Professional Documents
Culture Documents
Anggela (06091182126007) Laporan Prak. Ektum Pengukuran Faktor-Faktor Lingkungan
Anggela (06091182126007) Laporan Prak. Ektum Pengukuran Faktor-Faktor Lingkungan
DISUSUN OLEH
KELOMPOK 2 INDRALAYA :
ANGGELA (06091182126007)
DEA TRISANDINI (06091282126039)
HASLINDA (06091082126044)
KEZIA ARDIAN ANJALI (06091282126051)
LISNA NEPRIANI (06091282126046)
PUTRI AYU NUR ROHMAH (06091282126054)
TRI SEPTIANA (06091182126002)
DOSEN PENGAMPU :
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2023
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Ekologi Tumbuhan
dengan judul “Pengukuran Faktor-Faktor Lingkungan” tepat pada waktunya guna memenuhi
tugas yang diberikan oleh dosen pengampu mata kuliah Praktikum Ekologi Tumbuhan.
Kelancaran penulisan dan penyusunan Laporan Praktikum Ekologi Tumbuhan ini tidak
terlepas dari bantuan pihak lain, yang ikut mengarahkan sekaligus mendukung proses pembuatan
Laporan Praktikum Ekologi Tumbuhan ini hingga selesai. Oleh karena itu, kami menyampaikan
ucapan terima kasih yang mendalam terkhusus kepada :
1. Kepada Drs. Khoiron Nazip, M.Pd., Drs. Didi Jaya Santri, M.Si., Nike AnggrainI, S.Pd.,
M.Sc., selaku dosen pengampu mata kuliah Praktikum Ekologi Tumbuhan yang telah
membantu dan memberikan pengarahan seputar pelaksanaan praktikum serta pembuatan
dan penyusunan laporan.
2. Kepada orang tua kami yang selalu mendoakan dan mendukung segala kegiatan yang
kelompok 2 lakukan dalam pelaksanaan praktikum serta pembuatan laporan ini sehingga
terselesaikan dengan baik.
3. Dan seluruh anggota kelompok 2 yang telah bekerja sama dalam pelaksanaan praktikum
dan penyusunan laporan ini hingga selesai.
Demikian Laporan Praktikum Ekologi Tumbuhan ini kami buat dengan sepenuh hati.
Kami menyadari dalam penyusunan laporan ini masih terdapat ketidaksempurnaan, untuk itu
kami mengharapkan adanya kritik maupun saran yang membangun dari Bapak/Ibu dosen maupun
pembaca. Kami berharap semoga ini dapat bermanfaat dan memotivasi kita semua.
Kelompok 2 Indralaya
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Makhluk hidup merupakan suatu organisme yang dapat bernapas, bergerak,
dan dapat berkembang biak untuk melestarikan jenisnya. Makhluk hidup juga dibagi
menjadi 3 golongan utama yang dibedakan berdasarkan ciri-cirinya, yaitu manusia,
hewan, dan tumbuhan. Perhitungan yang dilansir jurnal biologi PLoS, menyatakan
terdapat 8,7 juta spesies hewan dan tumbuhan. Namun jumlah tersebut baru mencakup
86% spesies darat dan 91% spesies laut, dengan kata lain masih ada jumlah spesies yang
hidup di bumi lebih dari jumlah yang diprediksi dan belum termasuk hewan dan
tumbuhan hidup yang terlanjur punah/belum diketahui keberadaannya.
Makhluk hidup dapat hidup disuatu habitat tentunya dipengaruhi oleh faktor
lingkungan sehingga dapat hidup dengan baik atau bahkan tidak dapat hidup sama
sekali karena faktor lingkungan yang buruk. Faktor lingkungan yang biasanya terjadi
pada makhluk hidup adalah faktor lingkungan abiotik yang meliputi air, tanah, cahaya
dan udara. Faktor tersebut sangat berperan dalam kehidupan makhluk hidup dan
mempengaruhi hewan atau tumbuhan apa yang hidup disekitar lingkungan tersebut.
Setiap makhluk hidup memiliki habitatnya masing-masing, sehingga
keberagaman itu terbentuk. Keberagaman itu juga tentunya dipengaruhi oleh faktor-
faktor lingkungan biotik maupun abiotik. Faktor abiotik tersebut dapat diukur dan
diketahui dengan menggunakan suatu alat. Alat-alat yang digunakan sangat beragam
dan penggunaannya pun perlu diketahui agar tidak terjadi kesalahan dalam pengukuran.
