Professional Documents
Culture Documents
PTK Sopyan
PTK Sopyan
DISUSUN OLEH:
SOPYAN
1866047016
2018
BAB I
PENDAHULUAN
menengah kejuruan, bahkan sampai pada tingkat Perguruan Tinggi hingga sampai
dunia kerja Simulasi dan Komunikasi Digital pun masih merupakan sebuah
kebutuhan ilmu. Hal ini menandakan bahwa Simulasi dan Komunikasi Digital
Digital dalam berbagai aspek kehidupan menuntut perlunya dikuasai Simulasi dan
sekolah dasar sampai pada perguruan tinggi. Meskipun mutu pendidikan sudah
memuaskan. Hal ini terlihat dalam proses belajar mengajar Simulasi dan
Komunikasi Digital yang masih kurang berhasil ditinjau dari aspek kognitif dan
pendidik, peserta didik dan metode pembelajaran yang digunakan. Guru sebagai
1
diperlukan keterampilan-keterampilan mengajar dalam megelolah kelas sehingga
mata pelajaran yang sangat penting namun realitanya masih banyak siswa yang
enggan belajar Simulasi dan Komunikasi Digital. Hal ini disebabkan karena
Simulasi dan Komunikasi Digital masih dianggap mata pelajaran yang sulit
dipahami oleh siswa sehingga motivasi siswa dalam belajar Simulasi dan
dan Komunikasi Digital siswa berdampak pada prestasi belajar Simulasi dan
keyakinan kemampuan diri yang dimiliki oleh siswa terutama motivasi siswa
dalam belajar Simulasi dan Komunikasi Digital. Hal tersebut menegaskan bahwa
motivasi siswa dalam belajar Simulasi dan Komunikasi Digital berperan penting
Motivasi belajar Simulasi dan Komunikasi Digital yang tinggi merupakan modal
2016 tentang standar proses memaparkan bahwa proses pembelajaran pada satuan
ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan
bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Pada hal ini
2
menandakan bahwa motivasi belajar merupakan hal yang peting dimiliki oleh
siswa. Guru sebagai pendidik tentunya harus mampu mendorong siswa untuk
dahulu motivasi belajar Simulasi dan Komunikasi Digital siswa. Siswa yang
memiliki motivasi yang tinggi dalam belajar akan terdorong untuk berprestasi
saat ini masih banyak yang mengutamakan produk pengetahuan Simulasi dan
sepenuhnya. Hal ini disebabkan karena guru masih kesulitan dalam melaksanakan
metode ceramah, diskusi dan mengerjakan latihan soal. Kenyataan ini memang
tidak dapat dipungkiri karena guru harus menyelesaikan sejumlah materi dalam
waktu yang relatif singkat dan mengejar target Ulangan Akhir Semester (UAS)
3
materi agar tepat selesai sebelum pelaksanaan UAS. Melalui observasi kelas yang
sudah dilakukan, peneliti menemukan siswa yang aktif dalam kelas hanya
beberapa saja yang lainnya cenderung mengikuti jawaban teman yang unggul
yang unggul dalam prestasi sangat aktif di dalam kelas namun siswa yang
memiliki prestasi yang kurang cenderung pasif dan menunggu hasil jawaban.
Simulasi dan Komunikasi Digital menjadi berkurang. Jika ditunjuk oleh guru
barulah siswa tersebut maju di depan kelas. Hal ini mengindikasikan bahwa
Digital.
September 2018 diperoleh hasil bahwa rata-rata siswa masih memiliki motivasi
belajar Simulasi dan Komunikasi Digital pada kategori sedang dengan persentase
sebesar 59% dengan frekuensi sebesar 20 siswa dari keseluruhan yang berjumlah
30 siswa. Selebihnya berada pada kategori rendah sebesar 23% dengan frekuensi
sebanyak 8 siswa, pada kategori tinggi 15% dan kategori sangat tinggi 3%. Secara
4
80 < X ≤ 100 58,82%
Sedang
60 < X ≤ 80 23,53%
Rendah
X < 60 0%
Sangat Rendah
Rata-rata = 92,94 Kategori : Sedang
Artinya sekitar 23% dari total 30 siswa di kelas tersebut masih kurang
Sehingga sebagai seorang guru, harus melakukan upaya agar motivasi belajar
yang tinggi maka akan memberikan pengaruh positif terhadap prestasi belajar
siswa.
Berdasarkan uraian tersebut guru harus mencari solusi agar siswa SMK
dan Komunikasi Digital. Hal itu juga dilakukan agar tujuan pembelajaran dapat
tercapai dengan baik. Oleh karena itu, guru sebagai pelaksana pembelajaran harus
terampil dalam mengelola kelas dan memilih metode pembelajaran yang tepat.
Salah satu model pembelajaran yang tepat adalah metode pembelajaran Saintifik.
Komunikasi Digital.
5
Karakteristik metode saintifik menekankan pada keaktifan siswa dalam
memberi kesempatan siswa bertanya lebih jauh tentang materi yang dipelajari.
Dengan metode saintifik diharapkan siswa mampu mengelola apa yang sedang
belajar siswa.
Digital siswa yang salah satu alternatifnya dengan menggunakan metode saintifik
PANGKEP”.
6
3. Guru masih jarang menerapkan metode pembelajaran yang mampu
C. Fokus Masalah
Dari identifikasi masalah di atas, maka fokus masalah pada penelitian ini
adalah masih rendahnya motivasi belajar Simulasi dan Komunikasi Digital siswa
D. Rumusan Masalah
PANGKEP?
E. Tujuan Penelitian
F. Manfaat Penelitian
di atas, maka diharapkan hasil peneitian ini memberikan manfaat teoritis dan
manfaat praktis berbagai pihak terkait. Adapun manfaat yang diharapkan adalah
sebagai berikut:
7
PANGKEP dengan adanya pembelajaran dengan menggunaan metode saintifik
siswa.
2. Manfaaat Praktis
diharapkan dapat menjadi tambahan referensi bagi guru dalam memilih metode
solusi untuk mengatasi permasalahan yang ada. Penelitian tindakan kelas ini
8
juga memberikan pengalaman kepada peneliti dalam mengimplementasikan
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
a. Belajar
kegiatan belajar. Aktivitas tersebut berjalan sepanjang masa dimana belajar tidak
pernah dibatasi oleh usia, tempat, ataupun waktu. Hal ini disebabkan perubahan
yang terjadi dari waktu ke waktu menuntut aktivitas belajar terjadi sepanjang
from practice or other forms of experience”. Hal ini berarti bahwa belajar adalah
suatu perubahan tingkah laku, atau dalam kemampuan untuk berperilaku dengan
cara tertentu, dimana hasil tersebut berasal dari latihan atau bentuk lain dari
skills that comes about through experience” yang berarti belajar adalah pengaruh
yang secara relatif bersifat permanen bukan hanya sekedar perilaku namun juga
9
“learning is the process by which an activity originates or is changed through
Pendapat diatas berarti belajar adalah suatu proses dimana suatu kegiatan
bersumber atau berubah melalui reaksi terhadap situasi yang dihadapi, asalkan
tersebut. Menurut Kemp, Morrison, & Ross (1994: 120) menyatakan bahwa
relations between the new knowledge presented in the instruction and the
learner’s existing knowledge”. Belajar adalah suatu proses yang aktif dimana
peserta didik. Winkel (2014: 59) menambahkan bahwa belajar adalah suatu
10
1) Learning is a process, not a product. However, because this process
takes place in the mind, we can only infer that it has occurred from
students’ products or performance
2) Learning involves change in knowledge, beliefs, behaviors, or attitudes.
This change unfolds over time; it is not fleeting but rather has a lasting
impact on how students think and act.
