You are on page 1of 12

PENGUATAN KARAKTER GENERASI MUDA AKIBAT PUDARNYA NILAI NILAI

PANCASILA DI ERA GLOBALISASI

Dosen Pengampu Mata Kuliah:

Ahmad Zaki Fadlur Rohman, S.IP.,M.A

Disusun Oleh:

I Komang Indra Triprasada/225020307111076

DEPARTEMEN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2022
BAB I

PENDAHULUAN

Pancasila merupakan dasar negara Indonesia. Pancasila terdiri dari lima sila yang
memiliki nilai nilai luhur yang terkandung di dalamnya. Setiap sila dalam pancasila memiliki
peran dan fungsinya masing-masing, sehingga pancasila juga disebut sebagai pandangan hidup
bangsa Indonesia. Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa memiliki makna bahwa, setiap
tindakan, keputusan, dan langkah yang diambil harus sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung
dalam pancasila. Pancasila juga disebut sebagai sumber dari segala sumber hukum, hal tersebut
dikarenakan hukum harus sesuai dengan apa yang direpresentasikan oleh nilai pancasila.
Pancasila menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara, sebab dengan adanya pancasila, dapat mempersatukan segala bentuk perbedaan –
perbedaan yang ada di Indonesia. Seperti yang kita ketahui, Indonesia terdiri dari berbagai jenis
keberagaman suku, bahasa, agama, ras, dan lain-lain. Keberagaman tersebut dapat bersatu padu
karena adanya pancasila sebagai ideologi negara yang menjadi simbol persatuan dan kesatuan
seluruh keberagaman yang ada, sesuai dengan apa yang dicita-citakan oleh leluhur kita.
Di era globalisasi saat ini, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dan kemudahan
untuk mengakses berbagai sumber informasi memberikan dampak yang signifikan terhadap
perkembangan bangsa. Anak-anak muda yang dimanjakan teknologi saat ini, mulai dipengaruhi
oleh perkembangan teknologi yang ada. Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi
memberikan dampak positif dan dampak negatif. Dampak positif yang diberikan teknologi
sangat banyak, seperti mudahnya mengakses media pembelajaran, meningkatkan soft skill
dengan mudah, dan sebagainya. Sementara itu, arus globalisasi yang semakin kuat memberikan
berbagai dampak negatif pula. Perkembangan teknologi menggerus nilai-nilai moral anak anak
muda, seperti dengan mudah melakukan bullying yang notabene tidak diajarkan dalam nilai-nilai
pancasila. Kasus bullying yang dilakukan oleh anak anak mudah banyak dilakukan dan tersebar
diseluruh wilayah nusantara, kasus bullying yang terjadi diakibatkan oleh berbagai faktor, seperti
iri dengki dan sebagainya. Tak jarang, kasus perundungan tersebut diakibatkan oleh arus
globalisasi yang semakin pesat perkembangannya. Masalah seperti ini tentunya menjadi
perhatian yang serius mengingat Indonesia mempunyai ideologi pancasila sebagai pandangan
hidup yang kemudian berbanding terbalik dalam penerapannya oleh anak anak muda zaman
sekarang. Dampak negatif dari perkembangan teknologi terhadap anak-anak muda menjadi
kajian yang menarik untuk dibahasa pada pepper ini. Maka dari itu, pembahasan lebih lanjut
akan dijabarkan dalam pembahasan pepper ini.
BAB II
LITERATURE REVIEW

NO JUDUL PENULIS HASIL PENELITIAN


1 Pudarnya Nilai Pancasila Ega Regiani & Dinie Hasil penelitian yang dilakukan
Dalam Kehidupan Anggraeni Dewi (2021) adalah bahwa pancasila sebagai
Masyarakat di Era ideologi negara yang memiliki
Globalisasi berbagai fungsi sebagai jiwa dan
karakter bangsa, sebagai sumber
dari segala sumber hukum, sebagai
cita-cita nasional, sebagai falsafah
hidup bangsa. Era globalisasi yang
menggerus perubahan terhadap
karakter anak bangsa membawa
berbagai pengaruh negatif. Untuk
menghindari pengaruh negatif
tersebut dapat melalui penanaman
sifat nasionalisme dan patriotisme.
2 Urgensi Pancasila Dalam Elisa Puspita ratri, dkk Hasil penelitian yang dilakukan
Menanamkan Jiwa (2022) menunjukan bahwa globalisasi
Nasionalisme Pada membawa pengaruh buruk
Generasi Muda di Era terhadap nilai pancasila sehingga
Globalisasi yang dapat dilakukan adalah
menanamkan kecintaan dan sifat
nasionalisme, seperti sikap
mengutamakan kepentingan
bersama, rela berkorban dan cinta
tanah air, dll.
BAB III

