You are on page 1of 42

DAFTAR ISI

BAB I......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...............................................................................................1 1.1
Latar belakang........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................2 1.3
Tujuan
Penulisan.................................................................................................................3
BAB II.......................................................................................................................4
PEMBAHASAAN....................................................................................4 2.1
Definisi Discovery Learning Menurut Para Ahli ............................................4 2.2
Karakteristik Discovery Learning .................................................................5 2.3
Tujuan Pengunaan Discovery Learning......................................................6 2.4
Macam-Macam Discovery Learning ..............................................................8 2.5
Langkah-langkah...................................9 2.6Kelebihan dan Kekurangan Discovery
Learning....................................11 2.7 Kendala Penggunaan Metode Discovery
Learning...........................12 2.8 Penerapan Dalam
PKLH..................................................................................................13 BAB
III.................................................................................................................................
..........19
PENUTUP....................................................................................................................
..................19 3.1
Kesimpulan .................................................................................................................
.......19 3.2
Saran............................................................................................................................
.......19 DAFTAR
PUSTAKA ..................................................................................................................
..20 1 BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar belakang
Discovery Learning adalah salah satu metode dalam pengajaran teori kognitif
dengan mengutamakan peran guru dalam menciptakan situasi belajar yang
melibatkan siswa belajar secara aktif dan mandiri. Metode pembelajaran discovery
(penemuan) adalah metode mengajar yang mengatur pengajaran sedemikian rupa
sehingga anak memperoleh pengetahuan yang sebelumnya belum diketahuinya itu
tidak melalui pemberitahuan, sebagian atau seluruhnya ditemukan sendiri.
Pembelajaran merupakan suatu sistem, yang terdiri dari berbagai komponen yang
saling berhubungan satu dengan yang lain. Maka posisi discovery di sini sangat
penting dan harus diperhatikan oleh guru dalam menjalankan pembelajarannya ke
peserta didik untuk menjadikan suatu pembelajaran yang efektif. Melalui konsep
belajar penemuan (discovery learning) pada dasarnya menjelaskan mengenai
proses pembentukan belajar dengan jalan menggali dan mencari sendiri
pengetahuan, pemahaman, pengertian dan konsep-konsep secara mandiri. Konsep
belajar penemuan (discovery learning) pada penerapannya dapat diterapkan pada
pembelajaran. Dengan mengaplikasikan metode discovery learning secara
berulang-ulang dapat meningkatkan kemampuan penemuan dari indifidu yang
bersangkutan. Penggunaan metode discovery learning, ingin merubah kondisi
belajar yang pasif menjadi aktif dan kreatif. Mengubah pembelajaran yang teacher
oriented ke student oriented. Merubah modus Ekspository siswa hanya menerima
informasi secara keseluruhan dari guru ke modus Discovery siswa menemukan
informasi sendiri. Discovery Learning mempunyai peranan atau arti penting dalam
pelaksanaan kegiatan pembelajaran di kelas yaitu kegiatan atau pembelajaran yang
dirancang sedemikian rupa sehingga siswa dapat menemukan konsep-konsep dan
prinsip-prinsip melalui proses mentalnya 2 sendiri. Dalam menemukan konsep,
siswa melakukan pengamatan, menggolongkan, membuat dugaan, menjelaskan,
menarik kesimpulan dan sebagainya untuk menemukan beberapa konsep atau
prinsip. Pada discovery masalah yang diperhadapkan kepada siswa semacam
masalah yang direkayasa oleh guru, sehingga siswa harus mengerahkan seluruh
pikiran dan keterampilannya untuk mendapatkan temuan-temuan di dalam masalah
itu (Budiningsih, 2005:39). Maka metode pembelajaran dengan discovery learning
penting dibahas karena akan menjelaskan makna kegiatan-kegiatan yang dilakukan
oleh guru selama pembelajaran berlangsung. Setiap guru atau pendidik mempunyai
alasan-alasan mengapa ia melakukan kegiatan dalam pembelajaran dengan
menentukan sikap tertentu. Maka dalam menggunakan metode discovery learning
guru berperan sebagai pembimbing dengan memberikan kesempatan kepada siswa
untuk belajar secara aktif, sebagaimana pendapat guru harus dapat membimbing
dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan (Sardiman,
2005:145). Dengan demikian seorang guru dalam aplikasi metode discovery
learning harus dapat menempatkan siswa pada kesempatan-kesempatan dalam
belajar lebih mandiri. Bruner mengatakan bahwa proses belajar akan berjalan
dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menemukan suatu konsep, teori, aturan, atau pemahaman melalui contoh-contoh
yang ia jumpai dalam kehidupannya (Budiningsih, 2005:41). 1.2 Rumusan
Masalah Dari latar belakang di atas, maka didapat rumusan masalah sebagai
berikut: 1. Apa definisi discovery learning? 2. Bagaimana karakteristik metode
discovery learning? 3. Bagaimana tujuan penggunaan discovery learning? 4. Apa
saja langkah-langkah metode discovery learning? 5. Apa saja Kelebihan dan
kekurangan dalam penggunaan metode discovery learning? 6. Apa saja kendala
dalam penggunaan discovery learning? 7. Bagaimana penerapan discovery learning
dalam pembelajaran PKLH? 3 1.3 Tujuan Penulisan 1. Untuk mengetahui definisi
discovery learning. 2. Untuk mengetahui karakteristik metode discovery learning.