Apabila pengukuran telah dilakukan dapat diketahui alasan mengapa suatu makhluk
hidup tersebut dapat tinggal, tumbuh dan berkembang dengan baik ditempat tersebut.
Tujuan dari latar belakang masalah ini adalah mengenal dan cara
menggunakan alat-alat pengukuran di suatu lingkungan, alat-alat tersebut adalah
Anemometer, Lux meter, Clynometer, GPS, Hygrometer, Soil Tester, Meteran,
Thermometer.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas pada praktikum ini meliputi :
1. Apa sajakah alat-alat pengukur faktor lingkungan?
2. Bagaimana cara penggunaan alat-alat pengukur faktor lingkungan?
3. Bagaimana mengukur berbagai faktor lingkungan abiotik?
1.3 Tujuan
Dari rumusan masalah di atas, maka laporan praktikum ini ditulis dengan tujuan sebagai
berikut :
1. Mengenal alat-alat pengukur faktor lingkungan.
2. Mengenal cara penggunaan alat-alat pengukur faktor lingkungan.
3. Mengukur berbagai faktor lingkungan abiotik.
1.4 Manfaat
Dari kegiatan praktikum ini, diharapkan bagi mahasiswa agar dapat
mengetahui berbagai jenis alat-alat pengukur faktor lingkungan, serta dapat
mengetahui cara penggunaan alat-alat pengukur tersebut untuk pengukuran faktor
lingkungan abiotik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI
2.1 Tinjauan Pustaka
Lingkungan adalah suatu sistem yang kompleks, dimana berbagai faktor
berpengaruh timbal balik satu sama lain dengan masyarakat tumbuh-tumbuhan.
Pengaruh faktor-faktor lingkungan terhadap tumbuh-tumbuhan berbeda-beda pada
waktu yang tidak sama.
Satu faktor atau beberapa faktor dkatakan penting apabila faktor tersebut
sangat mempengaruhi tumbuhnya tumbuh-tumbuhan. Faktor-faktor tersebut mungkin
tidak seragam kepentingannya terhadap semua organisme dalam lingkungan atau
bahkan selama siklus hidupnya. Suatu faktor mungkin kritis terhadap sebagian dari
siklus hidupnya saja, sedangkan pada fase lain tidak. Faktor-faktor lingkungan antara
lain adalah: faktor-faktor iklim, faktor edafis (tanah) dan faktor biotik.
2. Temperatur
Temperatur atau suhu merupakan faktor pembatas bagi kehidupan di
ekosistem terestrial. Laju metabolime organisme poikiloterm sangat dipengaruhi
oleh suhu lingkungan sekitar. Ada interaksi negatif antara suhu dengan ketinggian
tempat (altitude) dan posisi garis lintang (latitude). Suhu dapat diukur dengan
termometer.
3. Kelembaban Udara
Kelembaban udara sering diukur dengan nilai relatifnya, yaitu kelembaban
relatif udara (relative humidity / HR) yang menggambarkan perbandingan antara
tekanan uap air pada saat itu dengan uap air jenuh pada suhu yang sama.
Kelembaban relative udara (%) dapat diukur menggunakan hygrometer.
b. Faktor Geografis
1. Ketinggian
Ketinggian tempat diukur dari permukaan air laut dengan altimeter (mdpl)
atau GPS (Global Positioning System). Perbedaan ketinggian akan mempengaruhi
faktor iklim yang selanjutnya iklim akan mengakibatkan perubahan struktur dan
penyebaran tumbuhan dan hewan.
2. Kemiringan
Lahan dapat memiliki kemiringan yang berbeda-beda, misalnya datar (0-
1⁰), landai (2-3⁰), agak miring (3-7⁰), miring (8-11⁰), agak curam (12-15⁰), curam
(16-25⁰), sangat miring (26-35⁰) dan tebing (>36⁰). Kemiringan tanah dapat diukur
menggunakan alat hagameter, busur derajat atau klinometer. Kemiringan tanah
juga dapat dinyatakan dengan satuan % dengan ketentuan 45⁰ sama dengan 100%.
2. Keasaman Tanah
Hubungan antara pH tanah dengan organisme sudah lama diketahui,
sehingga dikenal dengan adanya organisme asidofil dan basophil. Oleh karena itu,
penetuan pH tanah sangat diperlukan dalam bidang ekologi terestrial. Ada dua
cara yang dapat digunakan untuk mengukur pH tanah, antara lain secara langsung
dengan menggunakan alat soil tester atau secara tidak langsung melalui
pengukuran pH suspensi tanah dengan menggunakan pH meter atau kertas pH.
