Professional Documents
Culture Documents
Gdlhub GDL s1 2014 Santosabag 34585 14.bab A
Gdlhub GDL s1 2014 Santosabag 34585 14.bab A
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kebakaran
Kebakaran adalah api yang tidak terkendali yang diluar keinginan dan
Kebakaran terjadi akibat dari adanya tiga unsur api yang saling berinteraksi antara
lain yaitu sumber panas (heat), bahan (fuel) dan oksigen. Tanpa ada salah satu
dari ketiga unsur ini maka tidak akan terjadi api. Teori ini dikenal dengan teori
Selain teori segitiga api masih ada teori lain yang menjelaskan mengenai
proses terjadinya kebakaran yaitu Teori fire tetrahedron. Teori fire tetrahedron
menjelaskan bahwa kebakaran disebabkan oleh empat unsur yaitu panas (heat),
bahan (fuel), oksigen dan rantai reaksi kimia. Tanpa adanya rantai reaksi kimia
7
8
Unsur pertama yang harus ada dalam proses pembakaran adalah panas
(heat). Sumber panas yang potensial akan dapat menyalakan bahan bakar yang
telah bercampur dengan oksigen. beberapa sumber panas (heat) yang dapat
mekanis, energi kimia, energi listrik, mesin bermotor, listrik statis dan petir.
Unsur yang kedua adalah bahan bakar. Bahan bakar adalah segala sesuatu
material baik dalam bentuk padat cair maupun gas yang dapat menyala atau
jenisnya yaitu bahan bakar padat seperti kayu, kertas, kain, plastik, kapas; bahan
bakar cair seperti minyak, aceton, spiritus; dan bahan bakar yang berbentuk gas
seperti LPG, gas alam, gas karbit dan sebagainya (Ramli, 2010b).
unsur yang terdapat di udara bebas. Oksigen juga dapat berasal dari bahan kimia
yang bersifat sebagai bahan kimia oksidator. Bahan oksidator adalah bahan yang
sangat reaktif yang mampu menghasilkan oksigen dalam reaksi penguraian yang
9
menurut Dinas Pemadam Kebakaran Jakarta (2013) bahan oksidasi dapat dibagi
peroksida, dikromat, persulfat dan sebagainya; serta bahan organic, seperti benzyl
Unsur keempat dalam proses kebakaran adalah rantai reaksi kimia . Rantai
reaksi kimia adalah peristiwa dimana ketiga elemen api yang ada saling bereaksi
secara kimiawi, sehingga yang dihasilkan bukan hanya pijar tetapi berupa nyala
membesar dan menjalar di daerah sekitarnya. Penjalaran api ini dapat melalui tiga
1. Konveksi
Penjalaran api melalui benda padat, misalnya beton, kayu atau dinding.
2. Konduksi
Api juga dapat menjalar melalui fluida, misalnya air, udara atau bahan cair
3. Radiasi.
Dalam proses radiasi ini terdapat perpindahan panas (heat transfer) dari
sumber panas ke objek penerima. Faktor ini yang sering menjadi penyebab
sistem proteksi kebakaran. Dengan mengetahui proses penjalaran api maka dapat
yang dapat menghambat menjalarnya api dari satu gedung ke gedung yang
lainnya .
2010b).
MEN / 1990 tentang syarat – syarat pemasangan dan pemeliharaan alat pemadam
Tabel 2.1 Klasifikasi Kebakaran Menurut Peraturan Mentri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi No. Per-04/ MEN / 1990
Kelas Jenis Contoh
Kelas A Bahan Padat Kebakaran dengan bahan bakar padat
bukan logam
Kelas B Bahan Cair dan Gas Kebakaran dengan bahan bakar cair atau
gas mudah terbakar
Kelas C Listrik Kebakaran Instalasi listrik bertegangan
Kelas D Bahan Logam Kebakaran dengan bahan bakar Logam
termasuk substansi, proses kerja, dan atau aspek lainnya dari lingkungan kerja
(Suardi, 2005). Sedangkan menurut Ramli (2010a) hazard adalah segala sesuatu
kebakaran baik berupa sumber api, bahan, dan oksigen sehingga dapat
1. Heat (Panas)
diantaranya:
a. Api Terbuka
c. Percikan Mekanis
sumber api yang berasal dari benturan logam dari alat-alat mekanis
seperti palu pemecah besi, batu gerinda atau percikan api karena benda
d. Listrik
singkat terjadi karena adanya kontak antara muatan positif dan negatif
Pemasangan instalasi listrik yang tidak baik atau sudah rusak dapat
e. Mesin/kendaraan bermotor
tidak terawat juga dapat menjadi sumber panas. Mesin yang panas
meledak.
