You are on page 1of 2

Cerita rakyat asal Kalimantan Barat, Batu

Menangis
Dongeng rakyat terkenal dari Kalimantan Barat berjudul Legenda Batu
Menangis berikut dikutip dari buku Riri, Cerita Anak Interaktif penerbit Tim Educa
Studio.

Di sebuah desa di daerah pedalaman Kalimantan, hiduplah seorang gadis cantik


bersama ibunya yang sudah tua. Mereka hidup serba kekurangan. Akan tetapi gadis
itu justru manja dan ingin tampil serba mewah tanpa mau bekerja keras sedikit pun.

Ia malas membantu ibunya. Pekerjaannya setiap hari hanya bersolek di depan


cermin untuk mengagumi kecantikannya. Bahkan gadis itu berani memerintah orang
tuanya. Bila kemauannya tidak dituruti ia lekas sekali marah.

Terpaksa ibunya banting tulang memenuhi segala keinginannya.

Suatu hari ia diajak ibunya berbelanja ke pasar. Letak pasar cukup jauh. Gadis itu
segera berdandan secantik mungkin dan mengenakan pakaiannya yang terindah.

Sebaliknya, ibunya memakai baju lusuh. Lalu berjalanlah keduanya. Tapi gadis itu
merasa malu beriringan dengan ibunya. Ia selalu berjalan di depan, sementara
ibunya yang membawa keranjang sengaja ia suruh mengikutinya di belakang.

Tidak seorang pun menyangka bahwa mereka berdua adalah ibu dan anak. Setiap
orang yang berpapasan, terkagum-kagum memandang kecantikan gadis itu.
Sebaliknya mereka dibuat bertanya-tanya, siapakah wanita kurus di belakangnya
itu?

Di tengah jalan banyak pemuda yang berusaha berkenalan dengan gadis itu.

“Hai gadis cantik, dari mana asalmu? Boleh kita kenalan?” demikian kata mereka.

Gadis itu amat senang dikagumi banyak pemuda. Ia semakin bangga dan sadar
bahwa dirinya memang benar-benar cantik. Tapi ketika mereka menanyakan siapa
wanita tua kurus yang berjalan di belakangnya itu, ia menjawab ketus “Oh, dia
pembantuku!”
Pada mulanya ibunya dapat menahan diri mendengar jawaban putrinya. Ia berharap
anaknya hanya berolok-olok. Lalu tibalah mereka di pasar.

Orang-orang semakin banyak yang memandang ke arahnya mengagumi


kecantikannya. Sebaliknya ibunya sibuk mengisi keranjang dengan berbagai barang
belanjaan.

Tapi gadis itu sama sekali tak mau membantu ibunya. Bahkan ia justru
memperlakukan ibunya itu benar-benar seperti pembantu. Ketika ada orang
menegurnya, mengapa ia tak mau membantu membawakan belanjaan ibunya, ia
menjawab “Oh dia bukan ibuku. Dia budakku. Sudah selayaknya ia bekerja keras!”
mendengar jawaban anaknya itu, betapa sakit hati sang ibu.

Demikian pula ketika pulang, gadis itu malah berleha-leha. Sedangkan ibunya susah
payah membawa barang belanjaan di belakangnya.

Setiap kali ada orang bertanya, siapa wanita tua itu, ia selalu menjawab “Dia
budakku!” sakit hati ibunya kini tak tertahankan lagi.

Ia berdoa kepada Tuhan agar mengutuk anaknya yang durhaka itu. Seketika petir
menyambar di langit disusul turun hujan lebat.

Gadis itu terperanjat dan tiba-tiba berubah menjadi batu. Mula-mula kakinya lalu
merambat ke perutnya, kemudian ke dadanya. Ia berteriak-teriak minta tolong sambil
menangis. “Ampun Ibu, ampuni saya Ibuu!!!” tapi terlambat.

Akhirnya seluruh tubuhnya berubah jadi batu dengan tetesan air mata di pipinya.

You might also like