You are on page 1of 54

MAKALAH

ASKEP PADA ANAK DENGAN GANGGUAN SISTEM PERNAPASAN: COVID 19,


BRONCHOPNUMONIA DAN ASMA (KETERAMPILAN: FISIOTERAPI DADA)
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak
Dosen pengajar :

Disusun oleh Kelompok 5:

1. Anisa Noviyanti (C1AB23004)


2. Dian R (C1AB23012)
3. Farah Farhanah S (C1AB23018)
4. Frili Putri A (C1AB230)
5. Nina Siti Wulansari (C1AB23033)
6. Peri Eka S (C1AB23035)
7. Siti Harojah (C1AB23041)
8. Siti Nurul (C1AB23042)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUKABUMI
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa selalu memberikan rahmat,
taufik, hidayah, serta inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini setelah melalui
berbagai rintangan dan hambatan.

Makalah ini penulis beri judul “ASKEP PADA ANAK DENGAN GANGGUAN SISTEM
PERNAFASAN : COVID 19,BRONCHOPNEUMONI DAN ASMA (KETERAMPILAN : TINDAKAN
FISIOTERAPI DADA)”. Adapun tujuan disusunnya makalah ini adalah untuk memenuhi mata kuliah
Keperawatan Anak, Selain itu, makalah disusun guna memberikan informasi dan pengetahuan tentang
penyakit sistem pernapasan pada anak beserta konsep asuhan keperawatan nya.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Hal ini disebabkan keterbatasan
pengetahuan dan waktu yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang
bersifat membangun guna menyempurnakan makalah ini di masa yang akan datang agar lebih baik. Semoga
makalah yang sederhana ini bermanfaat bagi pembaca.

Sukabumi, Maret 2023

Kelompok 5
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Coronavirus (Covid-19) merupakan keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit infeksi
saluran pernapasan, mulai flu biasa hingga penyakit yang serius seperti Middle East Respiratory
Syndrome (MERS) dan Sindrom Pernapasan Akut Berat/ Severe Acute Respiratory Syndrome
(SARS). Penyakit ini terutama menyebar di antara orang-orang melalui tetesan pernapasan dari
batuk dan bersin. Virus ini dapat tetap bertahan hingga tiga hari dengan plastik dan stainless steel
SARS CoV-2 dapat bertahan hingga tiga hari atau dalam aerosol selama tiga jam (Kemendagri,
2020:3). Sesuai hal tersebut, coronavirus hanya bisa berpindah melalui perantara dengan media
tangan, baju ataupun lainnya yang terkena tetesan batuk dan bersin. Indonesia menjadi salah satu
negara positif virus corona (Covid-19).

Bronkopneumonia adalah suatu peradangan pada parenkim paru yang meluas sampai bronkioli atau
dengan kata lain peradangan yang terjadi pada jaringan paru melalui cara penyebaran langsung
melalui saluran pernafasan atau melalui hematogen sampai ke bronkus (Riyadi, 2009). Jika
bronkopneumonia terlambat ditangani atau tidak diberikan antibiotik secara cepat akan
menimbulkan komplikasi yaitu empiema, otitis media akut. Mungkin juga komplikasi lain yang
dekat dengan atelektasis, emfisema atau komplikasi jauh seperti meningitis (Ngastiyah, 2005).
Badan Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2007 memperkirakan terdapat 1,8 juta kematian pada anak
dibawah usia 5 tahun akibat bronkopneumonia. Bronkopneumonia membunuh anak lebih banyak
dari pada penyakit lain apapun, mencakup hampir 1 dari 5 kematian anak dan balita, membunuh
lebih dari 2 juta anak dan balita setiap tahun yang sebagian besar terjadi di negara berkembang
(Said, 2010).

Penyakit asma merupakan salah satu masalah kesehatan di seluruh dunia, baik di negara maju
maupun di negara yang sedang berkembang. Saat ini, penyakit asma juga sudah tidak asing lagi di
masyarakat. Asma dapat diderita oleh semua lapisan masyarakat dari usia anak-anak sampai usia
dewasa. Penyakit asma awalnya merupakan penyakit genetik yang diturunkan dari orang tua pada
anaknya. Namun, akhir-akhir ini genetik bukan merupakan penyebab utama penyakit asma. Polusi
udara dan kurangnya kebersihan lingkungan di kota-kota besar merupakan faktor dominan dalam
peningkatan serangan asma.

2. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang di maksud dengan Covid-19, Bronchopneumonia dan Asma ?
2. Apa penyebabkan terjadinya penyakit Covid-19, Bronchopnemonia dan Asma ?
3. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada anak dengan penyakit Covid-19, Bronchopneumoniadan
Asma
3. TUJUAN
1. Untuk mengetahui apa yang di maksud dengan Covid-19, Bronchopneumonia dan Asma ?
2. Untuk menegtahui penyebabkan terjadinya penyakit Covid-19, Bronchopnemonia dan Asma ?
3. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan pada anak dengan penyakit Covid-19,
Bronchopneumonia dan Asma
4. MANFAAT
1. Bagi Penulis
Melatih penulis untuk bisa menyusun makalah dan pemikiran yang telah dilakukan dan
menuangkan ke dalam makalah ini. Memperluas wawasan penulis tentang masalah yang dikaji
di makalah.
2. Bagi Pembaca
Dapat dijadikan sebagai acuan, referensi, informasi dan wawasan teoritis dalam penyusunan
makalah selanjutnya. Sehingga analisa dapat lebih baik, khususnya pada topik dan permasalahan
ini.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Corona Virus Disease (Covid-19)


1. Definisi Covid-19
Virus corona atau severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARSCoV-2) adalah
virus yang menyerang sistem pernapasan. Penyakit karena infeksi virus ini disebut Covid 19.
Virus corona bisa menyebabkan gangguan ringan pada sistem pernapasan, infeksi paru- paru
yang berat, hingga kematian. Severe acute respiratory syndrome corona virus 2 (SARS- CoV-2)
yang lebih dikenal dengan nama virus corona adalah jenis baru dari corona virus yang menular ke
manusia. Virus ini bisa menyerang siapa saja, baik bayi, anak-anak, orang dewasa, lansia, ibu
hamil, maupun ibu menyusui. Corona virus adalah kumpulan virus yang bisa menginfeksi sistem
pernapasan(Kemenkes, 2020).

2. Etiologi
Penyebab COVID-19 adalah virus yang tergolong dalam family coronavirus.
Coronavirus merupakan virus RNA strain tunggal positif, berkapsul dan tidak
bersegmen. Terdapat 4 struktur protein utama pada Coronavirus yaitu: protein N (nukleokapsid),
glikoprotein M (membran), glikoprotein spike S (spike), protein E (selubung). Coronavirus
tergolong ordo Nidovirales, keluarga Coronaviridae. Coronavirus ini dapat menyebabkan penyakit
pada hewan atau manusia. Terdapat 4 genus yaitu alphacoronavirus, betacoronavirus,
gammacoronavirus, dan deltacoronavirus. Sebelum adanya Covid-19 ada 6 jenis coronavirus yang
dapat menginfeksi manusia, yaitu HCoV-229E (alphacoronavirus), HCoV-OC43 (betacoronavirus),
HCoVNL63 (alphacoronavirus), HCoV-HKU1 (betacoronavirus), SARSCoV (betacoronavirus),
MERS-CoV (betacoronavirus)

3. Epidemiologi

COVID-19 merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh Coronavirus jenis baru.
Penyakit ini diawali dengan munculnya kasus pneumonia yang tidak diketahui etiologinya di
Wuhan, China pada akhir Desember 2019.Berdasarkan hasil penyelidikan epidemiologi, kasus
tersebut diduga berhubungan dengan Pasar Seafood di Wuhan. Pada tanggal 7 Januari 2020,
Pemerintah China kemudian mengumumkan bahwa penyebab kasus tersebut adalah Coronavirus
jenis baru yang kemudian diberi nama SARS-CoV-2 (Severe Acute Respiratory Syndrome 8
Coronavirus 2). Virus ini berasal dari famili yang sama dengan virus penyebab SARS dan
MERS. Meskipun berasal dari famili yang sama, namun SARS-CoV-2 lebih menular
dibandingkan dengan SARS-CoV dan MERS-CoV. Proses penularan yang cepat membuat
WHO menetapkan COVID-19 sebagai KKMMD/PHEIC pada tanggal 30 Januari 2020 (WHO,
2020). Angka kematian kasar bervariasi tergantung negara dan tergantung pada populasi yang
terpengaruh, perkembangan wabahnya di suatu negara, dan ketersediaan pemeriksaan
laboratorium (Kemenkes, 2020).

Thailand merupakan negara pertama di luar China yang melaporkan adanya kasus COVID-
19. Setelah Thailand, negara berikutnya yang melaporkan kasus pertama COVID-19 adalah
Jepang dan Korea Selatan yang kemudian berkembang ke negara-negara lain. Sampai dengan
tanggal 30 Juni 2020, WHO melaporkan 10.185.374 kasus konfirmasi dengan 503.862 kematian
di seluruh dunia (CFR 4,9%). Negara yang paling banyak melaporkan kasus konfirmasi adalah
Amerika Serikat, Brazil, Rusia, India, dan United Kingdom. Sementara, negara dengan angka
kematian paling tinggi adalah Amerika Serikat, United Kingdom, Italia, Perancis, dan Spanyol
(Kemenkes, 2020).

