You are on page 1of 56

PENGESAHAN

Modul
Praktikum Farmasetika

Revisi : 00
Tanggal : September 2023
Dikaji Ulang Oleh : Ketua Program Studi S1 Farmasi
Dikendalikan Oleh : Unit Kendali Mutu Fakultas
Disetujui Oleh : Dekan

No. Dokumen : Tanggal : September 2023


No. Revisi : 00 No. Hal : -
Disiapkan Oleh : Diperiksa Oleh : Disahkan Oleh :
Koordinator Praktikum Ka. Prodi S1 Farmasi Dekan

apt. Anna Pradiningsih, M.Sc. apt. Baiq Leny Nopitasari, M.Farm. apt. Nurul Qiyaam, M.Farm.Klin.
NIDN. 0430108803 NIDN. 0807119001 NIDN. 0827108402

ii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Robbil’alamin

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya dan menuntun kita mengarungi samudera ilmu-Nya yang tak terbataskan.
Shalawat dan salam kita curahkan kepada junjungan kita, qudwah kita, rasul semesta alam
Muhammad SAW hingga akhir zaman.
Buku Petunjuk Praktikum Farmasetika ini disusun sebagai alat bantu mahasiswa untuk
memudahkan dalam praktikum farmasetika. Praktikum Farmasetika ini secara garis besar
bertujuan untuk melatih calon sarjana farmasi dalam mengabdikan ilmu dan keahliannya dalam
peracikan obat, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Oleh
karena itu, setelah mengikuti praktikum dan menyelesaikan materi praktikum ini, mahasiswa
diharapkan dapat terampil dalam menjalankan peracikan dan pencampuran perbekalan farmasi
berdasarkan formula standar dan resep menjadi macam-macam bentuk sediaan: padat dan semi
padat.
Buku ini telah disusun dengan segala kelebihan dan kekurangannya, untuk itu kami
mohon kritik dan saran dari para pembaca untuk mengembangkan buku petunjuk praktikum
ini. Kami mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan
kontribusi dalam penyusunan buku ini, sehingga dapat tersusun dengan baik. Terimakasih
kepada semua pihak yang membantu dalam penerbitan buku petunjuk praktikum ini.
Mataram, September 2023

Tim Penyusun

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................. i


LEMBAR PENGESAHAN ................................................................... ii
KATA PENGANTAR ........................................................................... iii
DAFTAR ISI ......................................................................................... iv
VISI DAN MISI .................................................................................... v
CAPAIAN PEMBELAJARAN ............................................................. vi
TATA TERTIB PRAKTIKUM............................................................. vii
FORMAT LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA .................... xi
PETUNJUK PRAKTIKUM FARMASETIKA..................................... xiii
JADWAL PRAKTIKUM ...................................................................... xvii
PENGENALAN LABORATORIUM ................................................... 1
PENGENALAN RESEP ....................................................................... 9
PENGENALAN PERHITUNGAN DOSIS .......................................... 18
PRAKTIKUM 1 .................................................................................... 25
PRAKTIKUM 2 .................................................................................... 27
PRAKTIKUM 3 .................................................................................... 30
PRAKTIKUM 4 .................................................................................... 34
PRAKTIKUM 5 .................................................................................... 37
DAFTAR PUSTAKA............................................................................ 39

iv
VISI DAN MISI PROGRAM STUDI S1 FARMASI

VISI

Menjadi program studi sarjana farmasi islami, mandiri, unggul, berdaya saing di kawasan
ASEAN, dan professional dalam bidang ilmu kefarmasian khususnya pengembangan obat
herbal berbasis kearifan lokal suku Sasambo pada tahun 2028.

MISI

1. Menyelenggarakan dan mengembangkan proses pembelajaran dalam bidang ilmu


kefarmasian berbasis capaian pembelajaran (Outcome-based Education/OBE).
2. Mengembangkan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat di bidang ilmu
kefarmasian khususnya pengembangan obat herbal berbasis kearifan lokal suku Sasambo
yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat dalam meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat.
3. Menumbuhkan karakter civitas akademika yang beriman, bertakwa dan berakhlak mulia
melalui pendidikan Al-Islam dan Kemuhammadiyahan.
4. Mengembangkan kerjasama dengan mitra dalam bidang kefarmasian.
5. Menyelenggarakan program studi farmasi yang berkualitas dan professional serta
berwawasan enterpreneurship di bidang pengembangan obat herbal berbasis kearifan lokal
suku Sasambo.

v
CAPAIAN PEMBELAJARAN

S02 : Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dalam menjalankan tugas berdasarkan


agama, moral, dan etik

S09 : Menunjukkan sikap bertanggungjawab atas pekerjaan di bidang keahliannya secara


mandiri

P03 : Menguasai konsep penyiapan sediaan farmasi dan alat kesehatan yang aman,
efektif, stabil dan bermutu sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi
kefarmasian

KU01 : Mampu menerapkan pemikiran logis, kritis, sistematis dan inovatif dalam konteks
pengembangan atau implementasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang
memperhatikan dan menerapkan nilai humaniora yang sesuai dengan bidang
keahliannya
KU02 : Mampu menunjukan kinerja mandiri, bermutu dan terukur

KK02 : Mampu melakukan pelayanan kefarmasian dengan menerapkan siklus dispensing


dengan baik dan benar

vi
TATA TERTIB PRAKTIKUM
A. Peraturan Umum
1. Peserta praktikum adalah mahasiswa yang telah mendaftarkan dirinya dan mengisi Kartu
Rencana Studi, serta dianggap telah mampu mengikuti praktikum (melalui pre test)
2. Praktikum dilakukan seminggu sekali atau dua kali dengan waktu 3 jam.
3. Praktikum harus diikuti penuh. Apabila dua kali tidak mengikuti praktikum tanpa alasan
dianggap mengundurkan diri.
4. Praktikan yang berhalangan mengikuti praktikum diwajibkan memberi keterangan
tertulis yang sah dan diberikan kepada dosen yang bersangkutan selambat-lambatnya
sebelum praktikum dimulai.
B. Presensi Praktikum
1. Praktikan diwajibkan datang 10 menit sebelum praktikum dimulai untuk mengisi daftar
hadir.
2. Mengumpulkan laporan BAB I – IV untuk praktikum hari H dan menyelesaikan laporan
setelah selesai praktikum dihari yang sama sampai daftar pustaka. Format laporan lihat
halaman 11.
3. Keterlambatan praktikan tanpa alasan yang jelas berakibat tidak diperkenankan mengikuti
praktikum.
C. Pelaksanaan Praktikum
Pelaksanaan praktikum dengan total 16 kali pertemuan di Laboratorium Compounding dan
Dispensing Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Mataram. Sebelum
praktikum diadakan pretes dan tutorial praktikum pada masing-masing materi praktikum.
Pretes dinyatakan lulus dan berhak mengikuti praktikum jika mendapatkan nilai minimal 60.
Bagi mahasiswa yang nilai pretest tidak memenuhi standar, jika waktu masih tersedia dapat
mengulang pretest dengan ketentuan dan syarat yang ditetapkan dosen pendamping
praktikum. Seluruh acara praktikum tidak berlaku inhal di kelas lain
D. Penilaian Praktikum
a. Penilaian harian oleh masing-masing dosen meliputi: pretest, praktikum, postes, dan
tugas pada masing-masing tutorial.
b. Laporan praktikum : ditulis tangan di lembar double folio bergaris sesuai format
c. Responsi akhir/Ujian Praktek

vii
E. Tata Tertib Selama Praktikum
1. Praktikan harus hadir 10 menit sebelum praktikum dimulai
2. Praktikan harus menggunakan jas praktikum dan harus tetap menjaga ketertiban dan
kesopanan selama acara praktikum berlangsung termasuk dalam bersikap dan berpakaian.
3. Praktikan dilarang merokok di dalam laboratorium
4. Praktikan yang meninggalkan praktikum sebelum selesai waktunya harus meminta izin
kepada dosen pendamping praktikum.
5. Praktikan harus sudah menyiapkan sendiri peralatan praktikum (alat dan bahan lab)
termasuk alat tulis dan kalkulator pribadi.
6. Alat-alat harus digunakan secara hati-hati. Jika terjadi kerusakan dan kehilangan alat
maka wajib lapor pada dosen dan/ laboran, kemudian segera mengganti alat tersebut
secara individual.
7. Semua alat yang digunakan dalam acara praktikum dibersihkan dan disusun kembali pada
tempatnya secara rapi setelah selesai digunakan.
8. Bahan-bahan obat yang diambil harus dikembalikan ke tempat semula dengan tutup botol
jangan sampai tertukar.
9. Sebagai syarat mengikuti praktikum, praktikan harus membuat laporan untuk acara
praktikum yang akan dilaksanakan dan dikumpulkan saat praktikum tersebut.
10. Semua praktikan wajib mengikuti dan lulus pretest sebelum praktikum.
11. Praktikan harus bekerja sendiri, tidak diperkenankan bercakap-cakap/berdiskusi dengan
praktikan lain.
12. Setelah selesai mengerjakan praktikum, praktikan wajib menunjukkan hasil beserta
sediaan yang diminta dalam resep kepada dosen pendamping praktikum.
13. Setiap sediaan yang disiapkan oleh praktikan wajib disertai dengan etiket dan jika
diperlukan copy resep.
14. Seluruh praktikan diminta untuk menaati semua tata tertib di atas demi kelancaran
praktikum dan tidak ada toleransi bagi praktikan yang melanggar tata tertib di atas.

