You are on page 1of 82

LAPORAN

PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SIMULASI DAN

KOMUNIKASI DIGITAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE

SAINTIFIK PADA SISWA KELAS X SMK NEGERI 5 PANGKEP

DISUSUN OLEH:

SOPYAN

1866047016

PENDIDIKAN PROFESI GURU DALAM JABATAN

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2018
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Simulasi dan Komunikasi Digital dipelajari pada jenjang pendidikan

menengah kejuruan, bahkan sampai pada tingkat Perguruan Tinggi hingga sampai

dunia kerja Simulasi dan Komunikasi Digital pun masih merupakan sebuah

kebutuhan ilmu. Hal ini menandakan bahwa Simulasi dan Komunikasi Digital

memiliki peranan penting dalam kehidupan. Peranan Simulasi dan Komunikasi

Digital dalam berbagai aspek kehidupan menuntut perlunya dikuasai Simulasi dan

Komunikasi Digital bukan hanya sekedar pelajaran yang terdapat dijenjang

pendidikan. Mengingat peranan Simulasi dan Komunikasi Digital ini tentunya

diperlukan peningkatan mutu pendidikan dalam menunjang kualitas pendidikan.

Peningkatan mutu pendidikan secara formal dimulai dari pendidikan

sekolah dasar sampai pada perguruan tinggi. Meskipun mutu pendidikan sudah

mulai mengalami peningkatan namun hasil yang diperoleh masih kurang

memuaskan. Hal ini terlihat dalam proses belajar mengajar Simulasi dan

Komunikasi Digital yang masih kurang berhasil ditinjau dari aspek kognitif dan

afektifnya. Sasaran keberhasilan proses belajar mengajar bergantung kepada

pendidik, peserta didik dan metode pembelajaran yang digunakan. Guru sebagai

pendidik memiliki peranan penting dalam peningkatan mutu pendidikan melalui

pelaksanaaan pembelajaran yang dilakukan. Oleh sebab itu menjadi guru

1
diperlukan keterampilan-keterampilan mengajar dalam megelolah kelas sehingga

mampu mengembangkan potensi peserta didiknya.

Meskipun pelajaran Simulasi dan Komunikasi Digital disadari sebagai

mata pelajaran yang sangat penting namun realitanya masih banyak siswa yang

enggan belajar Simulasi dan Komunikasi Digital. Hal ini disebabkan karena

Simulasi dan Komunikasi Digital masih dianggap mata pelajaran yang sulit

dipahami oleh siswa sehingga motivasi siswa dalam belajar Simulasi dan

Komunikasi Digital menjadi berkurang. Berkurangnya motivasi belajar Simulasi

dan Komunikasi Digital siswa berdampak pada prestasi belajar Simulasi dan

Komunikasi Digital siswa.

Pembelajaran Simulasi dan Komunikasi Digital dipengaruhi oleh

keyakinan kemampuan diri yang dimiliki oleh siswa terutama motivasi siswa

dalam belajar Simulasi dan Komunikasi Digital. Hal tersebut menegaskan bahwa

motivasi siswa dalam belajar Simulasi dan Komunikasi Digital berperan penting

dalam pembelajaran dan kesuksesan belajar Simulasi dan Komunikasi Digital.

Motivasi belajar Simulasi dan Komunikasi Digital yang tinggi merupakan modal

awal siswa dalam belajar Simulasi dan Komunikasi Digital.

Menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 22 Tahun

2016 tentang standar proses memaparkan bahwa proses pembelajaran pada satuan

pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,

menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan

ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan

bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Pada hal ini

2
menandakan bahwa motivasi belajar merupakan hal yang peting dimiliki oleh

siswa. Guru sebagai pendidik tentunya harus mampu mendorong siswa untuk

berprestasi dalam belajarnya, salah satunya cara dengan meningkatkan terlebih

dahulu motivasi belajar Simulasi dan Komunikasi Digital siswa. Siswa yang

memiliki motivasi yang tinggi dalam belajar akan terdorong untuk berprestasi

pula dalam belajar Simulasi dan Komunikasi Digital.

Penerapan pembelajaran Simulasi dan Komunikasi Digital di sekolah pada

saat ini masih banyak yang mengutamakan produk pengetahuan Simulasi dan

Komunikasi Digital pada aspek kognitif dan mengesampingkan peran afektif

termasuk motivasi belajar. Salah satunya pembelajaran Simulasi dan Komunikasi

Digital yang diterapkan pada SMK NEGERI 5 PANGKEP. Berdasarkan hasil

observasi awal peneliti dengan wawancara guru mata pelajaran diperoleh

informasi bahwa di sekolah tersebut telah menggunakan kurikulum 2013 dengan

metode saintifik namun guru masih belum menerapkan pembelajaran saintifik

sepenuhnya. Hal ini disebabkan karena guru masih kesulitan dalam melaksanakan

pembelajaran Simulasi dan Komunikasi Digital menggunakan pendekatan

saintifik. Selain itu berdasarkan hasil observasi di kelas menunjukkan penerapan

pendekatan saintifik disampaikan dengan menggunakan metode atau pendekatan

konvensional. Pembelajaran Simulasi dan Komunikasi Digital dilakukan dengan

metode ceramah, diskusi dan mengerjakan latihan soal. Kenyataan ini memang

tidak dapat dipungkiri karena guru harus menyelesaikan sejumlah materi dalam

waktu yang relatif singkat dan mengejar target Ulangan Akhir Semester (UAS)

yang yang telah dijadalwalkan. Guru mempunyai tanggung jawab menyelesaikan

3
materi agar tepat selesai sebelum pelaksanaan UAS. Melalui observasi kelas yang

sudah dilakukan, peneliti menemukan siswa yang aktif dalam kelas hanya

beberapa saja yang lainnya cenderung mengikuti jawaban teman yang unggul

dalam prestasi di kelas. Sehingga terjadi ketidakmerataan di kelas dimana siswa

yang unggul dalam prestasi sangat aktif di dalam kelas namun siswa yang

memiliki prestasi yang kurang cenderung pasif dan menunggu hasil jawaban.

Setelah wawanncara secara tidak langsung siswa tersebut menjawab karena

jawabannya yang sering salah menyebabkan motivasinya mengerjakan soal

Simulasi dan Komunikasi Digital menjadi berkurang. Jika ditunjuk oleh guru

barulah siswa tersebut maju di depan kelas. Hal ini mengindikasikan bahwa

motivasi siswa masih kurang dalam pembelajaran Simulasi dan Komunikasi

Digital.

Berdasarkan hasil observasi awal pra-penelitian pada hari Rabu 28

September 2018 diperoleh hasil bahwa rata-rata siswa masih memiliki motivasi

belajar Simulasi dan Komunikasi Digital pada kategori sedang dengan persentase

sebesar 59% dengan frekuensi sebesar 20 siswa dari keseluruhan yang berjumlah

30 siswa. Selebihnya berada pada kategori rendah sebesar 23% dengan frekuensi

sebanyak 8 siswa, pada kategori tinggi 15% dan kategori sangat tinggi 3%. Secara

lengkap hasil observasi pra-penelitian disajikan pada tabel di bawah ini

Tabel 1. Data Pra-penelitian Angket Motivasi Belajar Simulasi dan Komunikasi


Digital

Interval untuk Skor yang


Kriteria Kondisi Awal
diraih Responden
120 < X 150 2,94%
Sangat Tinggi
100 < X ≤ 120 14,71%
Tinggi

4
80 < X ≤ 100 58,82%
Sedang
60 < X ≤ 80 23,53%
Rendah
X < 60 0%
Sangat Rendah
Rata-rata = 92,94 Kategori : Sedang

Artinya sekitar 23% dari total 30 siswa di kelas tersebut masih kurang

memiliki motivasi dalam pembelajaran Simulasi dan Komunikasi Digital.

Sehingga sebagai seorang guru, harus melakukan upaya agar motivasi belajar

siswa dalam pembelajaran Simulasi dan Komunikasi Digital berada dalam

kategori sekurang-kurangnya adalah kategori tinggi. Jika siswa memiliki motivasi

yang tinggi maka akan memberikan pengaruh positif terhadap prestasi belajar

siswa.

Berdasarkan uraian tersebut guru harus mencari solusi agar siswa SMK

Kelas X AP memiliki motivasi belajar yang tinggi pada pembelajaran Simulasi

dan Komunikasi Digital. Hal itu juga dilakukan agar tujuan pembelajaran dapat

tercapai dengan baik. Oleh karena itu, guru sebagai pelaksana pembelajaran harus

terampil dalam mengelola kelas dan memilih metode pembelajaran yang tepat.

Salah satu model pembelajaran yang tepat adalah metode pembelajaran Saintifik.

Metode pembelajaran saintifik merupakan salah satu pembelajaran yang mudah

untuk mendapatkan partisipasi yang luas dalam kelas. Dengan menggunakan

metode saintifik membuat pembelajaran lebih bermakna karena dalam proses

mengamati selalu mengaitkan dengan masalah dalam kehidupan sehari-hari

sehingga siswa memahami dan dapat membangun sendiri pengetahuannya

sehingga diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar Simulasi dan

Komunikasi Digital.

5
Karakteristik metode saintifik menekankan pada keaktifan siswa dalam

pembelajaran. Selain itu pula memberikan kesempatan bagi siswa menggali

pengetahuan dimiliki melalui permasalahan-permasalahan yang diberikan serta

memberi kesempatan siswa bertanya lebih jauh tentang materi yang dipelajari.

Dengan metode saintifik diharapkan siswa mampu mengelola apa yang sedang

dipelajari sehingga diharapkan mampu meningkatkan motivasi belajarnya baik

dalam diskusi kelompok maupun individual serta mampu meningkatkan prestasi

belajar siswa.

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di atas, maka diperlukan

penelitian yang mampu meningkatkan motivasi belajar Simulasi dan Komunikasi

Digital siswa yang salah satu alternatifnya dengan menggunakan metode saintifik

dalam pembelajaran. Sehingga, secara eksplisit judul penelitiannya yaitu “Upaya

Meningkatkan Motivasi Belajar Simulasi dan Komunikasi Digital dengan

Menggunakan Metode Saintifk pada Siswa Kelas X AP SMK NEGERI 5

PANGKEP”.

B. Diagnosis Permasalahan Kelas

Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah dipaparka di atas,

maka dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:

1. Masih rendahnya motivasi belajar Simulasi dan Komunikasi Digital siswa

kelas X AP SMK NEGERI 5 PANGKEP

2. Masih rendahnya motivasi belajar Simulasi dan Komunikasi Digital siswa

dalam menyelesaikan masalah Simulasi dan Komunikasi Digital pada kelas X

AP SMK NEGERI 5 PANGKEP

6
3. Guru masih jarang menerapkan metode pembelajaran yang mampu

meningkatkan motivasi belajar Simulasi dan Komunikasi Digital

C. Fokus Masalah

Dari identifikasi masalah di atas, maka fokus masalah pada penelitian ini

adalah masih rendahnya motivasi belajar Simulasi dan Komunikasi Digital siswa

pada kelas X AP SMK NEGERI 5 PANGKEP

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah Bagaimana meningkatkan motivasi belajar Simulasi dan Komunikasi

Digital melalui metode saintifik pada siswa kelas X AP SMK NEGERI 5

PANGKEP?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini adalah

untuk meningkatkan motivasi belajar Simulasi dan Komunikasi Digital siswa

kelas X AP SMK NEGERI 5 PANGKEP melalui metode saintifk.

F. Manfaat Penelitian

Dengan tercapainya tujuan penelitian sebagaimana yang telah disebutkan

di atas, maka diharapkan hasil peneitian ini memberikan manfaat teoritis dan

manfaat praktis berbagai pihak terkait. Adapun manfaat yang diharapkan adalah

sebagai berikut:

1. Manfaat secara Teoritis

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan mampu meningkatkan motivasi

belajar Simulasi dan Komunikasi Digital di kelas X AP SMK NEGERI 5

7
PANGKEP dengan adanya pembelajaran dengan menggunaan metode saintifik

serta menunjang meningkatnya prestasi belajar Simulasi dan Komunikasi Digital

siswa.

2. Manfaaat Praktis

a. Manfaat bagi sekolah

Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai

alternative pertimbangan penggunaan model, pendekatan, metode maupun

strategi pembelajaran dalam pencapaian tujuan pembelajaran di sekolah.

b. Manfaat bagi siswa

Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan siswa mempunyai

pengalaman belajar yang menarik melalui pembelajaran dengan metode

saintifik serta diharapkan pula motivasi belajar Simulasi dan Komunikasi

Digital siswa dapat meningkat.

c. Manfaat bagi guru

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari penelitian tidakan kelas ini

diharapkan dapat menjadi tambahan referensi bagi guru dalam memilih metode

pembelajaran yang dapat memberikan pengaruh positif terhadap motivasi

belajar Simulasi dan Komunikasi Digital siswa

d. Manfaat bagi peneliti

Melalui penelitian ini, diharapkan dapat memberikan pengalaman kepada

peneliti dalam mengidentifikasi permasalahan yang ada di kelas dan mencari

solusi untuk mengatasi permasalahan yang ada. Penelitian tindakan kelas ini

8
juga memberikan pengalaman kepada peneliti dalam mengimplementasikan

pembelajaran dengan metode saintifik di kelas.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Pembelajaran Simulasi dan Komunikasi Digital

a. Belajar

Pada aktivitas manusia dalam kehidupannya tidak akan terlepas dari

kegiatan belajar. Aktivitas tersebut berjalan sepanjang masa dimana belajar tidak

pernah dibatasi oleh usia, tempat, ataupun waktu. Hal ini disebabkan perubahan

yang terjadi dari waktu ke waktu menuntut aktivitas belajar terjadi sepanjang

waktu. Schunk (2008: 2) mengungkapkan bahwa “Learning is an enduring

change in behavior, or in the capacity to behave in a given fashion, which result

from practice or other forms of experience”. Hal ini berarti bahwa belajar adalah

suatu perubahan tingkah laku, atau dalam kemampuan untuk berperilaku dengan

cara tertentu, dimana hasil tersebut berasal dari latihan atau bentuk lain dari

pengalaman. Sedangkan Santock (2011: 217) mengemukakan “learning can be

defined as a relatively permanent influence on behavior, knowledge, and thinking

skills that comes about through experience” yang berarti belajar adalah pengaruh

yang secara relatif bersifat permanen bukan hanya sekedar perilaku namun juga

pada pengetahuan dan keterampilan berfikir individu berdasarkan pengalaman.

Hilgard & Bower (Knowles, 1990: 6) menyatakan bahwa

9
“learning is the process by which an activity originates or is changed through

reacting to an encountered situation, provided that the characteristics of the

change in activity cannot be explained on the basis of native response

tendencies, maturation, or temporary states of the organism”.

Pendapat diatas berarti belajar adalah suatu proses dimana suatu kegiatan

bersumber atau berubah melalui reaksi terhadap situasi yang dihadapi, asalkan

dengan karakteristik perubahan dalam kegiatan tidak bisa dijelaskan berdasarkan

kecenderungan respon asal, pendewasaan, atau keadaan sementara organisme

tersebut. Menurut Kemp, Morrison, & Ross (1994: 120) menyatakan bahwa

“Learning is an active process in which the learner constructs meaningful

relations between the new knowledge presented in the instruction and the

learner’s existing knowledge”. Belajar adalah suatu proses yang aktif dimana

peserta didik mengkonstruk hubungan yang bermakna antara pengetahuan baru

yang ditampilkan dalam pembelajaran dan pengetahuan yang sudah dimiliki

peserta didik. Winkel (2014: 59) menambahkan bahwa belajar adalah suatu

aktivitas mental/psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan

lingkungan, dari hal tersebut dihasilkan sejumlah perubahan dalam pengetahuan-

pemahaman, keterampilan, dan nilai-sikap. Perubahan tersebut bersifat secara

relatif konstan dan berbekas.

Menurut Ambrose, et al. (2010: 3) menyebutkan ada tiga komponen penting

untuk mendefinisikan belajar yaitu:

10
1) Learning is a process, not a product. However, because this process
takes place in the mind, we can only infer that it has occurred from
students’ products or performance
2) Learning involves change in knowledge, beliefs, behaviors, or attitudes.
This change unfolds over time; it is not fleeting but rather has a lasting
impact on how students think and act.
3) Learning is not something done to students, but rather something
students themselves do. It is the direct result of how students interret ad
respond to their experience-conscious and unconscious, past and present

Pendapat di atas bermakna suatu proses belajar bukanlah sebuah produk, karena

proses tersebut terjadi dapat diamati melalui hasil atau prestasi. Belajar

melibatkan perubahan pada pengetahuan, keyakinan dan prilaku yang dampaknya

menetap dari waktu ke waktu terhadap cara siswa berpikir dan bertindak. Belajar

bukan sesuatu yang dilakukan terhadap siswa tetapi lebih kepada sesuatu yang

siswa lakukan sendiri. Belajar merupakan hasil langsung dari bagaimana siswa

menginterpretasikan dan memberikan tanggapan terhadap pengalaman yang

disadari atau tidak, di masa lalu dan masa kini. Sedangkan Slavin (2006: 243)

menegaskan bahwa dalam belajar sebaiknya siswa sendiri yang harus aktif

menemukan, dan membangun pengetahuan mereka sendiri, dalam proses tersebut

siswa akan mampu menemukan solusi dari masalah yang ditemuinya dengan

mengecek, dan menyesuaikan pengetahuan baru yang dipelajari dengan

pengetahuan yang telah dimilikinya.

Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli yang telah dipaparkan di atas

maka dapat disimpuakan belajar adalah suatu proses yang berlangsung dalam

interaksi aktif dengan lingkungan dengan menghubungkan pengetahuan yang baru

dan lama sehingga terjadi perubahan perilaku peserta didik yang disebabkan oleh

pengalaman, perubahan perilaku tersebut bersifat relatif permanen.

11
b. Pembelajaran

Menurut Santrock (2014: 246) menyatakan bahwa “pembelajaran

(learning) didefinisikan sebagai pengaruh yang relatif permanen terhadap perilaku

dan pengetahuan, serta keterampilan-keterampilan berpikir yang diperoleh melalui

pengalaman”. Nitko & Brookhart (2007: 18) menyatakan bahwa “instruction is

the process you use to provide students with the conditions that help them achieve

the learning targets” artinya pembelajaran adalah proses yang digunakan untuk

membantu siswa dengan suatu kondisi yang mendukung mereka dalam mencapai

tujuan belajar.

Fontana (Erman Suherman, 2003: 7) menyatakan bahwa “pembelajaran

merupakan upaya penataan lingkungan yang memberi nuansa agar program

belajar tumbuh dan berkembang secara optimal”. Oemar Hamalik (2014: 57)

menyatakan bahwa pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun dari

manusia, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur, yang saling

mempengaruhi dalam mencapai tujuan pembelajaran.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2013 pasal 1

ayat 19 tentang standar nasional pendidikan dan permendikbud Nomor 103 Tahun

2014 menyatakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi antar peserta didik,

antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan

belajar. Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013 menyatakan bahwa dalam proses

pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif,

menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif,

serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian

12
sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

Untuk itu setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan pembelajaran,

pelaksanaan proses pembelajaran serta penilaian proses pembelajaran untuk

meningkatkan efisiensi dan efektivitas ketercapaian kompetensi lulusan.

Berdasarkan dari beberapa pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran adalah suatu proses interaksi antar peserta didik, antara peserta didik

dengan pendidik dan sumber belajar yang membantu peserta didik untuk

mencapai tujuan belajar secara optimal pada suatu lingkungan belajar.

c. Simulasi dan Komunikasi Digital

Simulasi dan Komunikasi Digital berasal dari dua suku kata, yaitu

“teknologi” yang berarti ilmu tentang keterampilan dan “kantor” (perkantoran)

yang berarti sebagai tempat berlangsungnya pekerjaan kantor (kegiatan

administrasi).

Pakpahan (2006) mengemukakan bahwa “Simulasi dan Komunikasi

Digital adalah bagaimana proses mencatat, menghimpun, mengolah,

memperbanyak, mengirim dan menyimpan bahan-bahan keterangan secara efisien

dengan menggunakan mesin-mesin”.

Waluyo (2000) menegaskan bahwa Simulasi dan Komunikasi Digital

dimulai bersamaan dengan berkembangnya teknologi informasi dan

penggunaan perangkat komputer untuk keperluan perkantoran.

Berdasarkan beberapa teori yang telah dipaparkan di atas maka dapat

disimpulkan bahwa Simulasi dan Komunikasi Digital adalah bagaimana proses

13
mencatat, menghimpun, mengolah, memperbanyak, mengirim dan menyimpan

bahan-bahan keterangan secara efisien dengan menggunakan mesin-mesin.

d. Pembelajaran Simulasi dan Komunikasi Digital

Pembelajaran adalah suatu proses interaksi antar peserta didik, antara

peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar yang membantu peserta didik

untuk mencapai tujuan belajar secara optimal pada suatu lingkungan belajar.

Sedangkan Simulasi dan Komunikasi Digital adalah suatu ilmu pengetahuan

tentang pola, hubungan, gagasan-gagasan yang saling berhubungan dan

mempunyai aturan logis serta berguna bagi kehidupan

Berdasarkan kedua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran Simulasi dan Komunikasi Digital merupakan serangkaian proses

yang terdiri dari guru, siswa, materi, dan lingkungan belajar yang berhubungan

dengan bagaimana proses mencatat, menghimpun, mengolah, memperbanyak,

mengirim dan menyimpan bahan-bahan keterangan secara efisien dengan

menggunakan mesin-mesin. Pembelajaran yang dilaksanakan juga harus tetap

memperhatikan hakikat Simulasi dan Komunikasi Digital agar apa yang tujuan

pembelajaran dapat dicapai secara optimal dan siswa juga mendapatkan

pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhannya.

2. Metode Saintifik

Pendekatan saintifik atau lebih umum dikatakan pendekatan ilmiah

merupakan pendekatan dalam kurikulum 2013. Dalam pelaksanaannya, ada yang

menjadikan saintifik sebagai pendekatan ataupun metode. Namun karakteristik

dari pendekatan saintifik tidak berbeda dengan metode saintifik. Sesuai dengan

14
Standar Kompetensi Lulusan, sasaran pembelajaran mencakup pengembangan

ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dielaborasi untuk setiap satuan

pendidikan. Ketiga ranah kompetensi tersebut memiliki lintasan perolehan (proses

psikologi) yang berbeda. Sikap diperoleh melalui aktivitas “menerima,

menjalankan, menghargai, menghayati, dan mengamalkan”. Pengetahuan

diperoleh melalui aktivitas “mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis,

mengevaluasi, dan mencipta”. Keterampilan diperoleh melalui aktivitas

“mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta”.

Cuff & Payne dalam Cohen (2007: 15 -16), “As Cuff and Payne (1979)

say: ‘A scientific approach necessarily involves standards and procedures for

demonstrating the ‘‘empirical warrant’’ of its findings, showing the match or fit

between its statements and what is happening or has happened in the world” yang

berarti, pendekatan ilmiah harus melibatkan standar dan prosedur untuk

menunjukkan' 'bukti empiris' 'temuannya, menunjukkan pertandingan atau

kesesuaian antara pernyataan dan apa yang terjadi atau telah terjadi di dunia.

Adapun langkah-langkah pendekatan saintifik menurut Cuff & Payne

adalah sebagai berikut:

a. Definition of the science and identification of the phenomena that are to be


subsumed under it.
b. Observational stage at which the relevant factors, variables or items are
identified and labelled, and at which categories and taxonomies are
developed.
c. Correlational research in which variables and parameters are related to one
another and information is systematically integrated as theories begin to
develop.
d. The systematic and controlled manipulation of variables to see if experiments
will produce expected results, thus moving from correlation to causality.

15
e. The firm establishment of a body of theory as the outcomes of the earlier
stages are accumulated. Depending on the nature of the phenomena under
scrutiny, laws may be formulated and systematized.
f. The use of the established body of theory in the resolution of problems or as a
source of further hypotheses

Adapun maksudnya adalah sebagai berikut:

a. Definisi ilmu dan identifikasi fenomena yang akan dimasukkan di bawah itu.

b. tahap observasi di mana faktor-faktor yang relevan, variabel atau item

diidentifikasi dan diberi label, dan pada yang kategori dan taksonomi

dikembangkan

c. penelitian korelasional di mana variabel dan parameter yang terkait satu sama

lain dan informasi secara sistematis diintegrasikan sebagai teori mulai

berkembang

d. Manipulasi sistematis dan terkontrol variabel untuk melihat apakah

eksperimen akan menghasilkan hasil yang diharapkan, sehingga bergerak dari

korelasi hubungan sebab dan akibat.

e. Pembentukan perusahaan dari tubuh teori sebagai hasil dari tahap sebelumnya

diakumulasi. Tergantung pada sifat dari fenomena di bawah pengawasan,

hukum dapat dirumuskan dan sistematis.

f. Penggunaan didirikan tubuh teori dalam penyelesaian masalah atau sebagai

sumber lebih lanjut hipotesis.

16
Selain pendapat Cuff & Payne di atas ada pula pendekatan saintifik

menurut Hitchcock and Hughes (1995: 23) dimana membagi langkah-langkah

pendekatan saintifik menjadi delapan langkah, yaitu:

Stage 1: Hypotheses, hunches and guesses


Stage 2: Experiment designed; samples taken; variables isolated
Stage 3: Correlations observed; patterns identified
Stage 4: Hypotheses formed to explain regularities
Stage 5: Explanations and predictions tested; falsifiability
Stage 6: Laws developed or disconfirmation (hypothesis rejected)
Stage 7: Generalizations made
Stage 8: New theories.
Artinya kurang lebih seperti berikut ini:
a. Hipotesis, firasat dan tebakan
b. Percobaan dirancang; sampel yang diambil; variabel terisolasi
c. Korelasi diamati; pola diidentifikasi
d. Hipotesis dibentuk untuk menjelaskan keteraturan
e. Penjelasan dan prediksi diuji; falsifiability
f. Hukum dikembangkan atau diskonfirmasi (hipotesis ditolak)
g. Membuat generalisasi
h. Teori Baru.

McLelland (2014: 1) menjelaskan bahwa pengetahuan ilmiah didasarkan

atas beberapa asumsi, yaitu:

a. Dunia adalah nyata; itu ada terlepas dari persepsi sensorik kami itu

b. Manusia dapat secara akurat memahami dan berusaha untuk memahami alam

semesta secara fisik

c. Proses alami yang cukup untuk menjelaskan atau laporan untuk fenomena

alam atau peristiwa. Dengan kata lain, para ilmuwan harus menjelaskan alam

dalam hal alami (dan bukan supranatural, yang, kurang setiap independen

bukti, tidak difalsifikasi dan karena itu bukan ilmu), meskipun manusia tidak

mungkin saat mengenali apa terjadi pada proses tersebut.

17
d. Dengan sifat proses mental manusia, berakar pada pengalaman-pengalaman

sebelumnya, persepsi kita mungkin tidak akurat atau bias

e. Penjelasan ilmiah terbatas. Pengetahuan ilmiah niscaya pengetahuan

kontingen bukan absolut, dan karena itu harus dievaluasi dan dinilai, dan

tunduk pada modifikasi dalam terang bukti baru. Ini mustahil untuk tahu jika

kita memikirkan setiap kemungkinan penjelasan alternatif atau setiap

variabel, dan teknologi mungkin terbatas.

f. Penjelasan ilmiah yang probabilistik. The statistik pemandangan alam

terbukti secara implisit maupun eksplisit ketika menyatakan prediksi ilmiah

fenomena atau menjelaskan kemungkinan peristiwa dalam situasi yang

sebenarnya.

Berdasarkan Permendikbud nomor 103 tahun 2013 terdapat lima langkah

pengalaman belajar dalam metode saintifik. Adapun deskripsi langkah-

langkahnya sebagai berikut:

Tabel 2. Daftar Pengalaman Belajar dalam Pembelajaran Saintifik

Langkah Deskripsi Kegiatan Bentuk Hasil Belajar


Pembelajaran
Mengamati Mengamati dengan indra Perhatian pada waktu
(Observing) (membaca, mendengar, mengamati suatu
menyimak, melihat, objek/membaca suatu
menonton, dan sebagainya) tulisan/mendengar
dengan atau tanpa alat suatu penjelasan,
catatan, yang dibuat
tentang yang diamati,
kesabaran, waktu (on
task) yang digunakan
untuk mengamati
Menanya Membuat dan mengajukan Jenis, kualitas, dan
(questioning) pertanyaan, tanya jawab, jumlah pertanyaan
berdiskusi tentang informasi yang diajukan peserta
yang belum dipahami, didik (pertanyaan

18
informasi tambahan yang faktual, konseptual,
ingin diketahui, atau sebagai prosedural, dan
klarifikasi. hipotetik)
Mengumpulkan Mengeksplorasi, mencoba, Jumlah dan kualitas
Informasi berdiskusi, sumber yang
(experimenting) mendemonstrasikan, meniru dikaji/digunakan,
bentuk/gerak, melakukan kelengkapan informasi,
eksperimen, membaca sumber validitas informasi
lain selain buku teks, yang dikumpulkan, dan
mengumpulkan data dari instrumen/alat yang
narasumber melalui angket, digunakan untuk
wawancara, dan mengumpulkan data.
memodifikasi/menambah
/mengembangkan
Menalar/ Mengolah informasi yang Mengambangkan
mengasosiasi sudah dikumpulkan, interpretasi,
(associating) menganalisis data dalam argumentasi dan
bentuk membuat kategori, kesimpulan mengenai
mengasosiasi atau keterkaitan lebih dari
menghubungkan dua fakta/konsep teori,
fenomena/informasi yang mensintesis dan
terkait dalam rangka argumentasi serta
menemukan suatu pola, dan kesimpulan keterkaitan
menyimpulkan. antar berbagai jenis
fakta-fakta/konsep/
teori/ pendapat;
mengembangkan
interpretasi, struktur
baru, argumentasi, dan
kesimpulan yang
menunjukkan
hubungan
fakta/konsep/teori dari
dua sumber atau lebih
yang tidak
bertentangan;
mengembangkan
interpretasi, struktur
baru, argumentasi dan
kesimpulan dari
konsep/teori/pendapat
yang berbeda dari
berbagai jenis sumber.
Mengkomunikasikan Menyajikan laporan dalam Menyajikan hasil
(communicating) bentuk bagan, diagram, atau kajian (dari mengamati
grafik; menyusun laporan sampai menalar) dalam

19
tertulis; dan menyajikan bentuk tulisan, grafis,
laporan meliputi proses, hasil, media elektronik, multi
dan kesimpulan secara lisan. media dan lain-lain.

a. Mengamati

Pada kegiatan mengamati menekankan pada kebermaknaan belajar dengan

memberikan kesempatan kepada siswa mengeksplorasikan rasa ingintunya

mengenai fenomena-fenomena yang ada. Metode dalam mengamati ini

mengedepankan pengalaman langsung pada objek yang akan dipelajari sehingga

siswa dapat mengambila data pada objek kemudian selanjutan akan dianalisis

(Hosnan, 2014: 39). Sehingga dapat disimpulkan bahwa kegiatan mengamati ini

tidak hanya dilakukan dalam kelas amun bisa berlangsung di luar kelas dari

berbagai macam sumber belajar.

Pada kegiatan mengamati dapat melatih anak menggunakan kejelian

inderanya dalam menemukan dan memahami pengetahuan. Keaktifan diri dan

kejelian mereka menentukan seberapa dalam ilmu yang akan didapatkannya.

Dalam kegiatan observasi, untuk mencapai kefektifan siswa seharusnya

melakukan pencatatan hasil pengamatan.

b. Menanya

Pada kegiatan menanya, siswa diberikan kesempatan untuk mengajukan

pertayaan terkait informasi yang telah diperoleh dari hasil pengamatan. Bentuk

pertanyaan yang diajukan siswa pun dapat mencirikan kemampuan kognitif siswa

tersebut. Sehingga menjadi gurutentunya bisa membedakan mana pertayaan yang

berkwalitas dan mana pertanyaan yang hanya sekedar bertanya, karena kedua hal

20
ini berbeda. Adapaun tingkatan pertanyaan dari tingkat terendah sampai tertinggi

adalah sebagai berikut:

Tabel 2. Tingkatan Pertanyaan Menurut Kemendikbud


Tingkatan Sub tingkatan Kata-kata kunci pertanyaan
Kognitif Pengetahuan Apa...
yang (knowledge) Siapa...
lebih Kapan...
rendah Di mana...
Sebutkan...
Jodohkan atau pasangkan...
Persamaan kata...
Golongkan...
Berilah nama...
Dll.
Pemahaman Terangkahlah...
(comprehension) Bedakanlah...
Terjemahkanlah...
Simpulkan...
Bandingkan...
Ubahlah...
Berikanlah interpretasi...