3. Untuk mengetahui tujuan penggunaan discovery learning. 4. Untuk mengetahui
langkah-langkah metode discovery learning. 5. Untuk mengetahui kelebihan dan
kekurangan dalam penggunaan metode discovery learning. 6. Untuk mengetahui
kendala apa saja dalam penggunaan discovery learning. 7. Untuk mengetahui
penerapan discovery learning dalam pembelajaran PKLH. 4 BAB II
PEMBAHASAN 2.1 Definisi Discovery Learning Menurut Para Ahli Menurut
Sund dalam Roestiyah (1998,22), discovery learning adalah proses mental di mana
siswa mampu mengasimilasikan sesuatu konsep atau prinsip yang dimaksudkan
dengan proses mental tersebut antara lain: Mengamati, mencerna, mengerti,
menggolonggolongkan, membuat dugaan, menjejelaskan, mengukur, membuat
kesinmpulan, dan sebagainya. . Para ahli mendefinisikan discovery learning
berbeda-beda, sesuai dengan sudut pandanganya masing-masing: 1. Menurut
Wilcox (Slavin, 1977), dalam pembelajaran dengan penemuan siswa didorong
untuk belajar sebagian besar melalui keterlibatan aktif mereka sendiri dengan
konsep-konsep dan prinsip-prinsip, dan guru mendorong siswa untuk memiliki
pengalaman serta melakukan percobaan yang memungkinkan mereka menemukan
prinsip-prinsip untuk diri mereka sendiri. 2. Pengertian discovery learning menurut
Jerome Bruner adalah metode belajar yang mendorong siswa untuk mengajukan
pertanyaan dan menarik kesimpulan dari prinsip-prinsip umum praktis contoh
pengalaman dan yang menjadi dasar ide J. Bruner ialah pendapat dari piaget yang
menyatakan bahwa anak harus berperan secara aktif di dalam belajar di kelas.
Untuk itu Bruner memakai cara dengan apa yang disebutnya discovery learning,
yaitu di mana murid mengorganisasikan bahan yang dipelajari dengan suatu bentuk
akhir. 3. Menurut Bell (1978) belajar penemuan adalah belajar yang terjadi
sebagian hasil dari siswa memanipulasi, membuat struktur dan
mentransformasikan informasi sedemikian sehingga ide menemukan informasi
baru. Dalam belajar penemuan, siswa dapat membuat perkiraan (conjucture),
merumuskan suatu hipotesis dan 5 menemukan kebenaran dengan menggunakan
prose induktif atau proses dedukatif, melakukan observasi dan membuat
ekstrapolasi. Dalam pembelajaran discovery learning, mulai dari strategi sampai
dengan jalan dan hasil penemuan ditentukan oleh siswa sendiri. Hal ini sejalan
dengan pendapat Maier dalam Winddiharto (2004) yang menyatakan bahwa, apa
yang ditemukan, jalan, atau proses sematamata ditemukan oleh siswa sendiri.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran discovery
learning adalah suatu model untuk mengembangkan cara belajar siswa aktif
dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka hasil yang diperoleh akan
setia dan tahan lama dalam ingatan, tidak akan mudah dilupakan siswa. Dengan
belajar penemuan, anak juga bisa belajar berfikir analisis dan mencoba
memecahkan sendiri problem yang dihadapi. Kebiasaan ini akan ditransfer dalam
kehidupan bermasyarakat. 2.2 Karakteristik Discovery Learning Ciri utama belajar
menemukan yaitu: (1) mengeksplorasi dan memecahkan masalah untuk
menciptakan, menggabungkan dan menggeneralisasi pengetahuan; (2) berpusat
pada siswa; (3) kegiatan untuk menggabungkan pengetahuan baru dan pengetahuan
yang sudah ada. Ada sejumlah ciri-ciri proses pembelajaran yang sangat
ditekankan oleh teori konstruktivisme, yaitu : 1. Menekankan pada proses belajar,
bukan proses mengajar 2. Mendorong terjadinya kemandirian dan inisiatif belajar
pada siswa. 3. Memandang siswa sebagai pencipta kemauan dan tujuan yang ingin
dicapai. 4. Berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses, bukan menekan
pada hasil. 5. Mendorong siswa untuk mampu melakukan penyelidikan. 6.
Menghargai peranan pengalaman kritis dalam belajar. 7. Mendorong
berkembangnya rasa ingin tahu secara alami pada siswa. 8. Penilaian belajar lebih
menekankan pada kinerja dan pemahaman siswa. 9. Mendasarkan proses
belajarnya pada prinsip-prinsip kognitif. 10. Banyak menggunakan terminilogi
kognitif untuk menjelaskan proses pembelajaran; seperti predeksi, inferensi, kreasi
dan analisis. 11. Menekankan pentingnya “bagaimana” siswa belajar. 6 12.