F. Alat yang Harus Disediakan Sendiri Oleh Mahasiswa


1. Jas Laboratorium
2. Buku/ literatur resmi
3. Alat tulis (termasuk spidol/ kertas label/ selotip/ lem, dan gunting)
viii
4. Kalkulator
5. Serbet/lap tangan (2 buah)
6. Tisu (1 pack)
7. Sudip film (minimal 5 buah)
8. Sendok tanduk (1 buah)
9. Kertas perkamen (1 bungkus)
10. Penara : senapan angin (1 box)
11. Pipet tetes (2 buah)
12. Handscoon
13. Masker
14. Tatakan / nampan plastik (1 buah)
15. Plastik klip obat ukuran tanggung (1 bungkus)
16. Pot plastic/pot bedak (1 buah)
17. Aluminium foil (ukuran A4 2 lembar)
18. Etiket putih untuk tablet/puyer dan sirup (minimal 2 etiket)
19. Etiket biru (minimal 1 etiket)
20. Copy resep (minimal 5 copy resep)
21. Anak timbangan (1 set)
22. Steples (1 buah)
23. Selotip/lem (1 buah)
24. Gunting (1 buah)
G. Buku / Literatur yang dapat dibaca:
• FI III atau FI IV
• Pharmacopee Netherland
• ISO
• MIMS
• Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktik (M. Anief)
• Ilmu Resep (Syamsuni)
• Farmasetika (M. Anief)
• Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi (Syamsuni)
• Informasi Obat Nasional Indonesia (IONI)
• Dsb

ix
H. Peraturan Responsi / Ujian Praktikum
Praktikan yang berhak mengikuti ujian praktikum (responsi) bila :
1. Telah mengikuti semua mata acara praktikum yang dijadwalkan
2. Telah mengganti alat-alat praktikum yang dihilangkan/rusak.
I. Kriteria Penilaian

INDIKATOR PERSENTASE
Nilai Praktikum
Pretest 25%
Postest 25% 70%
Skill Lab 25%
Laporan 25%
Responsi 30%
TOTAL 100%

x
FORMAT LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA

COVER
LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA
JUDUL PRAKTIKUM

DOSEN PEMBIMBING :

DISUSUN OLEH :
…………….

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM
2023

xi
FORMAT LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA
I. JUDUL PRAKTIKUM – NAMA MAHASISWA – NIM - KELAS
II. PENDAHULUAN
1. Tujuan Percobaan
2. Tinjauan Pustaka (terkait bentuk sediaan dan bahan obat dalam resep)
Contoh :
i. Pulveres :
ii. Talcum
• Nama resmi : ……..
• Sinonim : …….. (untuk obat dagang, diisi kandungannya)
• Rumus kimia: …….
• Khasiat : …….
• Pemerian : …….
• Kelarutan : …….
iii. Dst ….
III. RESEP YANG DIKERJAKAN (DITEMPEL)
IV. HASIL ANALISIS RESEP
1. Skrining administratif :
a. Kelengkapan Resep (lihat modul praktikum halaman 31)
b. Singkatan bahasa latin
2. Skrining farmasetis:
a. Bentuk sediaan
b. Permasalahan farmasetis/inkompatibilitas
3. Skrining klinis:
a. Khasiat
b. Efek samping
c. Perhitungan Dosis (khusus P3, P4, dan P5)
d. Penimbangan / Pengambilan Bahan
4. Cara pembuatan
5. Etiket dan copy resep
6. Wadah
V. PEMBAHASAN
(permasalahan berdasarkan hasil skrining, dan evaluasi hasil sediaan yang dibuat terkait
organoleptis dan homogenitas sediaan yang dihasilkan)
VI. KESIMPULAN
(harus dikaitkan dengan tujuan percobaan)
VII. DAFTAR PUSTAKA

Contoh penulisan daftar pustaka :

Anonim, 1990, Farmakope Indonesia Edisi 4, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Sadikin, M., 2001, Isolasi dan Pemisahan protein dalam Biokimia Eksperimen Laboratorium, Widya Medika,
Jakarta.

Mengacu pada buku-buku pedoman ilmu resep, artikel ilmiah atau jurnal hasil penelitian.

Buku petunjuk praktikum tidak boleh digunakan sebagai daftar pustaka.

xii
PETUNJUK PRAKTIKUM FARMASETIKA

1. Perhatikan alat-alat yang akan digunakan seperti mortir (lumpang), stamfer (alu), timbangan,
anak timbangan, cawan, gelas arloji, gelas ukur, beaker glass, sudip, spatel, dan lainnya, harus
selalu dalam keadaan bersih.
2. Bacalah resep yang akan dikerjakan dengan cermat dan teliti. Periksalah apakah kelengkapan
resep sudah memenuhi syarat, sesuai dengan peraturan yang berlaku (skrining resep).
Periksalah apakah ada yang perlu diganti atau disesuaikan dalam pengerjaannya. Jika ada,
usul kepada dosen pendamping.
3. Perhatikan tata tertib menimbang:
a. Setiap akan menimbang harus diperiksa lebih dahulu, apakah timbangan dalam keadaan
setimbang (balance) dan dalam posisi horizontal. Bila tidak setimbang, maka harus
disetimbangkan dengan cara:
1) Mengatur tombol pengatur kesetimbangan dengan menggeser ke dalam maupun ke
luar sampai setimbang.
2) Bila dengan tombol pengatur kesetimbangan tidak bisa, karena di luar kepekaan
timbangan, maka ditambahkan pembebanan timbangan dengan penara (peluru/
kelereng/ logam) yang telah dibungkus rapi.
3) Dilarang menggunakan anak timbangan sebagai penara.
b. Sebelum menimbang bahan, kedua piring neraca dialasi dengan perkamen yang bersih.
Bahan obat yang ditimbang, diletakan di dalam piring neraca sebelah kanan, anak
timbangan di piring sebelah kiri. Anak timbangan miligram harus diambil dengan pinset,
sedangkan anak timbangan gram boleh dengan tangan yang menggunakan handscoon
yang bersih.
c. Bahan obat yang beratnya di atas 50 mg dan di bawah 1.000 mg ditimbang pada
timbangan miligram. Sedangkan bahan obat yang beratnya di atas 1.000 mg dan di bawah
1 kg ditimbang pada timbangan gram.
d. Penimbangan bahan obat yang beratnya kurang dari 50 mg harus dibuat dengan
pengenceran dengan zat tambahan/ eksipien yang cocok (laktosa, saccarum laktis, air,
dsb)
e. Menimbang bahan obat sesuai dengan yang akan dikerjakan, langsung diletakan di
mortar/ dicampur untuk mencegah bahan obat dikotori oleh udara atau tertiup angin.

xiii
Menimbang bahan obat harus dari botolnya. Setelah selesai menimbang, simpan lagi
botol obat sesuai tempatnya di dalam lemari.
f. Bila bahan berupa gumpalan besar, sebaiknya dihaluskan dan dipotong terlebih dahulu.
Bahan higroskopis dan bereaksi dengan zat organic ditimbang di atas kaca arloji yang
sudah diberi alas perkamen.
4. Cara menimbang bahan obat:
a. Zat padat atau serbuk: dengan alas kertas perkamen dan mengambil bahan dengan sendok
tanduk atau spatel
b. Ekstrak kental: dengan kaca arloji atau cawan yang sudah ditara dan mengambil bahan
dengan spatel atau pipet tetes bersih
c. Zat cair/ ekstrak cair: dengan kaca arloji atau cawan yang sudah ditara dan mengambil
bahan dengan pipet tetes bersih.
5. Cara menara kaca arloji atau cawan atau botol: Letakkan alat yang akan ditara pada piring
neraca sebelah kiri, dan tambahkan penara (peluru/kelereng) pada piring neraca sebelah
kanan.sampai posisi timbangan dalam keadaan setimbang. Jika sudah setimbang, bungkus
penara dengan rapi. Mulai menimbang bahan obat dalam kaca arloji/cawan/botol seperti cara
pada 3.b.
6. Cara mengkalibrasi: kalibrasi biasa dipakai untuk mengukur dalam satuan volume (milliliter).
Misalnya akan membuat sediaan obat batuk dengan volume 100 ml, maka siapkan terlebih
dahulu botol yang volumenya lebih dari 100 ml (jangan terlalu penuh, diberi ruang udara
untuk mengocok obat). Kemudian ukur air menggunakan gelas ukur sebanyak tepat 100 ml,
dan masukan air tersebut ke dalam botol, dan batas atas volume air bata botol diberikan tanda
(bisa dengan spidol/ selotip/ kertas label). Setelah botol ditandai, buang air dalam botol,
keringkan botol. Kemudian masukan bahan obat dalam botol tersebut.

xiv
7. Contoh etiket putih dan biru
APOTEK UMMAT APOTEK UMMAT
Jl. KH. Ahmad Dahlan No.1, Pagesangan, Mataram Jl. KH. Ahmad Dahlan No.1, Pagesangan, Mataram
APA: Cyntiya Rahmawati, S.Farm., M.K.M., Apt. APA: Cyntiya Rahmawati, S.Farm., M.K.M., Apt.
SIPA: 19881222/SIPA-52.71/2018/ SIPA: 19881222/SIPA-52.71/2018/
SIA: 1234567 SIA: 1234567
No. Tgl. No. Tgl.

