Professional Documents
Culture Documents
LANDASAN TEORI
Pengaturan lebar pulsa modulasi atau PWM merupakan salah satu teknik yang
“ampuh” yang digunakan dalam sistem kendali (control system) saat ini. Pengaturan
lebar modulasi dipergunakan di berbagai bidang yang sangat luas, salah satu
diantaranya adalah: speed control (kendali kecepatan), power control (kendali sistem
tenaga), measurement and communication (pengukuran atau instrumentasi dan
telekomunikasi).
Ton adalah waktu dimana tegangan keluaran berada pada posisi tinggi
(baca: high atau 1) dan, Toff adalah waktu dimana tegangan keluaran berada pada
posisi rendah (baca: low atau 0).
Anggap Ttotal adalah waktu satu siklus atau penjumlahan antara Ton dengan Toff , biasa
dikenal dengan istilah “periode satu gelombang”.
……………………………... (2.2)
Tegangan keluaran dapat bervariasi dengan duty-cycle dan dapat dirumusan sebagai
berikut,
Dari rumus diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa tegangan keluaran dapat diubah-
ubah secara langsung dengan mengubah nilai Ton .
Apabila Ton adalah 0, Vout juga akan 0.
Apabila Ton adalah Ttotal maka Vout adalah Vin atau katakanlah nilai maksimumnya.
PWM bekerja sebagai switching power suplai untuk mengontrol on dan off.
Tegangan dc dikonvert menjadi sinyal kotak bolak balik, saat on mendekati tegangan
puncak dan saat off mrnjadi nol (0) volt. Jika frekuensi switching cukup tinggi maka
temperatur (suhu) air yang dikendalikan akan semakin sesuai dengan yang
diharapkan. Dengan mengatur duty cycle dari sinyal (modulasi lebar pulsa dari sinyal
disebabkan oleh PWM). Terlihat pada gambar di bawah sinyal ref adalah sinyal
tegangan dc yang dikonversi oleh sinyal gergaji dan menghasilkan sinyal kotak
Dalam ATme ga 8535 dapat dihasilkan PWM mode phase correct dimana nilai
register counter TCNTx yang mencacah naik dan turun secara terus menerus akan
selalu dibandingkan dengan register OCRx. Hasil perbandingan register TCNTx dan
OCRx digunakan untuk membangkitkan sinyal PWM yang dikeluarkan melalui
sebuah pin Ocx seperti gambar berikut.
Gambar 2.3 PWM mode phase correct
Pada PWM 8 bit maka frekuensi dan duty cycle pada mode phase coreect dirumuskan
………………………………………………………… (2.4)
........................................................................... (2.5)
dengan;
N = Skala clock
D = Duty cycle
2.1.3 PWM mode fast
Pada mode fast hampir sama dengan phase correct hanya register TCNTx
mencacah naik tanpa mencacah turun seperti gambar berikut.
Pada PWM 8 bit maka frekuensi dan duty cycle dirumuskan sebagai berikut:
……………………………………………………….(2.6)
........................................................................(2.7)
dengan;
N = Skala clock
D = Duty cycle
PWM Sinusoida satu fase menghasilkan pulsa PWM bolak balik satu fase dengan nilai
tegangan bolak balik efektifnya dirumuskan sebagai berikut:
1T 2
T ∫0
Vrms = v dt ……………………………………………….(2.8)
v = fungsi tegangan
T = perioda
Oleh karena pada inverter SPWM nilai tegangan masukan DC adalah konstan
maka tegangan rms dapat juga dirumuskan :
Vrms = Vdc
∑t p
………………………………………………….(2.9)
T
T = perioda
Untuk menghasilkan sinyal PWM tersebut dapat menggunakan 2 buah sinyal sinus
dan 1 sinyal segitiga atau dengan menggunakan 1 buah sinyal sinus dan 2 buah sinyal
segitiga. Pada proses pembangkitan SPWM dengan menggunakan 2 buah sinyal sinus
dan sebuah sinyal segitiga, dilakukan pembandingan amplitudo antara sinyal segitiga
dengan sinyal sinus. Sinyal penggerak akan dibangkitkan apabila amplitude sinyal
sinus lebih besar daripada amplitudo sinyal segitiga. Masing- masing sinyal penggerak
digunakan untuk penyaklaran sehingga diperoleh sinyal PWM. Proses pembangkitan
SPWM tersebut dapat dilihat pada gambar 2.5
ωt
π 2π
ωt
π 2π
ωt
π 2π
δm
αm ωt
π 2π
π + αm
Gambar 2.5 (a) Proses pembandingan antara sinyal pembawa dengan sinyal
referensi, (b) Sinyal penggerak VAN, (c) Sinyal penggerak VBN, (d) Sinyal SPWM
Proses pembangkitan SPWM secara digital dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu:
2.2 SENSOR
Secara umum sensor didefenisikan sebagai alat yang mampu menangkap fenomena
fisika atau kimia kemudian mengubahnya menjadi sinyal listrik baik arus listrik
ataupun tegangan. Fenomena fisik yang mampu menstimulus sensor untuk
menghasilkan sinyal elektrik meliputi temperature, tekanan, gaya, medan magnet
cahaya, pergerakan dan sebagainya.