PEMBAHASAN

Pancasila merupakan ideologi negara, pandangan hidup bangsa, dan serta sumber dari
regala sumber hukum. Pancasila juga merupakan hasil kristalisasi nilai-nilai luhur yang
terkandung di dalam kehidupan kemasyarakatan sejak zaman nenek moyang. Pancasila menjadi
bagian yang tidak dapat dipisahkan, karena dengan pancasila negara Indonesia berserta
masyarakat yang beragam dapat dipersatukan. Kehidupan berbangsa dan bernegara tidak luput
dari pentingnya urgensi pancasila dalam menata kehidupan yang harmonis antar aspek lapisan
masyarakat. Pancasila terdiri dari lima sila yang terdiri dari sila ketuhanan yang maha esa ,sila
kemanusiaan yang adil dan beradab, sila persatuan Indonesia, sila kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan perwakilan , dan sila keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia.
Dewasa ini, perkembangan teknologi memberikan berbagai dampak dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara. Kemajuan teknologi memudahkan semua orang untuk mengakses berbagai
sumber informasi di media sosial. Adanya kemajuan teknologi tersebut tidak selalu memberikan
dampak positif, namun dampak negatif yang dihasilkan juga banyak. Salah satunya adalah kasus
perundungan yang kerap terjadi di media sosial, contohnya adalah kasus perundungan berupa
penganiayaan remaja perempuan SMP di Jawa Timur yang dilakukan oleh 7 orang temannya.
Remaja SMP tersebut di pukul, ditendang, dan di dorong secara bergiliran oleh teman temannya.
Kemudian, perundungan tersebut disebarkan ke media sosial oleh salah satu pelaku, yang
kemudian mendapat kecaman dan tindakan tegas dari masyarakat serta pihak yang berwajib.
Akan tetapi, karena pelaku masih dibawah umur, pihak kepolisian tidak bisa melakukan
hukuman berat kepada pelaku. Korban perundungan tersebut mengalami trauma dan depresi
akibat kasus perundungan yang terjadi terhadap dirinya. Seperti yang kita ketahui, perundungan
(Bullying) merupakan tindakan kekerasan yang dilakukan untuk menjatuhkan mental lawan
secara tidak terhormat. Kasus tersebut masuk ke dalam pelanggaran hak asasi manusia (HAM)
yang diatur dalam UU RI No. 26 Tahun 2006 mengenai pelanggaran ham yang berbunyi
“Pelanggaran HAM adalah setiap perbuatan seseorang atau sekelompok orang termasuk apparat
negara baik sengaja atau kelalaian yang secara hukum mengurangi, menghalangi, membatasi
dan atau mencabut HAM seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh UU ini, dan tidak
didapatkan atau dikhawatirkan tidak akan memperoleh penyelesaian hukum yang adil dan benar,
berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku”. Sesuai dengan pasal tersebut, pelaku
perundungan telah melakukan pelanggaran hak asasi orang lain. Dari kasus perundungan
tersebut, jelas bahwa remaja yang melakukan perundungan kurang mengenal landasan nilai
pancasila sehingga mereka tidak mengetahui esensi nilai moral yang baik dan harus diterapkan
dalam kehidupan layaknya seperti apa. Kondisi ini mengindikasikan bahwa nilai-nilai yang
terkandung dalam pancasila seiring perkembangan zaman dan arus globalisasi kian hari semakin
memudar. Arus perkembangan teknologi yang semakin maju memudahkan remaja dalam
mengakses berbagai informasi, yang tak jarang, apa yang mereka akses berkaitan dengan
budaya-budaya yang kurang baik.
Berdasarkan kasus yang terjadi tersebut, muncul berbagai pertanyaan publik terkait
bagaimana pancasila dapat menjadi wadah untuk membentuk karakter anak bangsa menjadi lebih
baik dan terhindar dari paham atau ajaran-ajaran yang menyesatkan. Mengenai hal tersebut,
sebagai masyarakat Indonesia kita harus mengetahui beberapa hal, yang pertama, mengenai
pancasila sebagai dasar negara. Pemahaman Pancasila sebagai dasar negara sudah seharusnya
dipupuk sejak dini, berbagai program pemerintah telah digencarkan untuk menanamkan nilai
moral pancasila sebagai dasar negara, terutama di dunia pendidikan. Pancasila sebagai dasar
negara memiliki makna bahwa pancasila menjadi dasar dari segala aspek dalam kehidupan
bernegara. Dalam kasus ini, pelaku perundunngan harus diberikan pendidikan moral yang lebih
intensif guna menghindari terulang kembali perilaku yang tidak baik yang dapat merusak moral
anak bangsa. Semua lapisan masyarakat yang ada di Indonesia harus mengetahui nilai – nilai apa
saja yang terkandung dalam kelima sila dalam pancasila. Pada sila pertama, melambangkan sila
ketuhanan, yang memberikan makna bahwa bangsa Indonesia memercayai adanya tuhan yang
diimplementasikan dalam banyaknya agama dan kepercayaan yang tersebar di Indonesia. Dari
nilai ketuhanan ini, pelaku perundungan harus lebih memaknai sila pertama, yaitu menuju ke
jalan yang baik melalui pendekatan dengan sang pencipta alam semesta, mengikuti semua ajaran
