You are on page 1of 13

Analisis Masalah Untuk Menentukan Minimasi Waste Pada Proses Produksi di PT.

XYZ

Analisis Masalah Untuk Menentukan Minimasi Waste Pada Proses Produksi di PT. XYZ

Fauziah Amelia Ananda1), Wahyudi Sutopo2)

Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret


Jalan Ir Sutami No.36 A, Surakarta, 57126, Indonesia
E-Mail : fauziahamelia@student.uns.ac.id1), wahyudisutopu@staff.uns.ac.id2)

ABSTRAK

PT. XYZ merupakan salah satu perusahaan manufaktur di Indonesia yang memiliki karakteristik make-
to-order dalam proses produksinya. Salah satu produk yang ada di perusahaan tersebut adalah baja slab, yang
di mana baja slab ini merupakan komponen utama untuk proses produksi baja selanjutnya. Dari hasil
observasi diketahui bahwa perusahaan sering tidak dapat mencapai target produksi dikarenakan adanya
pemborosan dalam proses produksi yang berupa cacat dan delay, yang kemudian menambah biaya produksi.
Oleh karena itu, minimalisasi waste penting untuk dilakukan. Metode yang digunakan yaitu VSM, dengan
FMEA dan 5W+1H sebagai metode penunjang. Berdasarkan data yang diperoleh, ada empat waste terbesar
yang menghambat efisiensi produksi baja slab, yaitu defect, overproduction, waiting, dan unnecessary
motion. Dalam penelitian ini digunakan tools yaitu Process Activity Mapping, Quality Filter Mapping, dan
Future Value Stream Mapping.

Kata kunci: FMEA, VALSAT, VSM, 5W + 1H, 7 Waste

Problem Analysis To Determine Waste Minimization in the Production Process at PT. XYZ

ABSTRACT

PT. XYZ is one of manufacturing companies in Indonesia that has make-to-order characteristics in the
production process. One of the company’s products is slab steel, in which it is the main component for the
next steel production process. From the observations we note that companies often can not achieve
production targets due to waste in the production process in the form of defects and delays which then
increase production costs. Therefore, waste minimization is important to do. The method used are VSM, with
FMEA and 5W+1H as supporting methods. Based on the data obtained, there are four types of waste that
inhibits the efficiency of slab steel production, which are defect, overproduction, waiting, and unnecessary
motion. In this research, tools used are Process Activity Mapping, Quality Filter Mapping, and Future Value
Stream Mapping.

Keywords: FMEA, VALSAT, VSM, 5W + 1H, 7 Waste

1. Pendahuluan added) produk (barang dan/atau jasa) agar


Kesuksesan sebuah industri dilihat memberikan nilai kepada pelanggan (customer
berdasarkan dengan kemenangan perusahaan value). Tujuan lean adalah meningkatkan
tersebut pada kompetisi pasar. Banyak faktor terus-menerus customer value melalui
yang dapat menghalangi tercapainya peningkatan terus-menerus rasio antara nilai
kesuksesan sebuah industri, dan salah satu hal tambah terhadap waste (the value to waste
penting yaitu konsep sistem yang dianut. ratio) (Gasperz, 2011). Pemborosan sendiri
Berdasarkan latar belakang tersebut, banyak dapat diartikan sebagai segala aktivitas
perusahaan manufaktur melakukan perubahan manusia yang menyerap sumber daya dalam
sistem salah satunya mengadopsi konsep lean. jumlah tertentu tetapi tidak menghasilkan nilai
Lean manufacture adalah suatu upaya terus tambah, seperti kesalahan yang membutuhkan
menerus untuk menghilangkan pemborosan pembetulan, hasil produksi yang tidak
(waste) yang terjadi di suatu perusahaan diinginkan oleh pengguna, proses atau
industri dan meningkatkan nilai tambah (value pengolahan yang tidak perlu, pergerakan
141
Teknoin Vol. 26, No. 2, September 2020: 141-153