4. Penularan
COVID-19 merupakan zoonosis (ditularkan antara hewan dan manusia). Penelitian
menyebutkan bahwa SARS ditransmisikan dari kucing luwak (civet cats) ke manusia dan MERS
dari unta ke manusia. Adapun, hewan yang menjadi sumber penularan COVID-19 ini masih belum
diketahui (Kemenkes, 2020).
Masa inkubasi COVID-19 rata-rata 5-6 hari, dengan range antara 1 dan 14 hari namun dapat
mencapai 14 hari. Risiko penularan tertinggi diperoleh di harihari pertama penyakit disebabkan oleh
konsentrasi virus pada sekret yang tinggi. Orang yang terinfeksi dapat langsung dapat menularkan
sampai dengan 48 jam sebelum onset gejala (presimptomatik) dan sampai dengan 14 hari setelah
onset gejala. Sebuah studi Natalia (2020), melaporkan bahwa 12,6% menunjukkan penularan
presimptomatik. Penting untuk mengetahui periode presimptomatik karena memungkinkan virus
menyebar melalui droplet atau kontak dengan benda yang terkontaminasi. Sebagai tambahan, bahwa
terdapat kasus konfirmasi yang tidak bergejala (asimptomatik), meskipun risiko penularan sangat
rendah akan tetapi masih ada kemungkinan kecil untuk terjadi penularan (Kemenkes, 2020).
Berdasarkan studi epidemiologi dan virologi saat ini membuktikan bahwa COVID-19
utamanya ditularkan dari orang yang bergejala (simptomatik) ke orang lain yang berada jarak dekat
melalui droplet. Droplet merupakan partikel berisi air dengan diameter >5-10 μm. Penularan droplet
terjadi ketika seseorang berada pada jarak dekat (dalam 1 meter) dengan seseorang yang memiliki
gejala pernapasan (misalnya, batuk atau bersin) sehingga droplet berisiko mengenai mukosa (mulut
dan hidung) atau konjungtiva (mata). Penularan juga dapat terjadi melalui benda dan permukaan
yang terkontaminasi droplet di sekitar orang yang terinfeksi. Oleh karena itu, penularan virus
COVID-19 dapat terjadi melalui kontak langsung dengan orang yang terinfeksi dan kontak tidak
langsung dengan permukaan atau benda yang digunakan pada orang yang terinfeksi (misalnya,
stetoskop atau termometer) (Kemenkes, 2020).
Dalam konteks COVID-19, transmisi melalui udara dapat dimungkinkan dalam keadaan
khusus dimana prosedur atau perawatan suportif yang menghasilkan aerosol seperti intubasi
endotrakeal, bronkoskopi, suction terbuka, pemberian pengobatan nebulisasi, ventilasi manual
sebelum intubasi, mengubah pasien ke posisi tengkurap, memutus koneksi ventilator, ventilasi
tekanan positif non-invasif, trakeostomi, dan resusitasi kardiopulmoner. Masih diperlukan penelitian
lebih lanjut mengenai transmisi melalui udara (Kemenkes, 2020).

5. Manifestasi klinis
Gejala-gejala yang dialami biasanya bersifat ringan dan muncul secara bertahap. Beberapa
orang yang terinfeksi tidak menunjukkan gejala apapun dan tetap merasa sehat. Gejala COVID-19
yang paling umum adalah demam, rasa lelah, dan batuk kering. Beberapa pasien mungkin
mengalami rasa nyeri dan sakit, hidung tersumbat, pilek, nyeri kepala, konjungtivitis, sakit
tenggorokan, diare, hilang penciuman dan pembauan atau ruam kulit (Kemenkes, 2020).
Menurut data dari negara-negara yang terkena dampak awal pandemi, 40% kasus akan
mengalami penyakit ringan, 40% akan mengalami penyakit sedang termasuk pneumonia, 15% kasus
akan mengalami penyakit parah, dan 5% kasus akan mengalami kondisi kritis. Pasien dengan gejala
ringan dilaporkan sembuh setelah 1 minggu. Pada kasus berat akan mengalami Acute Respiratory
Distress Syndrome (ARDS), sepsis dan syok septik, gagal multi-organ, termasuk gagal ginjal atau
gagal jantung akut hingga berakibat kematian. Orang lanjut usia (lansia) dan orang dengan kondisi
medis yang sudah ada sebelumnya seperti tekanan darah tinggi, gangguan jantung dan paru, diabetes
dan kanker berisiko lebih besar mengalami keparahan (Kemenkes, 2020).
WHO merekomendasikan pemeriksaan molekuler untuk seluruh pasien yang terduga
terinfeksi COVID-19. Metode yang dianjurkan adalah metode deteksi molekuler/NAAT (Nucleic
Acid Amplification Test) seperti pemeriksaan RT-PCR (Kemenkes, 2020)
6. Pathway
Menurut (Natalia et al., 2020)

7. Diagnosis dan Tatalaksana


WHO merekomendasikan pemeriksaan molekuler untuk seluruh pasien yang terduga
terinfeksi COVID-19. Metode yang dianjurkan adalah metode deteksi molekuler/NAAT (Nucleic
Acid Amplification Test) seperti pemeriksaan RT-PCR (Kemenkes, 2020). Hingga saat ini, belum
ada vaksin dan obat yang spesifik untuk mencegah atau mengobati COVID-19. Pengobatan
ditujukan sebagai terapi simptomatis dan suportif. Ada beberapa kandidat vaksin dan obat tertentu
yang masih diteliti melalui uji klinis (Kemenkes, 2020)

B. Bronchopneumonia

a). Definisi

Bronchopneumonia adalah radang pada paru-paru yang mempunyai penyebaran bercak-bercak,


teratur dalam area-area atau lebih yang berlokasi di dalam bronki dan meluas ke parenkim paru
(Brunner dan Suddarth dalam Wijayaningsih, 2013).
Bronchopneumonia adalah radang paru-paru yang mengenai satu atau beberapa lobus paru-paru
yang ditandai dengan adanya bercak-bercak infiltrat (Whalley and wong dalam Wijayaningsih,
2013).

b). Macam-macam Bronchopneumonia


Menurut Nursalam, (2008) letak anatomi, pneumonia dibagi menjadi pneumonia lobaris,
pneumonia lobularis (bronchopneumonia), dan pneumonia intertisialis.
1). Pneumonia Lobaris

pneumonia Lobaris adalah peradangan pada paru dimana proses peradangan ini menyerang
lobus paru. Pneumonia ini banyak disebabkan oleh invasi bakteri gram positif dan bakteri gram
negatif.

2). Pneumonia Lobularis (Bronchopneumonia)

Peneumonia Lobularis adalah ditandai adanya bercak-bercak infeksi pada berbagai tempat di
paru. Bisa kanan maupun kiri yang disebabkan virus atau bakteri dan sering terjadi pada bayi
atau orang tua.

3). Pneumonia Interstisisalis

Pneumonia interstisial adalah kondisi dimana pernapasan langka yang ditandai dengan
pembentukan membran hialin di paru-paru.

c. Klasifikasi

Berdasarkan pedoman MTBS (2011), pneumonia dapat diklasifikasikan secara sederhana


berdasarkan gejala dan umur.

1). Umur 2 bulan – 5 tahun

Pneumonia berat atau penyakit sangat berat, apabila gejala ada tanda bahaya umum, terdapat
tarikan dinding dada ke dalam, terdapat stridor (suara nafas bunyi’grok-grok’ saat inspirasi).

2). Umur < 2 bulan

Penyakit sangat berat atau infeksi bakteri berat, apabila gejala tidak mau minum atau
memuntahkan semua, riwayat kejang, bergerak jika hanya dirangsang, napas cepat ( ≥ 60 kali /
menit ), napas lambat ( < 30 kali / menit ),tarikan dinding dada kedalam yang sangat kuat,
merintih, demam ≥ 37,5o𝐶, hpotermia berat < 35,5o𝐶, nanah yang banyak di mata, pusar
kemerahan maluas ke dinding perut

d. Etiologi

Pada umumnya tubuh terserang Bronchopneumonia karena disebabkan oleh penurunan mekanisme
pertahanan tubuh terhadap virulensi organisme patogen. Penyebab Bronchopneumonia yang biasa
di temukan adalah :

1). Bakteri : Diplococus pneumonia, Pneumococus, Stretococus, Hemoliticus Aureus,


Haemophilus influenza, Basilus Frienlander ( Klebsial Pneumonia), Mycobakterium
Tuberculosis.

