Professional Documents
Culture Documents
Makalah Anak Kel 5-1
Makalah Anak Kel 5-1
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa selalu memberikan rahmat,
taufik, hidayah, serta inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini setelah melalui
berbagai rintangan dan hambatan.
Makalah ini penulis beri judul “ASKEP PADA ANAK DENGAN GANGGUAN SISTEM
PERNAFASAN : COVID 19,BRONCHOPNEUMONI DAN ASMA (KETERAMPILAN : TINDAKAN
FISIOTERAPI DADA)”. Adapun tujuan disusunnya makalah ini adalah untuk memenuhi mata kuliah
Keperawatan Anak, Selain itu, makalah disusun guna memberikan informasi dan pengetahuan tentang
penyakit sistem pernapasan pada anak beserta konsep asuhan keperawatan nya.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Hal ini disebabkan keterbatasan
pengetahuan dan waktu yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang
bersifat membangun guna menyempurnakan makalah ini di masa yang akan datang agar lebih baik. Semoga
makalah yang sederhana ini bermanfaat bagi pembaca.
Kelompok 5
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Coronavirus (Covid-19) merupakan keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit infeksi
saluran pernapasan, mulai flu biasa hingga penyakit yang serius seperti Middle East Respiratory
Syndrome (MERS) dan Sindrom Pernapasan Akut Berat/ Severe Acute Respiratory Syndrome
(SARS). Penyakit ini terutama menyebar di antara orang-orang melalui tetesan pernapasan dari
batuk dan bersin. Virus ini dapat tetap bertahan hingga tiga hari dengan plastik dan stainless steel
SARS CoV-2 dapat bertahan hingga tiga hari atau dalam aerosol selama tiga jam (Kemendagri,
2020:3). Sesuai hal tersebut, coronavirus hanya bisa berpindah melalui perantara dengan media
tangan, baju ataupun lainnya yang terkena tetesan batuk dan bersin. Indonesia menjadi salah satu
negara positif virus corona (Covid-19).
Bronkopneumonia adalah suatu peradangan pada parenkim paru yang meluas sampai bronkioli atau
dengan kata lain peradangan yang terjadi pada jaringan paru melalui cara penyebaran langsung
melalui saluran pernafasan atau melalui hematogen sampai ke bronkus (Riyadi, 2009). Jika
bronkopneumonia terlambat ditangani atau tidak diberikan antibiotik secara cepat akan
menimbulkan komplikasi yaitu empiema, otitis media akut. Mungkin juga komplikasi lain yang
dekat dengan atelektasis, emfisema atau komplikasi jauh seperti meningitis (Ngastiyah, 2005).
Badan Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2007 memperkirakan terdapat 1,8 juta kematian pada anak
dibawah usia 5 tahun akibat bronkopneumonia. Bronkopneumonia membunuh anak lebih banyak
dari pada penyakit lain apapun, mencakup hampir 1 dari 5 kematian anak dan balita, membunuh
lebih dari 2 juta anak dan balita setiap tahun yang sebagian besar terjadi di negara berkembang
(Said, 2010).
Penyakit asma merupakan salah satu masalah kesehatan di seluruh dunia, baik di negara maju
maupun di negara yang sedang berkembang. Saat ini, penyakit asma juga sudah tidak asing lagi di
masyarakat. Asma dapat diderita oleh semua lapisan masyarakat dari usia anak-anak sampai usia
dewasa. Penyakit asma awalnya merupakan penyakit genetik yang diturunkan dari orang tua pada
anaknya. Namun, akhir-akhir ini genetik bukan merupakan penyebab utama penyakit asma. Polusi
udara dan kurangnya kebersihan lingkungan di kota-kota besar merupakan faktor dominan dalam
peningkatan serangan asma.
2. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang di maksud dengan Covid-19, Bronchopneumonia dan Asma ?
2. Apa penyebabkan terjadinya penyakit Covid-19, Bronchopnemonia dan Asma ?
3. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada anak dengan penyakit Covid-19, Bronchopneumoniadan
Asma
3. TUJUAN
1. Untuk mengetahui apa yang di maksud dengan Covid-19, Bronchopneumonia dan Asma ?
2. Untuk menegtahui penyebabkan terjadinya penyakit Covid-19, Bronchopnemonia dan Asma ?
3. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan pada anak dengan penyakit Covid-19,
Bronchopneumonia dan Asma
4. MANFAAT
1. Bagi Penulis
Melatih penulis untuk bisa menyusun makalah dan pemikiran yang telah dilakukan dan
menuangkan ke dalam makalah ini. Memperluas wawasan penulis tentang masalah yang dikaji
di makalah.
2. Bagi Pembaca
Dapat dijadikan sebagai acuan, referensi, informasi dan wawasan teoritis dalam penyusunan
makalah selanjutnya. Sehingga analisa dapat lebih baik, khususnya pada topik dan permasalahan
ini.
BAB II
PEMBAHASAN
2. Etiologi
Penyebab COVID-19 adalah virus yang tergolong dalam family coronavirus.
