You are on page 1of 9

Buletin Kaffah, No.

313
20 Rabi’ul Awwal 1445 H
6 Oktober 2023 M

HIDUP RAKYAT MAKIN BERAT,


PENGUASA WAJIB
BERTANGGUNG JAWAB

A khir September lalu seorang pria disabilitas di Kelura-


han Singonegaran, Kecamatan Pesantren, Kota Kediri
meninggal usai ditemukan kritis karena tak makan
selama tiga hari. Lebih memilukan lagi, pria penyandang disa-
bilitas ini ditemukan tergeletak di rumahnya, bersama jasad
sang ibu yang diprakirakan meninggal sejak tiga hari sebelum-
nya.
Di Dusun Dawung Desa Pagerwojo, Kecamatan Kesamben,
Kabupaten Blitar, seorang ibu dan dua anaknya yang juga di-
sabilitas hidup dalam kemiskinan. Mereka makan hanya me-
ngandalkan pemberian tetangga. Kadang makan, kadang ti-
dak. Tinggal di rumah yang hampir roboh. Keluarga malang ini

01
bahkan tak tersentuh bantuan Pemerintah karena belum
punya e-KTP sebagai syarat.

Makin Terbebani
Dua kejadian di atas adalah sekelumit derita rakyat yang
terjadi di tanah air. Masih banyak lagi jumlah warga miskin
yang makin kesulitan memenuhi kebutuhan hidup. Menurut
data BPS, jumlah warga miskin di Indonesia pada bulan Maret
2023 mencapai 25,90 juta orang. Pemerintah menetapkan
bahwa pengeluaran masyarakat kurang dari Rp 17.851 per hari
masuk kategori miskin atau di bawah garis kemiskinan. Na-
mun, jika menggunakan ukuran Bank Dunia yang menetapkan
warga dengan penghasilan di bawah US$ 2,15 per hari (sekitar
Rp 33 ribu) terkategori miskin, maka jumlah warga miskin di
Indonesia bisa mencapai 110 juta orang, alias 40% dari jumlah
penduduk.
Melihat naiknya harga sejumlah kebutuhan pokok, keliha-
tannya angka kemiskinan versi Bank Dunia lebih riil. Meroket-
nya harga beras membuat warga di sejumlah daerah mencam-
pur nasi dengan singkong untuk menyiasati makan sehari-hari.
Bukan hanya beras. Sejumlah harga kebutuhan pokok lain
seperti gula, telur, daging ayam juga naik. Para petani juga
makin kesusahan karena sudah tidak ada lagi subsidi pupuk.

02
Untuk mendapatkan pekerjaan pun bukan hal yang mudah.
Menurut Wapres, 14 dari 100 anak muda Indonesia tidak terse-
rap lapangan kerja. Total jumlah pengangguran pada tahun
2023 ada 7,9 juta jiwa. Tentu saja ini menjadi tambahan beban
kehidupan masyarakat.
Krisis ekonomi ini makin terasa dengan banyaknya keluhan
para pedagang akan sepinya pembeli. Sudah beberapa tahun
belakangan sejumlah mal tutup bahkan diobral karena makin
sepi pengunjung. Para produsen dan pedagang juga menjerit
karena membanjirnya barang-barang impor dari Cina yang har-
ganya jauh lebih murah; apalagi yang dijual lewat e-commerce
cross border, perdagangan online.
Namun, seperti menutup mata dari beban rakyat, Pemerin-
tah tetap ngotot melanjutkan sejumlah proyek raksasa; pem-
bangunan Ibu Kota Negara Nusantara (IKN) dan Kereta Cepat
Jakarta Bandung (KCJB). Padahal dua megaproyek tersebut
menggerogoti APBN. Di sisi lain masih ada puluhan Proyek
Strategis Nasional (PSN) yang mangkrak. Menteri Koordinator
Bidang Perekonomian (Menko) Airlangga Hartarto angkat
suara perihal 58 Proyek Strategis Nasional (PSN) yang mang-
krak. Totalnya bernilai 420 triliun rupiah.
Bukannya meringankan beban pengeluaran warga, Peme-
rintah malah membuat keputusan menaikkan harga BBM
seperti Pertamax, Pertamax Dex, Pertamax Turbo. Sebelum-

03
nya, Pemerintah juga telah menaikkan tarif sejumlah ruas tol.
Kenaikan-kenaikan ini otomatis akan mendorong kenaikan
barang dan jasa, menyebabkan menurunnya daya beli dan
inflasi. Lagi-lagi rakyat pun semakin terjepit.

