You are on page 1of 26

PENGARUH TSUNAMI TERHADAP

PERKEMBANGAN DESAIN GRAFIS


DI ACEH

OLEH:

NAMA: RIFQI ZAKWAN FIKRI


KELAS: XC
NO. ABSEN: 28
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah


menganugerahkan banyak nikmat sehingga kami dapat menyusun
laporan penelitian geografi ini dengan baik. Laporan ini berisi tentang
hasil penelitian mengenai “Pengaruh Tsunami Terhadap
Perkembangan Desain Grafis di Aceh”.

Laporan penelitian ini dibuat untuk memenuhi tugas mata


pelajaran Geografi di kelas XC SMA Negeri 1 Pontianak.

Tujuan dibuatnya laporan penelitian ini, yaitu untuk melaporkan


bagaimana pengaruh tsunami yang terjadi di Aceh terhadap
perkembangan desain grafis di daerah tersebut.

Dalam penyusunan laporan ini, kami menyadari bahwa hasil


laporan penelitian ini masih jauh dari kata sempurna. Sehingga kami
selaku penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari teman-teman dan pengajar sekalian.

Akhir kata semoga laporan ini memberikan manfaat bagi kita


semua.

Pontianak, 27 Januari 2023


Penulis,

Rifqi Zakwan Fikri

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................ii
DAFTAR TABEL, GAMBAR, DAN LAMPIRAN...........................iii
BAB 1: PENDAHULUAN...................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................1
1.2 Tujuan...............................................................................3
BAB 2: TINJAUAN PUSTAKA..........................................................4
BAB 3: METODE PENELITIAN......................................................10
BAB 4: PEMBAHASAN...................................................................12
BAB 5: SIMPULAN DAN SARAN..................................................18
5.1 Kesimpulan.....................................................................18
5.2 Saran...............................................................................19
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................19
LAMPIRAN.......................................................................................21

ii
DAFTAR TABEL, GAMBAR, DAN
LAMPIRAN

Tabel : -
Gambar :
Gambar 1. Ilustrasi gempa tektonik penyebab tsunami..............................1
Gambar 2. Komponen-Komponen Analisis Data: Model Interaktif.........11
Gambar 3. Papan Iklan yang Hanyut Dibawa Tsunami............................13
Lampiran :
Lampiran 1. Peta Kerusakan Akibat Tsunami Aceh Tahun 2004.........21
Lampiran 2. Tabel Korban Akibat Tsunami Aceh Tahun 2004 ...........21
Lampiran 3. Contoh desain grafis (papan iklan) di Aceh setelah Tsunami
Aceh Tahun 2004.....................................................................................22

iii
BAB 1: PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tsunami merupakan gelombang besar yang berasal dari laut menuju pantai.
Bencana tsunami pada umumnya diakibatkan oleh letusan gunung berapi di
bawah laut, gempa bumi yang pusatnya di dalam laut dan bertubrukannya antara
lempeng samudera (Gambar 1). Tingginya potensi terjadinya bencana tsunami
pada wilayah Indonesia disebabkan tatanan dan proses geologi dan pergerakan
lempeng, Indonesia yang terletak di tiga lempeng, yaitu Indo-Australia, Eurasia,
dan Pasifik. Untuk itu Indonesia merupakan negara yang rawan terhadap
bencana tsunami.

Gambar 1. Ilustrasi gempa tektonik


penyebab tsunami

Tsunami adalah gelombang besar berbentuk badai yang diakibatkan oleh


gempa tektonik atau vulkanik di dasar laut. Tsunami adalah istilah dalam bahasa
Jepang; tsu artinya pelabuhan, nami artinya gelombang (Apridar, 2005).
Gempa bumi yang terjadi pada tanggal 26 Desember 2004, menggoncang
kawasan lautan Hindia yang jaraknya 32 kilometer dari pantai Meulaboh, Aceh
Barat. Getaran gempa tektonik yang berkekuatan sebesar 8.9 skala richter itu
dirasakan di Indonesia, Malaysia, Thailand, Srilangka, India dan beberapa
negara lain di pesisir lautan ini. Masyarakat di Aceh mengatakan bahwa
meskipun menimbulkan kepanikan di tengah masyarakat, gempa bumi ini tidak
menimbulkan kerusakan yang berarti. Beberapa saat setelah gempa tersebut
terjadi, datanglah sebuah gelombang besar yang menyapu kawasan pantai laut
Hindia dengan kecepatan 800 kilometer perjam. Dalam hitungan detik,
gelombang yang terkenal dengan nama tsunami itu menerjang dan


