You are on page 1of 11

AKTA KIMIA

Akta Kimindo Vol. 6(1), 2021: 58-68


INDONESIA

Analisis Tingkat Pencemaran Gas CO, NO2,


dan SO2 pada Desa Batu Merah Kota Ambon
Male, Y.T1*, Bandjar, A.1, Gaspersz, N1, Fretes, Y2, Wattimury, J.J3
1JurusanKimia, Fakultas MIPA Universitas Pattimura, Jl. Ir.M. Putuhena, Ambon, Indonesia
2Lab.
Kimia Anorganik, Jurusan Kimia, Fakultas MIPA Universitas Pattimura
3 Program Studi ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu kelautan, Universitas Pattimura,

Ambon
*alamat email korespondensi : yusmale@yahoo.com

Abstract
Batu Merah Village is one of the villages in Ambon City which has the largest population
and also the main route of transportation access to Ambon City so that the traffic density
triggers smoke pollution. This research was conducted to determine the concentration of gas
CO, NO2 and SO2 on Batu Merah Village. The results of this study indicate that the level of
NO2 and SO2 gas is still below the quality standard, while the CO gas pollution level has
exceeded the quality standard based on the Regulation of the State Minister of the
Environment No. 12 of 2010.

Keywords: Ambon City; Batu Merah Village; Air Pollution; CO; NO2; SO2

Abstrak
Desa Batu Merah merupakan salah satu desa di Kota Ambon yang memiliki jumlah penduduk terbesar
dan juga merupakan jalur utama akses transportasi menuju pusat Kota Ambon. Pemukiman penduduk
yang padat dan kemacetan lalu lintas kendaraan memicu terjadinya polusi gas-gas beracun di udara.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui konsentrasi gas CO, NO2 dan SO2 di Desa Batu Merah. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa kadar gas NO2 dan SO2 masih di bawah baku mutu, sedangkan tingkat
pencemaran gas CO sudah melebihi baku mutu berdasarkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan
Hidup Nomor 12 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Pengendalian Pencemaran Udara di Daerah
Kata Kunci : Kota Ambon; Desa Batu Merah; polusi udara; CO; NO2; SO2

1. Pendahuluan di kota-kota besar sangat rentan terpapar


Kebanyakan kota-kota besar di seluruh dunia udara yang terkontaminasi berbagai polutan
menghadapi persoalan yang sama, yaitu [1-2]. Sumber utama pencemaran udara
pencemaran udara. Faktor topografi, adalah transportasi, pembangkit listrik,
kependudukan, iklim, cuaca serta tingkat industri logam dan mesin, industri bahan
perkembangan ekonomi dan industrialisasi bangunan serta pembakaran lahan.
erat hubungannya dengan peningkatan Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO),
polusi udara di perkotaan. Saat ini, penduduk 92% populasi dunia tinggal di tempat dengan
DOI: https://dx.doi.org/10.12962/j25493736.v6i1.8473 58
Male, dkk. Akta Kimia Indonesia 6(1), 2021, 58-68

tingkat kualitas udara melebihi batas yang (timbal). SO2 berperan dalam terjadinya
direkomendasikan, misalnya kadar hujan asam dan polusi partikel sulfat aerosol,
maksimum gas nitogen dioksida (NO2) yang sedangkan NO2 berperan terhadap polusi
diukur dalam 1 jam sebesar 200 µg/Nm3, partikel dan deposit asam dan prekusor ozon
belerang dioksida (SO2) yang diukur dalam 24 yang merupakan unsur pokok dari kabut
jam sebesar 20 µg/Nm3 sedangkan untuk fotokimia. Peningkatan konsentrasi zat SO2,
kadar maksimum gas karbon monoksida (CO) SPM, NO2 dan O3 sangat beresiko terhadap
digunakan standar USEPA (U.S. Environment kesehatan penduduk bahkan berhubungan
Protection Agency), sebesar 40.000 µg/Nm3 dengan tingginya angka kematian di negara-
untuk 1 jam pengukuran [3]. Polutan udara negara berkembang [4-5].
yang dominan di lingkungan perkotaan Kota Ambon adalah Ibu Kota Provinsi Maluku
adalah: SO2, NO dan NO2, CO, O3, SPM (= yang terletak di Pulau Ambon (Gambar 1).
Suspended Particulate Matter) dan Pb