3) Learning is not something done to students, but rather something
students themselves do. It is the direct result of how students interret ad
respond to their experience-conscious and unconscious, past and present
Pendapat di atas bermakna suatu proses belajar bukanlah sebuah produk, karena
proses tersebut terjadi dapat diamati melalui hasil atau prestasi. Belajar
menetap dari waktu ke waktu terhadap cara siswa berpikir dan bertindak. Belajar
bukan sesuatu yang dilakukan terhadap siswa tetapi lebih kepada sesuatu yang
siswa lakukan sendiri. Belajar merupakan hasil langsung dari bagaimana siswa
disadari atau tidak, di masa lalu dan masa kini. Sedangkan Slavin (2006: 243)
menegaskan bahwa dalam belajar sebaiknya siswa sendiri yang harus aktif
siswa akan mampu menemukan solusi dari masalah yang ditemuinya dengan
maka dapat disimpuakan belajar adalah suatu proses yang berlangsung dalam
dan lama sehingga terjadi perubahan perilaku peserta didik yang disebabkan oleh
11
b. Pembelajaran
the process you use to provide students with the conditions that help them achieve
the learning targets” artinya pembelajaran adalah proses yang digunakan untuk
membantu siswa dengan suatu kondisi yang mendukung mereka dalam mencapai
tujuan belajar.
belajar tumbuh dan berkembang secara optimal”. Oemar Hamalik (2014: 57)
ayat 19 tentang standar nasional pendidikan dan permendikbud Nomor 103 Tahun
2014 menyatakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi antar peserta didik,
antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan
serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian
12
sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
pembelajaran adalah suatu proses interaksi antar peserta didik, antara peserta didik
dengan pendidik dan sumber belajar yang membantu peserta didik untuk
Simulasi dan Komunikasi Digital berasal dari dua suku kata, yaitu
administrasi).
13
mencatat, menghimpun, mengolah, memperbanyak, mengirim dan menyimpan
peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar yang membantu peserta didik
untuk mencapai tujuan belajar secara optimal pada suatu lingkungan belajar.
yang terdiri dari guru, siswa, materi, dan lingkungan belajar yang berhubungan
memperhatikan hakikat Simulasi dan Komunikasi Digital agar apa yang tujuan
2. Metode Saintifik
dari pendekatan saintifik tidak berbeda dengan metode saintifik. Sesuai dengan
14
Standar Kompetensi Lulusan, sasaran pembelajaran mencakup pengembangan
ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dielaborasi untuk setiap satuan
Cuff & Payne dalam Cohen (2007: 15 -16), “As Cuff and Payne (1979)
demonstrating the ‘‘empirical warrant’’ of its findings, showing the match or fit
between its statements and what is happening or has happened in the world” yang
kesesuaian antara pernyataan dan apa yang terjadi atau telah terjadi di dunia.
15
e. The firm establishment of a body of theory as the outcomes of the earlier
stages are accumulated. Depending on the nature of the phenomena under
scrutiny, laws may be formulated and systematized.
f. The use of the established body of theory in the resolution of problems or as a
source of further hypotheses
a. Definisi ilmu dan identifikasi fenomena yang akan dimasukkan di bawah itu.
diidentifikasi dan diberi label, dan pada yang kategori dan taksonomi
dikembangkan
c. penelitian korelasional di mana variabel dan parameter yang terkait satu sama
berkembang
e. Pembentukan perusahaan dari tubuh teori sebagai hasil dari tahap sebelumnya
16
Selain pendapat Cuff & Payne di atas ada pula pendekatan saintifik
a. Dunia adalah nyata; itu ada terlepas dari persepsi sensorik kami itu
b. Manusia dapat secara akurat memahami dan berusaha untuk memahami alam
c. Proses alami yang cukup untuk menjelaskan atau laporan untuk fenomena
alam atau peristiwa. Dengan kata lain, para ilmuwan harus menjelaskan alam
dalam hal alami (dan bukan supranatural, yang, kurang setiap independen
bukti, tidak difalsifikasi dan karena itu bukan ilmu), meskipun manusia tidak
17
d. Dengan sifat proses mental manusia, berakar pada pengalaman-pengalaman
kontingen bukan absolut, dan karena itu harus dievaluasi dan dinilai, dan
tunduk pada modifikasi dalam terang bukti baru. Ini mustahil untuk tahu jika
sebenarnya.
18
informasi tambahan yang faktual, konseptual,
ingin diketahui, atau sebagai prosedural, dan
klarifikasi. hipotetik)
Mengumpulkan Mengeksplorasi, mencoba, Jumlah dan kualitas
Informasi berdiskusi, sumber yang
(experimenting) mendemonstrasikan, meniru dikaji/digunakan,
bentuk/gerak, melakukan kelengkapan informasi,
eksperimen, membaca sumber validitas informasi
lain selain buku teks, yang dikumpulkan, dan
mengumpulkan data dari instrumen/alat yang
narasumber melalui angket, digunakan untuk
wawancara, dan mengumpulkan data.
memodifikasi/menambah
/mengembangkan
Menalar/ Mengolah informasi yang Mengambangkan
mengasosiasi sudah dikumpulkan, interpretasi,
(associating) menganalisis data dalam argumentasi dan
bentuk membuat kategori, kesimpulan mengenai
mengasosiasi atau keterkaitan lebih dari
menghubungkan dua fakta/konsep teori,
fenomena/informasi yang mensintesis dan
terkait dalam rangka argumentasi serta
menemukan suatu pola, dan kesimpulan keterkaitan
menyimpulkan. antar berbagai jenis
fakta-fakta/konsep/
teori/ pendapat;
mengembangkan
interpretasi, struktur
baru, argumentasi, dan
kesimpulan yang
menunjukkan
hubungan
fakta/konsep/teori dari
dua sumber atau lebih
yang tidak
bertentangan;
mengembangkan
interpretasi, struktur
baru, argumentasi dan
kesimpulan dari
konsep/teori/pendapat
yang berbeda dari
berbagai jenis sumber.
Mengkomunikasikan Menyajikan laporan dalam Menyajikan hasil
(communicating) bentuk bagan, diagram, atau kajian (dari mengamati
grafik; menyusun laporan sampai menalar) dalam
19
tertulis; dan menyajikan bentuk tulisan, grafis,
laporan meliputi proses, hasil, media elektronik, multi
dan kesimpulan secara lisan. media dan lain-lain.
a. Mengamati
siswa dapat mengambila data pada objek kemudian selanjutan akan dianalisis
(Hosnan, 2014: 39). Sehingga dapat disimpulkan bahwa kegiatan mengamati ini
tidak hanya dilakukan dalam kelas amun bisa berlangsung di luar kelas dari
b. Menanya
pertayaan terkait informasi yang telah diperoleh dari hasil pengamatan. Bentuk
pertanyaan yang diajukan siswa pun dapat mencirikan kemampuan kognitif siswa
berkwalitas dan mana pertanyaan yang hanya sekedar bertanya, karena kedua hal
20
ini berbeda. Adapaun tingkatan pertanyaan dari tingkat terendah sampai tertinggi
Penerapan Gunakanlah...
(application Tunjukkanlah...
Buatlah...
Demonstrasikanlah...
Carilah hubungan...
Tulislah contoh...
Siapkanlah...
Klasifikasikanlah...
Kognitif Analisis (analysis) Analisislah...
yang lebih Kemukakan bukti-bukti…
tinggi Mengapa…
Identifikasikan…
Tunjukkanlah sebabnya…
Berilah alasan-alasan…
Sintesis Ramalkanlah…
(synthesis) Bentuk…
Ciptakanlah…
Susunlah…
Rancanglah...