menghancurkan apa saja yang ada di hadapannya, termasuk papan iklan. Dunia
dikejutkan oleh besarnya kerusakan dan korban yang ditimbulkan oleh tsunami.
Ratusan ribu orang meninggal dan hilang, sementara jutaan lainnya kehilangan
tempat tinggal. Daerah paling parah yang terkena bencana tsunami adalah
Banda Aceh, Aceh Besar, Calang-Aceh Jaya, Aceh Barat, Singkil dan Simeulu
(Apridar, 2005).
Para relawan dari berbagai daerah baik dalam negeri maupun luar
negerimulai berdatangan untuk menolong para korban atau mencari mereka
yang hilang. Berbagai negara menyatakan ikut berbelasungkawa atas musibah
yang terjadi di Indonesia dan menyalurkan bantuan kemanusiaan kepada para
korban. Mereka yang meninggal dikuburkan dan yang selamat ditempatkan di
penempatan sementara (shelter). Di Indonesia, wilayah Aceh adalah kawasan
yang mengalami kerusakan dan korban jiwa paling parah akibat tsunami.
Tsunami di Aceh telah menciptakan pula sebuah ruang kesadaran sosial,
humanistik, dan spiritual yang baru. Diibaratkan bagai sebuah magnet raksasa,
bencana ini mampu menyatukan hati, jiwa, dan perasaan seluruh bangsa
Indonesia, yang sebelumnya tercerai-berai dihantam gelombang kebencian,
kecurigaan, perselisihan, konflik agama, konflik etnis, kemarahan, dan
kekerasan (Piliang, 2005).
Rata-rata penduduk Aceh bekerja dalam bidang pertanian, nelayan,
perniagaan dan pemerintahan, di Banda Aceh mereka yang bekerja dalam
bidang pertanian hanya sebahagian kecil dibandingkan dengan bidang-bidang
lainnya. Kebanyakan mereka bekerja dalam bidang perniagaan dan
pemerintahan. Mereka yang bekerja dalam bidang desain grafis biasanya
disebut bidang percetakan (grafika). Pada masa tsunami hampir semua usaha
yang berpusat di Banda Aceh hancur akibat dilanda gelombang tsunami, hal ini
juga dialami oleh mereka yang berkerja di bidang desain grafis. Tetapi tidak
lama setelah kejadian tsunami, mereka mulai berkerja kembali demi memenuhi
keperluan hidup.
Desain grafis di Aceh tidak begitu berkembang berbanding dengan desain
grafis di kota-kota besar di Indonesia seperti, Jakarta, Bandung, Yogjakarta,
Surabaya dan lainnya. Hal ini dipengaruhi oleh letak daerah Aceh, yaitu di
paling ujung pulau Sumatra yang jauh dari pusat ibukota dan disebabkan pula
oleh terjadinya konflik yang mengakibatkan orang-orang dari luar Aceh takut
untuk masuk atau membuka usahanya di Aceh. Tetapi berbeda dengan keadaan
setelah terjadinya tsunami, seiring dengan banyaknya orang yang datang ke
Aceh tanpa disadari hal ini berimbas pada perkembangan desain grafis di Aceh
baik dari segi kuantitas mahupun kualitas.


Pengaruh tsunami dalam penelitian ini bukan berarti air atau gelombang
tsunami yang membuat desain grafis di Aceh mengalami perubahan, tetapi
dengan adanya tsunami berpengaruh pada keterbukaan daerah Aceh terhadap
datangnya para pendatang dari luar Aceh dengan tujuan untuk memberi
bantuan. Dengan masuknya para relawan tersebut membuat Aceh menjadi
terbuka, dan secara tidak langsung ini juga berpengaruh terhadap desain grafis
di Aceh terutama billboard (papan iklan).
Papan Iklan adalah salah satu media iklan outdoor yang dibuat oleh institusi
tertentu atau orang perseorangan yang dipasang di tempat umum, seperti di
sepanjang jalan atau persimpangan jalan. Fungsi papan iklan adalah sebagai
papan informasi mengenai suatu produk, layanan masyarakat yang berupa
ajakan, seruan, peringatan, dan larangan dengan ukuran yang besar. Papan iklan
memiliki space yang sangat besar berbanding media iklan lainnya seperti surat
kabar, majalah, televisi, namun secara visual papan iklan harus mampu
menyampaikan pesan yang singkat, jelas dan mudah dipahami serta diingati
oleh orang yang melihatnya.
Dari uraian ini muncul permasalahan tentang desain grafis di Aceh terutama
Banda Aceh, yaitu: Adakah perubahan pada desain grafis di Banda Aceh setelah
terjadinya tsunami?. Penelitian ini hanya memberi tumpuan pada produk desain
grafis dengan media papan iklan (billboard) yang ada di Banda
Aceh dan Aceh Besar.

1.2 Tujuan
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk memberikan informasi
mengenai pengaruh bencana tsunami terhadap perubahan desain grafis di daerah
Aceh, khususnya pada desain grafis berbentuk media papan iklan (billboard).


BAB 2: TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Tsunami


Istilah tsunami berasal dari bahasa Jepang Tsu artinya pelabuhan dan nami
artinya gelombang laut. Dari kisah inilah muncul istilah tsunami. Awalnya
tsunami berarti gelombang laut yang menghantam pelabuhan.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Daring, tsunami adalah
gelombang laut dahsyat (gelombang pasang) yang terjadi karena gempa bumi
atau letusan gunung api di dasar laut (biasanya terjadi di Jepang dan sekitarnya).
Tsunami merupakan gelombang air laut besar yang dipicu oleh pusaran air
bawah laut karena pergeseran lempeng, tanah longsor, erupsi gunungapi, dan
jatuhnya meteor. Tsunami dapat bergerak dengan kecepatan sangat tinggi dan
dapat mencapai daratan dengan ketinggian gelombang hingga 30 meter.
Tsunami sangat berpotensi bahaya meskipun tsunami ini tidak terlalu merusak
garis pantai. Gempa yang disebabkan pergerakan dasar laut atau pergeseran
lempeng yang paling sering menimbulkan tsunami. Pada tahun 2004 Indonesia
mengalami tsunami dahsyat setelah gempa bumi berskala 8.9 SR terjadi
di sekitar Aceh.
Area yang memiliki risiko tinggi jika gempa bumi besar atau tanah longsor
terjadi dekat pantai gelombang pertama dalam seri bisa mencapai pantai dalam
beberapa menit, bahkan sebelum peringatan dikeluarkan. Area berada pada
risiko yang lebih besar jika berlokasi kurang dari 25 meter di atas permukaan
laut dan dalam beberapa meter dari garis pantai.

