You are on page 1of 21

MAKALAH

DELEGASI DAN SUPERVISI DALAM KEPERAWATAN


Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen
Keperawatan
Dosen : Tara Indra Dirgantara, S. Kep, Ners., M. Kep

Disusun oleh Kelompok 13:


Ahmad Ramdani (C1AB23002)
Nina Siti Wulansari (C1AB23033)
Siti Nurul Fauziah ( C1AB23042)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUKABUMI
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur marilah kita panjatkan kepada Allah SWT berkat karunia dan
rahmatnya akhirnya penyusun dapat menyelesaikan proses penyusunan Makalah
dengan judul “ Delegasi Dan Supervisi Dalam Keperawatan”
Adapun tujuan disusunnya makalah ini adalah untuk memenuhi mata kuliah
Keperawatan Jiwa. Selain itu, makalah disusun guna memberikan informasi dan
pengetahuan tentang “ Delegasi Dan Supervisi Dalam Keperawatan”
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Hal ini
disebabkan keterbatasan pengetahuan dan waktu yang dimiliki penulis. Oleh karena
itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun guna
menyempurnakan makalah ini di masa yang akan datang agar lebih baik. Semoga
makalah yang sederhana ini bermanfaat bagi pembaca.

Sukabumi, Juni 2023

Penyusun

Kelompok 13
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ 2


DAFTAR ISI ...................................................................................................... 3
BAB I .................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN .............................................................................................. 4
1. Latar Belakang ........................................................................................ 4
2. RUMUSAN MASALAH ......................................................................... 4
3. TUJUAN .................................................................................................. 5
BAB II ................................................................................................................ 6
TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................... 6
2.1 Pengertian Pendelegasian ..................................................................... 6
2.1.1 Alasan Pendelegasian ........................................................................ 6
2.1.2 Aspek Penting Dalam Pendelegasian................................................. 7
2.1.3 Ketidakefektifan Dalam Pendelegasian ............................................. 8
2.1.4 Wewenang Yang Didelegasikan ......................................................... 9
2.1.5 Pedoman Pelimpahan Wewenang yang Efektif .............................. 10
2.1.6 Penyebab Gagalnya Delegasi ........................................................... 10
2.1.7 Keberhasilan Pendelegasian ............................................................ 11
2.2 Pengertian Supervisi ........................................................................... 11
2.2.1 Fungsi dan Tujuan Supervisi ........................................................... 13
2.2.2 Prinsip Supervisi .............................................................................. 14
2.2.3 Teknik supervisi ............................................................................... 16
BAB III ............................................................................................................. 20
PENUTUP ........................................................................................................ 20
3.1 Kesimpulan .......................................................................................... 20
3.2 Saran .................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 21
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pendelegasian merupakan elemen yang esensial pada fase pengarahan dalam
proses manajemen karena sebagian besar tugas yang diselesaikan oleh manajer
(tingkat bawah, menengah dan atas) bukan hanya hasil usaha mereka sendiri,
tetapi juga hasil usaha pegawai. Bagi manajer, pendelegasian bukan merupakan
pilihan tetapi suatu keharusan. Ada banyak tugas yang sering kali harus
diselesaikan oleh satu orang. Dalam situasi ini, pendelegasian sering terkait erat
dengan produktivitas.
Ada banyak alasan yang tepat untuk melakukan pendelegasian. Kadang kala
manajer harus mendelegasikan tugas rutin sehingga mereka dapat menangani
masalah yang lebih kompleks atau yang membutuhkan keahlian dengan tingkat
yang lebih tinggi. Manajer dapat mendelegasikan tugas jika seseorang telah
dipersiapkan dengan lebih baik atau memiliki keahlian yang tinggi atau lebih
cakap tentang cara menyelesaikan masalah. Pendelegasian juga dapat digunakan
sebagai sarana pembelajaran atau “pemberian” kesempatan kepada pegawai.
Pegawai yang tidak didelegasikan tanggung jawab yang sesuai dapat menjadi
bosan, tidak produktif, dan tidak efektif. (Marquis, Bessie L, dkk.2010 )
Supervisi merupakan bagian dari fungsi directing pengarahan (dalam fungsi
manajemen yang berperan untuk mempertahankan agar segalam kegiatan yang
telah diprogram dapat dilaksanakan dengan baik dan lancar. Supervisi secara
langsung memungkinkan manajer keperawatan menemukan berbagai
hambatan/permasalahan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan di ruangan
dengan mencoba memandang secara menyeluruh faktor-faktor yang
mempengaruhi dan bersama dengan staf keperawatan untuk mencari jalan
pemecahannya.
2. RUMUSAN MASALAH
a. Apa yang di maksud dengan degelasi dan supervisi ?
b. Apa saja aspek penting dalam pendelegasian ?
c. Apa saja wewenangan yang didelegasikan kepada perawat ?
d. Apa fungsi dan tujuan dari supervisi
e. Bagaimana prinsip dan teknik supervisi