2). Virus : Respiratory syntical virus, virus influenza, virus sitomegalik

3). Jamur : Citoplasma Capsulatum, Criptococus Nepromas, Blastomices Dermatides,


Aspergillus Sp, Candida Albicans, Mycoplasma Pneumonia, Aspirasi benda asing.
Dalam keadan normal, paru-paru dilindungi terhadap infeksi oleh berbagai mekanisme. Infeksi
paru-paru bisa terjadi bila satu atau lebih dari mekanisme pertahanan terganggu oleh organisme
secara aspirasi atau melalui penyebaran hematogen. Aspirasi adalah cara yang lebih sering terjadi.
Virus bisa meyebabkan infeksi primer atau komplikasi dari suatu penyakit, seperti mobili atau
vericella. Virus tidak hanya merusak sel epitel bersilia tetapi merusak sel goblet dan kelenjar
mukus pada bronkus sehingga merusak clearance mukosilia. Apabila kuman patogen mencapai
bronkoli terminalis, cairan edema masuk ke dalam alveoli, diikuti oleh leukosit dalam jumlah
banyak, kemudian makrofag akan membersihkan debris sel dan bakteri. Proses ini bisa meluas
lebih jauh lagi ke segala atau lobus yang sama, atau mungkin ke bagian lain dari paru-paru melalu
cairan bronkial yang terinfeksi. Malalui saluran limfe paru, bakteri dapat mencapai aliran darah
atau pluro viscelaris. Karena jaringan paru mengalami konsilidasi, maka kapasitas vital dan
comlience paru menurun, serta aliran darah yang mengalami konsilidasi menimbulkan pirau / shunt
kanan ke kiri dengan ventilasi perfusi yang mismacth, sehingga berakibat pada hipoksia. Kerja
jantung mungkin meningkat oleh karena saturasi oksigen yang menurun dan hiperkapnu. Pada
keadaan yang berat, bisa terjadi gagal napas (Wijayaningsih, 2013).

Faktor Lain yang Mempengaruhi Timbulnya Bronchopneumonia Menurut Wijayaningsih (2013),


yaitu: Faktor predisposisi diantaranya usia/umur, dan genetik dan factor pencetus diantaranya Gizi
buruk/kurang, berat badan lahir rendah (BBLR), tidak mendapatkan ASI yang memadai, imunisasi
yang tiak lengkap, polusi udara, kepadatan tempat tinggal.

e. Patofisiologi

Bronchopneumonia merupakan infeksi sekunder yang biasanya disebabkan oleh virus


penyebab Bronchopneumonia yang masuk ke saluran pernafasan sehingga terjadi peradangan
broncus dan alveolus dan jaringan sekitarnya. Inflamasi pada bronkus ditandai adanya
penumpukan sekret, sehingga terjadi demam, batuk produktif, ronchi positif dan mual. Setelah itu
mikroganisme tiba di alveoli membentuk suatu proses peradangan yang meliputi empat stadium,
yaitu :

1). Stadium I (4-12 jam pertama / kongesti)

Disebut hiperemia, mengacu pada respon peradangan pemulaan yang berlangsung pada daerah
baru yang terinfeksi. Hal ini ditandai dengan peningkatan aliran darh dan permeabilitas kapiler
di tempat infeksi. Hiperemia ini terjadi akibat pelepasan mediator-mediator peradangan dari sel-
sel mast setelah pengaktifan sel imun dan cedera jaringan. Mediator-mediator tersebut
mencakup histamin dan prostaglandin. Degranulasi bekerja sama dengan histamin dan
prostaglandiin untuk melemaskan otot polos vaskuler paru dan peningkatan permeabilitas
kapiler paru. Hal ini mengakibatkan perpindahan eksudat plasma ke dalam ruang intertisium
sehingga terjadi pembengkakan dan edema antar kapiler dan alveolus meningkatkan jarak
yang harus di tempuh oleh oksigen dan karbondioksida maka perpindahan gas ini dalam darah
paling berpengaruh dan sering mengakibatkan penurunan saturasi oksigen hemoglobin.

2). Stadium II / hepatisasi (48 jam berikutnya)

Disebut hepatisasi merah, terjadi sewaktu alveolus terisi oleh sel darah merah, eksudat dan
fibrin yang dihasilkan oleh penjamu (host) sebagai bagian dari reaksi peradangan. Lobus yang
terkena menjadi padat oleh karena adanya penumpukan leukosit, eritrosit, dan cairan, sehingga
warna paru menjadi merah dan pada perabaan seperti hepar, pada stadium ini udara akan
bertambah sesak, stadium ini berlangsung sangat singkat, yaitu selam 48 jam.
3). Stadium III / hepatisasi keabu (3-8 hari)

Disebut hepatisasi kelabu yang terjadi sewaktu sel-sel darah putih mengkolonisasi daerah paru
yang terinfeksi. Pada saat ini endapan fibrin terakumulasi di seluruh daerah yang cedera dan
terjadi fagositosis sisa- sisa sel. Pada stadium ini eritrosit di alveoli mulai diresorbsi, lobus
masih teteap padat karena berisi fibrin dan leukosit, warna merah menjadi pucat kelabu dan
kapiler darah tidak lagi mengalami kongesti.

4). Stadium IV / resolusi (7-1 hari)

Disebut juga stadiu resolusi yang terjadi sewaktu respon imun dan peradangan mereda, sisi-sisa
sel fibrin dan eksudat lisis dan diabsropsi oleh makrofag sehingga jaringan kembali ke
strukturnya semula. Inflamasi pada bronkus dii tandai adanya penumpukan sekret, sehingga
terjadi demam, batuk produktif, ronchi positif dan mual. Bila penyebaran kuman sudah
mencapai alveoluss maka komplikasi yang terjadi adalah kolaps alveoli, fibrosis, emfisema dan
atelaktasis. Kolaps alveoli akan mengakibatkan penyempitan jalan nafas, sesak nafas, dan nafas
rochi. Fibrosis bisa menyebakan penurunan fungsi paru dan penurunan produksi surfaktan
sebagai pelumas yang berfungsi. Enfisema (tertimbunya cairan atau pus dalam rongga paru)
adalah tindak lanjut dari frekuensi nafas, hipoksemia, asidosis respiratori, pada klien terjadi
sianosis, dispnea dan kelelahan yang akan mengakibatkan terjadinya gagal nafas
(Wijayaningsih, 2013).

C . Asma Bronkhial

1. Pengertian

Asma adalah suatu penyakit dimana saluran nafas mengalami penyempitan karena hiperaktivitas
pada rangsangan tertentu, yang mengakibatkan peradangan, penyempitan ini bersifat sementara.
Dari beberapa pengertian tersebut penulis dapat menyimpulkan asma merupakan suatu penyakit
saluran pernafasan yang mengalami penyempitan karena hipereaktivitas oleh faktor risiko
tertentu. Penyempitan ini bersifat sementara serta menimbulkan gejala sesak nafas dan mengi
(Wahid dan Suprapto (2013)

2. Etiologi

Menurut Wijaya & Putri (2014) etiologi asma dapat dibagi atas :
a. Asma ekstrinsik / alergi

Asma yang disebabkan oleh alergen yang diketahui masanya sudah terdapat semenjak
anak-anak seperti alergi terhadap protein, serbuk sari, bulu halus, binatang dan debu.

b. Asma instrinsik / idopatik

Asma yang tidak ditemukan faktor pencetus yang jelas, tetapi adanya faktor-faktor non
spesifik seperti : flu, latihan fisik, kecemasan atau emosi sering memicu serangan asma.
Asma ini sering muncul sesudah usia 40tahun setelah menderita infeksi sinus.

c. Asma campuran

Asma yang timbul karena adanya komponen ekstrinsik dan intrinsik.

3. Klasifikasi

Menurut Wijaya dan Putri (2014) kasifikasi asma berdasarkan berat penyakit, antara lain :

a. Tahap I : Intermitten

Penampilan klinik sebelum mendapat pengobatan :

1) Gejala inermitten < 1 kali dalam seminggu

2) Gejala eksaserbasi singkat (mulai beberapa jam sampai beberapa hari) 3) Gejala
serangan asma malam hari < 2 kali dalam sebulan

4) Asimptomatis dan nilai fungsi paru normal diantara periode eksaserbasi

5) PEF atau FEV1 : ≥ 80% dari prediksi Variabilitas < 20%

6) Pemakaian obat untuk mempertahankan kontrol : Obat untuk mengurangi gejala


intermitten dipakai hanya kapan perlu inhalasi jangka pendek β2 agonis

7) Intensitas pengobatan tergantung pada derajat eksaserbasi kortikosteroid oral mungkin


dibutuhkan

b. Tahap II : Persisten ringan

Penampilan klinik sebelum mendapatkan pengobatan :

1) Gejala ≥ 1 kali seminggu tetapi < 1 kali sehari

2) Gejala eksaserbasi dapat mengganggu aktivitas dan tidur


3) Gejala serangan asma malam hari > 2 kali dalam sebulan 4) PEF atau FEV1 : > 80 %
dari prediksi Variabilitas 20-30%

5) Pemakaian obat harian untuk mempertahankan kontrol : Obat-obatan pengontrol


serangan harian mungkin perlu bronkodilator jangka panjang ditambah dengan obat-
obatan antiinflamasi (terutama untuk serangan asma malam hari.

c. Tahap III : Persisten sedang

Penampilan klinik sebelum mendapat pengobatan :

1) Gejala harian

2) Gejala eksaserbasi mengganggu aktivitas dan tidur

3) Gejala serangan asma malam hari > 1 kali seminggu

4) Pemakaian inhalasi jangka pendek β2 agonis setiap hari

5) PEV atay FEV1 : > 60% - < 80% dari prediksi Variabilitas > 30%

6) Pemakaian obat-obatan harian untuk mempertahankan kontrol : Obat-obatan


pengontrol serangan harian inhalasi kortikosteroid bronkodilatorjangka panjang
(terutama untuk serangan asma malam hari)

d. Tahap IV : Persisten berat

Penampilan klinik sebelum mendapat pengobatan :

1) Gejala terus-menerus

2) Gejala eksaserbasi sering

3) Gejala serangan asma malam hari sering

4) Aktivitas fisik sangat terbatas oleh asma

5) PEF atau FEV1 : ≤ 60% dari prediksi 6) Variabilitas > 30%

4. Faktor Risiko

Obstruksi jalan napas pada asma disebabkan oleh :

1) Kontraksi otot sekitar bronkus sehingga terjadi penyempitan napas.