Coronavirus merupakan virus RNA strain tunggal positif, berkapsul dan tidak
bersegmen. Terdapat 4 struktur protein utama pada Coronavirus yaitu: protein N (nukleokapsid),
glikoprotein M (membran), glikoprotein spike S (spike), protein E (selubung). Coronavirus
tergolong ordo Nidovirales, keluarga Coronaviridae. Coronavirus ini dapat menyebabkan penyakit
pada hewan atau manusia. Terdapat 4 genus yaitu alphacoronavirus, betacoronavirus,
gammacoronavirus, dan deltacoronavirus. Sebelum adanya Covid-19 ada 6 jenis coronavirus yang
dapat menginfeksi manusia, yaitu HCoV-229E (alphacoronavirus), HCoV-OC43 (betacoronavirus),
HCoVNL63 (alphacoronavirus), HCoV-HKU1 (betacoronavirus), SARSCoV (betacoronavirus),
MERS-CoV (betacoronavirus)
3. Epidemiologi
COVID-19 merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh Coronavirus jenis baru.
Penyakit ini diawali dengan munculnya kasus pneumonia yang tidak diketahui etiologinya di
Wuhan, China pada akhir Desember 2019.Berdasarkan hasil penyelidikan epidemiologi, kasus
tersebut diduga berhubungan dengan Pasar Seafood di Wuhan. Pada tanggal 7 Januari 2020,
Pemerintah China kemudian mengumumkan bahwa penyebab kasus tersebut adalah Coronavirus
jenis baru yang kemudian diberi nama SARS-CoV-2 (Severe Acute Respiratory Syndrome 8
Coronavirus 2). Virus ini berasal dari famili yang sama dengan virus penyebab SARS dan
MERS. Meskipun berasal dari famili yang sama, namun SARS-CoV-2 lebih menular
dibandingkan dengan SARS-CoV dan MERS-CoV. Proses penularan yang cepat membuat
WHO menetapkan COVID-19 sebagai KKMMD/PHEIC pada tanggal 30 Januari 2020 (WHO,
2020). Angka kematian kasar bervariasi tergantung negara dan tergantung pada populasi yang
terpengaruh, perkembangan wabahnya di suatu negara, dan ketersediaan pemeriksaan
laboratorium (Kemenkes, 2020).
Thailand merupakan negara pertama di luar China yang melaporkan adanya kasus COVID-
19. Setelah Thailand, negara berikutnya yang melaporkan kasus pertama COVID-19 adalah
Jepang dan Korea Selatan yang kemudian berkembang ke negara-negara lain. Sampai dengan
tanggal 30 Juni 2020, WHO melaporkan 10.185.374 kasus konfirmasi dengan 503.862 kematian
di seluruh dunia (CFR 4,9%). Negara yang paling banyak melaporkan kasus konfirmasi adalah
Amerika Serikat, Brazil, Rusia, India, dan United Kingdom. Sementara, negara dengan angka
kematian paling tinggi adalah Amerika Serikat, United Kingdom, Italia, Perancis, dan Spanyol
(Kemenkes, 2020).
4. Penularan
COVID-19 merupakan zoonosis (ditularkan antara hewan dan manusia). Penelitian
menyebutkan bahwa SARS ditransmisikan dari kucing luwak (civet cats) ke manusia dan MERS
dari unta ke manusia. Adapun, hewan yang menjadi sumber penularan COVID-19 ini masih belum
diketahui (Kemenkes, 2020).
Masa inkubasi COVID-19 rata-rata 5-6 hari, dengan range antara 1 dan 14 hari namun dapat
mencapai 14 hari. Risiko penularan tertinggi diperoleh di harihari pertama penyakit disebabkan oleh
konsentrasi virus pada sekret yang tinggi. Orang yang terinfeksi dapat langsung dapat menularkan
sampai dengan 48 jam sebelum onset gejala (presimptomatik) dan sampai dengan 14 hari setelah
onset gejala. Sebuah studi Natalia (2020), melaporkan bahwa 12,6% menunjukkan penularan
presimptomatik. Penting untuk mengetahui periode presimptomatik karena memungkinkan virus
menyebar melalui droplet atau kontak dengan benda yang terkontaminasi. Sebagai tambahan, bahwa
terdapat kasus konfirmasi yang tidak bergejala (asimptomatik), meskipun risiko penularan sangat
rendah akan tetapi masih ada kemungkinan kecil untuk terjadi penularan (Kemenkes, 2020).
Berdasarkan studi epidemiologi dan virologi saat ini membuktikan bahwa COVID-19
utamanya ditularkan dari orang yang bergejala (simptomatik) ke orang lain yang berada jarak dekat
melalui droplet. Droplet merupakan partikel berisi air dengan diameter >5-10 μm. Penularan droplet
terjadi ketika seseorang berada pada jarak dekat (dalam 1 meter) dengan seseorang yang memiliki
gejala pernapasan (misalnya, batuk atau bersin) sehingga droplet berisiko mengenai mukosa (mulut
dan hidung) atau konjungtiva (mata). Penularan juga dapat terjadi melalui benda dan permukaan
yang terkontaminasi droplet di sekitar orang yang terinfeksi. Oleh karena itu, penularan virus
COVID-19 dapat terjadi melalui kontak langsung dengan orang yang terinfeksi dan kontak tidak
langsung dengan permukaan atau benda yang digunakan pada orang yang terinfeksi (misalnya,
stetoskop atau termometer) (Kemenkes, 2020).
