You are on page 1of 19

Pengantar Hukum

Indonesia Ujian Tengah Semester

TATA HUKUM

I. Pendahuluan

Tata Hukum atau rechts orde merupakan susunan hukum yang terdiri atas aturan-
aturan hukum yang tertata sedemikian rupa sehingga orang mudah menemukan
apabila membutuhkan pada suatu peristiwa di masyarakat.

Tata Hukum antara satu sama lain berhubungan dan saling menentukan.

Tata Hukum Indonesia adalah seperangkat aturan-aturan hukum yang ditetapkan


oleh Pemerintah Indonesia yang ditata sedemikian rupa yang antara satu sama
lain saling berhubungan dan menentukan.

Aturan hukum bersifat dinamis, oleh karena itu atruan yang sudah tidak memenuhi
kebutuhan masyarakat perlu diganti dengan peraturan yang sesuai.

Empat kerangka utama adalah HTN, HAN, Hukum Pidana, dan Hukum Perdata

A. Pendapat Soedikno Mertokusumo dan Van Appledorn


Suatu tata hukum yang selalu berubah-ubah mengikuti perkembangan masyarakat di
tempat mana tata hukum itu berlaku memenuhi perasaan keadilan berdasarkan kesadaran
hukum masyarakat.

B. Fungsi Pembelajaran Tata Hukum Indonesia


 Menyelesaikan Perkara dengan Baik
 Mengetahui Hukum yang Berlaku Pada Saat Ini
Contoh
Undang-Undang No.1 Tahun 1974 mengenai Pernikahan, akan tetapi pasangan
yang menikah sebelum tahun 1974 terikat oleh hukum yang berlaku pada saat itu.

C. Sejarah Tata Hukum Indonesia


Sebelum kedatangan Belanda pada 1596, masyarakat di Indonesia umumnya
menggunakan hukum adat (tidak tertulis)

1. Periode Kekuasaan VOC (1602 – 1799)


Orang belanda yang ada di Indonesia tunduk pada ketentuan yang dibawa oleh awak
kapal Belanda.

2. Periode Kekuasaan Pemerintahan Kolonial Belanda (1800 – 1942)

a. Belsuiten Regerings (1800-1855)


Raja mengatur urusan di Belanda dan Daerah Jajahan, walaupun dalam praktiknya
dilaksanakan oleh Gubernur Jenderal.

Rafi Natapradja FH UI 2018 – Awas Diktat Sesat! Page 1


Pengantar Hukum
Indonesia Ujian Tengah Semester

Berlaku peraturan pusat atau Algemene Verodering yang dikeluarkan raja disebut
Koninlijk Besluit (K.B.) KB berupa tindakan eksekutif,ketetapan, dan tindakan
legislatif.

b. Regerings Reglement (1855 – 1926)


Merupakan UUD pemerintah Kolonial Belanda. Peraturan Pusat atau Algemene
Verordering tersusun
 Wet (UU)
 K.B. (Raja)
 Kroon-Ordonantie (Dikeluarkan Menteri)
 Ordonantie (Dikeluarkan oleh Gubernur Jenderal).

c. Indische Staatsregeling (1926 – 1942)


Pada 1922 terjadi perubahan UUD Belanda, kemudian pada 1 Januari 1926 tata
hukum di Hindia Belanda dari RR berubah menjadi IS. IS tersusun atas
 Wet (UU)
 K.B. (Raja)
 Ordonantie (Badan Hindia Belanda)

3. Periode Kekuasaan Imperial Jepang (1942 – 1945)


Sistem Hukum yang berlaku adalah Gun Seirei dan Osamu Seirei.

D. Pluralisme Sistem Hukum dan Penggolongan Masyarakat Hindia Belanda

Pluralisme Sistem Hukum atau Legal Pluralism merupakan situasi dimana dua atau
lebih sistem hukum bekerja secara berdampingan dalam suatu wilayah. Pada
periode ini berlaku Sistem Hukum Adat, Sistem Hukum Islam, dan Sistem Hukum
Barat.

Pluralisme Hukum ada terutama pada bidang hukum perdata yang sulit untuk di
unifikasi. Unifikasi dapat diterapkan pada bidang hukum publik yang bersifat netral.

1. Pasal 131 I.S


a. Hukum Perdata, Pidana, Acara Perdata, Acara Pidana, dan Dagang di kodifikasi
kedalam Kitab Undang-Undang (Wetboek)
b. Golongan Eropa menganut Asas Konkordansi dimana peraturan bagi mereka
dicontoh atau sama dengan peraturan di Eropa
c. Golongan Bumiputera dan Timur Asing apabila kebutuhan masyarakat
mengkehendaki maka berlaku bagi mereka peraturan-peraturan bagi golongan
Eropa.
Posisi norma yang bertalian dengan agama dan adat dihargai selama tidak
bertentangan dan menyimpang dengan kepentingan umum.

d. Golongan Bumiputera dan Timur Asing diperbolehkan menundukan diri


terhadap hukum golongan Eropa.

Rafi Natapradja FH UI 2018 – Awas Diktat Sesat! Page 2


Pengantar Hukum
Indonesia Ujian Tengah Semester

e. Hukum Perdata atau Dagang untuk Golongan Timur Asing dan Bumiputera
(Hukum Adat ) tetap berlaku sepanjang belum diubah menurut pasal 131 I.S.

