You are on page 1of 22

LAPORAN PRAKTIKUM PERCOBAAN

LEMAK

Disusun Oleh:

Gabriela Beatrix Siampa Rumbino (230111010211)


Marcia Rosmonic Minipko (230111010212)
Naomi Gabrelia Yeimo (230111010213)
Beatrix Audrey Alicia Bawole (230111010214)
Edwin William Wangke (230111010215)
Elisa Franklin Patras (230111010216)
Erico Benedictus Sanyoto (230111010217)
Gracia Mercy Erlinda Patiro (230111010218)
Hervid Adolf Theodorus Mangindaan (230111010219)
Jeniffer Kate Lengkong (230111010220)
Sayra Natalie Karundeng (230111010221)
Yulens Iba (230111010222)

UNIVERSITAS SAM RATULANGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
2023
1. Uji Kelarutan
a. Tujuan Pembahasan

Untuk mengetahui sifat-sifat lemak saat dilarutkan dengan air, asam, garam, alkohol,
klorofoam, aseton.

b. Dasar Teori

Banyak sel jaringan mengandung lipid atau lemak, yang merupakan molekul organik yang
larut dalam pelarut non-polar seperti eter, kloroform, dan benzena tetapi tidak larut dalam air. Lipid
bersifat hidrofolik atau non-polar. Trigliserida, atau ester gliserol dengan tiga asam lemak yang
mungkin berbeda jenisnya, adalah komponen utama lipid. Trigliserida memiliki rumus kimia
CH2COOR-CHCOOR'-CH2-COOR, dengan R, R', dan R masing-masing merupakan rantai alkil
panjang. RCOOH, R'COOH, dan RCOOH adalah tiga asam lemak. Trigliserida alami dapat
memiliki rantai asam lemak dengan panjang berbeda-beda, meskipun panjang yang paling sering
adalah 16, 18, atau 20 atom karbon. Gliserida, monogliserida, asam lemak bebas, lilin, dan
golongan lipid sederhana dengan komponen asam lemak termasuk turunan senyawa
terpenoid/isoprenoid dan turunan steroid termasuk di antara bahan lipid tambahan. Ketika
dikombinasikan dengan protein (Lipoprotein) atau karbohidrat (Glikolipid), lipid sering kali
membentuk molekul kompleks. Lipid adalah bagian dari hormon, membran plasma, dan vitamin.
Istilah "lipid" tidak secara tepat berhubungan dengan struktur molekul yang memiliki ciri-ciri
seperti protein dan karbohidrat.

Terdapat berbagai golongan lipid yang larut dalam pelarut polar, padahal lipid umumnya
tergolong zat yang mudah larut dalam pelarut organik yang cenderung non polar, seperti etanol,
eter, dan kloroform. Lemak, juga dikenal sebagai lipid, merupakan bahan yang memberi energi
tinggi dan berfungsi sebagai sumber energi utama tubuh untuk operasi metabolisme. Makanan dan
sintesis organ normal adalah dua sumber utama lemak yang beredar di dalam tubuh. Lemak ini
dapat disimpan dalam sel lemak sebagai cadangan energi. Lipid terdiri dari dua jenis asam lemak:
asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh. Rantai karbon molekul asam lemak tak jenuh
mengandung ikatan rangkap. Halogen dapat bereaksi dengan rantai atom C dengan ikatan tak
jenuh dengan sangat cepat (peristiwa tambahan).

Minyak atau lemak dapat teroksidasi saat disimpan. Alasan terjadinya ketengikan ini
adalah pada suhu kamar, asam lemak dihidrolisis atau dioksidasi menjadi hidrokarbon, alkanal,
atau keton serta sejumlah kecil apoksi dan alkohol (alkanol), yang mudah menguap dan
mempunyai bau yang tidak sedap (tengik/tengik). lemak yang disimpan terlalu lama akan
kehilangan nilai gizinya karena cepat terhidrolisis dan teroksidasi pada suhu kamar. Anda dapat
mengawetkan barang jika Anda menyimpannya di tempat sejuk, kering, dan jauh dari udara. Lipid
bertindak sebagai sumber energi dan penyimpan energi selain sebagai penyusun membran. Asam
lemak memiliki kandungan energi yang tinggi secara nutrisi (menghasilkan banyak ATP). Kerena
kalau makanan harus mengandung lemak karena itu penting. Karena bereaksi satu sama lain dan
berperan sebagai antioksidan dalam tubuh, asam lemak tak jenuh diduga memiliki nilai gizi lebih
tinggi. Di antara kegunaan lipid adalah:

1. Sebagai bagian dari susunan struktural membran sel. Lipid dalam situasi ini berfungsi sebagai
penghalang sel dan mengontrol aliran material.

