Professional Documents
Culture Documents
PHI - UTS (Rafi Natapradja)
PHI - UTS (Rafi Natapradja)
TATA HUKUM
I. Pendahuluan
Tata Hukum atau rechts orde merupakan susunan hukum yang terdiri atas aturan-
aturan hukum yang tertata sedemikian rupa sehingga orang mudah menemukan
apabila membutuhkan pada suatu peristiwa di masyarakat.
Tata Hukum antara satu sama lain berhubungan dan saling menentukan.
Aturan hukum bersifat dinamis, oleh karena itu atruan yang sudah tidak memenuhi
kebutuhan masyarakat perlu diganti dengan peraturan yang sesuai.
Empat kerangka utama adalah HTN, HAN, Hukum Pidana, dan Hukum Perdata
Berlaku peraturan pusat atau Algemene Verodering yang dikeluarkan raja disebut
Koninlijk Besluit (K.B.) KB berupa tindakan eksekutif,ketetapan, dan tindakan
legislatif.
Pluralisme Sistem Hukum atau Legal Pluralism merupakan situasi dimana dua atau
lebih sistem hukum bekerja secara berdampingan dalam suatu wilayah. Pada
periode ini berlaku Sistem Hukum Adat, Sistem Hukum Islam, dan Sistem Hukum
Barat.
Pluralisme Hukum ada terutama pada bidang hukum perdata yang sulit untuk di
unifikasi. Unifikasi dapat diterapkan pada bidang hukum publik yang bersifat netral.
e. Hukum Perdata atau Dagang untuk Golongan Timur Asing dan Bumiputera
(Hukum Adat ) tetap berlaku sepanjang belum diubah menurut pasal 131 I.S.
II. Istilah
A. Vollenhoven
Hukum Tata Negara merupakan hukum yang mengatur masyarakat hukum atasan
dan masyarakat hukum bawahan menurut tingkatannya, wilayah lingkungan
rakyatnya, badan-badan dan fungsinya, serta susunan dan wewenangnya. Hukum
Tata Negara melihat negara dalam keadaan diam atau statis.
B. P Scholten
Hukum Tata Negara merupakan hukum yang mengatur organisasi negara. Hukum
Tata Negara dibedakan dengan Hukum Gereja dan Hukum yang mengatur organisasi
lain.
Hukum Tata Negara dimasukkan kedalam hukum publik ditinjau dari :
1. Pribadi perlaku hubungan hukum
2. Tujuan Hukum
3. Kepentingan Hukum
4. Kaidah yang terumuskan
C. Logemann
Hukum Tata Negara merupakan hukum yang mengatur organisasi negara.
Menurut Logemann Jabatan merupakan pengertian yuridis dari fungsi, sedangkan
fungsi merupakan pengertian sosiologis.
Prinsip the rule of law menyatakan bahwa Hukum yang menjadi panglima tertinggi dalam
penyelenggaraan negara. Dimana kekuasaan dijalankan oleh hukum.
c. Asas Kedaulatan Rakyat dan Demokrasi
Asas yang menganut dimana kekuasaan tertinggi dimiliki oleh rakuat. Kekuasaan
hendaklah diselenggarakan bersamaan dengan rakyat menurut prosedur konstitusional
(constitutional democracy).
Pemisahan Kekuasaan didasarkan pada prinsip check and balances dimana masing-
masing lembaga negara (eksekutif, legislatif, dan yudikatif) memeriksa, membatasi dan
mengendalikan satu sama lain. Hal ini guna mencegah terjadinya penyalahgunaan
kekuasaaan dan kesewenangan.
