You are on page 1of 66

MAKALAH PEMBANGKIT

LISTRIK TENAGA PANAS BUMI

Tugas dari Mata Kuliah

Pembangkit Tenaga Listrik

Oleh:
1. Akmal Mir'za Hartawan (2241150044)
2. Angga wahyu Sugiarto (2241150109)
3. Devan Dwi Prasetyo Widiriyanto (2241150056)
4. I Inggi Fayza Maharani (2241150055)
5. Muhammad Zhafran Rifchi Musyaffa (2241150113)
6. Muhammad Rizqy Ramadhani (2241150077)

PROGRAM STUDI
SISTEM KELISTRIKAN
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK NEGERI MALANG 2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, senantiasa kita ucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT


atas yang hingga saat ini masih memberi kita nikmat iman dan kesehatan,
sehingga penulis diberi untuk menyelesaikan makalah tentang “ Pembangkit
Listrik Tenaga Panas Bumi”. Makalah ini ditulis untuk memenuhi syarat nilai
mata kuliah Pembangkit tenaga Listrik. Pada makalah ini akan dibahas akan
dibahas mengenai pentingnya pembangkit listrik sebagai penyuplai energi listrik
bagi masyarakat. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih
jauh dari sempurna serta kesalahan yang penulis yakini diluar batas kemampuan
penulis. Maka dari itu penulis dengan senang hati menerima kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca. Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat
bagi semua pihak.

Malang, 25 November 2022

Penulis
Bab I

Pendahuluan

1. Latar Belakang

Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi adalah pembangkit


listrik yang menggunakan panas bumi sebagai sumber energinya. Listrik dari
tenaga panas bumi saat ini digunakan di 24 negara, sementara pemanasan
memanfaatkan panas bumi digunakan di 70 negara. Perkiraan potensi listrik
yang bisa dihasilkan oleh tenaga panas bumi berkisar antara 35 s.d.
2.000 GW. Kapasitas di seluruh dunia saat ini adalah 10.715 megawatt (MW),
dengan kapasitas terbesar di Amerika Serikat sebesar 3.086 MW, diikuti
oleh Filipina dan Indonesia. India sudah mengumumkan rencana untuk
mengembangkan pembangkit listrik tenaga panas bumi pertamanya di
Chhattisgarh.Tenaga panas bumi dianggap sebagai sumber energi
terbarukan karena ekstraksi panasnya jauh lebih kecil dibandingkan dengan
muatan panas bumi. Emisi karbondioksida pembangkit listrik tenaga panas
bumi saat ini kurang lebih 122 kg CO2 per megawatt-jam (MW·h) listrik, kira-
kira seperdelapan dari emisi pembangkit listrik tenaga batubara. Indonesia
dikaruniai sumber panas Bumi yang berlimpah karena banyaknya gunung
berapi di Indonesia. Dari pulau-pulau besar yang ada,
hanya pulau Kalimantan saja yang tidak mempunyai potensi panas Bumi.
Untuk membangkitkan listrik dengan panas Bumi dilakukan dengan
mengebor tanah di daerah yang memiliki potensi panas Bumi untuk membuat
lubang gas panas yang akan dimanfaatkan untuk memanaskan ketel
uap (boiler) sehingga uapnya bisa menggerakkan turbin uap yang tersambung
ke generator. Untuk panas bumi yang mempunyai tekanan tinggi, dapat
langsung memutar turbin generator, setelah uap yang keluar dibersihkan
terlebih dahulu.

Eksplorasi dan eksploitasi panas bumi untuk pembangkit energi listrik


tergolong minim. Untuk menghasilkan energi listrik, pembangkit listrik tenaga
panas bumi hanya membutuhkan area seluas antara 0,4 - 3 hektare.
Sedangkan pembangkit listrik tenaga uap lainnya membutuhkan area sekitar
7,7 hektare. Hal ini menjawab kecemasan masyarakat mengenai dampak
lingkungan eksploitasi panas bumi, terutama isu penebangan hutan di daerah
yang memiliki potensi panas bumi. Eksplorsasi bumi bisa dikatakan sebagai
tindakan penjelajahan atau pencarian sumber daya yang ada di bumi.
Eksplorasi bumi bertujuan untuk mengambil segala mineral-mineral
maupun minyak dan gas yang terkandung di dalamnya. Bumi yang kita
tempati saat ini, menyimpan begitu banyak kekayaan yang terkandung di
dalamnya mulai dari emas, nikel, batubara, migas, dan masih banyak lainnya.
Kata eksplorasi selalu berkaitan dengan kata seismik, atau dalam dunia
pertambangan lebih dikenal dengan sebutan eksplorasi seismik. Eksplorasi
seismik refleksi dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu eksplorasi prospek
dangkal dan eksplorasi prospek dalam. Eksplorasi seismik dangkal biasanya
diaplikasikan untuk eksplorasi batubara dan bahan tambang lainnya.
Sedangkan seismik dalam digunakan untuk eksplorasi daerah prospek
hidrokarbon (minyak dan gas bumi). Kedua kelompok ini tentu saja menuntut
resolusi dan akurasi yang berbeda begitu pula dengan teknik lapangannya.
Metode sismik refleksi terbagi menjadi tiga bagian, yang pertama adalah
akuisisi yang merupakan kegiatan untuk memperoleh data dari lapangan
yang disurvei, kedua adalah pemrosesan data seismik sehingga dihasilkan
penampang seismik yang mewakili daerah yang siap untuk diinterpretasikan,
dan yang ketiga adalah interpretasi data seismik untuk memperkirakan
material batuan di bawah permukaan

Bumi tidak hanya menyimpan emas nikel batubara dan lainnya. Di dalam
perut bumi juga terdapat energi panas bumi atau yang di kenal dengan energi
geothermal. Energi panas bumi adalah energi panas yang terbentuk di
dalam kerak bumi. Temperatur di bawah kerak bumi bertambah seiring
bertambahnya kedalaman. Indonesia merupakan salah satu Negara di dunia
yang memiliki potensi sumber daya geothermal yang sangat besar.
Berdasarkan data survei terakhir badan Geologi, sampai dengan akhir tahun
2009 tercatat sebanyak 265 lokasi geothermal di Indonesia, baik yang berasal
dari vulkanik maupun non-vulkanik. Dengan adanya potensi energi yang
begitu besar, pemerintah seharusnya bisa memanfaatkan enegeri
geothermal untuk penyediaan tenaga listrik. Sumber panas dan sistem
panas bumi dapat berwujud granit maupun batolit lainnya. Daerah yang
didefinisikan memiliki potensi tinggi akan dieksplorasi lebih konprehensif
melalui metoda survei ilmiah. Tidak hanya itu, mengukur panas bumi
juga bisa menggunakan metoda geolistrik resistivitas. Metode resistivitas
juga telah digunakan dalam beberapa penelitian

2. Rumusan masalah
1. Jelaskan Seluruh Proses di dalam Kegiatan Eksplorasi Lanjutan Panas
Bumi?
2. Data apa saja yang digali dalam kegiatan Eksplorasi Lanjutan Panas
Bumi?
3. Jelaskan Tentang Pemanfaatan Fluida Panas Bumi untuk Pebangkit
Listrik sesuai dengan siklus di bawah ini! Sertakan Gambar, flow
diagram dan Contoh WKP beserta identitas nya:

a. Siklus Uap Hasil Pemisahan (Separated System)


b. Siklus Uap Hasil Pemisahan dan Penguapan (Double Flash
System)
c. Siklus Uap Hasil Pemisahan dan Penguapan dengan Dua
Turbin Terpisah
d. Binary Cycle
e. Well Head Generating Unit

4. Jelaskan Konversi Energi di dalam PLT-Panas Bumi?

5. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan dari makalah ini adalah agar mahasiwa dapat mengetahui
tentang pembangkit listrik tenaga panas bumi khususnya tengtang eksplorasi
lanjutan yang dijabarkan sebagai berikut:

1. Mahasiswa mengetahui Seluruh Proses di dalam Kegiatan


Eksplorasi Lanjutan Panas Bumi.
2. Data yang digali lebih lanjut tentang eksplorasi panas bumi.
3. Pemanfaatan Fluida Panas Bumi untuk Pebangkit Listrik sesuai
dengan siklus, beserta Gambar, flow diagram dan Contoh WKP
beserta identitas nya seperti:
a. Siklus Uap Hasil Pemisahan (Separated System)
b. Siklus Uap Hasil Pemisahan dan Penguapan (Double Flash
System)
c. Siklus Uap Hasil Pemisahan dan Penguapan dengan Dua
Turbin Terpisah
d. Binary Cycle
e. Well Head Generating Unit
4. Mahasiswa dapat mengetahui Konversi Energi di dalam PLT-
Panas Bum
Bab II

Analisa Rumusan Masalah

A. EKSPLORASI LANJUTAN PADA PLTP

1. USULAN UNTUK EKSPLORASI LANJUT

Data yang diperoleh dari hasil survei pendahuluan masih sangat umum.
Untuk mendapatkan gambaran yang lebih baik mengenai daerah prospek yang
sedang diselidiki maka masih perlu dilakukan survei rinci. Dari hasil pengkajian
data harus diusulkan tempat-tempat yang perlu di survei rinci dengan skala
prioritasnya, berikut jenis-jenis survei yang perlu dilakukan di tempat-tempat
tersebut pada tahap selanjutnya.
Pada tahap ini sudah dapat ditentukan apakah prospek yang diteliti cukup
baik untuk dikembangkan selanjutnya apakah survei rinci perlu dilakukan atau
tidak. Apabila tidak maka daerah yang diteliti ditinggalkan.

2. EKSPLORASI LANJUT (RINCI)

Tahap kedua dari kegiatan eksplorasi adalah tahap ‘pre-feasibility


study’ atau tahap survei lanjut. Survei yang dilakukan terdiri dari survei
geologi, geokimia dan geofisika. Tujuan dari survei tersebut adalah:
 Mendapatkan informasi yang lebih baik mengenai kondisi geologi
permukaan dan bawah permukaan.
 Mengidentifikasi daerah yang “diduga” mengandung sumberdaya panas
bumi

Dari hasil eksplorasi rinci dapat diketahui dengan lebih baik mengenai
penyebaran batuan, struktur geologi, daerah alterasi hidrothermal, geometri
cadangan panas bumi, hidrologi, sistim panas bumi, temperatur reservoir,
potensi sumberdaya serta potensi listriknya.
Untuk mencapai tujuan tersebut di atas, survei umumnya dilakukan di
tempat-tempat yang diusulkan dari hasil survei pendahuluan. Luas daerah
yang akan disurvei tergantung dari keadaan geologi morphologi tetapi
umumnya daerah yang disurvei adalah sekitar 500-1000 km2, namun ada juga
yang hanya seluas 10-100 km2.
Waktu yang diperlukan sangat tergantung pada luas daerah yang diselidiki,
jenis-jenis pengujian yang dilakukan serta jumlah orang yang terlibat. Bila
sumberdaya diperkirakan mempunyai temperatur tinggi dan mempunyai
potensi untuk pembangkit listrik biasanya luas daerah yang diselidiki cukup
luas sehingga untuk menyelesaikan tahap pre-feasibility study (survei
lapangan, interpretasi dan analisis data, pembuatan model hingga pembuatan
laporan) diperlukan waktu sekitar + satu tahun.
Ada dua pendapat mengenai luas daerah yang diselidiki dan waktu
yang diperlukan untuk eksplorasi rinci di daerah yang sumberdayanya
diperkirakan mempunyai temperatur sedang. Sekelompok orang berpendapat
bahwa apabila sumberdaya mempunyai temperatur sedang, maka dengan
pertimbangan ekonomi luas daerah yang diselidiki bisa lebih kecil dan di
daerah tersebut cukup hanya dilakukan satu jenis survei geofisika saja.
Dengan demikian waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan tahap pre-
feasibility study menjadi lebih pendek, yaitu hanya beberapa bulan saja.
Sementara kelompok lain berpendapat bahwa untuk daerah panas bumi
dengan tingkatan prospek lebih rendah (sedang) dan akan dikembangkan
justru memerlukan survei yang lebih lengkap dan lebih teliti untuk
menghindarkan terlalu banyaknya kegagalan pemboran.
2.1. Survei Geologi Lanjut/Rinci

Diantara ketiga survei di atas, survei geologi umumnya yang pertama


dilakukan. Untuk memahami struktur geologi dan stratigrafi maka survei
geologi rinci harus dilakukan di daerah yang cukup luas.
Lama waktu penyelidikan tergantung pada luas daerah yang diselidiki
serta jumlah orang yang terlibat dalam penyelidikan, tetapi hingga penulisan
laporan biasanya diperlukan waktu sekitar 3-6 bulan.