tenaga kerja yang tidak berguna dan menunggu Hal ini disebabkan oleh banyaknya scrap yang
hasil akhir dari kegiatan-kegiatan sebelumnya ditemukan pada baja slab dengan penyebab
(Womack dan Jones, 1996 dalam Formoso et utama yaitu ketidaksesuaian pesanan dengan
al, 2002). Sehingga, dari penerapan lean pengaturan komposisi pada bahan atau grade.
manufacturing ini diharapkan biaya produksi Sehingga, tujuan penelitian ini adalah
lebih rendah, output meningkat, dan lead time mengidentifikasi dan menganalisis waste yang
produksi lebih pendek (Roger, 2008). Akan terjadi, mengetahui penyebab adanya waste
tetapi, pada kenyataannya perusahaan sering yang terjadi, serta memberikan usulan untuk
dihadapkan dengan berbagai macam kendala, meningkatkan efisiensi produksi.
salah satunya yaitu tidak tercapainya target
produksi yang dikarenakan kualitas produk 2. Metodologi
yang tidak memenuhi standar, meskipun sudah Bab ini menjelaskan mengenai jenis
menerapkan lean manufacturing. Hal ini dapat data yang digunakan dan metode pengumpulan
menyebabkan perusahaan sulit untuk dan pengolahan data yang digunakan selama
memasarkan produknya dan peluang untuk penelitian berlangsung.
bersaing dengan perusahaan lain tipis. Salah
satu tool yang yang sering digunakan untuk 2.1 Jenis data yang digunakan
menggambarkan masalah dari informasi- Jenis data yang digunakan dalam
informasi berikut adalah Value Stream penelitian ini adalah data-data yang sudah
Mapping (VSM). VSM merupakan powerful disediakan dari perusahaan, antara lain data
tool yang tidak hanya dapat mengidentifikasi kinerja operasi pabrik slab baja, data heat
inefisiensi proses tetapi juga dapat menjadi report plant 1, data heat report plant 2, dan
panduan dalam melakukan perbaikan (Rother data persentase kecacatan pada non conformity.
dan Shook, 1999). Pada penelitian ini juga Selain itu juga dilakukan pengumpulan data
digunakan tools berupa Value Stream Analysis melalui wawancara untuk mengetahui
Tools dan Diagram Fishbone untuk dapat penyebab banyaknya waste yang terjadi.
melihat masalah lebih rinci. Value Stream
Analysis Tools berguna sebagai alat bantu 2.2 Metode pengumpulan dan pengolahan
untuk memetakan secara detail aliran nilai data
(value stream) yang berfokus pada value Metode pengumpulan dan pengolahan
adding process (Hines dan Rich, 1997). data yang digunakan dalam penelitian ini
Sedangkan Diagram Fishbone merupakan terbagi menjadi beberapa tahap. Tahap pertama
suatu alat visual untuk mengidentifikasi, yaitu melakukan perhitungan rata-rata terhadap
mengeksplorasi, dan secara grafik data efisiensi kinerja operasi pabrik slab baja,
menggambarkan secara detail semua penyebab yang di mana data tersebut terbagi menjadi 3
yang berhubungan dengan suatu permasalahan (tiga) data yaitu data non conformity, data yield
(Scarvada, 2004). dan data biaya produksi. Dari perhitungan rata-
PT. XYZ merupakan salah satu rata pada ketiga data tersebut kemudian
perusahaan yang bergerak di bidang diketahui apakah proses produksi baja slab
manufaktur. Perusahaan tersebut memproduksi dapat dikatakan efisien atau belum. Tahap
baja, dan salah satu produknya yang dihasilkan kedua yaitu melakukan perhitungan total
yaitu baja slab. Stasiun kerja baja slab waktu produksi dengan menggunakan data
merupakan satu dari 6 (enam) stasiun kerja heat report plant 1 dan data heat report plant
yang di mana hasil produksinya masih akan 2. Dari total waktu produksi kemudian
diproses lagi ke 2 (dua) stasiun kerja yang membuat current value stream mapping
terdapat di PT. XYZ. Berdasarkan hasil (CVSM) dan didapatkan persentase value
observasi, proses produksi baja slab masih added activity dan persentase non value added
belum mencapai target produksi, baik dari activity. Tahap ketiga yaitu melakukan
tingkat kecacatan (non-conformity), hasil identifikasi dan pengukuran masalah dan waste
(yield), dan biaya produksi yang dikeluarkan. menggunakan 7 Waste dan 5W+1H. Data
142
Analisis Masalah Untuk Menentukan Minimasi Waste Pada Proses Produksi di PT. XYZ

didapatkan dari hasil wawancara. Kemudian =


setelah mengetahui jenis-jenis waste yang ada
pada proses produksi maka langkah = 81,75%
selanjutnya yaitu melakukan pemilihan tools
dengan Value Stream Mapping Tools Dari kedua data tersebut, dapat dilihat
(VALSAT). Tahap keempat yaitu melakukan bahwa selama kegiatan proses produksi baja
pembuatan Process Activity Mapping (PAM) slab, scrap yang dihasilkan masih banyak dan
dan Quality Filter Mapping (QFM) yang hasil yang didapatkan masih kurang dari
merupakan tools dari dari VALSAT dengan persentase yang ideal, sehingga dapat
menggunakan data persentase kecacatan pada dikatakan bahwa proses produksi belum
non conformity. Data ini pun terbagi 2 (dua) efisien. Data biaya produksi terbagi menjadi
menjadi data down grade dan data
biaya pencegahan yang terdiri dari gaji dan
reject/scrap, dan masing-masing data terbagi
lagi menjadi 3 (tiga) yaitu data pada mesin upah para pekerja tetap dan pengendalian
CCM 1, mesin CCM 2 dan mesin CCM 3. kualitas BLD, biaya penilaian yang terdiri dari
Tahap kelima yaitu membuat analisis gaji dan upah para pekerja outsourcing,
penyebab adanya waste dengan menggunakan reparasi & perawatan dan pusat perawatan,
Diagram Fishbone. Dan tahap yang terakhir serta biaya kegagalan intern.
yaitu menggunakan analisis dari Diagram
Fishbone dan 5W+1H sebagai dasar untuk Tabel 1. Perbandingan Biaya
membuat rekomendasi perbaikan waste dengan ITEM JUMLAH PERSENTASE
Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) dan ($) (%)
Future Value Stream Mapping (FVSM). Biaya Pencegahan
Gaji & Upah (BBB) 2250,26 68,80%
3. Hasil dan Pembahasan Pengendalian Kualitas BLD 1020,70 31,20%
Total Biaya Pencegahan 3270,96 6,83%
3.1 Efisiensi Kinerja Operasi Pabrik Slab
Biaya Penilaian
Baja Gaji & Upah (BV) 5879,94 28,50%
Pada bagian ini disajikan data dan analisis Reparasi & Perawatan 11281,98 54,67%
efisiensi kinerja operasi pabrik slab baja. Data Pusat Perawatan 3472,74 16,83%
Total Biaya Penilaian 20634,66 43,08%
kinerja operasi pada proses produksi baja slab Biaya Kegagalan Intern
terbagi menjadi 3 (tiga) data, yaitu data non Scrap Defect 23989,40 100,00%
conformity, data yield dan data biaya produksi. Total Biaya Kegagalan Intern 23989,40 50,09%
TOTAL BIAYA 47895,02 100,00%
Data kinerja operasi pabrik slab baja
didapatkan dari data historis tahun 2018, yang
pada tahun tersebut pabrik slab baja beroperasi Contoh perhitungan total biaya penilaian:
di bulan Mei, Juli, Agustus, September, Total Biaya Penilaian
Oktober, November dan Desember. = Gaji & Upah (BV) + Reparasi & Perawatan
Contoh perhitungan rata-rata persentase + Pusat Perawatan .................................... (3)
non conformity di tahun 2018: = $5879,94 + $11281,98 + $3472,74
= 20634,66
X = ........... (1)