Dalam konteks COVID-19, transmisi melalui udara dapat dimungkinkan dalam keadaan
khusus dimana prosedur atau perawatan suportif yang menghasilkan aerosol seperti intubasi
endotrakeal, bronkoskopi, suction terbuka, pemberian pengobatan nebulisasi, ventilasi manual
sebelum intubasi, mengubah pasien ke posisi tengkurap, memutus koneksi ventilator, ventilasi
tekanan positif non-invasif, trakeostomi, dan resusitasi kardiopulmoner. Masih diperlukan penelitian
lebih lanjut mengenai transmisi melalui udara (Kemenkes, 2020).
5. Manifestasi klinis
Gejala-gejala yang dialami biasanya bersifat ringan dan muncul secara bertahap. Beberapa
orang yang terinfeksi tidak menunjukkan gejala apapun dan tetap merasa sehat. Gejala COVID-19
yang paling umum adalah demam, rasa lelah, dan batuk kering. Beberapa pasien mungkin
mengalami rasa nyeri dan sakit, hidung tersumbat, pilek, nyeri kepala, konjungtivitis, sakit
tenggorokan, diare, hilang penciuman dan pembauan atau ruam kulit (Kemenkes, 2020).
Menurut data dari negara-negara yang terkena dampak awal pandemi, 40% kasus akan
mengalami penyakit ringan, 40% akan mengalami penyakit sedang termasuk pneumonia, 15% kasus
akan mengalami penyakit parah, dan 5% kasus akan mengalami kondisi kritis. Pasien dengan gejala
ringan dilaporkan sembuh setelah 1 minggu. Pada kasus berat akan mengalami Acute Respiratory
Distress Syndrome (ARDS), sepsis dan syok septik, gagal multi-organ, termasuk gagal ginjal atau
gagal jantung akut hingga berakibat kematian. Orang lanjut usia (lansia) dan orang dengan kondisi
medis yang sudah ada sebelumnya seperti tekanan darah tinggi, gangguan jantung dan paru, diabetes
dan kanker berisiko lebih besar mengalami keparahan (Kemenkes, 2020).
WHO merekomendasikan pemeriksaan molekuler untuk seluruh pasien yang terduga
terinfeksi COVID-19. Metode yang dianjurkan adalah metode deteksi molekuler/NAAT (Nucleic
Acid Amplification Test) seperti pemeriksaan RT-PCR (Kemenkes, 2020)
6. Pathway
Menurut (Natalia et al., 2020)
B. Bronchopneumonia
a). Definisi
pneumonia Lobaris adalah peradangan pada paru dimana proses peradangan ini menyerang
lobus paru. Pneumonia ini banyak disebabkan oleh invasi bakteri gram positif dan bakteri gram
negatif.
Peneumonia Lobularis adalah ditandai adanya bercak-bercak infeksi pada berbagai tempat di
paru. Bisa kanan maupun kiri yang disebabkan virus atau bakteri dan sering terjadi pada bayi
atau orang tua.
Pneumonia interstisial adalah kondisi dimana pernapasan langka yang ditandai dengan
pembentukan membran hialin di paru-paru.
c. Klasifikasi
Pneumonia berat atau penyakit sangat berat, apabila gejala ada tanda bahaya umum, terdapat
tarikan dinding dada ke dalam, terdapat stridor (suara nafas bunyi’grok-grok’ saat inspirasi).
Penyakit sangat berat atau infeksi bakteri berat, apabila gejala tidak mau minum atau
memuntahkan semua, riwayat kejang, bergerak jika hanya dirangsang, napas cepat ( ≥ 60 kali /
menit ), napas lambat ( < 30 kali / menit ),tarikan dinding dada kedalam yang sangat kuat,
merintih, demam ≥ 37,5o𝐶, hpotermia berat < 35,5o𝐶, nanah yang banyak di mata, pusar
kemerahan maluas ke dinding perut
d. Etiologi
Pada umumnya tubuh terserang Bronchopneumonia karena disebabkan oleh penurunan mekanisme
pertahanan tubuh terhadap virulensi organisme patogen. Penyebab Bronchopneumonia yang biasa
di temukan adalah :
e. Patofisiologi
Disebut hiperemia, mengacu pada respon peradangan pemulaan yang berlangsung pada daerah
baru yang terinfeksi. Hal ini ditandai dengan peningkatan aliran darh dan permeabilitas kapiler
di tempat infeksi. Hiperemia ini terjadi akibat pelepasan mediator-mediator peradangan dari sel-
sel mast setelah pengaktifan sel imun dan cedera jaringan. Mediator-mediator tersebut
mencakup histamin dan prostaglandin. Degranulasi bekerja sama dengan histamin dan
prostaglandiin untuk melemaskan otot polos vaskuler paru dan peningkatan permeabilitas
kapiler paru. Hal ini mengakibatkan perpindahan eksudat plasma ke dalam ruang intertisium
sehingga terjadi pembengkakan dan edema antar kapiler dan alveolus meningkatkan jarak
yang harus di tempuh oleh oksigen dan karbondioksida maka perpindahan gas ini dalam darah
paling berpengaruh dan sering mengakibatkan penurunan saturasi oksigen hemoglobin.