Gambar 1. Peta Pulau Ambon dengan inset lokasi penelitian, Desa Batu Merah

Kecamatan Sirimau adalah salah satu Kecamatan Sirimau. Pada tahun 2018, jumlah
kecamatan di Pusat Kota Ambon yang terdiri penduduk Kecamatan Sirimau berjumlah
dari 14 Desa/Kelurahan, dimana Desa Batu 162.226 jiwa sedangkan jumlah penduduk
Merah adalah salah satu desa dalam Wilayah Desa Batu Merah sendiri berjumlah 72.229

DOI: https://dx.doi.org/10.12962/j25493736.v6i1.8473 59
Male, dkk. Akta Kimia Indonesia 6(1), 2021, 58-68

jiwa atau 45,5% dari total populasi penduduk merkuri(II) klorida, kalium klorida, EDTA,
di Kecamatan Sirimau. Hal ini menjadikan natrium sulfit, asam sulfamat, asam fosfat,
Desa Batu Merah sebagai desa dengan pararosanilin hidroklorida, asam klorida,
penduduk terpadat di Kota Ambon [6]. Desa formaldehida dan air suling.
Batu Merah juga merupakan jalur utama 2.2 Metode Sampling dan Analisis
akses transportasi ke Kota Ambon sehingga Metode yang digunakan adalah metode
kepadatan lalu lintas memicu kemacetan, Griess Saltmanz untuk pengambilan sampel
polusi asap serta bising kendaraan. Padatnya NO2 (SNI No. 19-7119.2.2005) [7] dan metode
pemukiman penduduk serta kemacetan lalu- Pararosanilin untuk pengambilan sampel SO2
lintas yang setiap saat terjadi menyebabkan (SNI No. 19-7119.7.2005) [8], sedangkan
kualitas udara di Desa Batu Merah perlu untuk pengukuran kadar gas CO, suhu,
diteliti. Atas pertimbangan tersebut maka tekanan, kelembaban, dan kebisingan
Desa Batu Merah dijadikan lokasi penelitian menggunakan metode pembacaan langsung
dengan parameter pencemaran udara yang (direct reading). Pada metode Gries
diteliti adalah karbon monoksida (CO), Saltzman, gas NO2 dijerap dalam larutan
nitrogen dioksida (NO2) dan sulfur dioksida Griess Saltzman sehingga membentuk suatu
(SO2). senyawa azo dye berwarna merah muda.
Untuk metode Pararosanilin, gas SO2 dioksida
2. Metode Penelitian dijerap dalam larutan penjerap
2.1 Alat dan Bahan tetrakloromerkurat yang membentuk
Alat-alat yang digunakan adalah Air quality senyawa kompleks diklorosulfonatomeru
monitor (Yes Air), Midged impinger, kurat.
timbangan analitik (Quarto), peralatan gelas, 2.3 Prosedur Kerja
oven (Humboldt), stopwatch, sound level 2.3.1Pengukuran gas CO, tekanan udara,
meter (3M Quest), hygrometer (Wohler), kelembaban dan tingkat kebisingan
barometer (Extech) dan spektrofotometer Pengukuran gas CO dilakukan dengan
UV-Vis (Inscienpro). menggunakan perangkat Air Quality Monitor;
Bahan-bahan yang digunakan adalah Asam pengukuran tekanan udara mengunakan
sulfanilat, asam asetat glasial, NEDA hygrometer; pengukuran suhu dan
(C12H16Cl2N2), aseton, natrium nitrit, kelembaban udara menggunakan barometer.

DOI: https://dx.doi.org/10.12962/j25493736.v6i1.8473 60
Male, dkk. Akta Kimia Indonesia 6(1), 2021, 58-68