3. TUJUAN
a. Untuk mengetahui apa yang di maksud dengan degelasi dan supervisi
b. Untuk mengetahui aspek penting dalam pendelegasian
c. Untuk mengetahui wewenangan yang didelegasikan kepda perawat
d. Untuk mengetahui fungsi dan tujuan dari supervisi
e. Untuk mengetahui prinsip dan teknik supervisi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Pendelegasian
Menurut Marquis dan Huston (1998) dalam Nursalam (2002) bahwa
pendelegasian adalah penyelesaian suatu pekerjaan melalui orang lain. Dapat
juga diartikan sebagai suatu pemberian suatu tugas kepada seseorang atau
kelompok dalam menyelesaikan tujuan organisasi.
Pendelegasian adalah bagian dari manajemen yang memerlukan latihan
manajemen profesional yang dikembangkan untuk dapat menerima
pendelegasian tanggung jawab secara struktural(Swanburg, RC., 2000).
Pendelegasian sebagai penyelesaian suatu pekerjaan melalui orang lain atau
dapat juga diartikan sebagai pelimpahan suatu tugas kepada seseorang atau
kelompok dalam menyelesaikan tujuan organisasi (Marquis dan Huston, 2010
dalam Nursalam, 2015)
2.1.1 Alasan Pendelegasian
Adapun beberapa alasan mengapa pendelegasian diperlukan,
beberapa diantaranya adalah :
a. Pendelegasian memungkinkan manajer perawat/bidan mencapai hasil
yang lebih baik dari pada semua kegiatan ditangani sendiri.
b. Agar organisasi berjalan lebih efisien.
c. Pendelegasian memungkinkan manajer perawat/bidan dapat
memusatkan perhatian terhadap tugas-tugas prioritas yang lebih
penting.
d. Dengan pendelegasian, memungkinkan bawahan untuk tumbuh dan
berkembang, bahkan dapat dipergunakan sebagai bahan informasi
untuk belajar dari kesalahan atau keberhasilan.
Manajer perawat/bidan seharusnya lebih cermat dalam
mendelegasikan tugas dan wewenangnya, mengingat kegiatan perawat
dan bidan berhubungan dengan keselamatan orang lain (pasien). Oleh
karena itu sebelum mendelegasikan tugas/wewenang hendaknya
dipahami benar tingkat kemampuan dari perawat/bidan yang akan
diberikan delegasi.
2.1.2 Aspek Penting Dalam Pendelegasian
a. Fokus pendelegasian adalah hasil kerja yang diharapkan tercapai,
dalam upaya menggapai sasaran/tujuan akhir dari organisasi.
b. Pendelegasian dilaksanakan dengan sikap hormat yang didasarkan
atas penghargaan dan kesadaran terhadap diri sendiri sebagai sesuatu
yang "berharga", serta memerhatikan harga diri dan kehendak bebas
orang lain, di mana setiap pekerja dipandang sebagai subjek, dan
bukan objek kerja
c. Pendelegasian yang menghasilkan melibatkan harapan-harapan yang
meliputi bidang berikut.
1) Menekankan pada tercapainya hasil-hasil yang didambakan atau
diinginkan pada waktu depan yang telah ditentukan ("desired
results"). Pendelegasian menyatakan dengan tegas tentang apa
yang harus dicapai, bukan bagaimana mencapainya, di mana fokus
utama diarahkan kepada hasil produksi. Pendelegasian
memberikan tugas, wewenang, hak, tanggung jawab, kewajiban
membuat/memberi laporan pada awal tugas, dalam tugas, dan akhir
tugas untuk diketahui dan dievaluasi oleh pemimpin.
2) Pelaksanaannya dilandasi pedoman/petunjuk ("guidelines") yang
jelas, baik bagitugas maupun pelaksana tugas. Artinya
pendelegasian menyatakan pedoman- pedoman, larangan-
larangan, dan batas-batas dimana seseorang harus
bekerja/melakukan kewajibannya. Hal ini menolong setiap orang