Survei geologi ini bertujuan untuk mengetahui penyebaran batuan


secara mendatar maupun secara vertikal, struktur geologi, tektonik dan sejarah
geologi dalam kaitannya dengan terbentuknya suatu sistim panas bumi
termasuk memperkirakan luas daerah prospek dan sumber panasnya.
2.2. Survei Geokimia Lanjut

Geokimia merupakan salah satu metode eksplorasi panas bumi dalam


mempelajari karakteristik fluida panas bumi. Hal ini salah satunya dapat
dilakukan melalui penelitian karakteristik, baik mata air panas atau mata air
dingin, yang muncul di permukaan sebagai manifestasi panas bumi permukaan.
Metode geokimia digunakan untuk mengidentifikasi tipe fluida, temperatur,
serta posisi reservoir panas bumi pada suatu daerah. Metode geokimia juga
digunakan sebagai data pendukung untuk mengetahui hubungan antar dua
sumber panas bumi melalui identifikasi karakteristik dari fluida serta temperatur
panas bumi.
Pekerjaan yang dilakukan pada waktu survei geokimia lanjut pada
dasarnya hampir sama dengan pada tahap survei pendahuluan, tetapi pada tahap
ini sampel harus diambil dari semua manifestasi permukaan yang ada di daerah
tersebut dan di daerah sekitarnya untuk dianalisis ditempat pengambilan sampel
dan/atau dilaboratorium. Analisa geokimia tidak hanya dilakukan pada fluida
atau gas dari manifestasi panas permukaan, tetapi juga pada daerah lainnya
untuk melihat kandungan gas dan unsur- unsur tertentu yang terkadang dalam
tanah yang terbentuk karena aktivitas hidrothermal. Selain itu juga perlu dibuat
peta manifestasi permukaan, yaitu peta yang menunjukkan lokasi serta jenis
semua manifestasi panas bumi di daerah tersebut.
Hasil analisis kimia fluida dan isotop air dan gas dari seluruh manifestasi
panas permukaan dan daerah lainnya berguna untuk memperkirakan sistim dan
temperatur reservoir, asal sumber air, karakterisasi fluida dan sistim hidrologi
dibawah permukaan.
Hasil analisis air dapat juga digunakan untuk memperkirakan problema-
problema yang mungkin terjadi (korosi dan scale) apabila fluida dari
sumberdaya panas bumi tersebut dimanfaatkan dikemudian hari.
2.3. Survei Geofisika

Survei geofisika dilakukan setelah survei geologi dan geokimia karena


biayanya lebih mahal. Dari survei geologi dan geokimia diusulkan daerah-
daerah mana saja yang harus disurvei geofisika. Survei geofisika dilakukan
untuk mengetahui sifat fisik batuan mulai dari permukaan hingga kedalaman
beberapa kilometer dibawah permukaan. Dengan mengetahui sifat fisik
batuan maka dapat diketahui daerah tempat terjadinya anomali yang
disebabkan oleh sistim panasbuminya dan lebih lanjut geometri prospek serta
lokasi dan bentuk batuan sumber panas dapat diperkirakan.
Ada beberapa jenis survei geofisika, yaitu:
 Survei resistivity
 Survei gravity
 Survei magnetik
 Survei Macro Earth Quake (MEQ)
 Survei aliran panas
 Survei Self Potential

Pemilihan jenis survei tergantung pada keadaan geologi dan struktur


didaerah yang akan diselidiki, serta batasan anggaran untuk pengukuran di
lapangan dan interpretasi data.
Survei geofisika yang pertama kali dilakukan umumnya adalah survei
resistivity- Schlumberger, gravity dan magnetik karena peralatannya mudah
didapat dan biayanya murah. Dari ketiga survei geofisika ini diusulkan daerah
prospek panas bumi untuk di survei lebih detail dengan metoda yang lebih
mahal, yaitu Magnetotelluric (MT) atau Control Source Audio
magnetotelluric (CSAMT) untuk melihat struktur fisik batuan dengan
kedalaman yang jauh lebih dalam dari maksimum kedalaman yang dicapai
oleh metoda Schlumberger yang hanya mampu untuk mendeteksi kedalaman
sampai beberapa ratus meter saja.
2.4. Survei Geografi

Selain survei geologi, geokimia dan geofisika, pada tahap ini biasanya
dilakukan survei geografi dan survei lainnya untuk mendapatkan informasi
mengenai status lahan, distribusi kemiringan lereng, prasarana jalan, fasilitas
listrik, air, komunikasi yang tersedia, jumlah dan kepadatan penduduk.

Perkebunan?
Hutan lindung?
STATUS LAHAN
LAHAN Tanah penduduk? Hutan sekunder?

~ Luas area?
Distribusi Kemiringan
kereng?

Sering longsor?

Curah Hujan? Peresapan air?

Sering banjir?

Jarak? Dari kota terdekat?


Dari permukiman penduduk terdekat?
Waktu tempuh?
Perlu pelebaran jalan?
Prasarana jalan? Perlu pengerasan aspal?

Perlu perbaikan jembatan?

Fasilitas air? Fasilitas listrik? Fasilitas komunikasi?

Fasilitas kesehatan? Fasilitas pasar?


Jumlah dari kepadatan
penduduk?

Petani? P.N?
Mata pencaharian
pokok?
Pedagang? Buruh?

Tenaga kerja potensial? Pendidikan?

Kelembagaan? Sarana pertemuan?

2.5. Analisis dan Interpretasi Daya


Dari hasil kajian data diharapkan akan diperoleh gambaran atau
"model awal" mengenai sistim panas bumi di daerah yang diselidiki, yang
dapat digunakan sebagai dasar untuk menentukan target dan lokasi sumur
eksplorasi serta membuat program pemboran.
Model sistim panas bumi harus mengikutsertakan karakteristik
lithologi, stratigrafi, hidrologi atau pola sirkulasi fluida, perkiraan sumber
panas dan temperatur dalam reservoir serta sistim panas buminya. Model
harus dibuat mulai dari permukaan hingga kedalaman 1-4 km. Selain itu dari
pengkajian data dapat diperkirakan besarnya potensi sumberdaya (resources),
cadangan (recoverable reserve) dan potensi listrik panas bumi di daerah yang
"diduga" mengandung panas bumi.
Sumber daya panas bumi secara sederhana oleh Gupta dan Roy (2007)
didefinisikan sebagai reservoar panas di dalam bumi yang dapat dimanfaatkan
untuk menghasilkan tenaga listrik atau industri lain yang sesuai, pertanian atau
aplikasi domestik di masa depan. Kondisi geologi yang tidak cocok dapat
menyebabkan suatu energi panas bumi di sebagian besar tempat tidak
ekonomis untuk dikembangkan. Persyaratan utama terbentuknya sistem panas
bumi adalah adanya sumber panas, reservoar dan lapisan penutup (Gupta dan
Roy, 2007).
Menurut Azwar (1988), sistem panas bumi merupakan sistem tata air,
proses pemanasan dan kondisi sistem dimana air yang terpanasi terkumpul
sehingga persyaratan utama terbentuknya sistem panas bumi adalah tersedia
air, batuan pemanas (sumber panas), batuan sarang (reservoar) dan batuan
penutup. Air umumnya berasal dari air hujan atau air meteorik. Sumber panas
dalam sistem panas bumi dapat berwujud tubuh terobosan granit maupun
bentuk-bentuk batolit lainnya (Broto dan Putranto, 2011). Reservoar adalah
batuan wadah tempat berakumulasinya fluida panas bumi (Widodo dkk,
2005). Batuan penutup berfungsi sebagai penutup kumpulan air panas atau
uap sehingga tidak merembes ke luar (Broto dan Putranto, 2011).

Metoda resistivitas adalah salah satu metoda geofisika yang digunakan dalam
eksplorasi panas bumi. Berbagai faktor berkontribusi dalam meningkatkan
kontras resistivitas antara sistem panas bumi dengan batuan disekitarnya.
Faktorfaktor ini menjadikan nilai resistivitas di lapangan panas bumi relatif
terhadap batuan sekitarnya. Resistivitas menurun dengan kenaikan temperatur.
Peningkatan temperatur menyebabkan peningkatan kelarutandan akibatnya
terjadi peningkatan salinitas dan penurunan resistivitas.
Di dalam bumi jelas sekali bahwa aliran panas batuan beku dapat lebih
tinggi jika dibandingkan dengan aliran panas batuan sedimen. Konduktivitas
panas itu sendiri sangat dipengaruhi oleh suhu dan tekanan yang bertambah
tinggi menurut kedalaman bumi. Konduktivitas panas juga berhubungan
dengan kecepatan gelombang kompresi.