= Contoh perhitungan persentase pada total


biaya pencegahan:
= 3,97%
Persentase pada Biaya Pencegahan
= ..................... (4)
Contoh perhitungan rata-rata persentase
yield di tahun 2018: =
X = .......................(2) = 6,83%

143
Teknoin Vol. 26, No. 2, September 2020: 141-153

Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa dapat ditekan, yang kemudian dapat menekan
biaya yang paling mempengaruhi total biaya biaya penilaian, dan keseluruhan total biaya
kualitas yaitu biaya kegagalan intern sebesar kualitas akan berkurang.
$23.989,40 (50,09%). Biaya ini terjadi karena
produk scrap telah terdeteksi sebelum dikirim 3.2 Identifikasi Value Stream Dengan
ke customer. Hal ini menunjukkan proses Current Value Stream Mapping (CVSM)
inspeksi yang dilakukan perusahaan sudah Pada sub bab ini disajikan perhitungan dan
cukup ketat, akan tetapi hal ini juga analisis identifikasi value stream dengan
menandakan bahwa perusahaan kurang current value stream mapping (CVSM). Value
memperhatikan hal-hal yang dapat mencegah stream mapping (VSM) merupakan sebuah
terjadinya kegagalan produk. visualisasi aliran material dan informasi dalam
Pada proses produksi baja slab, biaya proses produksi. VSM diperlukan sebagai
kegagalan ekstern tidak dapat diidentifikasi langkah awal dalam proses identifikasi adanya
dikarenakan baja yang akan dikirim ke pemborosan (waste) selama proses produksi
customer merupakan baja yang kualitasnya baja slab.
pasti baik untuk diolah lagi di pabrik Contoh perhitungan perbandingan value
selanjutnya, yaitu pabrik yang memproduksi added time (VA) dan total waktu keseluruhan:
hot rolled coil, hot rolled plate, cold rolled Persentase= ...(5)
sheet dan cold rolled coil. Hal tersebut =
mengakibatkan unit produksi baja slab tidak
= 49,64%
menerima keluhan dari customer. Akan tetapi,
hasil ini juga menunjukkan bahwa Divisi
Produksi perlu melakukan re-check dengan
Divisi Marketing sebelum melakukan proses
produksi sehingga biaya kegagalan intern

PRODUCTION ACTIVITY
SLAB STEEL PLANT

Customer /
BF / DR
HSM

Shipment

Inventory Plant Stock

Secondary Inspection -
Preparation Charging Melting - Melting Tapping Process Casting Process Inspection - Cross Inspection - Inspection - Loading Truck
Melting - Penetrasi Metallurgy Grinding +
Down Transfer Cooling Bed Scarfing
Process Penetraan
4 4 4 4 17
4 4 18 17 18
3 17

CT = 24.78 CT = 243.56 CT = 7.78 CT = 49.67 CT = 12 CT = 100.12 CT = 644.68 CT = 60 CT = 2160 CT = 37.5 CT = 5


CT = 10
1 Shift 1 Shift 1 Shift 1 Shift 1 Shift 1 Shift 2 Shifts 1 Shift 3 Shifts 1 Shift 1 Shift
1 Shift
q = 1 slab q = 1 slab q = 1 slab q = 1 slab q = 1 slab q = 1 slab q = 1 slab q = 1 slab q = 1 slab q = 1 slab q = 1 slab
q = 1 slab

