Professional Documents
Culture Documents
Kelompok 6 - Askep Gagal Nafas
Kelompok 6 - Askep Gagal Nafas
Dosen Pengampu:
Disusun Oleh:
Kelompok 6
FAKULTAS KEDOKTERAN
2023
PEMBAHASAN
Ada dua macam gagal napas, yaitu gagal napas akut dan gagal kronis
yang masing-masing memiliki definisi yang berbeda. Gagal napas akut
adalah gagal napas yang terjadi pada pasien yang memiliki struktur dan
fungsi paru normal sebelum timbulnya penyakit. Sedangkan gagal
kronis adalah gagal napas yang terjadi pada pasien dengan penyakit
kronis seperti bronkitis kronis, emfisema. Pasien memiliki toleransi
terhadap hipoksia dan hiperkapnia yang memburuk secara bertahap
(Sakti et al., 2021).
F. Manifestasi Klinis
Manifestasi atau gejala klinis awal dari pasien gagal napas biasanya
pasien datang dengan gejala pernafasan (misalnya dispnea, batuk,
hemoptisis, produksi sputum, dan mengi); namun, gejala dari sistem
organ lain (yaitu nyeri dada, penurunan nafsu makan, nyeri ulu hati,
demam, dan penurunan berat badan yang signifikan) juga
penting. Hilangnya penciuman dan/atau paparan terhadap orang sakit
atau kontak tanpa pelindung dengan orang yang terinfeksi virus corona
(COVID-19) merupakan hal yang penting dalam mencurigai penyakit
COVID-19 dan kegagalan pernafasan terkait, terutama pada pasien
berisiko tinggi (pasien lanjut usia, pria, dan pasien dengan penyakit
tidak menular) dan obesitas. Untuk populasi tertentu, adanya kondisi
imunokompromais atau penggunaan imunosupresan juga penting dalam
membuat stratifikasi risiko pada pasien yang berisiko mengalami gagal
napas sejak dini Mirabile et al (2023).
Adapun tanda-tanda gagal napas mungkin muncul di seluruh tubuh
antara lain Mirabile et al (2023):
Inspeksi umum: penggunaan otot tambahan, perubahan status
mental, cachectic, dispnea percakapan, diaforesis, demam, gangguan
pernapasan (saat istirahat atau saat beraktivitas), obesitas, dan
pernapasan berbibir tipis
Kepala: Cushingoid, sianosis sentral, sindrom Horner, dan
konjungtiva pucat
Leher: Distensi vena jugularis, limfadenopati, dan deviasi trakea
Dada/toraks: Ekspansi dada asimetris, bradipnea, bunyi napas
bronkial, pernapasan Cheyne-Stoke, krekel, penurunan suara napas,
tumpul pada perkusi, hiperresonansi pada perkusi, pernapasan
Kussmaul, kyphoscoliosis, P2 keras, pernapasan paradoks, pectus
carinatum, pectus excavatum, gesekan pleura, berkurangnya
ekspansi dada, ronki, stridor, takipnea, fremitus vokal taktil, bunyi
napas vesikular, resonansi vokal, mengi, dan pectoriloquy berbisik
Perut: Hepatomegali
Ekstremitas atas: Asteriksis, jari tabuh, sianosis perifer, noda
tembakau, dan tremor
Ekstremitas bawah: Edema, sianosis perifer, dan pembengkakan
unilateral.
G. Nursing Pathway Gagal Napas
H. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik gagal napas meliputi:
1) Inspeksi
Kesulitan bernapas tampak dalam perubahan irama dan frekuensi
pernapasan. Keadaan normal frekuensi pernapasan 16-20 x/menit
dengan amplitudo yang cukup besar, sehingga menghasilkan volume
tidal sebesar 500ml. Jika seseorang bernapas lambat dan dangkal, itu
menunjukan adanya depresi pusat pernapasan. Penyakit akut paru sering
menunjukan frekuensi pernapasan lebih dari 20x/menit atau karena
penyakit sistemik seperti sepsis, perdarahan, syok, dan metabolik seperti
diabetes melitus.
Adanya tanda sianosis masih sukar ditentukan, bila saturasi oksigen
darah arteri belum dibawah 80% atau bila tekanan parsial oksigen darah
arteri dibawah 50 mmHg. Sianosis tipe sentral dapat dilihat dari
perubahan warna mukosa yang semula kemerahan menjadi kebiruan
terutama pada mukosa pipi, bawah lidah, dan bibir sebelah dalam.
Sianosis tipe perifer terjadi karena sirkulasi darah buruk serta hasil yang
rendah, ditandai dengan adanya warna kebiruan pada kuku disertai akral
dingin.
2) Palpasi
Perawat harus memerhatikan adanya pelebaran ICS dan penurunan taktil
fremitus yang menjadi penyebab utama gagal napas.
3) Perkusi
Perkusi yang dilakukan oleh perawat dengan cermat dan seksama
membuatnya dapat menemukan daerah redup-rendah dengan suara
napas melemah yang disebabkan oleh penebalan pleura, efusi pleura
yang cukup banyak, dan hipersonor, bila didapatkan pnemothoraks atau
empisema paru.