2. Pasal 163 I.S.


a. Penghuni-penghuni Indonesia dibedakan dalam golongan Eropa, Bumiputera,
dan Timur Asing dengan hukum yang berbeda
b. Golongan Eropa terdiri dari :
 Orang Belanda
 Orang Eropa kecuali Belanda
 Warga negara Jepang dan mereka yang tak termasuk Eropa dan
Jepang yang hukum keluarganya pada asasnya sama dengan hukum
keluarga Belanda.
 Anak-anak dari orang-orang tersebut di atas, lahir di Indonesia atau
menurut UU diakui sah.
c. Golongan Pribumi terdiri dari :
 Penghuni pribumi yang tidak pindah ke golongan lain, dengan catatan
berlakunya hukum perkawinan Kristen bagi yang beragama Kristen.
 Mereka yang telah meleburkan diri ke dalam golongan Pribumi.
d. Golongan Timur Asing
 Timur Asing Tionghoa
 Timur Asing Bukan Tionghoa (Arab dan India)

HUKUM TATA NEGARA


I. Pendahuluan
Hukum Tata Negara atau Staatsrecht memiliki dua arti yaitu
a. Hukum Tata Negara dalam Arti Luas atau Staatsrecht ini Rumiere Zin
b. Hukum Tata Negara dalam Arti Sempit atau Staatsrecht in Engere Zin
Hukum Tata Negara Positif dalam suatu negara tertentu (Ius Constitutum)

Hukum Tata Negara Dalam Arti Luas

Hukum Tata Negara Hukum


Dalam Arti Sempit Administrasi
Negara

Rafi Natapradja FH UI 2018 – Awas Diktat Sesat! Page 3


Pengantar Hukum
Indonesia Ujian Tengah Semester

II. Istilah

A. Vollenhoven
Hukum Tata Negara merupakan hukum yang mengatur masyarakat hukum atasan
dan masyarakat hukum bawahan menurut tingkatannya, wilayah lingkungan
rakyatnya, badan-badan dan fungsinya, serta susunan dan wewenangnya. Hukum
Tata Negara melihat negara dalam keadaan diam atau statis.

B. P Scholten
Hukum Tata Negara merupakan hukum yang mengatur organisasi negara. Hukum
Tata Negara dibedakan dengan Hukum Gereja dan Hukum yang mengatur organisasi
lain.
Hukum Tata Negara dimasukkan kedalam hukum publik ditinjau dari :
1. Pribadi perlaku hubungan hukum
2. Tujuan Hukum
3. Kepentingan Hukum
4. Kaidah yang terumuskan

C. Logemann
Hukum Tata Negara merupakan hukum yang mengatur organisasi negara.
Menurut Logemann Jabatan merupakan pengertian yuridis dari fungsi, sedangkan
fungsi merupakan pengertian sosiologis.

Dalam pengertian yuridis negara merupakan organisasi jabatan atau ambten


organisatie.

III. Lingkup Hukum Tata Negara


Menurut Logemann Lingkup HTN mencakup
A. Personleer (Ajaran tentang pribadi)
Mengatur Persoon dalam arti hukum meliputi masalah manusia sebagai subjek
hukum yang mempunyai kewajiban, hak personifikasi, perwakilan, timbul dan
hilangnya kepribadian hukum, atau hak organisasi serta pembatasan wewenang.

B. Gebiedsleer (Ajaran Tentang Tingkah laku)


Mengenai batas, cara, waktu, lingkup wilayah pribadi atau kelompok pribadi dapat
bersikap tindak menurut kaidah yang berlaku.

IV. Cakupan Hukum Tata Negara menurut Logemann


a. Pembentukan jabatan dan susunanya
b. Penunjukan pejabat
c. Kewajiban dan tugas yang berkaitan dengan jabatan
d. Kekuasaan atau kewibawaan, hak dan kewenangan terkait jabatan
e. Hubungan timbal balik kewibawaan jabatan
f. Penggantian Jabatan
g. Hubungan antara jabatan dan pemangku jabatan

Rafi Natapradja FH UI 2018 – Awas Diktat Sesat! Page 4


Pengantar Hukum
Indonesia Ujian Tengah Semester

V. Asas Hukum Tata Negara

a. Asas Ketuhanan Yang Maha Esa


Setiap warga negara Indonesia diakui sebagai insan beragama sesuai paham Ketuhanan
Yang Maha Esa.

b. Asas Negara Hukum dan The Rule of Law


Negara Indonesia menghendaki negara modern dengan pemerintahan Respublica.
Konstitusi secara tegas menyatakan Indonesia adalah negara hukum (rechtstaat) dengan
prinsip supremasi hukum, pembatasan dan pemisahan kekuasaan, jaminan hak asasi
manusia, peradilan yang tidak memihak, dan persamaan di mata hukum.

Prinsip the rule of law menyatakan bahwa Hukum yang menjadi panglima tertinggi dalam
penyelenggaraan negara. Dimana kekuasaan dijalankan oleh hukum.
c. Asas Kedaulatan Rakyat dan Demokrasi
Asas yang menganut dimana kekuasaan tertinggi dimiliki oleh rakuat. Kekuasaan
hendaklah diselenggarakan bersamaan dengan rakyat menurut prosedur konstitusional
(constitutional democracy).

d. Asas Demokrasi Langsung dan Perwakilan


Asas Demokrasi Langsung diimplementasikan dengan penyelenggaraan pemilihan umum
dan pelaksanaan referendum.
Asas Demokrasi Perwakilan diimplementasikan melalui sistem perwakilan oleh Dewan
Perwakilan Rakyat dan Dewan Perwakilan Daerah.

e. Asas Pemisahan Kekuasaan dan Check and Balances


Menganut prinsip division of power yang memisahkan kekuasaan secara vertikal, dan
separation of power yang memisahkan kekuasaan secara horizontal atau sederajat.