2880 25.45 4.5 3.89 5.10 25.45 400 10 15 15 10 10 NVA = 3404.39

24.78 243.56 7.78 49.67 12 100.12 644.68 60 2160 37.5 10 5 VA = 3355.09

Gambar 1. Current Value Stream Mapping

144
Analisis Masalah Untuk Menentukan Minimasi Waste Pada Proses Produksi di PT. XYZ

Dari perhitungan di atas dapat diketahui selalu terjadi saat proses produksi sedang
bahwa persentase value added time (VA) berlangsung.
hanya sebesar 49,64% dari total waktu Dari Tabel 2 dapat diketahui bahwa
keseluruhan yaitu 3355,09 menit dalam proses terdapat 4 jenis waste yang menghambat
produksi baja slab, dan persentase non value lancarnya proses produksi baja slab. Waste
added time (NVA) sebesar 3404,39 menit. tersebut antara lain defect, over production,
Lamanya proses produksi tersebut dikarenakan waiting dan unnecessary motion. Waste defect
waktu tunggu dan waktu inspeksi tidak bisa banyak ditemukan pada saat proses inspeksi
dipastikan dan berbeda untuk setiap baja slab. berlangsung, yang diakibatkan oleh salah
pengaturan komposisi bahan atau grade yang
3.3 Identifikasi Waste dan Masalah ditentukan sesuai dengan pesanan, kemudian
Menggunakan 7 Waste, 5W+1H dan terdapat beberapa masalah di bagian alatnya,
Diagram Fishbone, Pemilihan Tools seperti pada tundish yaitu level tundish kurang
Dengan Value Stream Analysis Tools dari suhu yang ditentukan dan tidak memakai
(VALSAT), dan Pembuatan Process dum & weir, pada pouring tube terdapat bagian
Activity Mapping (PAM) yang patah/bocor/retak, dan pada shroud
Pada sub bab ini disajikan perhitungan dan terjadi proses casting tanpa argon/shroud dan
analisis identifikasi waste dan masalah posisi yang gantung/bocor/miring.
menggunakan 7 Waste dan 5W+1H, Waste over production terjadi karena
perhitungan dan analisis pemilihan tools produksi yang berlebihan, yang juga
dengan value stream analysis tools disebabkan oleh salah pengaturan komposisi
(VALSAT), dan perhitungan dan analisis bahan atau grade yang ditentukan yang sesuai
process activity mapping (PAM). dengan pesanan dikarenakan pesanan tidak pas
dengan kapasitas produksi dan material yang
Waste dapat didefinisikan sebagai segala
disediakan tidak sesuai dengan target pesanan.
aktivitas kerja yang tidak memberikan nilai Waste waiting terjadi karena jarak pada
tambah dalam proses transformasi input beberapa antar proses lumayan jauh sehingga
menjadi output sepanjang value stream. Untuk beberapa proses perlu menunggu cukup lama
mendapatkan informasi mengenai pemborosan untuk diproses contohnya yaitu pada proses
yang terjadi pada proses produksi dilakukan preparation dan proses casting. Selain itu
identifikasi pengamatan langsung terhadap faktor-faktor seperti umur mesin (sparepart
proses value stream pembuatan baja slab yang obsolete, tundish bocor/tidak bisa dikontrol,
meliputi setiap proses kerja dalam pembuatan terjadinya breakdown), sering terjadinya
baja slab dan setiap stasiun kerja dalam hal ini breakdown pada mesin dan baja cair cepat
adalah tempat kerja (lingkungan kerja) membeku menyebabkan waktu tunggu proses
sepanjang value stream pembuatan produk, selanjutnya semakin lama.
kemudian dari identifikasi pemborosan Waste unnecessary motion terjadi karena
dilakukan pemberian skor dan pemberian operator masih banyak melakukan gerakan
ranking dari setiap pemborosan. Pemberian yang tidak perlu, seperti pada proses charging
skor dan ranking untuk setiap pemborosan masih banyak ditemukan proses yang
dilihat berdasarkan tingkat intensitas dijalankan kemudian dimatikan dalam rentang
munculnya pemborosan tersebut. Skor 1 waktu yang singkat, kemudian juga lupa SOP,
menunjukkan bahwa pemborosan tersebut salah pencet tombol, kurangnya motivasi kerja,
jarang / hampir tidak pernah terjadi, skor 2 suhu panas dan kebisingan.
menunjukkan bahwa pemborosan tersebut
sesekali terjadi, dan skor 3 menunjukkan
bahwa pemborosan tersebut sering / hampir
145
Teknoin Vol. 26, No. 2, September 2020: 141-153

Tabel 2. Identifikasi 7 Pemborosan


No Pemborosan Skor Rank Bobot
1 Over Production 2 2 30%
2 Defect 3 1 40%
3 Unnecessary Inventory 0 6 0
4 Innapropriate Processing 0 6 0
5 Excessive Transportation 0 6 0
6 Waiting 1 4 15%
7 Unnecessary Motion 1 4 15%
Total 7 100%

Gambar 2. Diagram Fishbone Defect

Gambar 3. Diagram Fishbone Over Production

Gambar 4. Diagram Fishbone Waiting

Gambar 5. Diagram Fishbone Unnecessary


Motion
146
Analisis Masalah Untuk Menentukan Minimasi Waste Pada Proses Produksi di PT. XYZ

Tabel 3. 5W+1H
Masalah What When Where Who Why How
Tidak ada standarisasi Terdapat beberapa Juli Casting process Production team Jika kondisi pouring tube Standarisasi waktu
lifetime pouring tube bagian di pouring tube 2019 baik, maka baja cair tidak penggunaan maksimum
yang ditemukan patah / akan ada yang tumpah yang
bocor / retak kemudian menjadi slag
Tidak ada standarisasi Terdapat level tundish Juli Casting process Production team Jika kondisi tundish baik, Standarisasi waktu
lifetime dan kurang dari suhu yang 2019 maka baja cair tidak akan penggunaan maksimum
penggunaan tundish ditentukan dan masih ada yang tumpah yang dan alat yang
terjadinya proses kemudian menjadi slag digunakan
menuang tanpa memakai
dum & weir
Pesanan tidak sesuai Produksi tidak sesuai Juli Preparation Production team Jika produksi sesuai maka Pengecekan ulang
dengan kapasitas dengan pengaturan 2019 & Marketing waktu tunggu pelanggan terhadap jenis pesanan
produksi komposisi pesanan team juga semakin cepat, biaya sebelum dimulainya
produksi lebih murah, dan proses produksi
dapat menekan biaya
Mesin tidak bekerja Terdapat beberapa mesin Juli Selama proses All team Jika mesin dapat bekerja Revitalisasi dan
secara optimal yang sparepart nya 2019 produksi secara optimal maka dapat pengecekan berkala
obsolete / tundish bocor / mengurangi kebocoran baja terhadap mesin-mesin
tidak bisa dikontrol / cair dan menghemat biaya yang digunakan
terjadinya breakdown produksi
Proses produksi tidak Terdapat beberapa Juli Selama proses Production team Jika proses produksi dapat Melakukan pelatihan,
berjalan dengan proses yang dilakukan 2019 produksi berjalan sesuai dengan tes kesehatan, tes
semestinya karena secara berulang urutannya maka dapat psikologi terhadap
pekerja lupa SOP dikarenakan salah pencet menghemat biaya produksi pekerja dan memberi
tombol dan mengurangi risiko teguran jika melanggar
terjadinya scrap SOP
Suhu baja cair tidak Baja cair membeku, yang Juli Casting process Production team Jika suhu baja cair tidak Standarisasi waktu
terkontrol menyebabkan banyaknya 2019 cepat berubah maka proses penuangan maksimum
sequence pada concast produksi selanjutnya tidak
akan terhambat