Penerapan Gunakanlah...
(application Tunjukkanlah...
Buatlah...
Demonstrasikanlah...
Carilah hubungan...
Tulislah contoh...
Siapkanlah...
Klasifikasikanlah...
Kognitif Analisis (analysis) Analisislah...
yang lebih Kemukakan bukti-bukti…
tinggi Mengapa…
Identifikasikan…
Tunjukkanlah sebabnya…
Berilah alasan-alasan…
Sintesis Ramalkanlah…
(synthesis) Bentuk…
Ciptakanlah…
Susunlah…
Rancanglah...
Tulislah…
Bagaimana kita

21
Evaluasi Berilah pendapat…
(evaluation) Alternatif mana yang lebih baik…
Setujukah anda…
Kritiklah…
Berilah alasan…
Nilailah…
Sumber : Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.Bandingkan…
Materi Pelatihan Guru Implementasi
Kurikulum 2013 SMA/SMK Simulasi dan Komunikasi Digital (2017: 40)

c. Mengumpulkan informasi

Pada kegiatan mengumpulkan informasi merupakan kelanjutan dari

bertanya. Berdasarkan permendikbud nomor 81a tahun 2013 menumpulkan

informasi bisa dilakukan dengan eksperimen, membaca sumber terkait serta

berdasarkan pengamatan atau wawancara dengan sumber yang lainnya. Selama

kegiatan eksperimen berlangsung guru harus membimbing siswa serta mengawasi

pengumpulan informasi. Hal ini dilakuka agar data yang diperoleh valid serta

dapat memmberikan bantuan kepada siswa yang kesulitan.

d. Menalar/mengasosiasi

Pada kegiatan menalar/ mengasosiasi dalam Permendibid Nomor 81a

Tahun 2013 merupakan kegiatan memproses informasi yang sudah dikumpulkan,

baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan/eksperimen maupun hasil dari

kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi. Pengolahan

informasi yang dikumpulkan dari yang bersifat menambah keluasan dan

kedalaman sampai kepada pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi dari

berbagai sumber yang memiliki pendapat yang berbeda sampai kepada yang

bertentangan. Kegiatan ini dilakukan untuk menemukan keterkaitan informasi

dengan informasi lainnya, menemukan pola dari keterkaitan informasi tersebut.

22
Melakukan kegiatan penalaran terdapat dua buah cara, yaitu dengan

menggunakan metode induktif dan metode deduktif. Sebagaimana dituliskan oleh

M. Hosnan (2014: 73) menalar dengan menggunakan metode induktif merupakan

cara menalar dengan menarik kesimpulan dari fenomena atau atribut-atribut

khusus untuk hal-hal yang bersifat umum. Jadi, menalar secara induktif adalah

proses penarikan kesimpulan dari kasus-kasus yang bersifat nyata secara

individual atau spesifik menjadi simpulan yang bersifat umum. Sedangkan

penalaran deduktif merupakan cara menalar dengan menarik kesimpulan dari

pernyataan-pernyataan atau fenomena yang bersifat umum menuju pada hal yang

bersifat khusus pada bagian-bagianya.

e. Mengomunikasikan

Pada kegiatan mengomunikasikan, guru diharapkan memberi kesempatan

kepada siswa untuk mengkomunikasikan yang telah mereka pelajari. Pada tahapan

ini, diharapkan peserta didik dapat mengkomunikasikan hasil pekerjaan yang telah

disusun baik secara bersama-sama dalam kelompok dan atau secara individu dari

hasil kesimpulan yang telah dibuat bersama. Kegiatan mengkomunikasikan ini

dapat diberikan klarifikasi oleh guru agar peserta didik akan mengetahui secara

benar apakah jawaban yang telah dikerjakan sudah benar atau ada yang harus

diperbaiki. Hal ini dapat diarahkan pada kegiatan konfirmasi sebagaimana pada

standar proses.

Pada tahapan ini pula siswa diharapkan mampu memprsentasikan hasil

temuannya untuk kemudian ditampilkan didepan kelas sehingga rasa berani dan

percaya dirinya dapat lebih terasah yang akan menunjang motivasi siswa. Peserta

23
yang lain pun dapat memberikan komentar, saran, atau perbaikan mengenai apa

yang telah dipresentasikan oleh rekannya (M Hosan, 2014: 76)

Adapun Indikator pembelajaran berorientasi pada pendekatan saintifik

menurut Marsigit (2015: 17) yaitu jika dalam pembelajaran tersebut didukung,

terdapat dan dikembangkan hal-hal sebagai berikut: (1) RPP yang selaras dengan

pendekatan Saintifik, (2) LKS yang selaras dengan pendekatan Saintifik, (3)

Apersepsi yang selaras dengan pendekatan saintifik, (4) terdapat variasi

penggunaan metode mengajar berbasis Saintifik, (5) terdapat variasi penggunaan

media belajar berbasis Saintifik, (6) terdapat variasi interaksi berbasis saintifik (5

sintak langkah Saintifik), (7) terdapat diskusi kelompok, dan (8)

presentasi/refleksi oleh siswa

3. Motivasi Belajar Simulasi dan Komunikasi Digital

Pendefinisian motivasi menurut Moore (2009: 330) adalah “Motivation be

defined as something that energizes and directs our behaviors” yang berarti

motivasi didefinisikan sebagai sesuatu yang memberikan energi dan mengarahkan

perilaku. Sehingga motivasi dapat dijadikan sebagai dorogan untuk mencapai

suatu tujuan. Sedangkan menurut Timothy & Robbins (2013: 209) menyatakan

bahwa “Motivation the processes that account for an individual’s intensity,

direction, and persistence of effort toward attaining a goal yang berarti motivasi

adalah proses yang menjelaskan intensitas, arah, dan ketekunan usaha untuk

mencapai suatu tujuan. Sedangkan menurut Winkel (1991: 92) motivasi belajar

adalah keseluruhan daya penggerak psikis di dalam diri siswa yang menimbulkan,

menjamin kelangsungan kegiatan belajar, dan memberikan arah pada kegiatan

24
belajar itu demi mencapai suatu tujuan. Lebih lanjut lagi Winkel (1996: 256)

meambahkan motivasi berasal dari dorongan dari dalam dan luar individu siswa,

motivasi dapat digambarkan melalui keberhasilan siswa dalam menyelesaikan

pembelajaran yang ditempuhnya.

Menurut Zimmerman (Schunk, et al, 2012: 7) siswa yang termotivasi

mempelajari suatu topik cenderung melibatkan diiri dalam suatu aktivitas yang

diyakini akan membantu dirinya untuk belajar, seperti memfokuskan perhatian

dalam pelajaran, mengorganisasikan dan mengingat materi yang akan dipelajari,

mencatat untuk memfasilitasi aktivitas belajar selanjutnya, memeriksa level

pemahamannya, serta meminta bantuan ketika mengalami kesulitan dalam

memahami materi.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa Motivasi belajar

adalah dorongan yang menyebabkan seseorang mau belajar yang berasal dari

dalam diri dan luar diri seseorang tersebut untuk mencapai tujuan yang

diinginkan. Tercapainya tujuan dalam motivasi tersebut menggambarkan fungsi

dari motivasi itu sendiri, Menurut Hamalik (2010: 175) fungsi motivasi adalah

sebagai berikut:

a. Sebagai pendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan. Tanpa motivasi

tidak akan timbul perbuatan seperti belajar.

b. Sebagai pengarah, yaitu mengarahkan perbuatan kepada pencapaian tujuan

yang diinginkan.

c. Sebagai penggerak, besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau

lambatnya suatu pekerjaan

25
Sebagai pendorong, penggerak dalam atiitas belajar, motivasi sangat diperlukan

oleh siswa. Oleh sebab itu, sebagai seorang guru diprlukan untuk senantiasa

meningkatkan motivasi belajar siswa dalam pembelajarannya.

Menurut Hamzah (2011: 4) terdapat beberapa hal yang dapat dilakukan guru

dalam meningkatkan motivasi belajar siswa, diantara lain: a) menggunakan

berbagai metode dalam pelaksanaan pendidikan, b) emberikan bimbingan serta

arahan kepada siswa dalam membantu mengatasi kesulitan baik bersifat pribadi

maupun akademis, c) menghargai pendapat, pikiran maupun perasaan siswanya.

Sedangkan menurut Schuck, et al. (2012: 466-479) dalam meningkatkan

meningkatkan motivasi siswa yang dapat dilakukan guru yaitu: a) memberikan

umpan balik atas setiap respon siswa, b) memberkan penghargaan (rewards) atas

setiap kemajuan belajar siswa, c) menciptakan iklim pembelajaran yang berpusat

pada siswa, d) Memberikan pujian (praise) dan kritik, dan d) memberikan bantuan

kepada siswa tanpa diminta (unsolicited help). Sehingga dengan mengetahui

bebberapa fungsi serta yang harus dilakukan guru dalam meningkatkan motivasi

diharapkan dapat memfasilitasi siswameningkatkan motivasi belajarnya.

Menurut Moore (2009: 330) bahwa terdapat dua jenis motivasi, yaitu

motivasi yang berasal dari dalam diri individu (intrinsic) dan motivasi yang

berasal dari luar individu (extrinsic). Peningkatan motivasi yang dilakukan oleh

guru adalah bagian dari motivasi yang berasal dari luar individu (extrinsic). Hal

senada juga diungkapkan oleh Mueller, Yankelewitz, & Maher (2009: 30) bahwa

“in particular, students’ motivations can be devided into two distinc types:

extrinsic motivation and intrinsic motivation”. Ungkapan ini bermakna bahwa

26
secara khusus motivasi terbagi atas dua jenis yang berbeda yaitu motivasi istrinsik

dan moyvasi ekstrinsik. Lebih lajut lagi dijelaskan oleh Winkel (1991: 92)

motivasi instrinsik merupakan motivasi yang didasarkan pada penghayatan suatu

kebtuhan dan dorongan yang secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar,

sedangkan motivasi ekstrinsik merupakan motivasi yang didasarkan pada

kebutuhan dan dorongan yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas

belajar. Ditambahkan Malow (Marsh, 2010: 45), “Student motivation is variable

and complex and interrelated with many other factors such as anxlety, need for

achievement, the need to be accepted, curiosity, and other needs outlined” yang

bermakna bahwa motivasi belajar adalah varibel dan kompleks dan saling terkait

dengan berbagai faktor lainnya seperti anxlet, kebutuhan untuk berprestasi,

kebutuhan untuk diterima, keingintahuan, dan kebutuhan lain yang digariskan.

Berdasarkan beberapa uraian dari para ahli di atas maka dapat disimpulkan

motivasi belajar adalah dorongan yang menyebabkan seseorang mau belajar yang

berasal dari dalam diri dan luar diri seseoarnag tersebut untuk mencapai tujuan

yang diinginkan. Tujuan yang dimaksud mengarah kepada ketercapaiannya

kompetensi dasar yang harus dimiliki siswa.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Adapun penelitian-penelitian yang relevan dengan peneltian yang akan

dikaji oleh peneliti adalah sebagai berikut:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Nurul Iman yang berjudul “Upaya

Meningkatkan self-efficacy Siswa dengan Menggunakan Metode Saintifik pada

siswa Kelas XI AP SMK Negeri 1 Pangkep”. Pada penelitian ini menjelaskan

27
bahwa pembelajaran dengan mengunakan metode saintifik mampu

meningkatkan self-efficacy siswa dengan objek yang diteliti adalah siswa kelas

XI yang berjumlah 30 siswa. pada hasil pra penelitian sebelum dilakukannya

tindakan terlihat rata-rata skor self-efficacy siswa 64 dan berada pada kategori

sedang, pada siklus I skor siswa menjadi 73 dan berada pada kategori sedang,

namun di siklus II diperoleh peningkatan hasil self-efficacy siswa yakni siswa

berada pada kategori tinggi.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Nur Azisah Abdur Rahman dengan judul

“Meningkatkan Motivasi Berprestasi siswa dengan Pendekatan Pembelajaran

Korespondensi pada kelas XII AP SMK Negeri 4 Pangkep” diperoleh hasil

peningkatan motivasi belajar Korespondensi dari siklus I ke siklus kedua

yakni dengan perolehan rata-rata dikelas XII yaitu 74,72 dengan kriteria

ketuntasan 76%.

C. Kerangka Pikir

Pembelajaran Simulasi dan Komunikasi Digital di kelas haruslah

memfasilitasi siswa berperan aktif dalam pembelajaran dan bersifat student

centered. Dimana proses pembelajaran diselenggarakan secara interaktif, inspratif,

menyenangkan, menantang, memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif dan

bersemangat dalam mengikuti pembelajaran. Hal ini menandakan bahwa salah

satu aspek yang diperhatikan dalam pembelajaran adalah motivasi belajar yang

tinggi terutama pada mata pelajaran Simulasi dan Komunikasi Digital.

Realita yang terjadi di lapangan motivasi belajar Simulasi dan Komunikasi

Digital siswa masih berada pada kategori sedang, padahal dalam belajar Simulasi

28
dan Komunikasi Digital diperlukan motivasi yang tinggi. Hal ini diketahui

berdasarkan observasi awal angket motivasi belajar Simulasi dan Komunikasi

Digital pada pra-survey membuktikan bahwa motivasi belajar Simulasi dan

Komunikasi Digital kelas X AP SMK NEGERI 5 PANGKEP berada pada

kategori sedang. Secara keseluruhan perolehan data angket motivasi belajar

Simulasi dan Komunikasi Digital pada kategori sangat tinggi sebesar 2,94% atau

hanya 1 siswa, pada kategori tinggi 14,71% atau 5 siswa, pada kategori sedang

58,82% atau 20 siswa, dan pada kategori rendah 23,53% atau 8 siswa.

Melihat realita tersebut maka diperlukan solusi metode pembelajaran yang

dapat memfasilitasi siswa untuk meningkatkan motivasi belajar Simulasi dan

Komunikasi Digitalnya. Salah satu metode pembelajaran yang dapat memfasilitasi

siswa meningkatkan motivasi belajar Simulasi dan Komunikasi Digitalnya adalah

dengan menggunakan metode saintifik dalam pembelajaran. Pembelajaran dengan

metode saintifik yang memfasilitasi siswa berperan aktif dalam mengamati,

mengajukan pertanyaan, mengumpulkan informasi, menalar serta

mempersentasekan hasil diharapkan mampu meningkatkan motivasi belajar

Simulasi dan Komunikasi Digital siswa. Dengan meningkatnya motivasi belajar

Simulasi dan Komunikasi Digital siswa diharapkan pula dapat menunjang

meningkatnya prestasi belajar Simulasi dan Komunikasi Digital yang dimiliki.

Metode saintifik yang dimulai dengan sintaks mengamati akan membuat

siswa lebih fokus pada materi yang dipelajari, kemudian dilanjutkan dengan

sintaks menanya maka akan mengasah kemampuan berpikir kritis siswa akan hal

yang sedang diamati. Selanjutnya pada sintaks mengumpulkan informasi akan

29
membuat siswa sangat aktif dalam mencari berbagai informasi yang berkaitan

dengan materi yang disajikan, baik melalui LKS, buku paket dan buku-buku lain

yang relevan. Kemudian pada sintaks mengasosiasi (menalar) maka siswa

diberikan permasalahan, kemudian masalah tersebut di diskusikan secara

berkelompok dan sintaks yang terakhir adalah melakukan presentasi atau

mengkomunikasikan, dimana pada sintaks mengkomunikasikan tersebut motivasi

siswa diasah. Ketika siswa memahami apa yang mereka pelajari, maka akan lebih

bersemangat dalam belajar. Sehingga sintaks yang terdapat dalam saintifik

diyakini dapat meningkatkan motivasi belajar Simulasi dan Komunikasi Digital

siswa.

Secara lebih spesifik kerangka berpikir dari penelitian ini dapat

dirumuskan seperti yang tampak pada bagan di bawah ini:

Motivasi belajar Simulasi dan Komunikasi Digital yang tinggi penting


dimiliki oleh siswa

Faktanya

Motivasi belajar Simulasi dan Komunikasi Digital siswa kelas X AP


SMK NEGERI 5 PANGKEP masih berada pada kategori sedang

Tindakan

Upaya untuk meningkatkan motivasi belajar Simulasi dan Komunikasi


Digital dengan menggunakan metode saintifik pada siswa kelas X AP
SMK NEGERI 5 PANGKEP

Hasil

Meningkatnya motivasi belajar Simulasi dan Komunikasi Digital


siswa kelas X AP SMK NEGERI 5 PANGKEP dengan menggunakan
metode
30 saintifik.
Gambar 1 Bagan Kerangka Pikir

D. Pertanyaaan Penelitian

Berdasarkan permasalahan dilaangan serta kajian pustaka yang telah

dipaparkan sebelumnya maka pertanyaan penelitian yang diajukan dalam

penelitian ini adalah “Apakah motivasi belajar Simulasi dan Komunikasi Digital

siswa dapat meningkat setelah diterapkan metode saintifik beberapa siklus pada

siswa kelas X AP SMK NEGERI 5 PANGKEP.”

