You are on page 1of 6

KHUTBAH JUM’AT[1]

25 Agustus 2023/08 Shafar 1445 H


SABAR: PENGERTIAN, MACAM DAN KEUTAMAANNYA
Khutbah I
ُ،‫نلمكلُْا‬ ‫امتلْ ُا ل‬ ُ ُ‫نكم‬
‫ل‬ َ ،ُ‫لاوُةُ لصلاو‬ ‫بُادبأُو‬ ‫وجوملُا زُأ‬ ُ‫دمْل ُا‬
ُ‫ناسحإب ُمهعبت‬، ‫هشأُو‬ ‫بحصو ُلآُ مُو‬ ُ ‫ناند‬، ‫ُو‬
‫ع‬ ُ‫و ُديس‬ ُ‫مُم ُ انديس‬
ُ،ُ‫نكملاُو‬
َ ‫ُ يمسْلاُنع ُهزـنملُا ا زلاوُةهْلاُو‬ َُ‫يش‬ ُ ‫ا ُإلُ إُ ُه دح‬ ُ‫ن ُأ‬
ُ‫و‬
ُ،ُ‫كَُيَّلُا قلخُُ نآرقلا‬ ُ‫وُسروُهدبُعادمُم ُانديس‬ ‫أُدهشأو‬
ُ‫ُ كُم ُف‬ ‫ئاقلُا‬ ‫يدقلُا‬ ‫علُا‬ ‫ُا ىوقتُب‬ ‫فنُو‬ ‫ن‬
ُ ‫دعبُ امأ كيصوُأ‬، ‫إُف‬
)24ُ:‫عنفُمتَبصُامبُمكيلُع قُع الاُبُ ُ(دعرلا‬ ‫هباتك‬:ُُ‫لس‬

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,


Dari atas mimbar khatib berwasiat kepada kita semua, terutama
kepada diri khatib pribadi, untuk senantiasa berusaha meningkatkan
kualitas keimanan dan ketakwaan kepada Allah subhanahu wa ta’ala
dengan cara melaksanakan semua kewajiban dan menjauhkan diri dari
seluruh yang diharamkan.
Kaum Muslimin yang berbahagia,
Sabar adalah adat kebiasaan para nabi dan rasul. Sabar merupakan
permata yang menghiasi kehidupan para wali. Sabar adalah mutiara bagi
orang-orang shalih dan cahaya penerang bagi siapa pun yang ingin
menapaki jalan menuju kebahagiaan abadi di akhirat.
Menurut Imam al-Ghazali, kata sabar dan berbagai kata turunannya
disebutkan di lebih dari tujuh puluh tempat dalam al-Qur’an. Di antaranya
adalah firman Allah ta’ala:
)96ُ:‫لحَلا(ُنولمعُياونَكُامُنسحأُب‬ ُ‫يَّلاُ هرجُأاوَبص‬ ‫يزجَلو‬