2.2 Jenis-Jenis Tsunami


1. Tsunami Jarak Dekat (Lokal)
Tsunami jarak dekat (lokal) terjadi 0-30 menit setelah gempa. Jarak pusat
gempa ke lokasi ini sejauh 200 km. Besar kemungkinan bahwa daerah di sekitar
gempa bumi merasakan atau bahkan merusak bangunan. Tanda-tanda sebelum
terjadi tsunami adalah getaran kuat dan sering diikuti oleh pasang surut air laut.
Tanda-tanda ini diperbesar dengan sistem peralatan yang dilengkapi dengan
alarm.
2. Tsunami Jarak Menengah


Tsunami jarak menengah terjadi 30 menit-2 jam setelah gempa. Jarak pusat
gempa ke lokasi ini sejauh 200 km sampai 1.000 km. Ada kemungkinan bahwa
daerah di sekitar jarak ini merasakan juga gempa dengan intensitas II sampai V
MMI (Modified Mercalli Intensity). Tanda-tanda sebelum terjadi tsunami
adalah getaran kuat dan sering diikuti oleh pasang surut air laut. Sistem
peralatan daerah ini juga sama dengan daerah di atas, namun sistem peralatan
mungkin lebih banyak berperan karena getaran tidak terlalu keras. Tanda-tanda
ini juga diperbesar dengan sistem peralatan yang dilengkapi dengan alarm.
3. Tsunami Jarak Jauh
Tsunami jarak jauh terjadi lebih dari dua jam setelah gempa Jarak lokasi
daerah ini dari pusat gempa lebih dari 1.000 km, karena itu kecil kemungkinan
daerah ini merasakan gempa. Namun masih mungkin terjadi pasang surut
sebelum gelombang tsunami datang. Sistem peralatan daerah ini tidak perlu
dilengkapi dengan accelerograph, kecuali daerah ini juga termasuk daerah
rawan tsunami jarak dekat. Peralatan yang diperlukan untuk daerah ini adalah
Tremors yang sudah dipasang di Stasiun Geofisika Tretes.

2.3 Faktor yang Menyebabkan Terjadinya Tsunami


1. Gempa Bumi
Tsunami terjadi karena adanya gempa bumi. Namun, tidak semua gempa
bumi mengakibatkan terbentuknya tsunami. Gempa bumi dapat diikuti oleh
gelombang tsunami jika pusat gempa berada di dasar laut dan kedalaman pusat
gempa kurang dari 60 km.
2. Letusan Gunung Berapi
Letusan dari gunung berapi menyebabkan terjadinya gempa vulkanik.
Penyebab letusan gunung berapi di dasar laut menyebabkan tsunami dahsyat.
Gunung Krakatau merupakan contoh letusan dahsyat dan menimbulkan tsunami
pada 27 Agustus 1883. Gelombang tsunami yang ditimbulkannya mencapai 35
meter dan menewaskan lebih dari 36.000 orang.
3. Longsor Bawah Laut
Longsor bawah laut berpengaruh pada pergerakan volume air yang
mendadak dan pada skala tertentu menyebabkan tsunami. Beberapa longsor di
dasar laut bisa juga disebabkan oleh gempa bumi. Longsor di sepanjang
continntal scop (suatu lereng di dasar laut) yang menjadi sisi sebagian besar


garis pantai juga menjadi sumber terjadinya tsunami yang dihasilkan oleh
gempa bawah laut.
4. Hantaman Meteor
Hantaman meteor yang jatuh ke permukaan laut dapat menyebabkan
ketakseimbangan lempeng laut yang mengakibatkan gempa dan tsunami
yang sangat besar.

2.4 Tanda-Tanda Bencana Tsunami


1. Suara Gemuruh
Jika mendengar suara gemuruh tiba-tiba, perlu diwaspadai akan bahaya
tsunami yang akan terjadi. Suara gemuruh ini terjadi akibat adanya pergeseran
lempeng bumi di bawah laut.
2. Surut Air Laut
Pada proses awalnya, tsunami ditandai dengan surutnya air laut secara tiba-
tiba. Hal ini disebabkan terbukanya lempengan bumi di bawah laut, otomatis air
laut akan mengisi ruang yang dibuat oleh lempeng bumi yang terbuka. Hal ini
yang terjadi ketika tsunami Aceh. Ketika air laut surut, orang-orang pantai
berkumpul untuk mengumpulkan ikan. Namun, beberapa menit sejak air laut
surut, gelombang besar muncul dan mengejutkan orang-orang tersebut.
3. Tanda dari Hewan
Tanda berikutnya adalah tanda-tanda hewan yang tidak lazim dari biasanya.
Terdapat aktivitas burung-burung camar yang biasanya muncul di area laut.
Binatang ini akan cenderung menjauhi laut karena insting tajam mereka akan
bahaya yang terjadi.
4. Aktivitas Laut yang Berbeda
Laut akan otomatis memberikan tanda terjadinya tsunami. Beberapa menit
sebelum adanya gelombang besar, akan ada gelombang-gelombang kecil yang
menandai kembalinya air laut. Larilah menuju dataran tinggi, pegunungan,
ataupun perbukitan untuk menyelamatkan diri dari sapuan gelombang tsunami.