2. Sebagai tempat penyimpanan makanan, transportasi, dan cadangan energi. Jaringan adiposa
adalah tempat penyimpanan lipid.

3. Seperti halnya vitamin dan hormon Vitamin membantu pengaturan proses biologis,
sedangkan hormon mengontrol komunikasi sel-ke-sel.

4. Pelindung kulit dan elemen dinding sel


c. Alat dan Bahan

a. Alat
- Tabung rekasi - Penjepit
- Pipet tetes - Arloji
- Penangas air - Botol semprot

b. Bahan
- NaCL 2M - Kloroform
- NaOH 2M - Etanol 90%
- Akuadest - Indikator penolptalein
- H2SO4 encer - KMnO4 encer
- Larutan Na2SO3 1% - Gliserol
- Alkohol 70% - Kristal KHSO4
c. Prosedur kerja
a. Siapkan 7 tabung reaksi dan diisi masing-masing dengan aquades, H2SO4 encer,
Na2SO3 1%, alkohol 70%, kloroform, etanol 90%.
b. Tambahkan beberapa tetes minyak pada masing-masing tabung reaksi.
c. Kocok dan diamati kelarutan minyak dalam masing-masing pelarut tersebut.
d. Hasil

No. Sampel Pelarut Kelarutan


1. Mentega Blue
Band Tidak Terlarut

Aquadest

Tidak Terlarut

H2SO4 Encer

Tidak Terlarut

Na2SO3 1%
Tidak Terlarut

Alkohol

Terlarut

Kloroform

Tidak Terlarut

Aseton
Tidak Terlarut

Aquadest

Tidak Terlarut

H2SO4 Encer

2. Minyak

Tidak Terlarut

Na2SO3 1%

Tidak Terlarut

Alkohol 70%
Larut

Kloroform

Tidak Terlarut

Aseton

e. Pembahasan

Uji ini terdiri atas analisis kelarutan lipid maupun derivat lipid terdahadap berbagai macam
pelarut. Dalam uji ini, kelarutan lipid ditentukan oleh sifat kepolaran pelarut. Apabila lipid
dilarutkan ke dalam pelarut polar maka hasilnya lipid tersbut tidak akan larut. Hal tersebut karena
lipid memiliki sifat nonpolar sehingga hanya akan larut pada pelarut yang sama-sama nonpolar
(Garjito, 1980). Hasil pengamatan menunjukkan bahwa sampel lipid/lemak menunjukkan hasil
yang berbeda-beda pada tiap reagen. Pada pengamatan kelarutan lipid dalam senyawa polar dan
non polar, dimana lipid adalah sampel pertama dan kedua. Sampel lipid pertama adalah mentega
blue band, dan sampel lipid kedua adalah minya. Dimana mentega blue band dan minyak
merupakan lipid yang akan dilarutkan dengan pelarut non polar (Kloroform) dan pelarut polar
(Aquadest, H2SO4 encer, Na2SO3 1%, alcohol, dan aseton). Pada pengamatan kali ini, lipid tidak
larut dalam air, tetapi akan sedikit larut dalam alkohol, dan bahkan larut sempurna dalam pelarut
organik seperti eter, kloroform, aseton, benzena, atau pelarut polar lainnya.
f. Kesimpulan

Mentega dan minyak merupakan suatu sampel lemak bersifat non polar sehingga hanya akan
larut dalam pelarut organik/non polar.

2. Pembentukan Emulsi

a. Tujuan praktikum

Untuk mengetahui sifat-sifat lemak dalam pembentukan emulsi.