31
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan

secara kolaboratif partisipatif antara guru mata pelajaran Simulasi dan

Komunikasi Digital dan peneliti yang dilaksanakan di kelas X AP SMK NEGERI

5 PANGKEP. Tujuan penelitian tindakan kelas yang dilakukan untuk

meningkatkan motivasi belajar Simulasi dan Komunikasi Digital siswa Kelas X

AP SMK NEGERI 5 PANGKEP dengan menerapkan metode Saintifik dalam

pembelajaran Simulasi dan Komunikasi Digital.

B. Waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 25 Oktober 2018 sampai dengan 25

November 2018 dengan menyesuaikan jam pelajaran Simulasi dan Komunikasi

Digital kelas X AP SMK NEGERI 5 PANGKEP. Sebelum melaksanakan

Penelitian Tindakan Kelas (PTK), peneliti melakukan observasi pada kelas yang

akan dijadikan sebagai objek penelitian pada hari Jumat 13 Oktober 2018.

32
C. Deskripsi tempat penelitian

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dilaksanakan di SMK NEGERI 5

PANGKEP, Jl. Muh. Tahir Dg. Liong, Mandalle, Kec. Mandalle, Kab.

Pangkajene dan Kepulauan. Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) pada

kelas X AP.. Pemilihan kelas ini didasarkan pada kesesuaian jadwal mengajar

guru dengan jadwal kuliah peneliti.

D. Subjek dan karaktersitiknya

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas Kelas X AP SMK NEGERI 5

PANGKEP yang berjumlah 32 orang. Objek penelitian ini adalah keseluruhan

proses dan hasil pembelajaran dengan menerapkan metode saintifik sebagai upaya

untuk meningkatkan motivasi belajar Simulasi dan Komunikasi Digital siswa

Kelas X AP SMK NEGERI 5 PANGKEP.

E. Setting dan Sumber Data

1. Setting Penelitian

Setting penelitian ini menggunakan setting kelompok yaitu untuk

meningkatkan motivasi belajar Simulasi dan Komunikasi Digital siswa melalui

pembelajaran Simulasi dan Komunikasi Digital dengan menggunakan metode

saintifik. Kelas yang digunakan dalam penelitian ini adalah kelas X AP SMK

NEGERI 5 PANGKEP.

2. Sumber Data

Sumber data utama dalam penelitian ini adalah siswa, data dari hasil angket

motivasi belajar Simulasi dan Komunikasi Digital siswa, observasi, guru, prestasi

33
belajar Simulasi dan Komunikasi Digital siswa dan catatan lapangan selama

tindakan pembelajaran di kelas.

F. Skenario Tindakan

Penelitian ini menggunakan model spiral Kemmis dan Tanggart yang

dikembangkan oleh Stephen Kemmis dan Robin Mc Tanggart (2014, 19).

Penelitian tindakan kelas dilaksanakan sekurang-kurangnya terdiri dari dua siklus

dan masing-masing menggunakan empat komponen tindakan yaitu: perencanaan

(planning), tindakan (act), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting).

Hubungan dari keempat elemen ini dipandang sebagai satu siklus, seperti terlihat

pada Gambar dibawah ini:

Keterangan:
Perencanaan (Plan)
Tindakan (act)
Pengamatan (observe)
Refleksi (Reflect)

Gambar 2. Model Penelitian Tindakan

Penelitian ini direncanakan dalam dua siklus, akan tetapi apabila hasil

yang diperoleh belum memenuhi indikator keberhasilan yang telah ditetapkan,

maka dilanjutkan untuk siklus berikutnya. Siklus akan berakhir jika hasil

penelitian yang diperoleh sudah sesuai dengan indikator keberhasilan penelitian.

Langkah-langkah dalam setiap siklus dijabarkan sebagai berikut:

34
1. Siklus I

a. Tahap Perencanaan

Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap perencanaan adalah:

1) Mempersiapkan angket motivasi belajar Simulasi dan Komunikasi

Digital siswa untuk mengetahui keadaan awal tentang motivasi belajar

Simulasi dan Komunikasi Digital yang dimiliki siswa. Angket motivasi

belajar Simulasi dan Komunikasi Digital disusun berdasarkan indikator-

indikator yang dinilai dapat mengukur motivasi belajar Simulasi dan

Komunikasi Digital siswa. Angket motivasi belajar metamtika diberikan

sebelum pelaksanaan tindakan kelas untuk mengetahui kondisi awal

siswa dan diberikan pada akhir tiap-tiap siklus untuk mengetahui kondisi

motivasi belajar metmatika siswa setelah diberikan perlakuan selama satu

siklus.

2) Menyusun alur metode saintifik yang dapat meningkatkan motivasi

belajar Simulasi dan Komunikasi Digital siswa.

3) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). RPP digunakan

oleh peneliti sebagai pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran tentang

materi yang akan dipelajari. RPP yang telah disusun dan dikonsultasikan

terlebih dahulu dengan guru pengampu mata pelajaran Simulasi dan

Komunikasi Digital kelas X AP SMK NEGERI 5 PANGKEP. Hal ini

dilakukan supaya guru mata pelajaran yang bersangkutan mengetahui

metode pembelajaran yang diterapkan.

35
4) Mempersiapkan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang akan digunakan para

siswa dalam melaksanakan diskusi. Penggunaaan Lembar Kerja Siswa

(LKS) akan sangat membantu siswa untuk memahami materi yang

sedang dipelajari.

5) Menyusun dan menyiapkan lembar observasi dan catatan lapangan.

Lembar observasi pembelajaran digunakan ketika tindakan dilakukan.

Kegiatan siswa diamati untuk meraih data tentang aktivitas siswa selama

proses pembelajaran. Observasi ini dilakukan untuk mengetahui temuan-

temuan yang didapatkan serta kekurangan dan kendala-kendala dari

pelaksanaan tindakan kemudian dicatat sesuai dengan format observasi.

6) Mempersiapkan soal tes pada tiap siklusnya. Soal tes disusun untuk

mengukur pemahaman siswa terhadap kompetensi dasar yang telah

dipelajari yang kemudian dijadikan sebagai bahan refleksi dalam

merencanakan pembelajaran pada siklus selanjutnya.

7) Mempersiapkan alat-alat dokumentasi kegiatan untuk membantu, dan

mendukung kegiatan pembelajaran dilakukan.

b. Tahap Tindakan

Tindakan ini dilakukan dengan menggunakan panduan perencanaan yang

telah dibuat dan dalam pelaksanaannya bersifat fleksibel dan terbuka terhadap

perubahan-perubahan. Selama proses pembelajaran berlangsung, peneliti

mengajar siswa dengan menggunakan RPP dan LKS yang telah dibuat sedangkan

guru menjadi pengamat untuk mengamati proses pembelajaran yang berlangsung

di sekolah.

36
c. Tahap Pengamatan

Pada tahap ini, guru mata pelajaran Simulasi dan Komunikasi Digital kelas

X AP SMK NEGERI 5 PANGKEP mengamati segala aktivitas yang terjadi

selama proses pembelajaran berlangsung. Agar informasi yang diperoleh lebih

akurat, maka peneliti telah mempersiapkan pedoman observasi sebagai pedoman

dalam penyusunan catatan kegiatan di lapangan, dalam hal ini di dalam kelas.

Setiap aktivitas yang terjadi selama proses pembelajaran berlangsung diusahakan

untuk dicatat seperti apa adanya agar diperoleh informasi lapangan yang sebenar-

benarnya.

d. Tahap Refleksi

Data yang diperoleh dari observasi dianalisis, kemudian dilakukan refleksi.

Refleksi tersebut berupa diskusi antara peneliti, guru Simulasi dan Komunikasi

Digital yang bersangkutan dan para observer. Diskusi bertujuan untuk melakukan

evaluasi terhadap proses yang terjadi, masalah yang muncul, kekurangan-

kekurangan, atau semua hal yang berkaitan dengan tindakan yang dilakukan dan

ketercapaian pembelajaran digunakan untuk penyimpulan data. Informasi yang

telah dikumpulkan dijadikan pertimbangan perencanaan pada pembelajaran siklus

berikutnya.

2. Siklus II

a. Persiapan Tindakan.

Kegiatan yang dilakukan pada siklus lanjutan dirancang dengan mengacu

pada hasil refleksi pelaksanaan pembelajaran pada siklus pertama. Masalah-

masalah yang timbul pada siklus pertama ditetapkan alternatif pemecahan masalah

37
dengan harapan tidak terulang pada siklus selanjutannya. Kegiatan pada siklus

kedua meliputi:

1) Merevisi RPP berdasarkan hasil dari siklus 1.

2) Mempersiapkan lembar observasi.

3) Mempersiapkan LKS.

4) Menyiapkan soal Tes

b. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan siklus II pada intinya sama seperti pada siklus I yaitu guru

mengajar siswa dengan menggunakan RPP dan LKS yang telah dibuat. Pada

Siklus ini juga dilakukan evaluasi perbaikan dari hasil siklus I.

c. Observasi

Observasi dilakukan oleh observer dengan pedoman observasi beserta

catatan lapangan yang sudah disusun oleh peneliti. Lembar observasi yang

digunakan pada siklus II sama dengan siklus I yang telah dilengkapi dengan

berbagai perbaikan berdasarkan hasil evaluasi siklus I.

d. Refleksi

Refleksi pada siklus II digunakan untuk membedakan hasil siklus I dengan

siklus II apakah ada peningkatan motivasi berprestasi siswa kelas X AP SMK

NEGERI 5 PANGKEP dalam pembelajaran Simulasi dan Komunikasi Digital

atau tidak. Jika belum terdapat peningkatan, maka siklus dapat diulang kembali

untuk pelaksanaan siklus III.

38
G. Teknik Instrumen Pengumpulan Data

Teknik instrumen pengumpulan data yang digunakan pada Penelitian

Tindakan Kelas (PTK) ini menggunakan angket motivasi belajar Simulasi dan

Komunikasi Digital, tes prestasi belajar maematika, lembar observasi

keterlaksanaan pembelajaran, catatan lapangan, dan dokumentasi. Data-data

tersebut dijadikan sebagai bahan refleksi dan perbaikan pada siklus selanjutnya.

Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah:

1. Angket Motivasi Belajar Simulasi dan Komunikasi Digital

Angket motivasi belajar Simulasi dan Komunikasi Digital digunakan

sebagai alat untuk mengukur motivasi belajar Simulasi dan Komunikasi Digital

siswa sebelum dilakukan penelitian dan juga setelah dilakukan penelitian. Angket

motivasi beajar Simulasi dan Komunikasi Digital yang diberikan sebelum

perlakuan digunakan untuk mengukur kondisi awal motivasi belajar, Simulasi dan

Komunikasi Digital siswa. Angket motivasi belajar Simulasi dan Komunikasi

Digital siswa yang diberikan setelah perlakuan digunakan untuk mengukur

motivasi belajar Simulasi dan Komunikasi Digital siswa di setiap siklusnya.

Angket motivasi belajar Simulasi dan Komunikasi Digital tersebut diberikan pada

setiap akhir siklus untuk mengetahui apakah hasil pengukuran berdasarkan angket

motivasi belajar Simulasi dan Komunikasi Digital tersebut telah mencapai target

yang ditetapkan atau belum. Angket motivasi belajar matematia terdiri dari 30

pernyataan yang terdiri dari pernyataan favorable dan unfavorable, yang

penjabarannya dapat dilihat pada lampiran B.2.

39
2. Tes Prestasi Belajar

Intrumen tes yang digunakan untuk mengukur pemahaman siswa terhadap

materi yang telah dipelajari selama satu siklus. Tes akhir siklus juga dapat

digunakan untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar Simulasi dan

Komunikasi Digital siswa dari siklus yang satu menuju siklus selanjutnya dan

mengetahui ketercapaian Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) pada setiap

siklusnya. Tes akhir siklus yang digunakan berbentuk soal pilihan ganda yang

disusun berdasarkan indikator pada Kompetensi Dasar (KD) yang dipelajari.

3. Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran

Lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran digunakan untuk menilai

keterlaksanaan model yang digunakan dalam pembelajaran. Lembar observasi

pembelajaran disusun berdasarkan tahapan atau langkah-langkah yang ada dalam

model yang digunakan dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Tahapan/langkah

dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) disebut sebagai indikator dalam observasi

keterlaksanaan pembelajaran. Lembar observasi terdiri dari lembar observasi

kegiatan guru dalam pelaksanaan pembelajaran, dan lembar kegiatan siswa dalam

proses pembelajaran. Lembar observasi guru bertujuan untuk mengetahui

keterlaksanaan model yang digunakan dalam pembelajaran. Lembar observasi

siswa bertujuan untuk mengetahui kesesuaian aktivitas siswa dalam pembelajaran.

Lembar observasi kegiatan guru ditinjau dari tiga aspek yaitu kegiatan

awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Selain mengacu pada langkah-langkah

pembelajaran yang digunakan, penyusunan lembar observasi keterlaksanan

pembelajaran ini mempunyai dua skala penilaian, yaitu ya dan tidak. Pengamat

40
cukup memberikan tanda cek pada setiap butir jika dalam proses pembelajaran

butir tersebut terlaksana. Pilihan ya digunakan jika guru melaksanakan langkah-

langkah yang sesuai dengan indikator yang disusun, sedangkan pilihan tidak

digunakan jika guru belum melaksanakan item indikator yang ada dalam lembar

observasi.

4. Catatan lapangan

Catatan lapangan digunakan sebagai pengingat hal-hal penting yang terjadi

selama kegiatan pembelajaran berlangsung yang tidak tercantum dalam lembar

observasi. Catatan lapangan berisi kekurangan, kelebihan, dan juga segala sesuatu

yang terjadi pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung. Catatan lapangan dapat

menjadi dokumentasi yang berguna dalam melakukan refleksi dan evaluasi.

5. Dokumentasi

Ingatan manusia sangat terbatas untuk mengingat segala sesuatu yang terjadi

di dalam pembelajaran. Karena hal itulah, peneliti menggunakan dokumentasi.

Dokumentasi dapat memberikan gambaran visual terhadap hal-hal yang terjadi di

dalam kelas, dan dokumentasi dapat menjadi sarana untuk mengingat kembali

segala sesuatu yang terjadi di dalam pembelajaran.

H. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini berupa hasil angket motivasi

belajar siswa terhadap Simulasi dan Komunikasi Digital, observasi, catatan

lapangan, tes tertulis, yang dilaksanakan pada akhir tindakan. Setelah data-data

tersebut dikumpulkan, maka selanjutnya dilakukan analisis. Data-data yang

dianalisis adalah sebagai berikut:

41
1. Angket Motivasi Belajar

Setiap butir pernyataan angket di kelompokkan sesuai dengan aspek yang

diamati, kemudian dihitung jumlah skor pada setiap butir sesuai dengan pedoman

penskoran yang dibuat. Jumlah hasil skor yang diperoleh dipersentase dan

dikategorikan sesuai dengan kualifikasi hasil angket motivasi berprestasi siswa

dalam pembelajaran Simulasi dan Komunikasi Digital. Pilihan pernyataan dalam

angket terdiri dari lima pilihan jawaban yaitu selalu (SL), sering (SR), Kadang-

kadang (KK), jarang (JR) dan tidak pernah (TP) yang berturut-turut nilai

penskorannya adalah 5, 4, 3, 2, dan 1 untuk pernyataan positif, dan 1, 2, 3, 4, dan

5 untuk pernyataan negatif. Adapun kisi-kisi angket motivasi siswa terhadap

Simulasi dan Komunikasi Digital dapat dilihat pada lampian B.1 Hasil angket

motivasi siswa terhadap Simulasi dan Komunikasi Digital, dikategorikan seperti

pada tabel berikut:

Tabel 4. Pedoman Kategorisasi Skor Angket Respon Siswa


Interval Skor (X) Kriteria
X > Mi + 1,8 Sbi X >120 Sangat tinggi
Mi+ 0,6 SBi < X ≤ Mi + 1,8 SBi 100 ˂ X ≤ 120 Tinggi
Mi - 0,6 SBi < X ≤ Mi + 0,6 SBi 80 ˂ X ≤ 100 Sedang
Mi - 1,8 SBi < X ≤ Mi - 0,6 Sbi 60 ˂ X ≤ 80 Rendah
X ≤ (Mi - 1,8 SBi) X ≤ 60 Sangat Rendah
(Eko Putro Widoyoko, 2009: 238)
Keterangan:
Mi = Mean ideal yang dapat dicapai instrumen = 1/2 (skor maksimum
ideal + skor minimum ideal)
Si = Standar deviasi ideal yang dapat dicapai instrumen = 1/6 (skor
maksimum ideal-skor minimum ideal)
X = Skor empiris

42
2. Lembar Observasi

Dalam penelitian ini, yang diamati adalah keterlaksanaan tahap-tahap

pembelajaran data observasi yang telah diperoleh dihitung, kemudian

dipersentasekan sehingga dapat diketahui seberapa besar peningkatan motivasi

berprestasi siswa selama proses pembelajaran. Hasil analisis data observasi

kemudian disajikan secara deskriptif. Untuk menghitung persentase

keterlaksanaan pembelajaran yang diamati dengan menggunakan lembar observasi

keterlaksanaan pembelajaran dapat dihitung dengan:

Persentase (P) =

Jumlah tahapan pembelajaran yang dil a ksananakan


x 100 %
Jumlah keseluruhan tahapan pembelajaran

3. Hasil Tes Prestasi Belajar Siklus Pertama dan Siklus Lanjutan.

Hasil tes belajar siswa siklus pertama maupun siklus lanjutan mencerminkan

sejauh mana tingkat ketercapaian kompetensi siswa pada materi tertentu dan

ketuntasan siswa selama proses pembelajaran. Cara menghitung persentase skor

yaitu:

Jumlah Skor Keseluruhan Yang Diperoleh Siswa


Persentase (P) = ×100 %
Jumlah Siswa
I. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan merupakan patokan untuk menentukan

keberhasilan suatu kegiatan atau program. Sesuai dengan karakteristik

penelitian ini, maka penelitian ini dikatakan berhasil jika memenuhi tiga aspek

berikut yaitu:

43
1. Berdasarkan motivasi belajar Simulasi dan Komunikasi Digital,

pembelajaran dikatakan berhasil jika terjadi peningkatan skor motivasi

belajar siswa terhadap Simulasi dan Komunikasi Digital untuk tiap

siklusnya dan mencapai target yang sudah dibuat yakni sebesar 14,71% atau

5 siswa mempunyai motivasi belajar Simulasi dan Komunikasi Digital

berkategori sangat tinggi dan 52,94% atau 18 siswa mempunyai berkategori

tinggi.