Proses terbentuknya energi panas bumi sangat berkaitan dengan teori


tektonik lempeng yaitu teori yang menjelaskan mengenai fenomena-fenomena
alam yang terjadi seperti gempa bumi, terbentuknya pegunungan, lipatan,
palung, dan juga proses vulkanisme yaitu proses yang berkaitan langsung
dengan geothermal. Berdasarkan penelitian gelombang seismik, para peneliti
kebumian dapat mengetahui struktur bumi dari luar sampai ke dalam, yaitu
kerak pada bagian luar, mantel, dan inti pada bagian paling dalam. Semakin
ke dalam bumi (inti bumi), tekanan dan temperature akan meningkat. Untuk
kita ketahui, Temperature pada inti bumi berkisar ± 4200 C.
Panas yang terdapat pada inti bumi akan ditransfer ke batuan yang berada
di bagian mantel dan kerak bumi. Batuan yang memiliki titik lebur lebih
rendah dari temperature yang diterima dari inti bumi akan meleleh dan lelehan
dari batuan tersebutlah yang kita kenal dengan magma. Magma memiliki
densitas yang lebih rendah dari batuan, otomatis batuan yang telah menjadi
magma tadi akan mengalir ke permukaan bumi. Jika magma sampai ke
permukaan maka magma tersebut berubah nama dengan sebutan lava (contoh
lava yang sering kita lihat jika terjadi erupsi (letusan) gunung api. Energi
panas bumi adalah energi yang diekstraksi dari panas yang tersimpan di dalam
bumi. Energi panas bumi ini berasal dari aktivitas tektonik di dalam bumi
yang terjadi sejak planet ini diciptakan. Panas ini juga berasal dari panas
matahari yang diserap oleh permukaan bumi. Energi ini telah dipergunakan
untuk memanaskan (ruangan ketika musim dingin atau air) sejak peradaban
Romawi, namun sekarang lebih populer untuk menghasilkan energi listrik.
Sekitar 10 Giga Watt pembangkit listrik tenaga panas bumi telah dipasang di
seluruh dunia pada tahun 2007, dan menyumbang sekitar 0.3% total energi
listrik dunia. Energi panas bumi cukup ekonomis dan ramah lingkungan,
namun terbatas hanya pada dekat area perbatasan lapisan tektonik.
Panas bumi (Geothermal) sendiri pertama kali dimanfaatkan pada tahun 1904
di Italia dan pemanfaatan energi panas bumi terus berlanjut hingga sekarang.
Di Indonesia sendiri, area panas bumi yang mulai dimanfaatkan adalah area
Kamojang tahun 1972 yang menghasilkan 140 MW. Seiring berjalannya waktu
dengan Indonesia menempati posisi ke-4 dengan jumlah penduduk terbanyak
di dunia, maka kebutuhan akan energi juga semakin meningkat. Oleh karena
itu perlu dilakukan pengembangan dan eksplorasi lebih lanjut mengenai
potensi energi panas bumi di Indonesia (Kementrian Energi dan Sumber Daya
Mineral)
Pada eksplorasi lanjut (tahap-2) disamping survei geologi dan geokimia
secara rinci, juga dilakukan survei geofisika. Pada akhir survei eksplorasi rinci,
data yang tersedia meliputi:
(i) Data geologi
Hasil survei geologi menghasilkan data berupa peta penyebaran batuan,
karakteristik dan umur batuan, peta penyebaran batuan alterasi, data manifestasi
panas, pola struktur geologi, tektonik dan sejarah geologi termasuk sejarah
vulkanismenya.
Dari data-data ini akan didapat gambaran umum mengenai evolusi
magmatik sampai terbentuk sistim panasbuminya, daerah prospek, batuan
penyusun reservoir, perkiraan permeabilitas secara kualitatif, umur terbentuknya
sistim panas bumi serta sumber panas.
(ii) Data geokimia
Survei geokimia akan menghasilkan data berupa kimia fluida dan gas dari
manifestasi panas serta kandungan gas dan unsur-unsur lainnya yang terkandung
didalam tanah (soil) dan aliran sungai di sekitar daerah prospek.
Dari data-data ini akan didapat gambaran mengenai daerah prospek,
karakteristik fluida dalam reservoir, sistim fluida, hidrologi dan temperatur
reservoir.
(iii) Data geofisika
Dari survei geofisika didapat data berupa peta tahanan jenis, profil struktur
tahanan jenis, peta anomali gravitasi dan magnetik beserta profil tegaknya, peta
seismisitas berikut besaran dan profil tegaknya dan data streaming potential.
Dari data-data ini akan didapat gambaran penyebaran daerah prospek,
kedalaman puncak reservoir, lapisan penudung, geometri reservoir, hidrologi
bawah permukaan, struktur batuan dasar dan konfigurasi sumber panas.
Interpretasi dari data-data geologi, geokimia dan geofisika akan
menghasilkan gambaran detail konfigurasi prospek panas bumi, berikut
karakteristik hidrothermal serta model panasbuminya yang merupakan acuan
dasar bagi letak dan target pemboran eksplorasi. Untuk perhitungan cadangan,
ketebalan reservoir, luas prospek dan temperatur reservoir sudah dapat
diperkirakan, sedangkan saturasi air dan uap belum dapat diperkirakan, sehingga
biasanya diasumsikan.

B. PEMANFAATAN FLUIDA PANAS BUMI PADA PEMBANGKIT


LISTRIK

Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang memiliki tidak


hanya potensi sumber daya energi yang besar tapi juga laju pertumbuhan
penduduk yang cukup tinggi. Untuk dapat memenuhi kebutuhan masyarakat
dan industri, Indonesia memerlukan pasokan energi yang cukup besar di mana
saat ini konsumsi energi Indonesia masih sangat tergantung pada sumber
energi tidak terbarukan seperti minyak bumi, batu bara dan gas alam.
Pemanfaatan bahan bakar fosil tersebut secara berkelanjutan berkontribusi
terhadap peningkatan emisi gas rumah kaca dalam jumlah besar yang
menuntun kepada perubahan iklim secara global.

Pemerintah Indonesia, melalui Peraturan Presiden Republik Indonesia


Nomor 5 Tahun 2006, telah mencanangkan target untuk terwujudnya bauran
energi yang optimal pada tahun 2025, di mana peran energi terbarukan
terhadap konsumsi energi nasional menjadi 17%. Dalam komposisi energi
terbarukan tersebut, sumber energi panas bumi mendapat porsi lebih dari 5%.
Target bauran energi ini bertujuan untuk mewujudkan keamanan pasokan
energi dalam negeri. Walaupun tidak secara tertulis menyebutkan adanya
tujuan yang berhubungan dengan pengurangan dampak terhadap lingkungan,
peningkatan bauran energi bersih akan mengurangi emisi rumah kaca di
Indonesia.
Sayangnya, energi panas bumi sebagai salah satu sumber energi utama
dalam kategori energi terbarukan belum dimanfaatkan secara optimal di
negara ini. Sejak pembangkit listrik tenaga panas bumi pertama, Kamojang-1,
diresmikan di tahun 1983 sampai dengan tahun 2017, Indonesia baru berhasil
memanfaatkan energi panas bumi sekitar 6% dari total potensi nasional. Studi
ini, melalui penelusuran pustaka, berusaha untuk merangkum berbagai
tantangan yang dihadapi oleh negara Indonesia dalam mendorong
pemanfaatan energi panas bumi untuk mencapai target pemerintah di tahun
2025. Studi ini juga berusaha untuk membuat berbagai alternatif solusi untuk
dapat membantu mempercepat pengembangan energi panas bumi di Indonesia

Fluida panas bumi bertemperatur tinggi (>225oC) telah lama


digunakan di beberapa negara untuk pembangkit listrik, namun
beberapa tahun terakhir ini perkembangan teknologi telah
memungkinkan digunakannya fluida panasbumi bertemperatur
sedang (150-225oC) untuk pembangkit listrik.

Selain temperatur, faktor-faktor lain yang biasanya


dipertimbangkan dalam memutuskan apakah suatu sumberdaya
panasbumi tepat untuk dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik
adalah sebagai berikut:
1. Sumberdaya mempunyai kandungan panas atau cadangan
yang besar sehingga mampu memproduksikan uap untuk
jangka waktu yang cukup lama, yaitu sekitar 25-30 tahun.
2. Sumberdaya panasbumi memproduksikan fluida yang
mempunyai pH hampir netral agar laju korosinya relatif
rendah, sehingga fasilitas produksi tidak cepat terkorosi.
Selain itu hendaknya kecenderungan fluida membentuk
scale relatif rendah.
3. Reservoirnya tidak terlalu dalam, biasanya tidak lebih dari 3 km.
4. Sumberdaya panasbumi terdapat di daerah yang relatif tidak sulit
dicapai.
5. Sumberdaya panasbumi terletak di daerah dengan
kemungkinan terjadinya erupsi hidrothermal relatif rendah.
Diproduksikannya fluida panasbumi dapat meningkatkan
kemungkinan terjadinya erupsi hidrotermal.

Negara pertama yang memanfaatkan uap panasbumi untuk


pembangkit listrik adalah Italy. Sumur-sumur di lapangan tersebut
menghasilkan uap kering (dry steam) bertemperatur tinggi yang
sangat baik digunakan untuk pembangkit listrik. Pusat listrik tenaga
panasbumi (PLTP) pertama di bangun pada tahun 1913 di Larderello
dengan kapasitas listrik terpasang sebesar 250 kW. Pada tahun 1940
kapasitas listrik dari PLTP tersebut ditingkatkan menjadi 130
MW. PLTP pertama di dunia ini hancur pada masa perang dunia
ke II, tetapi setelah itu dibangun kembali dengan kapasitas 500 MW.

New Zealand merupakan negara kedua yang memanfaatkan


fluida panasbumi untuk pembangkit listrik. PLTP kedua di dunia
tersebut terletak di Wairakei dan dikembangkan secara bertahap dari
tahun 1958 hingga tahun 1963 sehingga kapasitas instalasi listrik
dari PLTP Wairakei menjadi 192 MW. Berbeda dengan sumur-
sumur di lapangan Larderello-Italy yang menghasilkan uap kering
(dry steam), sumur-sumur di lapangan Wairakei menghasilkan fluida
dua fasa yaitu uap- air. Uap dan air dari sumur produksi dipisahkan
di dalam separator dan kemudian uapnya dialirkan ke turbin untuk
membangkitkan listrik.
Amerika baru memanfaatkan energi panasbumi sekitar tahun
1960-1970. Lapangan the Geysers dikembangkan dan uapnya
dimanfaatkan untuk pembangkit listrik. Kapasitas listrik terpasang di
PLTP ini sangat besar, yaitu sebesar 1000 MW. Seperti halnya
lapangan Larderello, sumur-sumur di lapangan the Geysers juga
menghasilkan uap kering.

Fluida panasbumi umumnya hanya dimanfaatkan sebagai


pembangkit listrik di negara negara lain setelah tahun 1979.
Meningkatnya kebutuhan akan energi serta meningkatnya harga,
minyak, khususnya pada tahun 1973 dan 1979, telah memacu
negara-negara lain untuk mengurangi ketergantungan mereka pada
minyak dengan cara memanfaatkan fluida panasbumi. Hal ini
terlihat dari meningkatnya kapasitas instalasi listrik tenaga
panasbumi pada tahun-tahun berikutnya. Dari tahun 1979 hingga
akhir tahun 1986, kapasitas listrik tenaga panasbumi dunia naik dari
1759 MW hingga 4733 MW. Walaupun demikian masih banyak
negara negara yang belum memanfaatkan sumber daya
panasbuminya pada masa itu karena seperti halnya dengan
eksplorasi minyak bumi, eksplotasi sumber daya panasbumi juga
memerlukan modal yang besar dan risikonya tinggi. Sumber daya
panasbumi umumnya terdapat di daerah pegunungan yang sulit
dijangkau. Di negara-negara yang mempunyai sumber energi
lainnya, sumber daya panasbumi harus bersaing keras dengan
sumber energi lainnya.
Di Indonesia usaha pencarian sumber energi panasbumi pertama
kali dilakukan di daerah Kawah Kamojang pada tahun 1918. Pada tahun
1926 hingga tahun 1929 lima sumur eksplorasi dibor dimana sampai saat
ini salah satu dari sumur tersebut, yaitu sumur KMJ-3 masih
memproduksikan uap panas kering atau dry steam. Pecahnya perang
dunia dan perang kemerdekaan Indonesia mungkin merupakan salah satu
alasan dihentikannya kegiatan eksplorasi di daerah tersebut.