baiknya, menjauhi setiap larangannya, dan melakukan evaluasi diri terhadap hal-hal buruk yang
sering dilakukan agar tidak diulangi dan terjadi lagi. Sila kedua, yaitu sila kemanusiaan. Bangsa
Indonesia dengan tegas menyatakan bahwa kehidupan berbangsa dan bernegara harus sesuai
dengan prinsip-prinsip kemanusiaan. Pendidikan moral yang diperoleh pelaku perundungan
dalam sila kedua adalah bagaimana Pancasila mengajarkan untuk memanusiakan manusia,
menghargai setiap perbedaan yang ada tanpa membeda-bedakan. Bukan hanya pelaku,
melainkan seluruh rakyat Indonesia juga harus dapat mengimplementasikan nilai kemanusiaan
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara untuk menciptakan kehidupan yang harmonis diantara
semua lapisan masyarakatnya. Sila ketiga, yaitu sila persatuan, melambangkan Indonesia sebagai
negara dengan berbagai pluralitasnya menjadi satu kesatuan utuh. Nilai moral yang dapat dipetik
dalam sila ketiga adalah bagaimana pancasila sebagai dasar negara dapat memberikan rasa
kebersatuan untuk semua lapisan masyarakat. Pelaku perundungan dapat mempelajari banyak hal
dalam sila ketiga ini, seperti rasa cinta tanah air dan bangsa, memupuk sikap dan sifat
patriotisme, menghormati dan menghargai semua orang. Di era globalisasi sekarang ini, banyak
implementasi dari sila ketiga ini, seperti pembentukan forum persatuan, pembentukan forum
peduli sesama masyarakat, dan berbagai forum lainnya yang tentunya memberikan dampak
positif bagi pengguna layanan intenet. Sila keempat, yaitu sila kerakyatan, yang dimana pada sila
ini, pembentukan karakter pemuda dapat dilihat dari bagaimana mereka menentukan keputusan
seperti musyawarah, tentunya dalam mengambil keputusan diperlukan pemikiran yang matang.
Pelaku perundungan dapat mengambil nilai kerakyatan melalui bagaimana mengambil tindakan
dengan pemikiran yang matang dan logis, sehingga tidak memberikan dampak buruk bagi orang
lain ( dalam kasus ini menimbulkan korban kekerasan). Di era globalisasi sekarang sangat mudah
untuk menemukan edukasi mengenai pengembangan diri yang berguna untuk kehidupan,
dibandingkan dengan melakukan tindakan-tindakan yang merugikan orang lain. Pada sila kelima,
yaitu sila keadilan sosial. Sila ini mengajarkan bagaimana kita berlaku adil kepada siapa saja dan
dimana saja. Nilai moral keadilan sosial ini sangat memberikan dampak yang baik apabila
diimplementasikan dalam kehidupan. Pelaku perundungan dapat memetik suatu nilai, yaitu
bagaimana memberikan rasa aman dan adil kepada seluruh lapisan masyarakat sehingga
terciptanya kehidupan yang harmonis. Keadilan harus dipupuk sejak dini untuk membentuk
karakter yang baik untuk generasi emas sekarang dan selanjutnya.
Setelah mengetahui pancasila sebagai dasar negara kita harus pula mengetahui pancasila
sebagai sistem etika dan sumber pengetahuan. Sebagai sistem etika dan sumber pengetahuan,
pancasila memberikan nilai-nilai yang terkandung dalam semua silanya, yang sudah dijabarkan
secara singkat pada pembahasa mengenai pancasila sebagai dasar negara. Sebagai sumber
pengetahuan dan etika, esensi pancasila tertuang dalam nilai-nilainya. Penjelasan mengenai
esensi pancasila sebagai etika dan sumber pengetahuan akan dirinci dibawah ini sebagai
pengulangan dan pelengkap nilai yang dbelum dicantumkan.
Sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa:
1. Masyarakat indonesia mengakui adanya tuhan dan memeluk agama sesuai dengan keyakinan
dan kepercayaanya masing-masing.
2. Menghormati kebebasan dalam memeluk agama sesuai dengan kepercayaan dan
keyakinannya masing-masing
3. Tidak memaksakan individu atau kelompok untuk masuk ke agama tertentu karena individu
diberikan kebebasan untuk menentukan pilihannya.
4. Pancasila sebagai sumber pengetahuan dalam sila pertama harus didudukan secara
proporsional, yang artinya pancasila bukanlah sistem yang mengatur tentang pemaksaan
individu untuk memeluk agama yang tidak sesuai keinginannya, melainkan memberi
keluwesan dalam menentukan pilihannya sendiri.
Sila kedua, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab :
1. Mengakui adanya persamaan derajat, hak, dan kewajiban antar sesama manusia sesuai
dengan harkat dan martabatnya sebagai mahluk individu dan sosial.
2. Menjunjung tinggi sikap tenggang rasa, sikap hormat-menghormati, saling menghargai antar
sesama manusia untuk menciptakan kehidupan yang harmonis diantara lapisan
masyarakatnya.
3. Menjunjung tinggi nilai kebenaran dan keadilan
4. Sebagai sumber pengetahuan, harus mengembangkan iptek yang sesuai dan berguna untuk
kesejahteraan masyarakat luas, bukan hanya keuntungan sepihak.
Sila ketiga, Persatuan Indonesia:
1. Menempatkan persatuan, kesatuan, kepentingan, keselamatan bangsa dan bernegara di atas
