You are on page 1of 17

TEKNOBUGA Volume 1 No.

2 – November 2014

PENINGKATAN PEMBELAJARAN PENGOLAHAN KUE INDONESIA


DARI BAHAN PISANG MELALUI MODEL PEMBELAJARAN
COOPERATIVE LEARNING PADA SISWA KELAS X PATI SERI SMK
NEGERI 3 PATI TAHUN PELAJARAN 2009/2010

Siti Nawangsri
Sitinawangsrismk3pati@gmail.com
SMK Negeri 3 Pati

Abstract: The formulation of the problem in the study of learning model of how
application of cooperative learning, improve teaching quality basic materials
processing Indonesia banana cake, in class X patiseri SMK 3 Starch. This research
through two siklus.Hasil This study learning model Coooperative Learning to be
better when compared with the previous model of learning. In the first cycle classical
completeness 93.10% and the classical second cycle increased to 100%. It is known
learning Cooperative Learning can improve the quality and competence cultivate
banana cake.
Keywords: Cooperative Learning, Banana Cake

Abstrak: rumusan masalah dalam penelitian ini bagaimana penerapan model


pembelajaran Cooperative Learning, meningkatkan kualitas pembelajaran
pengolahan kue indonesia bahan dasar pisang, pada siswa kelas X Patiseri SMK 3
Pati. Penelitian ini melalui dua siklus.Hasil Penelitian ini dengan model pembelajaran
Coooperative Learning menjadi lebih baik jika dibandingkan dengan pembelajaran
dengan model sebelumnya. Pada siklus I ketuntasan klasikal 93,10% dan siklus II
klasikal meningkat menjadi 100%. Hal ini diketahui pembelajaran Cooperative
Learning dapat meningkatkan kualitas dan kompetensi mengolah kue pisang.
Kata Kunci : Cooperative Learning, kue pisang

PENDAHULUAN curriculum mengisyaratkan ada 3


Belajar berarti melakukan proses konsep belajar yaitu: belajar melebihi
berpikir. Belajar tidak cukup hanya fakta (learning beyond the facts), belajar
sekedar tahu, menguasai ilmu dan bagaimana berpikir (learning how to
menghafal semua teori yang dihasilkan think), dan belajar bagaimana
orang lain. Jadi, pembelajaran menemukan dan mengkonstruksikan
hendaknya melatih anak fakta baru (learning how to find and
mengembangkan kemampuan berpikir contruct new facts). Suatu pengetahuan
(thinking skills). Belajar bukan sekedar dianggap benar hanya bila dapat
menemukan fakta, dan berguna untuk menghadapi dan
mengkontruksikannya menjadi sebuah memecahkan persoalan atau fenomena
pengetahuan. Menurut Pebruanto yang sesuai (Suparno, 1997).
(2007), di dalam concept based
13
TEKNOBUGA Volume 1 No.2 – November 2014