untuk bekerja dengan baik/patut.
3) Melibatkan sumber-sumber daya ("resources") yang pasti.
Pendelegasian menyatakan (disertai dengan pernyataan) akan
adanya sumber-sumber daya, antara lain sumberdaya manusia,
keuangan, teknis, atau organisasi yang dapat dipakai seseorang
untuk menyelesaikan tugas yang didelegasikan kepadanya.
4) Dinyatakan dengan adanya tanggung jawab dan pertanggung
jawaban ("responsibility"dan "accountability"). Pendelegasian
menyatakan patokan yang akan digunakan untukmenilai
hasil/prestasi akhir, yang diwujudkan dengan adanya tanggung
jawab dan pertanggungjawaban kerja yang dapat dilakukan dengan
membuat/memberi pelaporan pada awal tugas, dalam tugas, dan
akhir tugas untuk diketahui dan dievaluasi oleh pemimpin.
5) Mempertimbangkan risiko-risiko yang akan terjadi atau ditindaki
("consequences"). Pendelegasian dapat menyatakan akibat-akibat
yang akan terjadi, yang baik maupunyang tidak baik, sebagai hasil
dari suatu pekerjaan atau tugas yang didelegasikan. Akibat-akibat
ini dapat diukur melalui evaluasi/pengkajian yang dilakukan
denganmeneliti deskripsi tugas dan hasil kerja atau produk yang
telah dilakukan ataudihasilkan. Dengan menanyakan apakah
semuanya ini telah dilakukan dengan baikdan sesuai dengan
rencana, ketentuan dan prosedur, ataukah malah sebaliknya.
2.1.3 Ketidakefektifan Dalam Pendelegasian
Delegasi dalam praktek keperawatan professional sering mengalami
masalah, dimana proses delegasi tidak dilaksanakan secara efektif. Hal
ini dikarenakan tiga hal :
a. Pendelegasian yang terlalu sedikit (under –delegasi) : Staf diberi
wewenang yang sangat sedikit, terbatas dan sering tidak terlalu jelas,
sehingga tugas tersebut tidak dapat diselesaikan dengan baik
b. Pendelegasian yang berlebihan (over-delegasi) : Penggunaan waktu
yang sia-sia, yang disebabkan keterbatasan menajer untuk
memonitori dan menghabiskan waktu dalam tugas organisasi. Staf
akan merasa terbebani dan dapat terjadi penyalahgunaan wewenang
yang diberikan.
c. Pendelegasian yang tidak tepat (improper delegasi) : Kesalahan yang
ditemukan adalah, pendelegasian menjadi tidak efektif jika diberikan
kepada orang yang tidak tepat, dan alasan delegasi hanya karena
faktor senang/tidak senang. Pelimpahan ini tidak efektif karena
kecendrungan pimpinan menilai pekerjaanya berdasarkan unsur
Subyektif.
2.1.4 Wewenang Yang Didelegasikan
Tidak semua tugas dan wewanang didelegasikan oleh pimpinan
kepada bawahan, maka untuk itu pimpinan perlu mempertimbangkan
mana yang layak dan pantas untuk didelegasikan (Bantu,Tampubolon,
2004).
Seorang manager dapat mendelegasikan Sebagian dari tugas dan
wewanang seperti memimpin, Menyusun, merencanakan dan mengawasi
serta meneliti yang diperlukan untuk melaksanakan fungsi manajemen
bila ia mempunyai orang-orang yang wajar untuk ini dan jika ia
mengembalikan keputusan yang tetap mengenai apa yang harus
dilakukannya sendiri (Bantu,Tampubolon, 2004). Wewenang yang
didelegasikan juga berpatokan pada jenis fungsi yang didelegasikan.
Perbandingan dari masing-masing fungsi yang paling banyak
didelegasikan adalah fungsi pelaksanaan. sebagai dari kegiatan atau
wewenang personalia yang tidak dapat didelegasikan misalnya
pemberian bonus, perubahan perjanjian atau pemecahan keluh-kesah
pegawai.