2) Pembengkakan membrane bronkus


3) Bronkus berisi mucus yang kental

Adapun faktor predisposisi pada asma yaitu:

a. Genetik Diturunkannya bakat alergi dari keluarga dekat, akibat adanya bakat alergi ini
penderita sangat mudah terkena asma apabila dia terpapar dengan faktor pencetus.

Adapun faktor pencetus dari asma adalah:

a. Alergen

Merupakan suatu bahan penyebab alergi. Dimana ini dibagi menjadi tiga, yaitu:

1) Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan seperti debu, bulu binatang, serbuk
bunga, bakteri, dan polusi.

2) Ingestan, yang masuk melalui mulut yaitu makanan dan obat-obatan tertentu seperti
penisilin, salisilat, beta blocker, kodein, dan sebagainya. 3) Kontaktan, seperti perhiasan,
logam, jam tangan, dan aksesoris lainnya yang masuk melalui kontak dengan kulit.

b. Perubahan cuaca

Cuaca lembab dan hawa yang dingin sering mempengaruhi asma, perubahan cuaca
menjadi pemicu serangan asma.

c. Lingkungan kerja

Lingkungan kerja merupakan faktor pencetus yang menyumbang 2-15% klien asma.
Misalnya orang yang bekerja di pabrik kayu, polisi lalu lintas, penyapu jalanan.

d. Olahraga

Sebagian besar penderita asma akan mendapatkan serangan asma bila sedang bekerja
dengan berat/aktivitas berat. Lari cepat paling mudah menimbulkan asma

e. Stres

Gangguan emosi dapat menjadi pencetus terjadinya serangan asma, selain itu juga dapat
memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala asma harus segera
diobati penderita asma yang mengalami stres harus diberi nasehat untuk menyelesaikan
masalahnya (Wahid & Suprapto, 2013).

5. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinis yang dapat ditemui pada pasien asma menurut Halim Danokusumo (2000)
dalam Padila (2015) diantaranya ialah :

a. Stadium Dini

Faktor hipersekresi yang lebih menonjol

1) Batuk berdahak disertai atau tidak dengan pilek

2) Ronchi basah halus pada serangan kedua atau ketiga, sifatnya hilang timbul 3) Wheezing
belum ada

4) Belum ada kelainan bentuk thorak

5) Ada peningkatan eosinofil darah dan IgE

6) BGA belum patologis

Faktor spasme bronchiolus dan edema yang lebih dominan:

1) Timbul sesak napas dengan atau tanpa sputum

2) Wheezing

3) Ronchi basah bila terdapat hipersekresi

4) Penurunan tekanan parsial O2

b. Stadium lanjut/kronik

1) Batuk, ronchi

2) Sesak napas berat dan dada seolah-olah tertekan

3) Dahak lengket dan sulit dikeluarkan

4) Suara napas melemah bahkan tak terdengar (silent chest)

5) Thorak seperti barel chest

6) Tampak tarikan otot stenorkleidomastoideus

7) Sianosis

8) BGA Pa O2 kurang dari 80%

9) Terdapat peningkatan gambaran bronchovaskuler kiri dan kanan pada Rongen paru

10) Hipokapnea dan alkalosis bahkan asidosis respiratorik.


6. Patofisiologi

Asma adalah obstruksi jalan nafas difus reversibel. Obstruksi disebabkan oleh satu atau lebih
dari konstraksi otot-otot yang mengelilingi bronkhi, yang menyempitkan jalan nafas, atau
pembengkakan membran yang melapisi bronkhi, atau penghisap bronkhi dengan mukus yang
kental. Selain itu, otot-otot bronkhial dan kelenjar mukosa membesar, sputum yang kental, banyak
dihasilkan dan alveoli menjadi hiperinflasi, dengan udara terperangkap di dalam jaringan paru.
Mekanisme yang pasti dari perubahan ini belum diketahui, tetapi ada yang paling diketahui adalah
keterlibatan sistem imunologis dan sisitem otonom.

Beberapa individu dengan asma mengalami respon imun yang buruk terhadap lingkungan
mereka. Antibodi yang dihasilkan (IgE) kemudian menyerang sel-sel mast dalam paru. Pemajanan
ulang terhadap antigen mengakibatkan ikatan antigen dengan antibodi, menyebabkan pelepasan
produk sel-sel mast (disebut mediator) seperti histamin, bradikinin, dan prostaglandin serta
anafilaksis dari substansi yang bereaksi lambat (SRS-A). Pelepasan mediator ini dalam jaringan
paru mempengaruhi otot polos dan kelenjar jalan nafas, menyebabkan bronkospasme,
pembengkakan membaran mukosa dan pembentukan mukus yang sangat banyak.

Sistem saraf otonom mempengaruhi paru. Tonus otot bronkial diatur oleh impuls saraf vagal
melalui sistem parasimpatis, Asma idiopatik atau nonalergik, ketika ujung saraf pada jalan nafas
dirangsang oleh faktor seperti infeksi, latihan, dingin, merokok, emosi dan polutan, jumlah
asetilkolin yang dilepaskan meningkat. Pelepasan asetilkolin ini secara langsung menyebabkan
bronkokonstriksi juga merangsang pembentukan mediator kimiawi yang dibahas di atas. Individu
dengan asma dapat mempunyai toleransi rendah terhadap respon parasimpatis. Selain itu, reseptor
α- dan β- adrenergik dari sistem saraf simpatis terletak dalam bronki. Ketika reseptor α- adrenergik
dirangsang terjadi bronkokonstriksi, bronkodilatasi terjadi ketika reseptor β- adregenik yang
dirangsang. Keseimbangan antara reseptor α- dan β- adregenik dikendalikan terutama oleh siklik
adenosin monofosfat (cAMP).

Stimulasi reseptor alfa mengakibatkan penurunan cAMP, mngarah pada peningkatan


mediator kimiawi yang dilepaskan oleh sel mast bronkokonstriksi. Stimulasi reseptor beta
adrenergik mengakibatkan peningkatan tingkat cAMP yang menghambat pelepasan mediator
kimiawi dan menyababkan bronkodilatasi. Teori yang diajukan adalah bahwa penyekatan
βadrenergik terjadi pada individu dengan asma. Akibatnya asmatik rentan terhadap peningkatan
pelepasan mediator kimiawi dan konstriksi otot polos (Wijaya dan Putri, 2014).
7. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang menurut Padila (2015) yaitu :

1) Spirometri

Untuk mengkaji jumlah udara yang dinspirasi

2) Uji provokasi bronkus

3) Pemeriksaan sputum

4) Pemeriksaan cosinofit total

5) Pemeriksaan tes kulit

Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen yang dapat menimbulkan
reaksi yang positif pada asma.

6) Pemeriksaan kadar IgE total dan IgE spesifik dalam sputum

7) Foto thorak untuk mengetahui adanya pembengkakan, adanya penyempitan bronkus dan
adanya sumbatan

8) Analisa gas darah

Untuk mengetahui status kardiopulmoner yang berhubungan dengan oksigenasi.

8. Komplikasi

menurut Wijaya & Putri (2014) yaitu :

a. Pneumothorak

b. Pneumomediastium dan emfisema sub kutis

c. Atelektasis

d. Aspirasi

e. Kegagalan jantung/ gangguan irama jantung

f. Sumbatan saluran nafas yang meluas / gagal nafas Asidosis

9. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan menurut Wijaya & Putri (2014) yaitu :


Non farmakologi, tujuan dari terapi asma :

1) Menyembuhkan dan mengendalikan gejala asma

2) Mencegah kekambuhan

3) Mengupayakan fungsi paru senormal mungkin serta mempertahankannya

4) Mengupayakan aktivitas harian pada tingkat normal termasuk melakukan exercise

5) Menghindari efek samping obat asma

6) Mencegah obstruksi jalan nafas yang ireversibel

Farmakologi, obat anti asma :

1) Bronchodilator Adrenalin, epedrin, terbutallin, fenotirol

2) Antikolinergin Iptropiem bromid (atrovont) c.

3) Kortikosteroid Predrison, hidrokortison, orodexon.

4) Mukolitin BPH, OBH, bisolvon, mucapoel dan banyak minum air putih.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

1. ASUHAN KEPERAWATAN ASMA

A. Pengkajian

Pengkajian pada pasien kelolaan dilakukan penulis pada hari hari jumat, 17

Maret 2022 pukul 08.00 WITA di Ruang Zircon Rumah Sakit Balimed Singaraja.

Sumber data pengkajian ini diperoleh dari hasil wawancara dengan pasien, dan

orangtua pasien serta didapatkan juga dari rekam medis pasien.

1. Identitas pasien

Pasien dengan nama Nn. S umur 10 tahun, perempuan, pendidikan masih

sekolah, beragama Hindu dan beralamat dari Jalan Gempol, Gang Rajawali,

Bayuning Barat, Singaraja, dengan diagnosa medis asma bronkial, dengan

diagnosa medis Asma Bronkial.