Menurut Asri Budiningsih (2005), berbahan dasar buah-buahan


pembelajaran kreatif dan produktif disebutkan dengan benar (Silabus
adalah model yang dikembangkan Program Keahlian Patiseri SMK Negeri
dengan mengacu kepada berbagai 3 Pati, 2010:1). Sejalan dengan ini,
pendekatan pembelajaran yang perlu diupayakan agar pembelajaran
diasumsikan mampu meningkatkan pengolahan kue Indonesia dari bahan
kualitas proses dan hasil belajar. pisang sudah semestinya dikemas
Pembelajaran ini berpijak kepada teori menjadi pembelajaran yang
konstruktivistik, dalam pembelajaran ini disampaikan dengan berbagai teknik
para siswa diharapkan dapat atau metode yang tepat untuk
mengkonstruksi sendiri konsep atau membantu siswa memiliki kompetensi
materi yang mereka dapatkan. yang dipelajari. Dengan demikian, siswa
Pendekatan pembelajaran kreatif diharapkan tidak hanya mampu
produktif antara lain: belajar aktif, kreatif, mengingat jangka lama, melainkan
konstruktif serta kolaboratif dan dapat menginternalisasikan konsep-
kooperatif. Karakteristik penting dari konsep teori yang dipelajari dalam
setiap pendekatan tersebut kegiatan praktik. Dengan mengalami
diintegrasikan sehingga menghasilkan sendiri pembelajaran pengolahan kue
satu model yang memungkinkan siswa Indonesia dari buah yaitu bahan pisang,
mengembangkan kreativitas untuk siswa akan menjadi terampil mengolah
menghasilkan produk yang bersumber kue Indonesia berbahan dasar buah
dari pemahaman mereka terhadap karena disamping masih ingat konsep
konsep yang sedang dikaji. Di dalam yang dipelajari, siswa pernah
pembelajaran keterampilan guru harus mengalami kegiatan mengolah kue
mampu menggunakan pendekatan, Indonesia sehingga siswa sebenarnya
metode dan teknik serta strategi tertentu hanya memerlukan sedikit latihan untuk
yang tepat atau sesuai agar meningkatkan kemahiran mengolah kue
pembelajaran betul-betul efektif. Selain Indonesia khususnya dari buah.
itu suasana belajar di sekolah harus Pelatihan dan penugasan
lebih menyenangkan, menggairahkan pembelajaran pengolahan kue
sekaligus mencerdaskan. Kompetensi Indonesia dari bahan pisang harus
Dasar yang harus dikuasai oleh siswa dilakukan. Hal ini dimaksudkan agar
pada mata pelajaran produktif SMK lebih meningkatkan kemampuan
Negeri 3 Pati Program Keahlian Patiseri pembelajaran pengolahan kue
adalah Mendeskripsikan pengertian kue Indonesia khususnya dari bahan pisang.
Indonesia. Indikator yang harus dicapai Selama ini kemampuan menolah kue
adalah teknik pengolahan kue Indonesia Indonesia hanya dimiliki untuk mereka

14
TEKNOBUGA Volume 1 No.2 – November 2014

yang berbakat. Padahal sebenarnya Indonesia dari bahan pisang dan


kemampuan mengolah kue Indonesia keterampilan pengolahan kue Indonesia
dapat diperoleh melalui latihan yang dari bahan pisang bagi siswa kelas X
terus-menerus. Faktor inilah yang dapat Patiseri SMK Negeri 3 Pati Tahun
mempengaruhi kemampuan mengolah Pelajaran 2009/2010 dapat ditingkatkan
kue Indonesia bagi seseorang. Dari melalui model cooperative learning.
dasar inilah guru mencoba memilih
model pembelajaran yang menarik, LANDASAN TEORISTIS DAN
mudah dilakukan agar kegiatan HIPOTESIS TINDAKAN
mengolah kue Indonesia dapat Cooperative Learning sebagai Model
dilaksanakan oleh siswa. Oleh karena Pembelajaran untuk Peningkatan
itulah, penggunaan model Cooperative Keterampilan Pengolahan Kue
Learning sebagai model pembelajaran Oriental dari Bahan Pisang
pengolahan kue Indonesia merupakan Tugas seorang guru bukan hanya
satu usaha untuk mengubah perilaku mengajar (teaching) tetapi lebih
siswa. Siswa yang semula tidak mampu ditekankan pada pembelajaran
dan tidak bisa mengolah kue Indonesia (learning) dan mendidik. Pembelajaran
akhirnya menjadi mampu dan senang. yang bisa didapat oleh siswa selama di
Sehingga kegiatan mengolah kue bangku sekolah haruslah dapat
Indonesia khususnya dari bahan pisang digunakan untuk bekal hidup dan
merupakan kegiatan yang bertahan hidup, oleh karena itu
menyenangkan sekaligus pembelajaran tidak hanya ditekankan
mencerdaskan. pada keilmuannya semata. Arah
Sehubungan dalam penelitian ini pembelajarannya seharusnya terfokus
peningkatan kemampuan siswa kelas X pada empat pilar belajar (learn) seperti
Patiseri Tahun Pelajaran 2009/2010 yang dirumuskan oleh Unesco (dalam
SMK Negeri 3 Pati dalam pembelajaran Sukmadinata, 2003:201-203), yaitu:
pengolahan kue Indonesia dari bahan belajar mengetahui (learning to know),
pisang dengan model cooperative belajar berkarya (learning to do), belajar
learning, serta mampu memberikan hidup bersama (learning to live
perubahan perilaku siswa yang positif together), dan berkembang secara utuh
setelah dilakukan pembelajaran (learning to be). Dalam menyampaikan
pembelajaran pengolahan kue pembelajaran diperlukan model-model
Indonesia dari bahan pisang dengan yang tepat agar tujuan yang telah
model cooperative learning. ditetapkan oleh guru dapat memberikan
Dengan demikian, Diharapkan hasil yang maksimal bagi siswa. Model
kualitas pembelajaran pengolahan kue bersifat implementasional yang secara