Sensor fisika adalah alat yang mampu mendeteksi besar (nilai) suatu besaran
berdasarkan hukum- hukum fisika. Ada beberapa jenis sensor fisika yang kita kenal
seperti sensor suhu, sensor cahaya, sensor gerak dan lain- lain.
Sensor suhu adalah alat yang digunakan untuk merubah besaran panas menjadi
besaran listrik yang dapat dengan mudah dianalisis besarnya.
3. Stabilitas dan daya tahan, yaitu sejauh mana sensor dapat secara konsisten
memberikan besar sensitifitas yang sama terhadap suhu , serta seberapa lama
sensor tersebut dapat terus digunakan.
Pin 1 berfungsi sebagai sumber tegangan kerja dari LM35, pin 2 atau tengah
digunakan sebagai tegangan keluaran atau Vout dengan jangkauan kerja dari 0 Volt
sampai dengan 1,5 Volt dengan tegangan operasi sensor LM35 yang dapat digunakan
antar 4 Volt sampai 30 Volt
2.2.3 Prinsip Kerja Sensor LM 35
Mula- mula vcc sebesar 12v digunakan untuk menghidupkan sensor LM35 yang
akan mendeteksi suhu. Keluaran sensor ini akan naik sebesar 10 mV setiap derajad
celcius sehingga diperoleh persamaan sebagai berikut :
Secara prinsip sensor akan me lakukan penginderaan pada saat perubahan suhu
setiap suhu 1 ºC akan menunjukan tegangan sebesar 10 mV. Pada penempatannya
LM35 dapat ditempelkan dengan perekat atau dapat pula disemen pada permukaan
akan tetapi suhunya akan sedikit berkurang sekitar 0,01 ºC karena terserap pada suhu
permukaan tersebut. Dengan cara seperti ini diharapkan selisih antara suhu udara dan
suhu permukaan dapat dideteksi oleh sensor LM35 sama dengan suhu disekitarnya,
jika suhu udara disekitarnya jauh lebih tinggi atau jauh lebih rendah dari suhu
permukaan, maka LM35 berada pada suhu permukaan dan suhu udara disekitarnya .
Register untuk keperluan umum menempati space data pada alamat terbawah
yaitu $00 sampai $1F. Sementara itu register khusus untuk menangani I/O dan kontrol
terhadap mikrokontroler menempati 64 alamat berikutnya, yaitu mulai dari $20
sampai $5F. Register tersebut merupakan register yang khusus digunakan untuk
mengatur fungsi terhadap berbagai peripheral mikrokontroler, seperti kontrol register,
timer/counter, fungsi fungsi I/O, dan sebagainya. Register khusus alamat memori
secara lengkap dapat dilihat pada tabel dibawah . Alamat memori berikutnya
digunakan untuk SRAM 512 byte, yaitu pada lokasi $60 sampai dengan $25F.
Selain itu AVR ATmega8535 juga memilki memori data berupa EEPROM 8-bit
sebanyak 512 byte. Alamat EEPROM dimulai dari $000 sampai $1FF.
2.3.3 Status Register
Status register adalah register berisi status yang dihasilkan pada setiap operasi yang
dilakukan ketika suatu instruksi dieksekusi. SREG merupakan bagian dari inti CPU
mikrokontroler.
1. Bit7 --> I (Global Interrupt Enable), Bit harus di Set untuk mengenable semua
jenis interupsi.
2. Bit6 --> T (Bit Copy Storage), Instruksi BLD dan BST menggunakan bit T
sebagai sumber atau tujuan dalam operasi bit. Suatu bit dalam sebuah register
GPR dapat disalin ke bit T menggunakan instruksi BST, dan sebaliknya bit T
dapat disalin kembali kesuatu bit dalam register GPR dengan menggunakan
instruksi BLD.
3. Bi5 --> H (Half Cary Flag)
4. Bit4 --> S (Sign Bit) merupakan hasil operasi EOR antara flag -N (negatif) dan
flag V (komp lemen dua overflow).
5. Bit3 --> V (Two's Component Overflow Flag) Bit ini berfungsi untuk
mendukung operasi matematis.
