahkan tangan


sebelah ke sebelah atas tali pusat dan sisipkan
ujung jari-jari tangan di antara plasenta dan
dinding uterus dimana punggung tangan
menghadap ke atas (anterior ibu).

19. Setelah ujung-ujung jari masuk di antara


plasenta dan dinding uterus maka perluas
pelepasan plasenta dengan jalan menggeser
tangan ke kanan dan kiri sambil digeserkan ke
atas (kranial ibu) hingga semua perlekatan
plasenta terlepas dari dinding uterus.

20. Lakukan eksplorasi untuk memastikan tidak


ada sisa plasenta dan perforasi

21. Genggam plasenta dan keluarkan bersamaan


dengan tangan kiri menekan uterus bagian
bawah kea rah belakang atas (dorso cranial)
dan masukkan plasenta dalam tempat yang
telah disiapkan

22. Massage fundus uteri, pastikan kontraksi


uterus baik, dan evaluasi laserasi jalan lahir

23. Bereskan alat, buang bahan habis pakai dan


dekontaminasi semua alat yang telah
digunakan dalam larutan klorin 0,5 %

DIII – KEBIDANAN UMSIDA |Modul 20 : Asuhan Pathologi II 10


KEGIATAN PRAKTIKUM 1 – II
KBI, KBE, KAA

A. TUJUAN PEMBELAJARAN / LEARNING OBJECTIVE


Mahasiswa dapat memberikan/mempraktikkan asuhan kebidanan pada ibu dengan
kelainan / komplikasi persalinan HPP sekunder penyebab atonia uteri sesuai standart.

B. DASAR TEORI
PERDARAHAN POSTPARTUM
 Pengertian
Perdarahan Postpartum adalah perdarahan lebih dari 500 – 600 ml dalam masa 24
jam setelah anak lahir. Dalam pengertian ini dimasukkan juga perdarahan karena retensio
plasenta (Mochtar, 1998)
Menurut waktu terjadinya dibagi atas dua bagian :
a. Perdarahan postpartum primer (early postpartum hemorrhage) yang terjadi dalam 24
jam setelah anak lahir.
b. Perdarahan postpartum sekunder (late postpartum hemorrhage) yang terjadi setelah
24 jam, biaanya antara hari ke 5 sampai 15 postpartum.

Menurut Wiknjosatro H. (1960), perdarahan, terutama perdarahan postpartum,


masih merupakan salah satu dari sebab utama kematian ibu dalam persalinan. Karena itu
ada tiga hal yang harus diperhatikan dalam menolong persalinan dengan komplikasi
perdarahan postpartum, yaitu :
a. Penghentian perdarahan
b. Jaga jangan sampai timbul syok
c. Penggantian darah yang hilang.

 Frekuensi
Frekuensi yang dilaporkan Mochtar, R. dkk (1965-1969) di R.S. Pirngadi Medan
adalah 5,1% dari seluruh persalinan. Dari laporan–laporan baik di Negara maju maupun di
Negara berkembang angka kejadian berkisar antara 5% sampai 15%. Berdasarkan
penyebabnya diperoleh sebaran sebagai berikut :
a. Atonia uteri : 50% - 60%
b. Retensio plasenta : 16% - 17%
c. Sisa plasenta : 23% - 24%
d. Laserasi jalan lahir : 4% - 5%
e. Kelainan darah : 0,5% - 0,8%

DIII – KEBIDANAN UMSIDA |Modul 20 : Asuhan Pathologi II 11


 Etiologi
a. Atonia uteri
Faktor predisposisi terjadinya atonia uteri adalah :
 Umur : umur yang terlalu muda atau tua
 Paritas : seringdijumpai pada multipara dan grandemultipara
 Partus lama dan partus terlantar
 Obstetri operatif dan narkosa
 Uterus terlalu regang dan besar,misalnya pada gemeli,hidramnion,atau janin
besar
 Kelainan pada uterus, seperti mioma uteri, uterus couvelair pada solusio
plasenta
 Factor sosio ekonomi, yaitu malnutrisi
b. Sisa plasenta dan selaput ketuban
c. Jalan lahir : robekan perineum, vagina seviks, forniks, dan rahim
d. Penyakit darah Kelainan pembekuan darah misalnya a atau fibrinogenemia yang
sering dijumpai pada :
 Perdarahan yang banyak
 Solusio plasenta
 Kematian janin yang lama dalam kandungan
 Pre-eklamsi dan eklamsi
 Infeksi, hepatitis, dan septic syok.