b. Dasar Teori

Emulsi adalah sistem yang banyak terdapat dalam kehidupan kita sehari-hari, mulai dari
bahan makanan sederhana seperti susu dan mentega, hingga produk perawatan pribadi seperti
salep, kosmetik, dan perlengkapan mandi, atau produk industry seperti cat atau bhan kimia
pertanian, dan produk yang terlihat dalam proses, misalnya dari industry minyak dan gas. Menurut
definisi IUPAC , emulsi adalah suatu sistem fluida koloid dengan tetesan cairannya terdispersi ke
dalam cairan lain, sehingga kedua cauran tersebut pada dasarnya tidak dapat bercampur. Emulsi
merupakan suatu sistem yang tidak stabil secara termodinamika dengan kandungan paling sedikit
dua fase cair yang tidak dapat bercampur, satu diantaranya didispersikan sebagai globula dalam
fase cair lain. Ketidakstabilan kedua fase ini dapat dikendalikan menggunakan suatu zat
pengemulsi disebut juga emulsifier atau emulgator. Terdapat beberapa jenis emulsi, mulai dari
yang sederhana hingga kompleks. Sistem emulsi minyak dalam air adalah sistem emulsi dengan
minyak sebagai fase terdispersi dan air sebagai fase pendispersi. Emulsi tersebut dapat ditemukan
dalam beberapa bahan pangan yaitu mayonnaise, susu, krim dan adonan roti. Berkebalikan dengan
emulsi air dalam minyak atau water in oil adalah emulsi dengan air sebagai fase terdispersi dan
minyak sebagai fase pendispersi. Jenis emulsi ini dapat ditemukan dalam produk margarin dan
mentega

Pembentukan emulsi adalah suatu proses di mana dua zat yang biasanya tidak bercampur,
seperti minyak dan air, dapat dicampur menjadi satu fase yang homogen. Sabun sering digunakan
untuk memfasilitasi pembentukan emulsi, dan eksperimen ini bertujuan untuk mengamati dan
menjelaskan bagaimana campuran air, sabun, dan minyak menghasilkan emulsi. Lipid adalah
sekelompok senyawa heterogeny meliputi lemak, minyak steroid, malam (wax), yang berkaitan
lebih karena sifat fisiknya daripada sifat kimianya. Sifat umumnya berupa tidak larut dalam air,
larit dalam pelarut non-polar. Lemak (fat) adalah salah satu contoh lipid sederhana, yang nantinua
akan dicernah di dalam usus dan Sebagian besar disimpang pada jaringana adiposa sebagai
insulator panas di jarungan subkutan. Karena lipid tidam mampu larut di dalam air, masalah cara
pengangkutan lipid dalam plasma darah yang berbadan dasar air, dipecahkan dengan cara
menggabungkan lipid nonpolar (trigliserol dan ester kolesteril) dengan lipik amfipatik (fosfolipid
dan kolestrol) serta protrein untuk menghasilkan lipoprotein yang dapat bercampur dengan air.
Lipid utama dalam makanan adalah trigliserol dan dalam jumlah yang sedikit yaitu fosfolipid,
keduanya bersifat hidrofobik (tidak dapat larut dalam air ) dan harus dihidrolisis dan diemulsikan
menjadi butiran yang sangat halus sebelum diserap. Hidrolisis trgliserol dimulai dari lipase mulut
dan lambung yang menyerang ikatan ester sn-3 yang membentuk 1,2 diasilgliserol dan dalam asam
lemak bebar serta mempermudah proses emulsifikasi

c. Alat, Bahan & Prosedur

a. Alat
- Tabung rekasi - Penjepit
- Pipet tetes - Spritus
- Penangas air

b. Bahan

- NaCL 2M - Kloroform
- NaOH 2M - Etanol 90%
- Akuadest - Indikator penolptalein
- H2SO4 encer - KMnO4 encer
- Larutan Na2SO3 1% - Gliserol
- Alkohol 70% - Kristal KHSO4
c. Prosedur Kerja

1. Siapkan 2 tabung reaksi, diisi dengan masing-masing 1 ml air dan larutan sabun
2. Tambahkan beberapa tetes minyak, dikocok, dan dibiarkan selama 5 menit
3. Amati apa yang terjadi

d. Hasil

No Sampel Sebelum dikocok Sesudah dikocok


1 Minyak + Air

2 Minyak + Sabun

No Sampel Sebelum dikocok Sesudah dikocok


1 Blue
Band +
Air

2 Blue
Band +
Sabun

e. Pembahasan:

jenis pelarut yang digunakan untuk melarutkan zat terlarut yang merupakan lipid atau
lemak yaitu minyak dan blue band mampu memengaruhi hasil akhir dari emulsifikasi dari lipid.
Dapat diamati dengan kasat mata, pelarut air dan sabun memiliki pengaruh yang berbeda terhadap
lipid. Hal ini tentu didasari dengan sifat sifat kimiawi yang dimiliki masing-masing senyawa.
Dapat terlihat pada kedua jenis- minyak dan blueband zat yang menjadi variabel bebad dalam
eksperimen yang dikakukan, hanya beberapa reaksi saja yang menjadi sebuah emulsi. Pada
percobaan ini