6. Bit2 --> N (Negative Flag) Flag N akan menjadi Set, jika suatu operasi
matematis menghasilkan bilangan negatif.
7. Bit1 --> Z (Zero Flag) Bit ini akan menjadi Set apabila hasil operasi matematis
menghasilkan bilangan 0.
8. Bit0 --> C (Cary Flag) Bit ini akan menjadi set apabila suatu operasi
menghasilkan carry.
2.3.4 Konfigurasi Pin Mikrokontroler AVR ATMEGA8535
Mikrokontroler ATMega8535 memiliki 40 pin untuk model PDIP, dan 44 pin untuk
model TQFP dan PLCC. Nama-nama pin pada mikrokontroler ini adalah :
1. VCC : merupakan pin yang berfungsi sebagai pin masukan catu daya
2. GND : merupakan pin ground.
3. Port A (PA0...PA7) : merupakan pin I/O dan pin masukan ADC
4. Port B (PB0 – PB7) : merupakan akan pin I/O dua arah dan pin fungsi
khusus, yaitu sebagai Timer/Counter, komperator analog dan SPI.
5. Port C (PC0 – PC7) : merupakan pin I/O dua arah dan pin fungsi khusus,
yaitu TWI, komperator analog, input ADC dan Timer Osilator.
6. Port D (PD0 – PD7) : merupakan pin I/O dua arah dan pin fungsi khusus,
yaitu komperator analog, interupsi eksternal dan komunikasi serial.
7. RESET : merupakan pin yang digunakan untuk mereset mikrokontroler.
8. XTAL1 dan XTAL2 : merupakan pin masukan clock eksternal.
9. AVCC : merupakan pin masukan tegangan untuk ADC.
10. AREF : merupakan pin tegangan referensi ADC
1. Port A
2. Port B
Merupakan 8-bit directional port I/O. Setiap pinnya dapat menyediakan internal pull-
up resistor (dapat diatur per bit). Output buffer Port C dapat memberi arus 20 mA dan
dapat mengendalikan display LED secara langsung. Data Direction Register port C
(DDRC) harus disetting terlebih dahulu sebelum Port C digunakan. Bit-bit DDRC
diisi 0 jika ingin memfungsikan pin-pin port C yang bersesuaian sebagai input, atau
diisi 1 jika sebagai output. Selain itu, dua pin port C (PC6 dan PC7) juga memiliki
fungsi alternatif sebagai oscillator untuk timer/counter 2.
4. Port D
Merupakan 8-bit directional port I/O. Setiap pinnya dapat menyediakan internal pull-
up resistor (dapat diatur per bit). Output buffer Port D dapat memberi arus 20 mA dan
dapat mengendalikan display LED secara langsung. Data Direction Register port D
(DDRD) harus disetting terlebih dahulu sebelum Port D digunakan. Bit-bit DDRD
diisi 0 jika ingin memfungsikan pin-pin port D yang bersesuaian sebagai input, atau
diisi 1 jika sebagai output. Selain itu, pin-pin port D juga memiliki untuk fungsi-
fungsi alternatif khusus seperti yang dapat dilihat dalam tabel berikut.
RST pada pin 9 merupakan reset dari AVR. Jika pada pin ini diberi masukan low
selama minimal 2 machine cycle maka system akan di-reset.
6. XTAL1
XTAL1 adalah masukan ke inverting oscillator amplifier dan input ke internal clock
operating circuit.
7. XTAL2
8. AVcc
Avcc adalah kaki masukan tegangan bagi A/D Converter. Kaki ini harus secara
eksternal terhubung ke Vcc melalui lowpass filter.
9. AREF
AREF adalah kaki masukan referensi bagi A/D Converter. Untuk operasionalisasi
ADC, suatu level tegangan antara AGND dan Avcc harus dibeikan ke kaki ini.
10. AGND
AGND adalah kaki untuk analog ground. Hubungkan kaki ini ke GND, kecuali jika
board memiliki anlaog ground yang terpisah.
Instruksi- instruksi yang merupakan bahasa C tersebut dituliskan pada sebuah editor,
yaitu CodeVision AVR. CodeVision AVR merupakan salah satu software kompiler
yang khusus digunakan untuk mikrokontroler keluarga AVR. Meskipun CodeVision
AVR termasuk software komersial, namun kita tetap dapat menggunakannya dengan
mudah karena terdapat versi evaluasi yang disediakan secara gratis walaupun dengan
kemampuan yang dibatasi.
Tampilan CodeVision AVR seperti dibawah ini:
• VCC
Suplai tegangan digital. Besarnya tegangan berkisar antara 4,5 – 5,5V untuk
ATmega8 dan 2,7 – 5,5V untuk ATmega8L.