 Diagnosis
Pada tiap-tiap perdarahan postpartum harus dicari apa penyebabnya. Secara
ringkas membuat diagnosis adalah seperti bagan di halaman berikut :
a. Palpasi uterus : bagaimana kontraksi uterus dan tinggi fundus uteri
b. Memeriksa plasenta dan ketuban : apakah lengkap atau tidak,
c. Atonia uteri lakukan eksplorasi kavum uteri untuk mencari :sisa-sisa plasenta dan
ketuban, robekan jalan lahir,robekan rahim,plasenta suksenturiata
d. Inspekulo: untuk melihat robekan pada serviks, vagina, dan varises yang pecah.
e. Pemeriksaan laboratorium: periksa darah, Hb, clot observation test (COT), dan lain-
lain (kelainan pembekuan darah).

Perdarahan postpartum ada kalanya merupakan perdarahan yang hebat dan


menakutkan sehingga dapat waktu singkat ibu dapat jatuh ke dalam keadaan syok. Atau
dapat berupa perdarahan yang menetes perlahan-lahan tetapi terus-terusan yang juga
berbahaya karena kita tidak menyangka akhirnya perdarahan berjumlah banyak, ibu
menjadi lemas dan juga jatuh dalam subsyok atau syok. Karena itu adalah penting sekali
pada setiap ibu yang bersalin dilakukan pengukuran kadar darah secara rutin; serta
pengawasan tekanan darah, nadi, pernafasan ibu, dan periksa juga kontraksi uterus dan
perdarahan selama 1 jam.

DIII – KEBIDANAN UMSIDA |Modul 20 : Asuhan Pathologi II 12


 Penanganan
Pencegahan perdarahan postpartum,Mencegah atau sekurang-kurangnya bersiap
siaga pada kasus-kasus yang disangka akan terjadi perdarahan adalah penting. Tindakan
pencegahan tidak saja dilakukan sewaktu bersalin, namun sudah dimulai sejak ibu hamil
dengan melakukan antenatal care yang baik. Ibu-ibu yang mempunyai predisposisi atau
riwayat perdarahan postpartum sangat dianjurkan untuk bersalin di rumah sakit.Di rumah
sakit diperiksa keadaan fisik, keadaan umum, kadar Hb, golongan darah, dan bila mungkin
tersedia donor darah. Sambil mengawasi persalinan, dipersiapkan keperluan untuk infus
dan obat-obatan penguat rahim (uterotonika). Setelah ketuban pecah kepala janin mulai
membuka vulva, infuse dipasang dan sewaktu bayi lahir diberikan 1 ampul methergin atau
kombinasi dengan 5 satuan sintosinon (=sintometrin intravena). Hasilnya biasanya
memuaskan.

Pengobatan Perdarahan Postpartum Pada Atonia Uteri


Tergantung pada banyaknya perdarahan dan derajat atonia uteri, dibagi dalam 3 tahap :
I. Tahap I : Perdarahan yang tidak begitu banyak dapat diatasi dengan cara
pemberian uterotonika,mengurut rahim (massage), dan memasang
gurita.
II. Tahap II : Bila perdarahan belum berhenti dan bertambah banyak, selanjutnya
berikan infus dan tranfusi darah dan dapat dilakukan :
 perasat (maneuver) Zangemeister
 pirasat (maneuver) Fritch
 kompresi bimanual
 kompresi aorta
 tamponade utero vaginal
 jepitan arteri uterine dengan cara Henkel
Tamponade utero-vaginal walaupun secara fisiologis tidak tepat, hasilnya masih
memuaskan, terutama didaerah pedesaan dimana fasilitas lainnya sangat minim
atau tidak ada.
III. Tahap III : Bila semua upaya diatas tidak menolong juga, maka usaha terakhir
adalah menghilangkan sumber perdarahan, dapat ditempuh dua cara,
yaitu dengan meligasi arteri hipogastrika atau histerektomi.