2.5 Faktor yang Mempengaruhi Tinggi Tsunami


1. Bentuk Pantai


Refraksi adalah transformasi gelombang akibat adanya perubahan geometri
dasar laut. Di tempat di mana terjadi penyempitan maka akan terjadi konsentrasi
energi, sehingga tinggi gelombang di tempat itu akan membesar.
2. Kelandaian Pantai
Jarak jangkauan tsunami ke daratan juga sangat ditentukan oleh terjal dan
landainya morfologi pantai, di mana pada pantai terjal tsunami tak akan terlalu
jauh mencapai daratan karena tertahan dan dipantulkan kembali oleh tebing
pantai, sementara di pantai landai tsunami menerjang sampai beberapa
kilometer masuk ke daratan. Bila tsunami menjalar ke pantai maka ia akan
mengalami perubahan kecepatan, tinggi dan arah, suatu proses yang sangat
kompleks meliputi shoaling , refraksi, difraksi, dan lain-lain. Shoaling adalah
proses pembesaran tinggi gelombang karena pendangkalan dasar laut. Gempa
bumi biasanya terjadi di dekat pertemuan lempeng benua dan samudera di laut
dalam, lalu menjalar ke pantai yang lebih dangkal. Aliran ini akan
teramplifikasi ketika mendekati daratan akibat efek shoaling. Difraksi adalah
transformasi gelombang akibat ada tidaknya bangunan atau struktur
penghalang. Ini terjadi bila gelombang terintangi sehingga dipantulkan kembali.
Suatu bangunan tegak dan padat akan lebih mampu memecah daripada yang
miring dan tembus air. Pembangunan tembok laut (breakwater) seperti di
Jepang, memang efektif menghalangi terjangan tsunami.
3. Vegetasi dan Struktur Penghalang di Sekitar Pantai
Kekuatan hutan pantai meredam tsunami makin terbukti jika hutan semakin
tebal, misalnya hutan dengan lebar 400 meter dihantam tsunami dengan
ketinggian tiga meter maka jangkauan run up tinggal 57 persen, tinggi genangan
setelah melewati hutan pantai tersisa 18 persen, arus tinggal 24 persen.
4. Arah Gelombang Tsunami
Gelombang tsunami yang datang dengan arah tegak lurus dengan pantai
tentu akan menyebabkan tinggi gelombang tsunami lebih tinggi jika
dibandingkan tinggi gelombang tsunami yang datang dengan arah sejajar atau
dengan sudut tertentu. Seperti datang dari arah barat, timur, barat daya ataupun
dari arah tenggara.
5. Efek Pemantulan dari Pulau Lain
Gelombang tsunami yang terjadi tidak langsung berasal dari sumbernya,
akan tetapi terjadi karena akibat adanya pemantulan gelombang dari sekitar
pulau yang terkena dampak gelombang tsunami. Hal ini pernah terjadi di pulau


Babi, yang mana pulau tersebut diterjang gelombang tsunami akibat dari
pemantulan dari pulau disekitar pulau Babi.

2.6 Dampak Bencana Tsunami


Bencana alam tsunami sama dengan bencana alam lainnya. Bencana tsunami
juga menimbulkan banyak dampak atau kerugian. Berikut
beberapa dampak tsunami:
1. Terjadi kerusakan kerusakan prasarana dan sarana sehingga menyebabkan
berbagai aktivitas terganggu.
2. Lahan pertanian dan perkebunan rusak. Aliran air akibat tsunami di daratan
juga dapat mengikis top soil lahan pertanian maupun perkebunan sehingga
lahan akan tergradasi.
3. Dampak terhadap perekonomian, bencana alam tsunami dapat memengaruhi
harga komoditas pangan dan energi yang tentunya akan memicu
terjadinya inflasi.

2.6 Cara Menyelamatkan Diri saat Tsunami


Cara penyelamatan diri saat terjadi tsunami, sebagaimana dilansir dari Buku
Saku Tangkap Tangkas Tangguh Menghadapi Bencana dari Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB). Berikut langkahnya:
1. Setelah terjadi gempa bumi hingga berdampak pada rumah, jangan berupaya
merapikan kondisi rumah karena gempa susulan bisa saja terjadi.
2. Ketika berada di rumah, tetap tenang dan segera mengarahkan keluarga untuk
menyelamatkan diri ke tempat yang lebih tinggi dan aman.
3. Tidak semua gempa bumi memicu tsunami, tetapi jika ada peringatan bahaya
dari pihak berwenang mengenai potensi terjadinya tsunami, segera menjauh
dari daerah pantai.
4. Jika telah sampai di daerah tinggi, tetap bertahan karena gelombang tsunami
susulan yang lebih besar bisa saja terjadi.
5. Selalu pantau informasi terkait kondisi terkini dari pihak berwenang.
6. Jangan kembali ke rumah sebelum keadaan dinyatakan aman.