kepentingan pribadi atau golongan
2. Memupuk rasa rela berkorban dan cinta terhadap tanah air dan bangsa untuk menciptakan
generasi emas yang sadar betapa pentingnya nilai-nilai tersebut
3. Bangga dan cinta terhadap bangsa Indonesia. Sebagai warga negara Indonesia tentunya
menjadi suatu kebanggaan untuk hidup dan menjadi bagian dari Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Sila keempat, Kerakyatan Yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam permusyawaratan
dan perwakilan:
1. Sikap tidak memaksakan kehendak kepada orang lain. Sikap seperti ini sudah sepatutnya di
contoh agar tidak terjadi kasus kejahatan karena pemaksaan kehendak yang berujung pada
perundungan.
2. Sikap musyawarah untuk mencapai mufakat. Segala sesuatu yang akan diputuskan harus
melalui musyawarah.
3. Setiap keputusan yang diambil harus sesuai kesepakatan bersama
Sila kelima, Keadilan Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
1. Bersikap adil kepada siapa saja dan dimana saja. Bersikap adil tentunya menjadi hal yang
sangat patut untuk dijadikan sebagai pedoman. Bersikap adil kepada siapa saja dan dimana
saja, termasuk pada remaja yang melakukan perundungan harus diadili tanpa pandang bulu,
serta korban yang harus menerima keadilan.
2. Menjunjung tinggi nilai keadilan dan kebijaksanaan di setiap langkah yang diambil.
3. Bersatu untuk mewujudkan masyarakat yang hidup dalam keadilan. Dengan pemahaman
nilai kebersatuan untuk menciptakan keadilan tentunya kehidupan berbangsa dan bernegara
akan dapat diimplementasikan dengan baik.
Setiap pelaku kejahatan tentunya harus memperoleh pendidikan moral mengenai esensi
pancasila sebagai etika dan sumber pengetahuan. Dengan memberikan pendidikan moral,
tentunya akan mengubah karakter buruk menjadi karakter yang lebih baik lagi. Pada dasarnya,
orang jahat (orang – orang yang tersesat) memerlukan bimbingan serta pengarahan menjadi
manusia yang sebenarnya, yaitu bagaimana menjadi manusia yang bermoral, memiliki akal
sehat, serta manusia yang memanusiakan manusia. Pada kasus perundungan ini, anak-anak
remaja tersebut memerlukan perhatian serius dari pihak-pihak yang ahli dalam bidang
penguatan karakter anak, yaitu pendidik, orang tua, serta pemerintah. Orang tua harus dapat
memberikan contoh yang baik bagi anak, dapat mengarahkan dan mengingatkan anak untuk
tetap ada pada jalan yang benar dan sesuai dengan nilai Pancasila. Pendidik harus mampu
membentuk karakter siswanya agar sesuai dengan kaidah – kaidah pancasila dan
pengimplementasian pancasila dalam kehidupan. Yang tidak kalah penting pula, Pemerintah
berperan besar dalam menyediakan fasilitas-fasilitas yang mendukung pendidikan dan
penguatan moral bagi anak-anak Penyediaan media/fasilitas tersebut diharapkan dapat
membantu remaja mengenal dirinya sendiri, mengenal arti pancasila dalam kehidupan,
mengenal cinta kasih sesama masyarakat, dan yang terpenting adalah bagaimana
mengimplementasikan nilai-nilai pancasila dalam kehidupan sehari hari.
Setelah mengetahui pancasila sebagai etika dan pendidikan moral, selanjutnya adalah
mengetahui bagaimana pancasila sebagai ideologi yang mampu membentuk moralitas bangsa
beserta penduduknya. Kasus perundungan ini bukanlah kasus pertama yang terjadi, melainkan
berbagai kasus perundungan dengan latar belakang yang berbeda-beda marak terjadi. Maka dari
itu, pentingnya untuk mengetahui pancasila sebagai ideologi negara. Ideologi pancasila
merupakan ideologi yang mengambil nilai-nilai dari berbagai jenis ideologi yang ada, sehingga
ideologi pancasila letaknya ditengah-tengah. Keberadaan ideologi pancasila ini
mengindikasikan bahwa pancasila dapat memberikan jawaban atas persoalan yang dihadapi
negara dan masyarakatnya. Berkaitan dengan kasus perundungan, dengan adanya pancasila
sebagai sistem ideologi dapat memupuk dan membentuk warga negara yang paham akan hak
dan kewajibannya sebagai warga negara, memupuk rasa nasionalisme dan patriotisme.
Sebagai generasi muda harapan bangsa, yang kelak akan menyongsong negeri ini ke arah
yang lebih baik. Alangkah baiknya kita dapat mengenal Pancasila lebih luas. Nilai-nilai
Pancasila memberikan segudang kebermanfaatan dalam kehidupan. Kemajuan teknologi harus
kita manfaatkan dengan baik dan bijaksana. Dengan kemajuan teknologi dan arus globalisasi
yang kuat, nilai dalam pancasila harus kita terapkan pada segala aspek, misalnya dengan
kemudahan teknologi kita dapat membuat forum digital tentang peduli Indonesia untuk
mencegah pudarnya nilai-nilai pancasila. Selain itu, untuk mencegah kemerosotan nilai-nilai
pancasila dapat pula dilakukan melalui kampanye digital dengan memanfaatkan aplikasi di
sosial media mengenai bagaimana sebagai generasi muda untuk dapat mempertahankan
eksistensi pancasila.
BAB IV