Pemisahan Kekuasaan didasarkan pada prinsip check and balances dimana masing-
masing lembaga negara (eksekutif, legislatif, dan yudikatif) memeriksa, membatasi dan
mengendalikan satu sama lain. Hal ini guna mencegah terjadinya penyalahgunaan
kekuasaaan dan kesewenangan.

f. Asas Pemerintahan Presidensial


Presiden dan Wakil Presiden merupakan satu institusi penyelengara kekuasaan eksekutif
tertinggi negara. Menganut prinsip concentration of power and responsibility upon the
President.

g. Asas Pengakuan atas Hak Asasi Manusia


Adanya perlindungan dan penghormatan konstitusional terhadap hak asasi manusia,
dengan jaminan hukum bagi tuntutan penegakannya melalui proses yang adil.

Rafi Natapradja FH UI 2018 – Awas Diktat Sesat! Page 5


Pengantar Hukum
Indonesia Ujian Tengah Semester

HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

I. Pendahuluan

Hukum Administrasi Negara merupakan Hukum yang mengatur tentang seluk beluk
administrasi negara dan hukum yang merupakan hasil ciptaan administrasi negara itu
sendiri. (Prajudi Atmosudirjo)

Hukum Administrasi Negara merupakan hukum yang dibuat oleh administrasi negara itu
sendiri dan hukum yang mengontrol pejabat administrasi negara. (James Hart)

Berdasarkan definisi James Hart, HAN mengatur empat hal diantaranya


a. Kewenangan dari Pejabat Administrasi Negara
b. Batas kewenangan dari Pejabat Administrasi Negara
c. Sanksi apabila melanggar
d. Upaya hukum warga untuk membela hak dan kepentingan saat berhadapan
dengan administrasi negara.

II. Cakupan Hukum Administrasi Negara


a. Organisasi atau Institusi
b. Bagaimana mengisi jabatan dalam organisasi
c. Berlangsungnya pelaksanaan tugas dari jabatan
d. Pemberian pelayanan dari aparatur terhadap masayarakat

III. Dimensi Hukum Administrasi


a. Dimensi Institusional
Administrasi Negara merupakan aparatur negara yang dibawahi dan digerakkan
oleh Presiden.
b. Dimensi fungsional
Administrasi negara berfungsi menerapkan undang-undang.
c. Dimensi proses
Administrasi negara merupakan proses tata penyelenggaraan tugas-tugas
pemerintahan.

IV. Ruang Lingkup Hukum Administrasi Negara


Pembidangan Hukum Administrasi Negara (Residue Theory)
a. Staatsrecht (Materil) disebut juga Hukum Tata Negara
 Bestuur (Pemerintahan)
 Rechtspraak (Peradilan)
 Politie (Kepolisian)
 Regeling (Perundangan)

b. Burgerlijkerecht (Materil) disebut juga Hukum Perdata


c. Strafrecht (Materil) disebut juga Hukum Pidana
d. Admininstrasi Negara (Materil dan Formil)

Rafi Natapradja FH UI 2018 – Awas Diktat Sesat! Page 6


Pengantar Hukum
Indonesia Ujian Tengah Semester

 Bestuursrecht (Hukum Pemerintahan)


 Justitierecht (Hukum Peradilan) meliputi
i. Staatsrechterlijke Rechtspleging (Peradilan Tata Usaha Negara)
ii. Administrative Rechtspleging (Peradilan Administrasi Negara)
iii. Burgerlijke Rechtspleging (Hukum Acara Perdata)
iv. Strafrechtspleging (Hukum Acara Pidana)
 Politierecht (Hukum Kepolisian)
 Regelaarsrecht (Hukum Proses Perundangan)

V. Sumber Hukum Administrasi Negara


Hukum Administrasi Negara terbagi atas
A. HAN Heterenom
HAN Heteronom merupakan hukum mengenai seluk beluk organisasi dan fungsi
administrasi negara. Bersumber pada UUD, TAP MPR, dan UU.

B. HAN Otonom
HAN Otonom merupakan hukum operasional yang ada dalam administrasi negara itu
sendiri

VI. Hubungan HAN Heteronom dan HAN Otonom


a. HAN Otonom merupakan pelaksanaan dari HAN Heteronom
b. HAN Heteronom memberi kewenangan pada HAN Otonom
c. HAN Otonom harus bersandar dan tidak bertentangan dengan HAN Heteronom
d. HAN Otonom lebih rendah dari HAN Heteronom
e. HAN Otonom hanya disebutkan dalam UUD 1945 sedangkan HAN Heteronom diatur
dalam UUD 1945

VII. Wewenang Pemerintah


Dalam arti sempit merupakan hak untuk menjalankan suatu urusan pemerintah. Dalam
arti luas mempengaruhi keputusan yang diambil oleh instansi pemerintah lainnya.

a. Atribusi
Pemberian wewenang pemerintahan yang baru oleh suatu peraturan perundang-
undangan untuk melaksanakan pemerintahan secara penuh (Produk Legislatif).

b. Delegasi
Pelimpahan wewenang yang berasal dari wewenang atribusi kepada pejabat
administrasi negara, tidak secara penuh. Delegasi merupakan pelimpahan tidak
secara penuh, tidak termasuk wewenang pembuatan kebijakan dalam rangka rules
application.