2. Riwayat penyakit

a. Keluhan Utama

Sesak napas dan batuk

b. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien masuk rumah sakit pada tanggal 16 Maret jam 12.30 WIB dibawa ke

IGD Rumah Sakit Balimed Singaraja, kemudian jam 13.00 WIB dipindahkan ke
Ruang Zircon. Saat dilakukan pengkajian ibu pasien mengatakan anaknya

mengalami batuk dan sesak sejak dua hari yang lalu, ibu pasien mengatakan sesak

anaknya muncul tiba-tiba karena udara dingin, Tampak keadaan umum lemah,

klien tampak gelisah, adanya diaforesis (keringat yang berlebih), RR 30 x/menit,

batuk non produktif, suara nafas wheezing kanan kiri. Tampak pernafasan cuping

hidung.

c. Riwayat penyakit sebelum

Orangtua pasien mengatakan pasien mempunyai riwayat penyakit asma sejak

kecil. Orangtua pasien mengatakan pasien memiliki alergi debu adan asap

kendaraaan, sesak dan batuknya kumat jika pasien berpergian jauh, menghisap

debu dan asap kendaraan.

d. Riwayat penyakit dalam keluarga

Orangtua pasien mengatakan dalam keluarga ada yang menderita penyakit

asma yaitu ayah kandungnya.

3. Perubahan pola kesehatan

Pola kesehatan yang digunakan dalam melakukan pengkajian menggunakan

pendekatan Gordon, Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan data sebagai

berikut:

a. Pola Managemen Kesehatan

Pasien mengatakan jika sakit sering dibawa ke puskesmas berhubung pasien

memerlukan perawatan lebih lanjut

b. Pola Nutrisi

Pasien mengatakan sebelum MRS makan 3x sehari dengan porsi sepiring

habis dan minum air putih 5-7 gelas per hari. Selama MRS makan 3x sehari

dengan porsi tidak habis (seperempat piring) dan minum air putih 3 gelas per hari
dan diberi cairan infus 28 tpm per hari
c. Pola Eliminasi

Pasien mengatakan kebiasaan BAK sebelum MRS kurang lebih 4-7x per hari

warna kuning jernih dan kebiasaan BAB 1x per hari dengan konsistensi padat

berwarna kuning. Selama MRS kebiasaan BAK kurang lebih 2-3x per hari warna

kuning jernih dan kebiasaan BAB belum BAB pada hari pertama pasien MRS.

d. Pola Istirahat dan Tidur

Pasien mengatakan istirahat tidur dirumah selama 7-8 jam/ hari. Di Rumah

Sakit: pasien mengeluh sering terbangun pada malam hari karena sesak nafas dan

batuk, sesak bila tidur terlentang dan bantal tipis. Tidur malam + 4-5 jam.

Konjungtiva agak pucat, pasien tampak lemah dan sering menguap

4. Pemeriksaan fisik (pemeriksaan Head to Toe)

S : 37,2ºC

N : 88x/menit

TD : 120/00 mmHg

RR : 30x/menit

GCS : 4-5-6

SpO2 : 96%

a. Kepala : Bentuk simetris, penyebaran rambut merata, tidak ada ketombe,

tidak ada benjolan, kebersihan cukup.

b. Mata : Bentuk simetris, pergerakkan bola mata baik, sklera putih, tidak

ada edema palpebra, nyeri tekan tidak ada, kojungtiva agak pucat, pupil

isokor, reflek cahaya +/+ penglihatan cukup baik.


c. Hidung : bentuk simetris, sekret tidak ada, ada nafas cuping hidung,

pembesaran polip tidak ada, nyeri tekan tidak ada, penciuman cukup baik,

pasien terpasang O2 2 liter/menit.

d. Telinga : Bentuk simetris, pendengaran cukup baik, kebersihan cukup

bersih.

e. Mulut : bentuk simetris, mukosa bibir lembab, caries gigi tidak ada, tidak

terdapat pembesaran tonsil, tidak terdapat cyanosis pada bibir, kebersihan

cukup.

f. Leher : bendungan vena jugularis tidak ada, pembesaran kelenjar limfe

tidak ada, pembesaran kelenjar tiroid tidak ada, nyeri tekan tidak ada.

g. Paru

Keluhan : Sesak, batuk non produktif

Inspeksi : pasien tampak sesak, bentuk simetris, penggunaan otot-otot bantu

pernafasan (-), retraksi dada -/-, tidak terdapat retraksi intercostals dan supra

sternal.

Palpasi : taktil fremitus menurun pada dada sebelah

kanan Perkusi : hipersonor pada dada sebelah kanan.

Auskultsi : Irama nafas tidak teratur, suara nafas wheezing kanan kiri,

tidak ada nafas tertinggal

h. Abdomen : Bentuk simetris, tidak ada distensi abdomen, tidak ada

acites, peristaltik usus 10 x/menit.

i. Ekstremitas

Atas : bentuk simetris, pergerakan terkoordinir, clubbing fingers (-), edema

tidak ada , cyanosis tidak ada, kapiler refill time 1 detik


Bawah : bentuk simetris, pergerakan terkoordinir, lesi tidak ada, edema tidak ada,

cyanosis tidak ada kapiler refill time 1 detik, kekuatan otot

555 555

j. Genetalia : kebersihan cukup, tidak diketemukan kelainan

k. Anus : Kebersihan cukup tidak diketemukan kelainan

5. Pemeriksaan Penunjang

a. Hematologi (Darah lengkap)

Hasil Normal /ranges


WBC : 22,80 + k/ul : 4,6-10,2
RBC : 4,36 m/ul : 3,8-6,5
HGB : 13,0 g/dl : 11,5-18,0
HCT : 38,0 % : 37,0-54,0
MCV : 87,2 fl : 80,0-100
MCH : 29,8 bg : 27,0-32,0
MCHC : 34,2 g/dl : 31,0-36,0
PLT : 399 k/ul : 150-400
RDW-SD : 40,8 fl : 37,0-54,0
RDW-CV : 13,3 % : 11,5-14,5
PDW : 10,1 fl : 15,5-17,1
MPV : 9,3 % : 7,80-11,0
P-LCR : 19,4 % : 13,0-43,0
PCT : 0,37 % : 0,19-0,36
NEUT : 19,6 k/ul : 2,0-6,0
LYMPH : 1,56 k/ul : 0,6-5,2
MONO : 0,86 k/ul : 0,1-0,6
EO : 0,01 k/ul : 0,0-0,4
BASO : 0,02 k/ul : 0,0-0,1
NEUT % : 88,9 k/ul : 40,0-70,0
LYMPH % : 7,1 % : 20,0-40,0
MONO % : 3,9 % : 1,7-9,3
EO % : 0,0 % : 0,0-6,0
BASO % : 0,1 % : 0,0-1,0

b. Kimia Klinik

Hasil Normal /ranges


Glukosa Sewaktu : 121 : < 200 mg/dl
Kreatinin Serum : 0,62 : L<1,5 P<1,2
Urea : 38,6 mg/dl
SGOT : 55 : 10-50 mg/dl
SGPT : 84 : < 38 U/l
Natrium : 137 : < 40 U/l
Klorida : 99 : 136-144 meq/l
: 96-107 meq/l
c. Analisa Gas Darah

pH : 7,22 7,35-7,45
p CO2 : 48,8 35-45 mmHg
p O2 : 235,5 80-110 mmHg
HCO3- : 24,5 23-33 mmol/l
BE : -1,6 -2 s.d +2 mmol/l
O2 Sat : 94 95-100%
ct CO2 : 26,0 23-27mmol/l
Anion Gap : 27,35 12-16 mmol/l
Na : 144 135-145 meq/l
K : 2,85 3,80-5,50 meq/l

B. Analisis Data

Tabel 3.1
Analisa Data dan Analisa Masalah Keperawatan pada Anak dengan Asma
yang Mengalami Gangguan Pertukaran Gas di Ruang Zircon
Rumah Sakit Balimed Singaraja

Tgl Data Fokus Etiologi Masalah


1 2 3 4
5 DS Ibu pasien mengatakan Allergen masuk Gangguan
Peb anaknya mengalami batuk Pertukaran Gas
ruar dan sesak sejak dua hari Membentuk IgE
i yang lalu, ibu pasien
202 Degranulasi sel
mengatakan sesak anaknya
1
muncul tiba-tiba karena Melepaskan mediator
udara dingin
DO Keadaan umum lemah, klien kimia Kontraksi otot polos
tampak gelisah, adanya
diaforesis (keringat yang Bronkospasme
berlebih), RR 30 x/menit,
batuk non produktif, suara Penyempitan
nafas wheezing kanan kiri, saluran paru
tampak pernafasan cuping
hidung, Terpasang masker Sesak nafas
NRBM 2 lpm, pCO2 : 48,8,
Gangguan Pertukaran Gas
pO2 : 235,5, pH : 7,22,
saturasi oksigen 96%.
C. Diagnosa Keperawatan

a. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan

perfusi ventilasi ditandai dengan ibu pasien mengatakan anaknya

mengalami batuk dan sesak sejak dua hari yang lalu, ibu pasien

mengatakan sesak anaknya muncul tiba-tiba karena udara dingin,

Tampak keadaan umum lemah, klien tampak gelisah, adanya

diaforesis (keringat yang berlebih), RR 30 x/menit, batuk non

produktif, suara nafas wheezing kanan kiri, tampak pernafasan cuping

hidung, Terpasang masker NRBM 2 lpm, pCO2 : 48,8, pO2 : 235,5, pH :