Tulislah…
Bagaimana kita
21
Evaluasi Berilah pendapat…
(evaluation) Alternatif mana yang lebih baik…
Setujukah anda…
Kritiklah…
Berilah alasan…
Nilailah…
Sumber : Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.Bandingkan…
Materi Pelatihan Guru Implementasi
Kurikulum 2013 SMA/SMK Simulasi dan Komunikasi Digital (2017: 40)
c. Mengumpulkan informasi
pengumpulan informasi. Hal ini dilakuka agar data yang diperoleh valid serta
d. Menalar/mengasosiasi
kedalaman sampai kepada pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi dari
berbagai sumber yang memiliki pendapat yang berbeda sampai kepada yang
22
Melakukan kegiatan penalaran terdapat dua buah cara, yaitu dengan
khusus untuk hal-hal yang bersifat umum. Jadi, menalar secara induktif adalah
pernyataan-pernyataan atau fenomena yang bersifat umum menuju pada hal yang
e. Mengomunikasikan
kepada siswa untuk mengkomunikasikan yang telah mereka pelajari. Pada tahapan
ini, diharapkan peserta didik dapat mengkomunikasikan hasil pekerjaan yang telah
disusun baik secara bersama-sama dalam kelompok dan atau secara individu dari
dapat diberikan klarifikasi oleh guru agar peserta didik akan mengetahui secara
benar apakah jawaban yang telah dikerjakan sudah benar atau ada yang harus
diperbaiki. Hal ini dapat diarahkan pada kegiatan konfirmasi sebagaimana pada
standar proses.
temuannya untuk kemudian ditampilkan didepan kelas sehingga rasa berani dan
percaya dirinya dapat lebih terasah yang akan menunjang motivasi siswa. Peserta
23
yang lain pun dapat memberikan komentar, saran, atau perbaikan mengenai apa
menurut Marsigit (2015: 17) yaitu jika dalam pembelajaran tersebut didukung,
terdapat dan dikembangkan hal-hal sebagai berikut: (1) RPP yang selaras dengan
pendekatan Saintifik, (2) LKS yang selaras dengan pendekatan Saintifik, (3)
media belajar berbasis Saintifik, (6) terdapat variasi interaksi berbasis saintifik (5
defined as something that energizes and directs our behaviors” yang berarti
suatu tujuan. Sedangkan menurut Timothy & Robbins (2013: 209) menyatakan
direction, and persistence of effort toward attaining a goal yang berarti motivasi
adalah proses yang menjelaskan intensitas, arah, dan ketekunan usaha untuk
mencapai suatu tujuan. Sedangkan menurut Winkel (1991: 92) motivasi belajar
adalah keseluruhan daya penggerak psikis di dalam diri siswa yang menimbulkan,
24
belajar itu demi mencapai suatu tujuan. Lebih lanjut lagi Winkel (1996: 256)
meambahkan motivasi berasal dari dorongan dari dalam dan luar individu siswa,
mempelajari suatu topik cenderung melibatkan diiri dalam suatu aktivitas yang
memahami materi.
adalah dorongan yang menyebabkan seseorang mau belajar yang berasal dari
dalam diri dan luar diri seseorang tersebut untuk mencapai tujuan yang
dari motivasi itu sendiri, Menurut Hamalik (2010: 175) fungsi motivasi adalah
sebagai berikut:
yang diinginkan.
25
Sebagai pendorong, penggerak dalam atiitas belajar, motivasi sangat diperlukan
oleh siswa. Oleh sebab itu, sebagai seorang guru diprlukan untuk senantiasa
Menurut Hamzah (2011: 4) terdapat beberapa hal yang dapat dilakukan guru
arahan kepada siswa dalam membantu mengatasi kesulitan baik bersifat pribadi
umpan balik atas setiap respon siswa, b) memberkan penghargaan (rewards) atas
pada siswa, d) Memberikan pujian (praise) dan kritik, dan d) memberikan bantuan
bebberapa fungsi serta yang harus dilakukan guru dalam meningkatkan motivasi
Menurut Moore (2009: 330) bahwa terdapat dua jenis motivasi, yaitu
motivasi yang berasal dari dalam diri individu (intrinsic) dan motivasi yang
berasal dari luar individu (extrinsic). Peningkatan motivasi yang dilakukan oleh
guru adalah bagian dari motivasi yang berasal dari luar individu (extrinsic). Hal
senada juga diungkapkan oleh Mueller, Yankelewitz, & Maher (2009: 30) bahwa
“in particular, students’ motivations can be devided into two distinc types:
26
secara khusus motivasi terbagi atas dua jenis yang berbeda yaitu motivasi istrinsik
dan moyvasi ekstrinsik. Lebih lajut lagi dijelaskan oleh Winkel (1991: 92)
kebtuhan dan dorongan yang secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar,
kebutuhan dan dorongan yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas
and complex and interrelated with many other factors such as anxlety, need for
achievement, the need to be accepted, curiosity, and other needs outlined” yang
bermakna bahwa motivasi belajar adalah varibel dan kompleks dan saling terkait
Berdasarkan beberapa uraian dari para ahli di atas maka dapat disimpulkan
motivasi belajar adalah dorongan yang menyebabkan seseorang mau belajar yang
berasal dari dalam diri dan luar diri seseoarnag tersebut untuk mencapai tujuan
27
bahwa pembelajaran dengan mengunakan metode saintifik mampu
meningkatkan self-efficacy siswa dengan objek yang diteliti adalah siswa kelas
tindakan terlihat rata-rata skor self-efficacy siswa 64 dan berada pada kategori
sedang, pada siklus I skor siswa menjadi 73 dan berada pada kategori sedang,
2. Penelitian yang dilakukan oleh Nur Azisah Abdur Rahman dengan judul
yakni dengan perolehan rata-rata dikelas XII yaitu 74,72 dengan kriteria
ketuntasan 76%.
C. Kerangka Pikir
satu aspek yang diperhatikan dalam pembelajaran adalah motivasi belajar yang
Digital siswa masih berada pada kategori sedang, padahal dalam belajar Simulasi
28
dan Komunikasi Digital diperlukan motivasi yang tinggi. Hal ini diketahui
Simulasi dan Komunikasi Digital pada kategori sangat tinggi sebesar 2,94% atau
hanya 1 siswa, pada kategori tinggi 14,71% atau 5 siswa, pada kategori sedang
58,82% atau 20 siswa, dan pada kategori rendah 23,53% atau 8 siswa.
siswa lebih fokus pada materi yang dipelajari, kemudian dilanjutkan dengan
sintaks menanya maka akan mengasah kemampuan berpikir kritis siswa akan hal
29
membuat siswa sangat aktif dalam mencari berbagai informasi yang berkaitan
dengan materi yang disajikan, baik melalui LKS, buku paket dan buku-buku lain
siswa diasah. Ketika siswa memahami apa yang mereka pelajari, maka akan lebih
siswa.
Faktanya
Tindakan
Hasil
D. Pertanyaaan Penelitian
penelitian ini adalah “Apakah motivasi belajar Simulasi dan Komunikasi Digital
siswa dapat meningkat setelah diterapkan metode saintifik beberapa siklus pada
31
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan
B. Waktu penelitian
Penelitian Tindakan Kelas (PTK), peneliti melakukan observasi pada kelas yang
akan dijadikan sebagai objek penelitian pada hari Jumat 13 Oktober 2018.
32
C. Deskripsi tempat penelitian
PANGKEP, Jl. Muh. Tahir Dg. Liong, Mandalle, Kec. Mandalle, Kab.
kelas X AP.. Pemilihan kelas ini didasarkan pada kesesuaian jadwal mengajar
proses dan hasil pembelajaran dengan menerapkan metode saintifik sebagai upaya
1. Setting Penelitian
saintifik. Kelas yang digunakan dalam penelitian ini adalah kelas X AP SMK
NEGERI 5 PANGKEP.
2. Sumber Data
Sumber data utama dalam penelitian ini adalah siswa, data dari hasil angket
motivasi belajar Simulasi dan Komunikasi Digital siswa, observasi, guru, prestasi
33
belajar Simulasi dan Komunikasi Digital siswa dan catatan lapangan selama
F. Skenario Tindakan
Hubungan dari keempat elemen ini dipandang sebagai satu siklus, seperti terlihat
Keterangan:
Perencanaan (Plan)
Tindakan (act)
Pengamatan (observe)
Refleksi (Reflect)
Penelitian ini direncanakan dalam dua siklus, akan tetapi apabila hasil
maka dilanjutkan untuk siklus berikutnya. Siklus akan berakhir jika hasil
34
1. Siklus I
a. Tahap Perencanaan
siswa dan diberikan pada akhir tiap-tiap siklus untuk mengetahui kondisi
siklus.
materi yang akan dipelajari. RPP yang telah disusun dan dikonsultasikan
35
4) Mempersiapkan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang akan digunakan para
sedang dipelajari.
