You are on page 1of 34

FROTHER

DEFINISI
• Mengapa perlu Frother.....????
• Ketika permukaan partikel telah menjadi hodrofobik, partikel tersebut harus
mampu menempel pada gelembung udara yang disuntikan (aerasi). Namun
muncul masalah ketika gelembung-gelembung tersebut tidak stabil dan mudah
pecah akibat tumbukan dengan partikel padat, dinding sel dan gelembung-
gelembung lain.
• Merupakan zat organik hydrocarbon yang terdiri dari polar dan non polar.
Berfungsi menstabilkan gelembung udara, atau menurunkan tegangan
permukaan gelembung udara, sehingga gelembung tidak mudah pecah.
• Frother yang efektif biasanya mengandung setidaknya lima atom karbon dalam
rantai utamanya. Frother dapat didefenisikan sebagai senyawa aktif heteropolar
yang mengandung gugus polar (OH, COOH, C=O, OSO2 dan SO2OH) dan radikal
hidrokarbon (non polar).
• Contoh : methyl amyl alkohol, methyl iso butil carbinol (MIBC), cresitic acid, pine
oil, polypropylene glycol ether, tricthoxy butana, polilikol, polioksiparafin, xilenol
FUNGSI FROTHER
• Frother mencegah perpaduan gelembung udara dan menjaga
kestabilan gelembung untuk selama periode waktu yang cukup
lama.
• Lapisan frother pada gelembung udara menaikkan ketahanan
gelembung terhadap bermacam – macam tekanan dari luar.
• Lapisan frother pada gelembung mengurangi kecepatan
gelembung didalam pulp, sehingga kontak gelembung dengan
mineral – mineral akan menimbulkan kondisi yang lebih baik
yang menguntungkan proses flotasi.
KARAKTERISTIK FROTHER
• Suatu substansi organik.
• Molekulnya heteropolar terdiri dari satu atau lebih gugusan
HC yang dihubungkan satu grup yang polar.
• Kelarutannya tidak terlalu besar, tidak terlalu kecil.
• Tidak ter-ion.
• Busa atau buih akan segera pecah setelah berpindah dari sell
flotasi.
• Mempunyai aktivitas kimia yang lemah.
PENGARUH KOLEKTOR TERHADAP SIFAT BUIH

Kekuatan Buih
• Kekuatan buih dipengaruhi oleh jenis kolektor dan frother
yang digunakan.
• Misalnya, daya buih biasanya meningkat dengan jumlah atom
karbon dalam radikal hidrokarbon hingga 6 atau 7, dan
kemudian turun secara dramatis ketika rantai hidrokarbon
memiliki lebih dari 8 atom karbon. Xantat dengan kurang
dari 6 karbon dalam gugus alkil tidak menghasilkan buih,
sedangkan oktil xantat akan menghasilkan buih tetapi akan
mengurangi buih jika dicampur dengan alkohol.
Nama-nama sepuluh alkana
Jumlah Atom C Rumus Molekul Nama
1 CH4 Metana
2 C2H6 Etana
3 C3H8 Propana
4 C4H10 Butana
5 C5H12 Pentana
6 C6H14 Heksana
7 C7H16 Heptana
8 C8H18 Oktana
9 C9H20 Nonana
10 C10H22 Dekana
PENGARUH KOLEKTOR TERHADAP SIFAT BUIH

Volume Buih
• Volume buih yang dihasilkan dalam mesin flotasi di bawah
kondisi operasi standar sering disebut sebagai daya buih.
• Mencampur xanthate rantai panjang (amyl) dengan alkohol
rantai pendek meningkatkan volume buih
• Misal, kekuatan buih meningkat dengan kuat ketika amil
xanthate dikombinasikan dengan alkohol yang mengandung
7-8 atom karbon dalam radikal hidrokarbon. Xantat dengan
panjang rantai lebih pendek (etil) menurunkan daya buih
untuk alkohol yang mengandung 5 atau kurang atom karbon.
PENGARUH KOLEKTOR TERHADAP SIFAT BUIH

Pengubah Sifat Buih


• Dalam flotasi asam lemak, frothers jenis alkohol tertentu,
seperti minyak pinus, asam cresylic, dll bertindak sebagai
pengubah sifat buih.
• Misalnya, mencampur asam lemak minyak tinggi dengan
frother alkohol siklik (minyak pinus) menghasilkan buih yang
dapat meningkatkan sifat pemuatan dan buih cepat pecah
setelah keluar dari cell.
PENGARUH KOLEKTOR TERHADAP SIFAT BUIH