15
TEKNOBUGA Volume 1 No.2 – November 2014

aktual berperan di dalam kelas. Teknik Langkah-langkah Model Pembelajaran


merupakan suatu kiat atau taktik untuk Cooperative Learning Model
menyelesaikan serta menyempurnakan pembelajaran Cooperative Learning
upaya pencapaian tujuan. Model dilakukan sebagai berikut:
Cooperative Learning melibatkan siswa Guru merancang pembelajaran,
bekerja dalam kelompok, mempertimbangkan dan menetapkan
beranggotakan empat atau lima siswa target pembelajaran yang ingin dicapai
heterogen untuk menangani tugas dalam pembelajaran. Guru menetapkan
tertentu. Kemudian, mereka melaporkan sikap dan keterampilaan-keterampilan
tugas itu. sosial yang diharapkan sangat
Cooperative Learning memiliki dikembangkan dan diperlihatkan oleh
beberapa manfaat: (1) dapat melibatkan siswa selama proses berlangsungnya
siswa secara aktif dalam pembelajaran. Guru dalam merancang
mengembangkan pengetahuan, sikap, pembelajaran juga mengorganisasikan
dan keterampilan dalam suasana materi tugas-tugas yang dikerjakan
belajar-mengajar yang bersifat terbuka bersama-sama dalam dimensi kerja
dan demokratis; (2) dapat kelompok. Untuk memulai
mengembangkan aktualisasi berbagai pembelajaran, guru menjelaskan tujuan
potensi diri yang telah dimiliki siswa; (3) dan sikap serta keterampilan sosial
dapat mengembangkan dan melatih yang ingin dicapai dan diperlihatkan
berbagai sikap, nilai, dan keterampilan- oleh siswa selama pembelajaran;
keterampilan sosial untuk diterapkan Dalam aplikasi pembelajarannya di
dalam kehidupan di masyarakat; (4) kelas, guru merancang lembar
siswa tidak hanya sebagai objek belajar observasi kegiatan siswa dalam belajar
melainkan juga sebagai subjek belajar secara bersama-sama dalam kelompok-
karena siswa dapat menjadi tutor kelompok kecil. Dalam menyampaikan
sebaya bagi siswa lainnya; (5) siswa materi pemahaman, dan
dilatih untuk bekerja sama karena bukan pendalamannya akan dilakukan siswa
materi saja yang dipelajari tetapi juga ketika belajar secara bersama-sama
tuntutan untuk mengembangkan potensi dalam kelompok. Pemahaman, dan
dirinya secara optimal bagi kesuksesan konsepsi guru terhadap siswa secara
kelompoknya; (6) memberi kesempatan individual sangat menetukan
kepada siswa untuk belajar memperoleh kebersamaan dari kelompok yang
dan memahami pengetahuan yang terbentuk;
dibutuhkan secara langsung sehingga Dalam melakukan observasi kegiatan
sesuatu yang dipelajarinya lebih siswa, guru mengarahkan dan
bermakna bagi dirinya. membimbing siswa baik secara