2.3.2 Pengukuran gas NO2 Masing-masing larutan diukur serapannya


Pembuatan larutan standar dan larutan menggunakan UV-Vis pada panjang
penjerap nitrit (NO2) gelombang (λmax) 550 nm.
Larutan standar dibuat dengan memipet 10
Pengambilan sampel gas NO2
mL larutan induk nitrit dan dimasukkan ke
Larutan penjerap Griess Saltzman sebanyak
dalam labu ukur 1000 mL kemudian
10 mL dimasukkan ke dalam botol penjerap
ditambahkan air suling sampai tanda tera
kemudian instrumen Midged impinger diatur
kemudian dikocok. Untuk larutan penjerap,
kecepatan alir awal pada 0,4 L/menit sampai
asam sulfanilat sebanyak 5 g dilarutkan dalam
1 L/menit. Setelah stabil dicatat sebagai laju
gelas piala 1000 mL dengan 140 mL asam
alir awal F1 (L/menit). Pengambilan sampel
asetat glasial, kemudian dipanaskan sambil
uji dilakukan selama 1 jam. Setelah 1 jam
ditambahkan air suling sampai kurang lebih
dicatat laju alir akhir udara akhir F2 (L/menit).
800 mL, dan diaduk sampai asam sulfanilat
Sampel uji dipindahkan dari tabung impinger
larut setelah itu larutan didinginkan. Larutan
ke dalam botol kaca dan disimpan dalam cool
dipindahkan ke dalam labu ukur 1000 mL,
box, selanjutnya sampel uji dianalisis dengan
ditambahkan berturut-turut 20 mL larutan
spektrofometer UV-Vis pada panjang
induk NEDA, 10 mL larutan aseton kemudian
gelombang 550 nm [7].
ditambahkan air suling hingga tanda tera, dan
2.3.3 Pengukuran gas SO2
dikocok sampai larutan tercampur merata,
Pembuatan larutan penjerap
setelah itu larutan dimasukkan kedalam botol
tetrakloromerkurat
pyrex berwarna gelap dan disimpan dalam
Merkuri (II) klorida ditimbang sebanyak 10,86
lemari pendingin.
g, dilarutkan dengan 800 mL air suling dalam
Pembuatan kurva kalibrasi untuk gas NO2 gelas piala 1000 mL dan ditambahkan
Dipipet masing-masing 0,1; 0,2; 0,4; 0,6; 0,8; berturut-turut 5,96 g kalium klorida dan
dan 1,0 mL larutan standar nitrit dan 0,066 g EDTA, kemudian diaduk sampai
dimasukkan ke dalam tabung uji 25 mL, homogen. Larutan dipindahkan ke dalam labu
selanjutnya ditambahkan larutan penjerap ukur 1000 mL, diencerkan dengan air suling
Saltzman sampai tanda batas kemudian sampai tanda tera dan dikocok.
dikocok dan dibiarkan selama 15 menit.

DOI: https://dx.doi.org/10.12962/j25493736.v6i1.8473 61
Male, dkk. Akta Kimia Indonesia 6(1), 2021, 58-68

Pembuatan larutan induk dan larutan standar 2.3.4 Sampling gas SO2 di udara
natrium sulfit Peralatan Midged impinger disiapkan,
Untuk larutan induk, sebanyak 0,4 g Natrium kemudian dimasukkan larutan penjerap SO2
sulfit (Na2SO3) dilarutkan dengan air suling di yaitu tetrakloromerkurat sebanyak 10 mL
dalam labu takar 500 mL dan diencerkan kedalam botol penjerap, setelah itu Midged
dengan air suling sampai tanda tera, impinger dihubungkan dengan sumber listrik
kemudian dikocok sampai larutan kecepatan aliran udara 0,4 L/menit sampai 1
homogen.Untuk larutan standar, dipipet 2 mL L/menit setelah stabil dicatat sebagai laju alir
larutan induk natrium sulfit kemudian awal (F1) dan dilakukan pengambilan selama
dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL, 1 jam, setelah 1 jam pengambilan dicatat laju
diencerkan sampai tanda tera dengan larutan alir akhir (F2) kemudian alat dimatikan lalu
penjerap dan dikocok sampai homogen. sampel uji dipindahkan dari tabung impinger
ke dalam botol pyrex dan disimpan dalam
Pembuatan kurva kalibrasi
cool box.
Dipipet masing-masing 1,0; 2,0; 3,0; dan 4,0
2.3.5 Pengujian sampel
mL dari larutan standar Na2SO3 0,01 M dan
Larutan sampel uji dipindahkan kedalam
dimasukkan ke dalam tabung uji 25 mL. Pada
tabung uji 25 mL, ditambahkan 5 mL air suling
larutan ini ditambahkan larutan penjerap
untuk membilas, kemudian ditambahkan 1
sampai volume 10 mL, ditambahkan 1 mL
mL asam sulfamat dan dibiarkan selama 10
larutan asam sulfamat dan larutan dibiarkan
menit, selanjutnya ditambahkan berturut-
selama 10 menit. Secara berturut-turut
turut 2,0 mL larutan formaldehida dan 5,0 mL
ditambahkan 2,0 mL larutan formaldehid dan
larutan pararosanilin kemudian ditambahkan
5,0 mL larutan pararosanilin kemudian
air suling sampai volume 25 mL lalu dikocok,
diencerkan dengan air suling sampai batas
setelah itu dibiarkan selama 30–60 menit,
tera. Larutan dikocok dan dibiarkan selama
kemudian diukur serapan dengan
30–60 menit kemudian diukur serapannya
spektrometer UV-Vis pada panjang
menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada
gelombang 550 nm [9].
panjang gelombang 550 nm. Kurva kalibrasi
3. Hasil dan Pembahasan
dibuat dengan menghubungkan serapan
Pada penelitian ini dilakukan pengukuran
larutan (absorbansi) dengan kadar SO2 (μg/L).
konsentrasi beberapa gas di atmosfir Desa