[1]
Oleh al-faqir Nur Rohmad, Katib Syuriyah MWCNU Dawarblandong, Mojokerto dan Pengasuh
Majelis Ilmu & Dzikir NURUL FALAH, Dawarblandong, Mojokerto. No. wa: 081515785373
1
Maknanya: “... Dan Kami pasti akan memberi balasan kepada orang yang
sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan”
(QS an-Nahl: 96)
Juga firman Allah ta’ala:
)24ُ:‫ب (دعرلا‬
ُ ‫تَبصُامُبمكيل ُع لس عنُف قُع الُا‬
Maknanya: “Selamat sejahtera atasmu karena kesabaranmu. Maka
alangkah nikmatnya tempat kesudahan itu” (QS ar-Ra’d: 24)
Hadirin rahimakumullah,
Seseorang yang memiliki sifat sabar bukan berarti ia pengecut,
putus asa dan lemah dalam berucap, bertindak dan mengambil
keputusan. Sabar hakikatnya adalah menahan diri dan memaksanya
untuk menanggung sesuatu yang tidak disukainya, dan berpisah dengan
sesuatu yang disenanginya.
Sabar yang merupakan salah satu kewajiban hati ada tiga macam,
yaitu:
Pertama, Sabar dalam menjalankan ketaatan yang Allah wajibkan.
Pada pagi hari yang suhu udarannya sangat dingin, misalkan, kita
diwajibkan bersabar dalam melaksanakan perintah Allah. Kita paksa diri
kita untuk menahan dinginnya udara guna mengambil air wudlu. Pada
pagi hari juga, saat tidur adalah sesuatu yang disenangi nafsu kita, kita
tahan keinginan nafsu itu, dan kita paksa diri kita untuk menjalankan
ibadah shalat Shubuh. Kita lakukan itu semua semata-mata mengharap
ridla Allah ta’ala. Inilah yang disebut dengan sabar dalam menjalankan
ketaatan yang diwajibkan oleh Allah ta’ala.
Kedua, Sabar dalam menahan diri untuk tidak melakukan segala
yang Allah haramkan.
Nafsu manusia pada umumnya menyenangi hal-hal yang dilarang
oleh Allah. Barang siapa yang menjauhkan dirinya dari kemaksiatan
dengan niat memenuhi perintah Allah, maka pahalanya sangat agung.
Para ulama mengatakan bahwa meninggalkan satu kemaksiatan itu lebih
utama daripada melakukan seribu kesunnahan. Karena meninggalkan
kemaksiatan hukumnya wajib. Sedangkan melakukan kesunnahan
hukumnya sunnah. Tentu yang wajib lebih utama daripada yang sunnah.
Bahkan sebagian ulama mengatakan bahwa barang siapa yang menjaga
pandangan matanya dari aurat-aurat perempuan yang tidak halal
baginya, maka pahalanya lebih besar dibandingkan melakukan seribu
raka’at shalat sunnah. Hal itu dikarenakan sabar dalam meninggalkan
2
perkara haram menuntut perjuangan yang luar biasa berat. Yaitu
perjuangan melawan syetan yang selalu menghiasi kemaksiatan seakan-
akan ia sangat indah dan mempesona. Dan perjuangan melawan hawa
nafsu yang seringkali mengajak manusia tenggelam dalam dosa dan
keburukan.
Ketiga, Sabar dalamُmenghadapi musibah yang menimpa.
Musibah jika dihadapi dengan sabar akan meninggikan derajat atau
menghapus dosa. Musibah banyak macamnya. Perlakukan buruk orang
lain pada kita adalah musibah. Begitu juga penyakit yang kita derita,
kemiskinan, kecelakaan, kemalingan, kehilangan harta benda, kebakaran,
dan lain sebagainya.
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
ُُُ ُ ُ ‫زح ُ ى أ‬ ُُُ ُُُ ‫ن‬ ُ ‫ُلُا‬ ‫ي ُ ُام‬
) ‫ُه اُي اُ( ا ُلاُها‬ ُ‫ا‬ ‫ب ُ ُا‬ ُ‫ا‬،ُ‫إ‬ ‫لا‬ ‫ا يُة‬
Maknanya: “Tidaklah seorang muslim tertimpa keletihan, penyakit,
kekhawatiran, kesedihan, perlakuan buruk orang lain, dan kesusahan,
bahkan duri yang melukainya, melainkan dengan sebab hal-hal itu Allah
akan menghapus dosa-dosanya.” (HR al-Bukhari).
Dalam hadits lain, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
) ‫ُاُه ا‬ ‫ُ نُ ُ( ا‬ ُ‫ُي‬ ُ‫ب‬ ُ ‫اُ ي‬
‫ا‬
Maknanya: “Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan pada dirinya,
maka Allah akan menimpakan musibah kepadanya” (HR al-Bukhari).
Jadi orang yang dikehendaki baik oleh Allah, ia akan ditimpa
musibah dan diberi kekuatan oleh Allah untuk bersikap sabar dalam
menanggung dan menghadapi musibah yang menimpanya.
Sabar dalam menghadapi musibahُ artinya musibah yang menimpa
tidak menjadikan seseorang melakukan sesuatu yang dilarang dan
diharamkan oleh Allah. Seseorang yang ditimpa kemiskinan, misalkan,
jika kemiskinan yang menimpanya tidak menyebabkannya mencari harta
dengan jalan mencuri, merampok, korupsi dan perbuatan-perbuatan lain
yang diharamkan oleh Allah, maka artinya ia telah bersikap sabar dalam
menghadapi musibah kemiskinan yang menimpanya.
Hadirin yang mudah-mudahan dirahmati Allah,

