Professional Documents
Culture Documents
DOKTER INTERNSHIP
Disusun Oleh :
Dokter Pendamping :
Tujuan :
Untuk menegakkan diagnosis
Manajemen penatalaksanaan
Bahan bahasan Tinjauan pustaka Riset Kasus Audit
Cara membahas Diskusi Presentasi & diskusi Email Pos
Ginjal
Elektrolit
Kimia Klinik
pH : 7,39 (7,35-7,45)
pCO2 : 58 mmHg (38-42 mmHg)
Metabolisme Karbohidrat
Laboratorium (12/09/2021)
RT-PCR Positif Negatif
SARS-COV-2
8. Diagnosa Kerja
CHF
9. Diagnosa Banding
- COPD
10. Penatalaksanaan
Terapi IGD
o2 13 lpm nrm, tree way, inj dexametason 1 amp[, nebul combivent 1 respul, nebul
fulmicort 1 respull. vascon syringpump 4 cc/jam
11. Prognosis
Ad vitam : dubia ad malam
Ad sanationam : dubia ad malam
Ad fungsionam : dubia ad malam
12. Follow up
TGL S O A P
Pantau
hemodinamik
13/09/2021 Sesak Sens: CM CHF Bedrest
nafas O2 2-4
TD: 100/70 mmHg
L/menit via nc
HR:64x/mnt Inj.ceftriaxone
1 gr/12 jam
RR: 22x/mnt
inj.metil
prednisolone
(-/-) nebul
combivent per
Leher : TVJ R+2 cmH2O
6 jam
Thorax : Cor : S1 S2 (n), inj.omeprazole
reg, Gallop (-), Murmur 40mg/12 jam
(-) vip albumin
3x2
Pulmo : SP : bronkial
Nebul
(+/+), ST : rales (+/+)
pulmicort 1
Abdomen : soepel, BU amp/12 jam
(+), ascites (+) Allupurinol
1x300mg
Ekstremitas : oedem
Nocid 3x1
(+/+), akral hangat
Pasang urine
Genitalia : edema kateter,
scrotum (+) Inj.
Furosemide
1amp/12jam
Pemeriksaan (masuk jika
Laboratorium: TDS >=
90mmhg),
Albumin : 2,5 g/dL (3,5– Spironolakton
5,0)↓ 1x25mg,
KSR
1x600mg
Pantau
hemodinamik dan
UOP, cek
albumin, echo
Daftar Pustaka:
1. Davis RC, Hobbs FDR, Lip GYH. ABC of heart failure: History and epidemiology.
BMJ 2000;320:39-42.
2. Anh L. Bui, Tamara B. Horwich, Gregg c. Fonarow. Epidemiology and risk profile
of heart failure. NCBI. 2011.
3. Crawford MH, ed. Current Diagnosis & Treatment in Cardiology. 2nd ed.
Scottsdale: McGraw-Hill. 2002.
4. Lilly LS, ed. Pathophysiology of Heart Disease. 5th ed. Massachusetts: Lippincolt
Williams & Wilkins. 2011.
5. Dumitru I. Heart Failure. Medscape.http://reference.medscape.com/article/163062-
overview#a1 [Accessed 29 March 2016].
6. Mariyono HH, Santoso Anwar. Gagal Jantung. SMF Kardiologi FK Unud. 2007.
7. Rodeheffer RJ, Redfield MM. Heart Failure: Diagnosis and Evaluation. In: Murphy
JG, Lloyd MA. Mayo Clinic Cardiology. Canada: Mayo Clinic Scientific Press.
2007.
8. King M, Kingery J, Casey B. Diagnosis and Evalution of Heart Failure. NCBI.
http://ncbi.nlm.nih.gov/m/pubmed/22962896/ [Accessed 30 March 2016]
9. Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia. Pedoman Tatalaksana
Gagal Jantung. 2015.
10. Hapsari P. Kajian Interaksi Obat pada Pasien Gagal Jantung Kongestif di Instalasi
Rawat Jalan RSUD Dr. Moewardi Surakarta Periode Tahun 2008.
http://eprints.ums.ac.id/7983/2/K100050207.pdf [Accessed 30 March 2016].
11. Kementerian Kesehatan RI. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013. Available
from: www.litbang.depkes.go.id.download [Accessed 18 March 2016].