7,22, saturasi oksigen 96%


D. Rencana Asuhan Keperawatan

Tabel 3.2
Rencana Keperawatan pada Anak dengan Asma yang Mengalami
Gangguan Pertukaran Gas di Ruang Zircon
Rumah Sakit Balimed Singaraja

Diagnosa Keperawatan Rencana keperawatan


Tujuan dan Intervensi
Kriteria Hasil
1 2 3
D.0003 SDKI Setelah dilakukan Pemantauan Respirasi
tindakan a. Observasi
1.Gangguan pertukaran gas keperawatan selama 1. Monitir frekuensi, irama,
berhubungan dengan 3 hari pertukaran kedalaman dan upaya nafas
ketidakseimbangan perfusi gas meningkat 2. Monitor pola nafas (seperti
ventilasi ditandai dengan ibu dengan kriteria bradipnea, takipnea,
pasien mengatakan anaknya hasi: hipervemtilasi, kussmaul,
mengalami batuk dan sesak 1. Batuk efektif cheyne-stokes, biot dan
sejak dua hari yang lalu, ibu 2. Mengi menurun ataksik)
pasien mengatakan sesak 3. Penggunaan otot 3. Monitor kemampuan batuk
anaknya muncul tiba-tiba bantu pernafasan efektif
menurun 4. Monitir adanya produksi
karena udara dingin, Tampak
4. PO2 meningkat sputum
keadaan umum lemah, klien
5. Dipsnea 5. Monitir adanya sumbatan
tampak gelisah, adanya berkurang jalan nafas
diaforesis (keringat yang 6. Bunyi nafas 6. Palpasi kesimetrisan ekspansi
berlebih), RR 30 x/menit, normal dengan paru
batuk non produktif, suara frekuensi di antara 7. Auskultasi bunyi nafas
nafas wheezing kanan kiri, 16-18 kali 8. Monitor saturasi oksigen
tampak pernafasan cuping permenit 9. Monitor nilai AGD
hidung, Terpasang masker 7. Tidak ada suara 10. Monitor hasil x-ray thoraks
NRBM 2 lpm, pCO2 : 48,8, nafas tambahan b. Terapeutik
pO2 : 235,5, pH : 7,22, 1. Atur Interval pemantauan
saturasi oksigen 96%. respirasi sesuai kondisi pasien
Dibuktikan dengan 2. Beri posisi high fowler
3. Dokumentasikan hasil
adanya
pemantauan
Gejala dan tanda Mayor c. Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur
Subjektif: pemantauan
1. Dipsnea 2. Informasikan hasil pemantauan
Objektif jika perlu
1. PCO2 48,8
2. PO2 : 235,5
3. pH : 7,22
4. Saturasi oksigen 96%.
E. Implementasi

Tabel 3.3
Tindakan Keperawatan pada Anak dengan Asma yang
Mengalami Gangguan Pertukaran Gas di Ruang Zircon
Rumah Sakit Balimed Singaraja

Tgl/ Tindakan Keperawatan Evaluasi


Jam
1 2 3
17 Maret Memonitor keluhan sesak S. Pasien mengatakan sesak dan
2022 jam nafas, mengauskultasi suara batuk.
09.00 WITA nafas dan memonitor O. Pasien tampak sesak, terdengar
kecepatan, irama, kedalaman
suara nafas wheezing pada paru
dan kesulitan bernafas
kanan dan kiri, RR: 30 x/menit ,
Irama nafas irregular
10.45 Mengatur posisi pasien high O. Pasien terlihat tidur dalam posisi
fowler, mengajarkan pasien tegak, pasien mau menarik
untuk menarik nafas dalam dan nafas dalam dan batuk efektif
mengajarkan pasien untuk
batuk efektif

12.15 Memonitor saturasi oksigen O. SpO2: 96%


pada klien yang tersedasi
13.00 Memonitor tekanan darah, O. Tekanan darah: 100/80mmHg,
nadi, suhu, dan status Nadi : 88 x/menit , Suhu:
pernafasan dengan tepat. 37,20C

18 Maret Memonitor keluhan sesak nafa, S. Pasien mengatakan sesak dan


2022 jam mengauskultasi suara nafas batuk berkurang
09.00 WITA dan memonitor kecepatan, O. Pasien tampak sesak, terdengar
irama, kedalaman dan suara nafas wheezing pada paru
kesulitan bernafas
kanan dan kiri, RR: 24 x/menit ,
Irama nafas irregular
10.00 Mengatur posisi pasien high O. Pasien terlihat tidur dalam posisi
fowler, mengajarkan pasien tegak, pasien mau menarik
untuk menarik nafas dalam dan nafas dalam dan batuk efektif
mengajarkan pasien untuk
batuk efektif
12.00 Memonitor saturasi oksigen O. SpO2: 97%
pada klien yang tersedasi
13.00 Memonitor tekanan darah, O. Tekanan darah: 100/80mmHg,
nadi, suhu, dan status Nadi : 88 x/menit , Suhu:
pernafasan dengan tepat. 36,80C
1 2 3
19 Maret 2022 jam 09.00 Memonitor keluhan sesak S. Pasien mengatakan sesak
WITA nafa, mengauskultasi suara dan batuk berkurang
nafas dan memonitor
kecepatan, irama, O. Pasien tampak sesak,
kedalaman dan kesulitan terdengar suara nafas
bernafas wheezing pada paru
kanan dan kiri, RR: 22
x/menit, Irama nafas
regular
10.45 Mengatur posisi pasien high O. Pasien terlihat tidur dalam
fowler, mengajarkan pasien posisi tegak, pasien mau
untuk menarik nafas dalam
menarik nafas dalam dan
dan mengajarkan pasien untuk
batuk efektif batuk efektif

12.15 Memonitor saturasi oksigen O. SpO2: 99%


pada klien yang tersedasi
13.00 Memonitor tekanan darah, O. Tekanan darah:
nadi, suhu, dan status 100/80mmHg, Nadi : 88
pernafasan dengan tepat. x/menit , Suhu: 37,20C

O. Evaluasi

Tabel 3.4
Evaluasi Keperawatan pada Anak dengan Asma
yang Mengalami Gangguan Pertukaran Gas di
Ruang Zircon
Rumah Sakit Balimed Singaraja

Tgl/ Diagnosis Keperawatan Evaluasi


Jam
19 Maret Gangguan Pertukaran gas S. Pasien mengatakan sesak dan batuk
2022 jam Berhubungan dengan berkurang
13.00 ketidakseimbangan O. Batuk efektif, penggunaan otot bantu
perfusi ventilasi pernafasan menurun, , terdengar suara
nafas wheezing pada paru kanan dan
kiri, dipsnea berkurang, Irama nafas
regular, SpO2: 99%, RR: 22 x/menit,
Tekanan darah: 100/80mmHg, Nadi : 88
x/menit , Suhu: 37,20C
A. Masalah keperawatan gangguan
pertukaran gas teratasi sebagian
P. Lanjutkan intervensi
3. ASUHAN KEPERAWATAN BRONKOPNEUMONIA

A. Pengkajian

Pengkajian dilakukan di ruang perawatan anak dan data yang didapatkan


sebagai berikut :
Tabel 3

Pengkajian Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Bronkopneumonia dengan bersihan


jalan nafas tidak efektif dilakukan di Ruang Anggrek RSUD Tabanan Tahun 2022

Data Anamnesis
Nama An. A
Jenis kelamin Perempuan
Umur 5 tahun
Agama Hindu
Alamat Br.Denbantas Tabanan
Penanggung jawab / Tn. E / Ayah dan Ny.I / Ibu (Orangtua)
Hubungan dengan klien
Diagnosa Medis Bronkopneumonia
No. RM 283xxx
MRS / Tanggal 2 April 2022 / 3 April 2022
Pengkajian
Keluhan Utama Batuk dan sesak nafas
Keluhan penyakit Pasien mengalami sesak nafas dan batuk sejak 2
sekarang hari yang lalu Pasien datang ke IGD RSUD
Tabanan tgl 2 April 2022 pukul 21.15 wita
Riwayat penyakit dahulu Keluarga mengatakan pasien tidak pernah
menderita suatu penyakit yang berat.
Riwayat penyakit Tidak ada yang
keluarga/ibu memiliki kelainan /
kecacatan dan menderita
suatu penyakit yang berat dalam keluarga pasien
Riwayat kehamilan dan Selama hamil ibu mengatakan rutin kontrol ke
persalinan puskesmas dan melahirkan SC di RS swasta, lahir
cukup bulan,BB lahir 2900 gram dan PB 45 cm
Riwayat Pertumbuhan Tahap perkembangan anak sesuai dengan umur.
dan Perkembangan Tidak terdapat masalah.
Riwayat Imuniasasi Pasien mendapat imunisasi dasar lengkap di
Puskesmas