Kemudian dilakukan juga analisis antara rata rata setiap tipe pemborosan hasil
identifikasi masalah menggunakan 5W+1H. identifikasi waste dengan nilai korelasi antara
Pada analisis ini lebih dijelaskan secara detail tools dengan waste yang terjadi sehingga
beberapa masalah yang sering terjadi selama diperoleh skor untuk setiap tools yang ada
proses produksi, yaitu tidak ada standarisasi pada VALSAT. Penentuan bobot dan ranking
lifetime pouring tube, tidak ada standarisasi dilihat berdasarkan skor yang ditentukan di 7
lifetime dan penggunaan tundish, pesanan Waste dikalikan tingkat intensitas masalah
tidak sesuai dengan kapasitas produksi, mesin tersebut muncul. Pada penelitian ini, terdapat 3
tidak bekerja secara optimal, proses produksi tingkat seberapa sering masalah muncul
tidak berjalan dengan semestinya karena (occurrence) dengan penilaian Low (skor 1),
pekerja lupa SOP, dan suhu baja cair tidak Medium (skor 3) dan High (skor 9).
terkontrol. Contoh perhitungan VALSAT sesuai
Setelah ditentukan jenis waste yang ada dengan tipe waste:
pada proses produksi baja slab, langkah Tipe waste
selanjutnya yaitu melakukan pemilihan tools = rata-rata waste × nilai korelasi Defect (QFM)
dengan value stream analysis tools =3×9
(VALSAT). Pemilihan tools ini dilakukan = 27
untuk memperoleh tools yang dapat secara Berdasarkan hasil perhitungan dengan
tepat menggambarkan aliran nilai yang terjadi menggunakan tabel VALSAT diperoleh
di lantai produksi perusahaan. Value stream peringkat matriks atau mapping yang bobotnya
analysis tools ini diperoleh dari hasil perkalian tertinggi yaitu Process Activity Mapping

147
Teknoin Vol. 26, No. 2, September 2020: 141-153

dengan total bobot 23 dan Quality Filter ini berguna untuk mengetahui seluruh value
Mapping dengan total bobot 20, dikarenakan stream activity dan berusaha untuk mengurangi
kedua tools tersebut mampu menjelaskan lebih aktivitas yang kurang penting dan
lanjut mengenai waste defect yang ada pada menyederhanakannya, sehingga dapat
proses produksi baja slab, yang kemudian mengurang waste. Dalam tool ini, aktivitas
dapat dijadikan acuan untuk mereduksi dikategorikan ke dalam beberapa tipe, yaitu
pemborosan yang ada pada proses produksi operation, transportation, inspection, storage,
baja slab. dan delay.
Selanjutnya dilakukan pembuatan process
activity mapping (PAM). Penggambaran peta

Tabel 4. Hasil Mapping Tools VALSAT


Mapping Tools
Waste Weight
PAM SCRM PVF QFM DAM DPA PS
Over Production 2 2 6 2 6 6
Waiting 1 9 9 1 3 3
Excessive Transportation 0 0 0
Innapropriate Processing 0 0 0 0 0
Unnecessary Inventory 0 0 0 0 0 0 0
Unnecessary Motion 1 9 1
Defect 3 3 18
Total 23 16 1 20 9 9 0

Tabel 5. Hasil Pemilihan Tools VALSAT


No VALSAT Bobot Ranking
1 Process Activity Mapping (PAM) 23 1
2 Supply Chain Response Matrix (SCRM) 16 3
3 Demand Amplification Mapping (DAM) 9 4
4 Decision Point Analysis (DPA) 9 4
5 Production Variety Funnel (PVF) 1 6
6 Quality Filter Mapping (QFM) 20 2
7 Physical Structure (PS) 0 7

