You are on page 1of 3

Membuat Allah Tersenyum

Pdt. Yoan Ch. E Asar – Juzuf, M.Si. Teol

Salah satu tujuan hidup manusia ialah untuk menyenangkan hati Allah. oleh
karena itu, tugas terpenting kita ialah menemukan bagaimana cara melakukannya.
Untunglah Alkitab memberi kita satu teladan yang jelas tentang suatu kehidupan yang
memberikan kesenangan bagi Allah yakni melalui kisah dari Nuh. Pada zaman Nuh,
seluruh dunia telah rusak secara moral. Semua orang hidup untuk menyenangkan diri
mereka sendiri, bukan berusaha untuk menyenangkan Allah. Allah tidak menemukan
seorangpun di bumi yang tertarik untuk menyenangkan Dia, sehingga Allah berdukacita
dan menyesal karena telah menciptakan manusia. Allah berencana untuk
memusnahkan manusia tetapi ada seseorang yang membuat Allah tersenyum. Alkitab
berkata “Tetapi Nuh mendapat kasih karunia di mata Tuhan” Kej 6:8. Karena Nuh
mendatangkan kesenangan bagi Allah, maka Allah memberikan kesempatan satu kali
lagi bagi kita untuk hidup di bumi ini. Dari kisah Nuh ini kita dapat melihat bahwa ada
lima cara untuk menyenangkan Allah dan membuatNya tersenyum.

Pertama, Allah tersenyum jika kita mengasihi dia di atas segalanya. Nuh
mengasihi Allah lebih dari segala yang ada di bumi ini, bahkan ketika tidak ada
seorangpun yang mengasihi Allah disekitarnya. Alkitab memberikan kesaksian bahwa
sepanjang hidupnya, “Nuh adalah seorang yang benar dan tidak bercela diantara orang-
orang yang sezamannya; dan Nuh itu hidup bergaul dengan Allah” Kej 6:9b.
Sesungguhnya inilah yang paling Allah inginkan dalam kehidupan kita. Allah ingin kita
untuk memiliki hubungan dengan Dia. Allah menciptakan kita dan Ia mengasihi kita,
itulah sebabnya Allah ingin kita juga mengasihi dia, dan membangun hubungan
denganNya. Hosea 6:6 menyatakan bahwa Allah lebih menyukai kasih setia daripada
korban sembelihan “Sebab Aku menyukai kasih setia dan bukan korban sembelihan,
dan menyukai pengenalan akan Allah, lebih daripada korban-korban bakaran.” Melalui
ayat ini seharusnya kita bisa melihat bagaimana Allah begitu mengasihi kita. ia ingin
kita benar-benar mengasihi Dia, mengenal Dia dan menghabiskan waktu bersama
denganNya. Itulah sebabnya belajar untuk mengasihi dan dikasihi oleh Allah
seharusnya menjadi tujuan terbesar dalam hidup kita. Yesus berkata “Kasihilah Tuhan
Allahmu dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal
budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama.” Mat 22:37-38

Kedua, Allah tersenyum ketika kita mempercayai Dia sepenuhnya. Alasan


kedua Nuh menyenangkan hati Allah ialah karena ia mempercayai Allah bahkan ketika
hal tersebut tidak masuk akal sekalipun. Allah mendatangi Nuh dan mengatakan bahwa
Ia kecewa dengan umat manusia dan diseluruh dunia ini tidak ada seorangpun kecuali
Nuh yang memikirkan Allah Lalu Allah meminta Nuh membuat sebuah perahu raksasa
yang akan menyelamatkan Nuh beserta keluarga dan seluruh binatang ciptaan Allah.
Jika Anda di posisi Nuh, apakah Anda akan segera bangun dan membuat sebuah
bahtera? Belum tentu. Sebab pada masa Nuh hidup (a) belum pernah ada hujan; (b) Nuh
hidup ratusan mil dari samudera terdekat. Sekalipun ia bisa membuat bahtera,
bagaimana cara membawanya ke air?; (c) ada masalah dalam mengumpulkan binatang
dan memeliharanya. Namun Nuh tidak mengeluh atau membuat alasan. Dia
mempercayai dan melakukan apa yang Allah inginkan dengan sepenuh hatinya. Dengan
sepenuh hati percaya kepada Allah sebenarnya menjadi bukti kita memiliki iman bahwa
Allah tahu apa yang terbaik bagi kita, memelihara janji-janjiNya, membantu kita dalam
setiap masalah dan melakukan mujizat jika perlu. Alkitab berkata “Tuhan senang
kepada orang-orang yang takut akan Dia, kepada orang-orang yang berharap akan kasih
setia-Nyaa” Maz 147:11.