Disebut hepatisasi merah, terjadi sewaktu alveolus terisi oleh sel darah merah, eksudat dan
fibrin yang dihasilkan oleh penjamu (host) sebagai bagian dari reaksi peradangan. Lobus yang
terkena menjadi padat oleh karena adanya penumpukan leukosit, eritrosit, dan cairan, sehingga
warna paru menjadi merah dan pada perabaan seperti hepar, pada stadium ini udara akan
bertambah sesak, stadium ini berlangsung sangat singkat, yaitu selam 48 jam.
3). Stadium III / hepatisasi keabu (3-8 hari)
Disebut hepatisasi kelabu yang terjadi sewaktu sel-sel darah putih mengkolonisasi daerah paru
yang terinfeksi. Pada saat ini endapan fibrin terakumulasi di seluruh daerah yang cedera dan
terjadi fagositosis sisa- sisa sel. Pada stadium ini eritrosit di alveoli mulai diresorbsi, lobus
masih teteap padat karena berisi fibrin dan leukosit, warna merah menjadi pucat kelabu dan
kapiler darah tidak lagi mengalami kongesti.
Disebut juga stadiu resolusi yang terjadi sewaktu respon imun dan peradangan mereda, sisi-sisa
sel fibrin dan eksudat lisis dan diabsropsi oleh makrofag sehingga jaringan kembali ke
strukturnya semula. Inflamasi pada bronkus dii tandai adanya penumpukan sekret, sehingga
terjadi demam, batuk produktif, ronchi positif dan mual. Bila penyebaran kuman sudah
mencapai alveoluss maka komplikasi yang terjadi adalah kolaps alveoli, fibrosis, emfisema dan
atelaktasis. Kolaps alveoli akan mengakibatkan penyempitan jalan nafas, sesak nafas, dan nafas
rochi. Fibrosis bisa menyebakan penurunan fungsi paru dan penurunan produksi surfaktan
sebagai pelumas yang berfungsi. Enfisema (tertimbunya cairan atau pus dalam rongga paru)
adalah tindak lanjut dari frekuensi nafas, hipoksemia, asidosis respiratori, pada klien terjadi
sianosis, dispnea dan kelelahan yang akan mengakibatkan terjadinya gagal nafas
(Wijayaningsih, 2013).
C . Asma Bronkhial
1. Pengertian
Asma adalah suatu penyakit dimana saluran nafas mengalami penyempitan karena hiperaktivitas
pada rangsangan tertentu, yang mengakibatkan peradangan, penyempitan ini bersifat sementara.
Dari beberapa pengertian tersebut penulis dapat menyimpulkan asma merupakan suatu penyakit
saluran pernafasan yang mengalami penyempitan karena hipereaktivitas oleh faktor risiko
tertentu. Penyempitan ini bersifat sementara serta menimbulkan gejala sesak nafas dan mengi
(Wahid dan Suprapto (2013)
2. Etiologi
Menurut Wijaya & Putri (2014) etiologi asma dapat dibagi atas :
a. Asma ekstrinsik / alergi
Asma yang disebabkan oleh alergen yang diketahui masanya sudah terdapat semenjak
anak-anak seperti alergi terhadap protein, serbuk sari, bulu halus, binatang dan debu.
Asma yang tidak ditemukan faktor pencetus yang jelas, tetapi adanya faktor-faktor non
spesifik seperti : flu, latihan fisik, kecemasan atau emosi sering memicu serangan asma.
Asma ini sering muncul sesudah usia 40tahun setelah menderita infeksi sinus.
c. Asma campuran
3. Klasifikasi
Menurut Wijaya dan Putri (2014) kasifikasi asma berdasarkan berat penyakit, antara lain :
a. Tahap I : Intermitten
2) Gejala eksaserbasi singkat (mulai beberapa jam sampai beberapa hari) 3) Gejala
serangan asma malam hari < 2 kali dalam sebulan
1) Gejala harian
5) PEV atay FEV1 : > 60% - < 80% dari prediksi Variabilitas > 30%
1) Gejala terus-menerus
4. Faktor Risiko
a. Genetik Diturunkannya bakat alergi dari keluarga dekat, akibat adanya bakat alergi ini
penderita sangat mudah terkena asma apabila dia terpapar dengan faktor pencetus.
a. Alergen
Merupakan suatu bahan penyebab alergi. Dimana ini dibagi menjadi tiga, yaitu:
1) Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan seperti debu, bulu binatang, serbuk
bunga, bakteri, dan polusi.
2) Ingestan, yang masuk melalui mulut yaitu makanan dan obat-obatan tertentu seperti
penisilin, salisilat, beta blocker, kodein, dan sebagainya. 3) Kontaktan, seperti perhiasan,
logam, jam tangan, dan aksesoris lainnya yang masuk melalui kontak dengan kulit.
b. Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa yang dingin sering mempengaruhi asma, perubahan cuaca
menjadi pemicu serangan asma.
c. Lingkungan kerja
Lingkungan kerja merupakan faktor pencetus yang menyumbang 2-15% klien asma.