3
Musibah yang menimpa, terkadang tidak hanya menyebabkan
seseorang melakukan perbuatan haram. Bahkan lebih dari itu, terkadang
menjadikannya melakukan atau mengucapkan perkataan yang
menjerumuskannya pada kekufuran. Hal itu seperti orang yang ketika
anggota keluarganya meninggal dunia, ia mengatakan bahwa Allah
zhalim, Allah tidak adil, Allah bukan tuhan yang berhak disembah, dan
perkataan lain yang membatalkan keislaman dan keimanannya. Na’udzu
billah min dzalik. Hal yang demikian wajib kita hindari.
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Seseorang yang memahami ilmu agama dengan baik dan
memegangteguh ajaran Islam sebagaimana mestinya, maka musibah
yang menimpanya tidak akan menambahkan kepadanya kecuali sikap
sabar dan peningkatan ibadah kepada Allah. Bahkan para wali Allah,
kegembiraan mereka atas bala’ dan musibah yang menimpa mereka lebih
besar daripada kegembiraan mereka atas kelapangan hidup dan keluasan
rezeki yang dianugerahkan kepada mereka. Oleh karena itu, sebagian
kaum shufi mengatakan:
ُ‫ا ا ُل ُا أ ُ ا ي ُلُا‬
‫ُي‬
“Datangnya berbagai musibah adalah hari raya bagi para pencari
kebahagiaan di akhirat.”
Mereka menganggap bahwa musibah yang menimpa adalah hari raya
bagi mereka. Dengan itu, musibah akan meningkatkan ketaatan dan
ibadah mereka kepada Allah ta’ala.
Dalam sebuah hadits, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallamُ
bersabda:
ُ (ُ ُ‫ُ ني‬ ُُ‫ل‬
ُ ‫لُا‬ ُ ، ُ‫ت ي‬ ‫اُي ُن ُا ُ اُ ا ُ ُث‬ ُ‫ب‬ ‫ا ُا‬
‫هُ ا‬ ‫ُث‬
)‫ا‬ ‫ُ ُأ‬ ُ ‫ت‬
‫لا‬
Maknanya: “Manusia yang paling berat ujian dan musibahnya adalah para
nabi, kemudian orang-orang yang di bawah derajat mereka, kemudian
orang-orang yang di bawah derajat mereka. Seseorang diuji berdasarkan
sekuat apa ia pegangteguh agamanya” (HR at-Tirmidzi, Ahmad dan
lainnya)
4
Catatan: Jika waktunya mencukupi, silahkan ditambah dengan dua
cerita dalam catatan kaki berikut ini.2
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Demikian khutbah singkat pada siang hari yang penuh keberkahan
ini. Semoga bermanfaat dan membawa barakah bagi kita semua. Amin.
ُ. ‫يحرلُا‬ ‫وفغلُا ُه‬ ‫مكلُو‬،‫هورفغتساُف‬،ُ‫ُ نإ‬ ‫ُ اُ فغتسأُواذ‬ ‫وقأ وُق‬

Khutbah II
‫ُُآ‬ ‫َفطصملُا‬، ‫ُو‬ ُ‫مُم ُ انديس‬ ُ‫َفكُو ملسأُو ل‬، ‫صأُو‬ ُ‫دمْلا‬
ُُ‫ل انديس‬
ُ ، ‫أُ هشأُو‬ َُ‫يش‬ ُ ‫ا ُإلُ إُ ُه دح‬ ُ‫أ‬ ‫افولُا‬. ‫هشُأ‬ ‫هأ ُهباحصأو‬
ُ‫و‬
ُ.ُ ‫لوسروُهدُبُعادمُم‬
ُ‫يظعلُا ُلعلا‬ ‫ُا ىوقتُب‬ ُ‫دعُب امأ‬، ُ‫نوملسملُا اهيُأ ايف‬، ‫فنُو ُمكيصوُأ‬ ُ
ُ‫يركلا‬ ‫يبُن‬ ُ‫لسلاُو ةُ لصلاب‬ ‫ميظُع‬، ‫كرمُأ‬ ‫مأُب ُمكرمُأ‬ ‫اُ أُ اوملعاو‬