Mendorong siswa untuk berpartisipasi aktif dalam dialog atau diskusi dengan
siswa lain dan guru. 13. Sangat mendukung terjadinya belajar kooperatif. 14.
Menekankan pentingnya konteks dalam belajar. 15. Memperhatikan keyakinan dan
sikap siswa dalam belajar. 16. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk
membangun pengetahuan dan pemahaman baru yang didasari pada pengalaman
nyata. Berdasarkan ciri-ciri pembelajaran kontruktivisme tersebut di atas, maka
dalam penerapannya di dalam kelas sebagai berikut: 1. Mendorong kemandirian
dan inisiatif siswa dalam belajar 2. Guru mengajukan pertanyaan terbuka dan
memberikan kesempatan beberapa waktu kepada siswa untuk merespon. 3.
Mendorong siswa berpikir tingkat tinggi. 4. Siswa terlibat secara aktif dalam dialog
atau diskusi dengan guru atau siswa lainnya. 5. Siswa terlibat dalam pengetahuan
yang mendorong dan menantang terjadinya diskusi. 6. Guru menggunakan data
mentah, sumber-sumber utama dan materi-materi interaktif. Dari teori belajar
kognitif serta ciri dan penerapan teori kontruktivisme tersebut dapat melahirkan
strategi discovery learning. 2.3 Tujuan Pengunaan Discovery Learning Salah satu
metode belajar yang akhir-akhir ini banyak digunakan di sekolah-sekolah yang
sudah maju adalah metode discovery. Hal ini disebabkan karena metode ini: (1)
merupakan suatu cara untuk mengembangkan cara belajar siswa aktif; (2) dengan
menemukan dan menyelidiki sendiri konsep yang dipelajari, maka hasil yang
diperoleh akan tahan lama dalam ingatan dan tidak mudah dilupakan siswa; (3)
pengertian yang ditemukan sendiri merupakan pengertian yang betul-betul dikuasai
dan mudah digunakan atau ditransfer dalam situasi lain; (4) dengan menggunakan
strategi discovery anak belajar menguasai salah satu metode ilmiah yang akan
dapat dikembangkan sendiri; (5) siswa belajar berpikir analisis dan mencoba
memecahkan problema yang dihadapi sendiri, kebiasaan ini akan ditransfer dalam
kehidupan nyata. 7 Bell dalam Ratumanan (2002) mengemukakan beberapa tujuan
spesifik dari pembelajaran dengan penemuan, yakni sebagai berikut: a) Dalam
penemuan siswa memiliki kesempatan untuk terlibat secara aktif dalam
pembelajaran. Kenyataan menunjukan bahwa partisipasi banyak siswa dalam
pembelajaran meningkat ketika penemuan digunakan. b) Melalui pembelajaran
dengan penemuan, siswa belajar menemukan pola dalam situasi konkrit maupun
abstrak, juga siswa banyak meramalkan (extrapolate) informasi tambahan yang
diberikan c) Siswa juga belajar merumuskan strategi tanya jawab yang tidak rancu
dan menggunakan tanya jawab untuk memperoleh informasi yang bermanfaat
dalam menemukan. d) Pembelajaran dengan penemuan membantu siswa
membentuk cara kerja bersama yang efektif, saling membagi informasi, serta
mendengar dan mneggunakan ide-ide orang lain. e) Terdapat beberapa fakta yang
menunjukan bahwa keterampilan-keterampilan, konsepkonsep dan prinsip-prinsip
yang dipelajari melalui penemuan lebih bermakna. f) Keterampilan yang dipelajari
dalam situasi belajar penemuan dalam beberapa kasus, lebih mudah ditransfer
untuk aktifitas baru dan diaplikasikan dalam situasi belajar yang baru. Adapun
peran guru dalam penggunaan discovery learning ini antara lain : Dahar (1989)
mengemukakan beberapa peranan guru dalam pembelajaran dengan penemuan,
yakni sebagai berikut: a) Merencanakan pelajaran sedemikian rupa sehingga
pelajaran itu terpusat pada masalahmasalah yang tepat untuk diselidiki para siswa.
b) Menyajikan materi pelajaran yang diperlukan sebagai dasar bagi para siswa
untuk memecahkan masalah. Sudah seharusnya materi pelajaran itu dapat
mengarah pada pemecahan masalah yang aktif dan belajar penemuan, misalnya
dengan menggunakan fakta-fakta yang berlawanan. c) Guru juga harus
memperhatikan cara penyajian yang enaktif, ikonik, dan simbolik. d) Bila siswa
memecahkan masalah di laboratorium atau secara teoritis, guru hendaknya
berperan sebagai seorang pembimbing atau tutor. Guru hendaknya jangan 8
mengungkapkan terlebuh dahulu prinsip atau aturan yang akan dipelajari, tetapi ia
hendaknya memberikan saran-saran bilamana diperlukan. Sebagai tutor, guru
sebaiknya memberikan umpan balik pada waktu yang tepat. 2.4 Macam-Macam
Discovery Learning Menurut Jerome Bruner Model penemuan atau pengajaran
penemuan dibagi 3 jenis: 1. Penemuan Murni Pada pembelajaran dengan
penemuan murni pembelajaran terpusat pada siswa dan tidak terpusat pada guru.