Tabel 6. Process Activity Mapping


Machine Time Type of Activity
No. Step Flow People Comments
/ Facility (minutes) Operation Transport Inspect Store Delay
1 Preparation D EAF 24,78 O T I S D 1 Foreman per shift
Charging 1 Technician per
2 S EAF 243,56 T I S D shift
4 O 2 Melter per shift
3 Melting - Penetrasi O EAF 7,78 O T I S D
4 Melting - Melting Down O EAF 49,67 O T I S D
5 Tapping Process T EAF 12 O T I S D
Secondary Metallurgy 1 Foreman per shift
6 S LF-RH 100,12 3 O T I S D
Process 2 Operator per shift
Casting Process 1 Foreman per shift
7 O CCM 644,68 4 O T I S D
2 Caster per shift
Inspection - Cross 3 Observer per shift
8 I QC 60 O T I S D
Transfer 2 SP/ME Officer
9 Inspection - Cooling Bed I QC 2160 O T I S D per shift
10 Inspection - Scarfing I QC 37,5 O T I S D 6 Inspector per shift
17-18
Inspection - Grinding + 2 Foreman per shift
11 I QC 10 O T I S D
Penetraan 4-5 Outsourcing
Inspection - Loading Officer per shift
12 T QC 5 O T I S D
Truck
Total 3355,09 28-29 3 2 3 2 2
Operations 702,13 8
Value Adding 20,93% 28,07%

148
Analisis Masalah Untuk Menentukan Minimasi Waste Pada Proses Produksi di PT. XYZ

Tabel 7. Penjelasan Process Activity Mapping


No Aktivitas Jumlah aktivitas Total waktu
1 Operation 3 702,13
2 Transportation 2 17
3 Inspection 3 107,5
4 Storage 2 343,68
5 Delay 2 2184,78
Total 12 3355,09

Dari tabel 6 dan 7 dapat dilihat bahwa roughing mill yang di mana jika baja slab
aktivitas operation menghabiskan waktu paling tersebut ada cacat seperti bolong atau crack
banyak di antara aktivitas lainnya berdasarkan maka akan terlihat jelas dan baja slab yang
jumlah aktivitas, dan aktivitas delay cacat tersebut tidak bisa mengikuti proses
menghabiskan waktu paling banyak di antara selanjutnya. Sehingga pada produksi baja slab
aktivitas lainnya berdasarkan total waktu. Hal ini hanya bisa ditemukan kecacatan berupa non
tersebut disebabkan oleh beberapa faktor yang conformity.
diantaranya adalah jarak perpindahan yang Kecacatan non conformity pun terbagi
jauh, waktu tunggu minimal pada proses menjadi 2 (dua) jenis, yaitu down grade dan
cooling bed di proses inspeksi dan waktu reject/scrap.
persiapan beberapa alat tertentu. Pada jenis down grade, kecacatan yang
paling banyak ditemukan disebabkan oleh
3.4 Quality Filter Mapping (QFM) melakukan proses casting tanpa shroud dan
Pada sub bab ini disajikan perhitungan dan posisi ladle yang tidak sesuai saat menuang
analisis quality filter mapping (QFM). QFM baja cair. Hal ini terjadi dikarena umur mesin
merupakan tools untuk mengidentifikasi dan sparepart yang sudah tua dan sering
adanya masalah kualitas (cacat) yang terjadi terjadinya breakdown pada mesin.
sepanjang supply chain. Pada proses produksi Pada jenis reject/scrap, kecacatan yang
baja slab di PT. XYZ, baja slab yang paling banyak ditemukan disebabkan oleh
dikirimkan ke unit produksi selanjutnya ukuran baja slab yang tidak sesuai (out of
merupakan baja-baja slab yang sudah melewati length) dan terdapat retakan memanjang
proses inspeksi dan mempunyai defect rate (longitudinal crack) pada permukaan baja slab.
sebesar 0%, dikarenakan pada proses produksi Hal ini terjadi karena salah pengaturan
selanjutnya, baja slab akan melewati proses komposisi pada bahan atau grade.

Gambar 2. QFM Down Grade Gambar 3. QFM Reject/Scrap

149
Teknoin Vol. 26, No. 2, September 2020: 141-153

3.5 Diagram Fishbone tindakan perbaikan secara terus-menerus sesuai


Pada sub bab ini disajikan identifikasi dan dengan prioritas yang telah diusulkan, maka
analisis diagram fishbone. Diagram fishbone pada masa yang akan datang pemborosan-
merupakan suatu alat visual untuk pemborosan tersebut bisa dikurangi. Untuk
mengidentifikasi, mengeksplorasi, dan secara perhitungan RPN diperoleh dari perkalian
grafik menggambarkan secara detail semua antara severity × occurrence × detection yang
penyebab yang berhubungan dengan suatu diperoleh dari identifikasi langsung pada lantai
permasalahan. Pada proses produksi baja slab produksi.
terdapat beberapa pemborosan (waste) yang
terjadi. Pemborosan (waste) tersebut akan
diidentifikasi penyebab dan akibat yang
ditimbukan dari sebab tersebut, sehingga
mempermudah dalam perbaikan pada proses
produksi baja slab.
Penyebab munculnya waste defect yaitu
pada tundish terdapat level tundish kurang dari
suhu yang ditentukan dan tidak memakai dum
& weir, pada pouring tube terdapat bagian Gambar 4. Diagram Fishbone Defect
yang patah/bocor/retak, dan pada shroud
terjadi proses casting tanpa argon/shroud dan
posisi yang gantung/bocor/miring, serta salah
pengaturan komposisi pada bahan atau grade.
Penyebab munculnya waste
overproduction yaitu pesanan tidak pas dengan
kapasitas produksi dan material yang
disediakan tidak sesuai dengan target pesanan.
Penyebab munculnya waste waiting adalah
umur mesin (sparepart obsolete, tundish Gambar 5. Diagram Fishbone Over Production
bocor/tidak bisa dikontrol, terjadinya
breakdown) dan baja cair membeku.
Penyebab munculnya waste
unnecessary motion adalah lupa SOP, salah
pencet tombol, kurangnya motivasi kerja, suhu
panas dan kebisingan.