2. Berdasarkan hasil belajar Simulasi dan Komunikasi Digital, pembelajaran

dikatakan berhasil jika minimal terdapat 70% siswa yang tuntas dengan nilai

ketuntasan ≥70 sesuai degan Kriteria Ketuntasa Minimal yang dtetapkan

oleh Sekolah.

3. Berdasarkan keterlaksanaan pembelajaran, pembelajaran berhasil terlaksana

dengan baik apabila tingkat keterlaksanaan pembelajaran mencapai ≥90%

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di SMK Negeri 5 Pangkep

yang terletak di Jl. Muh. Tahir Dg. Liong (poros Mks-Pare, Km. 83), Mandalle,

Kec. Mandalle, Kab. Pangkajene dan Kepulauan. Sekolah ini memiliki 5 kelas

untuk kelas X, salah satu kelas yang menjadi sasaran penelitian ini adalah di kelas

X AP 1 yang terdiri dari 30 siswa. Penataan bangunan di SMK Negeri 5 Pangkep

sudah cukup mencerminkan suasana lingkungan yang baik. Sarana dan prasarana

44
yang ada di sekolah ini cukup lengkap dan masih layak pakai. Namun, sedikit

kedala pada saat pembelajaran berangsung adalah bunyi bising dari aktivitas

praktek bengkel Kompetensi Keahlian Teknik dan Bisnis Sepeda Motor yang lalu

lalang di dekat sekolah tersebut. Hal ini disebabkan sekolah SMP ini berdekatan

dengan Stasiun Keret Api Lempuyangan Yogyakarta. Sehingga hal ini kadang

membuat jeda pada saat pembelajaran berlangsung.

Kegiatan Penelitian berlangsung dari tanggal 25 Oktober 2018 sampai

dengan 25 November 2018. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X AP 1

tahun ajaran 2018/2019 yang berjumlah 30 orang siswa. Selama pelaksanaan pada

siklus I pertemuan pertama siswa berjumlah 30, pertemuan kedua siswa hadir

semua yakni berjumlah 30 sisa dan pada pertemuan ketiga 28 siswa. Guru

pelajaran Simulasi dan Komunikasi Digital bertindak sebagai observer pada

seluruh pelaksanaan siklus pertama yang mengamati seluruh kegiatan

pembelajaran sedangkan peneliti sebagai pelaksana pembelajaran. Pada siklus

kedua pada pertemuan keempat peneliti sebagai pelaksana sedangkan guru

sebagai observer namun pada pertemuan kelima guru sebagai pelaksana

sedangkan peneliti sebagai observer. Perencaan pembelajaran seluruhnya

dipersiapkan oleh peneliti kemudian verivikasi oleh guru.

Penelitian ini dilakukan dalam 2 siklus, siklus pertama dilaksanakan

sebanyak 3 kali pertemuan dan siklus kedua dilaksanakan sebanyak 2 kali

pertemuan sesuai dengan jadwal kegiatan pembelajaran Simulasi dan Komunikasi

Digitial di kelas X AP 1 yakni setiap hari rabu dan jumat ditambah postesnya 2

pertemuan postes serta 1 pertemuan tidak efektif yakni pada hari jumat 28

45
Oktober 2018 karena siswa dan guru mengikuti upacara hari Sumpah Pemuda

sehingga kegiatan pembelajaran pada jam pertama digunakan untuk upacara

sedangkan jam kedua siswa tidak fous lagi mengikuti kegiata pembelajaran.

Sesuai dengan model PTK model Kemmis dan Mc Taggart, langkah-langkah yang

dilakukan terdiri atas perencanaan (planning), tindakan (act), pengamatan

(observing), dan refleksi (reflecting) pada setiap siklus.

1. Deskripsi Observasi Pra-penelitian

Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan observasi. Observasi

ini diperlukan sebagai pengamatan keadaan bahwa penelitian yang akan dilakukan

tersebut kondusif dan dapat dilakukan penelitian terhadap siswa kelas X AP 1

SMK Negeri 5 Pangkep. Selain itu observasi pra penelitian ini juga bertujuan

untuk mengetahui motivasi belajar Simulasi dan Komunikasi Digital siswa

sebelum dilakukan tindakan sehingga dapat dijadikan bahan analisis awal untuk

menentukan langkah-langkah tindakan pada saat penelitian.

Setelah dilakukan observasi awal pada siswa kelas X AP 1 SMK Negeri 5

Pangkep diperoleh data awal motivasi siswa dalam pembelajaran Simulasi dan

Komunikasi Digital yaitu:

Table 5. Data Angket Motivasi Belajar Siswa Pra-penelitian


Interval Kriteria Kondisi Awal
120 < X < 150 Sangat Tinggi 2,94%
100< X ≤ 120 Tinggi 14,71%
80< X ≤ 100 Sedang 58,82%
60< X ≤ 80 Rendah 23,53%
X < 60 Sangat 0%
Rendah
Rata-rata 92,94 Sedang

46
Artinya dari 30 siswa yang ada di kelas X AP 1 hanya ada 2,94% atau 1

siswa yang memiliki motivasi belajar Simulasi dan Komunikasi Digital yang

berkategori sangat tinggi sedangkan pada kategori tinggi sebesar 14,71% atau 12

siswa, pada kategori sedang sebesar 58,82% atau 20 siswa, dan pada kategori

rendah sebesar 23,53 atau 8 siswa namun pada kateori sangat rendah 0% atau

tidak ada siswa yang memiliki motivasi belajar Simulasi dan Komunikasi Digital

yang berkategori sangat rendah. Hal itu mengindikasikan bahwa secara rata-rata

siswa kelas X AP 1 SMK Negeri 5 Pangkep hanya memiliki motivasi belajar

Simulasi dan Komunikasi Digital dalam kategori sedang.

Melihat hal tersebut maka guru mata pelajaran Simulasi dan Komunikasi

Digital yang mengajar di kelas X AP 1 secara kolaboratif dengan peneliti akan

berupaya meningkatkan motivasi siswa kelas X AP 1 tersebut. Adapun target

peningkatan motivasi siswa kelas X AP 1 dalam penelitian ini adalah:

Table 6. Target pencapaian motivasi Siswa Kelas X AP 1


Kondisi
Variabel Interval Kriteria Target
Awal
120 < X < 150 1 siswa ≥ 5 siswa
Sangat Tinggi
(2,94%) (≥ 14,71%)
100< X ≤ 120 5 siswa ≥ 18 siswa
Tinggi
Motivasi (14,71%) (≥ 52,94%)
Belajar 80< X ≤ 100 20 siswa ≤ 11 siswa
Sedang
Simulasi dan (58,82%) (≤ 32,35%)
Komunikasi 60< X ≤ 80 8 siswa
Rendah 0%
Digital (23,53%)
X < 60 Sangat 0 siswa
0%
Rendah (0%)
Rata-rata= 92,94 - Sedang Tinggi
Kognitif/ yang tuntas ≥ 70 KKM 0% 70,59%
keterampilan % tercapai

47
Rata-rata = 70 70 32,21 70
Proses terlaksana ≥ 90
Pemb.berhasil ≥ 90 %
Pembelajaran %

Dengan menggunakan metode saintifik, guru dan peneliti akan

mengupayakan agar target-target yang telah ditetapkan tersebut dapat tercapai

dengan baik. Gambaran umum mengenai subjek penelitian yaitu beberapa siswa

kelas X AP 1 SMK Negeri 5 Pangkep sudah mempunyai motivasi belajar

Simulasi dan Komunikasi Digital yang cukup baik namun motivasi siswa dalam

pembelajaran Simulasi dan Komunikasi Digital masih belum memuaskan.

Padahal, motivasi siswa dalam proses pembelajaran merupakan salah satu faktor

penentu keberhasilan proses pembelajarn. Hal itu ditunjukkan dari respon siswa

ketika diberikan tugas, PR atau latihan soal dan diperintahkan oleh guru untuk

menjelaskan kembali hasil pekerjaannya di depan teman-teman kelas, sebagian

besar siswa di kelas X AP 1 belum dapat menjelaskan kembali hasil pekerjaannya

dan masih takut salah atas apa yang telah dikerjakannya. Berdasarkan pemaparan

tersebut menunjukkan bahwa siswa belum memiliki keberanian untuk

mengungkapkan pendapatnya, memberikan gagasan yang rasional atau

mempertahankan pendapatnya yang mengindikasikan masih rendahnya motivasi

belajar Simulasi dan Komunikasi Digital yang dimiliki siswa kelas X AP 1 SMK

Negeri 5 Pangkep

Guru dan Peneliti secara kolaborasi berusaha meningkatkan motivasi belajar

Simulasi dan Komunikasi Digital siswa dengan melibatkan siswa untuk terlibat

secara aktif dalam mengembangkan pengetahuan, sikap bekerjasama secara

efektif dalam pembelajaran, sehingga siswa bukan lagi sebagai objek melainkan

48
sebagai subjek belajar. Oleh karena itu, pembelajaran harus dibuat dan disajikan

lebih menarik yaitu dengan menggunakan metode saintifik untuk meningkatkan

motivasi siswa kelas X AP 1 SMK Negeri 5 Pangkep.

2. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I

Penelitian tindakan kelas ini terdiri atas tahap perancanaan, pelaksanaan,

observasi dan refleksi. Hasil pada siklus I adalah sebagai berikut:

a. Perencanaan (planning)

Sebelum melakukan tindakan penelitian, pembelajaran dalam penelitian ini

menggunakan metode saintifik, guru dan peneliti melakukan persiapan yaitu

dengan merencanakan terlebih dahulu langkah-langkah yang akan dilakukan

yaitu:

1) Menentukan materi pembelajran

Materi pembelajaran Simulasi dan Komunikasi Digital yang digunakan dalam

penelitian ini adalah materi Pengolah Kata. Materi tersebut diambil berdasarkan

kesepakatan antara guru dan peneliti dengan pertimbangan berbagai aspek yaitu

aspek waktu dan tingkat motivasi belajar Simulasi dan Komunikasi Digital siswa

yang sebagian besar masih dalam kategori sedang dan rendah. Adapun materi

pembelajaran untuk setiap pertemuannya dapat dilihat sebagai berikut:

Table 7. Pemetaan Materi Pembelajaran Tiap Pertemuan


No. Siklus Pertemuan Materi
1 Siklus I Pertemuan 1, 1. Menganalisis ciri-ciri paragraf
23 Oktober deskriptif, argumentatif, naratif, dan
2018 persuasif
2. Membandingkan paragraf deskriptif,
argumentatif, naratif, dan persuasif.
Pertemuan 2, 1. Memanipulasi dokumen menggunakan
26 Oktober perangkat lunak pengolah kata
2018 2. Membuat tulisan deskriptif

49
3. Mengembangkan proposal
menggunakan perangkat lunak
pengolah kata
2 Siklus II Pertemuan 1, 1. Menjelaskan urutan kerja operator
6 November matematika
2018 2. Mengurutkan operator matematika
sesuai hasil yang diharapkan
3. Menentukan penggunaan fungsi logika
IF, AND, OR, ELSE pada perhitungan
berkondisi
4. Memanipulasi sel
5. Menyalin nilai berdasarkan referensi
nilai sel dan referensi alamat sel
Pertemuan 2, 1. Menggunakan formula pada
2 November pemrosesan data
2018 2. Menampilkan data dalam bentuk
grafis

2) Menyusun RPP

Menyusun RPP dengan materi pertemuan pertama siklus I adalah

Memahami Pengolah Kata melalui alat peraga. RPP yang disusun ini memuat

tahap-tahap metode saintifik. RPP disusun dalam 3 pertemuan untuk siklus I dan 2

pertemuan untuk siklus ke II yang memuat kompetensi inti, kompetensi dasar,

indikator, tujuan pembelajaran, pembagian materi, dan langkah-langkah kegiatan

dengan alokasi waktu yang jelas.

3) Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS)

Menyusun LKS pada pertemuan pertama dan kedua siklus I yang terdapat

pada lampiran. halaman yang sesuai dengan prinsip pembelajaran saintifik yang

bertujuan untuk meningkatkan motivasi siswa terhadap Simulasi dan Komunikasi

Digital.

4) Mengadakan Pretest

50
Sebelum dilakukan tindakan, peneliti mengadakan pretest hanya pada siklus

pertama. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal siswa pada

pembelajaran Simulasi dan Komunikasi Digital khususnya pada pokok

pembahasan Pengolah Kata. Bentuk soal pretes ditunjukkan pada lampiran B.5

5) Menyusun pedoman observasi dan menyiapkan lembar observasi

Lembar observasi disusun berdasarkan aspek-aspek aktivitas yang

mencerminkan keterlaksanaan pembelajaran. Lembar observasi keterlaksanaan

pembelajaran dapat dilihat pada lampiran.

6) Menyiapkan soal postest siklus

b. Pelaksanaan (action)

Pelaksanaan Siklus I dilakukan dalam tiga pertemuan dengan durasi waktu 7

jam pelajaran atau 280 menit (3 x 40 menit, 2 x 40 menit dan 3 x 40 menit). Pada

tahap ini pelaksanaan pembelajaran disesuaikan dengan Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) dan observer melakukan observasi sesuai dengan panduan

pada lembar observasi yang telah disiapkan. Adapun pelaksanaan kegiatan pada

siklus ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) pertemuan 1

Pada pertemuan pertama siklus 1 dilaksanakan pada hari rabu 19 Oktober

2018 pada pukul 09.20 – 11.00. Materi pembelajaran pada pertemuan pertama

siklus I ini membahas tentang menemukan rumus Pengolah Kata melalui alat

peraga dimana siswa yang hadir sebanyak 30 orang.

51
Di awal pertemuan pertama ini dimulai dengan perkenalan diri peneliti yang

dibuka oleh guru mata pelajaran selama durasi 5 menit kemudian selanjutya

diberikan angket motivasi belajar Simulasi dan Komunikasi Digital sebagai data

awal dan pretest piliha ganda tentang materi Pengolah Kata yang merupakan

materi pelajaran yang akan diajarkan oleh peneliti selama 40 menit. Setelah itu

barulah memulai pelajaran dengan metode sainifik. Pada pengkondisian terlebih

dahulu guru mengecek kehadian siswa dimana terdapat 3 siswa yang tidak hadir

selanjutnya memberikan motivasi mengenai pentingya mempelajari Pengolah

Kata dengan memberikan penerapan Pengolah Kata dalam kehidupan sehari-hari,

namun motivasi ini masih berjalan cukup singkat dengan memberikan tayangan di

powerpoint saja secara sekilas berhubung karena waktu telah banyak terbuang.

Begitu pula degan penyampain tujuan pembelajaran disampaikan secara sekilas

saja. Selanjutnya peliti membentuk 4-6 kelompok secara acak kemudian

membagikan LKS. Sehingga total waktu yang terpakai kegiatan pendahuluan di

pertemuan pertama ini sampai 80 menit (2 jam pelajaran). Namun hal ini dapat

dikondisikan oleh peneliti berhubung pada pertemuan pertama ini 3 jam pelajaran.