I. Pendahuluan
Hukum Administrasi Negara merupakan Hukum yang mengatur tentang seluk beluk
administrasi negara dan hukum yang merupakan hasil ciptaan administrasi negara itu
sendiri. (Prajudi Atmosudirjo)
Hukum Administrasi Negara merupakan hukum yang dibuat oleh administrasi negara itu
sendiri dan hukum yang mengontrol pejabat administrasi negara. (James Hart)
B. HAN Otonom
HAN Otonom merupakan hukum operasional yang ada dalam administrasi negara itu
sendiri
a. Atribusi
Pemberian wewenang pemerintahan yang baru oleh suatu peraturan perundang-
undangan untuk melaksanakan pemerintahan secara penuh (Produk Legislatif).
b. Delegasi
Pelimpahan wewenang yang berasal dari wewenang atribusi kepada pejabat
administrasi negara, tidak secara penuh. Delegasi merupakan pelimpahan tidak
secara penuh, tidak termasuk wewenang pembuatan kebijakan dalam rangka rules
application.
c. Mandat
Pemberian tugas antara mandans kepada mandataris. Wewenang tetap berada di
tangan mandans, dan mandataris hanya melaksanakan perintah.
Mandataris harus menyertakan nama pemberi mandat dalam membuat peraturan
Pendapat Oppenheim
Pendapat Vollenhoven
HUKUM PIDANA
I. Pendahuluan
Hukum Pidana Indonesia pada awalnya bersifat dualisme.
Pada 1915 diberlakukan KUHP bagi semua penduduk Indonesia dan berlaku efektif
pada 1918. Terjadilah Unifikasi Hukum atau penyeragaman hukum untuk suatu bidang
tertentu dalam suatu wilayah.
Pada 1915 diberlakukan KUHP bagi semua penduduk Indonesia dan berlaku efektif
pada 1918. Terjadilah Unifikasi Hukum atau penyeragaman hukum untuk suatu bidang
tertentu dalam suatu wilayah.
Contoh Kodifikasi Hukum adalah pembukuan secara sistematis KUHP dan KUHPer
yang tersusun atas Buku I Tentang Orang, Buku II Tentang Benda, Buku III Tentang
Perikatan, dan Buku IV Tentang Pembuktian dan Kadaluwarsa.
Dalam ilmu hukum pidana dikenal perbedaan antara ius poenale atau hukum pidana
dan ius puniendi atau hak memidana.
a. Hukum Pidana dalam Arti Objektif (Ius Poenale) merupakan sejumlah peraturan
yang mengandung larangan-larangan atau keharusan-keharusan dimana
terhadap pelanggarnya diancam dengan hukuman.
b. Hukum Pidana dalam Arti Subjektif (Ius Puniendi) merupakan sejumlah peraturan
yang mengatur negara dalam menghukum seseorang melakukan perbuatan yang
dilarang. (Hak memidana)
Nullum Delictum Noella Poena Sine Praevia Lege Poenali (Asas Legalitas)
Empat Unsur Yang Terkandung dalam Asas Legalitas menurut Jescheck dan
Weigend (Machteld Boot: 2001):
Asas Non Retroaktif
Terhadap ketentuan pidana tidak boleh berlaku surut
(Nullum crimen nulla poena sine lege praevia)
Asas Tidak Boleh Melakukan Analogi dan harus ditafsirkan secara ketat
(Nullum crimen poena sine lege stricta)
Asas Harus Tertulis dan Tidak Boleh dipidana berdasarkan kebiasaan
(Nullum crimen nulla poena sine lege scripta/lex scripta)
Asas Ketentuan Pidana Harus Jelas
(Nullum crimen nulla poena sine lege certa)
C. Penggolongan Delik
a. Delik Formil
Merupakan penekanan terhadap sikap tindak atau perikelakuan yang dilarang,
tanpa merumuskan akibat lanjutannya.
Contoh : Pasal 297 KUHP Perdagangan Wanita dan Anak Laki-laki yang belum
dewasa dapat dipenjara paling lama enam tahun.
b. Delik Materil
Merupakan penekanan sikap tindak atau perikelakuan yang dilarang karena akibat
yang ditimbulkan.
Contoh : Pasal 359 KUHP menyatakan konsekuensi bagi siapa saja yang karena
kelalaian menyebabkan matinya seseorang.
c. Delik Dolus
Perbuatan yang dilakukan dengan sengaja yang dilarang dan diancam pidana.