Tanah kering yang tidak mengandung kerikil sebanyak 10 gram terlebih dahulu
dicampur dengan 25 ml akuades. Diaduk hingga homogen dan dibiarkan selama
30 menit. Pengukuran pH tanah dilakukan terhadap suspense tanah yang sedang
teraduk homogen (bisa menggunakan magnetic stirres).
BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilakukan di lingkungan sekitar Laboratorium Kebun Botani
Kampus FKIP UNSRI Inderalaya. Praktikum dilaksanakan pada tanggal 19 Januari
2023 pukul 10.00 WIB sampai dengan pukul 12.00 WIB.
3.2.2 Bahan
Adapun bahan-bahan yang dipergunakan dalam praktikum ini antara lain :
1. Faktor lingkungan abiotik (tanah, air, cahaya, udara).
2. Pohon di sekitar lingkungan pengamatan.
3.3.3 Termometer
1. Letakkan thermometer pada daerah yang akan diukur suhunya.
2. Setelah itu, tunggu beberapa saat sampai angka pada thermometer terlihat
konstan.
3. Catat hasil yang didapatkan dalam derajat celcius.
3.3.4 Hygrometer
Alat ini memiliki dua skala, yang satu berfungsi untuk menunjukkan kelembaban
dan yang satunya lagi berfungsi untuk menunjukkan temperatur.
1. Letakkan hygrometer pada daerah yang akan diukur kelembabannya.
2. Kemudian tunggu beberapa saat.
3. Lalu baca dan catat hasil yang didapatkan.
3.3.5 Clynometer
1. Buka aplikasi Clinometer pada perangkat handphone.
2. Letakkan ujung clinometer (titik A) tepat di depan mata.
3. Arahkan ujung lain dari clinometer kepuncak benda (titik E).
4. Catat derajat yang didapatkan.
5. Ukur tinggi badan pengamat.
6. Lalu, ukur jarak pengamat ke benda yang akan diukur ketinggiannya (F-G)
menggunakan meteran.
3.3.7 Anemometer
1. Tekan tombol on/off kearah off.
2. Arahkan sensor angin menggunakan tangan pada permukaan daerah yang
akan diukur kecepatan anginnya.
3. Lihat hasil pengukuran pada layar panel.
3.3.8 Meteran
1. Pengukuran menggunakan meteran, dimulai dari skala nol meter.
2. Posisikan ujung pita meteran, tepat pada titik awal objek yang ingin diukur.
3. Lalu, Tarik pita meteran menuju titik akhir dari objek yang akan diukur.
4. Catat jarak yang didapatkan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Percobaan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat diperoleh hasil sebagai
berikut :
Alat ukur Keterangan Hasil pengukuran
Pengukuran
PH tanah 7
Soil tester
Kelembapan tanah 12.5
Lux meter Intensitas cahaya 866 lux
Thermometer Suhu udara 28℃
Hygrometer Kelembapan udara 25 %
Anemometer Kecepatan angin 0.03 m/s
Clynometer Sudut elevasi 36.1°
3°13’17.200” S
GPS Test Letak posisi
104°39’01.223” E
Meteran Panjang suatu objek 720 cm
Ukuran lokasi 260 cm x 260 cm
pengambilan data
b. Lux meter
Range : 2000
Intensitas cahaya : 866 lux
c. Thermometer
Suhu udara : 28°𝑐
d. Hygrometer
Dry : 25
Wet : 25
Kelembapan udara : 25%
e. Clynometer
y = 0.72 x 720 cm
y = 518,4 cm
tinggi pohon = tinggi pengamat +tinggi y
tinggi pohon = 158 cm + 518,4 cm
tinggi pohon = 6,764 cm
tinggi pohon = 6,764 m
f. GPS Test
Letak suatu pengamatan : 3°13’17.200” S
104°39’01.223” E
g. Meteran
Ukuran lokasi pengambilan data : 260 cm x 260 cm
Panjang suatu objek benda dengan pengamat : 720 cm
h. Anemometer
Kecepatan angin : 0.3 m/s
4.3 Pembahasan
Berdasarkan hasil praktikum yang telah kami lakukan pada tanggal 19 Januari
2023 pukul 10.00-12.00 WIB di lingkungan sekitar Laboratorium Kebun Botani
Kampus UNSRI Indralaya. Maka dapat kami bahas hal-hal yang berkenaan tentang
Pengukuran Faktor-Faktor Lingkungan yaitu :
Alat ukur yang digunakan dapat berupa Soil tester, Lux meter, Thermometer,
Hygrometer, Clynometer, GPS Test, Meteran dan Anemometer. Pada Soil tester yang
dapat diukur berupa PH tanah, Kelembapan tanah. Pada Lux meter yang dapat diukur
berupa Intesitas cahaya. Pada Thermometer yang dapat diukur berupa suhu udara.