Dalam Pasal 32 ayat (3) Pelimpahan wewenang secara delegatif


untuk melakukan sesuatu tindakan medis diberikan oleh tanaga medis
(Dokter) kepada perawat dengan disertai pelimpahan tanggung jawab.
tindakan hanya dapat diberikan pada perawat profesi/vokasi terlatih
sesuai kompetensi yang dibutuhkan. Ini berarti tanggung jawab ada pada
perawat yang melakukan tindakan medis.

Dalam penjelasan UU No. 38 tahun 2014 pasal 32 ayat (4) dijelaskan


bahwa tindakan medis yang dapat dilimpahkan secara delegatif, antra
lain menyuntik, memasang infus, dan memberikan imunisasi dasar sesuai
dengan program pemerintah.

Pasal 32 ayat (5) pelimpahan wewenang secara mandat diberikan


oleh tenaga medis (dokter) kepada perawat untuk melakukan sesuatu
tindakan medis dibawah pengawasan. Tanggung jawab berada pada
pemberi mandat. Tindakan medis yang dapat dilimpahkan secara mandat,
antara lain adalah pemberian terapi parenteral dan penjahitan luka (UU
No. 38 tahun 2014 tentang Keperawatan.)
2.1.5 Pedoman Pelimpahan Wewenang yang Efektif
Proses pendelegasian harus didahului dengan informasi yang jelas.
Pendelegasian yang jelas harus mengandung informasi mengenai :
a. Tujuan spesifik
Tujuan yang spesifik dan jelas baik secara fisik maupun psikis harus
jelas sebagai parameter kepada siapa pendelegasian itu dibuat.
b. Target Waktu
Seorang PP atau Ners harus memberikan target waktu dalam
memberikan pendelegasian kepada PA. pada perencanaan
keperawatan kepada pasien, PP harus menuliskan target waktu yang
jelas sebagai indicator keberhasilan asuhan keperawatan.
c. Pelaksanaan tindakan keperawatan
PP harus mengidentifikasi dan memberikan petunjuk intervensi
keperawatan yang sesuai terhadap kebutuhan pasien. Tahap
pengkajian dan pengambilan keputusan harus didiskusikan sebelum
tindakan dilaksanakan.
2.1.6 Penyebab Gagalnya Delegasi
Sebab kegagalan manejer dalam pendelegasian dan mengapa
staf menjadi resistan (Rowland dan Rowland, 1997)
Mengapa Manajer Gagal Mengapa Staf Resistan
 Mereka pekerja keras atau  Mereka berfikir tidak
perfeksionis. mempunyai kemampuan untuk
 Mereka tidak aman karena : mengerjakan
 Takut delegasi akan gagal  Upaya pertama telah gagal
 Takut delegasi akan  Aktivitasnya mungkin tidak
dikerjakan lebih baik dari disetujui manajer
pada dikerjakan sendiri  Mereka berpikir tidak
 Takut akan terjadi mempunyai cukup waktu
penumpukan pekerjaan  Mereka tidak senang terhadap
 Mereka tidak senang yang didelegasikan, tidak
terhadap pendelegasiannya adanya penghargaan.
 Mereka tidak berfikir bahwa  Mereka tidak mempunyai
stafnya siap atau otonomi untuk melaksanakan.
mengharapkan tugas  Mereka kurang percaya
tersebut. diri/pesimis bahwa supervisor
 Mereka memiliki akan mendukungnya
pengalaman yang tidak  Mereka berpikir bahwa akan
menyenagkan terhadap dimanipulasi atau dikerjai oleh
pendelegasian atasannya.
 Mereka tidak mengetahui
bagaimana delegasi dapat
dilaksanakan.