Pasal 338 KUHP – Barangsiapa dengan sengaja merampas nyawa orang lain
diancam karena pembunuhan dengan pidana penjara paling lama lima belas
tahun.
d. Delik Culpa
Perbuatan yang terjadi karena kelalaian.
e. Delik Komisionis
Delik yang terjadi karena seseorang melangar larangan (berupa delik formil dan
materil).
g. Delik Omisionis
Delik yang terjadi karena seseorang melalaikan suruhan (tidak berbuat) dan
melanggar perintah, biasanya dalam delik formil.
Pasal 164 – telah mengetahui ada permufakatan melakukan kejahatan, tidak
segera memberitahukan kepada polisi atau orang yang terancam.
Pasal 165 ayat 2 - mengetahui bahaya kejahatan berdasarkan ayat satu, telah
membahayakan nyawa pada saat akibat masih bisa dicegah, dengan sengaja tidak
memberitahukan kepada pihak tersebut.
Contoh : Pasal 338 KUHP “Barangsiapa dengan siapa merampas nyawa orang lain,
dapat diancam karena pembunuhan dengan pindana penjara paling lama 15
tahun.”
b. Delik Memberatkan
Merumuskan sikap tindak karena suatu keadaan diancam hukuman yang lebih
berat.
Contoh : Pasal 340 KUHP “Barangsiapa dengan sengaja dan dengan rencana
terlebih dahulu merampas nyawa orang lain, diancam karena pembunuhan
berencana, dengan pidana mati atau penjara seumur hidup, atau selama waktu
paling lama dua puluh tahun.”
c. Delik Meringankan
Merumuskan sikap tindak tertentu karena suatu keadaan mendapat keringanan
hukuman.
Contoh : pasal 341 KUHP “Seorang ibu yang takut ketahuan melahirkan anak,
menghilangkan nyawa anaknya dapat diancam pidana penjara paling lama tujuh
tahun.”
b. Daluwarsa (Verjaring)
c. Pengaduan (Klacht)
d. Pembarengan (Samenloop)
d. Asas Teritorial
Berlakunya undang-undang hukum pidana dari suatu negara disandarkan pada
teritoir dimana perbuatan itu dilakukan, tempat dimana terletak di dalam wilayah,
dan dimana undang-undang hukum pidana berlaku.
Contoh:
Pasal 2 KUHP : Ketentuan Pidana dalam perundang-undangan Indonesia
diterapkan bagi setiap orang yang melakukan tindak pidana di Indonesia.
g. Asas Universalitas
Undang-undang Hukum pidana dapat diberlakukan terhadap siapapun yang
melanggar kepentingan hukum dari seluruh dunia.
V. Kesalahan
Merupakan perbuatan melawan hukum yang dilakukan dengan sengaja atau karena
kelalaian dimana pelaku mampu bertanggung jawab dan tidak ada alasan pemaaf
atau pembenaran.
B. Bentuk Kesalahan
1. Terdapat dolus atau kesengajaan yang mengandung opzet atau kehendak atau
intention. Tingkatan Kensegajaan :
a. Sebagai Tujuan Maksud :memecahkan kaca untuk mengambil barang di
etalase
b. Sengaja dengan kesadaran yang pasti mengenai tujuan : Merusak tanggul
untuk membanjiri suatu wilayah
c. Sengaja dengan kemungkinan tercapainya tujuan : Mengemudi dengan
ceroboh dan kecepatan tinggi
Akibat dari Kesengajaan adalah :
a. Aberatio Ictus atau salah kena (diluar perhitungan yang berkehendak)
b. Dwalling atau kekeliruan. (Polisi salah tangkap A dan B yang identitas mirip,
Warga Monako yang ditangkap karena berjudi di Indonesia)
B. Jenis Pidana
1. Hukuman bagi yang sudah mampu bertanggung jawab atas perbuatannya
2. Perlindungan kepada masyarakat bagi pelaku yang belum mampu bertanggung
jawab atas perbuatannya.