[2]
Cerita pertama: Diceritakan bahwa ada seorang yang shalih, kedua tangannya terpotong,
kedua kakinya terpotong dan kedua matanya buta. Ia juga terjangkit suatu penyakit yang menggerogoti
beberapa angggota tubuhnya. Anggota-anggota tubuhnya yang terkena penyakit itu menjadi menghitam
lalu berjatuhan dan berguguran. Tidak ada satu pun yang mau merawatnya. Ia dibuang di jalanan. Banyak
serangga yang mengerubungi kepalanya dan menggigitnya. Namun apa daya. Ia tidak punya tangan untuk
menjauhkan dirinya dari serangga-serangga itu. Ia juga tidak punya kaki untuk bergerak dan berpindah
dari tempat duduknya. Suatu ketika, beberapa orang melewatinya. Ketika melihat orang shalih tersebut,
mereka mengatakan: Subhanallah, alangkah tabah dan sabarnya laki-laki ini. Mendengar perkataan
mereka, orang shalih itu kemudian mengatakan:
‫اُر ُب ا ُوُ بُ ُب اُعَُ ُ دُ دُ ُز ُاامُ ُ يُ ُف ُ اُب‬،ُ‫دُ ُم ُ ي اُُ لُ ُق ُُع ُ ا ُلُو ُاُع ا دُ بُ ُو ُاُر ُكاُذ ُ ُا ُ ُلإ‬
‫ُإ‬ ‫اُب‬،ُ ‫ُء‬ ُ‫ل‬ ‫ُء‬ ُ
“Segala puji bagi Allah yang telah menjadikan hatiku khusyu’, lisanku berdzikir, dan badanku bersabar
atas musibah. Ya Tuhanku, seandainya Engkau menimpakan kepadaku musibah seberat apa pun, tidaklah
aku bertambah kepada-Mu kecuali rasa cinta.”
Cerita kedua: Suatu ketika, datang seorang perempuan ke hadapan Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam dengan tujuan agar beliau berkenan memperistri putrinya. Perempuan itu memuji putrinya di
hadapan beliau dengan mengatakan bahwa putrinya sangat cantik jelita dan memiliki kesehatan yang
sempurna. Bahkan sakit kepala pun tidak pernah ia rasakan. Rasulullah lantas menjawab:
ُ ُ‫ل ُُ ُةجُُ ا‬
‫هُيُف‬
“Saya tidak membutuhkannya, saya tidak mau menikahinya.” ‫ا‬
Kenapa Rasulullah menolak tawaran itu? Karena beliau mengetahui bahwa seseorang yang
berlimpah kesenangan di dunia dan tidak pernah ditimpa musibah, maka ia adalah orang yang sedikit
kebaikannya di akhirat. Seseorang yang Allah kehendaki kebaikan pada dirinya, maka Allah akan
menimpakan pada dirinya berbagai musibah di dunia.

5
‫يلعُاولصُاونمآُ اوملسُوُ‬ ‫يَّلُااهيأُايُ‪،‬بَلاُ‬ ‫ولصيُ‬ ‫تكئلمُو‬ ‫اقف ‪:‬اُ إُ‬
‫يلصُ امكُ انديُسُ‬ ‫مُم ُ انديسُ‬ ‫عو ُ‬
‫مُم ُ انديسُ آ ُ َ‬ ‫لُ‬ ‫هللُا ‪،‬اميلست ُ‬
‫ُ‬
‫َع ُ‬ ‫ُص‬
‫مُم ُ انديسُ آُ امُ‬ ‫و ُدمُم ُ انديسُ‬ ‫يهاربإُ انديسُ كرابوُ ُ‬ ‫يهاربُ آ ُ َ‬
‫عُو‬
‫ُك‬ ‫إ‬
‫ح ديمَُُ‪ُ.‬‬
‫ي ُ‬ ‫نإُ‬ ‫ميهاربإُ انديسُ لُ آُ‪ ُ،‬ملاعلاُ‬ ‫ُو يهاربإُ انديسُ‬ ‫تكرابُ‬
‫فُ‬
‫ايحلُْا هنمُ تاوملْاُو‪ُ،‬‬ ‫انمؤملاوُينمؤملاُو‬ ‫املسملاوُيملسمللُ‬ ‫فغُا‬ ‫هللا‬
‫ُ‬
‫ويسلاوُ‬ ‫ل او ُ‬ ‫كنملاُو‬ ‫اشحفلاوُ‬ ‫لغلاُو ابولاوُ‬ ‫للُا انعُ‬ ‫فدُا للهما‬
‫موُ‬ ‫صاخُ اذهُ انلَُب‬ ‫مُ ‪،‬نطبُ اموُ اهنمُ‬ ‫هظُ امُ ‪،‬نحملاوُ‬ ‫ئادشلاُو‬ ‫فلتخملا‬
‫ك يدقُ‬
‫ُ َش ُ ُ‬ ‫نإُ‪،‬ةمعَُ‬ ‫ملسملُا‬ ‫الَب‬
‫ُع ُ‬ ‫نيُو ُبرقلُا يذُ‬ ‫إو ُناسحلْاُو‬
‫اتي ُ‬ ‫مأيُ دعلاُب‬ ‫اُ إُ ‪،‬للُا ُدابع‬
‫يظعلاُ‬ ‫وركذُت ‪ .‬اُ اوركذاُف‬ ‫كلعُل‬ ‫غلاُو‪ ،‬كظعُي‬ ‫ءاشحفلاُ كنملاوُ‬
‫بَك ُأللاُركَّلوُمكركذيُ‪.‬‬

‫‪Ustadz Nur Rohmad, Anggota Tim Aswaja NU Center PWNU Jawa Timur‬‬
‫‪dan Ketua Bidang Hukum dan Peribadatan, Pengurus Daerah DMI (Dewan‬‬
‫‪Masjid Indonesia) Kab. Mojokerto, Tinggal di Dawarblandong, Mojokerto‬‬

‫‪6‬‬

You might also like