Pada kegiatan inti, guru membimbing siswa untuk menemukan Pengolah

Kata dengan mengikuti langkah-langkah pada LKS 1 dimana masing-masing

kelompok menemukan rumus Pengolah Kata dengan cara yang berbeda. Setelah

rumus Pythagoras ditemukan oleh masing-masing kelompok, maka diberikan

kesempatan masing-masing kelompok mempersentasekan hasil diskusi

kelompokya. Namum pada tahap ini tidak semua kelompok maju untuk

mempersentasekan hasil kerja kelompoknya karena berhubung waktu tidak cukup

52
sehingga hanya dua kelompok yang maju persentase. Pada akhir kegiatan inti guru

meluruskan kembali tentang Pengolah Kata, penulisan rumus Pengolah Kata dan

memberikan contoh soal. Untuk tahapan pembelajaran dengan metode saintifik

secara umum terlaksana sepenuhnya dikegiatan inti ini yang meliputi mengamati,

menanya, mengumpulkan informasi, menalar, menyimpulkan dan

mempersentasekan hasil diskusi.

Pada kegiatan penutup yang meliputi kesimpulan, memberikan pertanyaan

untuk evaluasi, pemberian tugas, menginformasikan materi selanjutnya, berdoa

dan salam tidak terlaksana semua disebabkan bel telah berbunyi. Adapun tahapan

yang tidak tercapai yaitu memberikan pertanyaan sebagai bahan evaluasi,

menginforasikan materi pada pertemuan selanjutnya, dan berdoa.

2) Pertemuan kedua

Pada pertemuan kedua siklus 1 dilaksanakan pada hari jumat 21 Oktober

2016 pada pukul 7.10 – 9.10. Materi pembelajaran pada pertemuan kedua siklus I

ini membahas tentang menemukan, menuliskan dan memahami pola tripel

Pythagoras melalui alat peraga. Adapun alat peraga yang digunakan adalah 16

buah persegi. Pada pertumuan kedua ini semua siswa hadir yakni berjumlah 30

orang.

Di kegiatan pendahluan diawali dengan salam kemudian dilanjutkan dengan

berdoa berhubung di sekolah SMK Negeri 5 Pangkep setiap paginya selalu

diawali dengan tilawah bersama dimana 3 orang perwakilan siswa yang di daftar

secara berturut-turut setiap harinya untuk memandu tilawah diruangan guru

menggunakan microfon dan soundsystem sehingga setiap tilawahnya dapat

53
didengar satu sekolah kemudian dilanjutkan dengan berdoa bersama. Setelah

tilawah dan doa tersebut selesai barulah guru memulai pembelajaran dengan

terlebih dahulu mengecek kehadiran siswa serta menyampaikan tujuan

pembelajaran kemudian membentuk kelompok dan membagikan LKS serta

mennyakan tentang tugas yang diberikan. Pada kegiatan pendahuluan ini guru

melupakaan tahapan apersepsi dan motivasi lagsung kepada kegiatan ini. Namun

waktu pada kegiatan inti terlaksana sesuai dengan rencana yaitu berdurasi 10

menit

Pada kegiatan inti, guru membimbing siswa untuk menemukan melalui alat

peraga dengan mengikuti langkah-langkah pada LKS 2 dimana masing-masing

kelompok diberikan alat peraga. Setelah itu masing-masing kelompok, maka

diberikan kesempatan masing-masing kelompok mempersentasekan hasil diskusi

kelompokya. Pada persentase kali ini sama pada pertemuan sebelumnya yakni

hanya dua kelompok yang diberikan kesempatan untuk mempersentasekan hasil

kelompoknya. Hal ini karena disamping menghemat waktu, temuan masing-

masing kelompok hamper sama hanya temuannya yang berbeda ada yang

menemukan hanya 6 tripel ythagoras dan 7 tripel Pythagoras, selebihnya

menemukan 8 tripel Pythagoras. Pada saat persentase kelompok selesai guru

memberikan kesempatan kepada kelompk lain untuk melengkapi tripel Pythagoras

bagi kelompok yang menemukan kurang dari 8 pola. Pada akhir kegiatan inti guru

meluruskan kembali tentang pola tripel Pengolah Kata. pada tahapan

pembelajaran dengan mengunakan metode saintifik di kegiatan inti terlaksana

sepenuhnya dimana tahapannya telah dipandu saat mengerjakan LKS 2.

54
Pada kegiatan penutup yang meliputi kesimpulan, memberikan pertanyaan

untuk evaluasi, pemberian tugas, menginformasikan materi selanjutnya, berdoa

dan salam tidak terlaksana semua disebabkan bel telah berbunyi serta guru mata

pelajaran selanjutnya telah menunggu di depan ruang kelas. Adapun tahapan yang

tidak terlaksana yaitu, menginforasikan materi pada pertemuan selanjutnya, dan

berdoa.

3) Pertemuan ketiga

Pada pertemuan ketiga siklus 1 dilaksanakan pada hari rabu 26 Oktober 2018

pada pukul 09.20 – 11.00. Materi pembelajaran pada pertemuan ketiga siklus I ini

membahas tentang menemukan tripel Pythagoras melalui hubungan atar panjang

isi pada segitiga khusus dimana siswa yang hadir sebanyak 33 orang.

Di kegiatan pendahluan diawali dengan salam kemudian dilanjutkan dengan

berdoa bersama kemudian dilanjutkan dengan memberikan motivasi berupa

penerapan Pengolah Kata pada segitiga yang ditampilkan pada slide powerpoint.

Kemudian dilanjutkan dengan penyampaian tujuan pembelajaran dan topik yang

akan dibahas. Setelah itu dilanjutkan dengan pengorganisasian kelompok dan

pembagian LKS dimana siswa telah terbiasa dengan pembelajaran saintifik jadi

telah mengetahui apa yang akan dilaksanakan. Guru menanyakan tugas yang telah

diberikan pada pertemuan selanjytnta apakah megalam kedala atau tidak, sehigga

di pendahuluan ini dibahas satu soal dari tugasya yang masih belum dipahami

siswa. Sehingga pada kegiatan pendahuluan berlangsung selama 20 menit.

Pada kegiatan inti, guru membimbing siswa untuk menemukan pola tripel

Pythagoras melalui hubungan antar panjang sisi pada segitiga khusus dengan

55
mengikuti langkah-langkah pada LKS 3 dimana masing-masing kelompok

mengerjakan kegiatan pada LKS 3 tersebut. Sehigga ditemukan pola tripel

Pythagoras pada segitiga khusus. Kendala yang ditemukan di awa kegatan siswa

adalah menyederhaakan bentuk akar dimana siswa masih kebingngan

menyederhanakan bentuk akar dari akar utuh ke bentuk akar campuran yaitu

bilangan bulat dan bilangan akar. Setelah menemukan pola maka dibrikan

kesempatan beberapa kelompok mempersentasekkan hasil diskusi kelomoknya

dimana ada dua kelompok yang maju dimana kelompok pertama membahas

tentang meemukan, menuliskan dan memahami pola tripel Pythagoras pada

segitiga dengan sudut 90o, 30o, dan 60o dan kelompok dua membahas penemuan

pola tripel Pythagoras pada segitiga dengan sudut 90 o, 45o, dan 45o. Kelompok

lain mengamati persentase kemudian mengklarifikasi jika terjadi kesalahan atau

perbedaan jawaban yang telah dipaparkan dengan hasil kerja diskusi

kelompoknya. Pada pertemuan ini berjalan lancar dan siswa terlihat aktif dan

“anteng” menurut bu Siti Bahiroh sebagai guru mata pelajaran Simulasi dan

Komunikasi Digital di sekelas tersebut. Selanjutnya setelah persentase guru

menyimpulkan hasil diskusi yaitu pola teripel Pythagoras pada kedua segitiga

khusus tersebut dilanjutkan dengan mengerjakan soal yang ada di LKS 3 yang

terkait tripel Pythagoras pada segitiga khusus. Pada pertemuan ketiga ini berjalan

sesuai dengan rencana yakni selama 60 menit dimana diselingi dengan istrahat

selama 10 menit. Pelaksanaan metode saintifik berjalan lancar dimana siswa aktif

bertanya dan menyimpulkan hasil kerja kelompoknya dimana pada pertemuan

sebelumnya hanya beberapa siswa saja yang mengajukan pertanyaan. Terlihat

56
sekali bahwa siswa telah memahami Pengolah Kata Pada akhir kegiatan inti guru

memberikan kesempatan kepada beberapa siswa mengerjakan soal yang teah

dikelarkajan pada LKS 3.

Pada kegiatan penutup yang meliputi kesimpulan, memberikan pertanyaan

untuk evaluasi, pemberian tugas, menginformasikan materi selanjutnya, berdoa

dan salam tidak terlaksana semua disebabkan bel telah berbunyi. Adapun tahapan

yang tidak tercapai yaitu memberikan pertanyaan sebagai bahan evaluasi dan

menginforasikan materi pada pertemuan selanjutnya kerena pertemuan

selanjutnya diinformasikan bahwa akan diadakan posttest siklus I mengenai

Pengolah Kata dan tripel Pythagoras sehingga diinformasikan kepada siswa untuk

mempersiapkan diri.

c. Pengamatan (Observasi)

Pengamatan yang dilakukan oleh observer berupa pengamatan terhadap

proses keterlaksanaan pembelajaran, dengan lembar observasi yang berisi

pernyataan tentang proses pembelajaran di kelas. Pada awal pembelajaran

Simulasi dan Komunikasi Digital menemukan, menuliskan dan memahami

terorma Pythagoras dengan menggunakan metode saintifik siswa masih

mengalami kebingungan dan baru beradaptasi dengan pembelajaran yang

diterapkan. Siswa masih merasa asing dan belum terbiasa dengan pembelajaran

menggunakan metode saintifik karena sebelumnya siswa terbiasa dengan metode

konvensional dengan metode ceramah serta mencatat dan mendengarkan

penjelasan guru. Sehingga peneliti berusaha memancing siswa untuk mengikuti

tahapan-tahapan metode saintifik ini terutama dalam hal menanya. Akan tetapi

57
secara keseluruhan metode saintifk telah terlaksana di siklus I namun keaktifan

siswa nampa pada pertemuan ketiga. Adapun keterlaksanaan pembelajaran siklus

I dapat dilihat pada penyajian data di bawah ini:

Tabel 8. Hasil Observasi Keterlaksanaan siklus 1


No Hasil observasi Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 3 Rata-rata
1 Kegiatan Guru 84,62% 65,38% 92,31% 80,77%
2 Kegiatan Siswa 73,08% 73,08% 88,46% 78,21%
3 Keterlaksanaan 100 % 63,64% 100% 87,88%
Metode Saintifik

Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa ketrlaksanaan

pembelajaran belum mencapai target yaitu 90% sehingga keterlaksanaan

pembelajaran masih belum optimal atau belum baik sehingga diperlukan refleksi

dan perbaikan pada siklus selanjutnya.

Setelah berakhirnya siklus pertama, maka dilakukan postest siklus I yakni

pada hari jumat 28 Oktober 2018 untuk mengukur pencapaian kompetensi dan

sejauh mana penguasaan siswa tentang materi yang telah diajarkan. Namun,

kerena hari jumat tersebut bertepatan dengan hari Sumpah Pemuda dimana satu

jam pelajaran di awal pertemuan digunakan untuk upacara Hari Sumpah Pemuda

sehingga postesnya ditunda ke hari Rabu, 02 November 2016. Hal ini disebabkan

karena kondisi fisik dan psikis siswa tidak kondusif lagi untuk melaksanan ujian

disebabkan kelelahan setelah upacara. Sehingga pada Jumat tersebut hanya

membagikan angket Motivasi belajar Simulasi dan Komunikasi Digital saja.

Pada hari Rabu, 02 November 2016 dilakukan postest siklus I diberikan

sebanyak 10 soal pilihan ganda. Postest siklus I ini dilakukan untuk melihat

peningkatan siswa setelah pembelajaran siklus pertama yang kemudian

diandingkan dengan hasil pretest yang telah diberikan pada pertemuan pertama

58
yakni pada hari Rabu 19 Oktober 2016. Adapun berbandingan hasil yang

diperoleh dapat dilihat pada table di bawah ini

Tabel 9. Hasil Pretes dan Post tes hasil belajar Siklus I


Ketuntasan Siswa Pretest Postest Siklus 1
Tuntas 0 siswa (0 %) 15 siswa (44,12%)
Tidak Tuntas 30 siswa (100%) 19 siswa (55,88%)
Rata-rata skor kelas 32,21 63,53
Ketuntasan Kelas Tidak Tuntas Tidak Tuntas

Berdasarkan table di atas, dapat disimpulkan bahwa ketuntasan siswa dari pretest

0% atau tidak ada siswa yang mencapai target KKM individu 70 begitu pula

dengan KKM kelas tidak ada siswa yang mencapai target KKM yakni 70% siswa

mencapai KKM. Pada postest siklus pertama diperoleh hasil 44,12% atau 15

siswa yang tuntas mencapai KKM namun ketuntasan kelas belum tercapai yakni

70% siswa mencapai target KKM. Namun secara umum terjadi peningkatan dari

pretes ke siklus I yakni peningkatan keuntasan siswa sebesar 44,12% walaupun

belum mencapai target sehingga diperlukan refleksi untuk memperbaiki

pembelajaran pada siklus II.

Pada data hasil motivasi belajar Simulasi dan Komunikasi Digital siswa

siklus I pula diperoleh peningkatan yakni dari 92,94% meningkat menjadi 97,79%

namun tetap berda pada kategori sedang. Sehingga peningkatan yang terjadi pada

siklus I ini masih belum mencapai target. Adapun data motivasi siklus I disajikan

pada table dibawah ini

Tabel 10. Hasil angket Motivasi Belajar Simulasi dan Komunikasi Digital Siswa
Siklus I
Variabe Kriteri
Interval Kondisi Awal Target Siklus I
l a
Sangat 1 siswa ≥ 5 siswa 2 siswa
Motivasi 120 < X 150
Tinggi (2,94%) (≥ 14,71%) (5,88%)
Belajar
100 < X ≤ 120 Tinggi 4 siswa ≥ 18 siswa 13 siswa

59
(14,71%) (≥ 52, 94%) (38,24%)
20 siswa ≤ 11 siswa 15 siswa
80 < X ≤ 100 Sedang
(58,82%) (≤ 32,35%) (44,12%)
0 siswa 0 siswa 5 siswa
60 < X ≤ 80 Rendah
(0%) (0%) (11,76%)
Sangat 8 siswa 0 siswa 0 siswa
X < 60
Rendah (23,53%) (0%) (0%)
Tinggi
sedang sedang
Rata-rata - (100 < X ≤
(92,94) (97,79%)
120)

d. Refleksi

Kegiatan refleksi dilakukan melalui tahap analisis dan evaluasi tindakan

pada siklus I yang telah dilakukan. Refleksi dilakukan berdasarkan hasil tes,

lembar observasi, dan catatan lapangan peneliti. Peneliti melakukan kegiatan

refleksi bersama observer, guru mata pelajaran yang bersangkutan yang juga

merupakan observer. Berdasarkan analisis terlihat bahwa hasil penelitian pada

siklus I sudah mencapai indikator keberhasilan yang ditentukan. Namun masih

dibutuhkan banyak perbaikan. Hal ini ditunjukan adanya hambatan atau

kekurangan dari pembelajaran siklus I baik pertemuan 1, 2, dan 3 yaitu antara

lain:

1) Pada pertemuan pertama siklus I masih banyak siswa yang masih kurang

aktif mengikuti proses pembelajaran dengan menggunakan metode

saintifik. Hal ini disebabkan kerena siswa telah terbiasa dengan metode

konvensional dengan mencatat dan mendengarkan penjelasan bagi guru.

Bahkan di awal pembelajaran siswa langsung mengambil posisi di depan

bersiap mencatat materi ajar, hal ini dilakukkannya karena mengira

metode yang akan saya terapkan sama dengan metode guru.

60
2) Kericuhan dalam pembentukan kelompok, hal ini disebabka masih

banyaknya siswa yang tidak terima kelompok yang telah terbentuk

dengan berbagai alasan

3) Pengerjaan LKS masih sepenunya dibimbing oleh guru sehingga

pembelajaran masih berpusat kepada guru.

4) Guru masih kewalahan dalam mengatur waktu yang tepat sehingga

banyak tahapan pembelajaan tidak terlaksana atau lupa.

5) Diskusi kelompok belum berjalan dengan maksimal dikarenakan masing-

masing kelompok terlihat hanya beberapa orang yang aktif dalam diskusi

kelompoknya.

6) Siswa belum ada yang mau melakukan presentasi di depan kelas

sehingga guru memberikan motiasi untuk selalu belajar.

7) Pemanfaatan waktu yang belum optimal oleh guru (peneliti) sebagai

pelaksana pembelajaran. Khususnya pada pertemuan pertama dimana

sesi perkenalan memakan cukup banyak waktu, oleh karena itu waktu

pembelajaran jadi terpotong.