7. Tsunami bisa terjadi tidak hanya sekali sehingga penduduk setempat tak
boleh meninggalkan tempat evakuasi sebelum adanya arahan dari
pihak berwenang.
8. Hindari penyelamatan diri dengan melewati jembatan.
9. Bagi yang melakukan evakuasi menggunakan kendaraan dan terjadi
kemacetan, segera tinggalkan kendaraan dan evakuasi diri dengan jalan kaki.
10. Jika berada di kapal atau perahu yang tengah berlayar, segera tutup layar
dan hindari wilayah pelabuhan.


BAB 3: METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan ialah deskriptif kualitatif. Deskriptif karena
pengolahan datanya dilakukan melalui paparan yang lengkap, sedangkan
kualitatifnya ditujukan melalui jenis datanya berupa uraian kata-kata dan
gambar.
Data yang diperoleh melalui teknik pengumpulan data dianalisis secara
bersamaan dan saling berkaitan antara tiga kegiatan, yaitu reduksi data,
penyajian data dan kesimpulan yang menarik verifikasi. Mereduksi data ialah
kegiatan yang mengacu pada proses pemilihan, memfokuskan, dan
menyederhanakan data yang bermakna, berkaitan tentang pengaruh tsunami
pada desain grafis di Aceh (papan iklan). Data tersebut kemudian
dikelompokkan dalam kategori tertentu berdasarkan permasalahan penelitian.
Data yang berupa gambar dikategorikan berdasarkan tema gambar tersebut,
sedangkan data yang berupa tulisan dipilih ke dalam susunannya masing-
masing.
Penyajian data yaitu penyajian sekumpulan informasi atau data tersusun dan
terkategori yang memungkinkan adanya penarikan kesimpulan dan
pengambilan tindakan. Penyajian data dalam penelitian ini yaitu, berbagai
pemahaman yang berkaitan dengan perubahan desain grafis sebelum tsunami
dan sesudah tsunami sebagai ilmu, komputer grafis sebagai alat, desainer grafis
sebagai orang yang berkarya, dan produk grafis berupa papan iklan sebagai
hasilnya. Penyajian data disajikan dalam laporan yang sistematik mudah dibaca
dan dipahami secara keseluruhan.
Penarikan kesimpulan yaitu kegiatan merangkumkan data berdasarkan semua
hal yang didapati dalam reduksi data dan penyajian data. Kesimpulan
diverifikasi selama penelitian berlangsung. Verifikasi dilakukan dengan melihat
kembali reduksi data maupun penyajian data yang sesuai dengan objektif
penelitian sehingga kesimpulan yang diambil tidak menyimpang dari data
yang dianalisis.

10
Gambar 2. Komponen-Komponen Analisis Data: Model Interaktif

11
BAB 4: PEMBAHASAN

4.1 Desain Grafis di Aceh Sebelum Tsunami


Menurut beberapa desainer grafis di Aceh, mereka mengatakan bahwa
desain grafis sebelum tsunami tidak begitu berkembang berbanding sekarang
ini, hanya pada masa-masa tertentu produk desain grafis ramai dipesan, seperti
pada masa pemilu, aktivitas pemerintahan, aktivitas universitas, dan lainnya.
Pada masa pemilu produk desain grafis yang banyak dipesan adalah spanduk,
bendera partai, sablon baju, dan gantungan kunci, sedangkan pada aktivitas
pemerintah dan universitas banyak memesan spanduk dalam usaha
mengiklankan atau memberitahukan informasi tentang aktivitas yang akan atau
sedang berlangsung. Hal ini banyak terjadi di kota Banda Aceh, berbeda dengan
kabupaten lain, terutama di kabupaten bagian barat dan timur, di daerah tersebut
sering terjadinya konflik, oleh sebab itu, industri desain grafis atau biasanya
disebut grafika kurang berkembang di daerah tersebut.
Sebelum tsunami penggunaan papan iklan sebagai media iklan sangat sedikit
berbanding sekarang. Pada masa konflik hanya beberapa lembaga pemerintahan
tertentu saja yang mensponsori papan iklan layanan masyarakat di Aceh, salah
satunya ialah lembaga yang bernama PDMD (Penguasa Darurat Militer Daerah)
yang dipimpin oleh tentara, mereka mesponsori beberapa iklan layanan
masyarakat yang berkenaan dengan perdamaian di Aceh.
Papan iklan sebelum tsunami ada yang masih dipajang hingga sekarang yaitu
beberapa papan iklan yang dipajang di daerah yang tidak terkena gelombang
tsunami atau hanya dialiri oleh air gelombang tsunami seperti daerah Lambaro,
Sibreh, Indrapuri, Jantho dan daerah lainnya yang jauh dari daerah laut. Hal ini
dapat disebabkan karena papan iklan ini dibuat permanen yaitu bidang papan
iklan yang berupa plat aluminium menyatu dengan tiangnya, sehingga iklan ini
sulit untuk diganti, kalau diganti harus mencabut terlebih dahulu tiang-tiangnya
dan memerlukan masa yang lama. Pada masa tsunami ada beberapa papan iklan
yang hanyut dan rusak dibawa gelombang tsunami. Hal ini banyak terjadi di
daerah Banda Aceh dan sekitarnya, kerana Banda Aceh adalah pusat kota, jadi
banyak orang yang memasang papan iklan baik untuk tujuan komersial maupun
sosial dibanding daerah lainnya di Aceh.