Kegiatan siswa diamati untuk meraih data tentang aktivitas siswa selama
6) Mempersiapkan soal tes pada tiap siklusnya. Soal tes disusun untuk
b. Tahap Tindakan
telah dibuat dan dalam pelaksanaannya bersifat fleksibel dan terbuka terhadap
mengajar siswa dengan menggunakan RPP dan LKS yang telah dibuat sedangkan
di sekolah.
36
c. Tahap Pengamatan
Pada tahap ini, guru mata pelajaran Simulasi dan Komunikasi Digital kelas
dalam penyusunan catatan kegiatan di lapangan, dalam hal ini di dalam kelas.
untuk dicatat seperti apa adanya agar diperoleh informasi lapangan yang sebenar-
benarnya.
d. Tahap Refleksi
Refleksi tersebut berupa diskusi antara peneliti, guru Simulasi dan Komunikasi
Digital yang bersangkutan dan para observer. Diskusi bertujuan untuk melakukan
kekurangan, atau semua hal yang berkaitan dengan tindakan yang dilakukan dan
berikutnya.
2. Siklus II
a. Persiapan Tindakan.
masalah yang timbul pada siklus pertama ditetapkan alternatif pemecahan masalah
37
dengan harapan tidak terulang pada siklus selanjutannya. Kegiatan pada siklus
kedua meliputi:
3) Mempersiapkan LKS.
b. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan siklus II pada intinya sama seperti pada siklus I yaitu guru
mengajar siswa dengan menggunakan RPP dan LKS yang telah dibuat. Pada
c. Observasi
catatan lapangan yang sudah disusun oleh peneliti. Lembar observasi yang
digunakan pada siklus II sama dengan siklus I yang telah dilengkapi dengan
d. Refleksi
atau tidak. Jika belum terdapat peningkatan, maka siklus dapat diulang kembali
38
G. Teknik Instrumen Pengumpulan Data
Tindakan Kelas (PTK) ini menggunakan angket motivasi belajar Simulasi dan
tersebut dijadikan sebagai bahan refleksi dan perbaikan pada siklus selanjutnya.
Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah:
sebagai alat untuk mengukur motivasi belajar Simulasi dan Komunikasi Digital
siswa sebelum dilakukan penelitian dan juga setelah dilakukan penelitian. Angket
perlakuan digunakan untuk mengukur kondisi awal motivasi belajar, Simulasi dan
Angket motivasi belajar Simulasi dan Komunikasi Digital tersebut diberikan pada
setiap akhir siklus untuk mengetahui apakah hasil pengukuran berdasarkan angket
motivasi belajar Simulasi dan Komunikasi Digital tersebut telah mencapai target
yang ditetapkan atau belum. Angket motivasi belajar matematia terdiri dari 30
39
2. Tes Prestasi Belajar
materi yang telah dipelajari selama satu siklus. Tes akhir siklus juga dapat
Komunikasi Digital siswa dari siklus yang satu menuju siklus selanjutnya dan
siklusnya. Tes akhir siklus yang digunakan berbentuk soal pilihan ganda yang
dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) disebut sebagai indikator dalam observasi
kegiatan guru dalam pelaksanaan pembelajaran, dan lembar kegiatan siswa dalam
Lembar observasi kegiatan guru ditinjau dari tiga aspek yaitu kegiatan
awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Selain mengacu pada langkah-langkah
pembelajaran ini mempunyai dua skala penilaian, yaitu ya dan tidak. Pengamat
40
cukup memberikan tanda cek pada setiap butir jika dalam proses pembelajaran
langkah yang sesuai dengan indikator yang disusun, sedangkan pilihan tidak
digunakan jika guru belum melaksanakan item indikator yang ada dalam lembar
observasi.
4. Catatan lapangan
observasi. Catatan lapangan berisi kekurangan, kelebihan, dan juga segala sesuatu
yang terjadi pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung. Catatan lapangan dapat
5. Dokumentasi
Ingatan manusia sangat terbatas untuk mengingat segala sesuatu yang terjadi
dalam kelas, dan dokumentasi dapat menjadi sarana untuk mengingat kembali
Data yang diperoleh dalam penelitian ini berupa hasil angket motivasi
lapangan, tes tertulis, yang dilaksanakan pada akhir tindakan. Setelah data-data
41
1. Angket Motivasi Belajar
diamati, kemudian dihitung jumlah skor pada setiap butir sesuai dengan pedoman
penskoran yang dibuat. Jumlah hasil skor yang diperoleh dipersentase dan
angket terdiri dari lima pilihan jawaban yaitu selalu (SL), sering (SR), Kadang-
kadang (KK), jarang (JR) dan tidak pernah (TP) yang berturut-turut nilai
Simulasi dan Komunikasi Digital dapat dilihat pada lampian B.1 Hasil angket
42
2. Lembar Observasi
Persentase (P) =
Hasil tes belajar siswa siklus pertama maupun siklus lanjutan mencerminkan
sejauh mana tingkat ketercapaian kompetensi siswa pada materi tertentu dan
yaitu:
penelitian ini, maka penelitian ini dikatakan berhasil jika memenuhi tiga aspek
berikut yaitu:
43
1. Berdasarkan motivasi belajar Simulasi dan Komunikasi Digital,
siklusnya dan mencapai target yang sudah dibuat yakni sebesar 14,71% atau
tinggi.
dikatakan berhasil jika minimal terdapat 70% siswa yang tuntas dengan nilai
oleh Sekolah.
BAB IV
A. Hasil Penelitian
yang terletak di Jl. Muh. Tahir Dg. Liong (poros Mks-Pare, Km. 83), Mandalle,
Kec. Mandalle, Kab. Pangkajene dan Kepulauan. Sekolah ini memiliki 5 kelas
untuk kelas X, salah satu kelas yang menjadi sasaran penelitian ini adalah di kelas
sudah cukup mencerminkan suasana lingkungan yang baik. Sarana dan prasarana
44
yang ada di sekolah ini cukup lengkap dan masih layak pakai. Namun, sedikit
kedala pada saat pembelajaran berangsung adalah bunyi bising dari aktivitas
praktek bengkel Kompetensi Keahlian Teknik dan Bisnis Sepeda Motor yang lalu
lalang di dekat sekolah tersebut. Hal ini disebabkan sekolah SMP ini berdekatan
dengan Stasiun Keret Api Lempuyangan Yogyakarta. Sehingga hal ini kadang
dengan 25 November 2018. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X AP 1
tahun ajaran 2018/2019 yang berjumlah 30 orang siswa. Selama pelaksanaan pada
siklus I pertemuan pertama siswa berjumlah 30, pertemuan kedua siswa hadir
semua yakni berjumlah 30 sisa dan pada pertemuan ketiga 28 siswa. Guru
Digitial di kelas X AP 1 yakni setiap hari rabu dan jumat ditambah postesnya 2
pertemuan postes serta 1 pertemuan tidak efektif yakni pada hari jumat 28
45
Oktober 2018 karena siswa dan guru mengikuti upacara hari Sumpah Pemuda
sedangkan jam kedua siswa tidak fous lagi mengikuti kegiata pembelajaran.