Siswalah yang menentukan tujuan dan pengalaman belajar yang diinginkan, guru
hanya memberi masalah dan situasi belajar kepada siswa. Siswa mengkaji fakta
atau relasi yang terdapat pada masalah itu dan menarik kesimpulan (generalisasi)
dari apa yang siswa temukan. Kegiatan penemuan ini hampir tidak mendapatkan
bimbingan guru. Penemuan murni biasanya dilakukan pada kelas yang pandai. 2.
Penemuan Terbimbing Pada pengajaran dengan penemuan terbimbing guru
mengarahkan tentang materi pelajaran. Bentuk bimbingan yang diberikan guru
dapat berupa petunjuk, arahan, pertanyaan atau dialog, sehingga diharapkan siswa
dapat menyimpulkan (menggeneralisasikan) sesuai dengan rancangan guru.
Generalisasi atau kesimpulan yang harus ditemukan oleh siswa harus dirancang
secara jelas oleh guru. Pada pengajaran dengan metode penemuan, siswa harus
benar-benar aktif belajar menemukan sendiri bahan yang dipelajarinya. 3.
Penemuan Laboratory Penemuan laboratory adalah penemuan yang menggunakan
objek langsung (media konkrit) dengan cara mengkaji, menganalisis, dan
menemukan secara induktif, merumuskan dan membuat kesimpulan. 9 Penemuan
laboratory dapat diberikan kepada siswa secara individual atau kelompok.
Penemuan laboratory dapat meningkatkan keinginan belajar siswa, karena belajar
melalui berbuat menyenangkan bagi siswa yang masih berada pada usia senang
bermain. 2.5 Langkah-langkah Penggunaan discovery Learning Menurut Jerome
Bruner Langkah-langkah penggunaan discovery learning ada 6: a) Stimulation
(stimulasi/pemberian rangsangan). Pertama-tama pada tahap ini pelajar dihadapkan
pada sesuatu yang menimbulkan kebingungannya, kemudian dilanjutkan untuk
tidak memberi generalisasi, agar timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri (Taba
dalam Affan, 1990:198). Disamping itu guru dapat memulai kegiatan PBM dengan
mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku, dan aktivitas belajar lainnya yang
mengarah pada persiapan pemecahan masalah Syah (2004:244). Sebagaimana
pendapat Djamarah (2002:22) bahwa: tahap ini Guru bertanya dengan mengajukan
persoalan, atau menyuruh anak didik membaca atau mendengarkan uraian yang
memuat permasalahan. Stimulation pada tahap ini berfungsi untuk menyediakan
kondisi interaksi belajar yang dapat mengembangkan dan membantu siswa dalam
mengeksplorasi bahan. Dalam hal ini Bruner memberikan stimulation dengan
menggunakan teknik bertanya yaitu dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan
yang dapat menghadapkan siswa pada kondisi internal yang mendorong eksplorasi.
Teacher can provide the condition in which discovery learning is nourished and
will grow. One way they can do this is to guess at answers and let the class know
they are guessing. (Norman dan Richard Sprinthall, 1990:248). Dengan demikian
seorang Guru harus menguasai teknik-teknik dalam memberi stimulus kepada
siswa agar tujuan mengaktifkan siswa untuk mengeksplorasi dapat tercapai. b)
Problem statement (pernyataan/ identifikasi masalah). setelah dilakukan
stimulation langkah selanjutya adalah guru memberi kesempatan kepada siswa
untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-agenda masalah yang relevan
dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam
bentuk hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan masalah) (Syah 2004:244).
Sedangkan menurut (Djamarah, 2002:22) permasalahan yang dipilih itu
selanjutnya harus dirumuskan dalam 10 bentuk pertanyaan, atau hipotesis, yakni
pernyataan (statement) sebagai jawaban sementara atas pertanyaan yang diajukan.
Memberikan kesempatan siswa untuk mengidentifikasi dan menganalisa
perrmasasalahan yang mereka hadapi, merupakan teknik yang berguna
ammembangun siswa agar mereka terbiasa untuk menemukan suatu masalah.
Sebagaimna pendapat Bruner bahwa: The students can then analyze the teacher’s
answer. This help prove to them that exploration can be both rewarding and safe.