f. Listrik Statis
g. Energi Kimia
sumber penyalaan bisa berasal dari reaksi kimia misalnya reaksi antara
dari kerak tangki bekas berisi minyak mentah atau karat-karat yang
h. Petir
sumber api yang berasal dari perbedaan muatan listrik di udara. Petir
fuel adalah fire hazard yang merupakan bahan bakar yaitu berbagai
bahan baik cair, padat, maupun gas yang dapat berpotensi menjadi bahan
bakar.
14
a. zat cair yang mudah terbakar bisa berupa bahan bakar misalnya bensin
b. zat padat yang mudah terbakar misalnya kapas, karet, plastik, kertas,
c. zat gas yang mudah terbakar bisa kita jumpai seperti LPG, LNG, gas
(Suma’mur, 1979).
3. Oksigen
Selain itu, dalam proses kebakaran oksigen juga dapat berasal dari suatu
Risk adalah adalah peluang / sesuatu hal yang berpeluang untuk terjadinya
kematian, kerusakan atau sakit yang dihasilkan karena bahaya. Menurut OHSAS
yang mengandung bahaya atau paparan dengan tingkat keparahan dari luka atau
Fire Risk adalah hasil kombinasi dari kemungkinan atau peluang terjadinya
kebakaran yang ada disetiap kegiatan berada pada level yang dapat diterima.
Menurut Standard New Zeland HB 4525 manajemen risiko kebakaran terbagi atas
tahap diantaranya:
Menentukan Konteks
Pengendalian Risiko
1. Penentuan Konteks
bahan, dan oksigen yang bersumber dari proses produksi, material atau bahan
risk assessment) terdiri dari dua tahap yaitu menganalisis risiko kebakaran (fire
risk analysis) dan mengevaluasi risiko kebakaran (fire risk evaluation). Analisis
risiko kebakaran adalah suatu kegiatan untuk menentukan besarnya suatu risiko
Likelyhood Severity
(1 ) (2 ) (3) (4 ) (5)
Insig- Minor Moderate Major Catastropic
nificant
(5) Almost certain 5 10 15 20 25
(Hampir pasti)
(4) Likely (Besar 4 8 12 16 20
kemungkinan)
(3) Possible (Ada 3 6 9 12 15
kemungkin)
(2) Unlikely (Kecil 2 4 6 8 10
kemungkinan)
(1) Rare 1 2 3 4 5
(Jarang)
Sumber: Siswanto (2009)
Fire Risk evaluation adalah upaya tindak lanjut dari analisis risiko
Tingkat Keterangan
risiko
Low Risiko kebakaran dapat diterima, tidak memerlukan pengendalian
1–4 tambahan. Namun peninjauan tetap dilakuakan untuk memastikan
pengendalian telah diimplementasikan dengan baik dan benar, dan
mencegah risiko lebih lanjut.
Medium Perlu tindakan pengendalian untuk menurunkan tingkat risiko
5–9 kebakaran, namun biaya pengendalian perlu diteliti dan dibatasi.
High Tindakan pengendalian harus segera dilakukan guna menurunkan
10-16 tingkat risiko.
Extreme Pekerjaan tidak boleh dilaksanakan sampai tingkat resiko
20-25 diturunkan. Diperlukan penunjauan ulang terhadap upaya
pengendalian.
Sumber: Siswanto (2009)
4. Fire Risk Control (Pengendalian Risiko Kebakaran)
Pengendalian risiko kebakaran adalah segala upaya yang dilakukan untuk
kontak antara ketiga unsur api. Jika kontak anatara ketiga unsur api
baik semua unsur material yang dapat terbakar seperti minyak, gas
20
b. Proteksi kebakaran
adalah sistem yang terdiri atas peralatan, kelengkapan dan sarana baik
untuk tujuan sistem proteksi aktif dan sistem proteksi pasif maupaun
26/PRT/M/2008).
yaitu sistem proteksi aktif dan sistem proteksi pasif. Sistem proteksi
a) Alarm
b) Detektor
c) Apar
Apar adalah alat yang ringan dan dapat digunakan oleh satu
dapat dibedakan menjadi apar media air, apar media busa, apar
Per.04/MEN/1980).
d) Hidran
e) Sprinkler
10/KPTS/2000).
