You are on page 1of 11

MAKALAH

ANTINUTRISI GLUKOSINOLAT PADA BAHAN PAKAN

Dosen Pembimbing : Ir. Yunilas

KELPMPOK 6

TIARA AFRIZA TANJUNG 220306008

RENDI BREGI SEMBIRI 220306024

GALIH BAGUS 220306070

PROGAM STUDI PETERNAKAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2023
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kami
kemudahan sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjdul “Antinutrisi
Glukosinolat pada Bahan Pakan” ini dengan tepat waktu.

Kami mengucapkan terimakasih kepada Ibu Ir Yunilas, MP selaku dosen


pengampu matakuliah ilmu bahan pakan dan formulasi ransum yang telah
memngajarkan kami dengan baik.

Kami sebagai penyusun makalah ini menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari kata sempurana. Oleh karena itu kami sangat menerima kritik dan saran
dari pembaca agar kami dapat memperbaiki kesalahan pada makalah ini.

Akhir kata kami ucapkan terimakasih semoga makalah ini bisa


memberikan manfaat untuk pembaca.

i
DAFTAR ISI
Hal

KATA PENGANTAR ............................................................................... i

DAFTAR ISI ............................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1

Latar belakang ..................................................................................... 1

Rumusan Makalah ............................................................................... 1

Tujuan Makalah ................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................... 2

Apa itu Glukosinolat ............................................................................ 2

Proses Pembentukan Glukosinolat ....................................................... 2

Pakan Yang Mengandung Glukosinolat .............................................. 3

Efek Glukosinolat Pada Ternak ........................................................... 4

Cara Mengurangi Kandungan Pada Bahan Pakan .............................. 4

BAB III PENUTUPAN ............................................................................. 7

Kesimpulan ............................................................................................ 7

ii
BAB I

PENDAHULUAN
Latar Belakang

Pakan Ternak adalah semua bahan pakan yang bisa diberikan dan bermanfaat
bagi ternak serta tidak menimbulkan pengaruh negatif terhadap tubuh ternak.
Pakan yang diberikan harus berkualitas tinggi, yaitu mengandung zat-zat yang
diperlukan oleh tubuh ternak dalam hidupnya seperti air, karbohidrat, lemak,
protein.

Bahan pakan berkualitas menjadi sebuah keniscayaan dalam formulasi pakan.


Tentunya tujuan formulasi pakan akan tercapai apabila bahan yang digunakan
adalah bahan-bahan berkualitas tinggi dan sesuai dengan tujuan penggunaannya.
Kualitas bahan pakan sendiri tidak melulu soal kandungan yang dapat menunjang
pertumbuhan ternak, namun secara alami ada zat yang disebut dengan antinutrisi
dalam bahan pakan.

Rumusan Makalah

1. Apa itu Glukosinolat?


2. Bagaimana proses pembentukan Glukosinolat
3. Pakan apa saja yang mengandung Glukosinolat ?
4. Bagaimana efek mengkonsumsi Glukosinolat pada ternak
5. Bagaimana Mengurangi kandungan Glukosinolat pada bahan pakan?

Tujuan Makalah

1. Untuk mengetahui apa itu glukosinolat.


2. Untuk mengetahui proses pembentukan Glukosinolat.
3. Untuk mengetahui pakan yang mengandung Glukosinolat.
4. Untutk mengtahui efek mengkonsumsi Glukosinolat pada ternak.
5. Untuk mengetahui cara mengurangi kandungan Glukosinolat pada bahan
pakan.

1
BAB II

PEMBAHASAN

Apa itu Glukosinolat

Glukosinolat adalah senyawa metabolit sekunder tanaman yang mengandung


komponen sulfur, umumnya terdapat pada tanaman kubis-kubisan atau brasika.
Glukosinolat terdapat pada tanaman brasika, pepaya, dan kelor. Glukosinolat
merupakan metabolit sekunder yang mengandung sulfur yang sangat toksik
terhadap patogen dengan daya tekan sesuai dengan komposisi kimia dan
konsentrasinya (Lin dkk., 2015).