Karena tidak ada dana, kegiatan eksplorasi panasbumi di


Indonesia baru dimulai pada tahun 1972. Direktorat Vulkanologi dan
Pertamina, dengan bantuan Pemerintah Perancis dan New Zealand
melakukan survey pendahuluan di seluruh wilayah Indonesia. Dari
hasil survey dilaporkan bahwa di Indonesia terdapat 217 prospek
panasbumi, yaitu di sepanjang jalur vulkanik mulai dari bagian Barat
Sumatera, terus ke Pulau Jawa, Bali, Nusa tenggara dan kemudian
membelok ke arah utara melalui Maluku dan Sulawesi. Sumberdaya
panasbumi yang terdapat di Indonesia sangat potensial bila
dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik, karena umumnya,
merupakan sistim hidrothermal yang mempunyai temperatur tinggi
(>2250C). Hanya beberapa diantaranya yang mempunyai temperatur
sedang (150-2250C).
Walaupun daerah prospek panasbumi di Indonesia sangat
banyak jumlahnya, tetapi hingga saat ini baru beberapa lapangan
yang telah dikembangkan dalam skala besar dan fluidanya
dimanfaatkan untuk pembangkit listrik. Lapangan-lapangan tersebut
antara lain adalah Kamojang (140 MWe), Awibengkok-Salak (330
MWe), Darajat (55 MWe), dan Lapangan Wayang Windu (110
MW). Selain itu terdapat dua unit pembangkit listrik tenaga
panasbumi skala kecil, yaitu satu unit berkapasitas 2.5 MWe di
lapangan Lahendong (Sulawesi Utara) dan satu unit berkapasitas 2
MWe di lapangan Sibayak (Sumatera Utara).
Pada tahun 1926 hingga tahun 1929 lima sumur eksplorasi
dibor dimana sampai saat ini salah satu dari sumur tersebut, yaitu
sumur KMJ-3 masih memproduksikan uap panas kering atau dry
steam. Pecahnya perang dunia dan perang kemerdekaan Indonesia
mungkin merupakan salah satu alasan dihentikannya kegiatan
eksplorasi di daerah tersebut.
Karena tidak ada dana, kegiatan eksplorasi panasbumi di
Indonesia baru dimulai pada tahun 1972. Direktorat Vulkanologi dan
Pertamina, dengan bantuan Pemerintah Perancis dan New Zealand
melakukan survey pendahuluan di seluruh wilayah Indonesia. Dari
hasil survey dilaporkan bahwa di Indonesia terdapat 217 prospek
panasbumi, yaitu di sepanjang jalur vulkanik mulai dari bagian Barat
Sumatera, terus ke Pulau Jawa, Bali, Nusa tenggara dan kemudian
membelok ke arah utara melalui Maluku dan Sulawesi. Sumberdaya
panasbumi yang terdapat di Indonesia sangat potensial bila
dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik, karena umumnya,
merupakan sistim hidrothermal yang mempunyai temperatur tinggi
(>2250C). Hanya beberapa diantaranya yang mempunyai temperatur
sedang (150-2250C).
Walaupun daerah prospek panasbumi di Indonesia sangat
banyak jumlahnya, tetapi hingga saat ini baru beberapa lapangan
yang telah dikembangkan dalam skala besar dan fluidanya
dimanfaatkan untuk pembangkit listrik. Lapangan-lapangan tersebut
antara lain adalah Kamojang (140 MWe), Awibengkok-Salak (330
MWe), Darajat (55 MWe), dan Lapangan Wayang Windu (110
MW). Selain itu terdapat dua unit pembangkit listrik tenaga
panasbumi skala kecil, yaitu satu unit berkapasitas 2.5 MWe di
lapangan Lahendong (Sulawesi Utara) dan satu unit berkapasitas 2
MWe di lapangan Sibayak (Sumatera Utar

Perkembangan pengusahaan energi panasbumi di Indonesia


relatif lambat, antara lain karena Indonesia memiliki banyak sumber
energi lain yang dapat dimanfaatkan untuk pembangkit listrik, yaitu
air, minyak, gas dan batubara. Selain itu juga harga listrik yang
dihasilkan dari uap panasbumi dinilai lebih mahal, terutama jika
dibandingkan dengan harga listrik dari batubara. Para ahli
geothermal berpendapat bahwa hal ini disebabkan karena biaya
penanggulangan pencemaran lingkungan dari batubara belum
diperhitungkan. Harga listrik yang dihasilkan dari panasbumi dapat
bersaing dan bahkan lebih murah dari harga listrik dari batubara
apabila biaya penanggulangan pencemaran lingkungan
diperhitungkan, karena dampak pencemaran lingkungan dari
batubara lebih besar dari panasbumi. Harga listrik yang dihasilkan
dari panasbumi juga tidak dapat bersaing dengan harga listrik yang
dihasilkan menggunakan bahan bakar minyak yang saat ini masih
disubsidi.

Energi panasbumi yang relatif tidak menimbulkan polusi dan


terdapat menyebar di seluruh kepulauan Indonesia (kecuali
Kalimantan) sesungguhnya merupakan salah satu energi yang tepat
untuk dimanfaatkan untuk pembangkit listrik dimasa yang akan
datang untuk memenuhi sebagian dari kebutuhan listrik nasional
yang cenderung terus meningkat.
1. WKP GUNUNG SIBAYAK
 Lokasi

 Deskripsi
Sistem panas bumi Sibayak berada dalam setting geologi berupa volcanic
yang terbentuk di sekitar Sesar Besar Sumatera. Pembentukan sistem ini
berasosiasi dengan Kaldera Singkut. Sesar utama yang mengontrol
pergerakan fluida panas didominasi oleh sesar yang berarah barat laut-
tenggara. Sistem Sibayak memiliki zona upflow di bawah Gunung Sibayak
dengan zona outflow diperkirakan ke arah Tenggara. Sistem ini memiliki
reservoir dominasi air dengan pH netral dan kandungan NCG kurang dari
1%wt. Berdasarkan kajian geothermometer, Puncak Kawah Gunung
Sibayak memberikan temperatur >300°C. Reservoir sistem ini berada pada
batuan sedimen berumur tersier
 Ringkasan Geologi

Struktur Geologi

Struktur geologi yang berkembang didaerah Sibayak, yang didapatkan dari


pengambilan data dan intepretasi data baik data permukaan maupun bawah
permukaan, diketahui bahwa struktur geologi yang mempunyai potensi
permeabilitas adalah struktur sesar mendatar dengan arah kelurusan NW-SE.
Dimana struktur tersebut berkembang didalam kaldera besar Singkut.
Struktur tersebut telah dibuktikan dari hasil pemboran yang telah dilakukan.

Litologi/Statigrafi

Produk gunungapi sibayak terbentuk antara endapan pre Toba dan Post Toba
(Peta Geologi daerah Danau Toba). Stratigrafinya dihubungkan dengan
pembentukan Danau Toba diakibatkan oleh letusan (erupsi volcano
tektonik) tuff Toba, yang kemungkinan diduga membentuk gunung Singkut.
Setelah itu terjadi erupsi “volcano tectonic” material berkomposisi riolitik
dihasilkan, dimana endapannya menutupi vulkanik Singkut dan diikuti
pembentukan depresi Toba. Periode selanjutnya terjadi pengangkatan yang
diikuti oleh erupsi kedua, membentuk gunungapi Sibayak – gunung Pintau,
Gunungapi Sinabung dan Pusuk Bukit. Pada bagian lain terlihat pulau
Samosir yang terbentuk dan mempunyai kemiringan ke barat daya. Batuan
termuda dari lapangan ini yaitu endapan vulkanik (piroklastik, lava berumur
0.05 - 0.1 Ma, ubahan vulkanik), dan ignimbrite Toba. Batuan tua terdiri
dari endapan material tersier tua dari mud stone/sand stone, lime stone, shale
serta intrusi dasit. Data endapan vulkanik tersebut memperlihatkan bahwa
batuan termuda atau sumber panas dari lapangan panasbumi merupakan
aktivitas termuda dari batuan beku G. Sibayak, yang merupakan intrusi
diorite, grano diorite atau micro diorit dibawah gunung tersebut. Dari data
sumur pemboran, terlihat bahwa endapan vulkanik mempunyai ketebalan
antara 1000-1250 m dari permukaan. Pada tempat yang lebih dalam terdapat
batuan mud stone/sand stone, lime stone mud stone dan shale yang
merupakan batuan dasar.

 Model Geologi Tentatif

Prospek Sibayak berada di dalam kaldera Singkut, dari hasil pemboran yang
dilakukan dapat diketahui bahwa zona reservoir dari sistem panasbumi
Sibayak diperkirakan terdapat di satuan batuan sedimen, yang merupakan
batuan tertua di daerah Sibayak. Kemudian berdasarkan pemetaan dan hasil
pemboran juga diketahui struktur geologi yang intens, terutama dari struktur
tektonik berupa kelurusan struktur sesar mendatar berarah NW-SE.
 Ringkasan Geokimia
Diagram plot Cl-SO4-HCO3 hasil analisis kimia air dari manifestasi panas
bumi di daerah Sibayak; terlihat semua contoh termasuk dalam steam heated
water. Diagram plot Na-K-Mg hasil analisis kimia air dari manifestasi panas
bumi di daerah Sibayak; terlihat seluruh conto terletak pada bagian
pengayaan Mg (immature water). Diagram plot gas N2-CO2-Ar dari
manifestasi panas bumi mengindikasikan input magmatik terlihat pada
SBY.01.MF dan SBY.02.MF. Diagram plot geotermometer gas H2-Ar dan
CO2-Ar menunjukkan bahwa Puncak Kawah G. Sibayak mempunyai
temperatur yang paling panas di antara manifestasi lainnya di daerah
prospek yang diduga berhubungan dengan zona upflow. Namun demikian,
plot ini tidak dapat memberikan gambaran temperatur reservoir secara pasti
karena posisi plot sampel diluar grid. Proyeksi dari data ini memberikan
temperatur lebih dari 300oC.
Model tentatif sistem panas bumi Sibayak berdasarkan data geokimia. Zona
upflow berhubungan dengan fumarola dan solfatara di Puncak Kawah
Gunung Sibayak di bagian barat laut dengan outflow kemungkinan ke arah
tenggara yang ditandai oleh kemunculan manifestasi mata air panas. Sistem
Sibayak merupakan sistem yang relatif muda sehingga pengaruh kehadiran
volatil magmatik masih signifikan.

 Ringkasan Geofisika

Anomali residual gravitasi Sibayak terlihat cukup bervariasi. Dimana


anomali residual rendah berada di sekitar Gunung Pintau dan Gunung
Praktektekan. Kedua anomali gravitasi rendah tersebut dipisahkan oleh
beberapa

Penampang vertikal model MT, memberikan gambaran distribusi tahanan


jenis. Adanya low resistivity di daerah G. Sibayak dan G. Pintau
mengindikasikan adanya sumber panas yang menghasilkan zona alterasi
(clay hydrothermal) yang diperkirakan sebagai clay cap pada sistem ini.
Pola updome terlihat dibawah Gn. Sibayak, kemudian melandai ke arah
timur menjadi pola outflow. Gambaran tersebut memperlihatkan bahwa
secara lateral luas daerah prospek utama cukup terbatas. Daerah prospek
mencapai luas ± 5-6 km2 , mencakup areal titik-titik amat MT 101 s/d titik
ukur MT 124, mewakili daerah pengukuran G.Pintau, G.Sibayak dan G.
Pratektekan. Ketebalan zona konduktif yang berasosiasi dengan cap-rock
berkisar 700 – 1000 m. Ini berarti top reservoir berada pada kedalaman ±
1000-1350 m. Kedalaman reservoir mulai dari 1000 – 1900 m, dengan
ketebalan reservoir mencapai 1 – 1.5 km dibawah titik amat MT 111, 114,
115 dan MT 116; SBK104 s/d SBK 214.