Hasil Pembelajaran :
1. CHF
a. Definisi
b. Etiologi
c. Patofisiologi
d. Manifestasi klinis
e. Diagnosis
f. Diagnosis banding
g. Tata laksana
Status Lokalisata :
Regio : Abdomen
Inspeksi : Simetris, Vena kolateral (-)
Palpasi : Soepel, nyeri tekan (+) epigastrium, asites (+), H/L/R: Tidak teraba
Perkusi : Pekak Beralih (-)
Auskultasi : Normoperistaltik
3. Assessment
Definisi CHF
Congestive heart failure (CHF) atau sering disebut gagal jantung kongestif adalah
suatu keadaan dimana jantung tidak mampu memompakan darah dalam jumlah yang
cukup untuk kebutuhan metabolisme tubuh. Congestive Heart Failure disertai dengan
disfungsi ventrikel kiri, kanan, atau keduanya dan perubahan regulasi neurohormonal
sehingga jantung tidak mampu memompa darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme
jaringan atau kemampuannya hanya ada kalau disertai peninggian volume diastolik secara
abnormal.3
Etiologi
2. Aterosklerosis koroner
Mengakibatkan disfungsi miokardium karena terganggunya aliran darah ke otot jantung.
Terjadi hipoksia dan asidosis (akibat penumpukan asam laktat). Infark miokardium (kematian
sel jantung) biasanya mendahului terjadinya gagal jantung. Peradangan dan penyakit
miokardium degeneratif, berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi yang secara
langsung merusak serabut jantung, menyebabkan kontraktilitas menurun.
b. Stadium A: Memiliki resiko tinggi gagal jantung tetapi tidak terdapat kelainan
struktural jantung atau gejala gagal jantung
c. Stadium B: Terdapat kelainan struktural jantung tetapi tidak ada gejala gagal jantung
d. Stadium C: Terdapat kelainan struktural jantung dan gejala gagal jantung
e. Stadium D: Terjadi gagal jantung refrakter yang membutuhkan pengobatan khusus.
Patofisiologi
Penyebab CHF dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu (1) kelainan fungsi kontraksi
ventrikel, (2) peningkatan afterload, atau (3) gangguan relaksasi dan pengisian ventrikel.4
Penyebab CHF4
Gagal jantung yang disebabkan karena kelainan pengosongan ventrikel, yang dapat
disebabkan oleh kelainan kontraksi atau afterload yang berlebihan, disebut disfungsi sistolik.4
Pada disfungsi sistolik terjadi gangguan pada ventrikel kiri yang menyebabkan terjadinya
penurunan cardiac output. Hal ini menyebabkan aktivasi mekanisme kompensasi
neurohormonal, sistem Renin – Angiotensin – Aldosteron (RAA) serta kadar vasopressin dan
natriuretic peptide yang bertujuan untuk memperbaiki lingkungan jantung sehingga aktivitas
jantung dapat terjaga. Aktivasi sistem simpatis melalui tekanan pada baroreseptor menjaga
cardiac output dengan meningkatkan denyut jantung, meningkatkan kontraktilitas serta
vasokonstriksi perifer (peningkatan katekolamin). Apabila hal ini timbul berkelanjutan dapat
menyebabkan gangguan pada fungsi jantung. Aktivasi simpatis yang berlebihan dapat
menyebabkan terjadinya apoptosis miosit, hipertrofi dan nekrosis miokard fokal. Stimulasi
sistem RAA menyebabkan peningkatan konsentrasi renin, angiotensin II plasma dan
aldosterone. Angiotensin II merupakan vasokonstriktor renal yang poten (arteriol eferen) dan
sirkulasi sistemik yang merangsang pelepasan noradrenalin dari pusat araf simpatis,
menghambat tonus vagal dan merangsang pelepasan aldosterone. Aldosteron akan
menyebabkan retensi natrium dan air serta meningkatkan sekresi kalium. Angiotensin II juga
memiliki efek pada miosit serta berperan pada disfungsi endotel pada gagal jantung.