DOI: https://dx.doi.org/10.12962/j25493736.v6i1.8473 62
Male, dkk. Akta Kimia Indonesia 6(1), 2021, 58-68

Batu Merah Kecamatan Sirimau Kota Ambon, pengukuran konsentrasi gas CO, NO2, SO2 dan
yaitu gas karbon monoksida (CO), nitrogen jumlah kendaraan di Desa Batu Merah
dioksida (NO2) dan sulfur dioksida (SO2) serta Kecamatan Sirimau Kota Ambon disajikan
hubungannya dengan jumlah kendaraan yang pada Tabel 1 berikut.
yang melewati daerah penelitian. Data

Tabel 1. Data konsentrasi gas karbon monoksida (CO), nitrogen dioksida (NO2), sulfur dioksida (SO2) dan
jumlah kendaraan di Desa Batu Merah
Waktu Konsentrasi (µg/Nm3) Baku Mutu (µg/Nm3)*
Jumlah
pengukuran
kendaraan CO NO2 SO2 CO NO2 SO2
(WIT)
8:00 1.901 11.451 0,806 0,996 10.000 150 365
10:00 4.593 17.371 2,052 1,754
13:00 3.472 11.200 1,025 1,637
17:00 6.296 19.577 1,163 0,659

Hubungan jumlah kendaraan dengan Merah Kecamatan Sirimau Kota Ambon dapat
konsentrasi gas CO, NO2, dan SO2 di Desa Batu dilihat pada Gambar 2.
7 7
6.5 6.5
Konsentrasi Gas (µg/Nm3)

6 6
5.5 5.5
5 5
Jumlah Kendaraan

4.5 4.5 Jumlah Kendaraan


4 4 Gas CO (x10^4)
3.5 3.5 Gas NO2
3 3 Gas SO2
2.5 2.5
Baku Mutu CO (x10^4)
2 2
1.5 1.5 Baku Mutu NO2 (x10^2)
1 1 Baku Mutu SO2 (x10^2)
0.5 0.5
0 0
8:00 10:00 13:00 17:00
Waktu Pengamatan

Gambar 2. Hubungan jumlah kendaraan dengan konsentrasi gas CO, NO2, dan SO2 di Desa Batu Merah

Gas Karbon Monoksida (CO) Sirimau Kota Ambon dilakukan dengan selang
Analisis tingkat pencemaran gas karbon (range) waktu pengukuran pukul 08:00 WIT,
monoksida di Desa Batu Merah Kecamatan 10:00 WIT, 13:00 WIT, dan pukul 17:00 WIT.