2.1.7 Keberhasilan Pendelegasian


Dalam pendelegasian agar dapat behasil perawat manajer harus
memeperhatikan sebagai berikut :
a. Komunikasi yang jelas dan lengkap
b. Ketersediaan sumber dan sarana
c. Perlunya suatu monitoring atau control
d. Adanya pelaporan mengenai perkembangan tugas yang dilimpahkan
e. Disiplin dalam pemberian wewenang
f. Bertanggung jawab dalam pembinaan moral staf
g. Menghindari kesalahan penyampaian dalam pendelegasian
2.2 Pengertian Supervisi
Supervisi mempunyai pengertian yang sangat luas, yaitu meliputi segalam
bantuan dari pemimpin/penanggung jawab keperawatan yang tertuju untuk
perkembangan para perawat dan staf lainnya dalam mencapai tujuan asuhan
keperawatan. Kegiatan supervisi semacam ini adalah merupakan dorongan,
bimbingan dan kesempatan bagi pertumbuhan keahlian dan kecakapan para
perawat.
Menurut Prajudi Atmosudiro (1982), Supervisi diartikan sebagai
pengamatan atau pengawasan secara langsung terhadap pelaksanaan pekerjaan
yang sifatnya rutin.
Menurut Swansburg (1999), Supervisi adalah suatu proses kemudahan
sumber-sumber yang diperlukan untuk penyelesaian tugas-tugasnya.
Sedangkan menurut Thora Kron (1987), Supervisi adalah merencanakan,
mengarahkan, membimbing, mengajar, mengobservasi, mendorong,
memperbaiki, mempercayai, mengevaluasi secara terus menerus pada setiap
perawat dengan sabar, adil serta bijaksana sehingga setiap perawat dapat
memberikan asuhan keperawatan dengan baik, terampil, aman, cepat dan tepat
secara menyeluruh sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan dari perawat.
Supervisi mengandung pengertian yang lebih demokratis. Dalam
pelaksanaannya supervisi bukan hanya mengawasi apakah seluruh staf
keperawatan menjalankan tugasnya dengan sebaik-baiknya sesuai dengan
instruksi atau ketentuan yang telah digariskan, tetapi juga bersama para perawat
bagaimanan memperbaiki proses keperawatan yang sedang berlangsung. Jadi
dalam kegiatan supervisi seluruh staf keperawatan bukan sebagai pelaksanan
pasif, melainkan diperlukan sebagai patner kerja yang memiliki ide-ide,
pendapat dan pengalaman yang perlu didengar, dihargai dan diikutsertakan
dalam usaha-usaha perbaikan proses keperawatan. Dengan demikian supervisi
diartikan sebagai suatu aktifitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu
para tenaga keperawatan dan staf lainnya dalam melakukan pekerjaan mereka
secara efektif.
Supervisor harus mengusahakan seoptimal mungkin kondisi kerja yang
nyaman. Ini tidak hanya meliputi lingkungan fisik, tetapi juga suasana kerja
diantara para tenaga keperawatan dan tenaga lainnya. Juga meliputi jumlah
persediaan dan kelayakan peralatan agar memudahkan pelaksanaan tugas.
Lingkungan yang sehat bila dapat memberikan rasa bebas dan keinginan untuk
bekerja lebih baik. Supervisor juga mengusahakan semangat kebersamaan
dengan lebih menekankan “kita” daripada “saya”.
Pada suatu saat supervisor akan memerlukan bantuan dalam mengambil
keputusan melalui pengamalan dalam tugas untuk menemukan metoda yang
lebih baik guna melaksankan pendelegasian tugas dalam kelompok kerja, tentu
memerlukan dukungan dari anggota kelompok. Walaupun supervisor
memperhatikan kondisi dan hasil kerja, tetapi perhatian utama ialah
manusianya, untuk itu harus mengenal tiap individu dan mampu merangsang
agar tiap pelaksana mau meningkatkan diri. Salah satu tujuan utama dari
supervisi adalah orientasi, latihan dan bimbingan individu, berdasarkan
kebutuhan individu dan mengarah pada pemanfaatan kemampuan dan
pengembangan ketrampilan yang baru.
Dalam pelaksanaan supervisi, supervisor membuat suatu keputusan tentang
suatu pekerjaan yang akan dilaksanakan, kemudian siapa yang akan
melaksanakan. Untuk itu supervisor perlu memberikan penjelasan dalam
bentuk arahan kepada para pelaksana.
2.2.1 Fungsi dan Tujuan Supervisi
a. Fungsi Supervisi
Fungsi supervisi ialah menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi perbaikan belajar-mengajar, penganalisisan memberi
pengalaman baru dalam menyusun strategi dan usaha kearah
perbaikan. Fungsi supervisi adalah membantu (assisting), memberi
support (supporting) dan mangajak untuk diikutsertakan (sharing).
Fungsi utama supervisi modern adalah menilai dalam memperbaiki
faktor-faktor yang mempengaruhi proses pemberian pelayanan
asuhan keperawatan.
Fungsi utama supervisi dalam keperawatan adalah
mengkoordinasikan, menstimuli, dan mendorong ke arah peningkatan
kualitas asuhan keperawatan.
Dalam keperawatan fungsi supervisi adalah untuk mengatur dan
mengorganisir proses pemberian pelayanan keperawatan yang
menyangkut pelaksanaan kebijakan pelayanan keperawatan tentang
standar asuhan yang telah disepakati.
b. Tujuan Supervisi