Sesuai dengan model PTK model Kemmis dan Mc Taggart, langkah-langkah yang
ini diperlukan sebagai pengamatan keadaan bahwa penelitian yang akan dilakukan
SMK Negeri 5 Pangkep. Selain itu observasi pra penelitian ini juga bertujuan
sebelum dilakukan tindakan sehingga dapat dijadikan bahan analisis awal untuk
Pangkep diperoleh data awal motivasi siswa dalam pembelajaran Simulasi dan
46
Artinya dari 30 siswa yang ada di kelas X AP 1 hanya ada 2,94% atau 1
siswa yang memiliki motivasi belajar Simulasi dan Komunikasi Digital yang
berkategori sangat tinggi sedangkan pada kategori tinggi sebesar 14,71% atau 12
siswa, pada kategori sedang sebesar 58,82% atau 20 siswa, dan pada kategori
rendah sebesar 23,53 atau 8 siswa namun pada kateori sangat rendah 0% atau
tidak ada siswa yang memiliki motivasi belajar Simulasi dan Komunikasi Digital
yang berkategori sangat rendah. Hal itu mengindikasikan bahwa secara rata-rata
Melihat hal tersebut maka guru mata pelajaran Simulasi dan Komunikasi
47
Rata-rata = 70 70 32,21 70
Proses terlaksana ≥ 90
Pemb.berhasil ≥ 90 %
Pembelajaran %
dengan baik. Gambaran umum mengenai subjek penelitian yaitu beberapa siswa
Simulasi dan Komunikasi Digital yang cukup baik namun motivasi siswa dalam
Padahal, motivasi siswa dalam proses pembelajaran merupakan salah satu faktor
penentu keberhasilan proses pembelajarn. Hal itu ditunjukkan dari respon siswa
ketika diberikan tugas, PR atau latihan soal dan diperintahkan oleh guru untuk
dan masih takut salah atas apa yang telah dikerjakannya. Berdasarkan pemaparan
belajar Simulasi dan Komunikasi Digital yang dimiliki siswa kelas X AP 1 SMK
Negeri 5 Pangkep
Simulasi dan Komunikasi Digital siswa dengan melibatkan siswa untuk terlibat
efektif dalam pembelajaran, sehingga siswa bukan lagi sebagai objek melainkan
48
sebagai subjek belajar. Oleh karena itu, pembelajaran harus dibuat dan disajikan
a. Perencanaan (planning)
yaitu:
penelitian ini adalah materi Pengolah Kata. Materi tersebut diambil berdasarkan
kesepakatan antara guru dan peneliti dengan pertimbangan berbagai aspek yaitu
aspek waktu dan tingkat motivasi belajar Simulasi dan Komunikasi Digital siswa
yang sebagian besar masih dalam kategori sedang dan rendah. Adapun materi
49
3. Mengembangkan proposal
menggunakan perangkat lunak
pengolah kata
2 Siklus II Pertemuan 1, 1. Menjelaskan urutan kerja operator
6 November matematika
2018 2. Mengurutkan operator matematika
sesuai hasil yang diharapkan
3. Menentukan penggunaan fungsi logika
IF, AND, OR, ELSE pada perhitungan
berkondisi
4. Memanipulasi sel
5. Menyalin nilai berdasarkan referensi
nilai sel dan referensi alamat sel
Pertemuan 2, 1. Menggunakan formula pada
2 November pemrosesan data
2018 2. Menampilkan data dalam bentuk
grafis
2) Menyusun RPP
Memahami Pengolah Kata melalui alat peraga. RPP yang disusun ini memuat
tahap-tahap metode saintifik. RPP disusun dalam 3 pertemuan untuk siklus I dan 2
Menyusun LKS pada pertemuan pertama dan kedua siklus I yang terdapat
pada lampiran. halaman yang sesuai dengan prinsip pembelajaran saintifik yang
Digital.
4) Mengadakan Pretest
50
Sebelum dilakukan tindakan, peneliti mengadakan pretest hanya pada siklus
pertama. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal siswa pada
pembahasan Pengolah Kata. Bentuk soal pretes ditunjukkan pada lampiran B.5
b. Pelaksanaan (action)
jam pelajaran atau 280 menit (3 x 40 menit, 2 x 40 menit dan 3 x 40 menit). Pada
pada lembar observasi yang telah disiapkan. Adapun pelaksanaan kegiatan pada
1) pertemuan 1
2018 pada pukul 09.20 – 11.00. Materi pembelajaran pada pertemuan pertama
siklus I ini membahas tentang menemukan rumus Pengolah Kata melalui alat
51
Di awal pertemuan pertama ini dimulai dengan perkenalan diri peneliti yang
dibuka oleh guru mata pelajaran selama durasi 5 menit kemudian selanjutya
diberikan angket motivasi belajar Simulasi dan Komunikasi Digital sebagai data
awal dan pretest piliha ganda tentang materi Pengolah Kata yang merupakan
materi pelajaran yang akan diajarkan oleh peneliti selama 40 menit. Setelah itu
dahulu guru mengecek kehadian siswa dimana terdapat 3 siswa yang tidak hadir
namun motivasi ini masih berjalan cukup singkat dengan memberikan tayangan di
powerpoint saja secara sekilas berhubung karena waktu telah banyak terbuang.
pertemuan pertama ini sampai 80 menit (2 jam pelajaran). Namun hal ini dapat
dikondisikan oleh peneliti berhubung pada pertemuan pertama ini 3 jam pelajaran.
kelompok menemukan rumus Pengolah Kata dengan cara yang berbeda. Setelah
kelompokya. Namum pada tahap ini tidak semua kelompok maju untuk
52
sehingga hanya dua kelompok yang maju persentase. Pada akhir kegiatan inti guru
meluruskan kembali tentang Pengolah Kata, penulisan rumus Pengolah Kata dan
secara umum terlaksana sepenuhnya dikegiatan inti ini yang meliputi mengamati,
dan salam tidak terlaksana semua disebabkan bel telah berbunyi. Adapun tahapan
2) Pertemuan kedua
2016 pada pukul 7.10 – 9.10. Materi pembelajaran pada pertemuan kedua siklus I
Pythagoras melalui alat peraga. Adapun alat peraga yang digunakan adalah 16
buah persegi. Pada pertumuan kedua ini semua siswa hadir yakni berjumlah 30
orang.
diawali dengan tilawah bersama dimana 3 orang perwakilan siswa yang di daftar
53
didengar satu sekolah kemudian dilanjutkan dengan berdoa bersama. Setelah
tilawah dan doa tersebut selesai barulah guru memulai pembelajaran dengan
mennyakan tentang tugas yang diberikan. Pada kegiatan pendahuluan ini guru
melupakaan tahapan apersepsi dan motivasi lagsung kepada kegiatan ini. Namun
waktu pada kegiatan inti terlaksana sesuai dengan rencana yaitu berdurasi 10
menit
Pada kegiatan inti, guru membimbing siswa untuk menemukan melalui alat
kelompokya. Pada persentase kali ini sama pada pertemuan sebelumnya yakni
masing kelompok hamper sama hanya temuannya yang berbeda ada yang
bagi kelompok yang menemukan kurang dari 8 pola. Pada akhir kegiatan inti guru
54
Pada kegiatan penutup yang meliputi kesimpulan, memberikan pertanyaan
dan salam tidak terlaksana semua disebabkan bel telah berbunyi serta guru mata
pelajaran selanjutnya telah menunggu di depan ruang kelas. Adapun tahapan yang
berdoa.