Delegasi tidak perlu menyertakan nama pemberi wewenang dalam membuat


peraturan

Rafi Natapradja FH UI 2018 – Awas Diktat Sesat! Page 7


Pengantar Hukum
Indonesia Ujian Tengah Semester

c. Mandat
Pemberian tugas antara mandans kepada mandataris. Wewenang tetap berada di
tangan mandans, dan mandataris hanya melaksanakan perintah.
Mandataris harus menyertakan nama pemberi mandat dalam membuat peraturan

VIII. Asas Hukum Administrasi Negara

a. Asas yuridikitas (rechtmatingheid)


Setiap tindakan pejabat administrasi negara tidak boleh melanggar hukum (harus
sesuai dengan rasa keadilan dan kepatutan).

b. Asas legalitas (wetmatingheid)


Indonesia adalah negara hukum, maka asas legalitas adalah hal yang paling utama
dalam setiap tindakan pemerintah. Setiap tindakan pejabat administrasi negara harus
ada dasar hukumnya (ada peraturan dasar yang melandasinya).

c. Asas Diskresi (Fries Ermessen)


Kebebasan seorang pejabat administrasi negara untuk mengambil keputusan
berdasarkan pendapatnya sendiri tetapi tidak bertentangan dengan legalitas. Macam-
macam diskresi diantaranya
1. Diskresi Bebas
Kebebasan seorang pejabat utuk membentuk keputusan baru yang tidak
ditentukan dalam undang-undang.
2. Diskresi Terikat
Dalam mengambil keputusan seorang pejabat menentukan pilihan yang telah
ditentukan dalam undang-undang.
Sisi Negatif Diskresi adalah Detournement du Pouvoir (Melampaui batas Kekuasaan),
Abuse of Power (Penyalahgunaan Kekuasaan), dan Ultravires (Melampaui
Kewenangan)
d. Asas Umum Pemerintahan Yang Baik atau AUPB
1. Asas Kepastian Hukum (Legality)
2. Asas Keseimbangan (Proportionality)
3. Asas Kesamaan (Equality)
4. Asas Bertindak Cermat (Carefulness)
5. Asas Motivasi (Motivation)
6. Asas Larangan Mencampuradukan kewenangan (Non misuse of competence)
7. Asas Kejujuran dalam Bertindak (Principle of Fair Play)
8. Asas Larangan bertindak sewenang-wenang ( Prohibition of arbitrariness)
9. Asas Pengharapan (Principle of meeting raised expectation)
10. Asas Meniadakan akibat keputusan yang batal (Consequences of an annulled
decisions)
11. Asas Perlindungan terhadap pandangan hidup (Protecting the personal way of
life)

Rafi Natapradja FH UI 2018 – Awas Diktat Sesat! Page 8


Pengantar Hukum
Indonesia Ujian Tengah Semester

IX. Peraturan Perundangan


Pejabat administrasi negara dalam menjalankan tindakan pemerintahan keputusan
dalam arti luas (beschikking) yang berbentuk :
a. Keputusan Pemerintah atau Regerings Belsuit yang bersifat pengaturan, umum,
abstrak, impersonal, dan terus menerus.
b. Penetapan Administrasi atau Administrative Beschikking bersifat individual,
konkret, kasual, dan sekali selesai.

X. Perbedaan Hukum Tata Negara dan Hukum Administrasi Negara

Hukum Tata Negara Hukum Administrasi Negara


Mengatur Keseluruhan Aspek Konstitusi Mengatur Satu Aspek Konstitusi Yaitu
Administrasi
Hukum Tata Negara sama dengan negara Hukum Administrasi Negara adalah
dalamkeadaan tidak bergerak. sekumpulan peraturan hukum yang mengikat
badan-badan dan negara jika badan itu mulai
menggunakan wewenangnya.
Mengatur bentuk,susunan, alat perlengkapan, Mengatur cara kerja alat kelengkapan negara.
tugas dan wewenang negara

Pendapat Oppenheim
Pendapat Vollenhoven

Pendapat Dr. H. Ishaq S.H.,M.Hum, dalam buku Pengantar Hukum Indonesia,cet.4,


Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, 2014, hlm.63

HUKUM PIDANA
I. Pendahuluan
Hukum Pidana Indonesia pada awalnya bersifat dualisme.

a. Het Wetboek Van Strafrecht Vor Europeanen (S.1886 Nomor 55)


Berlaku bagi golongan Eropa mulai 1 Januari 1867.
b. Het Wetboek Van Strafrecht Voor Inlands en Daarmede Gelijkgestelde (S.1872
Nomor 85) Berlaku bagi golongan pribumi mulai 1 Januari 1873.

Pada 1915 diberlakukan KUHP bagi semua penduduk Indonesia dan berlaku efektif
pada 1918. Terjadilah Unifikasi Hukum atau penyeragaman hukum untuk suatu bidang
tertentu dalam suatu wilayah.

Rafi Natapradja FH UI 2018 – Awas Diktat Sesat! Page 9


Pengantar Hukum
Indonesia Ujian Tengah Semester

Pada 1915 diberlakukan KUHP bagi semua penduduk Indonesia dan berlaku efektif
pada 1918. Terjadilah Unifikasi Hukum atau penyeragaman hukum untuk suatu bidang
tertentu dalam suatu wilayah.

Sedangkan Kodifikasi Hukum menurut R. Soeroso dalam bukunya Pengantar Ilmu


Hukum (hal. 77) adalah pembukuan hukum dalam suatu himpunan undang-undang
dalam materi yang sama.

Contoh Kodifikasi Hukum adalah pembukuan secara sistematis KUHP dan KUHPer
yang tersusun atas Buku I Tentang Orang, Buku II Tentang Benda, Buku III Tentang
Perikatan, dan Buku IV Tentang Pembuktian dan Kadaluwarsa.

II. Hukum PIdana


Istilah Hukum Pidana menurut Prof Satochid Kartanegara disebut dengan Ius Poenale
atau Hukum Pidana dalam Arti Objektif.