4) Auskultasi
Auskultasi dilakukan untuk menilai apakah ada bunyi napas tambahan
seperti wheezing dan ronkhi serta untuk menetukan dengan tepat lokasi
yang didapat dari kelainan yang ada.
K. Penatalaksanaan
1. Atasi Hipoksemia: Terapi Oksigen
Terapi oksigen jangka pendek merupakan terapi yang dibutuhkan
pada pasienpasien dengan keadaan hipoksemia akut. Oksigen harus
segera diberikan dengan adekuat karena jika tidak diberikan akan
menimbulkan cacat tetap dan kematian.
2. Atasi Hiperkapnia: Perbaiki Ventilasi Jalan napas (Airway)
Jalan napas sangat penting untuk ventilasi, oksigenasi, dan
pemberian obat-obat pernapasan. Pada semua pasien gangguan
pernapasan harus dipikirkan dan diperiksa adanya obstruksi jalan
napas atas. Pertimbangan untuk insersi jalan napas buatan seperti
endotracheal tube (ETT) berdasarkan manfaat dan resiko jalan napas
buatan dibandingkan jalan napas alami.
3. Fisioterapi dada
Ditujukan untuk membersihkan jalan nafas dari sekret, sputum.
Tindakan ini selain untuk mengatasi gagal nafas juga untuk tindakan
pencegahan. Pasien diajarkan bernafas dengan baik, bila perlu
dengan bantuan tekanan pada perut dengan menggunakan telapak
tangan pada saat inspirasi. Pasien melakukan batuk yang efektif.
Dilakukan juga tepukan-tepukan pada dada, punggung, dilakukan
perkusi, vibrasi dan drainage postural. Kadang-kadang diperlukan
juga obat-obatan seperti mukolitik dan bronkodilator
KASUS
Keadaan umum: Pasien tidak sadarkan diri dengan skor GCS E1V1M1
(koma), terdapat luka pada kaki sebelah kanan dan luka pada kepala sebelah
kiri. Tanda-tanda vital pasien: Tekanan Darah: 124/72 mmHg, Nadi : 76
kali/menit, Suhu : 36,5, RR (ventilator) 16 kali/menit, RR (spontan) 0/menit,
Spo2 99 % (Dengan ventilator), berat badan 60kg. Hasil inspeksi terdapat
penggunaan otot bantu napas dibantu ventilator, tidak ada batuk, terlihat
cairan keluar dari mulut pasien, terdengar adanya suara gurgling. Terlihat
adanya deformitas pada bentuk wajah, luka pada kaki kanan dan daerah
kepala, ektremitas teraba dingin. Hasil pengkajian risiko jatuh menggunakan
Morse Fall Scale : 35 (Risiko Rendah).
Hasil pemeriksaan penunjang terlihat adanya fraktur pada bagian temporal.
Berdasarkan hasil pengkajian pasien didiagnosa mengalami Cidera Kepala
Berat (CKB) + SAH + Gagal napas on ventilator
ASUHAN KEPERAWATAN
I. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Tanggal masuk dan jam masuk klien di RS : 18 Juli 2023
Tanggal dan jam masuk klien di ICU/ICCU : 18 Juli 2023
Tanggal dan jam pengkajian : Tidak terkaji
A. Identitas Klien
Nama : Tn. X
Umur : 24 tahun
Tgl Lahir : Tidak terkaji
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Tidak terkaji
Pekerjaan : Tidak terkaji
Alamat : Tidak terkaji
No. Reg. : Tidak terkaji
Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tidak terkaji
Umur : Tidak terkaji
Alamat : Tidak terkaji
Hubungan : Tidak terkaji
B. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama
Pasien pendarahan wajah dan tidak sadarkan diri.
2. Alasan Masuk RS
Pasien mengalami kecelakaan tunggal karena menabrak pohon,
saksi mengatakan wajah pasien terbentur keras ke batang
pohon lalu jatuh ke tanah, setelah kejadian pasien langsung
tidak sadarkan diri dan langsung dibawa warga setempat ke
IDG RSUD Ulin Banjarmasin untuk penanganan lebih lanjut.
3. Riwayat Alergi
Tidak terkaji
4. Riwayat Penyakit Sekarang
pasien masih tidak sadarkan diri dengan skor GCS E1V1M1
(koma) serta wajah pasien penuh darah karena perdarahan dari
hidung dan telinga setelah mendapatkan pertolongan pertama
di IGD pasien dibawa ke ruang ICU untuk dilakukan
perawatan intensif
5. Riwayat Penyakit Dahulu
Tidak terkaji
6. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak terkaji
C. Pengkajian Keperawatan
Data umum:
Tanda-tanda vital
Tekanan darah: 124/72mmHg.