Ternak yang mengonsumsi glukosinolat dalam konsentrasi yang signiikan


dapat terganggu kesehatannya serta menurun produktivitasnya. Secara umum
ternak nonruminansia lebih sensitif terhadap glukosinolat dibandingkan dengan
ternak ruminansia. Babi lebih terpengaruh oleh glukosinolat makanan
dibandingkan kelinci, unggas, dan ikan. Pada babi, level glukosinolat 1,0 µmol/g
tidak menimbulkan efek negatif terhadap performa. Level di atas nilai tersebut
dapat menurunkan konsumsi ransum dan pertumbuhan. Apabila glukosinolat
melebihi 7 µmol/g maka terjadi deisiensi iodium, meningkatnya level T3 dan T4
di serum darah, menginduksi hipertropi liver dan tiroid, menurunkan level Zn di
tulang dan serum, serta menurunkan alkalin fosfatase di serum. Suplementasi
iodium dalam ransum babi dapat mengurangi efek negatif yang disebabkan oleh
glukosinolat.

Pada ruminansia, toleransi terhadap glukosinolat lebih tinggi dikarenakan


keberadaan mikroba rumen yang mampu mentransformasi glukosinolat dan
produk derivatifnya. Namun demikian, konsumsi glukosinolat pada jangka waktu
yang panjang menimbulkan goitrogen, meningkatnya level tiosianat di plasma,
menurunnya level tiroksin, serta mengganggu fertilitas.

Proses Pembentukan Glukosinolat

Glukosinolat, yang didistribusikan secara luas dalam ordo Brassicales ,


adalah salah satu kelas bahan kimia pertahanan yang paling banyak dianalisis

2
pada tanaman. Setelah kerusakan jaringan oleh hama, glukosinolat dihidrolisis
oleh tioglukosida glukohidrolase yang disebut mirosinase menjadi tiohidroksimat-
O-sulfonat yang tidak stabil, yang dapat disusun ulang untuk membentuk
serangkaian produk hidrolitik termasuk isothiocyanates, nitril, dan produk
sampingan lainnya yang beracun bagi herbivora, patogen. , dan organisme lain.

Pakan Yang Mengandung Glukosinolat

Pakan ternak yang berasal dari Brassica adalah sumber utama glukosinolat
dalam makanan hewani. Asupan glukosinolat yang tinggi menyebabkan beberapa
masalah kesehatan dan produksi pada hewan, namun glukosinolat yang rendah
dalam makanan dapat menjadi sumber protein yang baik terutama asam amino
yang mengandung sulfur.

Tepung lobak merupakan bahan yang mengandung protein tinggi yang dapat
digunakan sebagai pakan ternak dan unggas. Tepung lobak adalah sumber utama
glukosinolat dan merupakan sumber protein dan sulfur yang mengandung asam
amino dalam nutrisi hewani. Asam amino dari protein lobak yang disolasi telah
terbukti memiliki komposisi yang mirip dengan protein kedelai, dan terdapat
dalam konsetrasi yang tinggi, dibandingkan dengan tepung biji minyak nabati
lainnya,

Bahan pakan lain yang mengandung glukosinolat adalah repeseed yang


membatasi penggunaannya sebagai pakan. Bungkil repeseed mengandung tiga
jenis glukosinolat utama dalam kosentrasi tinggi yakni progoitrin, gluconapin,,
dan glucobrassicanapin. Kandungan glukosinolat pada bungkil repeseed sangat
bervariasi tergantung pada varietas dan asal daerah/negara. Pada tahun 1980an ,
bungkil repeseed mengandung glukosinlat pada rentang 125-207 µmol/g bahan
kering (rataan 166 µmol/g). Teknik rekayasa genetika berhasil menurunkan
kandungan glukosinolat pada bungkil repeseed menjadi kisaran 9-69 µmol/g
bahan kering (rataan 38 µmol/g). Kini sejumlah verietas bungkil repeseed dapat
mengandung kurang dari 25 µmol/g.

3
Efek Glukosinolat Pada Ternak

Ternak yang mengkonsumsi glukosinolat dapat terganggu kesehatannya serta


menurun produktivitasnya. Secara umum ternak nonruminansia lebih sensitif
terhadap glukosinolat dibandingkan dengan ternak ruminansia. Selain itu, ternak
yang muda juga lebih rentan terhadap glukosinolat dibandingkan ternak yang
lebih dewasa. Glukosinolat sendiri sebetulnya merupakan molekul yang tidak
aktif secara biologis, namun produk degradasinya (isotiosianat, tiosianat,
oxazolidition, dan nitril) yang aktif dan menyebabkan sejumlah efek negatif bagi
ternak.