Dalam ilmu hukum pidana dikenal perbedaan antara ius poenale atau hukum pidana
dan ius puniendi atau hak memidana.

a. Hukum Pidana dalam Arti Objektif (Ius Poenale) merupakan sejumlah peraturan
yang mengandung larangan-larangan atau keharusan-keharusan dimana
terhadap pelanggarnya diancam dengan hukuman.

Ius Poenale terbagi dalam


 Hukum Pidana Materil
Sejumlah peraturan tentang perbuatan yang dapat diancam dengan
hukuman, siapa yang dapat dihukum, dan bentuk hukuman yang dapat
dijatuhkan terhadap oran yang melakukan perbuatan yang bertentangan
dengan undang-undang.

 Hukum Pidana Formil


Sejumlah peraturan yang mengandung cara-cara negara menggunakan
haknya dalam mengadili dan memberikan hukuman terhadap orang yang
diduga melakukan tindak pidana.

b. Hukum Pidana dalam Arti Subjektif (Ius Puniendi) merupakan sejumlah peraturan
yang mengatur negara dalam menghukum seseorang melakukan perbuatan yang
dilarang. (Hak memidana)

Rafi Natapradja FH UI 2018 – Awas Diktat Sesat! Page 10


Pengantar Hukum
Indonesia Ujian Tengah Semester

III. Peristiwa Pidana atau Delik

Delik atau Peristiwa Pidana merupakan ruang lingkup Hukum Pidana.


Menurut D. Simons, peristiwa Pidana adalah perbuatan salah dan melawan hukum
yang diancam pidana dan dilakukan seseorang yang mampu bertangung jawab.

A. Unsur-Unsur Peristiwa Pidana


1. Sikap Tindak atau Perikelakuan Manusia
Perbuatan manusia itu harus melawan hukum atau wederrechtelijk
2. Masuk lingkup laku perumusan kaidah hukum pidana.
Perbuatan itu diancam dengan Pidana atau strafbaar gesteld dalam undang-
undang.

Nullum Delictum Noella Poena Sine Praevia Lege Poenali (Asas Legalitas)

Tidak ada tindak pidana/delik, tidak ada hukuman tanpa (didasari)


peraturan yang mendahuluinya. Asas legalitas ini terdapat dalam pasal 1
ayat (1) KUHP.

“Suatu perbuatan tidak dapat dipidana, kecuali berdasarkan kekuatan


ketentuan perundang-undangan pidana yang telah ada”

Empat Unsur Yang Terkandung dalam Asas Legalitas menurut Jescheck dan
Weigend (Machteld Boot: 2001):
 Asas Non Retroaktif
Terhadap ketentuan pidana tidak boleh berlaku surut
(Nullum crimen nulla poena sine lege praevia)
 Asas Tidak Boleh Melakukan Analogi dan harus ditafsirkan secara ketat
(Nullum crimen poena sine lege stricta)
 Asas Harus Tertulis dan Tidak Boleh dipidana berdasarkan kebiasaan
(Nullum crimen nulla poena sine lege scripta/lex scripta)
 Asas Ketentuan Pidana Harus Jelas
(Nullum crimen nulla poena sine lege certa)

3. Melanggar Hukum, kecuali ada dasar pembenaran


4. Didasari pada kesalahan, kecuali ada dasar penghapusan kesalahan.

B. Sikap Tindak Yang Dapat Dihukum


1. Perilaku Manusia
2. Terjadi dalam suatu keadaan yang menggolongkan sikap tindak itu dalam
keadaan melanggar huikum.
3. Pelaku seharusnya dan sepantasnya mengetahui perbuatannya merupakan
pelanggaran hukum
4. Tidak ada penyimpangan kejiwaan yang mempengaruhi sikap tindak tersebut.

Rafi Natapradja FH UI 2018 – Awas Diktat Sesat! Page 11


Pengantar Hukum
Indonesia Ujian Tengah Semester

C. Penggolongan Delik

a. Delik Formil
Merupakan penekanan terhadap sikap tindak atau perikelakuan yang dilarang,
tanpa merumuskan akibat lanjutannya.

Contoh : Pasal 297 KUHP Perdagangan Wanita dan Anak Laki-laki yang belum
dewasa dapat dipenjara paling lama enam tahun.

b. Delik Materil
Merupakan penekanan sikap tindak atau perikelakuan yang dilarang karena akibat
yang ditimbulkan.

Contoh : Pasal 359 KUHP menyatakan konsekuensi bagi siapa saja yang karena
kelalaian menyebabkan matinya seseorang.

c. Delik Dolus
Perbuatan yang dilakukan dengan sengaja yang dilarang dan diancam pidana.

Pasal 338 KUHP – Barangsiapa dengan sengaja merampas nyawa orang lain
diancam karena pembunuhan dengan pidana penjara paling lama lima belas
tahun.

 Dolus Generalis merupakan perbuatan pidana yang ditujukan pada semua


orang. (Meracuni sumber air yang diminum banuak orang)
 Dolus Indeterminatus merupakan peristiwa pidana dimana objeknya tidak
tentu
 Dolus Determinatus merupakan peristiwa pidana dimana objeknya tentu.

d. Delik Culpa
Perbuatan yang terjadi karena kelalaian.

Pasal 359 - Barangsiapa karena kesalahannya (kealpaannya) menyebabkan


oranglain mati diancam dengan pidana paling lama lima tahun atau pidana
kurungan paling lama satu tahun.

e. Delik Komisionis
Delik yang terjadi karena seseorang melangar larangan (berupa delik formil dan
materil).