 Model Konseptual

Sistem panas bumi Sibayak memiliki sumber panas di sekitar pusat-pusat


volkanisme G. Pintau dan G. Sibayak. Zona upflow diperkirakan berada di
bawah G. Sibayak yang ditandai oleh kemunculan fumarola dan solfatara.
Fluida panas bergerak ke arah tenggara menuju zona outflow dengan kontrol
keberadaan sesar- sesar yang berarah barat laut-tenggara. Reservoir sistem
ini umumnya berada pada batuan sedimen tertier. Dengan umur yang relatif
muda, sistem ini memiliki temperatur reservoir yang tinggi (>300oC).
2. WKP GEUREUDONG
WKP
GEUREUDONG
SK WKP
Kode Luas (Ha) Kab/ Provinsi Statu
Nomor Tanggal Wilayah Kota

Bener
Persiap
Meriah,
4283 29-12-2014 1117221214 Lelang
97.440 Aceh Tengah, Aceh
K/30/MEM/
2014 0010 Penuga
Aceh Utara

Titik
Potensi
Sumber Daya (MWe) Cadangan (MWe)
Nomor Nama
Terdug
Spekulatif Hipotesis a Mungkin Terb
9 Rimba Raya 100 - - - -
Gunung
10 Geureudong - - 160 - -

Kapasitas Terpasang dan Rencana Pengembangan


Kapasitas
Unit Pembangkit Tahun ( Mwe) Fabrikasi Pembangkit
1 2025 55 -

Kawasan
Hutan
Jenis Hutan Luas (Ha)
Hutan Konservasi -
Hutan Lindung 15.767
Hutan Produksi 13.760
Hutan Pangonan dan Hutan Cadangan -
Area Lainnya 67.913
Lokasi WKP

Dari Jakarta menuju Banda Aceh menggunakan pesawat dan mendarat di Bandar
udara Sultan Iskandar Muda kemudian dilanjutkan dengan perjalanan darat dari
kota Banda Aceh melalui jalan Lintas Timur atau Jalan Banda Aceh – Medan
menuju kota Bireun sejauh 215 km. Selanjutnya dari Kota Bireun menuju kota
simpang tiga Redelong melalui jalan raya Bireun – Takengon sejauh 80 km. Dari
Jakarta menuju Banda Aceh menggunakan pesawat dan transit di Bandar udara
Sultan Iskandar Muda, dilanjutkan perjalanan pesawat menuju Bandar Udara
Malikussaleh. Kemudian dilanjutkan dengan perjalanan darat dari kota Muara
Batu menuju Kota Simpang Tiga Redelong melalui jalan PT KKA sejauh 80,5
km

Deskripsi WKP

Daerah prospek Panas Bumi Gn. Geureudong terletak di Kabupaten Caeh Tengar,
Bener Meriah, dan Aceh Utara, Provinsi Nangroe Aceh Darussalam. Prospek
Panas Bumi Gn. Geureudong merupakan bagian dari pegunungan vulkanik Bukit
Barisan dan terletak di 50 km timur laut patahan besar Sumatera (GSF). Gn.
Geureudong merupakan kompleks gunung stratovulkanik berukuran besar dengan
diameter sekitar 18 km dengan kerucut parasite muda, Gunung burni Telong dan
Gunung Pepanji. Usia kompleks pegunungan vulkanik ini adalah pleistosen
hingga Holosen. Produk Vulkanik di daerah Gn. Geureudong berupa perselingan
batuan lava dan piroklastik andesitik-dasitik. Batuan reservoir diperkiran terdiri
dari batuan metamorf tingkat rendah, batuan sedimen dan intrusi granit.
Manifestasi panas dan zona alterasi permukaan ditemukan di 4 wilayah, wih
pesam, Uning Bertih, Pepanji dan wih Porak. Wih Pesam merupakan satu-satunya
manifestasi panas permukaan berupa mata air panas klorida dengan pH Netral.
Mata air panas lainnya yang ditemukan di Uning Bertih, Pepanji dan Wih Porak
merupakan air panas bikarbonat yang telah mengalami pengenceran dan
mengandung kadar klorida yang lebih rendah.
Permeabilitas bawah permukaan dimungkinkan berhubungan dengan struktur
berarah bawah laut yang sejajar dengan struktur besar Sumatera dan struktur
berarah Timur Laut – barat daya yang sejajar dengan gaya tekan horizontal
maksimum.

Manifestasi Permukaan
Temp.
Lokasi Keasam
Jenis Bujur Lintang Elevasi (m) Permukaan
Sampel (pH
0
(T C)
Kolam Air
Wih Pesam - - 972 68 6,5
mendidih
Simpang Kolam Air
Balik mendidih - - 1.221 67 6,0
Mata Air
Pante Raya - - 1.239 52 6,5
Panas
Mata Air
Pepanji - - 1.780 49 6,0
Panas

Ringkasan Geologi

Geologi
Umum
Geomorfologi

Peta Geomorfolgi Mengunakan Citra Satelit Landsat


Studi geomorfologi menggunakan data GIS dan citra satelit. Analisa geomorfologi daerah Geureudong
menunjukkan morfologi batuan dasar berumur pretersier dan tersier berupa batuan meta sedimen dan
intrusi serta batuan vulkanik berumur kwarter. Unit geomorfologi daerah Geureudong terdiri dari badan
air, kerucut vulkanik, kubah lava, kaldera gunung berapi, perbukitan denudasional vulkanik, denudasional
struktural dan scarp patahan. Beberapa kenampakan permukaan vulkanik memperlihatkan umur vulkanik
yang relatif muda dimana sebagian sudah terpotong oleh struktur geologi dan erosi. Kenampakan lain
berupa denudasional vulkanik ditemukan di selatan yang menunjukkan kehadiran gunung api tua yang
sudah terkikis erosi.

Litologi/Stratigrafi

Peta Geologi Penampang Stratigraphy Daerah Geureudong

Penampang Geologi AA Daerah Geureudong Penampang Geologi BB Daerah Geureudong

Stratigrafi daerah Geureudong dibagi menjadi 2 unit litologi utama yaitu batuan vulkanik berumur kuarter
dan batuan dasar yang lebih tua. Distribusi batuan dasar yang berumur Paleozoikum, Mesozoikum dan
Tersier tersingkap di bagian tepi barat, selatan dan tenggara. Batuan Palezoik terdiri dari formasi Kluet
(metasedimen tingkat rendah – slate, phyllite dan batu pasir), formasi Tawar (metalimestone), granit
Biden dan granit Bergang. Batuan Mesozoikum terdiri dari formasi Penarun (metamorf tingkat rendah –
slate, phyllite dan kuarsit). Batuan tersier terdiri dari formasi Bampo – perselingan batulanau dan batu
pasir.
Komposisi batuan vulkanik kuarter diklasifikasikan menjadi 4 kelompok yaitu:
1. Vulkanik Silih Nara (andesitik – dasitik) – lava dasitik, interkalasi breksi piroklastik dan tufa
lapili.
2. Vulkanik Geureudong (andesitik basaltik) – andesitik, aliran lava basaltik – andesitik, breksi
piroklastik, tufa, lapili dan perselingan lava dasitik dan breksi piroklastik.
3. Vulkanik Pepanji (andesitik – dasitik) – interkalasi tufa dan breksi piroklastik.
4. Vulkanik Burni Telong (andesitik – basaltik) – aliran lava dasitik, breksi piroklastik, tufa dan
tephra andesitic

Struktur Geologi

Struktur Geologi
Struktur geologi daerah Geureudong terbagi menjadi 3 sistem patahan yaitu patahan berarah barat laut –
tenggara, utara – selatan dan timur – barat. Kemunculan rekahan /patahan menunjukkan keberadaan
permeabilitas batuan reservoir di bawah permukaan. Sesar besar sumatera dominan mempengaruhi
terbentuknya sistem rekahan yang ada di daerah Geureudong.
Manifestasi panas di Wih Pesam, Uning Bertih dan Pepanji disimpulkan terkait dengan perpotongan
patahan mendatar berarah baratlaut – tenggara dan barat – timur. Patahan mendatar berarah utara – selatan
juga diidentifikasikan melintasi vulkaik Silih Nara dan kompleks Geureudong.

Lain – lain
Manifestasi Permukaan dan Zona Alterasi

Manifestasi Permukaan dan Zona Alterasi


Manifestasi panas di permukaan serta distribusi alterasi hidrotermal merupakan indikator terbaik untuk
prospek Panas Bumi. Mata air panas terdapat di Wih Pesam terletak di sebelah baratlaut, Uning Bertih
yang terletak di selatan Burni Telong, Pepanji dan Wih Porak. Wih Pesam adalah tipe mata air panas
klorida netral dengan kandungan TDS (Total Dissolved Solids)/total padatan terlarut relatif tinggi.
Pepanji, Uning Bertih dan Wih Porak merupakan mata air panas bikarbonat yang terencerkan (dilute
HCO3).
Alterasi hidrotermal terdiri atas alterasi tua yang ditemukan di batuan dasar (agrilik lemah, silisifikasi
lemah), dan alterasi hidrotermal yang ditemukan pada batuan vulkanik berumur kwarter. Alterasi muda
terutama terdiri dari argilik danargilik lanjut yang berasosiasi dengan manifestasi panas permukaan.
Mineral utama dalam alterasi antara lain kaolinit, alunit, smektit dan kristobalit. Sedangkan mineral minor
adalah pirit, kalsit dan klorit.

Kesimpulan Kajian Geologi


Gunung Geureudong adalah gunung strato volcano besar dengan kerucut parasit muda, Gunung Burni
Telong dan Gunung Pepanji. Usia kompleks vulkanik adalah pleistosen hingga Holosen. Perselingan
batuan lava dan piroklastik andesitik – dasitik adalah produk utama gunung geureudong. Batuan reservoir
kemungkinan besar terdiri dari batuan vulkanik berumur kwarter, serta kemungkinan sedimen tersier di
bawahnya. Singkapan batuan Paleozoikum dan Mesozoikum terdiri dari batuan metamorf tingkat rendah
dengan batuan sedimen (slate, phyllite, kuarsit, metasedimen) dan intrusi granit. Permeabilitas batuan
reservoir terkait dengan struktur berarah baratlaut searah dengan Sesar Besar Sumatera dan rekahan serta
struktur berarah timurlaut – baratdaya, sejajar dengan gaya tekan horisontal maksimum daerah
Geureudong.
Wih Pesam adalah satu – satunya manifestasi air panas klorida netral yang ditemukan di daerah
Geureudong. Air panas Pepanji dan Wih Porak telah mengalami pengenceran dan memiliki kandungan
klorida yang jauh lebih rendah.

Geoteknik
Salah satu potensi bencana yang perlu dipertimbangkan dalam pengembangan lapangan panas bumi di
daerah Gunung Geureudong adalah aktivitas vulkanik di sekitar Gunung Burni Telong. Gunung Burni
Telong merupakan salah satu gunung berapi tipe A yang tercatat pernah meletus 5 kali semenjak tahun
1837 sampai 1924.

Gempa bumi adalah potensi bahaya lainnya di sekitar Geureudong. Aktivitas kegempaan di daerah
tergolong cukup tinggi dan yang terakhir tercatat pada 2013 berdaya 6,2 SR. gempa tersebut dilaporkan
disebabkan pergeseran patahan lokal mendatar sepanjang Aceh Tengah yang terletak 20 km sebelah timur
laut struktur utama dari Sesar Besar Sumatera.
Liquid Features

Manifestasi Panas Permukaan


Satu satunya manifestasi gas di daerah Geureudong ditemukan di Uning Bertih, dimana ditemukan
endapan silika-muskovit. Adanya endapan silika muskovit menunjukkan potensi yang baik, namun suhu
rendah menunjukkan bahwa manifestasi ini tidak memiliki kualitas yang baik untuk menunjukkan kondisi
reservoir. Manifestasi air menunjukkan hasil yang lebih baik karena memiliki suhu yang
.