Nama Pasien : Umur: Nama Pasien : Umur:

Alamat : Alamat :

……………………………………………………… ……………………………………………………….

Sesudah Makan / Sebelum Makan / Saat Makan Sesudah Makan / Sebelum Makan / Saat Makan

KOCOK DAHULU

Nama Obat: …………..……. (untuk …….…….) Paraf : Nama Obat: ……………. (untuk ………………) Paraf :

APOTEK UMMAT
Jl. KH. Ahmad Dahlan No.1, Pagesangan, Mataram
APA: Cyntiya Rahmawati, S.Farm., M.K.M., Apt.
SIPA: 19881222/SIPA-52.71/2018/
SIA: 1234567
No. Tgl.

Nama Pasien : Umur:

Alamat :

……………………………………………………

OBAT LUAR

Nama Obat: ………………….. (untuk …………..) Paraf :

xv
8. Contoh copy resep

APOTEK UMMAT
Jl. KH. Ahmad Dahlan No.1, Pagesangan, Mataram
APA: Cyntiya Rahmawati, S.Farm., M.K.M., Apt.
SIPA: 19881222/SIPA-52.71/2018/
SIA: 1234567

SALINAN RESEP

No. :

Resep dari Dokter : dr.

Tanggal Resep : / / 2023

Tanggal Pembuatan : / / 2023

Nama Pasien : Usia/BB:

Alamat pasien :

R/

p.c.c

(stempel apotek)

Cyntiya Rahmawati, S.Farm., M.K.M., Apt.

xvi
JADWAL PRAKTIKUM

PERTEMUAN SATUAN ACARA PELAKSANAAN


1 Asistensi praktikum 22 September 2023
2 Tutorial 1 : Pengenalan Alat dan Cara Penimbangan 25 – 29 September 2023
3 Tutorial 2 : Resep, Copy Resep dan Etiket 25 – 29 September 2023
4 Tutorial 3 : Perhitungan Dosis 25 – 29 September 2023
5 Tutorial 4 : Resep P1, P2 dan P3 2 – 6 Oktober 2023
6 Tutorial 5 : Resep P4 dan P5 2 – 6 Oktober 2023
7 Praktikum 1 : Pulvis Adspersorius (Bedak Tabur) 9 – 13 Oktober 2023
Praktikum 2 : Pulvis Adspersorius (Bedak Tabur) :
8 16 – 20 Oktober 2023
Bedak Purol
9 Praktikum 3 : Pulveres (Puyer dan Sirup Kering) 23 – 27 Oktober 2023
10 Praktikum 4 : Pulveres (Kapsul) 30 – 3 November 2023
11 Praktikum 5 : Suppositoria 6 – 10 November 2023
13 – 17 November 2023
12 Responsi
(Jadwal menyusul)

xvii
PENGENALAN LABORATORIUM
PENGENALAN ALAT, PENIMBANGAN, DAN MEMBUNGKUS OBAT
(DISAMPAIKAN SAAT TUTORIAL KE-1)
LINK : https://youtu.be/xkkLi8E0ztQ

A. TUJUAN :
1. Mahasiswa mengenal dan mampu mengoperasikan alat praktikum farmasetika
2. Mahasiswa mampu melakukan penimbangan dasar
3. Mahasiswa mampu membungkus obat dengan perkamen dan kapsul

B. ALAT PRAKTIKUM FARMASETIKA


Fungsi
No. Alat (Isilah fungsi Gambar
alat berikut ini)

Timbangan gram kasar


1
dan anak timbangan

Timbangan gram halus


2
dan anak timbangan

3 Mortir dan stamfer

1
4 Cawan porselen

5 Kaca arloji

Sendok porselen,
sendok tanduk, sendok
6
spatel tanduk, spatel
tanduk, spatel logam

7 Penjepit kayu

8 Corong gelas

9 Pipet tetes

10 Sudip

11 Kertas perkamen

2
Pengayak No. 40 dan
12
100

13 Batang pengaduk

14 Gelas ukur

15 Beaker gelas

C. TIMBANGAN ANALITIK

Keterangan:
1. Papan landasan timbangan
2. Tombol pengatur tegak berdirinya timbangan

3
3. Anting penunjuk tegaknya timbangan (waterpass)
4. Jarum timbangan
5. Skala
6. Tuas penyangga timbangan
7. Pisau tengah/ pisau pusat
8. Pisau tangan
9. Tangan timbangan
10. Tombol/mur pengatur keseimbangan
11. Piring timbangan

CARA MENIMBANG:
1. Periksa semua komponen timbangan/neraca sudah sesuai pada tempatnya dengan
mencocokan nomor pada komponen timbangan tersebut
2. Periksa kedudukan timbangan sudah dalam kondisi sejajar/rata, dapat dilihat dari posisi
anting dengan alas anting harus tepat. Bila belum tepat, putar tombol pengatur.
3. Periksa apakah posisi pisau tengah dan pisau tangan sudah pada tempatnya. Bila sudah,
maka tuas penyangga diangkat dan diputar ke kanan, maka timbangan akan terangkat dan
nampak apakah piring seimbang atau berat sebelah. Bila tidak seimbang, putar tombol/mur
pengatur keseimbangan kiri dan kanan sesuai dengan keseimbangannya sampai neraca
seimbang.
4. Letakan kertas perkamen di atas kedua piring timbangan, angkat tuas penyangga, untuk
memeriksa kembali keseimbangan timbangan.
5. Cara penimbangan bahan-bahan:
a) Bahan padat seperti serbuk, lilin, dll ditimbang di atas kertas perkamen
b) Bahan setengah padat seperti vaselin, adeps lanae, dll, ditimbang di atas gelas arloji
atau cawan penguap
c) Bahan cair dapat ditimbang di atas gelas arloji, cawan penguap, atau langsung dalam
botol atau wadah
d) Bahan cairan kental seperti ekstrak belladon ditimbang di atas gelas arloji dan cawan
penguap
e) Bahan oksidator (kalium permanganas, iodium, argenti nitras) ditimbang pada gelas

4
timbang atau gelas arloji tertutup
f) Bahan yang bobotnya kurang dari 50 mg, harus dilakukan pengenceran.

D. MEMBUNGKUS OBAT
1. Siapkan 10 lembar kertas perkamen atau sesuai dengan yang dibutuhkan.
2. Lipat sedikit pada ujung kertas
3. Untuk memudahkan dalam pelipatan dan menghindari serbuk berterbangan, bagi 2
sama banyak kertas perkamen yang akan dilipat (masing-masing 5 lembar). Jajarkan.
4. Kerjakan pada salah satu kertas perkamen terlebih dahulu, yaitu yang paling pinggir
dan tidak tertutupi kertas perkamen sebelahnya.
5. Isi bagian tengah masing-masing kertas perkamen dengan serbuk yang telah ditimbang
sesuai resep.
6. Lipat perkamen bagian bawah ke atas hingga menyentuh batas lipatan ujung pertama,
ketuk perkamen agar serbuk turun ke bawah perkamen
7. Lipat kembali bagian atas ke bawah untuk mengunci, sesuaikan ukurannya, dan
pastikan tidak ada serbuk pada lipatan.
8. Lipat kertas ujung kanan ke arah kiri, ketuk perkamen agar serbuk jatuh ke bawah
perkamen, dan pastikan tidak ada serbuk pada lipatan atau tumpah.
9. Lakukan yang sama pada ujung kiri kertas (langkah 8).
10. Kemudian masukan lipatan ujung kiri ke dalam celah pada lipatan ujung kanan untuk
mengunci.
11. Rapikan dengan ukuran yang sama untuk semua perkamen dan pastikan tidak ada
serbuk yang tumpah.

5
E. LATIHAN (DIKERJAKAN SAAT TUTORIAL)
1. Setimbangkan timbangan gram kasar, ACC kan pada dosen/asdos jika sudah setimbang.
2. Isilah tugas Berikut untuk semua bahan, kemudian timbanglah bahan padat tersebut dan
bungkus dalam perkamen:
a) Talcum 5 g
Nama resmi :
Sinonim :
Rumus kimia :
Khasiat :
Pemerian :
Cara menimbang (alas menimbang, sendok, anak timbangan) :
b) Saccarum lactis 2 g
Nama resmi :
Sinonim :
Rumus kimia :
Khasiat :
Pemerian :
Cara menimbang (alas menimbang, sendok, anak timbangan) :
c) Asam salisilat 0,5 g
Nama resmi :
Sinonim :
Rumus kimia :
Khasiat :
Pemerian :
Cara menimbang (alas menimbang, sendok, anak timbangan) :
d) Iodide 1 g
Nama resmi :
Sinonim :
Rumus kimia :
Khasiat :
Pemerian :

6
Cara menimbang (alas menimbang, sendok, anak timbangan) :
e) Kalium iodide 0,6 g
Nama resmi :
Sinonim :
Rumus kimia :
Khasiat :
Pemerian :
Cara menimbang (alas menimbang, sendok, anak timbangan) :
f) Amylum tritici 0,8 g
Nama resmi :
Sinonim :
Rumus kimia :
Khasiat :
Pemerian :
Cara menimbang (alas menimbang, sendok, anak timbangan) :
g) Magnesium oxyd 1,3 g
Nama resmi :
Sinonim :
Rumus kimia :
Khasiat :
Pemerian :
Cara menimbang (alas menimbang, sendok, anak timbangan) :
h) PGA 1,8 g
Nama resmi :
Sinonim :
Rumus kimia :
Khasiat :
Pemerian :
Cara menimbang (alas menimbang, sendok, anak timbangan) :
i) Cera alba 3,4 g
Nama resmi :

