You are on page 1of 65

DOKUMEN

SASARAN KESELAMATAN PASIEN (SKP)


DALAM STARKES

Dr.dr.Sutoto,M.Kes,FISQua
CURICULUM VITAE: DR.Dr.Sutoto,M.Kes,FISQua

• Ketua Eksekutif KARS (Komisi Akreditasi Rumah Sakit Seluruh


Indonesia),
PENGALAMAN OTGANISASI:
• Pernah menjabat sebagai: Board Member of ASQua (Asia
Society for Quality in Health Care),Anggota Komite Nasional
Keselamatan Pasien Rumah Sakit Kemenkes R.I. ; Dewan
Pembina MKEK IDI Pusat. Dewan Pembina AIPNI PUSAT
• Ketua Perhimpunan Rumah sakit seluruh Indonesia Periode
tahun 2009-2012 dan 2012-2015, Direktur Utama RSUP
Fatmawati Jakarta, Direktur Utama RS Kanker Dharmais Pusat
Kanker Nasional, Direktur RSUD Banyumas, serta Plt Dirjen
Pelayanan Medis Kementerian Kesehatan R.I thn 2010
PENDIDIKAN:
1.SI dan Dokter Fakultas Kedokteran Univ Diponegoro
2.SII Magister Manajemen RS Univ. Gajahmada
3.S III Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Jakarta
(Cumlaude)
4. Fellowship Internasional
KARS
ISQua
STANDAR SKP 1

• Rumah sakit menerapkan proses untuk


menjamin ketepatan identifikasi pasien
Elemen Penilaian SKP 1 Instrumen Penilaian KARS Skor
1) Rumah sakit telah menetapkan regulasi terkait R Regulasi tentang penetapan sasaran keselamatan pasien: 10 TL
Sasaran keselamatan pasien meliputi poin 1 – 6 1. Mengidentifikasi pasien dengan benar; - -
pada gambaran umum. 2. Meningkatkan komunikasi yang efektif; 0 TT
3. Meningkatkan keamanan obat-obatan yang harus diwaspadai;
4. Memastikan sisi yang benar, prosedur yang benar, pasien yang
benar pada pembedahan/tindakan invasif;
5. Mengurangi risiko infeksi akibat perawatan kesehatan; dan
6. Mengurangi risiko cedera pasien akibat jatuh.
2) Rumah sakit telah menerapkan proses D Bukti pelaksanaan tentang identitas pasien dengan minimal 10 TL
identifikasi pasien menggunakan minimal 2 menggunakan 2 (dua) dari 4 (empat)identitas: 5 TS
(dua) identitas, dapat memenuhi tujuan 1) nama pasien sesuai KTP-el 0 TT
identifikasi pasien dan sesuai dengan 2) tanggal lahir
ketentuan rumah sakit. 3) nomor Rekam Medis
4) nomor induk kependudukan
W
• Staf unit pelayanan
• Staf klinis
• Pasien/keluarga
Elemen Penilaian SKP 1 Telusur Skor
1) Pasien telah diidentifikasi O Lihat pelaksanaan identifikasi pasien dengan minimal menggunakan 2 (dua) 10 TL
menggunakan minimal dua jenis identitas; nama pasien sesuai KTP-el dan tanggal lahir pada saat; 5 TS
identitas meliputi poin 1) - 4) dalam 1) melakukan tindakan intervensi/terapi (misalnya pemberian obat, 0 TT
maksud dan tujuan. pemberian darah atau produk darah, melakukan terapi radiasi);
2) melakukan tindakan (misalnya memasang jalur intravena atau
hemodialisis);
3) sebelum tindakan diagnostik apa pun (misalnya mengambil darah dan
spesimen lain untuk pemeriksaan laboratorium penunjang, atau sebelum
melakukan kateterisasi jantung ataupun tindakan radiologi diagnostik); dan
4) menyajikan makanan pasien

W • Staf klinis
• Pasien/keluarga
S
Peragaan pelaksanaan identifikasi pasien
1) Rumah sakit memastikan pasien D • Bukti pelaksanaan identifikasi pada pasien koma, bayi baru lahir dan pada 10 TL
teridentifikasi dengan tepat pada saat terjadi darurat bencana 5 TS
situasi khusus, dan penggunaan label 0 TT
KARS

IDENTITAS PASIEN
1. Nama pasien dalam KTP- el
2. Tanggal lahir
3. Nomer rekam medis
4. N.I.K. Nomer Induk
Kependudukan
• GELANG IDENTITAS
• Biru: Laki Laki
• Pink: Perempuan
• GELANG PENANDA:
• Merah: Alergi
• Kuning: Risiko Jatuh
• Ungu : Do Not Resucitate

