You are on page 1of 4

KONSEP MANUSIA

Nama Kelompok
Dian klarista 22.2.050
Elma novika haryani 22.2.052
Faradina 22.2.054
Rido damanik 22.2.071
Tri celia valentin 22.2.082

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN ANESTESIOLOGI


POLITEKNIK INSAN HUSADA SURAKARTA
TAHUN 2022
Pembahasan

A. Proses penciptaan manusia


Alquran menggunakan istilah ‘kegelapan’ karena memang proses penciptaan manusia dalam
perut ibu terjadi di dalam rahim yang gelap. Ada beberapa proses penciptaan manusia yang
dapat dijelaskan sebagai berikut:
Sulalah min thin (Saripati Tanah)
Saripati tanah yang dimaksud adalah suatu zat yang berasal dari bahan makanan (baik
tumbuhan maupun hewan) yang bersumber dari tanah, yang kemudian dicerna menjadi darah,
kemudian diproses hingga akhirnya menjadi sperma
Nuthfah (Air Mani)
Makna asal kata ‘nuthfah’ dalam bahasa Arab berarti setetes yang dapat membasahi. Dalam
tafsir Al Misbah, yang dimaksud dengan nuthfah adalah pancaran mani yang menyembur dari
alat kelamin pria yang mengandung sekitar dua ratus juta benih manusia, tetapi yang berhasil
bertemu dengan ovum wanita hanya satu.
Proses penciptaan manusia dari fase ke fase:
Alaqah (Segumpal Darah)
Alaqah diambil dari kata alaqa yang artinya sesuatu yang membeku, tergantung atau
berdempet. Sehingga dapat diartikan sebagai sesuatu yang bergantung di diding rahim
Mudghah (Segumpal Daging)
Dalam ilmu kedokteran, ketika sperma pria bergabung dengan sel telur wanita intisari bayi
yang akan lahir terbentuk. Sel tunggal yang dikenal sebagai zigot dalam ilmu biologi ini akan
segera berkembangbiak dengan membelah diri hingga akhirnya menjadi segumpal daging.
Melalui hubungan ini zigot mampu mendapatkan zat-zat penting dari tubuh sang ibu bagi
pertumbuhannya
Proses penciptaan manusia hingga sempurna:
Idzam (Tulang atau Kerangka)
Di dalam fase ini embrio akan mengalami perkembangan dari bentuk sebelumnya yang hanya
berupa segumpal daging hingga berbalut kerangka atau tulang.
Kisa Al-Idzam Bil-Lahim (Penutupan Tulang)
Pengungkapan fase ini dengan kisa yang berarti membungkus, dan lahm (daging) diibaratkan
pakaian yang membungkus tulang, selaras dengan kemajuan yang dicapai embriologi yang
menyatakan bahwa sel-sel tulang tercipta sebelum sel-sel daging, dan bahwa tidak terdeteksi
adanya satu sel daging sebelum terlihat sel tulang.
Insya (Mewujudkan Makhluk Lain)
Tahap ini menandakan bahwa ada sesuatu yang dianugerahkan kepada manusia yang
menjadikannya berbeda dari makhluk lainnya, yaitu ruh yang menjadikan berbeda dengan
makhluk lainnya.

B. Unsur unsur manusia


Dalam diri manusia ada lima unsur pokok yaitu jasad, akal, hati, jiwa dan ruh. Dapat
dijelaskan sebagai berikut:
- Jasad adalah tubuh kasar bersifat lahiriyah, membutuhkan hal-hal yang bersifat materi,
seperti makan, minum, istirahat, kendaraan, tempat tinggal dan lain-lain
-Akal adalah perangkat tercanggih yang Allah berikan kepada semua manusia. Hendaknya
difungsikan untuk memikirkan hal-hal yang bersifaf positif, sehingga melahirkan ilmu-ilmu
yang bermanfaat.
-Hati adalah perangkat batin yang selalu bersuara membisikkan segala sesuatu. Ketika hati itu
bersih, maka suara yang terdengar adalah suara kebenaran yang dipantulkan dari rasa iman
yang mendalam. Itulah yang disebut hati nurani, hati yang tidak pernah bohong karena
berasal dari nur cahaya Ilahi.
-Jiwa adalah perangkat halus yang memiliki perasaan sangat sensitif, bisa sedih, senang,
tertekan, gelisah dan lain-lain. Tergantung kondisi iman di hati, bila iman kuat maka jiwa itu
akan tegar, tangguh, tidak gampang menyerah dan selalu optimis. Dan bila iman di hati
lemah, maka jiwa itu rapuh yang menyebabkan hilangnya semangat, mengalami goncangan,
tidak bersabar, dihantui perasaan tidak menentu, pesimis
-Ruh adalah perangkat manusia yang paling halus tidak terdeteksi oleh alat apapun. Ruh itu
kekuatan terpendam dari Allah ‘Azza Wajalla, yang berfungsi menggerakkan seluruh tubuh,
sehingga tubuh itu dapat bekerja secara sempurna.

C. Tugas manusia berdasarkan perspektif agama


Manusia merupakan makhluk yang dianugerahi akal dan pikiran serta hati nurani. Dalam
Islam, setidak-tidaknya terdapat tiga tujuan penciptaan manusia. Alquran surah adz-Dzariyat
ayat 56 menerangkan tujuan pertama. Artinya, “Dan Aku (Allah) tidaklah menciptakan jin
dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” Dengan demikian, fitrah
kemanusiaan adalah menjadi hamba Allah SWT. Sifat menghamba tidak boleh ditujukan
kepada siapapun selain Allah Ta’ala.
Tugas kedua berkaitan dengan konteks kehidupan empiris. Dalam surah al-Baqarah ayat 30
dijelaskan tentang tugas manusia sebagai khalifah Allah di muka bumi. Surah yang sama
memuat dialog antara Allah dan para malaikat tentang penciptaan manusia. Terjemahannya,
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: ‘Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi.’ Mereka berkata: ‘Mengapa Engkau hendak
menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan
menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan
mensucikan Engkau?’ Tuhan berfirman: ‘Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak
kamu ketahui.’”
Maknanya, di muka bumi hidup berbagai macam makhluk. Namun, hanya manusia yang
menyandang fungsi pemimpin. Manusia dapat memanfaatkan segala yang tumbuh di atas
bumi untuk kelangsungan hidupnya. Bagaimanapun, manusia mesti mengelola sumber daya
dengan penuh tanggung jawab. Allah menciptakan keteraturan di muka bumi. Maka dari itu,
manusia tidak boleh merusak harmoni yang sudah diciptakan-Nya.
Tugas ketiga adalah berdakwah. Hal ini terutama diemban bagi orang-orang yang beriman
kepada Allah SWT. Yang didakwahkan adalah Islam, sebagai satu-satunya agama yang
diridhai di sisi Allah Ta’ala.
Dakwah yang dilakukan dapat melalui lisan dan perbuatan. Sasarannya dimulai dari diri
sendiri, keluarga, karib kerabat, dan komunitas setempat. Dakwah yang dijalankan tidak
boleh dengan paksaan atau penghakiman. Dengan menarik simpati, orang-orang akan tertarik
untuk mendalami agama ini.

You might also like