Pada Hygrometer yang dapat diukur berupa kelembaban udara. Untuk Clynometer
yang dapat diukur berupa sudut elevasi. Pada GPS Test yang dapat diukur berupa
letak posisi. Pada Meteran yang dapat diukur berupa panjang suatu objek, Ukuran
lokasi pengambilan data. Terakhir pada Anemometer yang dapat diukur berupa
kecepatan angin.
Perhitungan pertama pada soil tester yaitu pH tanah 7, pH 7 merupakan kondisi
tanah yang paling ideal untuk pertumbuhan tanaman dalam skala netral. Perhitungan
kelembapan tanah yaitu 12.5 artinya tanah tersebut lembab. Kelembaban tanah
merupakan salah satu variabel kunci dalam proses hidrologi yang berperan penting
dalam menentukan ketersediaan air sebagai unsur yang sangat fundamental dalam
kehidupan mahluk hidup. Kelembaban tanah adalah air yang ditahan pada ruang atau
pori di antara partikel tanah. Tingkat suhu dan kelembaban tanah sangat bervariasi
sejalan dengan perubahan proses pertukaran energi matahari terutama yang melalui
permukaan tanah. Fenomena ini berlaku di dalam penampang tanah melalui
serangkaian proses yang kompleks (Kurnia et al. 2006).
Kelembaban tanah dan suhu tanah merupakan dua faktor penentu yang penting
pada proses respirasi tanah (Raich & Tufekciogul 2000). Hasil pengamatan Rochette
et al. (1997) menunjukkan respirasi tanah yang lembab dua sampai tiga kali lebih
besar dibandingkan tanah yang kering. Banyak peneliti melaporkan peningkatan
respirasi tanah meningkat mengikuti suhu tanah. Respirasi tanah merupakan
indikator yang sensitif dan penting pada suatu ekosistem, termasuk aktivitas yang
berkenaan dengan proses metabolisme di tanah, pembusukan sisa tanaman pada
tanah, dan konversi bahan organik tanah menjadi CO2. Melalui respirasi tanah ini,
karbon dilepas dari tanah ke atmosfer (Rochette et al. 1997).
Lessard et al. (1994) menyatakan kelembaban dan suhu tanah sangat berpengaruh
terhadap produksi CO2, dan peningkatan suhu akan meningkatkan fluks CO2.
Hal ini terjadi karena dengan rapatnya jumlah pohon maka dapat menyerap radiasi
matahari dan menghasilkan H2O. Dari hasil Peningkatan H2O dan penyerapan CO2
ini yang mempengaruhi peningkatan kelembapan udara (Tauhid, 2008).
Kelembaban tanah adalah jumlah uap air yang terdapat dalam suatu massa tanah
yang dinyatakan dalam % bobot kering atau volume (Soedarsono et al. 2006).
Kandungan air tanah dan struktur tanah memegang peranan penting dalam
menentukan aerasi tanah, potensial redoks tanah dan difusi transfer gas dalam tanah
(Taufik M 2003).
Kelembaban dan kadar air tanah mempengaruhi dominasi jenis mikroorganisme
tanah yang aktif dalam proses dekomposisi bahan organik. Pada kelembaban dan
kadar air yang tinggi, perkembangan dan aktivitas bakteri akan maksimum.
Sebaliknya akan menurun pada kondisi kering (tekanan -3 bar) dan sangat tertekan
pada kadar air titik layu permanen (tekanan -15 bar) (Hanafiah KA 2004).
Bahan organik tanah berperan secara fisik, kimia, maupun biologis sehingga
menentukan status kesuburan suatu tanah. Bahan organik menjadi sumber energi
karbon dan hara bagi biota heterotropik (penguna senyawa organik). Kandungan
bahan organik tanah ditentukan oleh kesetimbangan antara laju pelonggokan dengan
laju dekomposisinya (Soepardi G 1983).