7
Sinonim :
Rumus kimia :
Khasiat :
Pemerian :
Cara menimbang (alas menimbang, sendok, anak timbangan) :
j) Zinci oksida 2,7 g
Nama resmi :
Sinonim :
Rumus kimia :
Khasiat :
Pemerian :
Cara menimbang (alas menimbang, sendok, anak timbangan) :

3. Timbanglah talcum sebanyak 5.000 mg, kemudian bagi dalam 10 kapsul!

8
PENGENALAN RESEP
RESEP, COPY RESEP, DAN ETIKET

(DISAMPAIKAN SAAT TUTORIAL KE-2)

LINK : https://youtu.be/B_6L1RiH1sk

A. TUJUAN
1. Mahasiswa mampu membaca dan mengidentifikasi komponen resep
2. Mahasiswa mampu mengartikan singkatan latin pada resep
3. Mahasiswa mampu menuliskan copy resep
4. Mahasiswa mampu menuliskan etiket dan aturan pakai

B. TEORI
• RESEP
Resep adalah permintaan tertulis dari Dokter, Dokter gigi, Dokter hewan
kepada Apoteker Pengelola Apotek (APA) untuk menyediakan dan menyerahkan
obat kepada pasien sesuai peraturan perundang- undangan yang berlaku.
Sedangkan berdasarkan Permenkes RI Nomor 35 Tahun 2014 dan Nomor 58
Tahun 2014, Resep adalah permintaan tertulis dari dokter atau dokter gigi, kepada
apoteker, baik dalam bentuk paper maupun electronic untuk menyediakan dan
menyerahkan obat bagi pasien sesuai peraturan yang berlaku.
Dalam tiap lembar resep terdiri dari bagian- bagian yang disebut :

1. Inscripstio terdiri dari :


a) Bagian yang memuat nama dokter, alamat dokter, nomor SIK, tempat dan
tanggal penulisan resep.
b) Tanda R/ = recipe yang artinya ambilah, yang maksudnya kita diminta untuk
menyiapkan obat-obat yang nama dan jumlahnya tertulis di dalam resep.

2. Prescriptio terdiri dari :


a) Nama obat pokok yang mutlak harus ada, dan jumlahnya (remidium cardinal)

9
b) Bahan yang membantu kerja obat pokok (remidium adjuvans) tidak mutlak
perlu ada dalam resep.
c) Corrigens : bahan tambahan untuk memperbaiki rasa (corrigens saporis), warna
(corrigens coloris) dan bau obat (corrigens odoris).
d) Constituens / Vehiculum / Exipiens, merupakan zat tambahan atau bahan yang
bersifat netral dan dipakai sebagai bahan pengisi dan pemberi bentuk, sehingga
menjadi obat yang cocok. Contoh lactosum dalam puyer, aqua destillata dalam
obat minum, sirup dalam elixir. Cara pembuatan atau bentuk sediaan yang
dikehendaki, misalnya : Campur buatlah yang ditulis dalam singkatan latin Mf
pulv merupakan kepanjangan dari Misca fac pulveres yang artinya campur
buatlah puyer; Mf l a potio = Misca fac lege artis potio = campur buatlah obat
minum sesuai dengan keahliannya.

3. Signatura, terdiri dari :


a) Aturan pakai (S = signa contoh S t dd p1 , tandai tiga kali sehari 1 bungkus)
b) Nama pasien dibelakang kata Pro : Marcela usia: 5 tahun, 20 kg
c) Alamat : Rawamangun Muka Barat no. 45 telp. 4258735. Penulisan alamat
pasien akan memudahkan pihak apotek dalam menelusuri tempat tinggal
pasien bila terjadi masalah atau kesalahan dalam pelayanan obat.

Bila menuliskan untuk pasien dewasa idealnya dituliskan Nyonya/Tuan. Bila resep
untuk hewan setelah kata Pro harus ditulis jenis hewan, serta nama pemilik dan
alamat pemiliknya

4. Subscriptio
Merupakan penutup bagian utama resep, ditandai dengan tanda penutup
yang ditandai dengan penutup dengan tanda tangan atau paraf dokter yang
menuliskan resep tersebut, yang menjadikan resep tersebut otentik. Untuk resep
yang mengandung injeksi golongan narkotika harus ditandatangani oleh dokter
tidak cukup hanya dengan paraf dokter.
Resep – resep yang diterima apotek harus disusun berdasarkan nomor urut
resep, tanggal penerimaan dan disimpan selama 5 (lima) tahun.
Resep yang mengandung obat narkotika

10
Untuk resep yang mengandung obat golongan narkotika (Codein, Dionin, Doveri)
sesuai dengan peraturan :

1. Tidak boleh diulang (diberi tanda ne iter)


2. Bila ada obat golongan narkotika yang belum ditebus/diambil seluruhnya, maka sisa
obat dalam copy resepnya, hanya dapat ditebus pada apotek yang sama.
3. Resep yang diterima oleh apotek harus diperiksa dulu (diskrining/ditelaah) apakah
resep tersebut asli atau palsu, bila asli apakah telah lengkap bagian –bagiannya.

CONTOH RESEP :

Pada resep tersebut di atas obat dalam resep ada yang ditulis dengan nama dagang
seperti Longcef, CTM, Equal dan ada juga yang ditulis dengan nama generik seperti
Phenobarbital, Bromhexin.

Semua penggantian dari obat generic bermerk ke obat generik berlogo harus seizin
dokter penulis resep dan atau pasien. Dalam praktikum, hal ini harus diusulkan kepada
pengawas (pengawas/dosen pembimbing praktikum berperan sebagai
dokter/apoteker/pasien).

Resep, baru dapat diracik setelah diperiksa kelengkapan resepnya dan dosis
obatnya dihitung terlebih dahulu, bila dosis obat terlalu sedikit (dosis kurang) maupun
terlalu banyak (dosis berlebih) harus dikonsultasikan kepada dokter. Dalam kegiatan
praktikum dosis obat kurang/lebih dilaporkan dan diparaf oleh pengawas, obat yang dosis

11
kurang akan ditingkatkan atau obat yang dosisnya tinggi akan diturunkan, tetapi bila
pengawas tidak melakukan perubahan praktikan harus meminta paraf pengawas, sebagai
bukti praktikan telah melaporkan adanya kekurangan atau kelebihan dosis. Setelah
praktikan baru diizankan meracik obat.

Sebelum obat ditimbang atau diambil sediaan jadinya, dicek kembali nama obat
yang diambil, apakah sudah benar. Biasanya ada tanda- tanda khusus yang ditulis dalam
resep misalnya bila obat harus diulang pengambilannya, atau bila obat dalam resep harus
segera disiapkan karena pasien sangat membutuhkan obat tersebut seperti: antidotum, obat
luka bakar dll. Bila obat dalam resep ingin diulang penggunaanya dua kali lagi maka pada
resep tertulis tanda Iter 2X, atau bila obatnya dinginkan segera maka ditulis ”Cito”,
”Statim”.

• COPY RESEP (SALINAN RESEP)


Copy resep atau turunan resep adalah salinan resep yang memuat semua keterangan
obat yang terdapat pada resep asli. Istilah lain dari copy resep adalah apograph, exemplum,
afschrtif.

Menurut peraturan copy resep harus ditandatangani oleh Apoteker Pengelola


Apotek (APA), bila APA berhalangan melakukan tugasnya, penandatanganan atau
pencantuman paraf pada salinan resep dapat dilakukan oleh Apoteker Pendamping atau
Apoteker Pengganti dengan mencantumkan nama lengkap dan status Apoteker yang
bersangkutan.

Pada kegiatan praktikum copy resep sudah tersedia dalam bentuk blangko copy
resep. Copy resep/salinan resep harus dibuat bila ada obat yang harus diulang
penggunaannya (ada kata Iter), selain itu copy resep harus dibuat bila:

1. Atas permintaan pasien /untuk bukti kepada instansi yang menjamin biaya kesehatan
pasien.
2. Bila ada obat yang belum ditebus seluruhnya. Pada copy resep nama obat disalin
sesuai dengan resep aslinya, kecuali bila ada jenis obat yang namanya/jumlahnya

12
diganti sesuai dengan persetujuan dokter maka pada copy resepnya ditulis nama dan
jumlah obat yang sudah diganti.

Keterangan :
Pasien Tn. Ang Yu Lie menerima resep dari dokter Riana Katamsi yang dapat diulang
pemberiannya 4 kali. Artinya, pasien dapat menerima resep obat sebanyak 5 kali (satu
kali dari resep asli, dan empat kali dari copy resep).

Keterangan :

13
Bila obat diserahkan pertama kali, maka dibuat copy resep yang pertama, kata iter 4x
harus ditulis, dan kata detur orig (detur original) yang menyatakan obat telah
diserahkan sesuai dengan resep asli dari dokter. Selanjutnya pasien masih dapat
menebus 4 kali lagi.