DOI: https://dx.doi.org/10.12962/j25493736.v6i1.8473 63
Male, dkk. Akta Kimia Indonesia 6(1), 2021, 58-68

Hasil Pengukuran tingkat pencemaran gas RH sehingga dapat dikatakan bahwa suhu
karbon monoksida di Desa Batu Merah yang tinggi dengan kelembaban yang rendah
Kecamatan Sirimau Kota Ambon yang dapat mengakibatkan konsentrasi gas CO di udara
dilihat pada Tabel 1. Berdasarkan Tabel 1, rendah dan sebaliknya, suhu udara rendah
konsentrasi gas CO tertinggi sebesar 19.577 dengan kelembaban yang tinggi
µg/Nm3 pada pukul 17:00 WIT sedangkan mengakibatkan konsentrasi gas karbon
konsentrasi gas CO terendah sebesar 11.200 monoksida di udara tinggi. Menurut Widayani
µg/Nm3 pada pukul 13:00 WIT. Tinggi- [10], lebih dari 63% sumber polutan gas
rendahnya konsentrasi gas CO di Desa Batu berasal dari emisi gas bidang transportasi.
Merah dipengaruhi oleh jumlah kendaraan, Jenis bahan bakar kendaraan yang paling
dimana pada konsentrasi gas CO tertinggi banyak digunakan yaitu premium, karena
(19.577,1 µg/Nm3), total kendaraan harga bahan bakar murah dan mudah
bermotor yang melewati daerah penelitian diperoleh tetapi jenis bahan bakar ini
sebanyak 6296 buah. Fenomena berbeda membuat performa mesin tidak optimal
terlihat pada pengukuran konsentrasi gas CO sehingga emisi gas buang mencemari
pada pukul 13:00 WIT yang lebih rendah lingkungan.
dengan jumlah kendaraan lebih banyak Hasil pengukuran konsentrasi gas CO yang
dibandingkan dengan konsentrasi gas CO diperoleh pada penelitian ini lebih tinggi
pada pengukuran pukul 08:00 WIT dengan dibandingkan dengan hasil pengukuran pada
jumlah kendaraan yang lebih sedikit. Hal ini tahun 2014 sebesar 10.036,75 µg/Nm3 [11].
dapat dijelaskan karena pengaruhi faktor lain Hal ini menunjukkan terjadi kenaikan
seperti suhu dan kelembaban udara. Iklim, konsentrasi gas CO di Desa Batu Merah, Kota
cuaca serta letak topografi sangat Ambon. Gas karbon monoksida sangat
mempengaruhi panyebaran dan transportasi berbahaya karena dibandingkan dengan
zat-zat pencemar udara [5]. oksigen, karbon monoksida memiliki daya
Suhu udara yang terukur pada pukul 13:00 ikat yang lebih besar terhadap hemoglobin
WIT sebesar 32,95 °C dengan kelembaban sehingga fungsi hemoglobin dalam sirkulasi
68,3% RH, sedangkan pada pukul 08:00 WIT, darah merah terganggu [12]. Berdasarkan
suhu udara cukup rendah yaitu 30,11°C tetapi Permen lH. No. 12, ambang batas yang
dengan kelembaban cukup tinggi, yaitu 78,7% ditetapkan untuk konsentrasi pencemar gas

DOI: https://dx.doi.org/10.12962/j25493736.v6i1.8473 64
Male, dkk. Akta Kimia Indonesia 6(1), 2021, 58-68