Ketiga, Allah tersenyum ketika kita menaati Dia dengan sepenuh hati.
Dalam membangun bahtera, Nuh harus mengikuti rincian petunjuk yang diberikan oleh
Allah. Allah memberikan ukuran yang terperinci tentang bahtera yang akan dibangun
oleh Nuh. Allah juga memberikan kepada Nuh petunjuk-petunjuk yang harus dilakukan
dalam memenuhi rencana Tuhan. Allah tidak berkata “buatlah sebuah perahu seperti
yang kau inginkan”. Dan inilah yang membuat Allah senang, sebab Nuh mengikuti setiap
rincian, setiap petunjuk yang diberikan oleh Allah. Nuh melakukan semuanya tepat
seoertu yang diperintahkan Allah (Kej 6:22). Andaikata Allah meminta kita untuk
membangun sebuah perahu besar, kemungkinan kita akan memiliki berbagai
pertanyaan, keberatan atau keengganan. Kita ingin bernego ini dan itu. namun Nuh
tidak demikian. Dia menaati dengan sepenuh hati, artinya Nuh mengerjakan tugasnya
tanpa keraguan dan tanpa penundaan. Sesungguhnya ketaatanlah yang kita butuhkan
untuk memahami karya Allah dalam kehidupan kita. Tidak ada gunanya kita membaca
Alkitab, berdiskusi mengenai Firman, namun tidak pernah menaatinya. Terkadang kita
mau menaati, namun hanya menaati sebagian saja. Kita pilih-pilih mana perintah yang
kita sukai itu yang kita lakukan, yang tidak kita sukai kita abaikan begitu saja. kita pilih-
pilih mana perintah yang masuk akal, mana yang tidak mahal mana yang mudah, itu
yang kita lakukan. Sisanya kita abaikan. Kita mau membaca Alkitab, tetapi tidak mau
memaafkan orang yang mengasihi kita. kita mau membangun hubungan dengan Allah
tetapi tidak mau menjaga diri kita dari segala mabuk-mabukan dan pacaran tidak sehat.
Sesungguhnya, ketaatan sebagian sama dengan ketidaktaatan. Firman Tuhan
menjelaskan bahwa kita tidak dapat mengusahakan keselamatan kita, keselamatan
hanya datang dari kasih karunia Allah. tetapi sebagai anak-anak Allah, kita dapat
mendatangkan kesenangan kepada Allah melalui ketaatan. Ketaatan yang sungguh-
sungguh membuktikan bahwa kita benar-benar mengasihi Dia. Yesus berkata “Jikalau
kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku” Yoh 14:15.

Keempat, Allah tersenyum jika kita terus-menerus memuji dan bersyukur


kepadaNya. Kehidupan Nuh membawa kesenangan bagi Allah karena dia hidup dengan
hati yang penuh pujian dan ucapan syukur. Hal pertama yang Nuh lakukan setelah air
bah surut ialah menyatakan syukurnya kepada Allah dengan mempersembahkan
kurban. Karena pengorbanan Yesus di kayu salib, kita tidak perlu untuk memberikan
kurban binatang seperti yang dilakukan Nuh. Sebaliknya, kita diperintahkan untuk
memberikna kepada Allah kurban puji-pujian atau kurban syukur sebab kita memuji
Allah karena keberadaanNya dan apa yang telah Ia kerjakan. Pujian dan syukur bukan
hanya melalui nyanyian dan pergi ke gereja, tetapi juga melalui kehidupan kita sehari-
hari. kita bersyukur karena Allah memberikan kita kehidupan yang baik maka kita juga
berbagi dengan sesama kita. kita bersyukur karena kita masih bernafas sehingga kita
melakukan yang terbaik dalam kehidupan kita.

Kelima, Allah tersenyum jika kita menggunakan kemampuan kita. ingatlah


bahwa cara untuk menyenangkan Allah bukanlah hanya dengan mengikuti kegiatan-
kegiatan rohani seperti membaca Alkitab, menghadiri ibadah, berdoa dan lain
sebagainya. lalu kita berpikir bahwa Allah tidak begitu peduli dengan hal lain yang kita
lakukan dalam kehidupan kita. Allah hanya memperhatikan hal-hal rohani saja. padahal,
Allah senantiasa memperhatikan setiap gerak-gerik kita. bahkan ketika kita bernafas
sekalipun itu dapat membuat Allah senang. Setiap kegiatan manusia, kecuali dosa, bisa
dilakukan untuk kesenangan Allah jika kita melaukannya dengan sikap memuji. Kita
bisa cuci piring, jualan, belajar, bermain, bercocok tanam, dsb bagi kemuliaan Allah.
justru Allah senang melihat kita melakukukan segala sesuatu dengan kemampuan yang
Ia berikan kepada kita. itulah sebabnya Allah tidak menyukai orang yang pemalas.
Sebab orang pemalas menyia-nyiakan hidupnya, juga kemampuannya hanya karena
kemalasannya. Kita tidak akan bisa mendatangkan kemuliaan atau kesenangan bagi
Allah dengan menyembunyikan dan tidak memakai kemampuan-lemampuan kita.
setiap kali kita mengecilkan kemampuan kita, setiap kali kita tidak mau melakukan
sesuatu padahal kita mampu, sebenarnya kita sedang menolak hikmat dan kedaulatan
ALlah ketika menciptakan kita. “Celakalah orang yang berbantah dengan
pembentuknya; dia tidak lain dari beling periuk saja! adakah tanah liat berkata kepada
pembentuknya: “Apakah yang kaubuat?” atau yang telah dibuatnya: “Engkau tidak
punya tangan””. Yes 45:9

You might also like