Keterangan:
✓ Bila kemudian pasien menebus kembali obatnya, maka pada copy resep ditulis
“detur orig + 1x” atau “detur 2x” atau “det iter 1x”
✓ Pengambilan obat ke-3 : pada copy resep ditulis “detur orig + 2x” atau “detur
3x” atau “det iter 2x”
✓ Pengambilan obat ke-4 : pada copy resep ditulis “detur orig + 3x” atau “detur
4x” atau “det iter 3x”
✓ Pengambilan obat ke-5 : pada copy resep ditulis “detur orig + 4x” atau “detur
5x” atau “det iter 4x”

14
• ETIKET DAN ATURAN PAKAI
Apabila serbuk telah selesai dibungkus, segera dimasukkan ke dalam wadah dan
disiapkan etiketnya. Untuk obat luar digunakan etiket berwarna biru dan untuk obat
dalam digunakan etiket putih.
Pada etiket harus tercantum nama apotek, alamat/telp, nomor Surat Izin Apotek
(SIA) nama Apoteker pengelola apotek (APA ) dan nomor Surat Izin Praktik Apoteker
(SIPA). Tuliskan nomor dan tanggal resep dibuat, nama pasien dan aturan pakai obat
serta paraf petugas AA/ apoteker yang membuat etiket.
Contoh Resep :

dr. Edo Budiman


SIP : 123/abc/345/2014

No. 1 Praya, 6 September 2023

R/ Paracetamol syr No. I Fl


S 3 dd 1 cth

Pro : An.Dina
Umur : 18 bulan
Alamat : Praya timur

Maka etiket :
APOTEK MUHAMMADIYAH
Jl. K.H AHMAD DAHLAN NO.1 PAGESANGAN,
MATARAM, NTB
APA: Apt. Cyntiya Rahmawati, S.Farm., M.K.M.
SIPA: 19881222/SIPA-52.71/2018/
SIA: 12345
No. 1 Tgl. 6/9/2023
Nama Pasien : An. Dina (18 bulan)
Alamat : Praya Timur

TIGA KALI SEHARI SATU SENDOK TEH (5ML)


Sesudah Makan / Sebelum Makan / Saat Makan
KOCOK DAHULU
Nama Obat: Parasetamol sirup (untuk demam) Paraf :

15
Maka copy resep :

C. TUGAS (DIKERJAKAN DI RUMAH DAN DIKUMPULKAN SAAT TUTORIAL)


Kerjakan sesuai dengan urutan no. resep!
1. Jelaskan bagian resep tersebut. Sebutkan apa bagian yang kurang dari masing-masing
resep tersebut!

Skrining Administrasi Resep Ada Tidak Ada Usul


Inscriptio
Nama dokter
Alamat dan no telp. Dokter
SIP Dokter
Tempat, tanggal penulisan resep
No resep
Superscriptio (tanda R/)
Prescriptio
Nama obat
Kekuatan
Bentuk sediaan
Jumlah obat
Signatura
Aturan pakai
Nama pasien
Alamat pasien
Umur pasien
Berat badan pasien
Subscriptio
Paraf Dokter
Tanda Pengulangan

16
2. Jelaskan singkatan dan arti dari singkatan latin yang terdapat pada semua resep!
3. Tuliskan keterangan (nama resmi, sinonim, khasiat, rumus kimia, dosis lazim dan
maksimum, pemerian, kelarutan, penyimpanan) dari masing-masing obat pada resep!
4. Buatlah copy resep dari masing-masing resep! Jika terdapat iter, buatlah semua copy
resepnya sampai obat diambil semua oleh pasien.
5. Buatlah etiket dari masing-masing resep!

Dr. Umar Dr. Maryam


SIP. 789/DU/2019 SIP. 789/DU/2019
Jl. Semarang no. 5, Mataram Jl. Semarang no. 5, Mataram
Mataram, 1 September 2023 Mataram, 1 September 2023
No.1 No.2
Iter 2x R/ Epexol 1/5 tab
Nalgestan 1/5 tab
R/ Sol. Hydrogen peroksida 3% 5 ml Vit B complex 1/3 tab
Mf. Guttae auric Mf pulv dtd No. XV
S t dd gtt II auric dextra sinistra S b dd pulv 1

Pro: Tn. Anton Pro: Andika (5 tahun, 21 kg)

Dr. Talita Dr. Ayu


SIP. 901/DU/2019 SIP. 668/DSP/2019
Jl. Luwak no. 1, Mataram Jl. Mas Koki no. 1, Mataram
Mataram, 1 September 2023 Mataram, 1 September 2023
No.3 No.4
Iter 3x R/ Amoksisilin 200 mg
R/ Benzoic acid 3 Prednisone ½ tab
Salicylic acid 1,5 Codein 4 mg
Vaselin album 15,5 Parasetamol 200 mg
Mf Ungt SL qs
SUC ue Mf pulv da in cap dtd No. XII
S 3 dd pulv 1 pc
Pro: Ny. Endah
Pro: Puput (10 tahun)

Dr. Agung
SIP. 739/DU/2019
Jl. Suranadi no. 1, Mataram
Mataram, 1 September 2023
No. 5
R/ Asam Salisilat 2%
ZnO
Amylum tritici aa 25%
Vaselin Flavum 20
Mf pasta
S applic loc ue

Pro: Ny. Sarwendah

17
PENGENALAN PERHITUNGAN DOSIS
DISAMPAIKAN SAAT TUTORIAL KE-3

1. TUJUAN
a. Mahasiswa mampu membuat sediaan farmasetika dengan perhitungan dosis dalam resep
b. Mahasiswa mampu menghitung dosis pada resep
c. Mahasiswa mampu menghitung dosis, bobot penimbangan, membuat, membungkus/
mewadahi, memberi etiket dan copy resep.

2. TEORI

Dosis dapat didefinisikan sebagai jumlah obat atau formula obat yang diberikan atau
dikonsumsi oleh pasien untuk mencapai efek terapeutik yang diharapkan. Dosis dapat dinyatakan
dalam satuan µg, mg, ml, dan lain-lain. Dalam praktek kefarmasian, dikenal beberapa istilah
dosis, antara lain :
• Single Dose adalah dosis sekali pemakaian, contoh : dosis sekali pakai Mebendazole 100 mg.
• Daily Dose adalah dosis pemakaian dalam satu hari, contoh : dosis pemakaian Digitoxin 100
µg/hari.
• Daily Divide Dose adalah dosis pemakaian satu hari yang dibagi dalam beberapa kali
pemberian. Contoh : dosis Doxepin 75 mg sehari, jumlah tersebut dibagi dalam beberapa kali
pemberian sehingga total pemberian dalam sehari ialah 75 mg.
• Dosis Regimen adalah jadwal waktu pemberian setiap dosis obat, contoh : asam mefenamat
diberikan dalam dosis 250-500 mg secara oral setiap 6 jam.
• Dosis Lazim adalah dosis untuk tercapainya efek terapi obat pada pasien dewasa. Dosis lazim
harus terlampaui agar tercapai efek terapi.
• Initial Dose/Loading Dose merupakan dosis permulaan atau dosis pada awal pengobatan untuk
mempercepat tercapainya kadar efektif minimal.
• Maintenance Dose/Dosis Pemeliharaan merupakan dosis pemberian selanjutnya untuk terapi.
• Dosis Maksimum/Takaran Maksimum adalah dosis maksimum tertinggi yang aman bagi
penderita dewasa. Dosis ini tidak boleh terlampaui.
• Dosis Toksik adalah dosis yang melebihi dosis maksimal yang dapat menimbulkan keracunan.
• Dosis Letalis adalah dosis yang melebihi dosis maksimal yang dapat menimbulkan kematian.

18
❖ Memilih dan menetapkan dosis memang tidak mudah karena harus memperhatikan beberapa
faktor, yaitu :
− Penderita : usia, bobot badan, jenis kelamin, luas permukaan tubuh, toleransi, habituasi,
adiksi dan sensitivitas, kondisi penderita
− Obat : sifat kimia/fisika obat, sifat farmakokinetika (ADME), jenis obat
− Penyakit : sifat dan jenis penyakit, kasus penyakit
❖ Perhitungan dosis berdasarkan usia :
𝑛
− Rumus Young : 𝑛+12 x dosis dewasa

(n dalam tahun untuk anak usia dibawah 8 tahun)


𝑛
− Rumus Dilling : 20 x dosis dewasa

(n dalam tahun untuk anak usia diatas 8 tahun)


❖ Perhitungan dosis berdasarkan bobot badan :
− Rumus Thremich-Fier (Jerman)

𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛 𝑎𝑛𝑎𝑘 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑘𝑔


70
x dosis dewasa

− Dosis obat berdasarkan informasi dari kemasan obat :

Bobot badan pasien (dalam kg) x dosis obat (mg/kgBB)


❖ Perhitungan dosis berdasarkan luas permukaan tubuh :
− BSA (body surface area)

Biasanya digunakan pada perhitungan dosis obat kanker. BSA adalah akar dari (hasil dari
tinggi badan dikali berat badan, dibagi dengan 3600). Tinggi badan dalam cm, berat badan
dalam kg.

Bila Luas permukaan tubuh pasien tidak diketahui, tetapi tinggi badan dan berat
badannya diketahui selain menggunakan rumus di atas, luas permukaan tubuh pasien
dapat ditentukan dengan menggunakan bantuan nomogram.