12
Gambar 3. Papan Iklan yang Hanyut Dibawa Tsunami

4.2 Desain Grafis di Aceh Sesudah Tsunami


Setelah mengalami musibah bencana alam gempa bumi dan tsunami, kini
kehidupan kota Banda Aceh pada khususnya dan Aceh pada umumnya sudah
mulai pulih, kegiatan perekonomian dan pemerintahan telah berjalan seperti
semula. Dengan kembali normalnya kegiatan perekonomian dan besarnya
perhatian dunia terhadap pemulihan Aceh pascabencana dan konflik, turut
mempengaruhi pada berkembangnya kegiatan promosi perdagangan dalam kota
melalui media luar ruang berupa pembangunan berbagai papan iklan dari yang
berskala nasional hingga produk multinasional. Dengan adanya perkembangan
ini menunjukkan bahawa kota Banda Aceh dalam kondisi yang kondusif untuk
kegiatan perekonomian dan tentu saja pemasangan papan iklan dapat menjadi
salah satu sumber dana pemasukan untuk daerah Aceh.
Di Aceh terutama di Banda Aceh setelah tsunami banyak terdapat iklan yang
menggunakan papan iklan sebagai salah satu media penyampaian informasi.
Dari hasil penelitian didapati bahwa papan iklan yang paling banyak dipasang
di tepi jalan atau di persimpangan jalan ialah iklan rokok, karena ada beberapa
aktivitas remaja yang disponsori oleh industri rokok, seperti konser,
pertandingan musik dan berbagai pertandingan olah raga. Selain papan iklan
komersial, di Banda Aceh juga terdapat papan iklan layanan masyarakat atau
Public Service Advertisement (PSA), iklan ini biasanya disponsori oleh
pemerintah atau NGO (Non Governtmental Organization).

13
4.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Desain
Grafis (Papan Iklan) di Banda Aceh
Sebagian masyarakat Aceh mengatakan bahwa bencana tsunami membawa
hikmah tersendiri, yaitu setelah tsunami perdamaian di Aceh mulai terwujud
dengan adanya penandatanganan perdamaian pada tanggal 15 Agustus 2005
yang berlangsung di Helsinki, Finlandia. Sebelum tsunami, perwujudan
perdamaian di Aceh telah dilakukan dengan berbagai cara, akan tetapi tidak ada
satupun yang berhasil. Perdamaian di Aceh menjadi faktor utama bagi
terlaksananya pembangunan dan penanam modal dari investor. Dengan adanya
perdamaian ini, daerah Aceh menjadi berkembang dan hal ini juga
mempengaruhi perkembangan dalam bidang desain grafis.
Faktor yang mempengaruhi perkembangan desain grafis di Aceh setelah
tsunami, adalah kerana banyaknya masyarakat luar yang masuk ke Aceh (baik
lokal maupun luar negeri) dan disebabkan juga oleh perkembangan teknologi.
1. Pengaruh Masuknya Pendatang dari Luar Aceh
Sebelum tsunami daerah Aceh sangat tertutup terhadap pendatang dari luar
Aceh, hal ini disebabkan konflik yang terjadi di Aceh, sehingga menjadikan
daerah Aceh kurang aman untuk dikunjungi baik untuk wisatawan maupun
untuk menanam modal. Konflik ini sering terjadi di daerah pedalaman seperti
daerah bahagian timur dan barat.
Hal ini berbeda dengan keadaan sekarang, setelah tsunami banyak
masyarakat dari luar Aceh yang datang baik mereka sendiri maupun mereka
yang bergabung dalam NGO dengan tujuan untuk memberi bantuan baik dari
segi materi maupun skill. Tetapi dengan melihat keadaan Aceh yang mulai
aman terutama sejak penandatanganan perjanjian perdamaian di Helsinki,
banyak masyarakat luar yang menjadikan Aceh sebagai tempat investasi.
Sesudah tsunami daerah Aceh mengalami kemajuan yang pesat baik dari
segi pendidikan, ekonomi, sosial maupun di bidang seni. Dengan amannya
daerah Aceh sekarang ini, menjadikan Aceh lebih maju dari sebelumnya.
Seperti sekarang ini banyak tempat penjual makanan dengan menu yang
beragam mulai dari fast food hingga makanan khas daerah lainnya. Berbeda
dengan sebelumnya orang takut untuk berinvestasi, karena keadaan tidak aman.
Hal ini juga berpengaruh pada desain grafis di Aceh terutama papan iklan.
Banyak ide-ide baru yang muncul dari pendatang luar kemudian diwujudkan
dalam bentuk papan iklan. Hal ini biasanya dilakukan oleh para NGO yang
pekerjanya rata-rata berasal dari luar Aceh.