10
1. Secara verbal: Tanyakan nama dan tgl
lahir pasien, untuk pasien yg tidak
menggunakan gelang identitias misal
pasien rawat jalan
2. Secara visual: Lihat ke gelang pasien dua
dari empat identitas, (nama dan tgl
lahir) cocokkan dengan perintah dokter,
untuk pasien yg bergelang identitas,
contoh pasien rawat inap.
11
PASIEN DI IDENTIFIKASI MENGGUNAKAN MINIMAL
DUA JENIS IDENTITAS PADA SAAT:
• a) melakukan tindakan intervensi/terapi (misalnya
pemberian obat, pemberian darah atau produk darah,
melakukan terapi radiasi);
• b) melakukan tindakan (misalnya memasang jalur
intravena atau hemodialisis);
• c) sebelum tindakan diagnostik apa pun (misalnya
mengambil darah dan spesimen lain untuk
pemeriksaan laboratorium penunjang, atau sebelum
melakukan kateterisasi jantung ataupun tindakan
radiologi diagnostik); dan
• d) menyajikan makanan pasien.

KARS
Standar SKP 2

• Rumah sakit menerapkan proses untuk


meningkatkan efektivitas komunikasi
lisan dan/atau telepon di antara para
profesional pemberi asuhan (PPA), proses
pelaporan hasil kritis pada pemeriksaan
diagnostic termasuk POCT dan proses
komunikasi saat serah terima (hand over).

KARS
Elemen Penilaian SKP 2 Instrumen Penilaian KARS Skor
1) Rumah sakit telah menerapkan komunikasi saat D Bukti dokumen the read-back process 10 TL
menerima instruksi melalui telepon: • Bukti pesan melalui lewat telpon ditulis 5 TS
menulis/menginput ke komputer - membacakan lengkap, dibaca ulang oleh penerima pesan, 0 TT
- konfirmasi kembali” (writedown, read back, dan dikonfirmasi oleh pemberi
confirmation dan SBAR saat melaporkan kondisi pesan(tulbakon).
pasien kepada DPJP serta di dokumentasikan • Bukti dokumentasi pelaksanaan pelaporan
dalam rekam medik. dengan metode SBAR
W
• DPJP
• PPJA/Staf Perawat
• Staf klinis lainnya

S Peragaan proses penerimaan pesan secara


verbal atau verbal lewat telpon
Elemen Penilaian SKP 2 Instrumen Penilaian KARS Skor
1) Rumah sakit telah menerapkan komunikasi saat D Bukti dokumen berupa; 10 TL
pelaporan hasil kritis pemeriksaan penunjang 1) Hasil nilai kritis yang dilaporkan 5 TS
diagnostic melalui telepon: menulis/menginput ke 2) Pencatatan pesan yang disampaikan pada penyampaian hasil 0 TT
komputer – membacakan – konfirmasi kembali” pemeriksaaan diagnostik, dan bukti konfirmasi
(writedown, read back, confirmation dan di W
dokumentasikan dalam rekam medik. • DPJP
• PPJA/Staf Perawat
• Staf klinis lainnya
S
Peragaan penyampaian hasil pemeriksaan diagnostik
2) Rumah sakit telah menerapkan komunikasi saat serah D Bukti formulir serah terima, memuat alat, metode serah terima pasien 10 TL
terima sesuai dengan jenis serah terima meliputi poin (operan/hand over); 5 TS
1) - 3) dalam maksud dan tujuan. 1) antara PPA 0 TT
2) antara unit perawatan yang berbeda di dalam rumah sakit
3) dari ruang perawatan pasien ke unit layanan diagnostik seperti radiologi
atau fisioterapi.

W • DPJP
• PPJA/Staf Perawat
• Staf klinis lainnya
KOMUNIKASI DIANGGAP
EFEKTIF BILA:

• TEPAT WAKTU,
• AKURAT,
• LENGKAP,
• JELAS, DAN
• DIPAHAMI OLEH
RESIPIEN/PENERIMA PESAN
Dr DPJP

LAPORAN KONDISI PASIEN TERKINI


(dapat dgn SBAR/ISOBAR.SOAP)
Memberikan Instruksi
pengobatan/tindakan

The read- back process


(TULBAKON)

Dr Jaga/Perawat
SUTOTO KARS
22

(TULBAKON)
▪ ISI PERINTAH
1. Tulis Lengkap ▪ NAMA LENGKAP DAN TANDA TANGAN
PEMBERI PERINTAH
2. Baca Ulang- Eja untuk ▪ NAMA LENGKAP DAN TANDA TANGAN
NORUM/LASA PENERIMA PERINTAH
▪ TANGGAL DAN JAM
3. Konfirmasi→lisan dan tanda
tangan