Ringkasan Geokimia

Diagram dan Peta


Analisa air dan/atau gas serta isotop

Diagram Segitiga SO4-NCO3-CL dan Li-B-Cl


Konsentrasi Cl, Na, Ca, K, Li, SO4 dan B di Wih Pesam tergolong tinggi dibandingkan dengan
manifestasi air. Kandungan klorida yang tinggi menunjukkan area outflow dari reservoir netral, sedangkan
konsentrasi lithium dan boron yang tinggi menunjukkan reaksi dari air dengan batuan sedimen.

Isotop stabil (δ18O dan δD)


Isotop stabil (δ18O dan δD) menunjukkan manifestasi Wih Pesam mengalami pengayaan δ 18O. hal ini
disebabkan oleh adanya interaksi dengan fuida panas dengan batuan di sekitarnya. Nilai isotop δ5He
mengindikasikan adanya komponen permukaan yang mempengaruhi fluida di Wih Pesam. Empat suhu
geotermometer dihitung pada kimia air Wih Pesam dan geotermometer tertinggi ditunjukkan oleh Na-K
(Giggenbach) sebesar 2400C.
Manifestasi air panas di daerah Uning Bertih, Pepanji, Wih Porak memiliki kesamaan kimia dan
mengindikasikan mata air panas di manifestasi tersebut mengalami pencampuran yang signifikan dan
mencirikan air peripheral. Tingginya tingkat pencampuran oleh kondisi permukaan tidak dapat digunakan
untuk mengkonfirmasi kemungkinan hubungan dengan sistem panas bumi yang netral.
Isotop yang stabil (δ18O dan δD) menunjukkan manifestasi Uning Bertih, Pepanji dan Wih Porak
diengaruhi oleh air meteorik terlihat bahwa semua data mendekati garis air meteorik lokal yang diwakili
oleh air terjun Mangaya. Nilai isotop δ5He mengindikasikan adanya komponen permukaan yang
mempengaruhi fluida di Uning Bertih, Pepanji dan Wih Porak. Dari semua data tersebut tidak ada
geogeotermometer yang dihitung karena mengalami dilusi.

Lain – lain
Kesimpulan Kajian Geokimia
Wih Pesam merupakan manifestasi yang paling memungkinkan menggambarkan daerah outflow netral
dengan suhu kesetimbangan maksimum sebesar ~ 2400C. sedangkan untuk manifestasi di daerah
lainnya tidak menunjukkan adanya indikasi geokimia positif maupun negatif dikarenakan adanya proses
dilusi.

Ringkasan Geofisika

Gaya Berat/Gravity

Anomali Residual gayaberat dengan densitas reduksi 2,4 gcc


Nilai anomali residual maksimum di wilayah barat laut manifestasi Wih Pesam dan wilayah timur Wih
Porak menuju Danau Laut Tawar. Nilai anomali residual minimum berada disekitar Uning Bertih dan
Pepanji yang berada di wilayah vulkanik Gunung Geureudong, Burni Telong dan pepanji.
Sebaran daeaah konduktansi tinggi berasosiasi dengan manifestasi termal di Wih Pesam dan Pepanji.
Hal ini menunjukkan bahwa kedua daerah tersebut memiliki kenungkinan terhubung dengan sistem
panas bumi di daerah Geureudong. Dua area prospek tersebut menunjukkan adanya kemenerusan satu
sama lain dimana Gunung Geureudong menjadi area upflow dan daerah Wih Pesam berarah baratlaut
dan daerah Pepanji berarah baratdaya menjadi area outflow dari sistem panas bumi di daerah
Geureudong.
Geomagnet

Sensor Magnetik Elektrik (elektroda Pb-PbCl2)

Pengukuran metode magnetotelurik menggunakan instrumen Phoenix MTU-5A 5 Channel dengan


menggunakan 3 sensor magnetik (metronix MFS-06/07) dan 2 sensor elektrik (elektroda Pb-PbCl 2) yang
tidak terpolarisasi. Proses robust digunakan pada pengukuran ini untuk mengkoreksi gangguan dari
noise yang terkolerasi dengan sinyal.
Pengukuran metode TDEM digunakan untuk melakukan koreksi statik terhadap kurva resistivitas
Magnetotelurik. Kualitas data pada pengukuran ini dipengaruhi oleh resistivitas batuan dangkal, efek
feromagnetik batuan dan sumber noise lainnya seperti kabel dan pembangkit listrik. Sebaran tahanan
jenis / rersistivitas rendah ditunjukkan

oleh nilai konduktansi total batuan pada kedalaman 1500 meter. Sebaran tahanan jenis rendah berarah
barat laut – tenggara menunjukkan sebaran batuan penudung/claycap.

Elektromagnetik
MT

Peta Elevasi BOC


BOC di bawah puncak G. Tandikat dan G. Singgalang berada pada elevasi yang relatif lebih Ttinggi
dibandingkan dengan daerah disekelilingnya yang ditunjukan pada pola kontur tertutup. Hal ini
menunjukan keberadaan pola updome di bawah puncak kedua gunung tersebut. Pola updome
berkorelasi dengan zona upflow dari sitem panasbumi di daerah tersebut.
Model Konseptual

Integrasi data-data 3G diatas menunjukkan 2 area potensi panas bumi di daerah Geureudong. Prospek
panas bumi Wih Pesam terletak di tenggara dari mata air panas klorida Wih Pesam, sementara daerah
prospek Pepanji terletak di timulaut – baratdaya. Daerah prospek yang diperkirakan berada di sekitar Wih
Pesam seluas 8 km2 dan Pepanji seluas 7 km2.

Berdasarkan data yang ada kedua area prospek tersebut diperkirakan saling menyambung ditunjukkan
dengan kemungkinan kemenerusan lapisan konduktif dari sebaran tahanan jenis pada kajian geofisika.
Kemenerusan lapisan konduktif ini dapat menyebabkan potensi panas bumi di daerah Geureudong
menjadi lebih besar.

berarah barat daya. Batuan reservoir diduga tersusun atas batuan vulkanik kuarter di kedua daerah,
namun tidak dapat diperkirakan kedalaman batuan reservoir tersebut.
3. WKP JABOI
WKP JABOI
SK WKP
Kode Luas (Ha) Kab/ Provinsi Status
Nomor Tanggal Wilayah Kota

1514 Kota
09-04-2008 12FEBPBM1172 6.949 Sabang Aceh Eksplorasi
K/30/MEM/2008

Titik Potensi
Sumber Daya (MWe) Cadangan (MWe)
Nomor Nama
Spekulati
f Hipotesis Terduga Mungkin Terbukti
1 Iboih 25 - - - -
2 Lho Pria Laot 50 - - - -
3 Jaboi - - 50 - -

Izin Pengusahaan
SK Izin Pengusahaan Kapasitas
Pemegang Izin Terpasang
Nomor Tanggal
3227
25-06-2015 PT Sabang Geothemal Energy -
K/30/MEM/2015

Kapasitas Terpasang dan Rencana


Pengembangan
Tahu
Unit Pembangkit n Kapasitas ( Mwe) Fabrikasi Pembangkit
1 2019 5 -
2 2019 5 -

Kawasan Hutan
Jenis
Hutan Luas (Ha)
Hutan Konservasi -
Hutan Lindung 3.112
Hutan Produksi -
Hutan Pangonan dan Hutan
Cadangan -
Area Lainnya 3.856
Lokasi Wkp

Peta Lokasi Panas Bumi Daerah Jaboi


WKP Jaboi berada di Pulau Weh yang terletak di ujung barat wilayah Indonesia yaitu di sebelah barat
laut Pulau Sumatera. Daerah Panas Bumi ditandai dengan keberadaan 3 kelompok manifestasi panas
bumi di permukaan yaitu daerah panas bumi Iboih, Lho Pria Laot, dan Jaboi. Daerah panas bumi Jaboi
secara administratif sebagian besar termasuk dalam wilayah Kecamatan Sukajaya, dan sebagian kecil di
wilayah Kecamatan Sukakarya, Kota Sabang, Provinsi Aceh. Lokasi WKP Panas Bumi Daerah Jaboi
dicapai dengan kapal cepat dengan waktu tempuh 1,5 jam dari pelabuhan Ulee-lee, Aceh menuju
pelabuhan Balohan di pulau Weh, yang kemudian dilanjutkan dengan perjalanan darat sejauh 2 km ke
arah barat dari pelabuhan Balohan.

Ringkasan Geologi

Geologi Umum
Geomorfologi

Peta Geomorfologi Daerah Panas Bumi Jaboi


Morfologi daerah panas bumi Jaboi dan sekitarnya yang meliputi Pulau Weh berada pada elevasi dari 0
meter hingga sekitar 600 meter. Secara umum, morfologi di daerah ini berupa morfologi dataran rendah,
perbukitan landai dan perbukian terjal. Sebaran manifestasi di Jaboi menempati morfologi perbukitan
landai.
Litologi/Stratigrafi

Peta Geologi dan Penampang Litologi Daerah Panas Bumi Jaboi


Litologi Pulau Weh terdiri dari batuan berumur Tersier dan Kuarter yang dibedakan menjadi 4 kelompok
batuan utama. Kelompok batuan sedimen Tersier (Miosen) merupakan batuan dasar di Pulau Weh.
Kelompok batuan vulkanik berumur Kuarter-Tersier berupa lava dan piroklastik aliran. Kelompok batuan
vulkanik muda berumur Kuarter merupakan produk dari deretan kerucut vulkanik muda yang membentuk
suatu kelurusan vulkanik berarah barat laut-tenggara dari utara ke selatan.
Kerucut vulkanik termuda di pulau ini berada di Kompleks Jaboi yang terdiri dari G. Labu Ba’u, G. Leumo Matee, dan G.
Semereuguh. Kompleks vulkanik ini dikategorikan sebagai gunungapi tipe C yang menghasilkan aliran lava dan
piroklastik. Kelompok batugamping terumbu dan endapan permukaan adalah kelompok batuan termuda di daerah ini.
Endapan permukaan umumnya dijumpai di dataran rendah seperti di Paya Seunara, Karing, dan pantai Balohan.

Struktur Geologi
Struktur geologi yang terbentuk di pulau Weh mempunyai pola yang sama dengan struktur geologi
daratan Sumatera. Zona sesar di Pulau Weh menunjukkan adanya kesinambungan atau keterkaitan
kesejajaran dengan sesar Lamteuba (komplek G. Seulawah Agam) yang memotong teluk Krueng Raya
di daratan Aceh. Beberapa zona sesar yang terbentuk di Pulau Weh umumnya berarah barat laut-
tenggara (NNW-SSE) yang terindikasi di teluk Balohan menerus sampai ke teluk Sabang. Dua sesar
utama yaitu Ujung Seuke - teluk Sabang dan Balohan–teluk Sabang membentuk sebuah graben
dicirikan adanya tebing-tebing curam di timur teluk Balohan. Danau Aneuk Laot di selatan kota Sabang
diperkirakan terjadi akibat amblasan bukan merupakan pusat erupsi vulkanik. Di sebelah barat struktur
graben terdapat Sesar Paya Seunara dan di bagian selatan terdapat sesar Jaboi yang keduanya berarah
utara-selatan.