Pasal 362 – Pencurian


Pasal 338 – Pembunuhan

Rafi Natapradja FH UI 2018 – Awas Diktat Sesat! Page 12


Pengantar Hukum
Indonesia Ujian Tengah Semester

f. Delik Comisionis Per Omisionem Comisa


Delik yang pada umumnya dilakukan dengan perbuatan tetapi pula terjadi seolah-
olah tanpa suatu perbuatan. Dimuat dalam Pasal 338 KUHP dengan bentuk Ibu
merampas nyawa anak dengan tidak memberi makan anak.

g. Delik Omisionis
Delik yang terjadi karena seseorang melalaikan suruhan (tidak berbuat) dan
melanggar perintah, biasanya dalam delik formil.
Pasal 164 – telah mengetahui ada permufakatan melakukan kejahatan, tidak
segera memberitahukan kepada polisi atau orang yang terancam.

Pasal 165 ayat 2 - mengetahui bahaya kejahatan berdasarkan ayat satu, telah
membahayakan nyawa pada saat akibat masih bisa dicegah, dengan sengaja tidak
memberitahukan kepada pihak tersebut.

h. Delik Without Victim atau peristiwa pidana tanpa adanya korban


i. Delik With Victim atau peristiwa pidana ada korban

D. Penggolongan Delik Lain


a. Delik Dasar
Merumuskan suatu sikap tindak atau perilaku yang dilarang.

Contoh : Pasal 338 KUHP “Barangsiapa dengan siapa merampas nyawa orang lain,
dapat diancam karena pembunuhan dengan pindana penjara paling lama 15
tahun.”

b. Delik Memberatkan
Merumuskan sikap tindak karena suatu keadaan diancam hukuman yang lebih
berat.

Contoh : Pasal 340 KUHP “Barangsiapa dengan sengaja dan dengan rencana
terlebih dahulu merampas nyawa orang lain, diancam karena pembunuhan
berencana, dengan pidana mati atau penjara seumur hidup, atau selama waktu
paling lama dua puluh tahun.”

c. Delik Meringankan
Merumuskan sikap tindak tertentu karena suatu keadaan mendapat keringanan
hukuman.

Contoh : pasal 341 KUHP “Seorang ibu yang takut ketahuan melahirkan anak,
menghilangkan nyawa anaknya dapat diancam pidana penjara paling lama tujuh
tahun.”

E. Pembedaan Peristiwa Pidana Menurut KUHP


a. Percobaan (Pogging) atau Membantu (Medeplichtigheid) pelanggaran tindak
dipidana

Rafi Natapradja FH UI 2018 – Awas Diktat Sesat! Page 13


Pengantar Hukum
Indonesia Ujian Tengah Semester

b. Daluwarsa (Verjaring)
c. Pengaduan (Klacht)
d. Pembarengan (Samenloop)

F. Asas-asas dalam Hukum Pidana


a. Asas Legalitas
Ketentuan pidana harus tertulis. Tidak ada tindak pidana/delik, tidak ada hukuman
tanpa (didasari) peraturan yang mendahuluinya. Pasal 1 Ayat 1 KUHP.

Tujuan adalah menghindari kesewenangan penguasa, memberitahu masyarakat


kateogori tindak pidana, dan menjamin kebebasan individu.

b. Asas Non Retroaktif


Sebuah undang-undang hukum tidak boleh berlaku surut. Ketentuan undang-
undang pidana tidak dapat diterapkan pada perbuatan yang dilakukan sebelum
berlakunya undang-undang pidana. Pasal 1 ayat 1 KUHP.

c. Asas Tidak Boleh Melakukan Analogi


Sebuah peraturan perundang-undangan tidak boleh diperluas atau diabstraksi
artinya sehingga mencakup suatu peristiwa.

Analogi : menggunakan pasal yang mirip dengan kejahatan itu

Penafisran yang diperluas diperkenankan dalam hukum pidana yaitu menjalankan


kaidah suatu undang-undang yang tidak dinyatakan secara tegas.

d. Asas Teritorial
Berlakunya undang-undang hukum pidana dari suatu negara disandarkan pada
teritoir dimana perbuatan itu dilakukan, tempat dimana terletak di dalam wilayah,
dan dimana undang-undang hukum pidana berlaku.

Negara berdaulat wajib menjamin ketertiban hukum dalam wilayahnya.

Pasal 2 dan Pasal 3 KUHP.

Contoh:
Pasal 2 KUHP : Ketentuan Pidana dalam perundang-undangan Indonesia
diterapkan bagi setiap orang yang melakukan tindak pidana di Indonesia.

Pasal 3 KUHP : Ketentuan Pidana dalam perundang-undangan Indonesia berlaku


bagi setiap orang di luar wilayah Indonesia melakukan tindak pidana di kendaran
air atau pesawat udara Indonesia.

Rafi Natapradja FH UI 2018 – Awas Diktat Sesat! Page 14


Pengantar Hukum
Indonesia Ujian Tengah Semester

e. Asas Nasionalitas Aktif atau Personalitas


Undang-Undang Hukum Pidana Suatu Negara disandarkan pada
kewarganegaraan atau nasionalitasnya seseorang yang melakukan perbuatan.

Pasal 5, 6, & 7 KUHP.


Pasal 5 KUHP : Ketentuan pidana dalam perundangan Indonesia ditetapkan bagi
warga negara yang diluar Indonesia melakukan
Pasal 6 KUHP : Tidak dijatuhkan pidana mati jika menurut perundang-undangan
negara di mana perbuatan dilakukan tidak diancamkan pidana mati.
Pasal 7 KUHP : Ketentuan pidana dalam perundang-undangan Indonesia berlaku
bagi setiap pejabat yang di luar Indonesia.

f. Asas Nasionalitas Pasif atau Perlindungan


Asas ini disandarkan pada kepentingan hukum negara yang di langgar.
Dasar dari asas ini adalah bahwa setiap negara yang berdaulat wajib melindungi
kepentingnan hukum negaranya.