19
Rumus menghitung dosis anak berdasarkan luas permukaan tubuh:

Dosis obat dapat dilihat di buku- buku :

1. Dosis obat berdasarkan zat aktifnya dengan nama generik dilihat di Farmakope
Indonesia III, Alder Hey Book of Children’s Doses ( ABCD ) dan Extra
Pharmacopeae Martindale.
2. Dosis obat jadi dengan nama dagang , dosisnya dapat dilihat di ISO, MIMS/IMS
dan DOI

3. RESEP 1

4. PERHITUNGAN DOSIS RESEP 1:


a) Diketahui :
Dosis amoksisilin :
• Anak dengan BB < 20 kg = 20-40 mg/kgBB sehari, dalam dosis terbagi tiga kali
sehari atau setiap 8 jam
• Anak dengan BB > 20 kg = 250 mg – 500 mg tiga kali sehari atau setiap 8 jam.
b) Perhitungan dosis:
• Dosis lazim anak (18 kg)
= 18 kg x 20-40 mg/kgBB = 360 mg – 720 mg sehari, terbagi tiga kali sehari maka:

20
(360−720) 𝑚𝑔
1 x pakai = = 120 𝑚𝑔 − 240 𝑚𝑔
3

1 x hari = 360 mg – 720 mg


• Dosis pakai dalam resep :
1 x pakai = 1 cth = 5 ml = 125 mg
1 x hari = 3 x 125 mg = 375 mg

𝒅𝒐𝒔𝒊𝒔 𝒑𝒂𝒌𝒂𝒊 𝒅𝒂𝒍𝒂𝒎 𝒓𝒆𝒔𝒆𝒑


• %
𝒅𝒐𝒔𝒊𝒔 𝒍𝒂𝒛𝒊𝒎
125 𝑚𝑔
% 1 x pakai = (120−240)𝑚𝑔 x 100% = 52,08% – 104,2%

Maka, 125 mg masuk rentang dosis antara 120 mg sampai 240 mg (tidak over dosis)
375 𝑚𝑔
% 1 x hari = (360−720)𝑚𝑔 x 100% = 52,08% – 104,2%

Maka, 375 mg masuk rentang dosis antara 360 mg sampai 720 mg (tidak over dosis)

5. PENGAMBILAN BAHAN RESEP 1


Dalam resep tertera diminta Amoksisilin 125 mg/ 5ml sirup sejumlah 1 botol, maka langsung
ambil 1 botol tersebut.
Amoksisilin 125 mg/ 5ml sirup merupakan sediaan sirup kering, sehingga sebelum diserahkan ke
pasien, obat dilarutkan dulu dalam air, sesuai dengan batas takaran.

6. RESEP 2

7. PERHITUNGAN DOSIS RESEP 2


a) Diketahui :
Dosis Acetosal (Farmakope Indonesia Edisi III):
• Dosis Lazim : (500 mg – 1 g / 1,5 g – 3 g), artinya:

21
✓ Dosis lazim 1 x pakai = antara 500 mg sampai 1 g
✓ Dosis lazim 1 x hari = antara 1,5 g sampai 3 g
• Dosis Maksimum : (1 g / 8 g), artinya :
✓ Dosis maksimum 1 x pakai = 1 g
✓ Dosis maksimum 1 x hari = 8 g
b) Perhitungan dosis:
• Dosis lazim acetosal untuk anak umur 9 tahun :
𝑛
✓ 1 x pakai = 𝑥 𝑑𝑜𝑠𝑖𝑠 𝑙𝑎𝑧𝑖𝑚
20
9
= 20 𝑥 500 𝑚𝑔 − 1.000 𝑚𝑔 = 225 mg – 450 mg

(artinya dosis lazim asetosal 1 x pakai untuk anak umur 9 tahun antara 225 mg sampai
450 mg)
𝑛
✓ 1 x hari = 20 𝑥 𝑑𝑜𝑠𝑖𝑠 𝑙𝑎𝑧𝑖𝑚
9
= 20 𝑥 1.500 𝑚𝑔 − 3.000 𝑚𝑔 = 675 mg – 1.350 mg

(artinya dosis lazim asetosal 1 x hari untuk anak umur 9 tahun antara 675 mg sampai
1.350 mg)

• Dosis maksimum acetosal untuk anak umur 9 tahun :


𝑛
✓ 1 x pakai = 20 𝑥 𝑑𝑜𝑠𝑖𝑠 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚
9
= 𝑥 1.000 𝑚𝑔 = 450 mg
20

(artinya dosis maksimum asetosal 1 x pakai untuk anak umur 9 tahun, yaitu 450 mg)
𝑛
✓ 1 x hari = 20 𝑥 𝑑𝑜𝑠𝑖𝑠 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚
9
= 20 𝑥 8.000 𝑚𝑔 = 3.600 mg

(artinya dosis maksimum asetosal 1 x hari untuk anak umur 9 tahun, yaitu 3.600 mg)

• Dosis pakai dalam resep


✓ 1 x pakai = 250 mg
✓ 1 x hari = 3 x 250 mg = 750 mg
• % Dosis Pakai/Dosis Lazim :
250 𝑚𝑔
✓ % 1 x pakai = (225−450)𝑚𝑔 x 100% = 55,5% – 111,1%

22
Maka, 250 mg masuk rentang dosis antara 225 mg sampai 450 mg (tidak over dosis)
750 𝑚𝑔
✓ % 1 x hari = (675−1.350)𝑚𝑔 x 100% = 55,5% – 111,1%

Maka, 750 mg masuk rentang dosis antara 675 mg sampai 1.350 mg (tidak over dosis)

• % Dosis Pakai/Dosis Maksimum :


250 𝑚𝑔
✓ % 1 x pakai = 450 𝑚𝑔 x 100% = 55,5% (tidak over dosis)
750 𝑚𝑔
✓ % 1 x hari = x 100% = 20,8% (tidak over dosis)
3.600 𝑚𝑔

8. PENIMBANGAN BAHAN RESEP 2


• ASETOSAL = 250 mg x 10 bungkus = 2.500 mg
• SL qs = jika diinginkan bobot 1 bungkusnya 500 mg, maka :
SL = 500 mg – 250 mg = 250 mg x 10 bungkus = 2.500 mg

9. CARA PERACIKAN RESEP 2


1. Timbang asetosal 2.500 mg
2. Timbang SL 2.500 mg, masukan sebagian dalam mortir
3. Masukan asetosal ke dalam mortir no.2, gerus ad kilap hilang dan homogen.
4. Tambahkan sisa SL ke dalam mortir no.3, gerus ad homogen.
5. Bagi serbuk menjadi 10 bagian, bungkus dalam perkamen.
6. Masukan dalam wadah, beri etiket dan copy resep.

10. TUGAS (DIKERJAKAN DI RUMAH DAN DIKUMPULKAN SAAT TUTORIAL)


1. Hitunglah dosis dan penimbangan bahan dari resep Berikut ini:

Dr. Nafid
SIP. 668/DSP/2019
Jl. Mas Koki no. 1, Mataram
Mataram, 1 September 2023
No.4
R/ Amoksisilin 200 mg
Prednisone ½ tab
Codein 4 mg
Parasetamol 200 mg
SL qs
Mf pulv da in cap dtd No. XII
S 3 dd pulv 1 pc

Pro: Nana (10 tahun)

23
2. Hitunglah penimbangan bahan pada resep Berikut ini:

Dr. Tika
SIP. 739/DU/2019
Jl. Suranadi no. 1, Mataram
Mataram, 1 September 2023
No. 5
R/ Asam Salisilat 2%
ZnO
Amylum tritici aa 25%
Vaselin Flavum 20
Mf pasta
S applic loc ue

Pro: Nn. Luluk

24
PRAKTIKUM 1
PULVIS ADSPERSORIUS (BEDAK TABUR)
LINK : https://youtu.be/REAbGV0DRVE

A. TUJUAN
1. Mahasiswa mampu membuat sediaan farmasetika dalam bentuk sediaan bedak tabur
2. Mahasiswa mampu membaca dan melengkapi resep
3. Mahasiswa mampu menghitung bobot penimbangan, membuat,
membungkus/mewadahi, memberi etiket dan copy resep.
B. TEORI
PULVIS ADSPERSORIUS (BEDAK TABUR)
Serbuk tabur adalah serbuk ringan untuk penggunaan topical (untuk pemakaian
luar), dapat dikemas dalam wadah yang bagian atasnya berlubang halus untuk
memudahkan penggunaan pada kulit. Syarat serbuk tabur adalah kering, halus, dan
homogen.
Bedak tidak dapat berpenetrasi ke lapisan kulit karena komposisinya yang terdiri
dari partikel padat, sehingga digunakan sebagai penutup permukaan kulit, mencegah dan
mengurangi pergeseran pada daerah intertriginosa (lipatan seperti ketiak,lipat paha,
intergluteal/antara dua otot besar bokong, lipat payudara, antara jari tangan atau kaki).
Penggunaannya dengan cara ditaburkan dan digosokkan dengan telapak tangan pada
permukaan kulit.
Pada umumnya serbuk tabur harus melewati ayakan dengan derajat halus 100 mesh,
agar tidak menimbulkan iritasi pada bagian yang peka. Syarat serbuk tabur harus homogen
dengan derajat kehalusan pengayak No. 60 bila tidak mengandung lemak, bila mengandung
lemak diayak dengan pengayak No. 44.
Pengayak Nomor 44 artinya setiap 1 cm2 permukaan ayakan terdapat 44 lubang.
Pengayak Nomor 60 artinya setiap 1 cm2 permukaan ayakan terdapat 60 lubang. Contoh
sediaan bedak tabur: Bedak Purol, Caladryl, dan bedak Salicyl dll.
Cara meracik beberapa bahan obat dalam serbuk tabur:

25
1. Asam salisilat, mentol, kamfer dan Balsam Peru dilarutkann terlebih dahulu dengan
etanol 95% beberapa tetes hingga larut, keringkan dengan pembawanya (talcum).
2. Untuk massa kamfer dan mentol tidak ikut diayak guna mencegah penguapan.
3. Adeps lanae dicairkan dimortir panas, setelah cair ditambah talcum aduk hingga
merata. Bila ada penambahan minyak menguap diteteskan dicampurkan dengan serbuk
tabur yang sudah diayak.
4. Zinc Oxyd diayak terlebih dahulu dengan pengayak nomor 60 baru kemudian
ditimbang.