CO yaitu sebesar 10.000 µg/Nm3 selama bereaksi dengan NO2 membentuk N2O5 dan
pengukuran 1 jam, maka dari data hasil butiran-butiran air di udara akan bereaksi
pengukuran konsentrasi gas CO di Desa Batu dengan N2O5 tersebut membentuk asam
Merah telah melewati standar baku mutu nitrat dengan persamaan reaksi:
yang ditetapkan [12]. NO2(g)+ NO3(g) → N2O5(g)........................ (1)
N2O5(g) + H2O (aq) → 2 HNO3................... (2)
Konsentrasi Gas Nitrogen Dioksida (NO2) Pada intensitas matahari yang meningkat,
Konsentrasi gas nitrogen NO2 di Desa Batu suhu udara juga meningkat sehingga terjadi
Merah diukur menggunakan rentang waktu proses oksidasi NO menjadi NO2 sehingga
yang sama dengan pengukuran gas CO, yaitu konsentrasi gas NO2 meningkat di udara.
pukul 08:00 WIT, 10:00 WIT, 13:00 WIT, dan Hasil pengukuran konsentrasi gas NO2 yang
pukul 17:00 WIT. Hasil pengukuran pada diperoleh pada penelitian ini (2,052 µg/Nm3)
Tabel 1 menunjukkan konsentrasi gas NO2 lebih tinggi dibandingkan dengan hasil
tertinggi pada pukul 10:00 WIT, yaitu sebesar pengukuran pada tahun 2014 sebesar 0,035
2,052 µg/Nm3 dengan jumlah total kendaraan µg/Nm3 [10]. Hal ini menunjukkan terjadi
4593 buah, sedangkan konsentrasi terendah kenaikan konsentrasi gas NO2 di Desa Batu
pada pukul 08:00 WIT (0,806 µg/Nm3) dengan Merah, Kota Ambon. Meningkatnya
jumlah kendaraan 1.901 buah. Pada pukul pencemaran gas NO2 di Desa Batu Merah
10.00 WIT, suhu udara ambien sebesar 36,87 akan berdampak pada kesehatan masyarakat
°C dengan 69% RH sedangkan pada pukul tersebut dan juga pada lingkungan. Paru-paru
08:00 WIT, suhu udara ambien sebesar 30,11 merupakan organ tubuh yang paling peka
°C dengan kelembaban 78,7% RH. terhadap pencemaran gas NO2 karena akan
Kelembaban udara yang tinggi, dengan membengkak sehingga penderita sulit
banyaknya uap air di udara yang bernafas. Pada konsentrasi gas NO2 sebesar 5
menyebabkan produksi asam nitrat ppm di udara dan terhirup oleh manusia
meningkat. Produksi asam nitrat yang dapat mengakibatkan kesukaran dalam
melibatkan senyawa NO2 dan N2O5 di bernafas [12]. Berdasarkan Permen LH No. 12
atmosfer sehingga konsentrasi NO2 Tahun 2010, hasil pengukuran konsentrasi
mengalami penurunan. Pada pagi hari seiring gas NO2 di Desa Batu Merah masih di bawah
dengan munculnya sinar matahari, NO3 akan standar baku mutu yang ditetapkan [13].

DOI: https://dx.doi.org/10.12962/j25493736.v6i1.8473 65
Male, dkk. Akta Kimia Indonesia 6(1), 2021, 58-68

dan lingkungan. Berdasarkan Permen LH No.


Konsentrasi Sulfur Dioksida (SO2) 12 Tahun 2010 dengan standar konsentrasi
Konsentrasi gas sulfur (SO2) dioksida (Tabel 1) gas sulfur dioksida (SO2) yang ditetapkan
diukur menggunakan rentang waktu yang sebesar 365 µg/Nm3 selama pengukuran 1
sama, yaitu pukul 08:00 WIT, 10:00 WIT, jam [14], maka konsentrasi gas SO2 yang
13:00 WIT, dan pukul 17:00 WIT. Konsentrasi diperoleh pada penelitian ini masih di bawah
gas SO2 dihitung berdasarkan persamaan, C = standar baku mutu
𝑏 4. Kesimpulan
× 1000, dimana C adalah konsentrasi SO2 di
𝑉
Konsentrasi gas CO di Desa Batu Merah
udara (µg/Nm3), b adalah jumlah SO2 dari
Kecamatan Sirimau Kota Ambon tertinggi
sampel uji hasil perhitungan kurva kalibrasi
pada pukul 17:00 WIT sebesar 19.577,1
(µg), V adalah volume udara yang dihisap
pada kondisi normal (L), dan 1000 adalah µg/Nm3, terendah sebesar 11.200,0 µg/Nm3

konversi L ke m3. pada pukul 13:00 WIT. Konsentrasi gas NO2

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dan SO2 di Desa Batu Merah tertinggi pada

konsentrasi gas SO2 tertinggi pada pukul pukul 10:00 WIT, dimana konsentrasi gas NO2

10:00 WIT (1,754 µg/Nm3) dan terendah tertinggi (2,052 µg/Nm3) dan konsentrasi gas

pada pukul 17:00 WIT (0,659 µg/Nm3). Tinggi- SO2 tertinggi (1,754 µg/Nm3). Berdasarkan
data tersebut tingkat pencemaran gas NO2,
rendahnya konsentrasi gas sufur dioksida
dan SO2 di Desa Batu Merah masih dibawah
tidak sebanding dengan peningkatan jumlah
standar baku mutu, sedangkan tingkat
kendaraan karena dipengaruhi oleh suhu.
pencemara gas CO telah melampaui standar
Pada kelembaban yang rendah, gas SO2 tidak
mengalami proses oksidasi yang dapat baku mutu berdasarkan Permen LH No.12