And it is thus a valuable technique for building life long discovery habits in the
student (Norman dan Richard Sprinthall, 1990:248). c) Data collection
(pengumpulan data). Ketika eksplorasi berlangsung guru juga memberi
kesempatan kepada para siswa untuk mengumpulkan informasi sebanyak-
banyaknya yang relevan untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis (Syah,
2004:244). Pada tahap ini berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau
membuktikan benar tidak hipotesis, dengan demikian anak didik diberi kesempatan
untuk mengumpulkan (collection) berbagai informasi yang relevan, membaca
literature, mengamati objek, wawancara dengan nara sumber, melakukan uji coba
sendiri dan sebagainya (Djamarah, 2002:22). Konsekuensi dari tahap ini adalah
siswa belajar secara aktif untuk menemukan sesuatu yang berhubungan dengan
permasalahan yang dihadapi, dengan demikian secara tidak disengaja siswa
menghubungkan masalah dengan pengetahuan yang telah dimiliki. d) Data
processing (pengolahan data) Menurut Syah (2004:244) data processing
merupakan kegiatan mengolah data dan informasi yang telah diperoleh para siswa
baik melalui wawancara, observasi, dan sebagainya, lalu ditafsirkan. Semua
informai hasil bacaan, wawancara, observasi, dan sebagainya, semuanya diolah,
diacak, diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung dengan cara tertentu
serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu (Djamarah, 2002:22). Data
processing disebut juga dengan pengkodean coding/ kategorisasi yang berfungsi
sebagai pembentukan konsep dan generalisasi. Dari generalisasi tersebut siswa
akan mendapatkan penegetahuan baru tentang alternatif jawaban/ penyelesaian
yang perlu mendapat pembuktian secara logis. e) Verification
(pentahkikan/pembuktian) 11 Pada tahap ini siswa melakukan pemeriksaan secara
cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi
dengan temuan alternatif, dihubungkan dengan hasil data processing (Syah,
2004:244). Verification menurut Bruner, bertujuan agar proses belajar akan
berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa
untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan atau pemahaman melalui contoh-
contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya (Budiningsih, 2005:41). Sehingga
setelah mencapai tujuan tersebut atau berdasarkan hasil pengolahan dan tafsiran,
atau informasi yang ada, pernyataan atau hipotesis yang telah dirumuskan
terdahulu itu kemudian dicek, apakah terjawab atau tidak, apakah terbukti atau
tidak (Djamarah, 2002:22). f). Generalization (menarik kesimpulan/generalisasi)
Tahap generalitation/ menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah
kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian
atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi (Syah, 2004:244).
Atau tahap dimana berdasarkan hasil verifikasi tadi, anak didik belajar menarik
kesimpulan atau generalisasi tertentu (Djamarah, 2002:22). Akhirnya
dirumuskannya dengan kata-kata prinsip-prinsip yang mendasari generalisasi
(Junimar Affan, 1990:198), yang perlu diperhatikan siswa setelah menarik
kesimpulan adalah proses generalisasi menekankan pentingnya penguasaan pelajar
atas makna dan kaidah atau prinsip-prinsip yang luas yang mendasari pengalaman
seseorang, serta pentingnya proses pengaturan dan generalisasi dari pengalaman-
pengalaman itu (Slameto, 2003:119). Yaitu dengan menangkap ciri-ciri atau sifat
sifat umum yang terdapat dalam sejumlah hal yang khusus (Djamarah, 2002:191)
Selama kegiatan belajar mengajar berlangsung dengan mengaplikasikan metode
discovery learning. 2.6 Kelebihan dan Kekurangan Discovery Learning
Penggunaan teknik discovery ini adalah guru berusaha meningkatkan aktivitas
siswa dalam proses belajar mengajar. Roestiyah (1998,20). Maka teknik ini
memiliki kelebihan sebagai berikut: 1. Teknik ini mampu membantu siswa untuk
mengembangkan, memperbanyak kesiapan serta penguasaan keterampilan dalam
psroses kognitif/pengenalan siswa. 12 2. Siswa memperoleh pengetahuan yang
bersifat sangat pribadi/individual sehingga dapat kokoh/mendalam tertinggal dalam
jiwa siswa tersebut. 3. Dapat membangkitkan kegairahan belajar para siswa. 4.
Mampu memberikan kesempatan pada siswa untuk berkembang dan maju sesuai
dengan kemampuan masing-masing. 5. Mampu mengarahkan cara siswa belajar,
sehingga lebih memiliki motivasi yang kuat untuk belajar lebih giat. 6. Membantu
siswa untuk memperkuat dan menambah kepercayaan pada diri sendiri dengan
proses penemuan sendiri. 7. Strategi itu berpusat pada siswa, tidak pada guru. Guru
hanya sebagai teman belajar saja,membantu bila diperlukan. Roestiyah (1998,20)
Walau demikian, masih ada pula kelemahan yg perlu diperhatikan ialah: 1. Pada
siswa harus ada kesiapan dan kematangan mental untuk cara belajar ini. Siswa
harus berani dan berkeinginan untuk mengetahui keadaan sekitarnya dengan baik.
2. Bila kelas terlalu besar penguunaan teknik ini akan kurang berhasil. 3. Bagi guru
dan siswa yang sudah biasa dengan perencanaan dan pengajaran tradisional
mungkin akan sempat kecewa bila diganti dengan teknik ini. 4. Dengan teknik ini
ada yang berpendapat bahwa proses mental ini trelalu mementingkan proses
pengertian saja, kurang memperhatikan perkembangan/pembentukan sikap dan
keterampilan bagi siswa. 5. Tidak memberikan kesempatan berpikir secara kreatif.