Sutoto.KARS
CONTOH FORMULIR CATATAN LENGKAP PERINTAH LISAN/MELALUI
TELEPON/PELAPORAN HASIL PEMERIKSAAN KRITIS

• Identitas PasIen

NO TGL/ ISI PERINTAH NAMA NAMA PELAKSANA KETERANGAN


PENERIMA PEMBERI PERINTAH
JAM
PERINTAH PERINTAH (NAMA DAN
(TANDA (TANDA TANDA
TANGAN) TANGAN) TANGAN)

Sutoto.KARS 23
CONTOH KEBIJAKAN PELAPORAN HASIL PEMERIKSAAN KRITIS
• Proses pelaporan hasil pemeriksaan/tes dikembangkan RS untuk
pengelolaan hasil kritis dari tes diagnostik untuk menyediakan
pedoman bagi para praktisi untuk meminta dan menerima hasil
tes pada keadaan gawat darurat.
• Pada pasien rawat inap pelaporan hasil kritis dapat dilaporkan
melalui perawat yang akan meneruskan laporan kepada DPJP
yang meminta pemeriksaan.
• Rentang waktu pelaporan hasil kritis ditentukan kurang dari 30
menit sejak hasil di verifikasi oleh PPA yang berwenang di unit
pemeriksaan penunjang diagnostik.

Sutoto.KARS 24
CONTOH HASIL PEMERIKSAAN KRITIS LAB YANG WAJIB DILAPORKAN SEGERA
SERAH TERIMA ASUHAN PASIEN
(HAND OVER)
• a) antara PPA (misalnya, antar dokter, dari
dokter ke perawat, antar perawat, dan
seterusnya);
• b) antara unit perawatan yang berbeda di
dalam rumah sakit (misalnya saat pasien
dipindahkan dari ruang perawatan intensif
ke ruang perawatan atau dari instalasi
gawat darurat ke ruang operasi; dan
• c) dari ruang perawatan pasien ke unit
layanan diagnostik seperti radiologi atau
fisioterapi.
METODA SERAH TERIMA ASUHAN PASIEN
1. TERTULIS (WRITTEN)
2. VERBAL
3. DIREKAM (RECORDED)
4. DI SAMPING PASIEN (BEDSITE)
CONTOH BERBAGAI FORMULIR SERAH TERIMA (HAND OVER)
SBAR
SBAR
A Communication Technique for Today's Healthcare Professional

I INTRODUCTION INDIVIDU YANG TERLIBAT DALAM HANDOFF


MEMPERKENALKAN DIRI, PERAN DAN TUGAS ,
PROFESI
S SITUATION KOMPLAIN, DIAGNOSIS, RENCANA PERAWATAN
DAN KEINGINAN DAN KEBUTUHAN PASIEN

B BACKGROUND TANDA-TANDA VITAL, STATUS MENTAL , DAFTAR


OBAT-OBATAN DAN HASIL LAB
A ASSESSMENT PENILAIAN SITUASI SAAT INI OLEH PROVIDER
R REKOMENDATION MENGIDENTIFIKASI HASIL LAB YG TERTUNDA
DAN APA YANG PERLU DILAKUKAN SELAMA
BEBERAPA JAM BERIKUTNYA DAN REKOMENDASI
LAIN UNTUK PERAWATAN
Q/A QUESTION N KESEMPATAN BAGI TANYA-JAWAB DALAM
ANSWER PROSES HANDOFF
MENINGKATKAN KEAMANAN OBAT YANG PERLU
DIWASPADAI (HIGH ALERT MEDICATIONS)
• Standar SKP 3

• Rumah sakit menerapkan proses untuk


meningkatkan keamanan penggunaan obat
yang memerlukan kewaspadaan tinggi (high
alert medication) termasuk obat Look - Alike
Sound Alike (LASA).
Elemen Penilaian SKP 3 Instrumen Penilaian KARS Skor
1) Rumah sakit menetapkan daftar R Regulasi tentang daftar obat yang perlu diwaspadai. Sesuai regulasi RS 10 TL
obat kewaspadaan tinggi (High Daftar disusun berdasarkan kelompok 5 TS
Alert) termasuk obat Look -Alike • Obat berisiko tinggi (High Risk (misal obat sitostatika, dll) 0 TT
Sound Alike (LASA). • Obat LASA/Norum
• Elektrolit konsentrasi tinggi
O
Lihat pelaksanaan penggunaan daftar obat di unit terkait