menurunkan konsentrasi gas SO2 di udara, Tahun 2010. Hasil penelitian ini menunjukkan

sedangkan pada kelembaban tinggi/sore hari, bahwa udara di daerah Kota Ambon yang

gas SO2 di udara diabsorpsi oleh dropet air terpadat penduduknya, yaitu Desa Batu

alkalin dan bereaksi pada kecepatan tertentu Merah, telah tercemari gas-gas buangan dari

membentuk sulfat di dalam droplet. aktifitas transportasi yang padat. Dibutuhkan


kerjasama semua pihak untuk menemukan
Peningkatan konsentrasi gas SO2 akan
solusi pengurangan tingkat pencemran udara
berdampak terhadap kesehatan masyarakat

DOI: https://dx.doi.org/10.12962/j25493736.v6i1.8473 66
Male, dkk. Akta Kimia Indonesia 6(1), 2021, 58-68

di daerah pemukiman yang padat [5] Yusad, Y. (2003). Polusi udara di kota-kota
penduduknya. besar dunia, Fakultas Kesehatan
Masyarakat
Daftar Pustaka [6] Universitas Sumatera Utara,
[1] Mayer, H., (1999). Air pollution in cities. http://repository.usu.ac.id/bitstream/ha
Atmospheric Environment 33, 4029-4037. ndle/123456789/3736/fkm-
https://doi.org/10.1016/S1352- yusniwarti.pdf?sequence=1&isAllowed=y
2310(99)00144-2. . Diakses 12 Januari 2021.
[2] Hirota, K., Sakamoto, S., Shibuya, S., [7] Badan Pusat Statistik Kota Ambon (2019).
Kashima, S. (2017). A methodology of Kecamatan Sirimau Dalam Angka. Katalog
health effects estimation from air No: 11020018171020.
pollution in large Asian Cities. [8] Standar Nasional Indonesia,
Environments 2017, 4, 60; No.19.7119.2-2005. Cara Pengukuran
doi:10.3390/environments4030060. NO2 Dengan Metode Griess Saltmanz
[3] World Health Organization. Occupational Menggunakan Alat Spektrofotometer.
and Environmental Health Team. (2000). [9] Standar Nasional Indonesia,
Guidelines for air quality. World Health No.19.7119.7-2005. Cara Pengukuran
Organization. SO2 Dengan Metode Pararosanilin
https://apps.who.int/iris/handle/10665/ Menggunakan Alat Spektrofotometer
66537 [10] Marsell, A., 2012. Metode Sampling.
[4] Popov, O., Іatsyshyn, A., Kovach, V., Jakarta: Universitas Esa Unggul.
Artemchuk, A., Kameneva, I., Taraduda, [11] Widayani, 2004. Kajian Korelasi
D., Sobyna, V., Sokolov, D., Dement,M., Tingkat Kepadatan Lalu Lintas di Kota
Yatsyshyn,T. (2020). Risk assessment for Semarang Terhadap Konsentrasi CO dan
the Population of Kyiv, Ukraine as a result Pb dengan Model Gaussian. Laporan
of atmospheric air pollution, Journal of Tesis. Semarang: Program Studi Teknik
Health & Pollution Vol. 10, No. 25. Lingkungan Universitas Diponegoro.
https://doi.org/10.5696/2156-9614- [12] Badan Teknik Keselamatan
10.25.200309. Lingkungan PP Kota Ambon (2014).

DOI: https://dx.doi.org/10.12962/j25493736.v6i1.8473 67
Male, dkk. Akta Kimia Indonesia 6(1), 2021, 58-68

Laporan Pemantauan Kualitas Udara Pelaksanaan Pengendalian Pencemaran


Ambient Di Kota Ambon Provinsi Maluku. Udara di Daerah.
[13] Soedomo, M., 2001. Pencemaran [15] Wardhana, 2001. Dampak
Udara. Bandung: Penerbit ITB. Pencemaran Udara. Yogjakarta: Penerbit
[14] Peraturan Menteri Negara Andi.
Lingkungan Hidup Nomor 12. 2010.

DOI: https://dx.doi.org/10.12962/j25493736.v6i1.8473 68

You might also like