Dari beberapa kekurangan di siklus I tersebut setelah didiskusikan antara

peneliti, guru mata pelajaran Simulasi dan Komunikasi Digital dan observer

didapatkan rekomendasi sebagai rencana perbaikan untuk pembelajaran pada

siklus ke II yaitu:

1) Guru atau peneliti lebih memotivasi siswa dan melakukan bimbingan

secara intensif baik pada saat diskusi kelompok maupun pada saat diskusi

kelas.

61
2) Guru perlu memberikan motivasi yang lebih bagi siswa untuk

mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya dan menanggapi hasil

diskusi kelompok lain.

3) Guru memberikan pengarahan kepada siswa dan memberi penjelasan

tentang kegiatan yang akan dilakukan dan prosedur kegiatan.

4) Guru harus mengupayakan pengelolaan waktu pembelajaran harus sesuai

dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) agar proses

pembelajaran dapat berjalan lancar.

3. Deskripsi Pelaksanaan Tindakan Siklus II

Proses pelaksanaan siklus II disesuaikan dengan hasil refleksi siklus I.

Pembelajaran siklus II berlangsung selama 2 pertemuan atau 3 x 40 dan 2 x 40

menit. Berikut ini deskripsi pelaksanaan tindakan siklus II:

a. Perencanaan (planning)

Pelaksanaan tindakan pada siklus II ini merupakan kelanjutan pada siklus I

yang dinyatakan sudah mencapai standar yang telah ditetapkan. Dengan demikian

dikarenakan pada penelitian tindakan kelas minimal siklus yang dilakukan adalah

sebanyak dua siklus maka perlu dilanjutkan pada siklus yang kedua. Pembelajaran

pada siklus kedua dilakukan sebanyak dua kali pertemuan dengan yang telah

ditentukan. Hasil refleksi dari siklus I menyatakan sudah mencapai hasil yang

maksimal. Hal ini dilihat dari aktivitas yang tunjukan dalam proses pembelajaran.

Untuk mencapai keberhasilan pada siklus II, peneliti dan observer membuat

proses pembelajaran seperti pada siklus II. Hasil perencanaan yang telah dibuat

kemudian didiskusikan bersama observer. Kemudian peneliti meminta saran dari

62
observer mengenai poin-poin dalam rancangan pembelajaran. Kemudian observer

memberikan saran pada guru (peneliti) agar lebih mengefesiensi waktu khususnya

pengalokasian waktu pada saat diskusi dan presentasi kelas. Keberhasilan yang

diperoleh pada siklus I terlihat dari perubahan respon siswa dari pertemuan satu

ke pertemuan kedua yang lebih baik.

Adapun tahap perencanaan tindakan yang dilakukan guru dan observer

adalah sebagai berikut:

1) Menyusun RPP dengan langkah-langkah pembelajaran yang telah diperbaiki

dari siklus I meliputi: (a) Guru (peneliti) harus memberikan kesempatan

siswa untuk menanggapi masalah yang dikemukakan diawal pembelajaran;

(b) sebelum melakukan penelitian, guru terlebih dahulu memberikan

pengarahan kepada siswa dan memberi penjelasan tentang kegiatan yang

akan dilakukan sesuai prosedur kegiatan; (c) Guru (peneliti) perlu

membimbing, memberi pengarahan serta memberi motivasi agar diskusi

berjalan dengan lancar dan siswa tidak canggung lagi; (d) Guru menunjuk

beberapa siswa secara langsung agar mau presentasi dan menyampaikan

pendapatnya di depan kelas; (e) Guru menggunakan Power point pada siklus

kedua sebagaimana pada siklus pertama

2) Memperjelas langkah-langkah pada power point yang hendak ditampilkan

agar siswa tidak kebingungan dalam mengerjakan atau mendiskusikannya.

3) Peneliti lebih bisa memanfaatkan waktu agar lebih efisiensi terutama pada

saat pembelajaran.

4) Guru memotivasi siswa agar lebih aktif dalam pelaksanaan pembelajaran.

63
5) Mempersiapkan lembar observasi pertemuan pertama dan kedua siklus II.

6) Menyiapkan soal pretes dan posttest siklus II

7) Menyiapkan Angket Motivasi belajar siswa terhadap pembelajaran Simulasi

dan Komunikasi Digital untuk siklus II

b. Pelaksanaan (Action)

Pelaksanaan tindakan II merupakan kelanjutan dari tindakan siklus I. Pada

Siklus II jumlah pertemuannya adalah 2 kali pertemuan. Pada tahap ini

pelaksanaan pembelajaran disesuaikan dengan Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) yang telah disempurnakan dari RPP siklus I dan observer

melakukan observasi sesuai dengan panduan pada lembar observasi yang telah

disiapkan.

Pertemuan pertama siklus II dilaksanakan pada hari Jumat, 04 November

2016. Materi pembelajaran pada pertemuan pertama siklus II ini membahas

tentang:

a) Menggunakan Pengolah Kata untuk menyelesaiakan masalah yang

berkaitan bangun datar

b) Menggunakan Pengolah Kata untuk menyelesaiakan masalah yang

berkaitan dengan bangun ruang

Pertemuan kedua siklus II dilaksanakan pada hari senin 23 November 2014.

Materinya membahas tentang penggunaan Pengolah Kata untuk menyelesaikan

masalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari

c. Pengamatan (Observasi)

1) Pengamatan keterlaksanaan pembelajaran

64
Pada pertemuan pertama dan kedua siklus II ini, seluruh tahapan

pembelajaran sebagian besar sudah terlaksana dengan baik namun masih ada

tahapan pembelajaran yang dilupakan oleh peneliti. Secara umum, pengamatan

terhadap keterlibatan siswa aktif dalam pembelajaran telah berjalan lebih baik.

Hal ini terlihat dari antusias siswa bertanya dan mengerjakan LKS. Siswa pula

mengerti apa yang harus dilakukan sehingga peneliti sebagai guru mata pelajaran

tidak tidak lagi perlu membimbing siswa seutuhnya dalam mengerjakan LKS 4.

Keaktifan dan antusias siswa juga terlihat ketika pelakasanaan presentase di

depan kelas dimana kelompok yang lain memusakan perhatian pada kelompok

yang persentase dan mencocokkan dengan hasil diskusi kelompoknya. Jika ada

perbedaan cara atau jawaban dengan kelompok presntase, kelompok tersebut

langsung mengacungkan tangan untuk mengklarifikasi sehingga diskusi kelas

menjadi aktif. Secara keseluruhan, observasi keterlaksanaan pembelajaran siklus

II sebagai berikut:

Table 11. Hasil Observasi Keterlaksanaan siklus II


No Hasil observasi Pertemuan 1 Pertemuan 2 Rata-rata
1 Kegiatan Guru 92,31% 88,46% 90,38%
2 Kegiatan Siswa 92,31% 88,46% 90,38%
3 Keterlaksanaan 100 % 90,45% 95,45%
Metode Saintifik

Hal ini berarti keterlaksnaan pembelajaran pada siklus II ini mencapai lebih dari

90% sehingga ketercapaian target keterlaksanaan pembelajaran mencapai target

yang telah ditentukan.

2) Pengamatan angket motivasi belajar Simulasi dan Komunikasi Digital

Pada data hasil angket motivasi belajar Simulasi dan Komunikasi Digital

pada siswa siklus II ni mengalami peningkatan dibandingkan siklus I. Hal ini

65
terlihat dari peningkatan pada kategori sangat tinggi dan tinggi sedangkan

mengalami penurunan pada kategori sedang, rendah dan sangat rendah. Adapun

hasil angket motivasi belajar Simulasi dan Komunikasi Digital disajikan pada

table di bawah ini

Tabel 12. Hasil angket Motivasi Belajar Simulasi dan Komunikasi Digital Siswa
Siklus II
Kriteri Kondisi
Variabel Interval Target Siklus II
a Awal
Sangat 1 siswa ≥ 5 siswa 7 siswa
120 < X 150
Tinggi (2,94%) (≥ 14,71%) (20,59%)
6 siswa ≥ 18 siswa 18 siswa
100 < X ≤ 120 Tinggi
(14,71%) (≥ 52,94%) (52,94%)
Motivasi 20 siswa ≤ 11 siswa 9 siswa
80 < X ≤ 100 Sedang
Belajar (58,82%) (≤ 32,35%) (26,47%)
0 siswa 0 siswa 0 siswa
60 < X ≤ 80 Rendah
(0%) (0%) (0%)
Sangat 7 siswa 0 siswa 0 siswa
X < 60
Rendah (23,53%) (0%) (0%)
Sedang Tinggi tinggi
Rata-rata -
(92,94) (100 < X ≤ 120) (105,7)

3) Pengamatan tes prestasi belajar

Pada hari Jumat, 11 November 2016 dilakukan postest siklus II diberikan

sebanyak 10 soal pilihan ganda. Postest siklus II ini dilakukan untuk melihat

peningkatan siswa setelah pembelajaran siklus II yang kemudian diandingkan

dengan hasil postest siklus I yang telah diberikan. Adapun berbandingan hasil

yang diperoleh dapat dilihat pada table di bawah ini

Table 13. Hasil Pretes dan Post tes hasil belajar Siklus II
Ketuntasan Siswa Pretest Postest Siklus II
Tuntas 0 siswa (0 %) 24 siswa (70,59%)
Tidak Tuntas 30 siswa (100%) 10 siswa (29,41%)
Rata-rata skor kelas 32,21 73,24
Ketuntasan Kelas Tidak Tuntas Tuntas

66
Berdasarkan table di atas, dapat disimpulkan bawha ketuntasan siswa siklus II

mengalami peningkatan serta telah mencapai target KKM individu 70 begitu pula

dengan KKM kelas yakni 70% siswa mencapai KKM. Pada postes siklus II

diperoleh hasil 70,59% atau 24 siswa mencapai target KKM sehingga penelitian

terhenti pada siklus II.

d. Refleksi

Refleksi siklus II ini dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah yang

masih timbul dalam pelaksanaan tindakan siklus II dan untuk memperbaiki proses

maupun hasil pembelajaran. Hasil dari refleksi Siklus II ini akan digunakan

sebagai dasar perencanaan tindakan siklus III (jika dimungkinkan). Pada siklus II

ini siswa sudah mulai merespon positif terhadap penerapan pembelajaran metode

saintifik. Sebagian besar sudah mulai serius dalam pembelajaran baik ketika

mengerjakan soal pretest dan posttestt maupun memperhatikan power point.

Siswa juga aktif berdiskusi baik ketika berdiskusi kelompok. Motivasi belajar

Simulasi dan Komunikasi Digital siswa juga mengalami peningkatan dari siklus I

ke siklus II hal itu ditunjukkan dari peningkatan rata-rata prestasi belajar siswa dai

63,53 ke 73, berdasarkan hasil observasi motivasi belajar Simulasi dan

Komunikasi Digital siswa dari pretest ke posttest I meningkat dari 92,94 (sedang)

ke 97,79 (sedang) dan kembali meningkat saat posttest II menjadi 105,5 (tinggi).

Persentase ketuntasan belajar siswa juga mengalami peningkatan, dari siklus I

sebesar 44,12 % ke siklus II ketuntasan belajar mencapai 70,59%

e. Pemberhentian siklus

67
Berdasarkan pengamatan dan analisis data pada siklus II, tampak bahwa

pelaksanaan pembelajaran menggunakan metode saintifik sudah mampu

meningkatkan motivasi belajar Simulasi dan Komunikasi Digital siswa. motivasi

belajar Simulasi dan Komunikasi Digital siswa meningkat dibanding siklus I dan

sudah mencapai indikator keberhasilan penelitian yang telah ditentukan

sebelumnya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tindakan perbaikan dalam

penelitian ini sudah cukup dan dapat dihentikan

B. Pembahasan

Penelitian tindakan kelas yang dilakukan berhenti di siklus II karena untuk

masing-masing ranah yang diukur yaitu motivasi belajar Simulasi dan

Komunikasi Digital, keterlaksanaan pembelajaran, dan prestasi siswa yang

dilakukan telah mencapai target yang ditetapkan di awal. Pembelajaran Simulasi

dan Komunikasi Digital menggunakan metode saintifik di kelas VIIIc SMK

Negeri 5 Pangkep telah dilaksanakan sesuai prosedur. Pembelajaran diawali

dengan pembagian kelompok. Upaya yang dilakukan peneliti untuk mengetahui

peningkatan motivasi belajar matematia siswa dilakukan dengan pengisian angket

yang mengukur motivasi belajar Simulasi dan Komunikasi Digital siswa. Dalam

mengukur prestasi siswa digunakan soal pilhan ganda. Angket motivasi belajar

Simulasi dan Komunikasi Digital siswa diberikan di awal dan akhir siklus.

Sedangkan dalam mengukur ketercapaian pelaksanaan pembelajaran digunakan

lembar observasi yang diberikan di setiap pertemuan untuk menilai aktivitas guru

dan siswa.

68
Pelaksanaan pembelajaran Simulasi dan Komunikasi Digital menggunakan

metode saintifik dilakukan mengikuti langkah-langkah yang telah ditetapkan.

Sebelum memulai proses pembelajaran, guru mengarahkan ketua kelas untuk

memimpin doa. Kemudian guru mengecek kehadiran siswa. Pada pertemuan ini

semua siswa hadir untuk mengikuti pelajaran. Selanjutnya, guru mengajukan

pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi

yang akan dipelajari sebagai apersepsi. Guru meminta salah satu siswa untuk

bertanya terkait materi yang diajarkan. Guru memberikan contoh sebagai

pancingan untuk siswa mendeskripsikan materi. Guru melanjutkan proses

pembelajaran dengan memberikan motivasi pada siswa dengan mengaitkan materi

dalam kehidupan sehari-hari.

Selanjutnya, guru menjelaskan kegiatan pembelajaran yang akan

dilaksanakan menggunakan Lembar Kerja Siswa. Pada tahap pertama siswa

berdiskusi kelompok untuk menyelesaikan kegiatan yang ada pada LKS. Dalam

diskusi, setiap kelompok mempunyai tanggung jawab yang sama dalam

menyelesaikan semua kegiatan yang ada dalam LKS. Guru berkeliling kelas untuk

membimbing siswa yang mengalami kesulitan. Pada tahap selanjutnya guru

menunjuk beberapa kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi

kelompoknya di depan kelas. Guru meminta siswa untuk memperhatikan

presentasi yang ditampilkan di depan kelas. Kelompok lain memberikan

tanggapan atas jawaban yang dipresentasikan. Saat diskusi kelas ini berlangsung,

guru tetap membimbing supaya pembahasan tidak melebar ke luar dari materi

yang sedang dibahas dan terfokus pada indikator pencapaian kompetensi.

69
Setelah diskusi kelas selesai, guru membimbing siswa membuat kesimpulan.

Selanjutnya guru memberikan beberapa latihan soal dan tugas untuk dikerjakan di

rumah kepada siswa. Di akhir pelajaran, guru menutup pelajaran dengan meminta

siswa berdoa.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan sebelumnya, diketahui

bahwa pembelajaran Simulasi dan Komunikasi Digital menggunakan metode

saintifik telah mampu meningkatkan Seilf efficacy siswa kelas X AP 1 SMK

Negeri 5 Pangkep. Hal ini ditunjukkan dengan data dari tiap siklus yang disajikan

dalam Tabel 14 sebagai berikut:

Table 14. Rekapitulasi Nilai


Kriteri Kondisi
Variabel Interval Target Siklus 1 Siklus 2
a Awal
120 < X ≤ Sangat 1 siswa ≥ 5 siswa 2 siswa 7 siswa
150 Tinggi (2,94%) (14,71%) (5,88%) (20,59%)
≥18
5 siswa 13 siswa 18 siswa
100 < X ≤ Tinggi siswa
(14,71%) (38,24%) (52,94%)
Motivasi 120 (52,94%)
Belajar ≥11
20 siswa 15 siswa 9 siswa
Simulasi Sedang siswa
(58,82%) (44,12%) (26,47%)
dan 80 < X ≤ 100 (32,35%)
Komunika 8 siswa 0 siswa 4 siswa 0 siswa
Rendah
si Digital 60 < X ≤ 80 (23,53%) (0%) (11,76%) (0%)
Sangat 0 siswa 0 siswa 0 siswa 0 siswa
X < 60 Rendah (0%) (0%) (0%) (0%)
sedang sedang tinggi
Rata-rata Tinggi
(92,94) (97,79) (105,7)
KKM
Kognitif/ yang tuntas ≥
tercapa 0% 70% 44,12% 70,59%
keterampil 70 %
i
an
Rata-rata 70 32,21 70 63,53 73,24
Proses Pemb
terlaksana ≥
Pembelaja Berhas - 90% 79,49% 90,38%
90 %
ran il

Dari Tabel 13 terlihat bahwa hasil angket yang mengukur motivasi belajar

Simulasi dan Komunikasi Digital siswa di siklus I mengalami peningkatan dari

97,79 menjadi 105,7 di siklus II. Peningkatan terjadi di setiap kategori. Untuk

70
kategori siswa berkemampuan sangat tinggi dari siklus I yaitu 5,88% menjadi

20,59% di siklus II. Untuk kategori tinggi mengalami peningkatan dari siklus I

yaitu 38,24% menjadi 52,94%. Hasil di kategori sedang menurun dari yang

awalnya 44,12% di siklus I menjadi 26,47% di siklus II, begitu pula pada kategori

rendah dari siklus I yaitu 11,76% menjadi 0% di siklus II.