Tingkat Apung Buih


• Dalam flotasi kationik dengan amina, penambahan frother
mengurangi konsentrasi kolektor amina .
• Meningkatkan daya apung.
CONTOH FROTHERS
KLASIFIKASI FROTHERS
Klasifikasi berdasarkan pH
Acidic Frothers
Basic Frothers
Neutral Frothers
KLASIFIKASI FROTHERS
 ACIDIC FROTHERS
Frothers ini bekerja dengan baik hanya dalam pH asam. Dalam media
alkali, sifat buihnya berkurang.
Contoh khas reagen ini adalah fenol. Frothers ini diperoleh sebagai
produk sampingan selama gasifikasi tar batubara dan distilasi minyak
mentah.
Dua kelompok frothers berikut telah digunakan dalam pabrik
pengolahan mineral:
• Phenols
• Alkylaryl Sulfonates
 ACIDIC FROTHERS
1. Fenol
• Frother fenol dikenal sebagai alkohol aromatik. Frother khas dari
kelompok ini adalah kresol, terdiri dari campuran ortho (o) (35-
40%), meta (m) (25-28%) dan para (p) (35-40%) kresol. Disebut
tricresol.
• Penggunaan fenol bergantung pada kompisisi variabelnya, yang
tergantung pada sumber dari mana frother diturunkan, dimana
komposisi tersebut akan mempengaruhi efektif atau tidaknya
reagen tersebut mengikat mineral
• Fenol dapat ditambahkan ke asam lemak minyak tinggi untuk
meningkatan selektivitas daya buih
• Frother fenol pada prinsipnya digunakan untuk mineral sulfida
Formula umum komponen utama kresol

• Frothers paling efektif dari grup ini adalah m-cresol, p-cresol dan o-cresol.
 ACIDIC FROTHERS
Sifat Fisik Frother Fenol
 ACIDIC FROTHERS
2. Alkylaryl Sulfonate
• Frother Alkylaryl Sulfonate adalah frother yang sifat buihnya
paling baik dari frother lainnya, tetapi jarang digunakan karna
mengandung banyak belerang yang mengganggu flotasi
• Alkylaryl sulfonate dapat digambarkan sebagai buih anionik
dengan struktur yang tersusun atas hidrokarbon aromatik dan
radikal alifatik:
 BASIC FROTHERS
• Frothers ini terdiri dari pyridine and homolog. Diperoleh dari
produk sampingan penyulingan tar batubara. Digunakan untuk
flotasi bijih logam dasar, sebagian besar di bekas Uni Soviet. Di
Eropa, produk serupa digunakan untuk menghasilkan kolektor
yang digunakan dalam flotasi mineral timbal oksida (Hoechst).
STRUKTUR FROTHER PIRIDIN
 NEUTRAL FROTHERS
• Frother Ini adalah kelompok frothers yang paling penting yang
digunakan secara luas dalam flotasi bijih logam dasar, mineral
oksida dan mineral industri. Berfungsi baik dalam pulp asam
dan alkali/basa. Frother netral dibagi menjadi enam sub-
kelompok, dengan perbedaan besar dalam komposisi kimia
KLASIFIKASI NEUTRAL FROTHERS
• Aliphatic Alcohols
• Cyclic alcohol (alpha terpineols)
• Alkoxy Paraffins
• Polyglycol Ethers
• Polypropylene Glycol Ethers
• Polyglycol Glycerol Ethers
1. Aliphatic Alcohols
• Frothers ini adalah campuran alkohol yang mengandung 6-8
atom karbon. Dipasarkan oleh DuPont dan dirancang khusus
untuk jenis bijih tertentu.
• Frother yang paling terkenal dari kelompok ini adalah metil
isobutyl karbinol (MIBC), rumus sbb :

• dan 2-etil heksanol dengan rumus:


Sifat-sifat frothers alkohol alifatik
Sifat-sifat frothers alkohol alifatik
• Campuran alkohol C6 – C9: Gravitasi spesifik 0,856 dan viskositas 5
cps (Brookfield). Frother ini dianggap sangat selektif.
• Campuran alkohol C4-C7 + minyak hidrokarbon: Berat jenis 0,82 dan
viskositas 4,5 cps (Brookfield). Frothers ini biasanya digunakan selama
flotasi tembaga-molibdenum atau molibdenum.
• Campuran alkohol karbon C5-C8: Berat jenis 0,81-0,83 dan viskositas
6,9 cps. Frothers ini menghasilkan buih yang kurang persisten
dibandingkan campuran alkohol lainnya.
2. Cyclic alcohol (alpha terpineols)
• Alkohol siklik yang paling melimpah dalam campuran frother
adalah terpineol (yaitu 90%) diikuti oleh borneol dan pinene.
• Frothers ini kurang sensitif terhadap keberadaan mineral
lempung daripada jenis frothers lainnya dan oleh karena itu
frothers banyak digunakan dalam campuran dengan frothers
alkohol alifatik untuk pengapungan logam dasar dan bijih
porfiri tembaga yang mengandung mineral lempung.
• Masalah utama dalam penggunaan frothers alkohol siklik yang
berasal dari sumber alami adalah bahwa komposisinya tidak
selalu konstan, dan akibatnya sifat buih bervariasi.
• Bisa digunakan sebagai aditif asam lemak minyak tinggi dalam
flotasi asam lemak untuk meningkatkan stabilitas buih
Struktur frothers alkohol siklik
Physical chemical properties of cyclic alcohol frothers
3. Alkoxy paraffins
• Banyak digunakan untuk flotasi logam dasar dan bijih mineral
oksida.
• Sifat buihnya jauh berbeda dari sifat alifatik dan siklik
sehubungan dengan stabilitas buih dan sensitivitas terhadap
keberadaan mineral tanah liat.
• Selektif dan dalam banyak kasus memberikan peningkatan
tingkat flotasi mineral tembaga dan seng.
• Efektif selama flotasi mineral tembaga oksida menggunakan
metode sulfidasi.
Struktur Alkoxy paraffins
(a) 1,1,3-Triethoxybutane (TEB)

(b) 1,3,5-Trialkoxypropyl trioxane


4. Polyglycol ethers
• Beberapa eter poliglikol juga dihasilkan oleh kondensasi dengan
butanol atau etilena oksida (struktur (c)) atau hasil sebagai produk
reaksi butanol dan soda kaustik.
• Berat molekul dan panjang karbon dari frother poliglikol eter
menentukan kekuatan dan kinerjanya. Buih berbobot molekul lebih
tinggi menghasilkan buih yang lebih persisten dan kurang selektif
daripada buih berbobot molekul lebih rendah.
• Eter poliglikol yang diproduksi dari butanol dan etilen oksida lebih
selektif dan memiliki daya angkut yang lebih baik daripada frothers
serupa yang diproduksi dari butanol dan soda kaustik.
5. Polypropylene glycol ethers
• Frothers ini sebagian larut dalam air, dan merupakan campuran eter
monometil dari polipropilen glikol dengan formula berikut:

• Frothers ini biasanya digunakan dalam flotasi logam dasar. Frother


menghasilkan buih yang persisten dan memiliki daya dukung yang
relatif tinggi.
6. Polyglycol glycerol ethers
• Awalnya, frothers ini dikembangkan di bekas Uni Soviet dengan merek
dagang Frother E1, dan pada 1985 Dow Chemicals, dengan nama
dagang XK35004, XK35004.O1L dan XK35004.02L, menghasilkan
frothers yang serupa. Formula umum dari frothers ini adalah sebagai
berikut:

• Frothers ini menghasilkan buih yang relatif kuat dengan tekstur halus.
REFERENCES
• Klassen, V.I., and Mokrousov, V.A., An Introduction to the Theory of Flotation, Butterworth, London (English Translation), 1963.
• Riggs, F.W., Frothers-An Operator’s Guide, In (D. Malhorta and W.F. Riggs eds) Chemical Reagents in the Mineral Processing
Industry, SME, 1986.
• Harris, P.J., Frothing Phenomena and Frother Principles of Flotation, South African IMM, 1982.
• Bansol, V.K., and Biswas, A.K., Collector-Frother Interactions in the Interfaces of a Flotation System, Transactions of the Institution
of Mining and Metallurgy Section C, Vol. 84, p. 131, 1975.
• Booth, R.B., and Freyberger, W.L., Froth and Frothing agents, In (D.W. Fuerstenau ed.) Froth Flotation, AIME, New York, p. 258,
1962.
• Dudenkov, S.V., and Bakinov, K.G., Effect of the Structure of Frothing Agent Molecules on the Coalescence of Air Bubbles, Tsvetnie
Metaly, 39, 1966.
• Lekki, J., and Laskowski, J., A New Concept of Frothing in Flotation Systems and General Classification of Frother, Transactions of
the Institution of Mining and Metallurgy Section C, Vol. 80, p. 174, 1975.
• Livshitz, A.K., and Dudenkov, S.V., Some Factors in Flotation Froth Stability, Obogaschenie Rud, No. 3, 1963.
• Klimpel, R.R., and Hansen, R.D., Frothers Mineral Industry Reagents, Marcel Dekker Inc., New York, Chapter 5, 1986.
• Dudenkov, S.V., and Galikov, A.A., Theory and Practice of Application of Flotation Reagents, Nedra, Russia, 1969.
• Bulatovic, S.M., Beryllium Flotation Process, US Patent 4,735,710, April 1988.
• Sibbald, C.V., Chemistry of Cresols, United States Bureau of Mines Bulletin, No. 1136, 1969

You might also like