Perhitungan kedua pada Lux meter yaitu dengan range 2000 maka diperoleh hasil
intesitas cahaya 866 lux. Perhitungan ketiga pada Thermometer yaitu dengan suhu
udara 28°𝑐. Suhu udara berhubungan dengan proses pertukaran energi yang
berlangsung di atmosfer sebaliknya suhu udara tidak berhubungan langsung dengan
rasa yang diterima oleh indera manuasia (Lakitan, 2002).
Suhu udara berubah sesuai dengan tempat dan waktu tertentu. Umumnya suhu udara
maksimum terjadi antara pukul 12.00 WIB sampai pukul 14.00 WIB sedangkan suhu
udara minimum terjadi pada pukul 06.00 WIB atau sekitar matahari terbit.
Perhitungan keempat pada Hygrometer dengan dry-wetnya 25 maka hasil
kelembapan udara 25%. Perhitungan kelima pada Clynometer dengan data tinggi
badan pengamat 158 cm, jarak benda dengan pengamat 720 cm, sudut elevasi
36. 1°𝑐. Maka diperoleh hasil tinggi pohon yaitu 6,764 m. Perhitungan keenam pada
GPS Test dimana letak suatu pengamatan memperoleh hasil 3°13’17.200
104°39’01.223” E. Perhitungan ketujuh pada Meteran hasil yang diperoleh untuk luas
ukuran lokasi yang diambil data yaitu 260 cm x 260 cm dengan panjang objek benda
dengan pengamat 720 cm. Untuk luas lokasi tersebut diperoleh beberapa tumbuhan
yang ada didalamnya seperti pohon rambutan, pohon jambu biji dan agave (tanaman
berduri). Perhitungan terakhir pada Anemometer dimana hasil kecepatan angin yang
diperoleh yaitu 0.3 m/s. Kecepatan angin adalah kecepatan udara yang bergerak
secara horizontal yang dipengaruhi oleh gradien barometris letak tempat, tinggi
tempat dan keadaan topografi suatu tempat. Angin selalu di berinama dari arah mana
angin datang, sebagai contoh angin dari timur ke barat disebut angin timur, angin
yang berhembus dari laut kedarat di sebut angin laut dan sebaliknya. Arah angin
lazimnya dinyatakan dengan derajat, arah angin dapat berubah-ubah dalam waktu
yang singkat (Suwarti et al, 2017).
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Setiap mahluk hidup termasuk vegetasi tumbuhan berada pada kondisi
lingkungan abiotik yang dinamis dalam skala ruang yang bervariasi disetiap tempat
hidupnya. Oleh karena itu setiap tumbuhan harus dapat beradaptasi menghadapi
perubahan kondisi faktor lingkungan tersebut. Namun demikian, adavegetasi
tumbuhan tidak mungkin dapat hidup dalam kisaran faktor-faktor abiotik yang tinggi,
ada jenis vegetasi tumbuhan yang mampu tumbuh dikisarn faktor abiotik yang tinggi.
5.2 Saran
Untuk praktikum selanjutnya sebaiknya dilakukan dengan lebih baik lagi,
dengan menggunakan alat-alat yang lebih detail lagi. Praktikum dilakukan dengan
lebih semangat lagi dan kerja sama yang penuh karena apabila melakukan kegiatan
praktikum dengan semangat, hasil yang diperoleh pun akan lebih maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Fandeli, C., Kaharuddin dan Mukhlison. 2004. Perhutanan Kota. Cet. I. Fakultas Kehutanan
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Hanafiah, Kemas Ali. 2004. Dasar – Dasar Ilmu Tanah. Jakarta: RajaGrafindo Persada
Hariyadi, Bambang. 2000. Sebaran dan keanekaragaman jenis tumbuhan paku di bukit sari,
Jambi (Tesis).Bandung ITB.
Lakitan, B. 2002. Dasar-dasar Klimatologi cetakan ke-2. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Lessard, R., Rochette, P., Topp, E., Pattey, E., Desjardins, R. L. And Beaumont G. 1994.
Methane and carbon dioxide fluxes from poorly drained adjacent cultivated and forest soils.
Can. J. Soil Sci. 74, 139 – 146.