• PPA
W
• Staf unit pelayanan (Apoteker/TTK)
• Staf klinis

2) Rumah sakit menerapkan D Bukti pelaksanaan tentang penyediaan, penyimpanan, penataan, penyiapan dan 10 TL
pengelolaan obat kewaspadaan penggunaan obat yang perlu diwaspadai 5 TS
tinggi (High Alert) termasuk obat (High Alert) termasuk obat berisiko tinggi (high risk), obat Look -Alike Sound 0 TT
Look -Alike Sound Alike (LASA) Alike (LASA) sesuai regulasi RS
secara seragam di seluruh area
rumah sakit untuk mengurangi W • Apoteker/TTK
risiko dan cedera • PPJA dan staf perawat
• Staf klinis
3) Rumah sakit mengevaluasi D Bukti pelaksanaan evaluasi dan daftar obat High-Alert dan 10 TL
dan memperbaharui obat Look -Alike Sound Alike (LASA) yang sekurang-kurangnya 5 TS
daftar obat High-Alert dan 1 (satu) tahun 0 TT
obat Look -Alike Sound- W
Alike (LASA) yang • Apoteker/TTK
sekurang-kurangnya 1 • PPJA dan staf perawat
(satu) tahun sekali • Staf klinis
berdasarkan laporan
insiden lokal, nasional dan
internasional.
Elemen Penilaian SKP 3.1 Instrumen Penilaian KARS Skor
1) Rumah sakit menerapkan proses D Bukti tentang daftar elektrolit konsentrat dan elektrolit dengan konsentrasi tertentu yang 10 TL
penyimpanan elektrolit konsentrat dan dapat disimpan diluar instalasi farmasi sesuai regulasi RS 5 TS
elektrolit dengan konsentrasi tertentu 0 TT
hanya di Instalasi Farmasi, kecuali di unit O Lihat pelaksanaan tempat penyimpanan
pelayanan dengan pertimbangan klinis
untuk mengurangi risiko dan cedera pada W PPA
penggunaan elektrolit konsentrat. • Staf unit pelayanan (Apoteker/TTK)
2) Penyimpanan elektrolit konsentrat dan D Bukti tentang daftar sediaan elektrolit konsentrat dan elektrolit dengan konsentrasi 10 TL
elektrolit dengan konsentrasi tertentu di tertentu yang dapat disimpan diluar instalasi farmasi untuk situasi (kondisi pasien 5 TS
luar Instalasi Farmasi diperbolehkan gawat/pasien kritis) sesuai regulasi RS 0 TT
hanya dalam untuk situasi yang
ditentukan sesuai dalam maksud dan O Lihat tempat penyimpanan sediaan elektrolit konsentrat diluar farmasi untuk situasi
tujuan. tertentu

W • PPA
• Staf unit pelayanan (Apoteker/TTK)
3) Rumah sakit menetapkan dan D Bukti ada protokol koreksi hipokalemia,hiponatremia,hipofosfatemia. 10 TL
menerapkan protokol koreksi 5 TS
hipokalemia, hiponatremia, O Bukti penerapan protocol koreksi hipokalemia, hiponatremia,hipofosfatemia sesuai 0 TT
hipofosfatemia. regulasi RS
W Apoteker
• Staf klinis
OBAT YANG PERLU DIWASPADAI:
• a) Obat risiko tinggi, yaitu obat yang dapat menimbulkan kematian
atau kecacatan bila terjadi kesalahan (error) dalam penggunaannya
(contoh: insulin, heparin atau sitostatika).

• b) Obat : Nama Obat Rupa dan Ucapan Mirip/NORUM, atau Look


Alike Sound Alike/LASA)

• C) Elektrolit konsentrat contoh: kalium klorida dengan konsentrasi


sama atau lebih dari 1 mEq/ml, natrium klorida dengan konsentrasi
lebih dari 0,9% dan magnesium sulfat injeksi dengan konsentrasi
sama atau lebih dari 50%
CONTOH
KEBIJAKAN PENANGANAN OBAT HIGH ALERT
• DEFINISI:
• Obat berisiko tinggi yang menyebabkan bahaya yang bermakna bila digunakan secara salah
• KETENTUAN :
1. Setiap unit yan obat harus tersedia daftar obat high alert, Obat LASA, Elektrolit
Konsentrat, Elektrolit dg konsentrasi tertentu serta panduan penata laksanaan obat high
alert
2. Setiap staf klinis terkait harus tahu penata laksanaan obat high alert
3. Obat high alert harus disimpan DIBAWAH TANGGUNG JAWAB FARMASIS , terpisah, akses
terbatas, diberi label yang jelas
4. Instruksi lisan obat high alert hanya boleh dalam keadaan emergensi, atau nama obat
harus di eja perhuruf
5. Sebelum menyuntikkan obat high alert setelah cek 5 tepat, lanjutkan dengan double
check. HIGH
ALERT
Sutoto.KARS 42
CONTOH KEBIJAKAN PENYIMPANAN OBAT HIGH ALERT DI INSTALASI
FARMASI
1. Tempelkan stiker obat high alert pada setiap dos obat
2. Beri stiker high alert pada setiap ampul obat high alert yang akan diserahkan kepada perawat
3. Pisahkan obat high alert dengan obat lain dalam kontainer/ rak tersendiri/khusus
4. Simpan obat sitostatika secara terpisah dari obat lainnya
5. Simpan Obat Narkotika secara terpisah dalam lemari terkunci double,setiap pengeluaran harus
diketahui oleh penanggung jawabnya dan dicatat, setiap ganti sif harus tercatat dalam buku
serah terima lengkap dengan jumlahnya dan di tanda tangani
6. Sebelum perawat memberikan obat high alert cek kepada perawat lain untuk memastikan tak
ada salah (double check)
7. Obat high alert dalam infus: cek selalu kecepatan dan ketepatan pompa infus, tempel stiker label,
HIGH
nama obat pada botol infus. Dan di isi dengan catatan sesuai ketentuan ALERT