Lain – lain
Geoteknik
Dari segi kebencanaan geologi, bahaya yang mungkin terjadi berkaitan dengan pengembangan
lapangan panas bumi Jaboi antara lain adalah bahaya gempa bumi karena Provinsi Aceh merupakan
jalur gempa. Pulau Sumatera terletak di sepanjang tepi barat daya lempeng benua Eurasia yang
bertumbukan dengan lempeng samudera Hindia yang mengalami penunjaman di sepanjang Parit Sunda,
di lepas pantai barat Sumatera. Sedangkan letusan gunungapi dimungkinkan tidak ada lagi karena
gunungapi yang berada di kota sabang merupakan gunungapi tipe C. Ahli vulkanologi memperkirakan
bahwa daerah Sarui-Lhok Pria Laot di Pulau Weh dulunya merupakan sebuah kawah besar (kaldera
purba), yang pernah terjadi letusan dahsyat dimasa lampau dan saat ini sudah tidak mencirikan lagi
sebagai bekas pusat erupsi akibat tingkat erosi yang kuat.
Ringkasan Geokimia

Diagram dan Peta


Analisa air dan/atau gas serta isotop

Diagram Segitiga Cl-SO4-HCO3 Diagram Segitiga Na-K-Mg

Air panas di daerah Jaboi berupa air asam sulfat bertemperatur tinggi (95.0 dan 96.4 oC), absen ion
bikarbonat, yang berasosiasi dengan fumarol/sulfatar dan air panas bikarbonat netral diIeseum atau
Ceunohot dengan temperatur 67.4 - 71.0oC yang menghasilkan endapan sinter karbonat. Air panas
asam sulfat Jaboi merupakan air permukaan yang terpanasi uap (steam heated water) dengan
kandungan klorida sangat rendah (7,1 - 7,8 ppm) dan Mg tinggi (117,6 - 111,4), sehingga mengalterasi
batuan di sekitarnya.

Air panas Ieseum termasuk tipe bikarbonat netral (67,5 – 71 oC) masih ada hubungannya dengan
manifestasi fumarola di Jaboi dengan diindikasikan oleh relatif tingginya konsentrasi HCO 3, SO4, dan
SiO2, namun konsentrasi klorida rendah. Air panas Keunekai, Batetamo, Serui bertipe bikarbonat yang
juga mengandung konsentrasi sulfat cukup tinggi dan rendah ion klorida. Tipe air bikarbonat ini
diakibatkan oleh terlarutnya gas magmatik CO2 kedalam air panas dan membentuk HCO 3 kemungkinan
ada kaitannya dengan kontaminasi air laut. Air panas Lhok Pria Laot dan Pasi Jaboi merupakan air
klorida yang mengandung sulfat tinggi. Kandungan ion bikarbonat dalam air panas Pasi Jaboi juga cukup
tinggi, sedangkan air panas Lhok Pria Laot sangat rendah. Kedua mata air panas ini kemungkinan
sedikit terkontaminasi oleh air laut. Dari kandungan perbandingan kandungan Li, Cl dan B, terlihat
adanya kontaminasi air laut kecuali air panas Ieuseum. Hampir semua air panas merupakan immature
water, mengindikasikan adanya pengaruh air meteorik yang cukup besar, kecuali air dari daerah Lho
Pria Laot lebih mendekati kondisi kesetimbangan.
Gas yang dianalisis merupakan contoh dari fumarola Jaboi pada elevasi 72 - 169 m dpl., temperatur 98.4
- 99.5oC, dan menghasilkan sublimasi belerang dan berasosiasi dengan air panas asam sulfat
bertemperatur tinggi.
Pendugaan temperature reservoir dengan menggunakan geotermometer SiO 2 conductive cooling dari air
panas Iseum didapatkan temperatur 187oC sebagai temperatur minimal. Dengan menggunakan
geotermometer gas CO2-H2 didapatkan temperatur 327oC. Jika melihat kondisi geologi daerah panas
bumi Jaboi yang masih berhubungan dengan aktifitas vulkanik Gunung Jaboi serta jenis dan temperatur
manifestasi permukaan yang tinggi, maka di perkirakan temperatur reservoir mencapai 250oC.
Ringkasan Geofisika

Gaya Berat/Gravity

Peta Anomali Bouguer Daerah Panas Bumi Jaboi


Peta anomali gaya berat dicirikan oleh kemunculan struktur regional berarah baratlaut-tenggara daerah
ini seperti oleh kelurusan-kelurusan pada arah tersebut, terutama di utara Balohan. Daerah manifestasi
fumarole bertepatan dengan anomali gaya berat tinggi dan dicirikan oleh banyaknya kelurusan-kelurusan
dominan berarah timurlaut-baratdaya, namun beberapa diantaranya hampir baratlaut-tenggara.
Kelurusan- kelurusan ini mencerminkan banyaknya struktur rekahan di daerah panas bumi Jaboi.

Geomagnet

Peta Anomali Magnetik Daerah Panas Bumi Jaboi


Peta anomali magnet total dicirikan oleh suatu anomali tinggi yang konsentrik terhadap daerah
manifestasi fumarola Jaboi dan dikelilingi oleh anomali rendah di sekitarnya. Pada daerah sekitar
katulistiwa magnetik, seperti daerah Jaboi ini, kontras suseptibilitas magnetik rendah akan memberikan
respon anomali medan magnet tinggi di permukaan. Oleh Karena itu, anomali tinggi ini kemungkinan
berasosiasi dengan batuan alterasi panas bumi yang juga telah terdemagnetisasi.
Geolistrik

Peta Tahanan Jenis Semu AB2 = 750 m Daerah Panas Bumi Jaboi
Peta sebaran tahanan jenis semu untuk bentangan arus AB/2 500 m dicirikan oleh keberadaan anomali
rendah sampai kurang dari 5 Ohm-m dengan pola yang menutup dengan pusat di sekitar area
manifestasi fumarolaJaboi. Pola ini juga mempunyai ciri khas yang melidah ke dua arah, yaitu kearah
timur - tenggara atau ke arah pantai Jaboi dimana beberapa mata air panas di dekat pantai ditemukan
dan ke arah baratdaya yang kemudian menerus ke selatan ke pantai Keuneukai dimana mata air panas
berada. Pola kedua lidah ini dikenal berasosiasi dengan pola outflow dari suatu sistem panas bumi.

Sumur Landaian Suhu

Telah dilakukan pengeboran 2 sumur landaian suhu yaitu sumur JBO1 dan sumur JBO-2. Sumur JBO-1
terletak di dalam zona prospek panas bumi sedangkan sumur JBO-2 terletak di batas zona prospek.
Berdasarkan mineral-mineral ubahan yang hadir di sumur JBO-1 dan JBO-2 menunjukkan adanya
interaksi antara batuan dengan fluida hidrotermal yang menyebabkan ubahan dengan intensitas lemah
hingga sangat kuat. Jenis mineral ubahan yang hadir menunjukkan adanya percampuran antara fluida
hidrotermal yang berjenis asam dan netral. Terjadinya pencampuran fluida tersebut diduga disebabkan
oleh adanya fluida hidrotermal berjenis asam di bagian atas yang bercampur dengan fluida hidrotermal
berjenis netral yeng berasal dari bagian yang lebih dalam (reservoir), melalui rekahan-rekahan pada
batuan. Hasil dari pengukuran logging temperature menunjukkan gradien panas di sumur JBO-1 (20.5 -
22°C per 100 m) relative lebih tinggi dari sumur JBO-2 (17°C per 100 m).

Model Konseptual
Model Konseptual Sistem Panas Bumi di Daerah Jaboi
Daerah upflow dari sistem Panas Bumi Jaboi diindikasikan oleh manifestasi fumarole yang berasosiasi
dengan air panas asam, tanah panas dan alterasi asam yang kuat. Daerah ini merupakan zona prospek
yang dibatasi

oleh nilai tahanan jenis rendah. Lapisan konduktif di kedalaman sebagai lapisan penudung diduga
merupakan batuan vulkanik Kuarter yang mengalami alterasi yang dideteksi terdapat pada kedalaman
sampai 850m. Zona outflow diindikasikan oleh pemunculan air panas netral bikarbonat yaitu air panas
Ieseum di bagian utara, Keunekai, Batetamo, dan Serui, serta air klorida netral sebagai air panas Pasi
Jaboi. Zona rekahan dan struktur sesar terutama yang berarah timur laut dan tenggara merupakan
pembentuk zona permeabel atau reservoir panas bumi. Keberadaan sistem panas bumi Jaboi dalam
depresi Semangko, karenanya struktur utama yang mengontrol sistem ini adalah struktur berarah barat
laut - tenggara. Kelompok manifestasi Lhok Pria Laot yang terletak jauh di pantai utara, dianggap
sebagai sistem yang berbeda dengan sistem yang terdapat di Jaboi.

Foto – Foto Pendukung

1. Jenis-jenis Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Panasbumi

Fluida panas bumi yang telah dikeluarkan ke permukaan bumi mengandung energi
panas yang akan dimanfaatkan untuk menghasilkan energi listrik. Hal ini dimungkinkan
oleh suatu sistem konversi energi fluida panas bumi (geothermal power cycle) yang
mengubah energi panas dari fluida menjadi energi listrik.

Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi(PLTP) pada prinsipnya sama seperti


Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), hanya pada PLTU uap dibuat di permukaan
menggunakan boiler, sedangkan pada PLTP uap berasal dari reservoir panasbumi. Apbila
fluida di kepala sumur berupa fasa uap, maka uap tersebut dapat dialirkan langsung ke
turbin, dan kemudian turbin akan mengubah energi panas bumi menjadi energi gerak yang
akan memutar generator sehingga dihasilkan energi listrik. Apabila fluida panas bumi
keluar dari kepala sumur sebagai campuran fluida dua fasa (fasa uap dan fasa cair) maka
terlebih dahulu dilakukan proses pemisahan pada fluida. Hal ini dimungkinkan dengan
melewatkan fluida ke dalam separator, sehingga fasa uap akan terpisahkan dari fasa
cairnya. Fraksi uap yang dihasilkan dari separator inilah yang kemudian dialirkan ke turbin

Banyak sistem pembangkitan listrik dari fluida panas bumi yang telah diterapkan di
lapangan, diantaranya:

1. Direct Dry Steam


2. Separated Steam
3. Single Flash Steam
4. Double Flash Steam
5. Multi Flash Steam
6. Brine/Freon Binary Cycle
Brine/Isobutane Binary Cycle
7. Combined Cycle
8. Hybrid/fossil–geothermal conversion system
1.1 Siklus Uap Hasil Pemisahan (Separated Steam Cycle)

Apabila fluida panas bumi keluar dari kepala sumur sebagai


campuran fluida dua fasa (fasa uap dan fasa cair) maka terlebih dahulu
dilakukan proses pemisahan pada fluida. Hal ini dimungkinkan dengan
melewatkan fluida ke dalam separator, sehingga fasa uap akan
terpisahkan dari fasa cairnya. Fraksi uap yang dihasilkan dari separator
inilah yang kemudian dialirkan ke turbin. Oleh karena uap yang
digunakan adalah hasil pemisahan maka, sistem konversi energi ini
dinamakan Siklus uap hasil pemisahan.