Pasal 4 KUHP : Ketentuan Pidana dalam Undang-Undang Indonesia berlaku bagi


tiap orang yang melakukan di luar Indonesia
a. Kejahatan Terhadap Keamanan Negara 104,106,107,108
b. Kejahatan mengenai mata uang
c. Pemalsuan Surat Hutang
d. Kejahatan mengenai pembajakan laut 438,444,445,dan 446

Pasal 8 KUHP : Ketentuan Pidana dalam Perundang-undangan Indonesia berlaku


bagi nahkoda dan penumpang perahu Indonesia, yag diluar Indonesia, sekalipun
diluar perahu.

g. Asas Universalitas
Undang-undang Hukum pidana dapat diberlakukan terhadap siapapun yang
melanggar kepentingan hukum dari seluruh dunia.

Disandarkan pada siapapun yang melanggar kepentingan hukum seluruh dunia


(Mengatur dalam bidang hukum publik seperti Korupsi, Terorisme, Kemanusiaan,
dan Money Laundering).

G. Sistematika Hukum Pidana


a. Buku I : Memuat aturan dan ketentuan umum yang memuat asas atau
prinsip serta peraturan umum yang terdapat dalam KUHP (Pasal 1 s.d. 103)
b. Buku II : Memuat aturan yang berkaitan dengan tindak Kejahatan (Pasal
104 s.d. 488)
c. Buku III : Memuat aturan yang berkaitan dengan tindak pelanggaran (Pasal 489-
569)

Rafi Natapradja FH UI 2018 – Awas Diktat Sesat! Page 15


Pengantar Hukum
Indonesia Ujian Tengah Semester

H. Dasar Hukum Pidana


a. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
b. UU No 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang
c. UU No.23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
d. UU No 25 Tahun 2003 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang
e. UU No 23 Tahun 2003 tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden
f. UU No.23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga

I. Sumber Hukum Pidana


a. Lex Generalis
 Kitab Undang Undang Hukum Perdata
b. Lex Specialis
 Kebiasaan atau Adat Istiadat
 Trakat
 Yurisprudensi
 Pendapat Sarjana Hukum atau Doktrin

IV. Subjek Hukum Pidana


a. Penanggung Jawab Peristiwa Pidana
i. Peristiwa Penuh
 Penanggung Jawab Mandiri atau Dader
Pelaku sikap tindaknya memenuhi semua unsur yang disebut dalam
perumusan peristwia pidana.
 Penanggung Jawab Bersama atau Mededader
Menjadi kawan pelaku (peranan satu sama lain derajatnya sama dan
memenuhi unsur peristwa pidana)
 Penanggung Jawab Serta atau Medepleger
Merupakan orang yang ikut serta melakukan tindak pidana.
 Penanggung Jawab Penyuruh Doenpleger
Seseorang yang menyuruh orang lain melakukan tindak pidana. Orang
yang disuruh sakit jiwa, overmacht atau menjalankan perintah, tidak
dipidana.
 Penanggung Jawab Pembujuk Uitlokker
Membujuk orang lain melakukan tindak pidana. Sama-sama menggerakan
orang untuk melakukan tindak pidana seperti Doenpleger. Tetapi Uitlokker
mampu bertanggung jawab penuh atas tindakannya. Opzet ada pada
orang yang dibujuk, dan hukuman maksimum.

ii. Penanggung Jawab Sebagian


 Percobaan (Pogging)
Pelaksanaan permulaan orang yang mempunyai kehendak (opzet) akan
kejahatan tidak selesai dilakukan semata-mata karena hal-hal masalah
yang terjadi di luar kehendaknya. Opzet subjektif melihat kehendak
jahatnya, sedangkan Opzet objektif melihat apakah membahayakan
kepentingan umum.

Rafi Natapradja FH UI 2018 – Awas Diktat Sesat! Page 16


Pengantar Hukum
Indonesia Ujian Tengah Semester

 Penanggung Jawab bantuan (Medeplechtigheid)


Dengan sengaja membantu, memberi kesempatan, daya upaya atau
keterangan untuk melakukan kejahatan. (Pasal 56 KUHP). Opzet pelaku
tidak terpengaruhi bantuan, hukuman maksimum dikurangi. Terbagi atas
Materielle Medeplechtigheid (Bantuan materil) dan Intelectualle
Medeplechtigheid (Bantuan Nasihat).
b. Polisi Yang Menyelidiki
c. Jaksa Yang Menuntut
d. Hakim Yang Mengadili
e. Penasihat Hukum
f. Petugas Lembaga Permasyarakatan

V. Kesalahan
Merupakan perbuatan melawan hukum yang dilakukan dengan sengaja atau karena
kelalaian dimana pelaku mampu bertanggung jawab dan tidak ada alasan pemaaf
atau pembenaran.