 Prognosis
Seperti dikatakan oleh Tadjuluddin (1965): “Perdarahan postpartum masih
merupakan ancaman yang tidak terduga; walaupun dengan pengawasan yang
sebaikbaiknya, perdarahan postpartum masih merupakan salah satu sebab kematian ibu
yang penting”. Sebaliknya menurut pendapat para ahli kebidanan modern: “Perdarahan
poatpartum tidak perlu mambawa kematian pada ibu bersalin”. Pendapat ini memang benar
bila kesadaran masyarakat tentang hal ini sudah tinggi dalam klinik tersedia banya darah
dan cairan serta fasilitas lainnya. Dalam masyarakat kita masih besar anggapan, bahwa

DIII – KEBIDANAN UMSIDA |Modul 20 : Asuhan Pathologi II 13


darahnya adalah merupakan hidupnya, karena itu mereka menolak menyumbangkan
darahnya, walaupun jiwa istri dan keluarganya sendiri.
Pada perdarahan postpartum, Mochtar R. dkk, (1969) melaporkan angka kematian
ibu sebesar 7,9% dan Wiknjosastro H. (1960) 1,8% – 4,5%. Tingginya angka kematian ibu
karena banyak penderita yang dikirim dari luar negeri dengan keadaan umum yang sangat
jelek dan anemis dimana tindakan apapun kadang-kadang tidak menolong.

NOTE : ATONIA UTERI


1. Kenali dan tegakkan diagnosis kerja atonia uteri.
2. Sementara lakukan pemasangan infus dan pemberian uterotonika, lakukan kompresi
bimanual.
3. Pastikan plasenta lahir lengkap (bila ada indikasi sebagian plasenta masih tertinggal,
lakukan evakuasi sisa plasenta) dan tak ada laserasi jalan lahir.
4. Berikan transfusi darah bila sangat diperlukan.
5. Lakukan uji beku darah (lihat solusio plasenta) untuk konfirmasi sistem pembekuan
darah.
6. Bila semua tindakan diatas telah dilakukan tetapi masih terjadi perdarahan lakukan
tindakan spesifik (lihat bagian Prosedur Klinik) sebagai berikut :
a. Pada fasilitas pelayanan kesehatan dasar
 Kompresi bimanual eksternal
Menekan uterus melalui dinding abdomen dengan jalan saling
mendekatkan kedua belah telapak tangan yang melingkupi uterus. Pantau aliran
darah yang keluar. Bila perdarahan berkurang, kompresi diteruskan,
pertahankan hingga uterus dapat kembali berkontraksi atau dibawa ke fasilitas
kesehatan rujukan. Bila belum berhasil, coba dengan kompresi bimanual internal
 Kompresi bimanual internal
Uterus ditekankan diantara telapak tangan pada dinding abdomen dan tinju
tangan dalam vagina untuk menjepit pembuluh darah di dalam miometrium
(sebagai pengganti mekanisme kontraksi). Perhatikan perdarahan yang terjadi.
Pertahankan kondisi ini bila perdarahan berkurang atau berhenti, tunggu hingga
uterus berkontraksi kembali. Cobakan kompresi aorta abdominalis.
 Kompresi aorta abdominalis
Raba arteri femoralis dengan ujung jari tangan kiri, pertahankan posisi
tersebut. Genggam tangan kanan kemudian tekankan pada daerah umbilikus,
tegak lurus dengan sumbu badan, hingga mencapai kolumna vertebralis.
Penekanan yang tepat, akan menghentikan atau sangat mengurangi denyut
arteri femoralis. Lihat hasil kompresi dengan memperhatikan perdarahan yang
terjadi (Sarwono, 2007).

b. Pada rumah sakit rujukan


 Ligasi arteri uterine dan ovarika,
 Histerektomi.

DIII – KEBIDANAN UMSIDA |Modul 20 : Asuhan Pathologi II 14


C. KESELAMATAN KERJA
Dengan memakai Alat Pelindung Diri
1. Memakai apron
2. Mencuci tangan 7 langkah dan mengeringkan dengan handuk cuci tangan yang kering
sekali pakai
3. Memakai sarung tangan bersih
4. Siapkan larutan clorin 0,5 %.