PEMERIKSAAN
FISIK
Keadaan umum Keadaan umum : sedang. Tampak terpasang infus
D5% in 0,45% 16 tpm pada tangan sebelah kanan
Kesadaran Compos Mentis GCS : E4 M6 V5
Tanda-tanda vital TD : 110/80 mmHg
Nadi : 102x/menit
Suhu : 37,8oC
RR : 28x/menit
BB :16 kg
Pemeriksaan Leher Tidak ada lesi jaringan parut, tidak ada
pembengkakan kelenjar tiroid, Tidak teraba
adanya massa di area leher, tidak ada teraba
pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada teraba
pembesaran kelenjar limfe
Pemeriksaan thorax Bentuk dada simetris, terdapat sesak nafas dan
( pemeriksaan terfokus batuk,, pernafasan cuping hidung adanya otot
pada dada) bantu nafas. Vocal premitus teraba sama kanan
dan kiri saat Klien mengucap tujuh-tujuh. tidak
terdapat krepitasi. Tidak ada nyeri dada, CRT < 2
detik, ujung jari tidak tabuh. Bunyi jantung I
terdengar lup dan bunyi jantung II terdengar dup.
Tidak ada bunyi jantung tambahan
Pemeriksaan abdomen Bentuk abdomen datar, tidak ada benjolan/masa,
tidak ada bayangan vena, peristaltic usus 8x /menit
terdengar lambat, palpasi abdomen teraba lunak,
tidak ada pembesaran hepar, tidak terdapat nyeri
lepas pada Mc.Berney, suara abdomen tympani,
tidak ada asites
Pemeriksaan Sistem Pergerakan sendi bebas, otot simetris kanan dan
Muskuloskeletal dan kiri. Pada pemeriksaan tangan kanan, tangan kiri
Integumen dan kaki kanan, kaki kiri didapatkan kekuatan otot
5. Penilaian edema tidak ada edema ekstremitas
dan tidak ada pitting edema
Seksual dan Resproduksi Tidak ada benjolan pada payudara, tidak ada
kelainan pada genetalia

41
Kemanan Lingkungan Total penilaian risiko jatuh dengan skala humpty
dumpty adalah 10 (kategori: ringan)

B. Diagnosis Keperawatan

Berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan maka ditemukan disusun data

fokus dan diagnosis keperawatan sebagai berikut :

Tabel 4

Analisis Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Bronkopneumonia dengan bersihan


jalan nafas tidak efektif dilakukan di Ruang Anggrek RSUD Tabanan Tahun 2022

DATA FOKUS ANALISIS MASALAH MASALAH


KEPERAWATAN
DS: Asap virus influenza Bersihan jalan nafas
 Anak mengeluh mengiritasi jalan nafas tidak efektif
sesak nafas dan
batuk berdahak yang
sulit dikeluarkan Hipersekresi lendir +inflamsi

DO: Fungsi silia menurun


 Anak tampak
tampak sesak, nafas Sekret meningkat
cuping hidung.
 Tanda-tanda
vital:Suhu: 37,8°c, Mukus kental
RR;28x/menit,HR;
Batuk berdahak
102x/menit,
TD:110/80 mmHg
Bersihan jalan nafas tidak
 Terdapat retraksi
efektif
otot intercosta.

42
Berdasarkan masalah keperawatan diatas maka dapat dirumuskan diagnosa

keperawatan bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan

produksi secret.

C. Perencanaan

Perencanaan keperawatan disusun berdasarkan diagnosa yang telah dibuat

adalah sebagai berikut:

Tabel 5

Perencanaan Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Bronkopneumonia dengan


bersihan jalan nafas tidak efektif dilakukan di Ruang Anggrek RSUD Tabanan Tahun 2022

No Diagnosis
Keperawatan Tujuan Intervensi
Keperawatan Keperawatan
1 Bersihan jalan nafas tidak
Setelah diberikan Latihan batuk efektif
efektif (D. 0001)
asuhan keperawatan (I.01006)
berhubungan dengan selama 3 x Observasi
peningkatan produksi 30 menit diharapkan  Identifikasi
mukus kemampuan kemampuan
membersihkan secret batuk
Subjektif:
Anak mengeluh atau obstruksi jalan
nafas untuk  Monitor
Sesak nafas dan batuk
berdahak yang sulit mempertahankan jalan adanya retensi
dikeluarkan nafas tetap paten batuk
meningkat dengan Terapeutik
Objektif: kriteria hasil :  Atur posisi semi
Pasien tampak sesak nafas,
nafas cuping hidung,  Batuk efektif fowler atau fowler
terdapat retraksi otot meningkat
 Pasang perlak dan
intercostal.TTV  Produksi bengkok di
Suhu:37,8°c,RR:28x/menit, sputum menurun
HR:102x/menit,TD:110/80 pangkuan pasien
 Mengi menurun
mmHg, suara nafas Edukasi
tambahan ronkhi.  Wheezing menurun
 Jelaskan tujuan dan
 Mekonium
prosedur batuk
pada neonatus
efektif
menurun
 Dispnea menurun  Anjurkan teknik
nafas dalam
43
melalui hidung selama 4 detik, ditahan

44
No Diagnosis Tujuan Intervensi
Keperawatan Keperawatan Keperawatan
 Frekwensi selama 2 detik
nafas membaik kemudian
 Pola nafas membaik keluarkan dari
mulut dengan bibir
mencucu
(dibulatkan) selama
8 detik
 Anjurkan
mengulangi Tarik
nafas dalam
hingga 3 kali

 Anjurkan batuk
dengan
kuat langsung
setelah tarik nafas
dalam yang ke-3
Kolaborasi
 Kolaborasi
pemberian
mukolitik
atau ekspektoran,
jika
perlu.

Manajemen jalan
nafas (I.01011)
Observasi
 Monitor
pola
nafas(frekwensi,
kedalaman
usaha nafas)

 Monitor bunyi
nafas
tambahan(mis:
gurgling, mengi,
wheezing, ronkhi
kering)
45
No Diagnosis Tujuan Intervensi
Keperawatan Keperawatan Keperawatan

46
No Diagnosis Tujuan Intervensi
Keperawatan Keperawatan Keperawatan
 Monitor
sputum(jumlah
, warna,
aroma)
Terapeutik
 Posisikan semi
fowler atau fowler

 Berikan
minum hangat

 Lakukan fisioterapi
dada, jika perlu

 Berikan oksigen,
jika perlu
Edukasi
 Anjurkan asupan
cairan 2000
ml/hari, jika tidak
ada kontraindikasi

 Ajarkan Teknik
batuk efektif
Kolaborasi
 Kolaborasi
pemberian
bronchodilator,
ekspektoran,
mukolitik, jika
perlu.

D. Implementasi

Implementasi keperawatan merupakan proses lanjutan dari perencanaan yang

telah dibuat sebagai berikut :

47
Tabel 6

Implementasi Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Bronkopneumonia


dengan bersihan jalan nafas tidak efektif dilakukan di Ruang Anggrek RSUD
Tabanan Tahun 2022
Tanggal/ Implementasi Evaluasi Keperawatan Nama
Jam
& Paraf
3 April Memonitor keadaan umum DS: Resmiati
2022 anak, vital sign, ,pola nafas
Pukul dan bunyi nafas tambahan  Anak mengeluh sesak
11.00 nafas sejak kemarin
wita malam pukul.21.15
wita.
DO:
 Anak tampak sesak dan
gelisah

 Anak tampak terpasang


oksigen nasal canule 2
liter/menit
 Suara nafas ronkhi
 Nadi: 102 x/menit
 TD: 110/80 mmHg
 RR: 28 x/ mnt
 Sa02: 98%
3 April Memberikan posisi semi DS: Resmiati
2022 fowler  Anak mengatakan
Pukul masih mengeluh sesak
11.15 wita dan batuk.
DO:

 Anak tampak sesak dan


batuk dengan dahak
yang sulit dikeluarkan

 Anak tampak nyaman


setelah diberikan posisi
semi fowler.

48
3 April Menjelaskan prosedur dan DS: Resmiati
2022 tujuan Teknik non
Pukul  Anak
farmakologi(Pursed Lips
11.30 mengatakan bersedia
Breathing) pada anak dan
wita melakukan teknik yang
orangtua
dijelaskan petugas.
DO:
 Anak tampak kooperatif
Resmiati
3 April DS:
Mengajarkan Teknik non
2022 farmakologi (Pursed Lips  Anak mengatakan
Pukul Breathing) dengan masih merasakan sesak
11.45 menggunakan alat mainan DO:
wita tiupan lidah selama 10 menit
 Anak tampak koopertif,
batuk belum efektif.
Resmiati
Melakukan fisioterapi dada DS:
3 April dengan Teknik vibrasi,  Anak
2022 perkusi pada bagian dada mengatakan bersedia
Pukul dan punggung anak selama untuk dilakukan
12.15 5 menit fisioterapi pada bagian
wita
dadanya
DO:
 Anak tampak kooperatif
 Anak tampak nyaman
3 April Melakukan tindakan DS: Resmiati
2022 delegative obat minum  Anak bersedia saat
Pukul  Ambroxol sirup 5 ml diberikan obat
12.30 (15 mg) P.O
wita DO:
 Reaksi alergi tidak ada
3 April Memonitor keadaan umum DS: Resmiati
2022 anak  Anak mengatakan
Pukul sesak nafas sudah
13.00 menurun
wita
 Batuk disertai keluar
dahak tapi sedikit
DO:
49
 Anak tampak batuk
dengan
sputum berwarna putih
yang ditampung
pada bengkok.