Vasopressin merupakan hormon antidiuretik yang meningkat kadarnya pada gagal jantung
kronik yang berat. Kadar yang tinggi juga didapatkan pada pemberian diuretik yang akan
menyebabkan hiponatremia. Endotelin disekresikan oleh sel endotel pembuluh darah dan
merupakan peptide vasokonstriktor yang poten menyebabkan efek vasokonstriksi pada
pembuluh darah ginjal, yang bertanggung jawab atas retensi natrium. Konsentrasi endotelin-1
plasma akan semakin meningkat sesuai dengan derajat gagal jantung. Selain itu juga
berhubungan dengan tekanan pulmonary arterycapillary wedge pressure, perlu perawatan
dan kematian. Telah dikembangkan endotelin-1 antagonis sebagai obat kardioprotektor yang
bekerja menghambat terjadinya remodelling vaskular dan miokardial akibat endotelin. 6
Sedangkan gagal jantung yang disebabkan karena kelainan relaksasi atau pengisian
ventrikel disebut disfungsi diastolik.4 Pada disfungsi diastolic terjadi gangguan relaksasi
miokard, dengan kekakuan dinding ventrikel dan berkurangnya compliance ventrikel kiri
menyebabkan gangguan pada pengisian ventrikel saat diastolic. Penyebab tersering adalah
penyakit jantung coroner, hipertensi dengan hipertrofi ventrikel kiri dan kardiomiopati
hipertrofik, selain penyebab lain seperti infiltrasi pada penyakit jantung amyloid. Walaupun
masih kontroversial, dikatakan 30-40% penderita gagal jantung memiliki kontraksi ventrikel
yang masih normal.6
Manifestasi Klinis
Diagnosis
Kriteria Framingham dapat pula dipakai untuk diagnosis gagal jantung yaitu dengan
terpenuhinya 2 kriteria mayor atau 1 kriteria mayor dan 2 kriteria minor. Adapun kriteria
Framingham sebagai berikut:
Kriteria Mayor :
- Paroksismal nocturnal dispnu
- Penurunan berat badan 4,5 kg dalam 5 hari dalam respon pengobatan
- Distensi vena leher
- Ronki basah
- Edema paru akut
- Refluks hepatojugular
- Gallop S3
- Peninggian tekanan vena jugularis
- Kardiomegali
- Edema pulmonal atau kardiomegali pada otopsi
Kriteria Minor:
- Batuk malam hari
- Dispnea d’effort
- Efusi pleura
- Takikardia (> 120 x/menit)
- Penurunan kapasitas vital 1/3 dari normal.5
Pada pemeriksaan fisik pada pasien gagal jantung kongestif dapat ditemui beberapa
hal, yaitu:
1. Ekokardiogram
Untuk membedakan disfungsi sistolik dan disfungsi diastolic dengan mengukur ejection
fraction, untuk menentukan penyakit katup jantung.
3. Chest X-rays
Mampu menggambarkan pembesaran jantung (kardiomegali).
4. EKG
Menentukan aritmia, penyakit jantung iskemik, hipertrofi ventrikular kanan dan kiri
serta kejadian ‘conduction delay’ atau gejala yang abnormal.8
5. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium rutin pada pasien diduga gagal jantung adalah darah perifer
lengkap (hemo-globin, leukosit, trombosit), elektrolit, kreatinin, laju filtrasi glomerulus
(GFR), glukosa, tes fungsi hati dan urinalisis. Pemeriksaan tambahan lain dipertimbangkan
sesuai tampilan klinis. Gangguan hematologis atau elektrolit yang bermakna jarang dijumpi
pada pasien dengan gejala ringan sampai sedang yang belum diterapi, meskipun anemia
ringan, hiponatremia, hyperkalemia dan penurunan fungsi ginjal sering dijumpai terutama
pada pasien dengan terapi menggunakan diuretic dan/atau ACEI (Angiotensin Converting
Enzime Inhibitor), ARB (Angiotensin Receptor Blocker), atau antagonis aldosterone.9
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Farmakologi
1. ACE Inhibitor
ACE Inhibitor merupakan obat pilihan untuk gagal jantung kongestif.Obat ini bekerja
dengan menghambat enzim yang berasal dari angiotensin I membentuk vasokonstriktor
yang kuat angiotensin II.Penghambat ACE mengurangi volume dan tekanan pengisian
ventrikel kiri, dan meningkatkan curah jantung. Konsep dasar pemakaian inhibitor ACE
sebagai vasodilator dalam pengobatan gagal jantung adalah karena kemampuannya untuk:
Menurunkan retensi vascular perifer yang tinggi akibat tingginya tonus arteriol dan
venul (peripheral vascular resistance)
Menurunkan beban tekanan pengisian ventrikel yang tinggi (ventricular filling
pressure)
Pada pemakaian ACE Inhibitor harus diwaspadai terjadinya hyperkalemia, karena itu
pemakaiannya dengan diuretic hemat K+ atau pemberian K+ harus dengan hati-hati
demikian juga pasien hipotensi (baik akibat pemberian diuretik berlebihan maupun karena
hipotensi sistemik) serta pada gagal ginjal.