Islam dan Jaminan Kehidupan


Derita umat hari ini adalah hasil kebatilan sistem kapitalis-
me yang diterapkan penguasa. Dimana negara hanya berpe-
ran sebagai regulator. Negara tidak turut mengatur dan men-
jamin kehidupan warga. Rakyat dibiarkan berjuang sendiri
dengan prinsip survival of the fittest. Siapa yang kuat, dia yang
bertahan. Akibatnya, kemiskinan dan penderitaan semakin
meruyak. Kesenjangan sosial semakin lebar menganga; ada 1%
orang Indonesia yang jumlah kekayaannya sama dengan
46,6% total kekayaan seluruh penduduk Indonesia.
Karena itu saatnya umat menerapkan syariah Islam. Sebab-
nya, ini adalah tuntutan keimanan. Bukankah orang yang me-
ngaku beriman harus taat pada hukum-hukum Allah? Apalagi
syariah Islam berisi aturan yang memberikan jaminan kehidu-
pan masyarakat. Ada sejumlah hukum Islam yang jika diterap-
kan akan menjaga pemenuhan kebutuhan tiap individu. Per-
tama: Islam mewajibkan setiap Muslim (pria) menjamin kebu-
tuhan dirinya dan keluarganya. Rasulullah saw. bersabda:

04
ِ ِ
‫ ﻓَﺈِ ْن‬، ‫ﻚ‬ َ ‫ﻀ َﻞ َﺷ ْﻲءٌ ﻓَﻸ َْﻫﻠ‬ َ َ‫ ﻓَﺈِ ْن ﻓ‬، ‫ﱠق َﻋﻠَْﻴـ َﻬﺎ‬ ْ ‫ﺼﺪ‬ َ َ‫ﻚ ﻓَـﺘ‬ َ ‫اﺑْ َﺪأْ ﺑِﻨَـ ْﻔ ِﺴ‬
ِ ِِ ِ
‫ﻚ‬َ ِ‫ﻀ َﻞ َﻋ ْﻦ ذي ﻗَـ َﺮاﺑَﺘ‬ َ َ‫ ﻓَﺈِ ْن ﻓ‬، ‫ﻚ‬ َ ِ‫ﻚ َﺷ ْﻲءٌ ﻓَﻠﺬي ﻗَـ َﺮاﺑَﺘ‬ َ ‫ﻀ َﻞ َﻋ ْﻦ أ َْﻫﻠ‬ َ َ‫ﻓ‬
ِ ِ
‫ﻚ‬َ ‫ َو َﻋ ْﻦ ﴰَﺎﻟ‬، ‫ﻚ‬ َ ِ‫ َو َﻋ ْﻦ َﳝِﻴﻨ‬، ‫ﻚ‬ َ ْ‫ﲔ ﻳَ َﺪﻳ‬َ َْ‫ ﺑ‬، ‫َﺷ ْﻲءٌ ﻓَـ َﻬ َﻜ َﺬا َو َﻫ َﻜ َﺬا‬
Mulailah dari dirimu sendiri. Sedekahkanlah untuk dirimu. Sele-
bihnya dari itu untuk keluargamu (anak dan istrimu). Selebihnya
lagi dari itu untuk kerabat dekatmu. Selebihnya lagi dari itu
untuk tujuan ini dan itu yang ada di hadapanmu, yang ada di
kanan dan kirimu (HR Muslim).