Sutoto.KARS 43
CONTOH LASA (LOOK ALIKE SOUND ALIKE)
NORUM ( NAMA OBAT RUPA MIRIP)
• hidraALAzine ▪ hidrOXYzine
• ceREBYx ▪ ceLEBRex
• vinBLASTine ▪ vinCRIStine
• chlorproPAMIDE ▪ chlorproMAZINE
• glipiZIde
▪ glYBURIde
• DAUNOrubicine
▪ dOXOrubicine

Sutoto.KARS 44
DOSIS BERTINGKAT LASA

Sutoto.KARS 46
LOOK ALIKE
LASA

Sutoto.KARS 47
ELEKTROLIT KONSENTRAT

1. Kalium/potasium klorida = > 2 mEq/ml


2. Kalium/potasium fosfat => 3 mmol/ml
3. Natrium/sodium klorida > 0.9% !
4. Magnesium sulfat : => 50% atau lebih HIGH
pekat ALERT

Sutoto.KARS 48
STANDAR SKP 4

• Rumah sakit menetapkan proses


untuk melaksanakan verifikasi pra
operasi, penandaan lokasi operasi
dan proses time-out yang
dilaksanakan sesaat sebelum
tindakan pembedahan/invasif
dimulai serta proses sign-out yang
dilakukan setelah tindakan selesai.
Elemen Penilaian SKP 4 Instrumen Penilaian KARS Skor
1) Rumah sakit telah melaksanakan proses verifikasi pra D Bukti adanya daftar tilik verifikasi pra operasi dan 10 TL
operasi dengan daftar tilik untuk memastikan benar bukti pelaksanaannya yang memuat, benar pasien, 5 TS
pasien, benar tindakan dan benar sisi. benar tindakan dan benar sisi 0 TT

Bukti verifikasi pra operasi telah dilaksanakan


O
Staf klinis

W
2) Rumah sakit telah menetapkan dan menerapkan tanda 10 TL
yang seragam, mudah dikenali dan tidak bermakna O Bukti menerapkan penandaan lokasi operasi yang 5 TS
ganda untuk mengidentifikasi sisi operasi atau seragam sesuai regulasi 0 TT
tindakan invasif.
DPJP
W
Elemen Penilaian SKP 4 Instrumen Penilaian KARS Skor
1) Rumah sakit telah menerapkan penandaan sisi O Bukti pelaksanaan penandaan lokasi operasi atau tindakan invasif 10 TL
lokasi operasi atau tindakan invasif (site (site marking) dilakukan oleh dokter operator/dokter asisten 5 TS
marking) dilakukan oleh dokter yang melakukan operasi atau tindakan invasif dengan melibatkan 0 TT
operator/dokter asisten yang melakukan pasien bila memungkinkan.
operasi atau tindakan invasif dengan
melibatkan pasien bila memungkinkan. W • DPJP
• Pasien/keluarga

1) Rumah sakit telah menerapkan proses Time- D Bukti penerapan proses Time-Out menggunakan “surgical check 10 TL
Out menggunakan “surgical check list” (Surgical list” (Surgical Safety Checklist) dari WHO terkini pada tindakan 5 TS
Safety Checklist) dari WHO terkini pada operasi termasuk tindakan medis invasif. 0 TT
tindakan operasi termasuk tindakan medis
invasif. O Lihat form surgical safety check list

W • DPJP
• Tim operasi
SIGN IN TIME OUT SIGN OUT

Sutoto.KARS 60
PANDUAN SIGN IN
SEBELUM INDUKSI ANESTESI:
1. Identifikasi pasien, prosedur, informed consent sudah dicek ?
2. Sisi operasi sudah ditandai ?
3. Mesin anestesi dan obat-obatan lengkap ?
4. pulse oxymeter terpasang dan berfungsi ?
5. Allergi ?
6. Kemungkinan kesulitan jalan nafas atau aspirasi
7. Risiko kehilangandarah >= 500ml

Sutoto.KARS 61
PANDUAN TIME OUT
SEBELUM INSISI KULIT (TIME-OUT):
1. Konfirmasi anggota tim (nama dan peran)
2. Konfirmasi nama pasien , prosedur dan lokasi incisi
3. Antibiotik propillaksi sdh diberikan dalam 60 menit
sebelumnya
4. Antisipasi kejadian kritis:
1. Dr Bedah: apa langkah, berapa lama, kmk
blood lost ?
2. Dr anestesi: apa ada patients spesific corcern ?
3. Perawat : Sterilitas , instrumen ?
5. Imaging yg diperlukan sdh dipasang ?