D. PERALATAN & BAHAN PRAKTIKUM DAN PROSEDUR PELAKSANAAN

PROSEDUR TINDAKAN KBI DAN KBE

Skala Penilaian
No Uraian Kegiatan Bobot Ket
5 4 3 2 1
A PERSIAPAN SEBELUM TINDAKAN
1 Inform consent
2 Pasien
3 Peralatan
4 Penolong
5 Pencegahan infeksi sebelum tindakan
B TINDAKAN
1 Pakai sarung tangan DTT
2 Kosongkan kandung kemih
Setelah kandung kemih dikosongkan, cabut
3 kateter dan masukkan kedalam wadah yang berisi
cairan klorin 0,5% selama 10 menit
4 Eksplorasi gumpalan darah dari vagina
Celupkan tangan ( pakai handscone) ke dalam
5 larutan klorin 0,5% dan keringkan dengan handuk
sekali pakai
6 Gunakan sarung tangan obstetric steril
KOMPRESI BIMANUAL UTERUS INTERNA
Penolong berdiri di depan vulva. Oleskan larutan
antiseptic pada sarung tangan kanan. Dengan ibu jari
7 telunjuk tangan kiri, sisihkan kedua labia mayora ke
lateral dan secara obstetric, masukkan tangan kanan
melalui introitus
Kepalkan tangan kanan dan letakkan daratan
8 punggung jari telunjuk hingga kelingking pada forniks
anterior, dorong uterus ke kranio anterior.
Telapak tangan kiri menekan bagian belakang korpus
9
uteri
Lakukan kompresi dengan jalan mendekatkan telapak
10 tangan kiri dengan kepalan tangan kanan pada forniks
anterior
Perhatikan perdarahan yang terjadi. Bila perdarahan
berhenti, pertahankan posisi demikian hingga
11
kontraksi uterus membaik. Bila perdarahan belum
berhenti lanjutkan tindakan berikut
Keluarkan tangan kanan, bersihkan sarung tangan dan
12
rendam dalam klorin 0,5%

No Uraian Kegiatan Bobot Skala Penilaian Ket


DIII – KEBIDANAN UMSIDA |Modul 20 : Asuhan Pathologi II 15
5 4 3 2 1
KOMPRESI BIMANUAL UTERUS EKSTERNA
13 Penolong berdiri menghadap pada sisi kanan ibu
Tekan dinding perut bawah untuk menaikkan fundus
14 uteri agar telapak tangan kiri dapat mencakup dinding
belakang uterus
Pindahkan posisi tangan kanan sehingga telapak tangan
15
kanan dapat menekan korpus uteri bagian depan
Tekan korpus uteri dengan jalan mendekatkan telapak
16 tangan kiri dan kanan dan perhatikan perdarahan yang
terjadi
17 Suntikkan Ergometrine 0,2 mg intramuskular
Pasang infuse dan beri oksitosin 20 IU dengan tetesan
18
cepat (500 cc habis dalam 10 menit)
Nilai kontraksi uterus dan perdarahan, bila perdarahan
berhenti,pertahankan posisi tersebut hingga uterus
19
dapat berkontraksi dengan baik. Bila perdarahan belum
berhenti, lanjutkan kelangkah berikutnya
20 Dekontaminasi dan pencegahan infeksi pasca tindakan
Perhatikan tanda vital, perdarahan dan kontraksi uterus
21
10 menit dalam 2 jam pertama
Tuliskan hasil tindakan dan instruksi perawatan
22 lanjutan, jelaskan dan serahkan pemantauan dan status
pada petugas
Beritahukan kepada pasien dan keluarga tentang
23 tindakan dan hasilnya serta perawatan lanjutan yang
masih diperlukan
KOMPRESI AORTA ABDOMINALIS (KAA)
Baringkan Ibu di atas ranjang, penolong menghadap
sisi kanan pasien. Atur posisi penolong sehingga
24
pasien berada pada ketinggian yang sama dengan
pinggul penolong.
Tungkai diletakkan pada dasar yang rata (tidak
25 menggunakan penopang kaki) dengan sedikit fleksi
pada artikulatio coxae
Pada pulsasi arteri femoralis dengan jalan meletakkan
ujung jari telunjuk dan tengah tangan kanan pada lipat
paha, yaitu pada perpotongan garis lipat paha dengan
26
garis horizontal yang melalui 1 titik 1 cm di atas dan
sejajar dengan tepi atas simphisis ossium pubis.
Pastikan pulsasi arteri tersebut teraba dengan baik.
Setelah pulsasi dikenali, jangan pindahkan kedua
27
ujung jari dari titik pulsasi tersebut.
Kepalkan tangan kiri dan tekankan bagian punggung
jari telunjuk, tengah, manis, dan kelingkingpada
28
umbilikus ke arah kolumna vertebralis dengan arah
tegak lurus.
Dorongan kepalan tangan kanan akan mengenai
bagian yang keras di bagian tengah atau sumbu badan
ibu dan apabila tekanan kepalan tangan kiri mencapai
29 aorta abdominalis maka pulsasi arteri femoralis (yang
dipantau dengan ujung jari telunjuk dan jari tengah
tangan kanan) akan berkurang atau terhenti (tergantung
pada derajat tekanan pada aorta)