Perbedaan jenis ikatan intramolekul dalam senyawa pada eksperimen bukan merupakan
jenis ikatan yang sama. Hal ini tentu menjadi alasan mengapa pada percobaan ini, peneliti tidak
ingin zat pada eksperimen terlarut. Pada percobaan pertama yaitu air dan minyak , dapat terlihat
kedua reaktan tersebut berada pada 2 fasa yang berbeda yaitu cair dan aqueos pada keadaan
sebelum dikocok. hal ini, disebabkan akibat perbedaan densitas dari reaktan tersebut. Sesuai
dengan pengamatan pada dokumentasi, tidak ada terjadinya pencampuran (emulsifikasi) ataupun
emulsi temporer yang terjadi dalam tabung reaksi.Lain halnya dengan reaktan sabun cair yang
merupakan emulsifier. Pada percobaan yang telah dilakukan, akan terdapat emulsi yang terbentuk.
Dapat terlihat warna dari emulsi tersebut adalah kuning berkabut. Emulsi yang dihasilkan besifat
permanen dan irreversible. Artinya, Ketika sampel didiamkan pada jangka waktu tertentu, sampel
tersebut akan tetap berwarna kuning berkabut (emulsi) dan tidak Kembali pada lipid (blue band
dan minyak) dan sabun cair

f. Kesimpulan:

Pembuatan emulsi berperan penting dalam kehidupan sehari-hari terlebih dalam


kedokteran. Pembuatan emulsi dapat berguna pada sintesis obat maupun suplemen dan berguna
pada saat proses penyerapan nutrisi di dalam tubuh. Penggunaan reaktan penting dalam sintesis
emulsi karena didasari oleh sifat kimiawinya. karena, ketika menggunakan reaktan yang dapat
larut ataupun bereaksi, produk yang dihasilkan bukan merupakan suatu emulsi.
3. Penyabunan

a. Tujuan pembahasan:

Untuk mengetahui sifat-sifat lemak dan mempelajari reaksi penyabunan.

b. Dasar teori:

Jika sabun dicampur dengan air, akan terbentuk dispersi koloid. Larutan sabun ini
mengandung agregat dari molekul sabun yang disebut micelle, yang permukaannya terhubung
dengan air oleh ujung polar atau hidrofilik. Sabun memiliki sifat seperti berikut ini:

1. sabun dalam air yang telah terhidrolisis akan membentuk basa yang menyebabkan sabun
yang ada pada air akan memiliki sifat basa.
2. larutan sabun mengandung daya yang merendahkan atau menurunkan tegangan muka
cairan sehingga ketika dikocok maka air sabun akan menghasilkan busa.

Sabun termasuk dalam jenis senyawa yang dapat menurunkan tegangan permukaan air
dikenal sebagai surfaktan. Molekul surfaktan apa pun memiliki ujung hidrofobik (biasanya satu
rantai hidrokarbon atau lebih) dan hidrofilik (biasanya ionik). Agar molekul surfaktan efektif, porsi
hidrokarbonnya harus mengandung dua belas atom karbon atau lebih (Linggih, 1986). Jika lemak
atau minyak terhidrolisis oleh alkali, itu dapat menghasilkan asam lemak dan gliserol. Proses
hidrolisis yang disengaja biasanya dilakukan dengan menambah basa kuat seperti NaOH dan
KOH, yang kemudian dipanaskan dan menghasilkan gliserol dan sabun. Proses ini disebut sebagai
reaksi penyabunan atau saponifikasi. Minyak atau lemak adalah asam karboksilat atau asam
alkanoat jenuh alifatis dengan rantai alkil lurus dan panjang tak bercabang tanpa ikatan rangkap
C=C. Dalam bentuk ester atau gliserida, gugus utamanya adalah COOH. Jenis asam lemak atau
beberapa jenis asam lemak dengan gliserol suhu tinggi adalah contohnya.
c. Alat, Bahan, dan Prosedur

Alat :
• Tabung reaksi
• Pemanas
• Penjepit
• Arloji
• Botol semprot
• Pipet tetes

Bahan :
• 1 ml minyak
• 4 ml NaOH 2M
• 2 ml NaCl 2M
• Akuadest (H2O)

Prosedur:

1. Masukkan 1 ml minyak kedalam tabung reaksi, ditambahkan dengan 4 ml NaOH


2M
2. Panaskan dalam penangas air bersuhu 80-1000C selama 30 menit
3. Tambahkan 2 ml NaCl 2M, didinginkan sampai terbentuk gumpalan atau endapan,
dipisahkan lapisan airnya
4. Ambil endapannya dan ditambahkan air sampai setengah tabung reaksi
5. Tutup dan dikocok perlahan-lahan, diamati perubahan yang terjadi

d. Hasil

no Sampel sebelum setelah Pendinginan akuades(H2O)


dipanaskan dipanaskan + kocok

1 Minyak +
NaOH
2. Mentega Blue Band

no Sampel sebelum setelah dipanaskan NaCl + Pendinginan akuades (H2O) + kocok


dipanaskan

1 Mentega
blue
band +
NaOH

e. Pembahasan

Penyabunan adalah suatu proses hidrolisis lemak dengan alkali yang menghasilkan gliserol
dan garam alkali asam lemak setelah ikatan ester pecah. Minyak dan soda (sodium hidroksida)
adalah dua bahan utama yang dapat digunakan untuk membuat sabun. Kemudian dilakukan
pemanasan untuk mengetahui berapa banyak busa yang dibuat. Minyak dapat diubah menjadi
natrium tripalmitat selama proses penyabunan. Ini dihasilkan dari pemecahan (adisi) ikatan
rangkap dari gugus karbonil dan tripalmitat dikombinasikan dengan katalis natrium klorida. Proses
ini menghasilkan sabun. Adisi ini terjadi selama proses pemanasan. Scrub yang dibuat dengan
NaOH dan KOH berbeda karena yang pertama lebih lama larut dalam air daripada yang kedua.

f. Kesimpulan

Dari hasil yang telah ada dapat disumpulkan bahwa hasil dari minyak dan mentega blue band
jika dmasukkan atau dicampur dengan NaOH dan dipanaskan maka akan bereaksi dan akan
terbentuk sabun yang memiliki buih.
4. Hidrolisis sabun

a. Tujuan

Untuk mengetahui sifat - sifat lemak dan hasil reaksi hidrolisis yang mengakibatkan
terbentuknya asam lemak bebas dan gliserin

b. Dasar Teori

Hidrolisis lipid berada di bawah kendali hormonal yang komplek . Hormon mengatur
jumlah enzim utama dan protein lain yang terlibat, serta aktivitasnya. Selain itu, sistem 'transduksi
sinyal' (serangkaian reaksi yang mentransmisikan sinyal yang diinduksi hormon ke target di dalam
sel), yang melaluinya hormon mencapai efeknya, juga tunduk pada kontrol endokrin itu sendiri,
dan perubahan dalam kemampuan adiposit untuk mengirimkan sinyal . sinyal tersebut merupakan
bagian penting dari adaptasi terhadap beberapa keadaan fisiologis (misalnya, laktasi).

Reaksi hidrolisis lemak membentuk asam lemak bebas dan gliserin yang dipicu oleh enzim
lipase atau pemanasan. Reaksi hidrolisis lemak dapat terjadi bila ada air dan pemanasan. Hidrolisis
lemak dapat terjadi pada lemak jenuh atau tidak jenuh. Mula-mula lemak akan terhidrolisis
membentuk gliserin dan asam CH 2 -OOC-R CH 2 -OH │ Panas │ CH-OOC-R + 3H2O CH-OH
+ 3 RCOOH │ Lipase │ CH 2 -OOC-R CH 2 -OH 53 lemak bebas, kemudian akan terjadi reaksi
lanjutan yang menyebabkan pemecahan molekul gliserin dan asam lemak bebas. Dengan dipicu
proses pemanasan, lemak (trigliserida) terhidrolisis membentuk asam lemak bebas dan gliserol.
Pada suhu pemanasan terlalu tinggi, ikatan pada gliserin dapat pecah sehingga menyebabkan
lepasnya dua molekul air dan membentuk senyawa akrolein. Akrolein bersifat volatile dan
membentuk asap yang dapat mengiritasi mata.