Sutoto.KARS 62
PANDUAN
SEBELUM PASIEN MENINGGALKAN
KAMAR OPERASI (SIGN OUT)

1. Perawat melakukan konfirmasi secara


verbal, bersama dr dan anestesi
1. Nama prosedur,
2. Instrumen, gas verband, jarum
dihitung harus lengkap
3. Speciment telah di beri label
identitas
4. Apa ada masalah peralatan yang
harus ditangani
2. Dokter kpd perawat dan anestesi, apa
yang harus diperhatikan dalam recovery
dan manajemen pasien

Sutoto.KARS 63
KARS
Standar SKP 5

• Rumah sakit menerapkan kebersihan


tangan (hand hygiene) untuk menurunkan
risiko infeksi terkait layanan kesehatan.
Elemen Penilaian SKP 5 Instrumen Penilaian KARS Skor
1) Rumah sakit telah menerapkan kebersihan tangan O Bukti penerapan kebersihan tangan (hand hygiene) di 10 TL
(hand hygiene) yang mengacu pada standar WHO seluruh rumah sakit termasuk: 5 TS
terkini. • kelengkapan fasilitas hand hygiene 0 TT
• Pelaksanaan hand hygiene secara konsisten oleh
staf
W
Staf RS
S
Peragaan kebersihan tangan tangan
2) Terdapat proses evaluasi terhadap pelaksanaan D Bukti pelaksanaan evaluasi terhadap program 10 TL
program kebersihan tangan di rumah sakit serta kebersihan tangan di rumah sakit serta upaya 5 TS
upaya perbaikan yang dilakukan untuk meningkatkan perbaikan yang dilakukan 0 TT
pelaksanaan program.
W • Komite/Tim PMKP
• Komite/Tim PPI
• IPCN
• PCLN
ANGKA INFEKSI PELAYANAN KESEHATAN
YANG HARUS DIKUMPULKAN

1. Infeksi Saluran kemih terkait penggunaan kateter


2. Infeksi Luka/Daerah Operasi
3. Infeksi Saluran Pernapasan terkait penggunaan
ventilator
4. Infeksi aliran darah primer terkait pemasangan Central
Venous Pressure (CVP)
5. Infeksi aliran darah Perifer

PMK 27 Thn 2017 ttg PPI

KARS
Contoh: PENGGGUNAAN JEMBATAN KELEDAI, UNTUK MEMUDAHKAN MENGINGAT URUTAN
ENAM AREA DALAM HAND-WASH/RUB

TEPUNG SELACI PUPUT


LAMA CUCI TANGAN:
• TELAPAK TANGAN HAND RUB : 20-30 DETIK
HAND WASH 40-60 DETIK
• PUNGGUNG TANGAN
• SELA- SELA JARI
• PUNGGUNG JARI-JARI
(GERAKAN KUNCI)
• SEKELILING IBU JARI (PUTAR-
PUTAR)
• KUKU DAN UJUNG JARI
(PUTAR-PUTAR)
• Acknowledgement : WHO
World Alliance for Patient Safety
• Standar SKP 6
• Rumah sakit menerapkan
proses untuk mengurangi
risiko cedera pasien akibat
jatuh.
Elemen Penilaian SKP 6 Instrumen Penilaian KARS Skor
1) Rumah sakit telah melaksanakan skrining D Bukti pelaksanaan skrining pasien rawat jalan 10 TL
pasien rawat jalan pada kondisi, pada kondisi, diagnosis, situasi atau lokasi yang 5 TS
diagnosis, situasi atau lokasi yang dapat dapat menyebabkan pasien berisiko jatuh, 0 TT
menyebabkan pasien berisiko jatuh, dengan menggunakan alat bantu/metode
dengan menggunakan alat bantu/metode skrining yang ditetapkan rumah sakit
skrining yang ditetapkan rumah sakit
• PPJA
W • Staf klinis

2) Tindakan dan/atau intervensi dilakukan D Bukti pelaksanaan tindakan dan/atau 10 TL


untuk mengurangi risiko jatuh pada intervensi untuk mengurangi risiko jatuh 5 TS
pasien jika hasil skrining menunjukkan 0 TT
adanya risiko jatuh dan hasil skrining W • PPJA
serta intervensi didokumentasikan. • Staf klinis
• Pasien/keluarga
SKRINING RISIKO JATUH DI RAWAT JALAN MELIPUTI:
• A) KONDISI PASIEN MISALNYA PASIEN GERIATRI, DIZZINESS, VERTIGO, GANGGUAN
KESEIMBANGAN, GANGGUAN PENGLIHATAN, PENGGUNAAN OBAT, SEDASI, STATUS KESADARAN
DAN ATAU KEJIWAAN, KONSUMSI ALKOHOL.