Para suami/ayah telah diwajibkan Allah SWT untuk menja-


min kebutuhan sandang, pangan dan tempat tinggal untuk
keluarga mereka (lihat QS 2: 233 dan QS 65: 6). Nabi saw.
menegur orang yang mengabaikan kewajiban nafkah untuk
orang-orang yang wajib dia tanggung:

ُ‫ﻚ ﻗُﻮﺗَﻪ‬
ِ
ُ ‫ﺲ َﻋ ﱠﻤ ْﻦ ﳝَْﻠ‬ ِ‫َﻛ َﻔﻰ ِﺎﺑﻟْﻤﺮِء إِْﲦًﺎ أَ ْن َْﳛﺒ‬
َ َْ
Cukuplah seseorang itu dikatakan berdosa ketika dia menahan
nafkah dari orang yang menjadi tanggungannya (HR Muslim).

Oleh karena itu kaum lelaki yang bermalas-malasan, tidak


mau menafkahi dirinya dan orang-orang yang menjadi tang-
gungannya, akan dikenai sanksi. Mereka akan dipaksa untuk

05
mencari nafkah. Khalifah Umar bin al-Khaththab ra. pernah
menegur dengan keras orang-orang yang duduk-duduk di
masjid untuk beribadah, sementara orang-orang telah berte-
baran mencari nafkah.
Kedua: Islam mewajibkan ihtimâm (kepedulian) kepada
sesama Muslim, termasuk memenuhi hajat kaum dhuafa, khu-
susnya orang-orang terdekat dan tetangga mereka. Rasulullah
saw. bersabda:

‫ﺬي ﻳَ ْﺸﺒَ ُﻊ َو َﺟ ُﺎرﻩُ َﺟﺎﺋِ ٌﻊ َإﱃ َﺟْﻨﺒِ ِﻪ‬ ِ


ْ ‫ﺲ اﻟْ ُـﻤ ْﺆﻣ ُﻦ اﻟﱠ‬
َ ‫ﻟَْﻴ‬
Bukan Mukmin orang yang kenyang perutnya, sedangkan te-
tangga sebelahnya kelaparan (HR al-Baihaqi).

Ketiga: Bagian terpenting dalam jaminan kebutuhan hidup


adalah peran negara. Para ulama bersepakat bahwa kehadiran
Negara (Khilafah) salah satunya adalah untuk mengatur uru-
san umat. Imam Al-Mawardi dalam kitabnya Al-Ahkâm As-
Sulthâniyyah menyebutkan bahwa tujuan adanya Khilafah
adalah untuk menjaga kepentingan agama dan pengaturan
dunia. Baginda Nabi saw. bersabda:

‫ﺎم َرا ٍع َو ُﻫ َﻮ َﻣ ْﺴ ُﺆْوٌل َﻋ ْﻦ َرﻋِﻴﱠﺘِ ِﻪ‬


ُ ‫ا ِﻹ َﻣ‬
Imam/Khalifah itu laksana penggembala dan dia bertanggung
jawab terhadap gembalaannya (HR al-Bukhari dan Muslim).

06
Imam Hasan al-Bashri pernah memberikan nasihat pada
Khalifah Umar bin Abdul Aziz tentang gambaran pemimpin
yang adil, “Wahai Amirul Mukminin, pemimpin yang adil itu
seperti seorang gembala yang memiliki belas kasihan ter-
hadap untanya, berkawan dengannya, yang mencarikan un-
tuknya padang rumput terbaik, melindunginya dari tempat
makan yang berbahaya, melindunginya dari hewan buas, dan
menempatkannya dari gangguan cuaca panas dan dingin.”
Kewajiban mengurus umat telah dicontohkan oleh Rasu-
lullah saw. dengan harta yang diperoleh negara pada saat itu.
Beliau memberikan jaminan hidup untuk ahlus-suffah yang
tinggal di Masjid Nabawi. Beliau juga menjadikan dirinya
sebagai penjamin bagi Mukmin yang meninggal, sedangkan ia
memiliki utang atau tanggungan keluarga.
Syariah ini diteruskan oleh Khulafaur-Rasyidin. Khalifah
Umar bin al-Khaththab ra., misalnya, pernah membangun dar
ad-daqîq sebagai rumah singgah untuk para musafir. Di sana
mereka boleh makan dan beristirahat. Beliau pun menye-
diakan pendidikan untuk kaum Muslim dan memberikan gaji
yang layak untuk para pengajar. Khalifah Umar ra. juga
memberikan insentif untuk anak-anak. Khalifah berikutnya,
Utsman bin Affan ra., memberikan insentif 1 dirham setiap hari
untuk kaum Muslim selama Ramadhan.