16
TEKNOBUGA Volume 1 No.2 – November 2014

individual maupun kelompok, dalam akan lebih mudah menangkap materi


pemahaman materi maupun mengenai pembelajaran yang disajikan. Dengan
sikap dan perilaku siswa selama latihan yang berkesinambungan dan
kegiatan belajar; terus menerus maka dimungkinkan
Guru memberi kesempatan kepada siswa menjadi terampil membuat kue
siswa untuk mempresentasikan hasil Indonesia dengan baik dan benar
kerjanya. Guru juga memberikan mengenai berbagai bahan umbi dan
beberapa penekanan terhadap nilai, buah. Gambar di atas menjelaskan
sikap, dan perilaku sosial yang harus bahwa pembelajaran produktif yang
dikembangkan dan dilatihkan kepada disampaikan dengan model Cooperative
para siswa. Learning akan merangsang siswa untuk
belajar dengan senang karena dilakukan
Kerangka Berpikir
bersama-sama. Siswa hanya
Keterampilan mengolah kue
membutuhkan latihan dan sikap
Indonesia dari bahan pisang
kooperatif untuk dapat lebih terampil
memerlukan keterampilan dan
membuat kue Indonesia berbahan dasar
kreativitas tinggi. Oleh karena itu, dalam
pisang.
kegiatan pembelajaran terutama dalam
Hipotesis Tindakan
pencapaian kompetensi pengolahan kue
Hipotesis tindakan dalam
Indonesia berbahan baku buah perlu
penelitian ini adalah dengan model
dicari terobosan baru yang mampu
Cooperative Learning dapat ditingkatkan
merangsang siswa untuk tertarik atau
keterampilan membuat kue Indonesia
senang dan mudah. Karena itu, materi
berbahan dasar pisang pada siswa
pembelajaran yang menuntut
kelas X Patiseri SMK Negeri 3 Pati
pengetahuan dan keterampilan tingkat
Tahun 2009/2010, serta akan terjadi
tinggi dapat dilakukan dengan satu
perubahan yang positif, baik pada siswa
teman atau lebih untuk memperoleh
sebagai subjek penelitian maupun guru
umpan balik, memperoleh informasi,
sebagai peneliti.
bisa ditemukan dengan mudah dan
dapat merangsang keinginan siswa METODE PENELITIAN
belajar memproduksi. Pembelajaran Subjek penelitian tindakan kelas
yang sarat dengan kriteria di atas ini adalah kemampuan mengolah kue
adalah pembelajaran dengan model Indonesia berbahan dasar pisang siswa
cooperative learning. kelas X Patiseru 1 SMK Negeri 3 Pati
Kerangka berpikirnya, dengan model Tahun 2009/2010 . Jumlah siswa 27
yang ditawarkan dalam pembelajaran yang terdiri atas 25 siswa putri dan 2
yang dapat ditiru oleh siswa dan siswa siswa putra.