A. Memenuhi Unsur Kesalahan


1. Tindakan atau perbuatan melawan hukum
2. Dolus atau Culpa
3. Kemampuan Bertanggung Jawab
4. Tidak ada alasan pemaaf atau pembenaran

B. Bentuk Kesalahan
1. Terdapat dolus atau kesengajaan yang mengandung opzet atau kehendak atau
intention. Tingkatan Kensegajaan :
a. Sebagai Tujuan Maksud :memecahkan kaca untuk mengambil barang di
etalase
b. Sengaja dengan kesadaran yang pasti mengenai tujuan : Merusak tanggul
untuk membanjiri suatu wilayah
c. Sengaja dengan kemungkinan tercapainya tujuan : Mengemudi dengan
ceroboh dan kecepatan tinggi
Akibat dari Kesengajaan adalah :
a. Aberatio Ictus atau salah kena (diluar perhitungan yang berkehendak)
b. Dwalling atau kekeliruan. (Polisi salah tangkap A dan B yang identitas mirip,
Warga Monako yang ditangkap karena berjudi di Indonesia)

2. Culpa adalah kesalahan akibat kurang hati-hati atau ketidaksengajaan. Terbagi


atas
a. Levissima atau Kealpaan Ringan
b. Lata atau Kealpaan Berat
VI. Pidana
Menurut Sudarto, pidana adalah penderitan yang sengaja dibebankan kepada orang
yang melakukan perbuatan yang memenuhi syarat tertentu oleh penguasa yang
berwenang.

Rafi Natapradja FH UI 2018 – Awas Diktat Sesat! Page 17


Pengantar Hukum
Indonesia Ujian Tengah Semester

A. Teori Kewenangan Penguasa Menjatuhi Hukuman Pidana


1. Teori Absolut atau Teori Pembalasan (Dipidana sesuai dengan perbuatannya)
2. Teori Relatif atau Teori Tujuan (Menakuti agar tidak melakukan, memperbaiki
penghukuman atau mendidik)
3. Teori Gabungan (Berupa Pembalasan dan Pendidikan)

B. Jenis Pidana
1. Hukuman bagi yang sudah mampu bertanggung jawab atas perbuatannya
2. Perlindungan kepada masyarakat bagi pelaku yang belum mampu bertanggung
jawab atas perbuatannya.

Macam Pidana menurut Pasal 10 KUHP diantaranya


1. Pidana Pokok berupa
a. Pidana Mati
b. Pidana Penjara
c. Pidana Kurungan
d. Pidana Denda

2. Pidana Tambahan berupa


a. Pencabutan hak-hak tertentu
b. Perampasan barang-tertentu
c. Pengumuman putusan hakim.

VII. Alasan Memberatkan Hukum Pidana


1. Tanggung Jawab Majemuk atau Pembarengan (Samenloop) apabila
a. Seseorang melakukan tindak pidana yang memenuhi beberapa peraturan
pidana sekaligus
b. Berkali-kali bersikap tindak pidana yang berdiri sendiri, diantaranya tanpa ada
putusan yang mengadili, maka peristiwa diadili sekaligus.
Mencuri pada Januari 2000, Kemudain Mencuri kembali pada Februari 2000,
apabila belum diadili maka diadili sekaligus.

a. Concursus Idealis atau Eendadse Samenloop (Perbarengan Peristiwa)


Suatu tindakan memenuhi beberapa ketentuan pidana.
b. Concursus Realis atau Meerdadse Samenloop
Suatu tindakan yang menimbulkan beberapa peristiwa yang masing-masing
merupakan kejahatan yang belum diadili. Bersifat jamak dengan ancaman
pidana pokok yang tidak sejenis.

2. Recidive (Tindak Kejahatan yang dilakukan Berulang)


Beberapa peristiwa pidana yang berdiri sendiri dimana pada peristiwa tersebut pelaku
mengulangi kesalahannya. Alasan pemberat adalah akhlak buruk dan membahayakan
masyarakat. Berbeda dengan samenloop karena recidive terselang putusan hakim.

Rafi Natapradja FH UI 2018 – Awas Diktat Sesat! Page 18


Pengantar Hukum
Indonesia Ujian Tengah Semester

3. Ambtelijkheid (Kejahatan Yang Dilakukan Pejabat)


Kejahatan biasa yang kebetulan dilakukan oleh seorang pejabat yang menggunakan
kekuasaan dan sarana dari jabatannya.

VIII. Alasan Meringankan Hukum Pidana (Strafvermidering Gronden)


a. Pogging (Percobaan)
b Penanggung Jawab Bantuan atau Medepelighticheid (Perbantuan)
c. Anak Dibawah Usia 16 Tahun
Pasal 47 KUHP

IX. Alasan Menghapuskan Hukum Pidana (Strafuitsluit Ing Gronden)


A. Terdapat dua macam alasan penghapusan pidana :
a. Rechtsvaardigingsgrond (Pembenaran)
Algojo yang bertugas mengeksekusi mati seseorang yang dibenarkan karena
menjalankan tugasnya.
b. Schuld-oppheffigsgrond (Pemaaf)
Menghapuskan kesalahan seseorang yang melakukan tindak pidana karena tidak
mampu bertanggung jawab.atas perbuatannya. (gila)

B. Bentuk Penghapusan Pidana


a. Ontoerekeningvatbaarheid atau Ketidakmampuan bertanggung jawab karena
jiwa atau akal yang tidak tumbuh sempurna atau jiwa terganggu oleh penyakit.
b. Overmacht atau Keterpaksaan, terdapat dorongan yang tidak dapat dielakkan
baik jasmani maupun rohani. Pasal 48 KUHP
c. Noodweer atau pembelaan mendesak yang mengakibatkan terjadinya peristiwa
pidana Pasal 49 KUHP
d. Wettelijk voorschrift atau perbuatan yang dilakukan untuk menjalankan undang-
undang. Contoh adalah algojo. Pasal 50 KUHP
e. Ambtelijk Bevel atau perbuatan yang dilakukan untuk menjalankan perintah
jabatan. Pasal 51 KUHP
f. Noodtoestand ( Daya paksa timbul bukan karena perbuatan manusia
g. Dua Kepentingan Hukum
h. Dua Kewajiban Hukum

Rafi Natapradja FH UI 2018 – Awas Diktat Sesat! Page 19

You might also like