Mengusahakan seoptimal mungkin kondisi kerja yang nyaman, ini


tidak hanya meliputi lingkungan fisik, tetapi juga suasana kerja
diantaranya para tenaga keperawatan dan tenaga lainnya , juga
meliputi jumlah persediaan dan kelayakan perawatan agar
memudahkan pelaksanaan tugas. Oleh karena itu tujuan supervisi
adalah :
1) Mengorganisasikan staf dan pelaksanan keperawatan
2) Melatih staf dan pelaksana keperawatan
3) Memberikan arahan dalam pelaksanaan tugasnya agar menyadari
dan mengerti terhadap peran, fungsi sebagai staf dan pelaksana
asuhan keperawatan.
4) Memberikan layanan kemampuan staf dan pelaksana
keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan.
2.2.2 Prinsip Supervisi
a. Prinsip Supervisi Secara Umum
Menurut suarli dan bahtiar (2009) prinsip pokok supervisi secara
sederhanan dapat diuraikan sebagai berikut :
1) Tujuan utama supervisi ialah untuk lebih meningkatkan kinerja
bawahan bukan untuk mencari kesalahan. Peningkatan kinerja ini
dilakukan dengan melakukan pengamatan langsung terhadap
pekerjaan bawahan untuk kemudian apabila ditemukan
masalah,segera diberikan petunjuk atau bantuan untuk
mengatasinya.
2) Sejalan dengan tujuan utama yang ingin dicapai, sifat supervise
harus edukatif dan suportif bukan otoriter.
3) Supervise harus dilakukan secara teratur atau berkala, supervise
yang hanya dilakukan sekali bukan supervise yang baik.
4) Supervise harus dapat dilaksanakan sedekimian rupa sehingga
terjalin kerja sama yang baik antara atasan dan bawahan, terutama
pada saat proses penyelesaian masalah dan untuk lebih
mengutamakan kepentingan bawahan.
5) Strategi dan tata cara supervise yang akan dilakukan harus sesuai
dengan kebutuhan masing- masing bawahan secara individu.
Penerapan strategi dan tata cara yang sama untuk semua kategori
bawahan, bukan merupakan supervise yang baik.
6) Supervise harus dilaksanakan secara fleksibel dan selalu
disesuaikan dengan perkembangan.
b. Prinsip Supervisi Dalam Keperawatan
Agar seorang manajer keperawatan mampu melakukan kegiatan
supervise secara benar, harus mengetahui sdasar dan prinsip-prinsip
supervise. Prinsip-prinsip tersebut harus memenuhi syarat antara lain
didasarkan atas hubungan professional dan bukan hubungan pribadi,
kegiatan harus direncanakan secara matang, bersifat edukatif,
memberikan perasaan aman pada perawat pelaksana dan harus
mampu membentuk suasana kerja yang demokratis, prinsip lain yang
harus dipenuhi dalam kegiatan supervisi adalah harus dilakukan
secara objektif dan mampu memacu terjadinya penilaian diri (self
evaluation), bersifat progresif, inovatif, fleksibel, dapat
mengembangkan potensi atau kelebihan masing-masing orang yang
terlibat,bersifat kreatif dan konstruktif dalam mengembangkan diri
disesuaikan dengan kebutuhan dan supervisi harus dapat
meningkatkan kinerja bawahan dalam upaya meningkatkan kualitas
asuhan keperawatan (Arwani, 2006)
Ada beberapa prinsip supervise yang dilakukan dibidang
keperawatan (Nursallam,2007) antara lain :
1) Supervise dilakukan sesuai dengan struktur organisasi
2) Supervise menggunakan pengetahuan dasar manejemen,
keterampilan hubungan antar manusia dan kemampuan
menerapkan prinsip manajemen dan kepemimpinan
3) Fungsi supervise diuraikan dengan jelas, teroganisasi dan
dinyatakan melalui petunjuk,peraturan uraian tugas dan standar.
4) Supervise merupakan proses kerja sama yang demokratis antara
supervisor dan perawat pelaksana
5) Supervise merupakan visi, misi,f alsafah, tujuan dan rencana yang
spesifik
6) Supervise menciptakan lingkungan yang kondusif, komunikasi
efektif, kreatifitas dan monivasi
7) Supervise mempunyai tujuan yang berhasil dan berdaya guna