14
Menurut beberapa pemilik desain grafis yang ada di Aceh, didapati bahwa
pesanan produk desain grafis lebih banyak setelah tsunami. Kalau sebelum
tsunami produk banyak dipesan pada momen tertentu saja, seperti pada masa
pemilu, hari raya dan kegiatan lainnya. Sesudah tsunami hampir setiap hari
mendapat pesanan produk desain grafis, dan yang paling banyak dipesan adalah
oleh NGO. Sebagian besar desain papan iklan ditentukan oleh pihak NGO itu
sendiri. Dari sinilah pihak pedesain grafis mendapatkan ide-ide baru dalam
menghasilkan karyanya. Seperti papan iklan yang dahulunya menggunakan plat
aluminium sebagai materialnya, sekarang banyak yang menggunakan Vinyl,
dan dulunya belum menggunakan aplikasi fotografi dalam papan iklan,
sekarang hampir semua papan iklan menggunakan aplikasi fotografi, yang
merupakan tuntutan yang diajukan oleh pihak NGO atau para pendatang dari
luar. Dan ini menjadi masukan untuk para pedesain grafis lokal dalam berkarya.
Ada sebagian industri desain grafis yang mengambil pekerja dari luar Aceh
setelah tsunami, pekerja tersebut telah lama mempelajari proses pembuatan
produk desain grafis di daerah yang berkembang seperti pulau Jawa. Hal ini
membawa dampak yang positif dalam perkembangan desain grafis di Aceh.
Dengan keadaan Aceh yang mulai aman sehingga memungkinkan pekerja dari
luar Aceh untuk bekerja di Aceh. Berbeda dengan sebelum tsunami banyak
pekerja dari luar Aceh, Jawa khususnya yang terpaksa kembali ke daerahnya,
karena mereka merasa tidak nyaman dengan keadaan Aceh pada
masa itu (konflik).
2. Pengaruh Perkembangan Teknologi pada Desain Grafis di Aceh
Penggunaan media komputer sekarang ini sangat membantu dalam proses
pembuatan produk desain grafis, baik yang dijadikan dalam bentuk surat kabar,
leaflet, poster, spanduk, kalender, sablon, papan iklan dan lainnya. Pada tahun
1980an para pedesain grafis di Aceh belum menggunakan komputer sebagai alat
bantu, mereka masih menggunakan alat bantu manual, dan pada masa tersebut
belum adanya papan iklan dengan ukuran yang besar seperti sekarang ini. Pada
akhir tahun 1980an baru ada beberapa pedesain grafis yang menggunakan
komputer sebagai alat bantu dalam membuat produk desain grafis. Dengan ada
komputer membuat kerja lebih mudah dan tidak memerlukan waktu yang lama.
Dengan adanya teknologi komputer, desain grafis telah mengalami
perkembangan yang pesat berbanding sebelumnya. Pada awalnya keahlian
dalam menghasilkan karya desain grafis diperoleh melalui bidang pendidikan
formal di sekolah seni atau belajar melalui latihan, namun setelah era kemajuan
informasi, teknologi telah memberikan banyak kemudahan melalui
pembelajaran secara berkelanjutan dengan buku-buku yang dijual secara bebas,

15
proses dalam berkarya menjadi semakin mudah, baik secara teknik maupun
proses berkreasi.
Komputer grafis ialah perangkat yang terdiri dari software dan hardware,
yang didukung oleh berbagai jenis fasilitas untuk keperluan ‘teknis’ dalam
perancangan grafis, adapun software yang telah dikembangkan sedemikian rupa
agar mampu memenuhi keperluan perancang seperti: Adobe Photoshop, Aduls
Freehand, Adobe Illustrator, Corel Draw, Page maker, Painter, Quark
Xpress dan lainnya.
Dengan adanya software tersebut serta sarana bantu lainnya seperti pencetak,
scan, kamera digital dan lainnya, membawa perubahan yang berarti terhadap
penampilan-penampilan produk desain grafis seperti poster, brosur, leaflet,
papan iklan, buku profil perusahaan, laporan tahunan, kalender dan lainnya.
Perubahan-perubahan tadi meliputi penataan tampilan (layout), rekayasa foto,
penampilan huruf, serta sistem produksinya.
Dengan hadirnya komputer sebagai alat bantu dalam proses perancangan
grafis, semakin terbuka berbagai kemungkinan bagi perancang dalam
mewujudkan ide komunikasinya, melalui berbagai alternatif tampilan yang
sebelumnya tidak mungkin dilakukan dengan teknik manual. Secara signifikan
terjadi beberapa perubahan terhadap penampilan keseluruhan daripada
karyakarya grafis di Aceh sesudah tsunami, khususnya pada tataletak berupa
foto (ilustrasi), huruf, warna dan bahasa komunikasinya. Hal ini dikarenakan
oleh bantuan dari perangkat komputer yang menyediakan berbagai fasilitas
untuk mengolah berbagai keperluan gambar.
Selain komputer sebagai salah satu teknologi yang sangat berpengaruh dalam
desain grafis, terdapat juga mesin atau peralatan lainnya yang mempengaruhi
proses penciptaan desain grafis untuk diproduksi menjadi suatu produk.
Pengaruh masuknya teknologi di Aceh dalam pembuatan desain grafis sangat
dirasakan setelah terjadinya bencana tsunami. Contohnya seperti pembuatan
spanduk dengan menggunakan mesin, yang dahulunya hanya mengunakan
tangan untuk mengecat hurufnya satu persatu di atas permukaan kain, yang
memerlukan waktu yang lama, oleh karena itu dalam sehari hanya mampu
menghasilkan tiga hingga lima buah spanduk perorang, sedangkan sekarang ini
dengan menggunakan mesin dapat dilakukan dengan mudah dan cepat.