Selain itu peningkatan juga terjadi untuk nilai rata-rata siswa. Dari siklus I

mengalami peningkatan dari rata-rata 63,53 pada siklus I meningkat menjadi

73,24 pada siklus II. Selain itu pada siklus I persentase siswa yang mencapai nilai

KKM (diatas 70) belum mencapai 70% yaitu hanya 44,53%, sedangkan pada

siklus II persentase telah mencapai target ≥70% yaitu 70,59%. Dari uraian

tersebut dapat dikatakan bahwa motivasi belajar Simulasi dan Komunikasi Digital

dan prestasi siswa kelas kelas X AP 1 SMK Negeri 5 Pangkep mengalami

peningkatan dari siklus I ke siklus II.

Berdasarkan hasil observasi keterlaksanaan pembelajaran, pembelajaran

Simulasi dan Komunikasi Digital menggunakan metode saintifik sudah terlaksana

dengan baik. Rata-rata persentase hasil observasi keterlaksanaan pembelajaran

pada pertemuan 1 dan 2 dan 3 di siklus I berturut-turut adalah 78,85% dan 69,23%

dan 90,38% berdasarkan keterlaksanaan guru dan siswa dengan rata-rata

mencapai 79,49%. Hasil ini belum mencapai target yang ditetapkan yaitu ≥ 90%.

Pada siklus II telah mencapai persentase di atas 90%, dengan hasil persentase di

pertemuan 3 dan 4 sama-sama berturut-turut adalah 92,31% dan 88,46% dengan

rata-rata mencapai 90,38%. Jadi dapat disimpulkan bahwa penerapan

71
pembelajaran Simulasi dan Komunikasi Digital menggunakan metode saintifik

telah terlaksana dengan baik.

Dalam pelaksanaan pembelajaran Simulasi dan Komunikasi Digital

menggunakan metode saintifik tidak sepenuhnya berjalan sesuai rencana. Masih

ditemukan beberapa ketidaksesuaian dengan rencana pelaksanaan pembelajaran.

Pada siklus I terdapat beberapa kekurangan, yaitu: (1) penyampaian motivasi,

apersepsi dan tujuan masih dilupakan oleh peneliti; (2) siswa masih belum aktif

mengajukan pertanyaan sehingga hanya beberapa saja yang bertanya di setiap

kelompoknya; (3) keterlibatan dalam mengerjakan LKS pada setiap kelompok

dominan hanya dua orang saja sedangkan anggota yang lain masih cenderung

mengikuti dan tidak memberian tanggapan sama sekali; (4) keterbatasan waktu

sehingga menyebabkan persentase kelompok tidak berjalan maksimal, hanya 2

kelompok yang diberikan kesempatan untuk mempersentasekan hasil diskusinya;

(5) keterbatasan waktu menyebabkan kesempatan kelompok lain untuk

menanggapai tidak cukup sehingga tahapan ini tidak berjalan maksimal; (6)

memberikan pertanyaan untuk evalusi tidak terlaksana karena keterbatasan waktu;

(7) serta menginformasikan materi pada pertemuan selanjutnya serta berdoa tidak

terlaksana karena peneliti melupakan hal tersebut dikarenakan bel pergantian

pelajaran telah berbunyi dan guru mata pelajaran selanjutnya telah menunggu di

depan kelas.

Perbaikan-perbaikan yang dilakukan dalam pelaksanaan pembelajaran

pada siklus II antara lain: (1) Mengkondisikan waktu sebaik mungkin agar tidak

ada tahapan pembelajaran yang terlewati dengan menampilkan slide powerpoint

72
secara runtut dan jelas disimak oleh siswa sebagai kekurangan pada tahapan

pedahuluan pada siklus I yaitu motivasi, tujuan dan apersepsi; (2) memberikan

pertanyaan-pertanyaan pancingan bagi siswa agar terbiasa untuk bertanya dan

mengungkapkan pendapatnya; (3) guru memantau jalannya diskusi dibantu oleh

guru mata pelajaran agar siswa fokus dan memperhatikan jalannya persentase; (4)

guru memberikan soal-soal tambahan bagi siswa untuk lebih memahami

mendalam tentang materi yang di ajarkan.

Semua data dan uraian yang telah dideskripsikan di atas merupakan hasil

implikasi tindakan yang telah dilaksanakan. Indikator keberhasilan dalam

penelitian ini ditandai dengan meningkatnya motivasi belajar Simulasi dan

Komunikasi Digital siswa yang dilihat dari peningkatan persentase angket

motivasi belajar Simulasi dan Komunikasi Digital siswa. Peningkatan persentase

motivasi belajar Simulasi dan Komunikasi Digital siswa dapat dilihat dari

perbandingkan hasil angket sebelum penelitian tindakan kelas dengan akhir siklus

I dan siklus II. Penelitian ini dikatakan berhasil jika mencapai target yang telah

ditetapkan di awal penelitian. Selain itu penelitian ini dikatakan berhasil jika

aktivitas guru dan aktifitas siswa mencapai target yang telah ditetapkan yaitu ≥

90%. Dan adanya peningkatan prestasi belajar berupa nilai siswa yang

dibandingkan dengan nilai di setiap siklus. Penelitian ini dikatakan berhasil jika

persentase prestasi belajar siswa yang memenuhi KKM ≥ 70% dengan KKM

sebesar 70.

Dalam hal ini peneliti menganggap bahwa semua hal yang telah diperoleh

dapat menjawab permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini. Jadi peneliti

73
menyimpulkan bahwa peningkatan motivasi belajar Simulasi dan Komunikasi

Digital siswa disebabkan karena pembelajaran Simulasi dan Komunikasi Digital

menggunakan metode saintifik.

C. Temuan Penelitian

Pada bagian ini akan dikemukakan temuan-temuan penelitian berkaitan

dengan pembelajaran menggunakan metode saintifik, tingkat keberhasilan dan

kesalahan-kesalahan yan dilakukan pada saat proses pembelajaran berlangsung.

Pembelajaran Simulasi dan Komunikasi Digital menggunakan metode saintifik

dapat meningkatkan prestasi dan motivasi belajar Simulasi dan Komunikasi

Digital siswa. Siswa dengan prestasi belajar Simulasi dan Komunikasi Digital

tinggi cenderung memiliki motivasi belajar Simulasi dan Komunikasi Digital

yang relatif tinggi. Begitupun sebaliknya, siswa dengan prestasi belajar Simulasi

dan Komunikasi Digital rendah cenderung memiliki motivasi belajar Simulasi dan

Komunikasi Digital yang relatif rendah. Dengan demikian dapat dinyatakan

bahwa prestasi belajar Simulasi dan Komunikasi Digital berbanding lurus dengan

motivasi belajar siswa teradap Simulasi dan Komunikasi Digital.

Keterlaksanaan pembelajaran Simulasi dan Komunikasi Digital

menggunakan metode saintifik tidak langsung berjalan sempurna. Pada pertemuan

pertama siklus I ada beberapa kegiatan pembelajaran yang belum terlaksana.

Melalui kegiatan refleksi guru dapat mengetaui kesalahan-kesalahan yang telah

dilakukan untuk kemudian melakukan introspeksi dan menyempurnakan kegiatan

pembelajaran pada pertemuan selanjutnya. Refleksi dilakukan setiap pertemuan

dengan harapan keterlaksanaan pembelajaran menjadi lebih baik. Pada akhir

74
penelitian ini keterlaksanaan pembelajaran telah mencapai 90% yang artinya telah

mencapai target yang ingin dicapai dan hampir mendekati sempurna.

D. Keterbatasan Penelitan

Penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan di kelas X AP 1 SMK Negeri

5 Pangkep ini masih memiliki keterbatasan-keterbatasan antara lain:

1. Penelitian tindakan hanya dilakukan dalam jangka waktu 4 minggu dan hanya

mencakup materi Pengolah Kata, sehingga peningkatan prestasi dan motivasi

belajar Simulasi dan Komunikasi Digital siswa belum maksimal.

2. Observer dalam penelitian ini hanya satu orang sementara banyaknya siswa

adalah 30 siswa yang terbagi dalam 6 kelompok, jadi dimungkinkan observer

tidak bisa mengamati semua aktifitas kelompok atau siswa secara maksimal.

75
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan, maka

diperoleh kesimpulan bahwa pembelajaran menggunakan metode saintifik dapat

meningkatkan motivasi belajar Simulasi dan Komunikasi Digital siswa. Rata-rata

skor angket motivasi belajar Simulasi dan Komunikasi Digital siswa yang

diperoleh dari data angket siswa mengalami peningkatan pada setiap siklus.

Terlihat bahwa sebelum dilakukan tindakan skor rata-rata motivasi belajar

Simulasi dan Komunikasi Digital siswa adalah 92,94 dan berada pada kriteria

sedang. Setelah diberikan tindakan, pada siklus I rata-rata skor siswa menjadi

97,79 namun masih berada pada interval kriteria sedang. Sehingga dilakukan

tindakan pada siklus II dan diperoleh hasil bahwa terjadi peningkatan rata-rata

motivasi belajar Simulasi dan Komunikasi Digital siswa menjadi 105,7 dan

berada pada kriteria tinggi.

B. Implikasi

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, terdapat hubungan

implikasi antara penerapan metode saintifik dengan motivasi belajar Simulasi dan

Komunikasi Digital siswa. Penerapan metode tersebut memfasilitasi siswa untuk

76
berperan aktif dalam pembelajaran yang selanjuntnya berdampak positif pada

motivasi belajar Simulasi dan Komunikasi Digital siswa. Motivasi belajar

Simulasi dan Komunikasi Digital membuat siswa memiliki semangat tinggi dalam

mengikuti proses pembelajaran dimana siswa menjadi tidak mudah menyerah

ketika mendapati soal yang dirasa agak sulit. Selanjutnya, hal ini juga berdampak

positif pada peningkatan kemampuan prestasi belajar Simulasi dan Komunikasi

Digital siswa.

C. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, peneliti memberikan saran-

saran sebagai berikut:

1. Bagi Guru

a. Guru memahami dengan baik metode pembelajaran yang akan diterapkan.

Jika penelitian yang dilakukan adalah penelitian kolaboratif, maka

sebaiknya observer juga memahami dengan baik langkah-langkah

pembelajaran yang akan diterapkan dalam proses pembelajaran.

b. Guru harus melaksanakan setiap langkah-langkah pembelajaran dengan

menggunakan metode saintifik dengan lebih jelas dan rinci lagi kepada

siswa, agar siswa tahu dan mengerti apa saja yang harus mereka lakukan

dalam setiap tahap pembelajaran.

c. Guru harus lebih mengorganisir waktu pembelajaran dengan lebih efektif,

sehingga semua langkah pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan

perencanaan dan memberikan hasil yang optimal.

2. Bagi Calon Peneliti

77
Penelitian yang dilakukan difokuskan pada peningkatan motivasi belajar

Simulasi dan Komunikasi Digital siswa dengan menggunakan metode saintifik.

Selain metode pembelajaran tersebut, banyak metode pembelajaran lain yang

dapat diterapkan untuk meningkatkan motivasi belajar Simulasi dan Komunikasi

Digital siswa. Pada sebuah penelitian tindakan kelas aspek afektif merupakan

alternatif untuk dijadikan sebagai fokus penelitian.

Namun demikian, bukan berarti prestasi belajar tidak menjadi prioritas

untuk ditingkatkan. Hanya saja aspek kognitif tidak disarankan untuk

dibandingkan pada implikasi tindakan pada setiap siklus penelitian, hal ini terjadi

karena materi pembelajaran pada setiap siklus pada suatu kegiatan pembelajaran

memiliki tingkat kesulitan yang berbeda-beda. Sehingga sulit untuk menentukan

peningkatan dari hasil tindakan yang diberikan pada suatu kelas tertentu

78
DAFTAR PUSTAKA

Ambrose, S. A., Bridges, M. W., DiPietro, M., Lovett, M. C., & Norman, M. K.
(2010). How learning works. San Francisco: Jossey-Bass A Wiley
Imprint.
Chambers, P. (2008). Teaching mathematics. London: Sage Publications Ltd.
Depdiknas. (2007). Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2007
tentang kualifikasi akademik dan Kompetensi Guru
Eko Putro Widoyoko.2013. Evaluasi Program Pembelajaran. Cet V; Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
Erman Suherman. (2003). Strategi pembelajaran Simulasi dan Komunikasi
Digital kontemporer. Bandung: UPI.
Hamalik, O. (2010). Psikologi belajar dan mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algensindo.
Hamzah, B. U. (2010). Teori motivasi dan pengukurannya. Jakarta: Bumi
Aksara.
Hannafin, M.J., Hall, C., Land, S., & Hill, J. (1994). Learning in open-ended
Environments: Assumptions, Methods, and Implications. Oslo: Educational
Technology Inc.
Hitchcock, G. and Hughes, D. (1995) Research and the Teacher. London:
Routledge
Kemdikbud. (2013). Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor 65 Tahun 2013, tentang Standar Proses Pendidikan
Dasar dan Menengah
Kemdikbud. (2014). Peraturan Pemerintah Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2014, tentang Kurikulum 2013
Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah.
Kemmis, S., McTaggart, R., & Nixon, R. (2014). The action research planner
doing criical participatory action research. New York: Springer.

79
Kemp, J. E., Morrison, G. R., & Ross, S. M. (1994). Designing effective
instruction. New York: Macmillan College Publishing Company.
Knowles, M. (1990). The adult learner a neglected species (4 ed.). Houston: Gulf
Publishing Company.
Marsigit. (Oktober 2015). Pendekatan Saintifik Dan Implementasinya Dalam
Kurikulum 2013. Makalah disajikan dalam Seminar Workshop
Implementasi Pendekatan Saintifik dan Pelaksanaan Kurikulum 2013 di
ruang rapat lantai 2 LPPMP UNY
McLelland, Christine V. (2014). The Nature Of Science and the Scientific
Method. USA: The Geological Society of America.
Moore, K. D. (2009). Effective instructional strategies. Thousand Oaks,
California: SAGE Publications, Inc.
Mueller, M., Yankelewitz, D., & Maher, C. (2011). Sense making as motivation n
doing mathematics: from two studies. [versi Elektronik]. Journal of the
mathematics educator, Volume 20, Number 2, Page 33-43.
M. Hosnan. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran
Abad 21. Cetakan Ke II, Bogor: Galia Indonesia
Nitko, A. J., & Brookhart, S. M. (2007). Educational sssessment of students fifth
edition. New Jersey: Pearson Education, Inc.
Oemar Hamalik. (2014). Kurikulum dan pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2013, tentang
Standar Nasional Pendidikan. (2013).
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 103 Tahun 2014, tentang
Standar Nasional Pendidikan. (2014).
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 Tahun
2007, tentang Stadar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah (2007)
Santrock, J. W. (2011). Educational Psychology (5th ed.). New York: Mc-Graw
Hill.
Santrock, J. W. (2014). Psikologi pendidikan (5 ed.). (H. Bhimasena, Penerj.)
Jakarta: Salemba Humanika.
Schunk, D. H. (2008). Learning theories an educational perspective fifth edition.
New Jersey: Pearson Education, Inc.
, D. H, Pintrinch, P. R, & Meece, J.L. (2012). Motivai dalam pendidikan:
Teori, penelitian, da aplikasi. Jakarta: Indeks. (diterjemahka oleh Ellys
Tjo dari Motivation in education, theory, research, and applications). (3 th
ed). Trenton, New Jersey: Pearson Educational International.

80
Slavin, R. E. (2006). Educational psichology theory and practice eighth edition.
Boston: Pearson Education, Inc.
Timothy, PJ., & Robbins, SA. (2009). Organizatioal behavior. London: Pearson
Educational International.
Van de Walle, J. A. (2007). Elementary and middle school mathematics sixth
edition . Boston: Pearson Education, Inc.
Winkel, W. S. (1991). Psikologi pengajaran. Jakarta: Media Abadi
. (2014). Psikologi pengajaran. Yogyakarta: Sketsa.

81

You might also like