C. RESEP

Dr. Nayra
SIP. 739/DU/2019
Jl. Suranadi no. 1, Mataram
Mataram, 19 April 2022
No. 2
R/ Menthol 0,1 g
Camphora 1,2 g
Talk ad 10 g
Mf pulv adspersorius
S applic loc ue

Pro: Ny. Laili

D. CARA PEMBUATAN
1) Timbang talk …… g, sisihkan.
2) Timbang menthol ……. g, masukan dalam mortir.
3) Timbang camphora ……. g, masukan dalam mortir.
4) Campurkan bahan no 2 dan 3 di dalam mortir, gerus ad melarut dan homogen. Jika
campuran belum melarut sempurna, dapat ditambahan beberapa tetes etanol.
5) Keringkan campuran no 4 dengan talk sedikit demi sedikit ad kering dan homogen.
6) Masukan dalam wadah bedak beri etiket dan copy resep.

(Format laporan lihat halaman xi)

26
PRAKTIKUM 2
PULVIS ADSPERSORIUS (BEDAK TABUR) ; BEDAK PUROL
LINK : https://youtu.be/REAbGV0DRVE

A. TUJUAN
1. Mahasiswa mampu membuat sediaan farmasetika dalam bentuk sediaan bedak tabur
2. Mahasiswa mampu membaca dan melengkapi resep
3. Mahasiswa mampu menghitung bobot penimbangan, membuat,
membungkus/mewadahi, memberi etiket dan copy resep.
B. TEORI
PULVIS ADSPERSORIUS (BEDAK TABUR)
Serbuk tabur adalah serbuk ringan untuk penggunaan topical (untuk pemakaian
luar), dapat dikemas dalam wadah yang bagian atasnya berlubang halus untuk
memudahkan penggunaan pada kulit. Syarat serbuk tabur adalah kering, halus, dan
homogen.
Bedak tidak dapat berpenetrasi ke lapisan kulit karena komposisinya yang terdiri
dari partikel padat, sehingga digunakan sebagai penutup permukaan kulit, mencegah dan
mengurangi pergeseran pada daerah intertriginosa (lipatan seperti ketiak,lipat paha,
intergluteal/antara dua otot besar bokong, lipat payudara, antara jari tangan atau kaki).
Penggunaannya dengan cara ditaburkan dan digosokkan dengan telapak tangan pada
permukaan kulit.
Pada umumnya serbuk tabur harus melewati ayakan dengan derajat halus 100 mesh,
agar tidak menimbulkan iritasi pada bagian yang peka. Syarat serbuk tabur harus homogen
dengan derajat kehalusan pengayak No. 60 bila tidak mengandung lemak, bila mengandung
lemak diayak dengan pengayak No. 44.
Pengayak Nomor 44 artinya setiap 1 cm2 permukaan ayakan terdapat 44 lubang.
Pengayak Nomor 60 artinya setiap 1 cm2 permukaan ayakan terdapat 60 lubang. Contoh
sediaan bedak tabur: Bedak Purol, Caladryl, dan bedak Salicyl dll.
Cara meracik beberapa bahan obat dalam serbuk tabur:
1. Asam salisilat, mentol, kamfer dan Balsam Peru dilarutkann terlebih dahulu dengan
etanol 95% beberapa tetes hingga larut, keringkan dengan pembawanya (talcum).

27
2. Untuk massa kamfer dan mentol tidak ikut diayak guna mencegah penguapan.
3. Adeps lanae dicairkan dimortir panas, setelah cair ditambah talcum aduk hingga
merata. Bila ada penambahan minyak menguap diteteskan dicampurkan dengan serbuk
tabur yang sudah diayak.
4. Zinc Oxyd diayak terlebih dahulu dengan pengayak nomor 60 baru kemudian
ditimbang.

C. RESEP

Dr. Delta
SIP. 739/DU/2019
Jl. Suranadi no. 1, Mataram
Mataram, 19 April 2022
No. 1
R/ Bedak Purol 20 g
Mf pulv adspersorius
S applic loc ue

Pro: Ny. Sarwendah

A. CARA PEMBUATAN
1) Mortir dan stamfer dipanaskan, dengan cara mortir dan stamfer dituang air mendidih,
diamkan hingga dinding mortir dan stamfer bagian luar panas.
2) Timbang talk …... g, sisihkan.
3) Timbang asam salisilat …… g, sisihkan
4) Dengan menggunakan mortir yang lain, masukan asam salisilat ke dalam mortir dan
larutkan dengan etanol 96% secukupnya (beberapa tetes), setelah larut kemudian
keringkan dengan talk sebagian, gerus ad kering dan homogen. Keluarkan dari mortir.
5) Timbang balsam peruv …… g, masukan dalam mortir biasa, larutkan dengan etanol
96% secukupnya (beberapa tetes), setelah larut kemudian keringkan dengan talk
sebagian, gerus ad kering dan homogen. Masukan campuran no 4 ke dalam mortir,
gerus ad homogen.

28
6) Timbang Magn oxyd …… g, masukan dalam mortir di campuran no 5, gerus ad
homogen.
7) Ayak ZnO dengan pengayak no 60, kemudian timbang sebanyak …… g, masukan
dalam mortir campuran no.6, gerus ad homogen.
8) Timbang adeps lanae …… g, sisihkan
9) Setelah mortir dan stamfer panas (no.1), buang air, dan keringkan. Masukan adeps
lanae ke dalam mortir panas, aduk ad mencair, tambahkan sisa talcum gerus ad kering
dan homogen. Kemudian tambahkan campuran no.7 gerus ad homogen.
10) Masa diayak dengan pengayak no.44.
11) Hasil dimasukan dalam wadah bedak dan beri etiket serta copy resep.

(Format laporan lihat halaman xi)

29
PRAKTIKUM 3
PULVERES (PUYER DAN SIRUP KERING)
LINK : https://youtu.be/vsxr7M02bek

A. TUJUAN
1. Mahasiswa mampu membuat sediaan farmasetika dalam bentuk puyer
2. Mahasiswa mampu membaca dan melengkapi resep
3. Mahasiswa mampu menghitung bobot penimbangan, membuat,
membungkus/mewadahi, memberi etiket dan copy resep.
B. TEORI
PULVERES (SERBUK TERBAGI)
Puyer/ Serbuk adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia yang
dihaluskan, ditujukan untuk pemakaian oral atau pemakaian luar.
Keuntungan serbuk sebagai obat dalam adalah :
1. Permukaan yang luas, serbuk lebih mudah terdispersi dan lebih mudah larut daripada
bentuk sediaan yang dipadatkan;
2. Dapat diberikan pada anak-anak atau orang dewasa yang sukar menelan kapsul atau
tablet;
3. Untuk obat yang terlalu besar volumenya bila untuk dibuat tablet atau capsul;
4. Untuk obat- obat yang tidak stabil jika diberikan dalam bentuk larutan atau suspensi
dalam air dapat dibuat serbuk atau granul.
Cara membagi serbuk:
1. Bila serbuk diminta 10 bungkus, serbuk dapat dibagi langsung sama banyak pada
setiap bungkusnya secara visual (sesuai dengan pandangan mata)
2. Bila jumlah serbuk lebih dari 10 bungkus tetapi dalam jumlah genap, misalkan 12
bungkus, serbuk dibagi dua bagian sama banyak dengan menggunakan timbangan.
Kemudian masing-masing bagian dibagi 6 bungkus sama banyak.
3. Bila jumlah serbuk ganjil lebih dari 10, misalkan 15 bungkus, seluruh serbuk
ditimbang, dihitung berat 1 bungkus, timbang satu bungkus, sisa serbuk ditimbang
sama banyak, kemudian masing-masing dibagi 7 bungkus sama banyak.
Menurut Farmakope Indonesia III, serbuk diracik dengan cara :