07
Para khalifah dari Bani Umayah juga melanjutkan kewajiban
mengurus umat seperti membangun rumah sakit-rumah sakit,
termasuk rumah sakit khusus untuk penderita kusta, secara
gratis. Ini adalah rumah sakit pertama untuk penderita kusta
dalam sejarah dunia. Mereka juga mendirikan rumah-rumah
panti jompo, juga rumah-rumah untuk orang-orang yang ter-
sesat. Mereka pun melakukan pelunasan utang warga yang
dililit utang, melakukan pembebasan tawanan Muslim, serta
subsidi nikah. Pada periode 120-126 H, Kekhilafahan Umayah
menganggarkan dana sebanyak 10 ribu dirham untuk
penanganan bencana dan pemerdekaan budak.
Sebaliknya, Islam mengancam para penguasa yang mene-
lantarkan kebutuhan rakyat, apalagi menghalangi hak-hak
mereka. Sabda Rasulullah saw.:

‫اﳋَﻠﱠ ِﺔ َواﻟْ َﻤ ْﺴ َﻜﻨَ ِﺔ إِﱠﻻ أَ ْﻏﻠَ َﻖ‬


ْ ‫ﺎﺟ ِﺔ َو‬
َ َ‫اﳊ‬ ْ ‫َﻣﺎ ِﻣ ْﻦ إِ َﻣ ٍﺎم ﻳـُ ْﻐﻠِ ُﻖ َﺎﺑﺑَﻪُ ُدو َن ذَ ِوي‬
‫ﺎﺟﺘِ ِﻪ َوَﻣ ْﺴ َﻜﻨَﺘِ ِﻪ‬ ِِ ِ
َ ‫اب اﻟ ﱠﺴ َﻤﺎء ُدو َن َﺧﻠﱠﺘﻪ َو َﺣ‬ َ ‫اﻪﻠﻟُ أَﺑْـ َﻮ‬
‫ﱠ‬
Tidak seorang pemimpin pun yang menutup pintunya dari orang
yang membutuhkan, orang yang kekurangan dan orang miskin,
kecuali Allah akan menutup pintu langit dari kekurangan, kebu-
tuhan dan kemiskinannya (HR at-Tirmidzi).

Namun, sadarkah kita, bahwa pemimpin yang adil yang


bekerja keras untuk menjamin kehidupan warganya hanya

08
terwujud jika umat ini menerapkan syariah Islam dalam nau-
ngan Khilafah? Selain itu tidak mungkin terjadi.

HIKMAH:

Imam Hasan al-Bashri menulis surat kepada Khalifah Umar


bin Abdul Aziz:
‫ ﲪﻠﺘﻪ‬،‫واﻹﻣﺎم اﻟﻌﺪل � أﻣﲑ اﳌﺆﻣﻨﲔ ﻛﺎﻷم اﻟﺸﻔﻴﻘﺔ اﻟﱪة اﻟﺮﻓﻴﻘﺔ ﺑﻮﻟﺪﻫﺎ‬
‫ وﺗﺴﻜﻦ ﺑﺴﻜﻮﻧﻪ‬،‫ ورﺑﺘﻪ ﻃﻔﻼً ﺗﺴﻬﺮ ﺑﺴﻬﺮﻩ‬،‫ﻛﺮﻫﺎ‬ ً ‫ ووﺿﻌﺘﻪ‬،‫ﻛﺮﻫﺎ‬
ً
“Pemimpin yang adil, wahai Amirul Mukminin, adalah seperti
ibu yang penyayang, yang amat penuh perhatian terhadap
anaknya, yang membawanya saat hamil meskipun dalam
keadaan sulit, melahirkannya dalam keadaan sulit,
mendidiknya saat ia masih kecil, menjaganya pada waktu
malam ketika anaknya sakit, yang merasa tenang dengan
tenangnya anaknya.”
(Abu Amr Ahmad bin Muhammad, Al-'Aqd al-Farîd, 1/10).

09

You might also like