 Anak tampak lebih


tenang

 Nadi: 100x/menit

 TD: 110/70 mmHg

 RR: 26 x/menit
 SaO2: 98%
DS:
4 April Memonitor keadaan umum  Anak mengatakan sesak Resmiati
2022 anak, vital sign, ,pola nafas nafas sudah berkurang
Pukul dan bunyi nafas tambahan dan dahak saat batuk
08.00 sudah bisa dikeluarkan,
wita
DO:
 Anak tampak tenang

 Nadi: 98 x/menit

 TD: 110/70 mmHg


 RR: 26 x/ mnt
 Sa02: 99%
DS:
Melakukan tindakan  Anak Resmiati
4 April delegatif pemberian mengatakan bersedia
2022 nebulizer Ventolin 2,5 mg
Pukul (1 respul) + Nacl 0,9% untuk diberikan obat
08.10 2 cc inhalasi
wita
DO:
 Anak tampak kooperatif

 Anak tampak nyaman


50
 Reaksi alergi tidak ada
4 April Mengajarkan Teknik non DS: Resmiati
2022 farmakologi (Pursed Lips  Anak tampak senang
Pukul Breathing) dengan dengan Teknik yang

51
08.25 menggunakan alat mainan
wita diajarkan
tiupan lidah selama 10 menit
DO:
 Sesak nafas berkurang

 RR : 24x/menit

 Retraksi otot dada


menurun
4 April Melakukan fisioterapi dada  DS: Anak mengatakan Resmiati
2022 dengan Teknik vibrasi, bersedia
Pukul perkusi pada bagian dada
untuk dilakukan
08.40 dan punggung anak selama
wita 5 menit fisioterapi pada bagian
dadanya

DO:
 Anak
tampak koorperatif
 Anak tampak nyaman
4 April Memonitor keadaan umum DS: Resmiati
2022 anak, vital sign dan suara  Anak mengatakan sesak
Pukul nafas tambahan sudah berkurang dan
09.30 wita dahak saat batuk sudah
bisa dikeluarkan
DO:
 Pasien tampak lebih
tenang

 Nadi: 98x/menit

 TD: 110/70 mmHg


 RR: 22 x/menit

 Suara ronkhi tidak ada

52
 SaO2: 98%  RR:
20x/me
 Oksigen nasal sudah nit
dibuka.
5 April Memonitor keadaan umum DS:
2022 anak, vital sign, ,pola nafas  Anak mengatakan
Pukul dan bunyi nafas tambahan sudah tidak sesak nafas
09.00 dan dahak saat batuk
wita
sudah bisa dikeluarkan,
DO:
 Anak tampak tenang

 HR: 98 x/menit

 TD: 110/70 mmHg

 RR: 22 x/ mnt
 Sa02: 99%
DS:
Melakukan tindakan
 Anak
5 April delegatif pemberian
2022 nebulizer Ventolin 2,5 mg mengatakan bersedia
Pukul (1 respul) + Nacl 0,9% untuk diberikan obat
09.20 2 cc inhalsi
wita
DO:
 Anak tampak kooperatif

 Anak tampak nyaman

 Reaksi alergi tidak ada

DS:
Mengajarkan Teknik
non  Anak
5 April mengatakan
farmakologi (Pursed Lips
2022
Pukul Breathing) senang saat
09.40 dengan melakukannya
wita menggunakan alat mainan
DO
tiupan lidah selama 10
Menit  Sesak nafas menurun

53
 Retraksi otot
dada
menurun

Melakukan fisioterapi dada DS: Resmiati


5 April dengan Teknik vibrasi,
2022 perkusi pada bagian dada  Anak
Pukul dan punggung anak selama mengatakan bersedia
10.00 5 menit untuk dilakukan
wita fisioterapi pada bagian
dadanya

DO:
 Anak
tampak kooperatif
 Anak tampak nyaman
5 April Memonitor keadaan umum DS: Resmiati
2022 anak, vital sign dan suara  Anak mengatakan sesak
Pukul nafas tambahan sudah berkurang dan
10.30 dahak saat batuk sudah
wita bisa dikeluarkan
DO:
 SaO2: 98%
 Nadi: 98x/menit

 TD: 110/70 mmHg

 RR: 20 x/menit

 Suara ronkhi tidak ada

Evaluasi

54
Evaluasi dilakukan setelah perawatan pada pasien berdasarkan dari

implementasi yang telah diberikan. Adapun evaluasi dari pasien selama tiga hari

perawatan adalah sebagai berikut :

55
Tabel 7

Evaluasi Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Bronkopneumonia


dengan bersihan jalan nafas tidak efektif dilakukan di Ruang Anggrek
RSUD Tabanan Tahun 2022

No Tanggal/ Jam Evaluasi Keperawatan Nama &


Paraf
1 5 April S: Resmiati
2022
Pukul 10.30 Anak mengatakan sudah tidak ada sesak nafas,
wita
dahak sudah bisa dikeluarkan saat batuk

56
O:
 Anak tampak tenang

 Sesak nafas tidak ada

 TD: 110/70 mmHg


 Nadi: 98 x/menit

 RR: 20 x/menit

 S: 36,5oC

 SaO2: 98%
 Suara nafas ronkhi tidak ada

 Gelisah (-)

 Retraksi otot dada tidak ada

A:
Masalah keperawatan bersihan jalan nafas teratasi

P:
Pertahankan kondisi pasien

57
4. ASUHAN KEPERAWATAN COVID 19

A. Pengkajian

 Demam (>38C) atau riwayat demam

 Gejala gangguan system pernapasan seperti pilek/sakit tenggorokan

 Keluhan sesak nafas

 Pengetahuan yang dimiliki

 Pola makan, pola tidur, kecemasan

 Riwayat kontak dengan ODP/PDP

 Riwayat bepergian dari daerah zona merah

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Bersihan jalan nafas

58
Diagnisa Keperawatan Rencana Keperawatan

Tujuan dan Kriteria Intervensi


Hasil
 Bersihan jalan nafas tidak NOC:  Pastikan
efektif kebutuhan
- Respiratory
Berhubungan dengan: status: oral/tracheal

ventilation suctioning
- Infeksi, disfungsi
neuromuscular,hyperp - Respiratory  Berikan O2 2

lasia dinding bronkus, status: lpm/mnt

alergi jalan nafas, airway  Anjurkan


asma, trauma patency pasien untuk

- Obstruksi jalan nafas: - Aspiration istirahat dan

spasme jalan nafas, control napas dalam

sekresi tertahan,  Posisikan


Setelah dilakukan
banyaknya mucus, pasien untuk
tindakan
adanya jalan nafas memaksimalk
keperawatan selama
buatan, sekresi an ventilasi
2x24 jam pasien
bronkus, adanya
menunjukkan  Lakukan
eksudat di alveolus,
keefektifan jalan fisioterapi
adanya benda asing di
nafas dibuktikan dada jika
jalan nafas
dengan kriteria perlu
DS: hasil:
 Keluarkan
- Dispneu - Mendemons secret dengan
trasikan batuk atau
DO:
batuk efektif suction
- Penurunan suara nafas
dan suara
 Auskultasi
- Orthopneu nafas yang
suara nafas,
bersih, tidak
- Cyanosis
catat adanya
ada sianosis
- Kelainan suara nafas suara
dan dyspnea
tambahan
- Kesulitan berbicara (mampu

- Batuk, tidak efektif mengeluark  Berikan

atau tidak ada an sputum, bronkodilator


59
bernafas
- Produksi sputum  Monitor status
dengan
hemodinamik
- Gelisah mudah,
tidak ada  Berikan
- Perubahan frekuensi
pursed lips) pelembab
dan irama nafas
KRITERIA PEMULANGAN PASIEN

 Pasien terkonfirmasi COVID-19

1. Suhu tubuh Pasien normal minimal 24 jam

2. Gejala klinis pneumonia tidak ada

3. Pemeriksaan swab SARS-CoV-2 menunjukkan hasilnegatif 2 kali


berturut-turut dengan interval minimal 1 hari

 Pasien PDP dengan pneumonia

1. Suhu tubuh pasien normal minimal 24 jam

2. Gejala klinis pneumonia tidak ada

3. Pemeriksaan swab SARS-CoV-2 hari ke 1 dan ke 2 negatif

 Pasien yang telah dipulangkan tetap dilakukan isolasi dirumah


sampai dengan 14 hari setelah timbulnya gejala

 ATRAUMATIC CARE

Bentuk perawatan terapeutik yang diberikan oleh tenaga kesehatan dalam


tatanan pelayanan kesehatan anak, melalui penggunaan tindakan yang
dapat mengurangi stress fisik dan psikologis pada anak maupun
orangtuanya. (Hockenberry,2011)

 PRINSIP UTAMA ATRAUMATIC CARE

1. Cegah atau turunkan dampak perpisahan dengan orang tua

2. Beriakan edukasi kepada orang tua dan keluarga

3. Cegah atau meminimalkan stress fisik dan psikologis

4. Modifikasi lingkungan RS

 PERAWATAN DALAM RUANG ISOLASI COVID 19

 Penggunaan APD yang lengkap (hazmat dan segala jenis


kelengkapannya)

 Perawat kurang leluasa dalam


60 menerapkan atraumatic care, adanya
keterbatasan ruang gerak perawat

 Tidak adanya ruang bermain

 Keterbatasan alat permainan di ruang isolasi


 Adanya prinsip minimal kontak di ruang isolasi

 CONTOH ATRAUMATIC CARE DI RS

 Menyiapkan anak untuk setiap procedure yang akan dilakukan


dengan memberikan penjelasan sesuai dengan umur anak

 Hadirkan dan libatkan pengasuh/orang tua yang dapat memberikan


dukungan dan rasa nyaman pada anak

 Control nyeri

61
62

You might also like