3) Pertemuan ketiga
Pada pertemuan ketiga siklus 1 dilaksanakan pada hari rabu 26 Oktober 2018
pada pukul 09.20 – 11.00. Materi pembelajaran pada pertemuan ketiga siklus I ini
isi pada segitiga khusus dimana siswa yang hadir sebanyak 33 orang.
penerapan Pengolah Kata pada segitiga yang ditampilkan pada slide powerpoint.
pembagian LKS dimana siswa telah terbiasa dengan pembelajaran saintifik jadi
telah mengetahui apa yang akan dilaksanakan. Guru menanyakan tugas yang telah
diberikan pada pertemuan selanjytnta apakah megalam kedala atau tidak, sehigga
di pendahuluan ini dibahas satu soal dari tugasya yang masih belum dipahami
Pada kegiatan inti, guru membimbing siswa untuk menemukan pola tripel
Pythagoras melalui hubungan antar panjang sisi pada segitiga khusus dengan
55
mengikuti langkah-langkah pada LKS 3 dimana masing-masing kelompok
Pythagoras pada segitiga khusus. Kendala yang ditemukan di awa kegatan siswa
menyederhanakan bentuk akar dari akar utuh ke bentuk akar campuran yaitu
bilangan bulat dan bilangan akar. Setelah menemukan pola maka dibrikan
dimana ada dua kelompok yang maju dimana kelompok pertama membahas
segitiga dengan sudut 90o, 30o, dan 60o dan kelompok dua membahas penemuan
pola tripel Pythagoras pada segitiga dengan sudut 90 o, 45o, dan 45o. Kelompok
kelompoknya. Pada pertemuan ini berjalan lancar dan siswa terlihat aktif dan
“anteng” menurut bu Siti Bahiroh sebagai guru mata pelajaran Simulasi dan
menyimpulkan hasil diskusi yaitu pola teripel Pythagoras pada kedua segitiga
khusus tersebut dilanjutkan dengan mengerjakan soal yang ada di LKS 3 yang
terkait tripel Pythagoras pada segitiga khusus. Pada pertemuan ketiga ini berjalan
sesuai dengan rencana yakni selama 60 menit dimana diselingi dengan istrahat
selama 10 menit. Pelaksanaan metode saintifik berjalan lancar dimana siswa aktif
56
sekali bahwa siswa telah memahami Pengolah Kata Pada akhir kegiatan inti guru
dan salam tidak terlaksana semua disebabkan bel telah berbunyi. Adapun tahapan
yang tidak tercapai yaitu memberikan pertanyaan sebagai bahan evaluasi dan
Pengolah Kata dan tripel Pythagoras sehingga diinformasikan kepada siswa untuk
mempersiapkan diri.
c. Pengamatan (Observasi)
diterapkan. Siswa masih merasa asing dan belum terbiasa dengan pembelajaran
tahapan-tahapan metode saintifik ini terutama dalam hal menanya. Akan tetapi
57
secara keseluruhan metode saintifk telah terlaksana di siklus I namun keaktifan
pembelajaran masih belum optimal atau belum baik sehingga diperlukan refleksi
pada hari jumat 28 Oktober 2018 untuk mengukur pencapaian kompetensi dan
sejauh mana penguasaan siswa tentang materi yang telah diajarkan. Namun,
kerena hari jumat tersebut bertepatan dengan hari Sumpah Pemuda dimana satu
jam pelajaran di awal pertemuan digunakan untuk upacara Hari Sumpah Pemuda
sehingga postesnya ditunda ke hari Rabu, 02 November 2016. Hal ini disebabkan
karena kondisi fisik dan psikis siswa tidak kondusif lagi untuk melaksanan ujian
sebanyak 10 soal pilihan ganda. Postest siklus I ini dilakukan untuk melihat
diandingkan dengan hasil pretest yang telah diberikan pada pertemuan pertama
58
yakni pada hari Rabu 19 Oktober 2016. Adapun berbandingan hasil yang
Berdasarkan table di atas, dapat disimpulkan bahwa ketuntasan siswa dari pretest
0% atau tidak ada siswa yang mencapai target KKM individu 70 begitu pula
dengan KKM kelas tidak ada siswa yang mencapai target KKM yakni 70% siswa
mencapai KKM. Pada postest siklus pertama diperoleh hasil 44,12% atau 15
siswa yang tuntas mencapai KKM namun ketuntasan kelas belum tercapai yakni
70% siswa mencapai target KKM. Namun secara umum terjadi peningkatan dari
Pada data hasil motivasi belajar Simulasi dan Komunikasi Digital siswa
siklus I pula diperoleh peningkatan yakni dari 92,94% meningkat menjadi 97,79%
namun tetap berda pada kategori sedang. Sehingga peningkatan yang terjadi pada
siklus I ini masih belum mencapai target. Adapun data motivasi siklus I disajikan
Tabel 10. Hasil angket Motivasi Belajar Simulasi dan Komunikasi Digital Siswa
Siklus I
Variabe Kriteri
Interval Kondisi Awal Target Siklus I
l a
Sangat 1 siswa ≥ 5 siswa 2 siswa
Motivasi 120 < X 150
Tinggi (2,94%) (≥ 14,71%) (5,88%)
Belajar
100 < X ≤ 120 Tinggi 4 siswa ≥ 18 siswa 13 siswa
59
(14,71%) (≥ 52, 94%) (38,24%)
20 siswa ≤ 11 siswa 15 siswa
80 < X ≤ 100 Sedang
(58,82%) (≤ 32,35%) (44,12%)
0 siswa 0 siswa 5 siswa
60 < X ≤ 80 Rendah
(0%) (0%) (11,76%)
Sangat 8 siswa 0 siswa 0 siswa
X < 60
Rendah (23,53%) (0%) (0%)
Tinggi
sedang sedang
Rata-rata - (100 < X ≤
(92,94) (97,79%)
120)
d. Refleksi
pada siklus I yang telah dilakukan. Refleksi dilakukan berdasarkan hasil tes,
refleksi bersama observer, guru mata pelajaran yang bersangkutan yang juga
lain:
1) Pada pertemuan pertama siklus I masih banyak siswa yang masih kurang
saintifik. Hal ini disebabkan kerena siswa telah terbiasa dengan metode
60
2) Kericuhan dalam pembentukan kelompok, hal ini disebabka masih
masing kelompok terlihat hanya beberapa orang yang aktif dalam diskusi
kelompoknya.
sesi perkenalan memakan cukup banyak waktu, oleh karena itu waktu
peneliti, guru mata pelajaran Simulasi dan Komunikasi Digital dan observer
siklus ke II yaitu:
secara intensif baik pada saat diskusi kelompok maupun pada saat diskusi
kelas.
61
2) Guru perlu memberikan motivasi yang lebih bagi siswa untuk
a. Perencanaan (planning)
yang dinyatakan sudah mencapai standar yang telah ditetapkan. Dengan demikian
dikarenakan pada penelitian tindakan kelas minimal siklus yang dilakukan adalah
sebanyak dua siklus maka perlu dilanjutkan pada siklus yang kedua. Pembelajaran
pada siklus kedua dilakukan sebanyak dua kali pertemuan dengan yang telah
ditentukan. Hasil refleksi dari siklus I menyatakan sudah mencapai hasil yang
maksimal. Hal ini dilihat dari aktivitas yang tunjukan dalam proses pembelajaran.
Untuk mencapai keberhasilan pada siklus II, peneliti dan observer membuat
proses pembelajaran seperti pada siklus II. Hasil perencanaan yang telah dibuat
62
observer mengenai poin-poin dalam rancangan pembelajaran. Kemudian observer
memberikan saran pada guru (peneliti) agar lebih mengefesiensi waktu khususnya
pengalokasian waktu pada saat diskusi dan presentasi kelas. Keberhasilan yang
diperoleh pada siklus I terlihat dari perubahan respon siswa dari pertemuan satu
berjalan dengan lancar dan siswa tidak canggung lagi; (d) Guru menunjuk
pendapatnya di depan kelas; (e) Guru menggunakan Power point pada siklus
3) Peneliti lebih bisa memanfaatkan waktu agar lebih efisiensi terutama pada
saat pembelajaran.
63
5) Mempersiapkan lembar observasi pertemuan pertama dan kedua siklus II.
b. Pelaksanaan (Action)
Pembelajaran (RPP) yang telah disempurnakan dari RPP siklus I dan observer
melakukan observasi sesuai dengan panduan pada lembar observasi yang telah
disiapkan.
tentang:
c. Pengamatan (Observasi)
64
Pada pertemuan pertama dan kedua siklus II ini, seluruh tahapan
pembelajaran sebagian besar sudah terlaksana dengan baik namun masih ada
terhadap keterlibatan siswa aktif dalam pembelajaran telah berjalan lebih baik.