• B) DIAGNOSIS, MISALNYA PASIEN DENGAN DIAGNOSIS PENYAKIT PARKINSON.

• C) SITUASI MISALNYA PASIEN YANG MENDAPATKAN SEDASI ATAU PASIEN DENGAN RIWAYAT
TIRAH BARING/PERAWATAN YANG LAMA YANG AKAN DIPINDAHKAN UNTUK PEMERIKSAAN
PENUNJANG DARI AMBULANS, PERUBAHAN POSISI AKAN MENINGKATKAN RISIKO JATUH.

• D) LOKASI MISALNYA AREA-AREA YANG BERISIKO PASIEN JATUH, YAITU:

• TANGGA

• RUANG DENGAN PENERANGANNYA KURANG

• UNIT PELAYANAN DENGAN PERALATAN PARALLEL BARS, FREESTANDING STAIRCASES


SEPERTI UNIT REHABILITASI MEDIS.

SEMUA PASIEN YANG MENGUNJUNGI LOKASI TERSEBUT AKAN DIANGGAP BERISIKO JATUH
DAN MENERAPKAN LANGKAH-LANGKAH UNTUK MENGURANGI RISIKO JATUH YANG
BERLAKU UNTUK SEMUA PASIEN.
SKRENING MANDIRI RAWAT JALAN

• Memakai pertanyaan skrining


sederhana dapat meliputi:
• a) Apakah Anda merasa tidak
stabil ketika berdiri atau
berjalan?
• b) Apakah Anda khawatir akan
jatuh?
• c) Apakah Anda pernah jatuh
dalam setahun terakhir?
• Rumah sakit dapat menentukan pasien rawat jalan mana yang akan dilakukan skrining risiko
jatuh. Misalnya,
• semua pasien di unit rehabilitasi medis,
• semua pasien dalam perawatan lama/tirah baring lama datang dengan ambulans untuk
pemeriksaan rawat jalan,
• pasien yang dijadwalkan untuk operasi rawat jalan dengan tindakan anestesi atau sedasi,
• pasien dengan gangguan keseimbangan,
• pasien dengan gangguan penglihatan,
Standar SKP 6.1
• Rumah sakit menerapkan proses
untuk mengurangi risiko cedera pasien
akibat jatuh di rawat inap.
Elemen Penilaian SKP 6.1 Instrumen Penilaian KARS Skor
1) Rumah sakit telah melakukan pengkajian D Bukti pelaksanaan pengkajian awal risiko jatuh untuk 10 TL
risiko jatuh untuk semua pasien rawat inap semua pasien rawat inap baik dewasa maupun anak 5 TS
baik dewasa maupun anak menggunakan menggunakan metode pengkajian yang baku sesuai 0 TT
metode pengkajian yang baku sesuai dengan dengan ketentuan rumah sakit.
ketentuan rumah sakit.
W • PPJA
• Staf klinis
• Pasien/keluarga
2) Rumah sakit telah melaksanakan pengkajian D Bukti pengkajian ulang risiko jatuh pada pasien 10 TL
ulang risiko jatuh pada pasien rawat inap rawat inap karena adanya perubahan kondisi, atau 5 TS
karena adanya perubahan kondisi, atau memang sudah mempunyai risiko jatuh dari hasil 0 TT
memang sudah mempunyai risiko jatuh dari pengkajian.
hasil pengkajian. W
• PPJA
• Staf klinis
• Pasien/keluarga
Elemen Penilaian SKP 6.1 Instrumen Penilaian KARS Skor
3. Tindakan dan/atau intervensi untuk D Bukti pelaksanaan Tindakan dan/atau 10 TL
mengurangi risiko jatuh pada pasien intervensi untuk mengurangi risiko jatuh pada 5 TS
rawat inap telah dilakukan dan pasien rawat inap telah dilakukan dan 0 TT
didokumentasikan. didokumentasikan.Lihat pelaksanaan langkah-
langkah mengurangi risiko jatuh (manajemen
w jatuh)

PPJA
Staf klinis
Pasien/keluarga
Sutoto.KARS 88
General Risk Humpty- CHAMPS Pediatric Fall
Assessment of Dumpty Scale- Pediatric Fall Risk
Pediatric Inpatient Risk Assessment
Inpatient Falls Assessment Scale
Pediatric (GRAF-PIF) Tool (PFRA)
Used at NCH
Patient Physical & All types of falls All types of falls All types of falls
Falls Scale physiological falls except when
(not child is
developmental) “dropped”
5 items 7 items 4 items 10 items
Scale 0 to 5+ Scale 7 to 23 Scale 0 to 4 Scale 0 to 30
Cut-off score = Cut-off score =
Cut-off score = 2 Cut-off score = 5
12 1