16
Gambar 4. Contoh Spanduk di Aceh, Spanduk Memperingati 11 Tahun
Tsunami Aceh

17
BAB 5: SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Tsunami mengakibatkan Aceh menjadi terbuka seperti daerah-daerah lain di
Indonesia. Akibat dari keterbukaaan itu memungkinkan masuknya pendatang
dari segenap Indonesia atau dari luar negeri. Keterbukaan Aceh juga turut
mengundang masuknya investor yang ingin berinvestasi.
Desain grafis di Aceh banyak mengalami perubahan baik dari segi kuantitas
maupun kualitas. Sebelum tsunami banyak papan iklan yang menggunakan
model manusia dalam bentuk ilustrasi dekoratif, yang dilukis manual dengan
menggunakan tangan, tetapi sekarang sesudah tsunami model manusia yang
ditampilkan dalam bentuk gambar (foto manusia), ini juga merupakan akibat
perkembangan teknologi. Secara tidak langsung perubahan desain grafis juga
dipengaruhi oleh ide-ide dari para pekerja NGO yang memesan produk desain
grafis berdasarkan ide dari mereka.
Iklan komersial setelah tsunami mengalami peningkatan yang sangat pesat
dari segi kuantitas maupun kualitas. Hal ini dikarenakan daerah Aceh yang
aman dan damai sesudah tsunami, menjadikan para sponsor iklan komersial
mulai ‘melirik’ Aceh sebagai daerah promosi produk mereka.
Kebanyakan jenis papan iklan layanan masyarakat sebelum tsunami adalah
jenis painted board dibuat dari material plat aluminium serta menggunakan
teknik illustrasi dekoratif dalam penggambaran modelnya pada papan iklan.
Pesan yang disampaikan cenderung untuk mengajak masyarakat Aceh untuk
sama-sama membangunkan Aceh dan mewujudkan perdamaian. Papan iklan
pada masa ini banyak disponsori oleh pemerintah, tetapi setelah tsunami hal ini
sangat berbeda, karena hampir semua jenis papan iklan adalah jenis poster panel
dengan menggunakan material Vinyl, penggambaran modelnya menggunakan
teknik fotografi yang diaplikasikan dengan komputer grafis. Pesan yang
disampaikan sangat bervariasi seperti; pembangunan, kesehatan, KB (Keluarga
Berencana), kebersihan lingkungan, zakat, buta aksara (pendidikan), syariat
Islam, pelayanan urusan administrasi yang dapat dilakukan dengan cepat dan
mudah, perlindungan konsumen, pajak (kendaraan dan restoran), perletakan
senjata, dan perdamaian. Papan iklan layanan masyarakat setelah tsunami
banyak disponsori oleh NGO.

18
Pengaruh damainya Aceh menjadi faktor utama dalam perkembangan desain
grafis di Aceh, khususnya papan iklan, Oleh sebab itu, banyak orang dari luar
Aceh yang dulu tidak berani datang ke Aceh karena konflik, kini dapat bebas
mengunjungi Aceh tanpa ada rasa takut. Pengaruh datangnya orang luar Aceh
baik suka relawan ataupun pekerja NGO sesudah terjadinya tsunami
mendatangkan berbagai pengaruh, baik dari segi ekonomi, sosial,
budaya dan pendidikan.

5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan laporan di atas, terdapat saran untuk arahan lebih
lanjut, yaitu sebaiknya penelitian pengaruh tsunami terhadap perkembangan
desain grafis di Aceh tidak hanya berfokus pada bentuk desain grafis berupa
papan iklan saja, namun lebih baik lagi jika pembahasannya lebih kepada desain
grafis secara keseluruhan. Dengan membahas perkembangan desain grafis
tsunami Aceh secara keseluruhan, maka pemahaman akan pengaruh tsunami
terhadap perkembangan desain grafis di Aceh dapat lebih luas dan juga
mendalam.

19
DAFTAR PUSTAKA
Miftarokhah, Avnita.2013.”Kerentanan Bencana Tsunami Di Pantai Barat Kabupaten
Pandeglang”,http://repository.upi.edu/16514/5/S_GEO_1001662_Chapter1.pdf,diakses pada
27 Januari 2023 pukul 21.19.

Nugroho, Faozan Tri.2022.”Pengertian Tsunami, Penyebab, Tanda, Dampak, dan Cara


Menyelamatkan Diri”,https://www.bola.com/ragam/read/5133544/pengertian-tsunami-
penyebab-tanda-dampak-dan-cara-menyelamatkan-diri,diakses pada 29 Januari 2023 pukul
09.09.

Sabarart.2015.”Spanduk Memperingati 11 Tahun Tsunami Aceh”,


https://sabarart.wordpress.com/2015/12/26/spanduk-memperingati-11-tahun-tsunami-
aceh/,diakses pada 29 Januari 2023 pukul 16.58.

Lindawati.https://rp2u.unsyiah.ac.id/uploads/Lindawati_peer1.pdf,diakses pada 26 Januari


2023 pukul 19.15.

20
LAMPIRAN
Lampiran 1. Peta Kerusakan Akibat Tsunami Aceh Tahun 2004

Lampiran 2. Tabel Korban Akibat Tsunami Aceh Tahun 2004

21
Lampiran 3. Contoh desain grafis (papan iklan) di Aceh setelah Tsunami Aceh
Tahun 2004

22

You might also like