DIII – KEBIDANAN UMSIDA |Modul 20 : Asuhan Pathologi II 16


Skala Penilaian
No Uraian Kegiatan Bobot Ket
5 4 3 2 1
Perhatikan perubahan perdarahan pervaginam (kaitkan
30
dengan perubahan pulsasi arteri femoralis).
Bila perdarahan berkurang atau berhenti, pertahankan
31 posisi tersebut dan lakukan masase uterus (oleh asisten)
hingga uterus berkontraksi dengan baik.
32 Rapikan pasien

33 Lakukan Dekontaminasi
Periksa tanda-tanda vital, kontraksi uterus, dan
34
perdarahan.
35 Cuci tangan

36 Beri informasi pada ibu hasil tindakan

37 Dokumentasikan hasil tindakan.

E. EVALUASI

1. Kognitif Skill
2. Psikomotor Skill
3. AttitudeSkill

DIII – KEBIDANAN UMSIDA |Modul 20 : Asuhan Pathologi II 17


MODUL
PATHOLOGI NIFAS
2
KEGIATAN PRAKTIKUM 2 – I
BLADDER TRAINING

A. TUJUAN PEMBELAJARAN / LEARNING OBJECTIVE


Setelah mengikuti mata kuliah ini, mahasiswa dapat memberikan/mempraktikkan asuhan
kebidanan pada ibu dengan kelainan / komplikasi sesuai dengan konsep teori persalianan
dan nifas dengan menggunakan pendekatan asuhan kebidanan pada kasus pathologi
sesuai standart.

B. DASAR TEORI
Asuhan kebidanan pada ibu dengan kelainan / komplikasi dengan pendekatan manajemen
kebidanan yang meliputi pokok bahasan ; pathologi obstetri, persalinan, dan nifas. Deteksi
dini kelainan pada ibu bersalin, nifas dengan prinsip-prinsip asuhan dan penanganannya,
rujukan serta dokumentasi asuhannya.

C. KESELAMATAN KERJA
Dengan memakai Alat Pelindung Diri
1. Memakai apron
2. Mencuci tangan 7 langkah dan mengeringkan dengan handuk cuci tangan yang kering
sekali pakai
3. Memakai sarung tangan bersih

DIII – KEBIDANAN UMSIDA |Modul 20 : Asuhan Pathologi II 18


D. PERALATAN , BAHAN PRAKTIKUM DAN PROSEDUR PELAKSANAAN

BLADDER TRAINNING

Skala Penilaian
No Uraian Kegiatan Bobot Ket
5 4 3 2 1
A PERSIAPAN ALAT
1. Handscoonbersih
2. Air hangatdandingin
3. Gayung / matkan
4. Pispot
5. Waskom 2 buah
6. Apron
7. Alas bokong (perlakdanduk)
8. Waslap 2 buah
9. Handukcucitangan
10. Selimutmandi
11. Pembalut&celanadalam
12. Larutanklorin 0,5 %
13. Bengkok
14. TempatPakaianKotor
15. TempatSampahTerkontaminasi

B PERSIAPAN PASIEN
1. Memberitahu pasien akan dilakukan terapi
bledder training
2. Tawarkan klien tempat blader training (tempat
tidur / kamar mandi)
3. Jaga privasi pasien (ganti selimut dengan
selimut mandi, lepaskan pakaian bawah dan
kotex. Bila pasien memilih tempat di kamar
mandi pakaian bawah dan kotex di lepas di
kamar mandi)
4. Posisikan pasien (dorsal rekumben bila pasien
tidur, jongkok atau duduk di tempat tidur)

C CARA KERJA
1. Memakai apron
2. Mencuci tangan 7 langkah dan mengeringkan
dengan handuk cuci tangan yang kering sekali
pakai
3. Memakai sarung tangan bersih
4. Mendekatkan peralatan

Bila pasien memilih ditempat tidur :


Dengan posisi tidur :
1. Memposisikan pasien dorsal recumben
2. Memasang pengalas
3. Memasang selimut berbentuk intan
4. Memasang pispot di bawah bokong pasien
5. Mengguyur air hangat dan air dingin secara
bergantian pada vulva pasien
6. Mempersilahkan ibu untuk mencoba kencing
spontan (+ 5 menit)
7. Bila dengan posisi tidur belum berhasil BAK
secara spontan maka lakukan bladder training
di tempat tidur dengan posisi jongkok / duduk