Misalnya orang yang bekerja di pabrik kayu, polisi lalu lintas, penyapu jalanan.
d. Olahraga
Sebagian besar penderita asma akan mendapatkan serangan asma bila sedang bekerja
dengan berat/aktivitas berat. Lari cepat paling mudah menimbulkan asma
e. Stres
Gangguan emosi dapat menjadi pencetus terjadinya serangan asma, selain itu juga dapat
memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala asma harus segera
diobati penderita asma yang mengalami stres harus diberi nasehat untuk menyelesaikan
masalahnya (Wahid & Suprapto, 2013).
5. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinis yang dapat ditemui pada pasien asma menurut Halim Danokusumo (2000)
dalam Padila (2015) diantaranya ialah :
a. Stadium Dini
2) Ronchi basah halus pada serangan kedua atau ketiga, sifatnya hilang timbul 3) Wheezing
belum ada
2) Wheezing
b. Stadium lanjut/kronik
1) Batuk, ronchi
7) Sianosis
9) Terdapat peningkatan gambaran bronchovaskuler kiri dan kanan pada Rongen paru
Asma adalah obstruksi jalan nafas difus reversibel. Obstruksi disebabkan oleh satu atau lebih
dari konstraksi otot-otot yang mengelilingi bronkhi, yang menyempitkan jalan nafas, atau
pembengkakan membran yang melapisi bronkhi, atau penghisap bronkhi dengan mukus yang
kental. Selain itu, otot-otot bronkhial dan kelenjar mukosa membesar, sputum yang kental, banyak
dihasilkan dan alveoli menjadi hiperinflasi, dengan udara terperangkap di dalam jaringan paru.
Mekanisme yang pasti dari perubahan ini belum diketahui, tetapi ada yang paling diketahui adalah
keterlibatan sistem imunologis dan sisitem otonom.
Beberapa individu dengan asma mengalami respon imun yang buruk terhadap lingkungan
mereka. Antibodi yang dihasilkan (IgE) kemudian menyerang sel-sel mast dalam paru. Pemajanan
ulang terhadap antigen mengakibatkan ikatan antigen dengan antibodi, menyebabkan pelepasan
produk sel-sel mast (disebut mediator) seperti histamin, bradikinin, dan prostaglandin serta
anafilaksis dari substansi yang bereaksi lambat (SRS-A). Pelepasan mediator ini dalam jaringan
paru mempengaruhi otot polos dan kelenjar jalan nafas, menyebabkan bronkospasme,
pembengkakan membaran mukosa dan pembentukan mukus yang sangat banyak.
Sistem saraf otonom mempengaruhi paru. Tonus otot bronkial diatur oleh impuls saraf vagal
melalui sistem parasimpatis, Asma idiopatik atau nonalergik, ketika ujung saraf pada jalan nafas
dirangsang oleh faktor seperti infeksi, latihan, dingin, merokok, emosi dan polutan, jumlah
asetilkolin yang dilepaskan meningkat. Pelepasan asetilkolin ini secara langsung menyebabkan
bronkokonstriksi juga merangsang pembentukan mediator kimiawi yang dibahas di atas. Individu
dengan asma dapat mempunyai toleransi rendah terhadap respon parasimpatis. Selain itu, reseptor
α- dan β- adrenergik dari sistem saraf simpatis terletak dalam bronki. Ketika reseptor α- adrenergik
dirangsang terjadi bronkokonstriksi, bronkodilatasi terjadi ketika reseptor β- adregenik yang
dirangsang. Keseimbangan antara reseptor α- dan β- adregenik dikendalikan terutama oleh siklik
adenosin monofosfat (cAMP).
1) Spirometri
3) Pemeriksaan sputum
Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen yang dapat menimbulkan
reaksi yang positif pada asma.
7) Foto thorak untuk mengetahui adanya pembengkakan, adanya penyempitan bronkus dan
adanya sumbatan
8. Komplikasi
a. Pneumothorak
c. Atelektasis
d. Aspirasi
9. Penatalaksanaan
2) Mencegah kekambuhan
4) Mukolitin BPH, OBH, bisolvon, mucapoel dan banyak minum air putih.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pengkajian pada pasien kelolaan dilakukan penulis pada hari hari jumat, 17
Maret 2022 pukul 08.00 WITA di Ruang Zircon Rumah Sakit Balimed Singaraja.
Sumber data pengkajian ini diperoleh dari hasil wawancara dengan pasien, dan
1. Identitas pasien
sekolah, beragama Hindu dan beralamat dari Jalan Gempol, Gang Rajawali,
2. Riwayat penyakit
a. Keluhan Utama
Pasien masuk rumah sakit pada tanggal 16 Maret jam 12.30 WIB dibawa ke
IGD Rumah Sakit Balimed Singaraja, kemudian jam 13.00 WIB dipindahkan ke
Ruang Zircon. Saat dilakukan pengkajian ibu pasien mengatakan anaknya
mengalami batuk dan sesak sejak dua hari yang lalu, ibu pasien mengatakan sesak
anaknya muncul tiba-tiba karena udara dingin, Tampak keadaan umum lemah,
batuk non produktif, suara nafas wheezing kanan kiri. Tampak pernafasan cuping
hidung.