dalam pelayanan keperawatan yang memberi kepuasan klien,
perwat dan manajer.
2.2.3 Teknik supervisi
a. Teknik Supervisi secara Umum
Teknik pokok supervisi pada dasarnya identik dengan Teknik
penyelesaian masalah. Bedanya pada supervisi teknik pengumpulan
data untuk meyelesaikan masalah dan penyebab masalah
menggunakan Teknik pengamatan langsung oleh pelaksanaan
supervisi terhadap sasaran supervise, serta pelaksanaan jalan keluar.
Dalam mengatasi masalah tindakan dapat dilakukan oleh pelaksanaan
supervisi bersama-sama dengan sasaran supervisi secara langsung di
tempat. Dengan perbedaan seperti ini jelaslah bahwa untuk dapat
melaksanakan supervise yang baik ada dua hal yang perlu
diperhatikan (Bachtiar dan Suarli, 2009)
1) Pengamatan langsung
Pengamatan langsung harus dilaksanakan dengan sebaik- baiknya.
Untuk itu ada beberapa hai lain yang harus diperhatikan.
a) Sasaran pengamatan, pengamatan langsung yang tidak jelas
sasaranya dapat menimbulkan kebingungan,karena pelaksanaan
supervise dapat terperangkap pada sesuatu yang bersifat
detail.untuk mencegah keadaan yang seperti ini,maka pada
pengamatan langsung perlu ditetapkan sasaran pegamatan,yakni
hanya ditunjukan pada sesuatu yang bersifat pokok dan strategis
saja .
b) Objektivitas pengamatan, pengamatan langsung yang tidak
terstandardisasi dapat mengangu objektivitas.untuk mencegah
keadaan yang seperti ini,maka pengamatan langsung perlu
dibantu dengan suatu daftar isi yang telah disiapkan.daftar
tersebut dipersiapkan untuk setiap pengamatan secara lengkap
dan adanya.
c) Pendekatan pengamatan, pengamatan langsung sering
menimbulkan berbagai dampak dan kesan negative,misalnya
rasa takut dan tidak senang,atau kesan menggangu kelancaran
pekerjaan.untuk mengecek keadaan ini pengamatan langsung
harus dilakukan sedemikian rupa sehingga berbagai dampak
atau kesan negative tersebut tidak sampai muncul.sangat
dianjurkan pengamatan tersebut dapat dilakukan secara edukatif
dan suportif,bukan menunjukkan kekuasaan atau otoritas.
2) Kerja sama
Agar komunikasi yang baik dan rasa memiliki ini dapat muncul,
pelaksana supervise dan yang disupervisi perlu bekerja sama dalam
penyelesaian masalah,sehingga prinsip-prinsip kerja sama
kelompok dapat ditetapkan masalah,penyebab masalah serta upaya
alternatif penyelesaian masalah harus dibahas secara Bersama-
sama. Kemudian upaya penyelesaian masalah tersebut
dilaksanakan secara bersama-sama.
b. Teknik supervise keperawatan
Supervise keperawatan merupakan suatu proses pemberian
sumber-sumber yang dibutuhkan perawat untuk menyelesaikan tugas
dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Dengan
supervise memungkinkan seorang manajer keperawatan dapat
menemukan berbagai kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan
asuhan keperawatan diruang yang bersangkutan melalui analisis
secara komprehensif bersama -sama dengan anggota perawat secara
efektif dan efisien.
Teknik supervise dibedakan menjadi dua, supervise langsung dan
tidak langsung
a. Teknik supervise secara langsung
Supervisi yang dilakukan langsung dapat pada kegiatan yang
sedang dilaksanakan. Pada waktu supervise diharapkan supervise
terlibat dala kegiatan agar pengarahan dan pemberian petunjuk
tidak dirasakan sebagai perintah. Cara memberikan supervise
efektif adalah :
1) Pengarahan harus lengkap dan udah dipahami
2) Menggunakan kata-kata yang tepat
3) Berbicara dengan jelas dan lambat
4) Berikan arahan yang logis
5) Hindari banyak memberikan arahan pada satu waktu
6) Pastikan arahan yang diberikan dapat dipahami
7) Pastikan bahwa arahan yang diberikan dilaksanakan atau perlu
tidak lanjut. Supervise langsung dilakukan pada saat perawat
sedang melaksanakan pengisian formular dokumentasi asuhan