a. Barier (Penghalang)
b. Jarak aman
c. Jalur Evakuasi
atau daerah yang aman, baik secara vertikal maupun horizontal, yang
dapat berupa pintu, tangga, koridor, jalan keluar atau kombinasi dari
prosedur yang ada penting untuk dinilai untuk mengetahui seberapa besar
Nilai Diskripsi
100 % Istimewa Persyaratan yang lengkap dari kontrol yang ada
dipenuhi dan ditaati dan tidak ada keraguan bahwa
persyaratan tersebut secara penuh di implementasikan
dan berfungsi
90 % Sangat baik Kontrol yang ada diimplementasikan dan berfungsi
tetapi masih perlu ditingkatkan
75 % Diimplementasikan Kontrol yang ada diimplementasikan dan berfungsi.
dengan baik Tetapi, masih ada celah yang jelas yang harus diperbaiki
65 % Diimplementasikan Persyaratan Kontrol yang ada diimplementasikan dan
berfungsi, tetapi masih diperlukan tindakan yang
spesifik dan terfokus untuk memenuhi persyaratan.
50 % Diimplementasikan Persyaratan kontrol yang ada telah diimplementasikan
sebagian sampai taraf tertentu, memerlukan tindakan-tindakan
spesifik untuk direncanakan dan diimplementasikan
24
Nilai Diskripsi
40% Diimplementasikan Walaupun suatu tindakan dilakukan untuk memenuhi
kurang dari 50% persyaratan suatu item, ada celah (gap’s) yang jelas dan
ada kemungkinan kesalah pahaman terhadap beberapa
tindakan spesifik yang masih perlu diambil agar bisa
secara semestinya mengimplementasikan kontrol yang
ada
25% Implementasi Tidak ada tindakan riil yang telah diambil untuk
lemah mengimplementasikan persyaratan. Jelas bahwa hal-hal
tertentu dari persyaratan tidak dipahami. Intervensi
spesifik harus diambil untuk memastikan bahwa
kemajuan dibuat untuk mengimplementasikan
persyaratan
15% Ada pengertian Ada pengertian bahwa tindakan harus diambil tetapi
hingga tanggal ini tidak ada sesuatu yang telah
dilakukan untuk mengimplementasikan persyaratan
kontrol yang ada
0% Tidak di Tidak ada yang sudah dilakukan sampai dengan tanggal
implementasikan ini untuk mengimplementasikan persyaratan kontrol
yang ada. Tidak ada pertimbangan implementasi dalam
waktu dekat. Pengertian tentang persyaratan mungkin
ada, tetapi tidak ada tindakan spesifik untuk
memenuinya
Sumber: Siswanto (2009)
Residual risk adalah risiko yang masih ada dan diperoleh setelah
(Siswanto, 2009):
risiko kebakaran agar lebih baik. Hasil manajemen risiko kebakaran juga harus
dikomunikasikan kepada semua pihak seperti pekerja, ahli, pemasok, mitra kerja
kebakaran.
manajemen risiko kebakaran telah berjalan sesuai dengan rencana yang telah
sehingga perlu adanya tinjauan ulang guna menentukan langkah perbaikan yang
diperlukan.
diperhatikan dalam memilih metode penilaian risiko antara lain teknik yang
dipilih sesuai dengan kondisi dan kelengkapan fasilitas atau instalasi serta jenis
bahaya yang terdapat dalam kegiatan kerja, teknik tersebut dapat digunakan untuk
1. Metode Kualitatif
keparahan suatu bahaya yang dinayatakan dalam bentuk rentang nilai risiko
rendah sampai risiko tinggi. Metode kualitatif digunakan jika data yang lengkap
terdapat nilai. Pihak terkait yang menggunakan metode atau hasil ini harus
Sumber: www.prioritysystem.com
Metode semi kuantitatif adalah suatu metode yang digunakan untuk menilai
risiko dimana tingkat risiko dari suatu bahaya yang digambarakan dalam matrik
27
risiko digambarkan dengan angka numerik, namun nilai ini tidak bersifat absolut.
Tingkat risiko yang digambarkan pada metode semi kuantitatif lebih konkrit
sebagai berikut.
3. Metode Kuantitatif
dimana besarnya risiko tidak berupa peringkat seperti metode semi kuantitatif
tetapi berupa nilai numerik yang memberikan arti dari risiko tersebut. Hasil
konsekuensi suatu bahaya. Contoh dari metode kuantitaif adalah fault tree