Data Publikasi: https://crcs.ugm.ac.id/plagiarisme-kultur-dan-etik/
Mengapa plagiarisme sering terjadi? apakah plagiarisme di perbolehkan?
bagaimana caranya untuk mengatasi plagiarisme tersebut? beberapa pertanyaan tersebut yang menjadi pemicu kali ini. Suhadi Cholil seorang dosen di Prodi Agama dan Lintas Budaya Sekolah Pascasarjana (CRCS) UGM dan kandidat doktor di Universitas Radboud Nijmegen Belanda, ia menulis tentang plagiarisme, kultur, dan etik.
Menurut Suhadi Cholil, faktor utama terjadinya plagiarisme bukan unsur
kesengajaan tetapi akibat keterbatasan pengetahuannya. Kurangnya juga penegakan pelanggaran kasus-kasus plagiarisme, begitu pula dalam bidang akademisi, tidak ada larangan terhadap akademisi maupun penulis secara umum. Justru hal ini disarankan karena tidak ada buah pikiran yang seratus persen baru dari diri kita.
Menurutnya plagiarisme dilarang apabila melakukan penjiplakan tanpa
menyebutkan sumber referensinya, seperti yang dikutip dalam situs web resminya Universitas Indiana (www.indiana.edu) menyebutkan bahwa Plagiarism is using others ideas and words without clearly acknowledging the source of that information (Plagiarisme adalah pemakaian gagasan atau kata-kata orang lain tanpa dengan jelas mencantumkan sumber informasinya). Hampir semua perguruan tinggi di Indonesia menyebutkan bahwa plagiarisme adalah tindakan yang haram dan dilarang, tindakan ini juga terkait dengan struktur budaya sosial yaitu “mencuri”, “maling”, dan “korupsi” dengan gamblang dan tanpa rasa malu.