keperawatan.
Langkah-langkah yang digunakan dalam supervisi langsung
(wiyana,2008)
1) Informasikan kepada perawat yang akan disupervisi bahwa
pendokumntasiannya akan disupervisi
2) Lakukan supervise asuhan keperawatan pada saat perawat
melakukan pendokumentasian.supervisor melihat hasil
pendokumentasian secara langsung dihadapan perawat yang
mendokumentasikan
3) Supervise menilai setiap dokumentasi sesuai standar dengan
asuhan keperawatan.
4) Supervise menjelaskan, mengarahkan dan membimbing perawat
yang disupervisi komponen pendokumentasian mulai dari
pengkajian,diagnose, perencanaan,pelaksanaan evaluasi kepada
perawat yang sedang menjalankan pencatatan dokumen asuhan
keperawatan
5) Mencatat hasil supervise dan menyimpan dalam dokumen
supervise
b. Secara tidak langsung
Supervisi tidak langsung adalah supervise yang dilakukan
melalui laporan baik tertulis maupun lisan. Perawat supervise tidak
melihat langsung apa yang terjadi dilapangan sehingga
memungkinkan terjadinya kesengajaan fakta. Umpan balik dapat
diberikan secara tertulis (Bittel,1987) dalam Wijaya,2008.
Langkah-Langkah supervise tidak langsung
1) Lakukan supervise secara tidak langsung dengan melihat hasil
dokumentasi pada buku rekam medik perawat
2) Pilih salah satu dokumentasi asuhan keperawatan
3) Periksa kelengkapan dokumentasi sesuai dengan standar
dokumentasi asuhan keperawatan yang ditetapkan rumah sakit
4) Memberikan penilaian atas dokumentasi yang di supervise
dengan memberikan tanda bila ada yang masih kurang dan
berikan cacatan tertilis pada perawat yang mendokumentasikan
5) Memberikan catatan pada lemvar dokumentasi yang tidak
lengkap atau sesuai standar
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pendelegasian sebagai penyelesaian suatu pekerjaan melalui orang lain atau
dapat juga diartikan sebagai pelimpahan suatu tugas kepada seseorang atau
kelompok dalam menyelesaikan tujuan organisasi (Marquis dan Huston, 2010
dalam Nursalam, 2015)
Delegasi adalah suatu pelimpahan wewenang dan tanggung jawab formal
kepada orang lain untuk melaksakan kegiatan tertentu, tidak semua tugas dan
tidak semua tugas wewenang didelegasikan oleh pemimpin kepada bawahan,
maka untuk itu pimpinan perlu mempertimbangkan mana yang layak dan tidak
layak untuk didelegasikan
Supervisi keperawatan diperlukan untuk mencapai tujuan pelayanan
keperawatan di rumah sakit. Supervisi modern bukan mencari kesalahan dan
menghukum, tetapi memberi pengarahan dan petunjuk agar perawat dapat
menyelesaikan tugas yang diberikan secara efektif dan efisien.
Supervisor perlu membuat rencana supervisi dengan dilengkapi oleh standar
acuan agar hasil supervisi dapat dianalisa untuk tindak lanjut perbaikan atau
pemeliharaan perilaku staf keperawatan. Oleh karena itu melalui supervisi
dapat tercapai motivasi kerja, kreatifitas, ketrampilan dan pengetahuan perawat
yang akhirnya akan meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan.
3.2 Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Hal
ini disebabkan keterbatasan pengetahuan dan waktu yang dimiliki penulis.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun guna menyempurnakan makalah ini di masa yang akan datang
agar lebih baik
DAFTAR PUSTAKA
Marquis, Bessie L, dkk.2010.Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan : Teori
dan Aplikasi.Edisi 4.Jakarta:EGC
Nursalam. 2014. Manajemen Keperawatan Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan
Profesional. Ed.4. Jakarta:Salemba Medika.
wansburg, RC & Swansburg RJ ( 1999 ). Introductory management and
leadership for nurses an interactive text, second edition. Canada : Jones
and Barlett Publisher

You might also like