DIII – KEBIDANAN UMSIDA |Modul 20 : Asuhan Pathologi II 19


Skala Penilaian
NO Uraian Kegiatan Bobot Ket
5 4 3 2 1
Dengan posisi jongkok / duduk :

1. Memasang pengalas
2. Memasang selimut berbentuk intan
3. Memposisikan pasien jongkok / duduk
4. Memasang pispot di bawah bokong pasien
5. Mengguyur air hangat dan air dingin secara
bergantian pada vulva pasien
6. Mempersilahkan ibu untuk mencoba kencing
spontan (+ 5 menit)
7. Bila dengan posisi jongkok / duduk belum
berhasil BAK secara spontan maka lalukan
bladder training di kamar mandi(untuk pasien
yang sudah boleh berjalan)

Bila pasien memilih di kamar mandi :


1. Nyalakan kran kamar mandi agar airnya keluar
dan terdengar suara gemericik air
2. Menawarkan pasien posisi BAK yang di
inginkan (jongkok, duduk atau berdiri)
3. Guyur vulva dengan air hangat dan air dingin
secara bergantian
4. Mempersilakan ibu untuk mencoba kencing
spontan.
5. Mengecek kembali kandung kemih
6. Memasangkan pembalut pada pasien
7. Membereskan alat, kemudian merendam dalam
larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi
8. Cuci tangan 7 langkah, dan mengeringkan
tangan dengan handuk cuci tangan sekali pakai
CATATAN :

a. Bila bladder training berhasil dilakukan


menggunakan pispot maka lakukan pembersihan
vulva sesuai prasat BAK
b. Bila bladder training berhasil di lakukan di
kamar mandi persilakan pasien cebok sendiri
c. Anjurkan pasien untuk minum air putih
sebanyak ± 2 – 2.5 liter/hari
d. Melakukan pelatihan senam kegel dengan cara
tahan otot-otot vagina 5-10 detik ulangi sampai
10 kali, dilakukan 3-4 kali perhari setiap hari /
sesuai keinginan ibu
e. Tanyakan pada ibu tentang : banyak/ tidak
jumlah urine yang dikeluarkan, lancar /
tersendat-sendat, dan disertai nyeri / tidak
f. Bila tidak berhasil, dilakukan kateterisasi untuk
mengeluarkan kencing

DIII – KEBIDANAN UMSIDA |Modul 20 : Asuhan Pathologi II 20


E. EVALUASI

1. Kognitif Skill
2. Psikomotor Skill
3. AttitudeSkill

DIII – KEBIDANAN UMSIDA |Modul 20 : Asuhan Pathologi II 21


Daftar Pustaka

Pusdiknakes, WHO, JHPIEGO, Buku Asuhan Antenatal, Jakarta : Depkes RI 2001 (BA1)

Murray at all. A.Guide to Effective Care in Pregnancy and Childbirth 2000(BA 2)

Manuaba. IBG. Buku Ajar Patologi Obstetri. Jakarta : EGC, 2008 (BA 3)

Pusdiknakes, WHO JHPIEGO, Konsep Asuhan Kebidanan Jakarta : Depkes RI 2001 (BA 4)

Hamilton. Persis Mary. Dasar-dasarKeperawatanMaternitas Ed.6. Jakarta : EGC. 1995 (BA 5)

Mochtar R. Sinopsis Obstetri; Obstetri Fisiologi dan Obstetri Pathologi Ed 2. Jakarta : EGC.
1998 (BA 6)

Llewellyn-Jones, D. Dasar-dasarObstetridanGinekologi Ed 6. Jakarta :Hipokrates. 2001 (BA 7)

Tucker, Susan Martin. Pemantauan Janin. Jakarta : EGC. 1997 (BA 8)

Wheeler, Linda. Perawatan Pranatal & Postpartum. Jakarta : EGC. 2003 (BA 9)

Jane Coad. Anatomy Physiologi. Mosby. 2001 (BA 10)

Wiknjosastro H. Ilmu Kebidanan. Jakarta: YBPSP. 2000 (BA 11)

Sastrawinata S. Obstetri Fisiologi Bandung : FK Unpad. 1983 (BA 12)

Bagian Obstetri&Ginekologi FK Unpad. Pedoman Diagnosis dan Terapi Obstetri Ginekologi RS


DR Hasan Sadikin Bandung. Bandung, 2005 (BA 13)

Buku Kesehatan Ibu & Anak : Bakti Husada (BA 14)

DIII – KEBIDANAN UMSIDA |Modul 20 : Asuhan Pathologi II 22

You might also like