Parinding. 2007. Potensi dan Karakteristik Bio-Ekologis Tumbuhan Sarang Semut Di Taman
Nasional Wasur Merauke Papua (Tesis). SekolahPascasarjana IPB. Bogor.
Prasetyo. 2008. Pengaruh RTH Terhadap Iklim Mikro di Kota Pasuruan. Skripsi tidak
diterbitkan. Malang: Geografi UM
Purwanto I, dan Gintings AN. 1994. Penelitian Sifat-sifat Fisik dan Kimia Tanah di Bawah
Tegakan Hutan Alam Duabanga moluccana di Nusa Tenggara Barat. Buletin Penelitian
Hutan No. 561. Bogor : PusatPenelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam.
Raich, J. W., and A. Tufekciogul (2000), Vegetation and soil respiration : Correlations and
controls, Biogeochemistry, 48, 71–90.
Rochette, P., and L.B. Flanagan. 1997. Quantifying rhizosphere respiration in a corn crop under
field conditions. Soil Sci. Soc. Am. J. 61:466–474.
Soepardi G. 1983.Sifat dan Ciri Tanah. Bogor: Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian IPB.
Tauhid. 2008. Kajian Jarak Jangkau Efek Vegetasi Pohon Terhadap Suhu Udara Pada Siang
Hari di Perkotaan. Thesis tidak diterbitkan. Semarang: Universitas Diponegoro
Zoer’aini. 2005. Tantangan Lingkungan dan Lansekap Hutan Kota. Bumi Aksara, Jakarta.
LAMPIRAN
1. Alat dan bahan
2. Menggunakan alat-alat
3. Anggota kelompok 2
TUGAS
1. Apa yang dimaksud dengan suhu basah dan suhu kering pada hygrometer? Dan
bagaimana cara pengukurannya
2. Apa kesimpulan saudara bila membandingkan suhu, kelembaban, dan kandungan material
organik tanah pada masing-masing pohon?
3. Mengapa perbedaan variasi temperatur air lebih kecil dari pada udara ?
JAWABAN
1. Suhu basah merupakan petunjuk pada hygrometer untuk menunjukkan suhu udara basah,
jenuh atau lembab yang dipengaruhi oleh sumbu yang lembab.
Suhu kering merupakan petunjuk pada hygrometer untuk menunjukkan suhu udara di
lingkungan sekitar pada saat pengukuran
Cara pengukurannya yaitu :
1. Baca dan catat suhu udara pada termometer kering (kolom DRY), dan pada
termometer basah (kolom WET)
2. Hitung selisih keduanya dengan cara skala dry dikurangi dengan skala wet
3. Hasil dari selisih antara skala dry dan skala wet digunakan untuk memilih skala
derajat yang terdapat pada bagian tengah hygrometer
4. Setelah diketahui selisihnya, cocokkan dengan skala wet, maka akan diperoleh nilai
kelembaban udara (%).
2. Jika membandingkan suhu, kelembaban dan kandungan material organik tanah pada
masing-masing pohon, dapat disimpulkan bahwa lingkungan tersebut sesuai untuk
tumbuhan seperti pohon rambutan, pohon matoa, dan juga agave untuk tumbuh dan
berkembang. Pertumbuhan dan perkembangan pohon sangat dipengaruhi dan ditentukan
oleh kondisi lingkungannya, jika suhu dan kelembaban terlalu tinggi atau terlalu rendah,
tanaman dapat kehilangan kemampuan fisiologisnya, seperti respirasi, transpirasi,
transpor zat, dan fotosintesis yang pada akhirnya akan menyebabkan tanaman akan mati.
Kandungan material organik tanah juga memengaruhi pertumbuhan tanaman, karena
kandungan material organik ini dapat membantu proses pelapukan dan membantu
pembentukan humus sehingga meningkatkan unsur-unsur kimia yang berada di dalam
tanah dan meningkatkan kesuburan tanah yang akan memasok nutrisi pada tanaman.
3. Perbedaan variasi temperatur air lebih kecil daripada udara adalah karena terdapat
perbedaan kapasitas panas yang dimiliki air dan udara. Kapasitas panas air lebih tinggi
dari kapasitas panas udara. kapasitas panas adalah panas yang dibutuhkan sebuah
senyawa untuk menaikkan suhunya pada satuan massa tertentu. Dapat diartikan bahwa
dengan jumlah panas yang diterima dari matahari memiliki ukuran yang sama, air akan
selalu memiliki suhu yang lebih rendah daripada udara.