Pada konsentrasi rendah, produk hidrolisis dari glukosinolat memiliki sifat


antioksidan dan antikanker. Namun demikian, pada konsentrasi tinggi
glukosinolat bersifat goiter, menyebabkan pembesaran kelenjar tiroid,
mengganggu sistem endokrin tubuh, menghambat pertumbuhan, dan menurunkan
produktivitas ternak. Pada kondisi yang parah, glukosinolat bahkan dapat
menyebabkan pendarahan hati dan meningkatkan mortalitas ternak. Menurunnya
produktivitas ternak oleh glukosinolat diawali dengan menurunnya konsumsi
ransum karena glukosinolat berasosiasi dengan rasanya yang pahit. Ternak yang
mengonsumsi bungkil rapeseed memiliki ciri khas yakni menurunnya konsumsi
ransum dikarenakan kandungan glukosinolatnya yang tinggi.

Cara Mengurangi Kandungan Glukosinolat Pada Bahan Pakan

Detoksiikasi glukosinolat bertujuan untuk menghilangkan atau setidaknya


mengurangi kandungan glukosinolat pada bahan dan untuk meminimumkan efek
negatifnya terhadap kesehatan dan produksi ternak. Strategi detoksiikasi
glukosinolat melibatkan sejumlah perlakuan atau pengolahan pakan sebelum
pakan tersebut diberikan pada ternak. Perlakuan yang dapat diterapkan meliputi
irradiasi microwave, ekstrusi, perendaman pada larutan mineral tertentu,
fermentasi, pemanasan, dan suplementasi.

Irradiasi microwave dapat menginaktivasi enzim mirosinase yang terdapat


pada bungkil rapeseed serta merusak struktur kimia glukosinolat. Kerusakan

4
glukosinolat semakin besar dengan semakin tingginya kadar air pada bahan serta
semakin lamanya periode perlakuan irradiasi microwave.

Perlakuan ekstrusi lebih efektif dalam menurunkan kadar glukosinolat, Lebih


jauh, teknik ekstrusi basah yang diterapkan pada bungkil rapeseed dengan
penambahan amonia dapat menurunkan kandungan glukosinolat .

Perendaman bungkil rapeseed pada larutan tembaga sulfat (CuSO4 .5H2O)


dapat secara efektif mengurangi kadar glukosinolat. Ketika bungkil rapeseed yang
sudah diberi perlakuan tersebut diberikan pada ayam broiler dan babi maka terjadi
peningkatan pertumbuhan, fungsi tiroid, status iodium, level Zn serum, dan
aktivitas enzim alkalin fosfatase dibandingkan dengan kontrol (bungkil rapeseed
tanpa perlakuan). Diduga bahwa perlakuan tembaga sulfat mengubah reaksi
degradasi glukosinolat menjadi metabolit yang tidak berbahaya atau setidaknya
level toksiknya lebih rendah bagi ternak.

Fermentasi dengan menggunakan jenis mikroorganisme tertentu juga dapat


digunakan sebagai salah satu cara untuk detoksiikasi glukosinolat. Fermentasi
bungkil rapeseed dengan kapang Rhizopus oligosporus dan Aspergillus sp. pada
suhu 25°C selama 10 hari berhasil menginaktivasi enzim mirosinase dan
menurunkan kadar glukosinolat sebesar 431 µmol/mmol. Diduga bahwa
komponen glukosa dan sulfur yang ada pada molekul glukosinolat dimanfaatkan
oleh mikroba untuk hidupnya.

Perlakuan pemanasan, baik itu pemanasan basah maupun pemanasan kering


dapat dilakukan untuk detoksiikasi glukosinolat. Secara umum pemanasan basah
apalagi dengan menggunakan tekanan lebih efektif dalam menurunkan kadar
glukosinolat dibandingkan dengan pemanasan kering. Bungkil rapeseed yang
telah diberikan perlakuan panas dapat meningkatkan produksi susu dan eisiensi
utilisasi nitrogen pada sapi perah laktasi. Namun demikian, perlakuan pemanasan
pada suhu tinggi (lebih dari 110°C) dan waktu yang lama dapat menurunkan
utilisasi protein pada ternak monogastrik. Berbeda dengan ternak Ruminansia di
mana kondisi tersebut meningkatkan proporsi protein yang tidak terdegradasi di
rumen (undegradable atau bypass) sehingga dapat bermanfaat untuk

5
meningkatkan suplai metabolizable protein, yakni protein yang dapat dicerna dan
diserap di usus halus.