kecil. Orangtua pasien mengatakan pasien memiliki alergi debu adan asap
kendaraaan, sesak dan batuknya kumat jika pasien berpergian jauh, menghisap
berikut:
b. Pola Nutrisi
habis dan minum air putih 5-7 gelas per hari. Selama MRS makan 3x sehari
dengan porsi tidak habis (seperempat piring) dan minum air putih 3 gelas per hari
dan diberi cairan infus 28 tpm per hari
c. Pola Eliminasi
Pasien mengatakan kebiasaan BAK sebelum MRS kurang lebih 4-7x per hari
warna kuning jernih dan kebiasaan BAB 1x per hari dengan konsistensi padat
berwarna kuning. Selama MRS kebiasaan BAK kurang lebih 2-3x per hari warna
kuning jernih dan kebiasaan BAB belum BAB pada hari pertama pasien MRS.
Pasien mengatakan istirahat tidur dirumah selama 7-8 jam/ hari. Di Rumah
Sakit: pasien mengeluh sering terbangun pada malam hari karena sesak nafas dan
batuk, sesak bila tidur terlentang dan bantal tipis. Tidur malam + 4-5 jam.
S : 37,2ºC
N : 88x/menit
TD : 120/00 mmHg
RR : 30x/menit
GCS : 4-5-6
SpO2 : 96%
b. Mata : Bentuk simetris, pergerakkan bola mata baik, sklera putih, tidak
ada edema palpebra, nyeri tekan tidak ada, kojungtiva agak pucat, pupil
pembesaran polip tidak ada, nyeri tekan tidak ada, penciuman cukup baik,
bersih.
e. Mulut : bentuk simetris, mukosa bibir lembab, caries gigi tidak ada, tidak
cukup.
tidak ada, pembesaran kelenjar tiroid tidak ada, nyeri tekan tidak ada.
g. Paru
pernafasan (-), retraksi dada -/-, tidak terdapat retraksi intercostals dan supra
sternal.
Auskultsi : Irama nafas tidak teratur, suara nafas wheezing kanan kiri,
i. Ekstremitas
555 555
5. Pemeriksaan Penunjang
b. Kimia Klinik
pH : 7,22 7,35-7,45
p CO2 : 48,8 35-45 mmHg
p O2 : 235,5 80-110 mmHg
HCO3- : 24,5 23-33 mmol/l
BE : -1,6 -2 s.d +2 mmol/l
O2 Sat : 94 95-100%
ct CO2 : 26,0 23-27mmol/l
Anion Gap : 27,35 12-16 mmol/l
Na : 144 135-145 meq/l
K : 2,85 3,80-5,50 meq/l
B. Analisis Data
Tabel 3.1
Analisa Data dan Analisa Masalah Keperawatan pada Anak dengan Asma
yang Mengalami Gangguan Pertukaran Gas di Ruang Zircon
Rumah Sakit Balimed Singaraja
mengalami batuk dan sesak sejak dua hari yang lalu, ibu pasien
Tabel 3.2
Rencana Keperawatan pada Anak dengan Asma yang Mengalami
Gangguan Pertukaran Gas di Ruang Zircon
Rumah Sakit Balimed Singaraja
Tabel 3.3
Tindakan Keperawatan pada Anak dengan Asma yang
Mengalami Gangguan Pertukaran Gas di Ruang Zircon
Rumah Sakit Balimed Singaraja
O. Evaluasi
Tabel 3.4
Evaluasi Keperawatan pada Anak dengan Asma
yang Mengalami Gangguan Pertukaran Gas di
Ruang Zircon
Rumah Sakit Balimed Singaraja
A. Pengkajian
Data Anamnesis
Nama An. A
Jenis kelamin Perempuan
Umur 5 tahun
Agama Hindu
Alamat Br.Denbantas Tabanan
Penanggung jawab / Tn. E / Ayah dan Ny.I / Ibu (Orangtua)
Hubungan dengan klien
Diagnosa Medis Bronkopneumonia
No. RM 283xxx
MRS / Tanggal 2 April 2022 / 3 April 2022
Pengkajian
Keluhan Utama Batuk dan sesak nafas
Keluhan penyakit Pasien mengalami sesak nafas dan batuk sejak 2
sekarang hari yang lalu Pasien datang ke IGD RSUD
Tabanan tgl 2 April 2022 pukul 21.15 wita
Riwayat penyakit dahulu Keluarga mengatakan pasien tidak pernah
menderita suatu penyakit yang berat.
Riwayat penyakit Tidak ada yang
keluarga/ibu memiliki kelainan /
kecacatan dan menderita
suatu penyakit yang berat dalam keluarga pasien
Riwayat kehamilan dan Selama hamil ibu mengatakan rutin kontrol ke
persalinan puskesmas dan melahirkan SC di RS swasta, lahir
cukup bulan,BB lahir 2900 gram dan PB 45 cm
Riwayat Pertumbuhan Tahap perkembangan anak sesuai dengan umur.
dan Perkembangan Tidak terdapat masalah.