2.7 Kendala Penggunaan Metode Discovery Learning Metode Discovery Learning
sebagai sebuah teori belajar dapat didefinisikan sebagai belajar yang terjadi bila
pelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan
untuk mengorganisasi sendiri. Jadi di sini guru hanya memberikan materi dasar
atau bahan dasar tentang apa yang nantinya akan dipelajari siswa, setelah itu
siswalah yg harus mengembangkan materi tersebut. Discovery learning ini
berpusat pada siswa, bukan pada guru. 13 Namun dalam penggunaan discovery
learning ini, pasti ada kendala-kendala yg ditemui baik oleh siswa maupun oleh
guru, seperti: 1. Dalam penerapannya siswa harus mempunyai kesiapan mental,
apabila siswa dalam pembelajaran tersebut tidak memiliki kesiapan mental yang
baik, maka kesulitan bagi siswa tersebut untuk menerapkan/menggunakan
discovery learning ini. 2. Apabila dalam 1 kelas tersebut memiliki jumlah siswa
yang banyak atau memiliki kelas yg besar maka penggunaan teknik discovery
learning ini tidak akan berhasil. 3. Kendala yang paling berpengaruh adalah apabila
guru dan siswa ini sudah terbiasa menggunakan teknik pengajaran atau
pembelajaran secara tradisional, maka sangat sulit bagi mereka untuk
menggunakan discovery learning ini. 4. Juga dalam teknik ini menghambat siswa
untuk berpikir secara kreatif. 5. Dalam suatu pembelajaran, tidak semua topik yang
bisa menggunakan metode discovery learning ini, misalnya topik-topik yang
berhubungan dengan prinsip dapat dikembangkan dengan Model Penemuan
Terbimbing. 2.8 Penerapan Dalam PKLH Pada proses pembelajaran perlu
dikembangkan mengingat proses-proses sosial akan dialami oleh anak didik
sehingga kegiatan belajar mengajar harus membantu anak didik untuk
mengembangkan kemampuan hubungan dengan masyarakat dan hubungan
antarpribadi. Peran guru dalam penemuan terbimbing sering diungkapkan dalam
Lembar Kerja Siswa (LKS). LKS ini biasanya digunakan dalam memberikan
bimbingan kepada siswa menemukan konsep atau terutama prinsip (rumus, sifat).
Perlu diingat bahwa model ini memerlukan waktu yang relatif banyak dalam
pelaksanaannya, akan tetapi hasil belajar yang dicapai tentunya sebanding dengan
waktu yang digunakan. Pengetahuan yang baru akan melekat lebih lama apabila
siswa dilibatkan secara langsung dalam proses pemahaman dan ’mengkonstuksi’
sendiri konsep atau pengetahuan tersebut. Berikut Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran menggunakan Metode Discovery Learning untuk pembelajaran
Lingkungan.
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN 14 Satuan Pendidikan : SMP
Materi Pokok : Pencemaran Lingkungan Alokasi Waktu : 6 pertemuan (15 JP)
Tujuan Pembelajaran : 3.8.1.1 :Melalui pengamatan peserta didik dapat
menjelaskaan pengertian pencemran lingkungan 3.8.2.1 : Peserta Didik dapat
menjelaskan macam-macam Pencemaran Lingkungan. 3.8.3.1 : PeseraDidik dapat
menjelaskan pengertian pencemaran air melalui penyelidikan 3.8.4.1 : Peserta
Didik menyelidiki pengaruh air jernih dan tercemar terhadap kondisi (pergerakan)
ikan 3.8.5.1 : Peserta Didik dapat membuat gagasan tentang bagaimana mengatasi
dan mengurangi pencemaran air. 3.8.6.1 : Peserta didik dapat menjelaskan
pengertian pencemaran udara. 3.8.7.1 : Peserta didik dapat menyebutkan faktor-
faktor penyebab pencemaran udara 3.8.8.1 : Peserta didik dapat menjelaskan
dampak pencemaran udara 3.8.9.1 : Peserta didik dapat menjelaskan pengertian
pencemaran tanah 3.8.10.1 : Peserta didik dapat menjelaskan dampak pencemaran
tanah 3.8.11.1 : Peserta didik dapat membuat gagasan untuk mengurangi dampak
pencemaran tanah Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi KI
Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi 1. 1.1. Mengagumi
keteraturan dan kompleksitas ciptaan Tuhan 1.1.1 Mengenali dan mengagumi
keteraturan ciri-ciri fisik teman 15 KI Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian
Kompetensi tentang aspek fisik dan kimiawi, kehidupan dalam ekosistem, dan