2. Antagonis Aldosteron
Antagonis aldosteron termasuk spironolakton dan inhibitor konduktan natrium duktus
kolektifus (triamterene dan amirolid). Obat-oba ini sangat kurang efektif bila digunakan
sendiri tanpa kombinasi dengan obat lain untuk penatalaksanaan gagal jantung. Meskipun
demikian, bila digunakan dalam kombinasi dengan tiazid atau diuretika Ansa Henle, obat-
obat golongan ini efektif dalam mempertahankan kadar kalium yang normal dalam serum.
Spironolakton merupakan inhibitor spesifik aldosteron yang sering meningkat pada gagal
jantung kongestif dan mempunyai efek penting pada retensi potassium. Efek samping akibat
pemakaian spironolakton adalah gangguan saluran cerna, impotensi, ginekomastia,
menstruasi tidak teratur, letargi, sakit kepala, ruam kulit, hyperkalemia, hepatotoksisitas, dan
osteomalasia.Spironolakton kontraindikasi pada pasien insufisiensi ginjal akut, anuria,
hiperkalemia, hipermagnesia dan gagal ginjal berat.
3. Beta Blocker
Pemberian beta blocker pada gagal jantung sistolik akan mengurangi kejadian iskemik
miokard, mengurangi stimulasi sel-sel automatik jantung dan efek antiaritmia lainnya,
sehingga mengurangi resiko terjadinya aritmia jantung, dan dengan demikian mengurangi
resiko terjadinya kematian mendadak (kematian kardiovaskular).
4. Diuretik
Diuretik merupakan cara paling efektif meredakan gejala pada pasien-pasien dengan
gagal jantung kongestif sedang sampai berat. Pada pasien dengan tanda-tanda retensi
cairan hanya sedikit pasien yang dapat diterapi secara optimal tanpa diuretik.Tetapi
diuresis berlebihan dapat menimbulkan ketidakseimbangan elektrolit dan aktivasi
neurohormonal.Kerja diuretik untuk mengurangi volume cairan ekstrasel dan tekanan
pengisian ventrikel tetapi biasanya tidak menyebabkan pengurangan curah jantung yang
penting secara klinis, terutama pada pasien gagal jantung lanjut yang mengalami
peningkatan tekanan pengisian ventrikel kiri.
5. Vasodilator
Vasodilator berguna untuk mengatasi preload dan afterload yang berlebihan.Preload
adalah volume darah yang mengisi ventrikel selama diastole.Peningkatan preload
menyebabkan pengisian jantung berlebih.Afterload adalah tekanan yang harus di atasi
jantung ketika memompa darah ke sistem arterial.Dilatasi vena mengurangi preload
jantung dengan meningkatkan kapasitas vena, dilator arterial menurunkan afterload.
Contoh obat yang berfungsi sebagai arteriodilator adalah hidralazin, fentolamin, sedangkan
venodilator adalah nitrat organik penghambat Angiotensin Converting Enzyme, alpha
blocker, dan Na-nitropusid bekerja sebagai dilator arteri dan vena.
Vasodilator lain yang dapat digunakan untuk gagal jantung adalah hidralazin dan
prazosin selain golongan nitrat yang efek kerjanya pendek serta sering menimbulkan
toleransi. Hidralazin oral merupakan dilator oral poten dan meningkatkan cardiac output
secara nyata pada pasien dengan gagal jantung kongestif. Tetapi sebagai obat tunggal,
selama pemakaian jangka panjang, ternyata obat ini tidak dapat memperbaiki gejala atau
toleransi terhadap latihan. Kombinasi nitrat dengan hidralazin dapat menghasilkan
hemodinamik dan efek klinis yang lebih baik. Efek samping dari hidralazin adalah distress
gastrointestinal, tetapi yang juga sering muncul adalah nyeri kepala, takikardia, hipotensi
dan sindrom lupus akibat obat.10
1. Diet
Pasien gagal jantung dengan diabetes, dislipidemia atau obesitas harus diberi diet yang
sesuai untuk menurunkan gula darah, lipid darah, dan berat badannya. Asupan NaCl harus
dibatasi menjadi 2-3 g Na/hari, atau < 2 g/hari untuk gagal jantung sedang sampai berat.
Restriksi cairan menjadi 1,5-2 L/hari hanya untuk gagal jantung berat.
2. Istirahat
Dianjurkan untuk gagal jantung akut atau tidak stabil.
3. Berpergian
Hindari tempat-tempat tinggi dan tempat-tempat yang sangat panas atau lembab. 10