3.6 Rekomendasi Perbaikan Waste Dengan Gambar 6 . Diagram Fishbone Waiting


Failure Mode and Effect Analysis
(FMEA)
Pada sub bab ini disajikan perhitungan dan
analisis rekomendasi perbaikan waste dengan
failure mode and effect analysis (FMEA) dan
future value stream mapping (FVSM).
FMEA digunakan sebagai teknik evaluasi
tingkat kehandalan untuk menentukan efek
dari kegagalan sistem atau jenis pemborosan.
Dari perhitungan RPN dapat dibuat Gambar 7. Diagram Fishbone Unnecessary
prioritas dan diharapkan dengan melakukan Motion
150
Analisis Masalah Untuk Menentukan Minimasi Waste Pada Proses Produksi di PT. XYZ

Tabel 7. Failure Mode and Effect Analysis


Failure (pemborosan) Prioritas ke- S O D RPN Usulan Perbaikan
Melakukan revitalisasi dan pengecekan berkala
terhadap mesin-mesin yang digunakan
Melakukan re-check antara Divisi Marketing
Defect 1 8 10 1 80
dengan Divisi PPC terkait dengan grade /
spesifikasi yang diinginkan konsumen sebelum
melakukan proses produksi
Melakukan re-check antara Divisi Marketing
dengan Divisi PPC terkait dengan grade /
Over Production 2 7 5 2 70
spesifikasi yang diinginkan konsumen sebelum
melakukan proses produksi
Melakukan revitalisasi dan pengecekan berkala
terhadap mesin-mesin yang digunakan
Waiting 3 1 5 8 40 Membuat penjadwalan produksi yang teratur
sesuai dengan grade / spesifikasi yang sesuai
dengan pesanan
Melakukan pelatihan yang cukup pada para
tenaga kerja
Unnecessary Motion 4 1 4 9 36
Melakukan tes kesehatan dan tes psikologi
secara berkala pada para tenaga kerja
5 1 3 10 30 Melakukan perbaikan jadwal pemesanan bahan
Unnecessary Inventory
baku
Melakukan pelatihan yang cukup pada para
tenaga kerja
Innapropriate Processing 6 1 2 10 20
Melakukan peneguran terhadap tenaga kerja
yang tidak mematuhi SOP dengan baik
Excessive Transportation 7 1 1 10 10 Melakukan pembaharuan alat transportasi untuk
memindahkan barang

PRODUCTION ACTIVITY
SLAB STEEL PLANT

Customer /
BF / DR
HSM

Shipment

Inventory Plant Stock

Secondary Inspection -
Preparation Charging Melting - Melting Tapping Process Casting Process Inspection - Cross Inspection - Inspection - Loading Truck
Melting - Penetrasi Metallurgy Grinding +
Down Transfer Cooling Bed Scarfing
Process Penetraan
4 4 4 4 17
4 4 18 17 18
3 17

CT = 24.78 CT = 243.56 CT = 7.78 CT = 49.67 CT = 12 CT = 100.12 CT = 644.68 CT = 60 CT = 2160 CT = 37.5 CT = 5


CT = 10
1 Shift 1 Shift 1 Shift 1 Shift 1 Shift 1 Shift 2 Shifts 1 Shift 3 Shifts 1 Shift 1 Shift
1 Shift
q = 1 slab q = 1 slab q = 1 slab q = 1 slab q = 1 slab q = 1 slab q = 1 slab q = 1 slab q = 1 slab q = 1 slab q = 1 slab
q = 1 slab

2880 20,23 4.5 3.89 5.10 20.23 360 10 15 15 10 10 NVA = 3353,97

24.78 243.56 7.78 49.67 12 100.12 644.68 60 2160 37.5 10 5 VA = 3355.09

Gambar 8. Future Value Stream Mapping (FVSM)