17
TEKNOBUGA Volume 1 No.2 – November 2014

Pemilihan kelas X Patiseri Analisa data pada penelitian ini


sebagai subjek penelitian atas dasar sangat diperlukan dalam mendapatkan
pertimbangan bahwa ketika dilakukan data dan informasi yang dapat
tes awal mengolah kue Indonesia dipertanggungjawabkan kebenarannya.
berbahan dasar pisang rendah Dalam penelitian kualitatif terdapat
kemampuannya dibandingkan mengolah beberapa teknik untuk pengembangan
kue Indonesia dari bahan dasar lain validitas (kesahihan/keabsahan) data
(umbi, beras, kacang). Rata-rata nilai penelitian. Teknik keabsahan data
yang diperoleh siswa di bawah KKM tersebut adalah teknik triannggulasi dan
(Kriteria Ketuntasan Minimal) yaitu Riview Informan.
73,40. Nilai KKM – nya 75,00. Penelitian Teknik trianggulasi, yaitu suatu
tindakan kelas ini dilakukan di Kelas X cara untuk mendapatkan keakuratan
Patiseri SMK Negeri 3 Pati Tahun data dengan menggunakan berbagai
Pelajaran 2009/2010. Penelitian ini cara, prosedur, dan metode agar data
berlangsung selama 1 (satu) bulan pada yang diperoleh dapat dipercaya
bulan 22 April 2010 - 6 Mei 2010. kebenarannya. Jenis trianggulasi yang
Adapun rincian kegiatan penelitian digunakan dalam penelitian ini adalah
tersebut adalah sebagai berikut: trianggulasi data (sumber) dan
persiapan, penelitian, koordinasi trianggulasi metode. Trianggulasi data
persiapan tindakan, pelaksanaan atau trianggulasi sumber dimanfaatkan
(perencanaan, tindakan, monitoring dan untuk memperoleh jenis sumber data
refleksi, serta evaluasi), penyusunan yang berbeda-beda guna menggali data
laporan penelitian. sejenis. Trianggulasi metode adalah
Desain dalam penelitian ini teknik keabsahan data yang terkumpul
menggunakan Metode Penelitian lebih akurat yang ditempuh dengan
Tindakan Kelas atau Metode menggunakan observasi dan pedoman
PTK.Artinya penelitian dengan berbasis wawancara. Untuk mendapatkan
kelas. Melalui penelitian ini diperoleh keakuratan dan kelengkapan data yang
manfaat berupa perbaikan praktis yang tekumpul perlu dilakukan riview
meliputi penanggulangan berbagai informan. Data akan disajikan perlu
permasalahan belajar siswa dan didiskusikan dengan informan agar
kesulitan mengajar yang dialami oleh diperoleh kesamaan pemahaman.
guru. Penelitian ini dilaksanakan dalam Indikator kinerja dalam
bentuk proses pengkajian berdaur 4 penelitian tindakan ini dikelompokkan
tahap, yaitu: (1) merencanakan, (2) menjadi dua aspek, yaitu indikator
melakukan tindakan, (3) mengamati, kinerja proses dan indikator kinerja
dan (4) merefleksi. produk. Indikator kinerja proses dilihat