Denyut Jantung: 76x/menit
Kecepatan Pernafasan: 16x/menit
Suhu: 36,50 C
SPO2: 99 % (dengan ventilator)
Berat Badan: 60 Kg
Tinggi Badan: tidak terkaji
Pengkajian Per sistem:
- Sistem Kardiovaskuler
Tidak terkaji
Masalah keperawatan:
- Sistem Respirasi
Terdapat penggunaan otot bantu napas dibantu ventilator, tidak
ada batuk, terlihat cairan keluar dari mulut pasien, terdengar
adanya suara gurgling
Masalah keperawatan:
- Sistem Neurologis
Tidak terkaji
Masalah keperawatan: -
- Sistem Gastrointestinal
Tidak terkaji
Masalah keperawatan:
- Sistem Urogenital
Tidak terkaji
Masalah keperawatan: -
- Sistem Muskuloskeletal
Terlihat adanya deformitas pada bentuk wajah, luka pada
kaki kanan dan daerah kepala, ektremitas teraba dingin
Hasil pemeriksaan penunjang terlihat adanya fraktur pada
bagian temporal..
Masalah keperawatan:
- Sistem Integumen
Pasien terdapat luka pada kaki sebelah kanan dan luka pada kepala
sebelah kiri Masalah keperawatan:
- Sistem Endokrin
Tidak terkaji
Masalah keperawatan: -
- Pengkajian Psikologis
Tidak terkaji
- Pengkajian Sosial
Keluarga mengatakan pasien dibawa ke IGD RSUD Ulin pada
tanggal 18 juli 2023 setelah mengalami KLLD.
Pasien dibawa ke IGD RSUD Ulin oleh warga setempat
- Pengkajian Spiritual
Tidak terkaji
- Pengkajian budaya (Kultur)
Tidak terkaji
Hematologi
Hemoglobin: 11.5 g/dl
Leukosit: 10,6 ribu/µL
Eritrosit: 4.07 Juta/µL
Hematokrit: 38.6%
Trombosit: 95 riibu/µL
RDW-C: 14.5%
MCV-MCH-MCHC
MCV: 94.8 fL
MCH: 28.3 pg
MCHC: 29.8%
Hitung Jenis
Basofil: 0.2 %
Eosinofil: 2.8%
Neutrofil: 76.1%
Limfosit: 12.8 %
Monosit: 8.1%
Basophil: 0.02 ribu/µL
Eosinofil: 0.30 ribu/µL
Neutrofil: 8.08 ribu/µL
Limfosit: 1.36 ribu/µL
Monosit: 0.86 ribu/µL
HFLC: 90/ µL
HFLC: 1 %
Hitung Jenis
Albumin: 3.5 g/dl
SGOT: 70 U/L
SGPT: 649 U/L
b) Hasil pemeriksaan penunjang terlihat adanya fraktur pada
bagian temporal.
E. Diagnosa Medis
Cidera Kepala Berat (CKB) + SAH + Gagal napas on ventilator
- Saksi kejadian di
tempat
kecelakaan
mengatakan Hambatan pertukaran
wajah pasien gas
terbentur keras ke
batang pohon
- Tidak dapat
terkaji karena
pasien tidak sadar Terpasang ventilator
Ketidakefektifan
bersihan jalan napas
DO:
3. Kecelakaan dan Risiko ketidakefektifan
- Pasien mengalami benturan pada wajah perfusi jaringan serebral
penurunan (00039)
kesadaran dengan
GCS E1V1M1
(koma)
Cedera kepala
- Darah dan telinga
pasien
mengeluarkan
darah
Deformitas dan fraktur
- Adanya deformitas
pada kepala
pada bentuk wajah
- Terdapat luka pada
daerah kepala
- Pasien terpasang Keluar darah dari
ventilasi dengan hidung dan telinga
SPO2: 99%
- RR: 16x/menit
- Terdapat fraktur
pada bagian Gangguan aliran darah
temporal dan penurunan O2
DS:
- Saksi di tempat
mengatakan wajah Risiko ketidakefektifan
pasien terbentur perfusi jaringan
serebral
Diagnosa prioritas:
keparahan
cedera fisik
(1913)
setalah
dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 1 x 24
jam
diharapkan
hasil
- perdarahan
dari skala 4
menjadi 5
- fraktur muka
dari skala 3
menjadi
skala 4
- cedera
kepala
tertutup dari
skala 4
menjadi 5
DAFTAR PUSTAKA
Bakhtiar, B. (2013). Aspek Klinis dan Tatalaksana Gagal Nafas Akut pada
Anak. Jurnal Kedokteran Syiah Kuala, 13(3), 173-178.
Mirabile, V, S., Eman, S., Abdulghani, S., & Bracken, B., 2023. Respiratory
Failure. National Library of Mecicine (NIH).
Sakti, M., Ferianto, F., Siswoyo, D. V., Candita, F., & Ifani, R. F. (2021).
Tatalaksana Gagal Nafas Akut Akibat Edem Paru Akut pada Pasien
dengan Hipertensi. Collaborative Medical Journal (CMJ), 4(1), 26-
32.