peranan manusia dalam lingkungan serta mewujudkannya dalam pengamalan
ajaran agama yang dianutnya. sesama jenis atau ciri-ciri berbagai daun di sekitar
sekolah sebagai makhluk ciptaan Tuhan. 2. 2.1. Menunjukkan perilaku ilmiah
(memiliki rasa ingin tahu; objektif; jujur; teliti; cermat; tekun; hati-hati;
bertanggung jawab; terbuka; kritis; kreatif; inovatif dan peduli lingkungan) dalam
aktivitas sehari-hari. 2.1.1 Melakukan kegiatan pengamatan secara teliti, jujur, dan
bertanggung jawab. 3. 3.8 Menganalisis terjadinya pencemaran lingkungan dan
dampak bagi ekosistem 3.8.1 Menjelaskan pengertian pencemaran lingkungan
3.8.2 Menjelaskan macam-macam pencemaran lingkungan 3.8.3 Menjelaskan
pengertian pencemaran air 3.8.4 Menyelidiki pengaruh air jernih dari tercemar
terhadap kondisi (pergerakan ikan ) 3.8.5 Membuat gagasan tertulis tentang
bagaimana mengatasi dan mengurangi pencemaran lingkungan 3.8.6 Menjelaskan
pengertian pencemaran udara 3.8.7 Menyebutkan factor-faktor penyebab
pencemaran udara 3.8.8 Menjelaskan dampak pencemaran udara 3.8.9
Menjelaskan pengertian pencemaran tanah 3.8.10 Menjelaskan dampak
pencemaran tanah Materi Pembelajaran 1. Pertemuan 1 16 Pencemaran
Lingkungan  Definisi pencemaran lingkungan  Polutan  Macam-macam
pencemaran lingkungan 2. Pertemuan 2 Pencemaran air  Definisi pencemaran air
 Ciri-ciri air yang tercemar  Factor penyebab pencemaran air  Dampak
pencemaran air 3. Pertemuan 3 Tugas terstruktur  Projek pencemaran air 4.
Pertemuan 4 Pencemaran udara  Definisi pencemaran udara  Macam-macam
pencemaran udara  Penyebab pencemaran udara  Dampak pencemaran udara 5.
Pertemuan 5 Pencemaran tanah  Definisi pencemaran tanah  Penyebab
pencemaran tanah 6. Pertemuan 6 Ulangan harian Metode Pembelajaran :
Discovery Learning Media Pembelajaran : Video Pencemaran Air 1. Alat - Gelas
mineral 8 buah - Label 8 buah 17 - Stopwatch 8 buah 2. Bahan - Pertemuan
pertama Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran
Langkah-langkah Pembelajaran Waktu Pendahuluan  Memberi salam 
Memperhatikan kesiapan psikis dan fisik siswa untuk mengikuti proses
pembelajaran dengan mengecek kebersihan, kerapihan, ketertiban, dan kehadiran
siswa  Memberikan apersepsi dan motivasi dengan memberikan contoh
lingkungan yang asri, bersih, dan rapi serta lingkungan sebaliknya yang kotor dan
juga tidak tertata yang ada di sekitar lingkungan sekolah atau di tempat lain yang
belum pernah di lihat peserta didik  Menyampaikan tujuan pembelajaran yang
akan dipelajari yaitu definisi pencemaran dan juga macam – macam pencemaran
lingkungan  Menyampaikan kepada peserta didik nilai yang diperoleh setelah
mempelajari bab ini 10 Menit Inti 1. Memberi stimulus  Guru meminta Peserta
Didik untuk mengamati foto-foto atau koran tentang pencemaran lingkungan yang
ada yang ada disekeliling kita  Peserta Didik mengamati aktivitas manusia
ataupun kejadian lain yang menyebabkan terjadinya pencemaran lingkungan. 90
me 50 Menit 2. Identifikasi masalah  Peserta Didik membuat pertanyaan tentang
apa yang telah diamati terkait definisi pencemaran dan juga macam-macam
pencemaran lingkungan. 3. Pengumpulan data  Guru membagi siswa menjadi
beberapa kelompok yang beranggotakan 4 orang  Guru memberikan penjelasan
umum tentang kegiatan yang akan dilaksanakan yaitu membimbing peserta didik
untuk membaca buku siswa dan mencari informasi sebanyak mungkin untuk
mendapatkan informasi definisi dan pencemaran lingkungan.  Guru membagikan
LK (terlampir) sebagai panduan kegiatan praktikum 18  Guru memberi penjelasan
bahwa mencari informasi di buku siswa dilaksanakan secara berkelompok, namun
setiap siswa bertanggung jawab menyusun laporan secara individu 4. Mengolah
data  Siswa membuat analisis dan pembahasan dari hasil mencari informasi di
buku siswa  Guru memberi pengarahan agar analisis dan pembahasan difokuskan
pada - Definisi pencemaran - Macam – macam definisi pencemaran lingkungan
antara lain : - Pencemaran air - Pencemaran udara - Pencemaran tanah 5.