Hal ini terlihat dari antusias siswa bertanya dan mengerjakan LKS. Siswa pula
mengerti apa yang harus dilakukan sehingga peneliti sebagai guru mata pelajaran
tidak tidak lagi perlu membimbing siswa seutuhnya dalam mengerjakan LKS 4.
depan kelas dimana kelompok yang lain memusakan perhatian pada kelompok
yang persentase dan mencocokkan dengan hasil diskusi kelompoknya. Jika ada
II sebagai berikut:
Hal ini berarti keterlaksnaan pembelajaran pada siklus II ini mencapai lebih dari
Pada data hasil angket motivasi belajar Simulasi dan Komunikasi Digital
65
terlihat dari peningkatan pada kategori sangat tinggi dan tinggi sedangkan
mengalami penurunan pada kategori sedang, rendah dan sangat rendah. Adapun
hasil angket motivasi belajar Simulasi dan Komunikasi Digital disajikan pada
Tabel 12. Hasil angket Motivasi Belajar Simulasi dan Komunikasi Digital Siswa
Siklus II
Kriteri Kondisi
Variabel Interval Target Siklus II
a Awal
Sangat 1 siswa ≥ 5 siswa 7 siswa
120 < X 150
Tinggi (2,94%) (≥ 14,71%) (20,59%)
6 siswa ≥ 18 siswa 18 siswa
100 < X ≤ 120 Tinggi
(14,71%) (≥ 52,94%) (52,94%)
Motivasi 20 siswa ≤ 11 siswa 9 siswa
80 < X ≤ 100 Sedang
Belajar (58,82%) (≤ 32,35%) (26,47%)
0 siswa 0 siswa 0 siswa
60 < X ≤ 80 Rendah
(0%) (0%) (0%)
Sangat 7 siswa 0 siswa 0 siswa
X < 60
Rendah (23,53%) (0%) (0%)
Sedang Tinggi tinggi
Rata-rata -
(92,94) (100 < X ≤ 120) (105,7)
sebanyak 10 soal pilihan ganda. Postest siklus II ini dilakukan untuk melihat
dengan hasil postest siklus I yang telah diberikan. Adapun berbandingan hasil
Table 13. Hasil Pretes dan Post tes hasil belajar Siklus II
Ketuntasan Siswa Pretest Postest Siklus II
Tuntas 0 siswa (0 %) 24 siswa (70,59%)
Tidak Tuntas 30 siswa (100%) 10 siswa (29,41%)
Rata-rata skor kelas 32,21 73,24
Ketuntasan Kelas Tidak Tuntas Tuntas
66
Berdasarkan table di atas, dapat disimpulkan bawha ketuntasan siswa siklus II
mengalami peningkatan serta telah mencapai target KKM individu 70 begitu pula
dengan KKM kelas yakni 70% siswa mencapai KKM. Pada postes siklus II
diperoleh hasil 70,59% atau 24 siswa mencapai target KKM sehingga penelitian
d. Refleksi
masih timbul dalam pelaksanaan tindakan siklus II dan untuk memperbaiki proses
maupun hasil pembelajaran. Hasil dari refleksi Siklus II ini akan digunakan
sebagai dasar perencanaan tindakan siklus III (jika dimungkinkan). Pada siklus II
ini siswa sudah mulai merespon positif terhadap penerapan pembelajaran metode
saintifik. Sebagian besar sudah mulai serius dalam pembelajaran baik ketika
Siswa juga aktif berdiskusi baik ketika berdiskusi kelompok. Motivasi belajar
Simulasi dan Komunikasi Digital siswa juga mengalami peningkatan dari siklus I
ke siklus II hal itu ditunjukkan dari peningkatan rata-rata prestasi belajar siswa dai
Komunikasi Digital siswa dari pretest ke posttest I meningkat dari 92,94 (sedang)
ke 97,79 (sedang) dan kembali meningkat saat posttest II menjadi 105,5 (tinggi).
e. Pemberhentian siklus
67
Berdasarkan pengamatan dan analisis data pada siklus II, tampak bahwa
belajar Simulasi dan Komunikasi Digital siswa meningkat dibanding siklus I dan
B. Pembahasan
yang mengukur motivasi belajar Simulasi dan Komunikasi Digital siswa. Dalam
mengukur prestasi siswa digunakan soal pilhan ganda. Angket motivasi belajar
Simulasi dan Komunikasi Digital siswa diberikan di awal dan akhir siklus.
lembar observasi yang diberikan di setiap pertemuan untuk menilai aktivitas guru
dan siswa.
68
Pelaksanaan pembelajaran Simulasi dan Komunikasi Digital menggunakan
memimpin doa. Kemudian guru mengecek kehadiran siswa. Pada pertemuan ini
yang akan dipelajari sebagai apersepsi. Guru meminta salah satu siswa untuk
berdiskusi kelompok untuk menyelesaikan kegiatan yang ada pada LKS. Dalam
menyelesaikan semua kegiatan yang ada dalam LKS. Guru berkeliling kelas untuk
tanggapan atas jawaban yang dipresentasikan. Saat diskusi kelas ini berlangsung,
guru tetap membimbing supaya pembahasan tidak melebar ke luar dari materi
69
Setelah diskusi kelas selesai, guru membimbing siswa membuat kesimpulan.
Selanjutnya guru memberikan beberapa latihan soal dan tugas untuk dikerjakan di
rumah kepada siswa. Di akhir pelajaran, guru menutup pelajaran dengan meminta
siswa berdoa.
Negeri 5 Pangkep. Hal ini ditunjukkan dengan data dari tiap siklus yang disajikan
Dari Tabel 13 terlihat bahwa hasil angket yang mengukur motivasi belajar
97,79 menjadi 105,7 di siklus II. Peningkatan terjadi di setiap kategori. Untuk
70
kategori siswa berkemampuan sangat tinggi dari siklus I yaitu 5,88% menjadi
20,59% di siklus II. Untuk kategori tinggi mengalami peningkatan dari siklus I
yaitu 38,24% menjadi 52,94%. Hasil di kategori sedang menurun dari yang
awalnya 44,12% di siklus I menjadi 26,47% di siklus II, begitu pula pada kategori
Selain itu peningkatan juga terjadi untuk nilai rata-rata siswa. Dari siklus I
73,24 pada siklus II. Selain itu pada siklus I persentase siswa yang mencapai nilai
KKM (diatas 70) belum mencapai 70% yaitu hanya 44,53%, sedangkan pada
siklus II persentase telah mencapai target ≥70% yaitu 70,59%. Dari uraian
tersebut dapat dikatakan bahwa motivasi belajar Simulasi dan Komunikasi Digital
pada pertemuan 1 dan 2 dan 3 di siklus I berturut-turut adalah 78,85% dan 69,23%
mencapai 79,49%. Hasil ini belum mencapai target yang ditetapkan yaitu ≥ 90%.
Pada siklus II telah mencapai persentase di atas 90%, dengan hasil persentase di
71
pembelajaran Simulasi dan Komunikasi Digital menggunakan metode saintifik
apersepsi dan tujuan masih dilupakan oleh peneliti; (2) siswa masih belum aktif
dominan hanya dua orang saja sedangkan anggota yang lain masih cenderung
mengikuti dan tidak memberian tanggapan sama sekali; (4) keterbatasan waktu
menanggapai tidak cukup sehingga tahapan ini tidak berjalan maksimal; (6)
(7) serta menginformasikan materi pada pertemuan selanjutnya serta berdoa tidak
pelajaran telah berbunyi dan guru mata pelajaran selanjutnya telah menunggu di
depan kelas.
pada siklus II antara lain: (1) Mengkondisikan waktu sebaik mungkin agar tidak
72
secara runtut dan jelas disimak oleh siswa sebagai kekurangan pada tahapan
pedahuluan pada siklus I yaitu motivasi, tujuan dan apersepsi; (2) memberikan
guru mata pelajaran agar siswa fokus dan memperhatikan jalannya persentase; (4)
Semua data dan uraian yang telah dideskripsikan di atas merupakan hasil
motivasi belajar Simulasi dan Komunikasi Digital siswa dapat dilihat dari
perbandingkan hasil angket sebelum penelitian tindakan kelas dengan akhir siklus
I dan siklus II. Penelitian ini dikatakan berhasil jika mencapai target yang telah
ditetapkan di awal penelitian. Selain itu penelitian ini dikatakan berhasil jika
aktivitas guru dan aktifitas siswa mencapai target yang telah ditetapkan yaitu ≥
90%. Dan adanya peningkatan prestasi belajar berupa nilai siswa yang
dibandingkan dengan nilai di setiap siklus. Penelitian ini dikatakan berhasil jika
persentase prestasi belajar siswa yang memenuhi KKM ≥ 70% dengan KKM
sebesar 70.