• GND
Ground. Referensi nol suplai tegangan digital.
• (PB7..PB0)
PORTB adalah port I/O dua-arah (bidirectional) 8-bit dengan resistor pull- up
internal yang dapat dipilih. Buffer keluaran port ini memiliki karakteristik
yang simetrik ketika digunakan sebagai source ataupun sink. Ketika digunakan
sebagai input, pin yang di pull- low secara eksternal akan memancarkan arus
jika resistor pull- up- nya diaktifkan. Pin-pin PORTB akan berada pada kondisi
tri-state ketika RESET aktif, meskipun clock tidak running.
• PORTC(PC5..PC0)
PORTC adalah port I/O dua-arah (bidirectional) 7-bit dengan resistor pull- up
internal yang dapat dipilih. Buffer keluaran port ini memiliki karakteristik
yang simetrik ketika digunakan sebagai source ataupun sink. Ketika digunakan
sebagai input, pin yang di pull- low secara eksternal akan memancarkan arus
jika resistor pull- up- nya diaktifkan. Pin-pin PORTC akan berada pada kondisi
tri-state ketika RESET aktif, meskipun clock tidak running.
• PC6/RESET
Jika Fuse RSTDISBL diprogram, maka PC6 berfungsi sebagai pin I/O akan
tetapi dengan karakteristik yang berbeda dengan PC5..PC0. Jika Fuse
RSTDISBL tidak diprogram, maka PC6 berfungsi sebagai masukan Reset.
Sinyal LOW pada pin ini dengan lebar minimum 1,5 mikrodetik akan
membawa mikrokontroler ke kondisi Reset, meskipun clock tidak running.
• PORTD (PD7..PD0)
PORTD adalah port I/O dua-arah (bidirectional) 8-bit dengan resistor pull- up
internal yang dapat dipilih. Buffer keluaran port ini memiliki karakteristik
yang simetrik ketika digunakan sebagai source ataupun sink. Ketika digunakan
sebagai input, pin yang di pull- low secara eksternal akan memancarkan arus
jika resistor pull- up-nya diaktifkan. Pin-pin PORTD akan berada pada kondisi
tri-state ketika RESET aktif, meskipun clock tidak running.
• RESET
Pin masukan Reset. Sinyal LOW pada pin ini dengan lebar minimum 1,5
mikrodetik akan membawa mikrokontroler ke kondisi Reset, meskipun clock
tidak running. Sinyal dengan lebar kurang dari 1,5 mikrodetik tidak menjamin
terjadinya kondisi Reset.
• AVCC
AVCC adalah pin suplai tegangan untuk ADC, PC3..PC0, dan ADC7..ADC6.
Pin ini harus dihubungkan dengan VCC, meskipun ADC tidak digunakan. Jika
ADC digunakan, VCC harus dihubungkan ke AVCC melalui low-pass filter
untuk mengurangi noise.
• AREF
Pin Analog Reference untuk ADC.
• ADC7..ADC6
Analog input ADC. Hanya ada pada ATmega8 dengan package TQFP dan
QFP/MLF.
2.7 Kalor
Dalam sistem British, 1 Btu (British Thermal Unit) adalah kalor untuk menaikkan
temperatur 1 lb air dari 63 F menjadi 64 F.
Energi kalor (Q) merupakan energi ya ng berpindah dari satu benda ke benda
yang lain akibat adanya perbedaan suhu. Berkaitan dengan sistem dan lingkungan,
bisa dikatakan bahwa kalor merupakan energi yang berpindah dari sistem ke
lingkungan atau energi yang berpindah dari lingkungan ke sistem akibat adanya
perbedaan suhu. Jika suhu sistem lebih tinggi dari suhu lingkungan, maka kalor akan
mengalir dari sistem menuju lingkungan. Sebaliknya, jika suhu lingkungan lebih
tinggi dari suhu sistem, maka kalor akan mengalir dari lingkungan menuju sistem.
Q = m c ∆T …………………………………………………………..(2.11)
dengan :
Q = Energi kalor (J)
m = Massa benda (Kg)
c = Kalor jenis benda (J/KgK)
?T = Perubahan suhu (K)
Berikut ini adalah tabel nilai kalor jenis air dan beberapa zat- zat lain. Terlihat
bahwa air memiliki kalor jenis terbesar dibandingkan dengan zat-zat yang lain,
termasuk zat- zat yang tidak disebut di dalam tabel. Ini berarti bahwa air memerlukan
kalor lebih banyak daripada zat lain untuk massa dan kenaikan suhu yang sama. Air
juga melepaskan kalor yang lebih besar dibandingkan dengan zat- zat lain jika suhunya
diturunkan.