Gambar 3.2 memperlihatkan proses pembangkitan listrik dari


lapangan panasbumi yang menghasilkan fluida dua fasa, yaitu campuran
uap dan air. Fluida dari sumur dipisahkan menjadi fasa uap dan air di
dalam separator dimana uapnya kemudian dialirkan ke turbin dan airya
diinjeksikan kembali kebawah permukaan.
Proses pembangkitan listrik di lapangan Awibengkok-Gunung Salak
pada prinsipnya sama, karena sumur-sumur di lapangan tersebut
menghasilkan fluida dua fasa, yaitu uap dan air (temperatur reservoir
220-2300C). Pembangunan PLTP di lapangan ini dimulai pada tahun
1990. Unit pertama dari PLTP Gunung Salak mulai beroperasi pada
bulan Maret 1994 dengan kapasitas 55 MW, sedangkan unit kedua, juga
dengan kapasitas instalasi 55 MW, baru dioperasikan pada bulan Juni
1994. Kapasitas instalasi PLTP Gn. Salak telah ditingkatkan menjadi
330 MW. Instalasi unit 3, 4, 5 dan 6 masing-masing mempunyai
kapasitas 55 MWe.
Pola pengusahaan panasbumi lapangan Awibengkok untuk unit 1 s.d 3 adalah
sbb:

uap listrik
PERTAMINA- Konsumen
UNOCAL
PLTP
Transmisi
Eksplorasi s.d
Distribusi Listrik
Pengembangan
Lapangan Uap
Sedangkan untuk unit 4 s.d 6 adalah sbb:

listrik listrik
PERTAMINA- PLN Konsumen
UNOCAL
Transmisi
Distribusi Listrik
Eksplorasi s.d
Pengembangan
Lapangan Uap &
Pembangunan PLTP

1.2 Siklus Uap Hasil Pemisahan dan Penguapan (Double Flash Steam)

Pada sistem ini digunakan dua pemisahan fluida yaitu separator dan flasher dan
digunakan komposisi 2 turbin, yaitu HP-turbine dan LP-turbine yang disusun tandem
(ganda), seperti diperlihatkan pada Gambar 3.6. Contoh lapangan yang menggunakan
sistem konversi seperti ini adalah Hatchobaru (Jepang), dan Krafla (Iceland).
1.3 Binary Cycle

Umumnya fluida panas bumi yang digunakan untuk pembangkit listrik adalah
fluida yang mempunyai temperatur 2000C, tetapi secara tidak langsung fluida panas bumi
temperatur sedang (100-2000C) juga dapat digunakan untuk pembangkit listrik yaitu
dengan cara menggunakannya untuk memanasi fluida organik yang mempunyai titik
didih rendah (Gambar 3.8), uap dari fluida organik ini kemudian digunakan untuk
menggerakan sudu-sudu turbin sehingga menghasilkan listrik.

Fluida organik dipanasi oleh fluida panasbumi melalui mesin penukar kalor atau
heat exchanger. Jadi fluida panas bumi tidak dimanfaatkan langsung melainkan hanya
panasnya saja yang diekstraksi, sementara fluidanya sendiri diinjeksikan kembali
kedalam reservoir. Dua lapangan yang menggunakan siklus konversi energi seperti ini
adalah Parantuka, Kamchatka Peninsula (USSR) dan Otake (Jepang). Di lapangan
Lahendong juga terdapat sebuah pembangkit listrik panzasbumi siklus binari (binary
geothermal power plant) berkapasitas 2,5 MW.
1.4 Well Head Generating Unit

Beberapa tahun terakhir ini unit pembangkit kepala sumur yang dikenal
dengan nama "Well Head Generating Units" mulai banyak digunakan di
lapangan. Sesuai dengan namanya unit ini ditempatkan di dekat kepala sumur
(well head). Ada dua jenis "Well Head Generating Units" yaitu:

1. Back pressure turbine atau turbin tanpa kondensor (atmospheric exhaust). Turbin ini
tidak dilengkapi dengan kondensor. Uap dari sumur atau uap dari separator
dialirkan langsung ke turbin dan setelah digunakan untuk membangkitkan listrik
langsung dilepas ke atmosfir. Unit pembangkit jenis ini sering disebur
"monoblock".

2. Turbin yang dilengkapi dengan kondensor (condensing unit). Turbin ini dilengkapi
dengan kondensor. Uap keluaran dari turbin diubah menjadi kondensat di dalam
kondensor.
Well Head Generating Units atau unit pembangkit kepala sumur banyak
digunakan karena alasan-alasan berikut:

1. Unit pembangkit kepala sumur dapat lebih cepat dioperasikan, yaitu dalam waktu
kurang dari 1-2 bulan. Sedangkan "central plant” biasanya baru bisa dioperasikan 6-7
tahun setelah pemboran sumur pertama.

2. Dengan digunakannya unit-unit pembangkit kepala sumur berkapasitas kecil maka


perusahaan swasta nasional dapat dilibatkan dalam perusahaan panas bumi.

3. Penggunaan unit-unit pembangkit listrik berkapasitas kecil memungkinkan para


penanam modal untuk memperoleh kembali modalnya dalam waktu yang lebih cepat.
Hal ini karena alasan pertama di atas, yaitu waktu yang dibutuhkan untuk
pemasangan unit pembangkit berkapasitas kecil lebih singkat daripada untuk
berkapasitas besar, sehingga dapat lebih cepat dioperasikan.

4. Well head generating units dapat digunakan di daerah-daerah dimana topografi


cukup rumit, karena dengan digunakannya unit tersebut maka pipa alir uap jauh lebih
pendek bila dibandingkan dengan pipa alir di central power plant.

5. Apabila tekanan reservoir turun lebih cepat dari yang diharapkan, maka turbin masih
dapat di operasikan pada tekanan yang lebih rendah dan memproduksikan listrik
dalam jumlah yang sama meskipun efisiensinya lebih rendah.
Unit pembangkit kepala sumur (Well head generating units) dapat dipindahkan
ke lokasi sumur lain hanya dalam waktu 1 - 2 bulan
2. Konversi Energi dalam PLT-Panas Bumi

Pembangkit Listrik Panas Bumi, prinsip kerjanya hampir sama dengan


Pusat Listrik Tenaga Uap / PLTU. hanya saja jika pada PLTU uap yang
dibuat menggunakan boiler, pada PLTP uap tersebut didapat dari
reservoar.Uap yang disuplai dari sumur produksi / reservoar tsb masuk ke
dalam steam receiving header yang berfungsi sebagai media pengumpul
uap juga penstabil tekanan. Jadi ketika terjadi kelebihan tekanan maka uap
akan dibuang melalui vent strukture. Dari steam receiving header uap
tersebut kemudian dialirkan ke separator. Separator ini berfungsi untuk
memisahkan uap dari zat2 padat / benda asing seperti partikel berat
(sodium, potasium, calcium, silika, boran, amonia, fluor dlsb)Uap yang
masuk ke separator akan berputar karena perbedaan berat jenis, maka
partikel2 akan jatuh ke bawah ditampung pada (dush colektor) sedangkan
uap bersih akan keluar melalui pipa bagian atas separator.Uap kemudian
dialirkan ke demister yang berfungsi sebagai pemisah moisture yang
terkandung dalam uap, sehingga uap bersih saja yang akan masuk ke
dalam turbin.

Setelah keluar dari demister sudah dipastikan uap yang dihasilkan


merupakan uap bersih yang digunakan untuk memutar turbin yang seporos
dengan generator sehingga pembangkit listrik panas bumi menghasilkan
energi listrik.uap sisa dari turbin tersebut, kemudian dikondensasikan di
dalam kondensor. NCG (Non condensable gas) / gas yang tidak dapat di
kondensasi yang masuk ke dalam kondensor dihisap oleh first ejector
kemudian masuk ke intercondensor sebagai media pendingin dan
kemudian dibuang ke atmosfir melalui cooling tower / menara
pendingin.sesuai namanya menara pendingin berfungsi sebagai pendingin
air, air yang di pompakan dari kondensor disalurkan ke bak yang terdapat
di atas menara pendingin, bak kemudian memisahkan air menjadi butiran2
halus dan didinginkan dengan cara kontak langsung dengan udara
pendingin. Setelah terjadi proses pendinginan, air akan turun karena gaya
grafitasi dan menuju bak penampung air, yang terdapat di bagian bawah.
Dari sini air disirkulasikan kembali ke dalam condensor sebagai media
pendingin. Overflow dari bak penampung digunakan untuk kepentingan
reinjection pump.

Pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) adalah pembangkit


listrik yang menggunakan panas bumi untuk menghasilkan tenaga listrik.
Dalam penerapannya PLTP membutuhkah sumur dalam yang mencapai
lapisan yang memiliki panas bumi. Selanjutnya energi panas tersebut akan
menjadi gaya gerak bagi turbin.Indonesia merupakan negara yang
memiliki banyak gunung berapi. Oleh karena itu, panas bumi yang ada
pada wilayah yang berdekatan dengan gunung berapi memiliki potensi
untuk menghasilkan energi listrik. Sehingga sangat ideal untuk
mendirikan pembangkit listrik tenaga panas bumi.

Proses cara kerja pembangkit listrik tenaga panas bumi


menggunakan prinsip teknologi sama dengan pembangkit listrik tenaga
uap (PLTU). Hal ini berdasarkan panas bumi yang terkumpul dalam sumur
bor akan memacu proses penguapan air yang akan menggerakan turbin
untuk menjalankan fungsi generator sebagai teknologi konversi energi
gerak menjadi energi listrik.

Terdapat beberapa model pembuatan pembangkit listrik tenaga


panas bumi berdasarkan cara kerja. Jenis model ini memiliki kekurangan
dan kelebihannya masing-masing. Sehingga dapat memperkirakan tingkat
keuntungan dalam memilih jenis PLTP. Adapun beberapa jenis PLTP
tersebut ialah sebagai berikut:
 PLTP Uap Kering (Dry Steam) adalah PLTP paling sederhana dan sudah
tua. Proses kerja PLTP uap kering menggunakan sistem uap panas bumi
yang ada, langsung berhubungan dengan turbin untuk bergerak.
 PLTP Fash Steam adalah PLTP yang menggunakan sistem memasukkan
air panas bumi dengan tekanan tinggi ke dalam tabung bertekanan rendah.
Kemudian dalam proses tersebut menghasilkan uap air panas yang
berfungsi memutarkan turbin.
 Pembangkit listrik tenaga panas bumi jenis Binery Cycle (siklus biner),
dalam sistem ini menggunakan air panas bumi yang tidak terlalu panas.
Kemudian mengalir dalam fluida sekunder dengan titik didih yang sangat
jauh di bawah air panas bumi. Sehingga memunculkan penguapan air, jadi
uap tersebut yang bertugas menggerakkan turbin.

Dari ketiga pembangkit listrik tenaga panas bumi tersebut dalam


penggunaannya tergantung situasi dan dana yang tersedia. Selain itu
pemilihan tempat membangun PLTP juga berperan dalam memilih jenis
pembangkit listrik ini.
Bab III Kesimpulan

Dalam PLT-pm untuk mendapatkan fluida dari panas bumi, yang pertama
kali dilakukan adalah mengeksplorasi daerah yang akan digunakan. Dari membuat
beberapa survey mengenai keadaan lokasi dan perencanaan lokasi pemboran.
Proses cara kerja pembangkit listrik tenaga panas bumi menggunakan prinsip
teknologi sama dengan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU). Hal ini
berdasarkan panas bumi yang terkumpul dalam sumur bor akan memacu proses
penguapan air yang akan menggerakan turbin untuk menjalankan fungsi generator
sebagai teknologi konversi energi gerak menjadi energi listrik.
Daftar Pustaka

TEKNIK PANASBUMI Oleh: Ir. Nenny Miryani Saptadji Ph.D

You might also like