KESIMPULAN

Perkembangan teknologi yang semakin maju memberikan berbagai dampak dalam


kehidupan, yaitu dampak positif dan dampak negatif. Kemudahan untuk mengakses informasi
dan layanan digital menjadi benefit dari kemajuan teknologi yang ada. Namun, tidak jarang
dengan adanya teknologi meningkatkan tindakan yang sangat tidak bermanfaat dan merugikan
banyak orang. Keberadaan teknologi yang maju memudahkan oknum yang tidak bertanggung
jawab untuk melancarkan aksi kejahatan. Seperti yang dibahas pada uraian diatas mengenai
kasus perundungan yang dilakukan oleh anak remaja. Eksistensi pancasila sebagai dasar negara
dan pembentukan moral menjadi hal yang penting untuk ditelaah kembali, mengingat nilai nilai
luhur yang terkandung dalam setiap sila pancasila telah diakui kebenarannya. Pendidikan
karakter dan pendidikan moral diperlukan untuk menciptakan generasi emas yang sadar akan
pentingnya nilai moral yang terkandung dalam pancasila dan mencegah nilai nilai itu luntur
ataupun pudar keberadaanya tergerus perkembangan zaman. Penting pula pemahaman terhadap
pancasila sebagai sistem ideologi yang dapat menjawab berbagai persoalan yang dihadapi negara
dan masyarakatnya.

You might also like