30
1. Bahan obat dalam jumlah kecil digerus bersama bahan tambahan.
2. Bahan obat dengan berat jenis (BJ) besar digerus terlebih dahulu, kemudian bahan
obat dengan BJ nya kecil.
3. Bahan obat berbentuk kristal atau bongkahan digerus hingga halus.
4. Bahan obat yang berwarna digerus di antara 2 bahan tambahan.
5. Bahan obat yang bobotnya di bawah 50 mg, dilakukan pengenceran.
Cara peracikan puyer bila bahan untuk puyer berupa tablet:
1. Tablet yang ukurannya paling kecil digerus terlebih dahulu
2. Tablet yang ukurannya besar digerus kemudian
3. Kemudian semua serbuk digerus hingga halus dan homogen. Homogenitas dilihat
bila tabletnya warna warni, hasil akhirnya berupa serbuk halus, tidak terdapat
butiran-butiran kasar dengan warna yang homogen.
4. Bila semua serbuk/tablet berwarna putih, pada waktu penggerusan dapat
ditambahkan zat pewarna khusus makanan (misal karmin), agar dapat dilihat
homogenitas dari pewarnaan yang merata.
5. Baru kemudian dimasukan bahan obat yang berupa serbuk, kemudian seluruhnya
digerus hingga homogen.
SIRUP KERING (DRY SIRUP)
Sirup kering adalah suatu campuran padat yang ditambahkan/didispersikan
dengan air saat akan digunakan, sediaan ini sebenarnya adalah bentuk suspensi
kering tetapi sering disebut sebagai sirup kering. Sediaan sirup kering ini digunakan untuk
bahan obat yang tidak stabil dan tidak/sukar larut dalam pembawa air. Komposisi sirup
kering biasanya terdiri dari bahan pengsuspensi agar campuran sirup kering dan air
membentuk dispersi yang sempurna, bahan pembasah, pemanis, pengawet, penambah
rasa/aroma, buffer dan zat warna.
Sirup kering adalah obat yang harus dilarutkan terlebih dahulu dengan air minum
sampai batas tanda, sebelum digunakan. Jika batas tanda tidak ada, dapat meminta bantuan
apoteker di apotek untuk melarutkan, jumlah air ditakar dengan gelas ukur. Suspensi atau
larutan ini biasanya mengandung antibiotik, harus dihabiskan dan hanya dapat digunakan
maksimal 7 hari setelah dilarutkan atau sesuai keterangan.

31
A. RESEP

(Resep hanya untuk media pembelajaran, tidak boleh dipublikasikan dalam bentuk apapun)

A. CARA PEMBUATAN
RESEP 1
1. Ambil Praxion Syrup sejumlah …… botol.
2. Berikan etiket pada kemasan.
RESEP 2
1. Ambil Aclam Syrup sejumlah …… botol.
2. Larutkan dengan sejumlah air sesuai dengan takaran.

32
3. Berikan etiket pada kemasan
RESEP 3
1. Ambil Dexamethasone 0,5 mg tablet sejumlah …... tablet
2. Ambil Cetirizin 10 mg tablet sejumlah …… tablet
3. Ambil GG 100 mg sejumlah …… tablet
4. Ambil Vectrine 300 mg kapsul sejumlah …… kapsul. Buka cangkang kapsulnya,
ambil isinya sesuai jumlah yang dibutuhkan …… mg.
5. Masukan Dexamethasone, Cetirizine dan GG ke dalam mortir, gerus ad halus dan
homogen, lalu tambahkan Vectrine, gerus ad homogen.
6. Bagi serbuk menjadi 10 bagian sama rata. Masukan ke dalam kertas puyer.
7. Beri etiket.
RESEP 4

1. Ambil Pamol Supp sejumlah …… suppositoria.


2. Berikan etiket pada kemasan.
(Format laporan lihat halaman xi)

33
PRAKTIKUM 4
PULVERES (KAPSUL)
LINK : https://youtu.be/m3yqFNum8cA

A. TUJUAN
1. Mahasiswa mampu membuat sediaan farmasetika dalam bentuk kapsul
2. Mahasiswa mampu membaca dan melengkapi resep
3. Mahasiswa mampu menghitung bobot penimbangan, membuat,
membungkus/mewadahi, memberi etiket dan copy resep
B. TEORI
PULVERES (SERBUK TERBAGI)/ KAPSUL
Kapsul merupakan sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau
lunak yang dapat melarut. Cangkang umumnya terbuat dari gelatin, pati ataupun bahan lain
yang sesuai. Kapsul cangkang keras dapat diisi dengan serbuk, granul, bahan semi padat
dan cairan. Ukuran cangkang kapsul keras bervariasi dari nomor paling kecil (5) sampai
nomor paling besar (000). Tujuan pembuatan sediaan kapsul antara lain :
a. Menghindari rasa yang tidak enak
b. Menghindari bau yang tidak enak
c. Agar lebih mudah ditelan
Cara pengisian kapsul:
1. Dengan tangan
Menggunakan tangan tanpa bantuan alat merupakan cara yang paling sederhana
dalam memasukkan serbuk ke dalam kapsul. Cara ini digunakan harus dengan
menggunakan sarung tangan agar menjaga kebersihan dan higienitas dari sediaan.
Pada pembuatan kapsul pertama-tama serbuk dibagi sesuai dengan jumlah kapsul
yang dibutuhkan kemudian tiap bagian serbuk dimasukkan perlahan ke dalam
kapsul.
2. Dengan alat bukan mesin
Penggunaan alat, dapat membantu proses pembuatan kapsul dalam jumlah besar.
Alat ini terdiri dari 2 yaitu bagian tetap dan bagian yang bergerak. Cara pengisian
kapsul adalah dengan cara :

34
a. Buka kapsul menjadi dua bagian
b. Bagian kapsul dimasukkan ke dalam lubang pada bagian alat yang tidak
bergerak
c. Taburkan serbuk yang akan dimasukkan ke dalam kapsul
d. Ratakan dengan bantuan kertas film atau kertas perkamen
e. Tutup kapsul dengan cara merapatkan atau menggerakan bagian alat yang
bergerak
3. Dengan mesin
Produksi kapsul dalam skala industry yang menggunakan alat mesin. Hal ini
bertujuan untuk menjaga keseragaman bobot pada tiap kapsul yang diproduksi.
C. RESEP

(Resep hanya untuk media pembelajaran, tidak boleh dipublikasikan dalam bentuk apapun)

35
D. CARA PEMBUATAN
RESEP 1
1. Ambil Stinopi sejumlah …… kaplet.
2. Berikan etiket pada kemasan.
RESEP 2
1. Ambil Floxaris sejumlah …… kaplet.
2. Berikan etiket pada kemasan
RESEP 3
1. Ambil Theobron 130 mg kapsul sejumlah …... kapsul.
2. Ambil Methylprednisolon 4 mg sejumlah …… tablet. Masukan ke dalam mortir dan
gerus ad halus.
3. Buka cangkang kapsul Theobron, keluarkan isinya, letakan ke dalam mortir yang
sudah berisi Methylprednisolone. Gerus ad halus dan homogen.
4. Bagi serbuk sesuai permintaan pada resep. Masukan ke dalam kapsul.
5. Beri etiket.
(Format laporan lihat halaman xi)

36
PRAKTIKUM 5
SUPPOSITORIA

A. TUJUAN
1. Mahasiswa mampu membuat sediaan farmasetika dalam bentuk sediaan suppositoria
2. Mahasiswa mampu membaca dan melengkapi resep
3. Mahasiswa mampu menghitung bobot penimbangan, membuat,
membungkus/mewadahi, memberi etiket dan copy resep
B. TEORI
Suppositoria adalah sediaan padat yang digunakan melalui dubur berbentuk torpedo, dapat
melunak, melarut atau meleleh pada suhu tubuh. Bahan dasar yang digunakan harus dapat
larut dalam air atau meleleh pada suhu tubuh. Bahan dasar yang sering digunakan adalah
lemak coklat (Oleum Cacao), Polietilenglikol atau lemak tengkawang (Oleum Shoreae)
atau Gelatin. Bobot suppositoria kalau tidak dinyatakan lain adalah 3 g untuk orang dewasa
dan 2 g untuk anak-anak. Suppositoria supaya disimpan dalam wadah tertutup baik dan
ditempat yang sejuk. Keuntungan bentuk torpedo adalah bila bagian yang besar masuk
melalui otot penutup dubur, maka suppositoria akan tertarik masuk dengan sendiri.
Keuntungan penggunaan suppositoria disbanding penggunaan obat per oral adalah :
1. Dapat menghindari terjadinya iritasi obat pada lambung
2. Dapat menghindari kerusakan obat oleh enzim pencernaan
3. Obat dapat masuk langsung dalam saluran darah dan berakibat obat dapat memberi
efek lebih cepat daripada penggunaan obat per oral
4. Baik bagi pasien yang mudah muntah atau tidak sadar

37
C. RESEP

Dr. Umar
SIP. 739/DU/2019
Jl. Suranadi no. 1, Mataram
Mataram, 19 April 2020

R/ Paracetamol 125 mg
Cera Flava 5%
Oleum Cacao ad 100%
m.f.supp.dtd no. III

Pro : An. Nia (7 tahun), BB 20 kg

D. CARA PEMBUATAN
1. Membuka alat pembuat suppositoria
2. Alat ditetesi dengan paraffin cair dengan kapas agar tidak melekat saat pembuatan
suppositoria
3. Tutup alat suppositoria
4. Kemudian leburkan basis cerra flava diatas penangas air sampai meleleh
5. Setelah itu tambahkan oleum cacao, tunggu sampai meleleh dan tercampur rata
6. Paracetamol digerus pada mortir agar halus
7. Kemudian paracetamol dimasukkan pada basis suppositoria
8. Setelah homogen, masukkan campuran tersebut ke dalam alat cetak suppositoria
9. Dinginkan pada suhu 7-10oC selama 30 menit
10. Kemudian setelah memadat, suppositoria dapat dikeluarkan dari cetakkan dan
dibungkus menggunakan aluminium foil
(Format laporan lihat halaman xi)

38
DAFTAR PUSTAKA

Anief, 2008, Ilmu Meracik Obat, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Anief, 2005, Farmasetika, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Suprapti, 2016, Modul Praktikum Farmasetika Dasar, Kemenkes RI, Jakarta.

39

You might also like