Proses perendaman juga dapat menurunkan kadar glukosinolat pada bahan.


Waktu perendaman yang optimal untuk menurunkan kadar glukosinolat adalah
sekitar 6–8 jam. Adapun rekomendasi proporsi bahan pakan dan air untuk
perlakuan perendaman ini adalah 1:5 (bobot bahan per volume air). Kelebihan
metode perendaman dalam air adalah kemudahan dalam prosesnya serta sangat
ekonomis. Namun kelemahannya adalah terjadinya kehilangan bahan kering
(termasuk komponen nutrien) yang larut dalam air.

Pada ransum yang tinggi glukosinolat, suplementasi iodium (I) dan tembaga
(Cu) dapat mengurangi efek negatif yang ditimbulkan oleh glukosinolat.
Suplementasi Cu dan I dapat menetralisir glukosinolat sehingga meningkatkan
performa ternak karena Cu merupakan elemen ergotropik, sedangkan I merupakan
komponen dari hormon tiroid. Suplementasi iodium mengkompensasi senyawa
goitrogen yang mengurangi ketersediaan iodium bagi ternak, sedangkan Cu
mengubah reaksi kimia dari degradasi glukosinolat sehingga menghasilkan
produk hidrolisis yang lebih aman

6
BAB III

PENUTUPAN

Kesimpulan
Asupan glukosinolat yang tinggi menyebabkan beberapa masalah kesehatan
dan produksi pada hewan, namun glukosinolat yang rendah dalam makanan dapat
menjadi sumber protein yang baik terutama asam amino yang mengandung sulfur.

Asam amino dari protein lobak yang disolasi telah terbukti memiliki
komposisi yang mirip dengan protein kedelai, dan terdapat dalam konsetrasi yang
tinggi, dibandingkan dengan tepung biji minyak nabati lainnya, Bahan pakan lain
yang mengandung glukosinolat adalah repeseed yang membatasi penggunaannya
sebagai pakan.

7
DAFTAR PUSTAKA
Int J Mol Sci. Februari 2022; 23(3): " Organisasi Seluler dan Subseluler Sistem
Glukosinolat-Myrosinase terhadap Herbivora dan Patogen "
1577.Diterbitkan online 2022 29
Jayanegara, A., Ridla, M., & Laconi, E. B. (2019). Komponen Antinutrisi pada
Pakan. PT Penerbit IPB Press.
Lin, S., Huangpu, J.J., Chen, T., Wu, L.K., Zhang, Z.Y., and Lin, W.X., 2015.
Analysis of Soil Microbial Community Structure and Enzyme Activities
Associated with Negative Effects of Pseudostellaria Heterophylla
Consecutive Monoculture on Yield. Pakistan Journal of Botany, 472):761–
769.
MK tripati, 2007, glukosinolat dalam nutrisi hewani : sebuah tinjauan. Ilmu
teknologi pakan ternak
https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S0377840106001362
Diakses pada tgl 1 Oktober 2023
Rutkowski, A. 1971. Nilai pakan dari tepung lobak. J Am Minyak Kimia
https://linkspringercom.translate.goog/article/10.1007/BF02609300?error=c
ookies_not_supported&code=c3dc6d5c-c970-4e5e-a43f-
2fbe484c0600&_x_tr_sl=en&_x_tr_tl=id&_x_tr_hl=id&_x_tr_pto=tc
diakses 1 Oktober 2023
Tripathi M.K , dan Mishara AS. ( 2017) 5(3) . Prospek dan Masalah Glukosinolat
Makanan pada Manakan Ternak. Kemajuan dalam penelitian susu.
https://www-longdom-org.translate.goog/open-access/prospects-and-
problems-of-dietary-glucosinolates-in-animal-feeding
24591.html?_x_tr_sl=en&_x_tr_tl=id&_x_tr_hl=id&_x_tr_pto=tc diakses
pada 1 oktober 2023
Widyati, E. (2019). Intervensi Manusia terhadap Komunitas Rhizosfir: Review
(Human Disturbance on Rhizosphere Communities: Review). Jurnal
Manusia dan Lingkungan, 26(1), 10-19.
Widyati, E. (2019). Intervensi Manusia terhadap Komunitas Rhizosfir: Review
(Human Disturbance on Rhizosphere Communities: Review). Jurnal
Manusia dan Lingkungan, 26(1), 10-19.

You might also like