151
Teknoin Vol. 26, No. 2, September 2020: 141-153

Contoh perhitungan RPN: Usulan perbaikan yang dapat dilakukan


Defect yaitu dengan melakukan revitalisasi dan
=S×O×D pengecekan berkala terhadap mesin-mesin
= 8 × 10 × 1 yang digunakan, melakukan re-check antara
= 80 Divisi Marketing dengan Divisi PPC terkait
dengan grade/spesifikasi yang diinginkan
konsumen sebelum melakukan proses
Over Production produksi, membuat penjadwalan produksi
=S×O×D yang teratur sesuai dengan grade/spesifikasi
=7×5×2 yang sesuai dengan pesanan, dan melakukan
= 70 pelatihan yang cukup pada para tenaga kerja.
Selain itu perlu dilakukan standarisasi waktu
Langkah terakhir yaitu membuat Future penggunaan maksimum pada pouring tube,
Value Stream Mapping (FVSM). FVSM standarisasi waktu penggunaan maksimum
merupakan pemetaan kondisi perusahaan di dan alat yang digunakan pada tundish, dan
masa mendatang sebagai usulan rancangan standarisasi waktu penuangan maksimum
pada baja cair sehingga dapat mengurangi
perbaikan dari current state map yang ada
waste yang kemudian dapat mengurangi
(Fariz et al, 2013). Berdasarkan hasil biaya produksi.
identifikasi waste dan penentuan akar Untuk penelitian selanjutnya dapat
permasalahan dengan menggunakan 5W+1H mempertimbangkan untuk membuat usulan
kemudian dilakukan perubahan cara kerja mengenai standarisasi pada penggunaan alat-
pada setiap proses yang mengalami alat tertentu dan mesin-mesin yang pada
pemborosan karena terjadi pekerjaan berulang proses produksi baja slab.
serta inventory work in process.
Daftar Pustaka
Amrizal, A. (2009). Peningkatan Kualitas
4. Kesimpulan
dan Efisiensi Layanan Bis Kampus
Waste yang teridentifikasi berdasarkan
Universitas Indonesia Menggunakan
value stream mapping dan fishbone diagram
Analisi Value Stream Mapping. Skripsi
yang terdapat selama proses produksi
Fakultas Teknik Universitas Indonesia.
berlangsung ada 4 (empat) jenis, yaitu defect,
Fernando, Y. (2014). Optimasi Lini Produksi
over production, waiting dan unnecessary
Dengan Value Stream Mapping Dan
motion.
Value Stream Analysis Tools. Online
Berdasarkan hasil perbaikan yang
Journals of Universitas Muhammadiyah
ditemukan dari 5W+1H, Failure Mode and
Surakarta, 125-133.
Effect Analysis (FMEA) dan Future Value
Ford Motor Company. (1992). World Wide
Stream Mapping (FVSM), didapatkan hasil
Potential Failure Mode and Effect
pengurangan waktu pada kegiatan
Analysis, System – Design – Process
Preparation ke Charging yang sebelumnya
Hand Book.
25,45 menit berubah menjadi 20,23 menit;
Gasperz, V. (2007). Lean Six Sigma for
pada kegiatan Tapping Process ke Secondary
Manufacturing and Service Industries.
Metallurgy Process yang sebelumnya 25,45
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
menit berubah menjadi 20,23 menit; dan pada
Harsono R. H. (2010). Usulan Perbaikan
kegiatan Secondary Metallurgy Process ke
Untuk Mengurangi Waste Pada Proses
Casting Process yang sebelumnya 400 menit
Produksi Dengan Metoda Lean
menjadi 360 menit. Pengurangan waktu ini
Manufacturing (Studi Kasus di PT PLN
membuat nilai non value added berkurang
(Persero) Jasa dan Produksi, Unit
dari 3404,39 menit menjadi 3353,97 menit,
Produksi Bandung). Proceeding Seminar
atau berkurang sebanyak 1,48%.

152
Analisis Masalah Untuk Menentukan Minimasi Waste Pada Proses Produksi di PT. XYZ

Nasional IV Manajemen & Rekayasa Roger, A. (2007). Lean Six Sigma Toolkit
Kualitas, 400-408. Lean Overview. Seattle: Expedia Inc.
Hidayat, R. (2013). Penerapan Lean Rother, M., & Shook, J. (1999). Learning to
Manufacturing Dengan Metode VSM dan See: Value Stream Mapping to Add
FMEA Untuk Mengurangi Waste Pada Value and Eliminate MUDA (foreword
Produk Plywood. Jurnal Rekayasa & by Jim Womack and Dan Jones). Boston:
Manajemen Sistem Industri, 1032-1043. Lean Enterprise Institute.
Hines, P., & Taylor, D. (2000). Going Lean. Soeparman, S. (2013). Minimasi Waste
Cardiff: Lean Enterprise Research Centre Untuk Perbaikan Proses Produksi
Cardiff Business School. Kantong Kemasan Dengan Pendekatan
J. Allen, C. Robinson, & D. Stewart. (2001). Lean Manufacturing. Journal of
Lean Manufacturing: A Plant Floor Engineering and Management in
Guide. Lexington: Total Systems Industrial System, 8-13.
Development, Inc. Utama, D. (2016). Identifikasi Waste Pada
Liker, Jeffery K. (2006). The Toyota Way: 14 Proses Produksi Key Set Clarinet
Prinsip Manajemen Dari Perusahaan Dengan Pendekatan Lean
Manufaktur Terhebat di Dunia Manufacturing. Online Journals of
(diterjemahkan oleh Gina Gania). Jakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta,
Penerbit Erlangga. 36-46.
Mastan, G. J. (2015). Value Stream Mapping:
A Case Study of Fastener Industry. IOSR
Journal of Mechanical and Civil
Engineering (IOSR-JMCE), Vol.12,
No.5, 7-10.
Musthofa, S. (2014). Pendekatan Lean
Manufacturing Untuk Mereduksi Waste
Menggunakan Value Stream Mapping
(Studi Kasus Pada PT X Bangil
Pasuruan). Brawijaya Knowledge
Garden, 337-347.
Osada, T. (2002). Seri Manajemen No. 160:
Sikap Kerja 5S. Jakarta: Penerbit PPM.
Prayogo, T. (2013). Identifikasi Waste
Dengan Menggunakan Value Stream
Mapping Di Gudang PT. XYZ.
Publication of Petra Christian
University, Vol.1, No.2, 119-126.
Rahani, M. (2012). Production Flow Analysis
Through Value Stream Mapping: A Lean
Manufacturing Process Case Study.
International Symposium on Robotics
and Intelligent Sensors 2012 (IRIS 2012),
1727-1734.
Ristyowati, T. (2017). Minimasi Waste Pada
Aktivitas Proses Produksi Dengan
Konsep Lean Manufacturing (Studi
Kasus di PT. Sport Glove Indonesia).
Journal Online UPN Veteran
Yogyakarta, 85-96.

153

You might also like