Dalam hal ini peneliti menganggap bahwa semua hal yang telah diperoleh
dapat menjawab permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini. Jadi peneliti
73
menyimpulkan bahwa peningkatan motivasi belajar Simulasi dan Komunikasi
C. Temuan Penelitian
Digital siswa. Siswa dengan prestasi belajar Simulasi dan Komunikasi Digital
yang relatif tinggi. Begitupun sebaliknya, siswa dengan prestasi belajar Simulasi
dan Komunikasi Digital rendah cenderung memiliki motivasi belajar Simulasi dan
bahwa prestasi belajar Simulasi dan Komunikasi Digital berbanding lurus dengan
74
penelitian ini keterlaksanaan pembelajaran telah mencapai 90% yang artinya telah
D. Keterbatasan Penelitan
1. Penelitian tindakan hanya dilakukan dalam jangka waktu 4 minggu dan hanya
2. Observer dalam penelitian ini hanya satu orang sementara banyaknya siswa
tidak bisa mengamati semua aktifitas kelompok atau siswa secara maksimal.
75
BAB V
A. Kesimpulan
skor angket motivasi belajar Simulasi dan Komunikasi Digital siswa yang
diperoleh dari data angket siswa mengalami peningkatan pada setiap siklus.
Simulasi dan Komunikasi Digital siswa adalah 92,94 dan berada pada kriteria
sedang. Setelah diberikan tindakan, pada siklus I rata-rata skor siswa menjadi
97,79 namun masih berada pada interval kriteria sedang. Sehingga dilakukan
tindakan pada siklus II dan diperoleh hasil bahwa terjadi peningkatan rata-rata
motivasi belajar Simulasi dan Komunikasi Digital siswa menjadi 105,7 dan
B. Implikasi
implikasi antara penerapan metode saintifik dengan motivasi belajar Simulasi dan
76
berperan aktif dalam pembelajaran yang selanjuntnya berdampak positif pada
Simulasi dan Komunikasi Digital membuat siswa memiliki semangat tinggi dalam
ketika mendapati soal yang dirasa agak sulit. Selanjutnya, hal ini juga berdampak
Digital siswa.
C. Saran
1. Bagi Guru
menggunakan metode saintifik dengan lebih jelas dan rinci lagi kepada
siswa, agar siswa tahu dan mengerti apa saja yang harus mereka lakukan
77
Penelitian yang dilakukan difokuskan pada peningkatan motivasi belajar
Digital siswa. Pada sebuah penelitian tindakan kelas aspek afektif merupakan
dibandingkan pada implikasi tindakan pada setiap siklus penelitian, hal ini terjadi
karena materi pembelajaran pada setiap siklus pada suatu kegiatan pembelajaran
peningkatan dari hasil tindakan yang diberikan pada suatu kelas tertentu
78
DAFTAR PUSTAKA
Ambrose, S. A., Bridges, M. W., DiPietro, M., Lovett, M. C., & Norman, M. K.
(2010). How learning works. San Francisco: Jossey-Bass A Wiley
Imprint.
Chambers, P. (2008). Teaching mathematics. London: Sage Publications Ltd.
Depdiknas. (2007). Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2007
tentang kualifikasi akademik dan Kompetensi Guru
Eko Putro Widoyoko.2013. Evaluasi Program Pembelajaran. Cet V; Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
Erman Suherman. (2003). Strategi pembelajaran Simulasi dan Komunikasi
Digital kontemporer. Bandung: UPI.
Hamalik, O. (2010). Psikologi belajar dan mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algensindo.
Hamzah, B. U. (2010). Teori motivasi dan pengukurannya. Jakarta: Bumi
Aksara.
Hannafin, M.J., Hall, C., Land, S., & Hill, J. (1994). Learning in open-ended
Environments: Assumptions, Methods, and Implications. Oslo: Educational
Technology Inc.
Hitchcock, G. and Hughes, D. (1995) Research and the Teacher. London:
Routledge
Kemdikbud. (2013). Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor 65 Tahun 2013, tentang Standar Proses Pendidikan
Dasar dan Menengah
Kemdikbud. (2014). Peraturan Pemerintah Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2014, tentang Kurikulum 2013
Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah.
Kemmis, S., McTaggart, R., & Nixon, R. (2014). The action research planner
doing criical participatory action research. New York: Springer.
79
Kemp, J. E., Morrison, G. R., & Ross, S. M. (1994). Designing effective
instruction. New York: Macmillan College Publishing Company.
Knowles, M. (1990). The adult learner a neglected species (4 ed.). Houston: Gulf
Publishing Company.
Marsigit. (Oktober 2015). Pendekatan Saintifik Dan Implementasinya Dalam
Kurikulum 2013. Makalah disajikan dalam Seminar Workshop
Implementasi Pendekatan Saintifik dan Pelaksanaan Kurikulum 2013 di
ruang rapat lantai 2 LPPMP UNY
McLelland, Christine V. (2014). The Nature Of Science and the Scientific
Method. USA: The Geological Society of America.
Moore, K. D. (2009). Effective instructional strategies. Thousand Oaks,
California: SAGE Publications, Inc.
Mueller, M., Yankelewitz, D., & Maher, C. (2011). Sense making as motivation n
doing mathematics: from two studies. [versi Elektronik]. Journal of the
mathematics educator, Volume 20, Number 2, Page 33-43.
M. Hosnan. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran
Abad 21. Cetakan Ke II, Bogor: Galia Indonesia
Nitko, A. J., & Brookhart, S. M. (2007). Educational sssessment of students fifth
edition. New Jersey: Pearson Education, Inc.
Oemar Hamalik. (2014). Kurikulum dan pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2013, tentang
Standar Nasional Pendidikan. (2013).
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 103 Tahun 2014, tentang
Standar Nasional Pendidikan. (2014).
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 Tahun
2007, tentang Stadar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah (2007)
Santrock, J. W. (2011). Educational Psychology (5th ed.). New York: Mc-Graw
Hill.
Santrock, J. W. (2014). Psikologi pendidikan (5 ed.). (H. Bhimasena, Penerj.)
Jakarta: Salemba Humanika.
Schunk, D. H. (2008). Learning theories an educational perspective fifth edition.
New Jersey: Pearson Education, Inc.
, D. H, Pintrinch, P. R, & Meece, J.L. (2012). Motivai dalam pendidikan:
Teori, penelitian, da aplikasi. Jakarta: Indeks. (diterjemahka oleh Ellys
Tjo dari Motivation in education, theory, research, and applications). (3 th
ed). Trenton, New Jersey: Pearson Educational International.
80
Slavin, R. E. (2006). Educational psichology theory and practice eighth edition.
Boston: Pearson Education, Inc.
Timothy, PJ., & Robbins, SA. (2009). Organizatioal behavior. London: Pearson
Educational International.
Van de Walle, J. A. (2007). Elementary and middle school mathematics sixth
edition . Boston: Pearson Education, Inc.
Winkel, W. S. (1991). Psikologi pengajaran. Jakarta: Media Abadi
. (2014). Psikologi pengajaran. Yogyakarta: Sketsa.
81