Riwayat Imuniasasi Pasien mendapat imunisasi dasar lengkap di
Puskesmas
PEMERIKSAAN
FISIK
Keadaan umum Keadaan umum : sedang. Tampak terpasang infus
D5% in 0,45% 16 tpm pada tangan sebelah kanan
Kesadaran Compos Mentis GCS : E4 M6 V5
Tanda-tanda vital TD : 110/80 mmHg
Nadi : 102x/menit
Suhu : 37,8oC
RR : 28x/menit
BB :16 kg
Pemeriksaan Leher Tidak ada lesi jaringan parut, tidak ada
pembengkakan kelenjar tiroid, Tidak teraba
adanya massa di area leher, tidak ada teraba
pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada teraba
pembesaran kelenjar limfe
Pemeriksaan thorax Bentuk dada simetris, terdapat sesak nafas dan
( pemeriksaan terfokus batuk,, pernafasan cuping hidung adanya otot
pada dada) bantu nafas. Vocal premitus teraba sama kanan
dan kiri saat Klien mengucap tujuh-tujuh. tidak
terdapat krepitasi. Tidak ada nyeri dada, CRT < 2
detik, ujung jari tidak tabuh. Bunyi jantung I
terdengar lup dan bunyi jantung II terdengar dup.
Tidak ada bunyi jantung tambahan
Pemeriksaan abdomen Bentuk abdomen datar, tidak ada benjolan/masa,
tidak ada bayangan vena, peristaltic usus 8x /menit
terdengar lambat, palpasi abdomen teraba lunak,
tidak ada pembesaran hepar, tidak terdapat nyeri
lepas pada Mc.Berney, suara abdomen tympani,
tidak ada asites
Pemeriksaan Sistem Pergerakan sendi bebas, otot simetris kanan dan
Muskuloskeletal dan kiri. Pada pemeriksaan tangan kanan, tangan kiri
Integumen dan kaki kanan, kaki kiri didapatkan kekuatan otot
5. Penilaian edema tidak ada edema ekstremitas
dan tidak ada pitting edema
Seksual dan Resproduksi Tidak ada benjolan pada payudara, tidak ada
kelainan pada genetalia
41
Kemanan Lingkungan Total penilaian risiko jatuh dengan skala humpty
dumpty adalah 10 (kategori: ringan)
B. Diagnosis Keperawatan
Tabel 4
42
Berdasarkan masalah keperawatan diatas maka dapat dirumuskan diagnosa
produksi secret.
C. Perencanaan
Tabel 5
No Diagnosis
Keperawatan Tujuan Intervensi
Keperawatan Keperawatan
1 Bersihan jalan nafas tidak
Setelah diberikan Latihan batuk efektif
efektif (D. 0001)
asuhan keperawatan (I.01006)
berhubungan dengan selama 3 x Observasi
peningkatan produksi 30 menit diharapkan Identifikasi
mukus kemampuan kemampuan
membersihkan secret batuk
Subjektif:
Anak mengeluh atau obstruksi jalan
nafas untuk Monitor
Sesak nafas dan batuk
berdahak yang sulit mempertahankan jalan adanya retensi
dikeluarkan nafas tetap paten batuk
meningkat dengan Terapeutik
Objektif: kriteria hasil : Atur posisi semi
Pasien tampak sesak nafas,
nafas cuping hidung, Batuk efektif fowler atau fowler
terdapat retraksi otot meningkat
Pasang perlak dan
intercostal.TTV Produksi bengkok di
Suhu:37,8°c,RR:28x/menit, sputum menurun
HR:102x/menit,TD:110/80 pangkuan pasien
Mengi menurun
mmHg, suara nafas Edukasi
tambahan ronkhi. Wheezing menurun
Jelaskan tujuan dan
Mekonium
prosedur batuk
pada neonatus
efektif
menurun
Dispnea menurun Anjurkan teknik
nafas dalam
43
melalui hidung selama 4 detik, ditahan
44
No Diagnosis Tujuan Intervensi
Keperawatan Keperawatan Keperawatan
Frekwensi selama 2 detik
nafas membaik kemudian
Pola nafas membaik keluarkan dari
mulut dengan bibir
mencucu
(dibulatkan) selama
8 detik
Anjurkan
mengulangi Tarik
nafas dalam
hingga 3 kali
Anjurkan batuk
dengan
kuat langsung
setelah tarik nafas
dalam yang ke-3
Kolaborasi
Kolaborasi
pemberian
mukolitik
atau ekspektoran,
jika
perlu.
Manajemen jalan
nafas (I.01011)
Observasi
Monitor
pola
nafas(frekwensi,
kedalaman
usaha nafas)
Monitor bunyi
nafas
tambahan(mis:
gurgling, mengi,
wheezing, ronkhi
kering)
45
No Diagnosis Tujuan Intervensi
Keperawatan Keperawatan Keperawatan
46
No Diagnosis Tujuan Intervensi
Keperawatan Keperawatan Keperawatan
Monitor
sputum(jumlah
, warna,
aroma)
Terapeutik
Posisikan semi
fowler atau fowler
Berikan
minum hangat
Lakukan fisioterapi
dada, jika perlu
Berikan oksigen,
jika perlu
Edukasi
Anjurkan asupan
cairan 2000
ml/hari, jika tidak
ada kontraindikasi
Ajarkan Teknik
batuk efektif
Kolaborasi
Kolaborasi
pemberian
bronchodilator,
ekspektoran,
mukolitik, jika
perlu.