Verifikasi/ pembuktian  Guru memberikan waktu pada setiap anggota kelompok
agar mensharekan hasil mencari informasi di buku siswa kepada anggota
kelompok lain, melalui teknik berikut: - Guru memberi waktu pada setiap anggota
kelompok untuk menemukan pasangan dari anggota kelompok lainnya dengan
waktu 5 hitungan - Dalam hitungan ke-5 setiap anggota kelompok sudah harus
dapat menemukan pasangan dari anggota kelompok lain - Guru membuat
kesepakatan bersama dengan siswa tentang hukuman bagi siswa yang tidak dapat
menemukan pasangan dalam waktu 5 hitungan  Pasangan siswa saling
meceritakan hasil kelompoknya dan mengemukakan hasil analisis dan
pembahasannya  Jika ada perbedaan antara hasil percobaan kelompok satu dan
lainnya, siswa dapat saling berargumen 6. Kesimpulan  Siswa kembali pada
kelompok awalnya masing-masing  Guru meminta perwakilan 3 orang dari siswa
untuk memaparkan hasil dan pembahasan di depan kelas secara bergantian  Guru
membimbing diskusi kelas sampai ditemukan kesimpulan oleh siswa yaitu tentang
definisi pencemaran dan macam – macam pencemaran lingkungan  Guru meminta
siswa untuk menjelaskan jawaban masalah yang ditemukan di awal pertemuan
Penutup  Guru memberikan penguatan materi pada siswa, dan memberikan tugas
untuk materi berikutnya  Guru memberikan penghargaan pada kelompok yang
melaksanakan pembelajaran dengan baik 20 Menit 19 BAB III PENUTUP 3.1
Kesimpulan Pembelajaran discovery learning adalah suatu metode untuk
mengembangkan cara belajar siswa aktif dengan menemukan sendiri, menyelidiki
sendiri, maka hasil yang diperoleh akan setia dan tahan lama dalam ingatan, tidak
akan mudah dilupakan siswa. Dengan belajar penemuan, anak juga bisa belajar
berfikir analisis dan mencoba memecahkan sendiri problem yang dihadapi.
Kebiasaan ini akan ditransfer dalam kehidupan bermasyarakat. Tujuan penggunaan
discovery learning ini adalah: (1) merupakan suatu cara untuk mengembangkan
cara belajar siswa aktif; (2) dengan menemukan dan menyelidiki sendiri konsep
yang dipelajari, maka hasil yang diperoleh akan tahan lama dalam ingatan dan
tidak mudah dilupakan siswa; (3) pengertian yang ditemukan sendiri merupakan
pengertian yang betul-betul dikuasai dan mudah digunakan atau ditransfer dalam
situasi lain; (4) dengan menggunakan strategi discovery anak belajar menguasai
salah satu metode ilmiah yang akan dapat dikembangkan sendiri; (5) siswa belajar
berpikir analisis dan mencoba memecahkan problema yang dihadapi sendiri,
kebiasaan ini akan ditransfer dalam kehidupan nyata 3.2 Saran Karena model
pembelajaran discovery learning hanya dapat dipakai untuk materi materi tertentu,
maka seorang guru atau seorang calon guru disarankan agar mampu memilih dan
memilah materi mana yang tepat dan cocok yang dapat diterapkan dalam proses
belajar agar tidak menyita waktunya juga tidak hanya melibatkan beberapa siswa
saja, karena model pembelajaran discovery diperlukan keaktifan seluruh siswa.
Selain itu alat – alat bantu mengajar (audio visual, dll) haruslah diusahakan oleh
guru atau calon guru yang hendak menerapkan metode ini, tujuannya untuk
memberikan siswa pengalaman langsung. 20
DAFTAR PUSTAKA
Affan, Junimar. 1990. Generalisasi. Banguntapan Jogjakarta:Diva press. A.M.
Sardiman. 2005. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta:Raja Grafindo
Persada. Bell, F.H. 1978. Teaching and Learning Mathematics in Scondary School.
New York: Wm C Brown Company Publiser. Bruner, J.S. (1961). “The Act of
Discovery”. Romey, W.D. (1968). Inquiry Techniques For Teaching Science. New
Jersey: Prentice Hall, INC, Englewood Cliffts. Budiningsih, Asri. 2005. Belajar
dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Dahar, Ratna Wilis, 1989, Teori Belajar,
Jakarta: Erlangga Press Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Psikologi Belajar. PT.
Rineka Cipta: Jakarta. 2005. Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif Suatu
Pendekatan Teoretis Psikologis. Rineka Cipta: Jakarta. Ratumanan. 2002. Model
Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif.
Jakarta: Bumi Aksara. Roestiyah, N.K. 1998. Strategi Belajar Mengajar. Rineka
Cipta. Jakarta. Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya.
Jakarta: Rineka Cipta. Slavin R. 1997. Cooperative Learning. Second Edition.
Allyn & Bacon. A Simon & Aschuster Company. Sprinthall, Norman. A &
Sprinthall, Richard. C. 1990. Educational Psychology, A Developmental Approach,
5th ed. Singapore: McGraw-Hill, Inc. Syah. 2004. Psikologi Pendidikan dengan
Pendekatan Baru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Winddiharto. 2004. Model-
model Pembelajaran Jakarta: Gema Pena

You might also like