Sutoto.KARS 89
CONTOH: ASESMEN RISIKO JATUH
MORSE FALL SCALE (MFS)

Sutoto.KARS 90
SKALA RISIKO JATUH HUMPTY DUMPTY
PARAMETER KRITERIA NILAI SKOR

Usia  < 3 tahun 4


 3 – 7 tahun 3
 7 – 13 tahun 2
 ≥ 13 tahun 1
Jenis kelamin  Laki-laki 2
 Perempuan 1
Diagnosis  Diagnosis neurologi 4
 Perubahan oksigenasi (diagnosis respiratorik, dehidrasi, anemia, anoreksia, sinkop, pusing, dsb.) 3
 Gangguan perilaku / psikiatri
 Diagnosis lainnya 2
1
Gangguan kognitif  Tidak menyadari keterbatasan dirinya 3
 Lupa akan adanya keterbatasan 2
 Orientasi baik terhadap diri sendiri 1
Faktor lingkungan  Riwayat jatuh / bayi diletakkan di tempat tidur dewasa 4
 Pasien menggunakan alat bantu / bayi diletakkan dalam tempat tidur bayi / perabot rumah 3
 Pasien diletakkan di tempat tidur
 Area di luar rumah sakit 2
1
Respons terhadap:  Dalam 24 jam 3
1. Pembedahan/ sedasi / anestesi  Dalam 48 jam 2
 > 48 jam atau tidak menjalani pembedahan / sedasi/ anestesi 1
2. Penggunaan medikamentosa
 Penggunaan multipel: sedatif, obat hipnosis, barbiturat, fenotiazin, antidepresan, pencahar, diuretik, 3
narkose
 Penggunaan salah satu obat di atas 2
 Penggunaan medikasi lainnya / tidak ada medikasi 1 91
• Edmonson Psychiatric Fall Risk Assessment
Sutoto.KARS 93
Pedoman Pencegahan Pasien Resiko Jatuh
Dan Scor
Resiko Rendah Resiko Sedang Resiko Tinggi
Skor 0 - 5 Skor 6-13 Skor ≥14

1. Pastikan ‘bel’ mudah dijangkau 1. Lakukan langkah pencegahan untuk 1. Lakukan SEMUA langkah
resiko rendah pencegahan untuk resiko rendah
dan sedang

2. Roda tempat tidur pada posisi 2. Pasangkan gelang khusus (warna 2. Kunjungi dan monitor pasien
terkunci kuning) sebagai tanda resiko pasien setiap 1 jam
jatuh
3. Posisikan tempat tidur pada posisi 3. Tempatkan tanda resiko pasien jatuh 3. Tempatkan pasien di kamar yang
terendah pada daftar nama pasien (warna paling dekat dengan nurse station
kuning) (jika memungkinkan)

4. Pagar pengaman tempat tidur 4. Beri tanda resiko pasien jatuh pada
dinaikkan pintu kamar pasien
Patient safety/Group/2011 95
CONTOH LANGKAH PENCEGAHAN PASIEN RISIKO JATUH

1. Anjurkan pasien meminta bantuan yang diperlukan


2. Anjurkan pasien untuk memakai alas kaki anti slip
3. Sediakan kursi roda yang terkunci di samping tempat tidur
pasien
4. Pastikan bahwa jalur ke kamar kecil bebas dari hambatan
dan terang
5. Pastikan lorong bebas hambatan
6. Tempatkan alat bantu seperti walkers/tongkat dalam
jangkauan pasien
7. Pasang Bedside rel
8. Evaluasi kursi dan tinggi tempat tidur

Sutoto.KARS 96
CONTOH LANGKAH PENCEGAHAN PASIEN RISIKO JATUH

9. Pertimbangkan efek puncak obat yang diresepkan yang


mempengaruhi tingkat kesadaran, dan gait
10. Mengamati lingkungan untuk kondisi berpotensi tidak aman,
dan segera laporkan untuk perbaikan
11. Jangan biarkan pasien berisiko jatuh tanpa pengawasan saat
di daerah diagnostik atau terapi
12. Pastikan pasien yang diangkut dengan brandcard / tempat
tidur, posisi bedside rel dalam keadaan terpasang
13. Informasikan dan mendidik pasien dan / atau anggota
keluarga mengenai rencana perawatan untuk mencegah
jatuh
14. Berkolaborasi dengan pasien atau keluarga untuk
memberikan bantuan yang dibutuhkan dengan

Sutoto.KARS
SEKIAN
TERIMA KASIH

You might also like