D. Implementasi
47
Tabel 6
48
3 April Menjelaskan prosedur dan DS: Resmiati
2022 tujuan Teknik non
Pukul Anak
farmakologi(Pursed Lips
11.30 mengatakan bersedia
Breathing) pada anak dan
wita melakukan teknik yang
orangtua
dijelaskan petugas.
DO:
Anak tampak kooperatif
Resmiati
3 April DS:
Mengajarkan Teknik non
2022 farmakologi (Pursed Lips Anak mengatakan
Pukul Breathing) dengan masih merasakan sesak
11.45 menggunakan alat mainan DO:
wita tiupan lidah selama 10 menit
Anak tampak koopertif,
batuk belum efektif.
Resmiati
Melakukan fisioterapi dada DS:
3 April dengan Teknik vibrasi, Anak
2022 perkusi pada bagian dada mengatakan bersedia
Pukul dan punggung anak selama untuk dilakukan
12.15 5 menit fisioterapi pada bagian
wita
dadanya
DO:
Anak tampak kooperatif
Anak tampak nyaman
3 April Melakukan tindakan DS: Resmiati
2022 delegative obat minum Anak bersedia saat
Pukul Ambroxol sirup 5 ml diberikan obat
12.30 (15 mg) P.O
wita DO:
Reaksi alergi tidak ada
3 April Memonitor keadaan umum DS: Resmiati
2022 anak Anak mengatakan
Pukul sesak nafas sudah
13.00 menurun
wita
Batuk disertai keluar
dahak tapi sedikit
DO:
49
Anak tampak batuk
dengan
sputum berwarna putih
yang ditampung
pada bengkok.
Nadi: 100x/menit
RR: 26 x/menit
SaO2: 98%
DS:
4 April Memonitor keadaan umum Anak mengatakan sesak Resmiati
2022 anak, vital sign, ,pola nafas nafas sudah berkurang
Pukul dan bunyi nafas tambahan dan dahak saat batuk
08.00 sudah bisa dikeluarkan,
wita
DO:
Anak tampak tenang
Nadi: 98 x/menit
51
08.25 menggunakan alat mainan
wita diajarkan
tiupan lidah selama 10 menit
DO:
Sesak nafas berkurang
RR : 24x/menit
DO:
Anak
tampak koorperatif
Anak tampak nyaman
4 April Memonitor keadaan umum DS: Resmiati
2022 anak, vital sign dan suara Anak mengatakan sesak
Pukul nafas tambahan sudah berkurang dan
09.30 wita dahak saat batuk sudah
bisa dikeluarkan
DO:
Pasien tampak lebih
tenang
Nadi: 98x/menit
52
SaO2: 98% RR:
20x/me
Oksigen nasal sudah nit
dibuka.
5 April Memonitor keadaan umum DS:
2022 anak, vital sign, ,pola nafas Anak mengatakan
Pukul dan bunyi nafas tambahan sudah tidak sesak nafas
09.00 dan dahak saat batuk
wita
sudah bisa dikeluarkan,
DO:
Anak tampak tenang
HR: 98 x/menit
RR: 22 x/ mnt
Sa02: 99%
DS:
Melakukan tindakan
Anak
5 April delegatif pemberian
2022 nebulizer Ventolin 2,5 mg mengatakan bersedia
Pukul (1 respul) + Nacl 0,9% untuk diberikan obat
09.20 2 cc inhalsi
wita
DO:
Anak tampak kooperatif
DS:
Mengajarkan Teknik
non Anak
5 April mengatakan
farmakologi (Pursed Lips
2022
Pukul Breathing) senang saat
09.40 dengan melakukannya
wita menggunakan alat mainan
DO
tiupan lidah selama 10
Menit Sesak nafas menurun
53
Retraksi otot
dada
menurun
DO:
Anak
tampak kooperatif
Anak tampak nyaman
5 April Memonitor keadaan umum DS: Resmiati
2022 anak, vital sign dan suara Anak mengatakan sesak
Pukul nafas tambahan sudah berkurang dan
10.30 dahak saat batuk sudah
wita bisa dikeluarkan
DO:
SaO2: 98%
Nadi: 98x/menit
RR: 20 x/menit
Evaluasi
54
Evaluasi dilakukan setelah perawatan pada pasien berdasarkan dari
implementasi yang telah diberikan. Adapun evaluasi dari pasien selama tiga hari
55
Tabel 7
56
O:
Anak tampak tenang
RR: 20 x/menit
S: 36,5oC
SaO2: 98%
Suara nafas ronkhi tidak ada
Gelisah (-)
A:
Masalah keperawatan bersihan jalan nafas teratasi
P:
Pertahankan kondisi pasien
57
4. ASUHAN KEPERAWATAN COVID 19
A. Pengkajian
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
58
Diagnisa Keperawatan Rencana Keperawatan
ventilation suctioning
- Infeksi, disfungsi
neuromuscular,hyperp - Respiratory Berikan O2 2
ATRAUMATIC CARE
4. Modifikasi lingkungan RS
Control nyeri
61
62