c. Alat, Bahan, & Prosedur

a. Alat
• Tabung reaksi
• Penjepit
• Arloji
• Botol semprot
• Pipet tetes
b. Bahan
• sabun cair
• Aquades
• Indikator pp

c. Prosedur

1. Masukkan kedalam tabung reaksi masing-masing 1 ml sabun pekat dan sabun encer
2. Tambahkan 5 tetes indikator pp, ditambahkan air sampai larutan tidak berwarna lagi
3. Bandingkan jumlah air yang dipakai

d. Hasil

No. Sampel Sebelum +Air Sesudah


1 Sabun Pekat Wings Warna air hijau agak pekat 17.5 ml Tidak ada warna
2 Sabun Encer Mama Lemon Hijau tidak pekat 6 ml Tidak ada warna

Sabun encer mama lemon: warna sabun saat di tambahkan air (6 ml)

Sabun encer mama lemon: warna sabun setelah diteteskan indikator pp (5 tetes)
sabun encer mama lemon : warna sabun awal (1 ml)

Sabun pekat wings : warna sabun awal (1 ml)


sabun pekat wings : warna sabun setelah diteteskan air (17,5 ml)

Sabun pekat wings: warna sabun setelah diteteskan air (17, 5 ml)

sabun pekat wings : warna sabun awal (1 ml)

e. Pembahasan

Hidrolisis adalah reaksi kimia di mana molekul suatu zat dipisahkan menjadi dua atau lebih
zat baru melalui reaksi dengan air. Eksperimen ini bertujuan untuk mengamati dan
membandingkan reaksi hidrolisis pada sabun pekat dan sabun encer serta pengaruhnya terhadap
jumlah air yang digunakan.Sabun pekat mungkin akan mengalami hidrolisis lebih sedikit
dibandingkan dengan sabun encer.Ini karena sabun pekat mengandung lebih banyak senyawa
sabun dalam konsentrasi tinggi. Jadi, jumlah air yang diperlukan untuk menghasilkan larutan tidak
berwarna mungkin lebih sedikit

Sabun encer mungkin akan mengalami hidrolisis lebih banyak. Karena sabun encer
memiliki konsentrasi senyawa sabun yang lebih rendah, ia mungkin memerlukan lebih banyak air
untuk menghasilkan larutan tidak berwarna. Ini karena hidrolisis akan memecah senyawa sabun
menjadi asam lemak dan garamnya, yang kemungkinan akan membutuhkan air lebih banyak untuk
mengencerkan produk-produk hidrolisis

f. Kesimpulan

Hidrolisis adalah reaksi kimia di mana molekul suatu zat dipisahkan menjadi dua atau lebih
zat baru melalui reaksi dengan air. Perbedaan antara Sabun Pekat dan Sabun Encer Eksperimen
ini membandingkan reaksi hidrolisis pada sabun pekat dan sabun encer. Ditemukan bahwa sabun
pekat mungkin mengalami hidrolisis lebih sedikit dibandingkan dengan sabun encer.

Konsentrasi Senyawa Sabun pekat mengandung lebih banyak senyawa sabun dalam
konsentrasi tinggi, sehingga memerlukan jumlah air yang lebih sedikit untuk menghasilkan larutan
tidak berwarna. Sabun Encer dan Hidrolisis Lebih Banyak Sabun encer, karena memiliki
konsentrasi senyawa sabun yang lebih rendah, cenderung mengalami hidrolisis lebih banyak. Ini
memerlukan lebih banyak air untuk mengencerkan produk-produk hidrolisis karena senyawa
sabun dipecah menjadi asam lemak dan garamnya. Dengan demikian, konsentrasi sabun dalam
larutan dapat mempengaruhi tingkat hidrolisis yang terjadi, serta jumlah air yang diperlukan untuk
mencapai kondisi larutan yang tidak berwarna.
Daftar Pustaka:

• Christine F. Mamuaja. (2017). Lipida (Art Division Unsrat Press, Ed.). Unsrat Press

• Berg, J. M., Tymoczko, J. L., & Stryer, L. (2002). Biochemistry (5th ed.). W. H. Freeman.

• Atkins, P., & Jones, L. (2009). Chemical Principles: The Quest for Insight (5th ed.). W. H.
Freeman.

• Berg, J. M., Tymoczko, J. L., & Stryer, L. (2002). Biochemistry (5th ed.). W. H. Freeman.
Fessenden,

• RJ dan Joan F. 1986. Kimia Organik. Jakarta: Erlangga.

• Hart, Harold. 1987. Kimia Organik edisi keenam. Jakarta : Erlangga.

• Lehninger, A.L. 1982. Dasar-Dasar Biokimia Jilid I. Jakarta: Erlangga.

You might also like