18
TEKNOBUGA Volume 1 No.2 – November 2014

dari perkembangan proses HASIL PENELITIAN DAN


pembelajaran menolah kue Indonesia PEMBAHASAN
berbahan dasar pisang pada mata Siklus I
pelajaran produktif yang dilakukan oleh Tindakan penelitian setelah peneliti
guru dan siswa. Keberhasilan proses melakukan persiapan hal-hal yang
tersebut didasarkan atas temuan dari berhubungan dengan materi
tahapan pemantauan (tahapan pembelajaran. Pelaksana tindakan
observasi dan monitoring). Indikator selama dua siklus dalam penelitian ini
keberhasilan yang didapat adalah adalah peneliti sendiri. Tindakan
adanya peningkatan kemampuan dilakukan berdasarkan jadwal mata
menolah kue Indonesia berbahan dasar pelajaran produktif, yaitu satu kali dalam
pisang jika siswa mengalami tuntas satu minggu dilaksanakan pada hari
belajar klasikal 100%. Selain itu, nilai Senin. Dengan demikian, tindakan yang
rata-rata mengolah kue Indonesia dilakukan dalam penelitian ini bersifat
berbahan dasar pisang meningkat (dari alami karena sesuai dengan setting
73,40 menjadi > 75 ,00). pembelajaran, seperti sebelum terjadi
Prosedur penelitian tindakan ini penelitian. Sebuah pelaksanaan
mengikuti model penelitian tindakan tindakan, diperlukan rencana tindakan
kelas John Elliott dengan menampilkan yang akan digunakan sebagai bahan
dua siklus. Setiap siklus terdiri atas intervensi, yaitu penyusunan desain
empat kegiatan, yakni: (1) perencanaan, pembelajaran yang dimodifikasi untuk
(2) tindakan, (3) pengamatan, (4) meningkatkan keterampilan mengolah
refleksi. Adanya langkah/tindakan kue Indonesia berbahan dasar pisang.
didasarkan pada pemikiran bahwa Rencana tindakan ini dilakukan dengan
dalam satu kompetensi dasar yang mengoptimalkan peran guru dan siswa
terdiri dari beberapa subkompetensi di kelas sehingga intervensi tersebut
yang tidak dapat diselesaikan dalam dapat meningkatkan aktivitas siswa
satu kali tindakan. Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran.
untuk menyelesaikan suatu kompetensi Tindakan dan Observasi Siklus I
dasar diperlukan beberapa kali tindakan Siklus I dilakukan dengan tiga
yang direlisasikan dalam suatu kegiatan kali tindakan kali tindakan. Siklus 1
pembelajaran. Apabila dalam satu siklus dilaksanakan pada tanggal, 22 April
selesai dilakukan, selanjutnya diadakan 2010, jam ke-1-7, pukul 07.45-12.45
refleksi terhadap pelaksanaan siklus WIB di ruang Dapur Patiseri. Selama
sebelumnya. Siklus I dilakukan tiga kali tindakan yaitu
persiapan, proses, dan presentasi hasil.
Pelaksanaan tindakan dilakukan oleh

19
TEKNOBUGA Volume 1 No.2 – November 2014

peneliti sendiri. Digunakan lembar merespons dengan baik pembelajaran


observasi mengajar untuk mengamati mengolah kue Indonesia berbahan
apakah rencana tindakan yang telah dasar pisang yaitu carang gesing
dilakukan pada Siklus I sesuai dengan melalui model cooperative learning. Hal
yang direncanakan. Selain itu, ini sebagai bukti bahwa siswa memiliki
digunakan juga lembar refleksi siswa sikap ke arah yang lebih positif terhadap
untuk mengetahui tingkat ketercapaian kegiatan pembelajaran mengolah kue
tindakan, sesuai dengan indikator Indonesia berbahan dasar pisang yaitu
keberhasilan yang sudah ditetapkan. carang gesing. Sikap positif tersebut
Setelah dilakukan tindakan, dapat dilihat dari reaksi siswa ketika
yaitu melakukan proses produksi pembelajaran produktif melalui
mengolah pisang menjadi carang gesing cooperative learning, khususnya
dengan penerapan model cooperatif kegiatan yang dilakukan sebelum
learning, guru/peneliti melakukan kegiatan mengolah carang gesing.
monitoring dan evaluasi terhadap Berdasarkan data penilaian, beberapa
jalannya tindakan. Hasil yang diperoleh siswa tertarik dan senang dengan
dalam pelaksanaan monitoring dan kegiatan mengolah carang gesing.
evaluasi adalah proses pembelajaran Terdapat 27 siswa menyatakan kegiatan
(keberhasilan proses) dan dampak mengolah kue Indonesia berbahan
tindakan terhadap hasil pembelajaran dasar pisang yaitu carang gesing
(keberhasilan produk). Berikut ini menyenangkan dan mereka cukup
dijelaskan kedua keberhasilan yang terlibat dalam kegiatan mengolah, dan
diperoleh dari hasil monitoring dan presentasi.
evaluasi, yaitu keberhasilan proses dan Pada saat diadakan diskusi
keberhasilan produk Siklus I. kelas dalam pembelajaran produktif,
Berdasarkan pemantauan yang khususnya mengolah kue Indonesia
telah dilakukan oleh peneliti, berbahan dasar pisang yaitu carang
pelaksanaan tindakan telah sesuai gesing melalui model Cooperative
dengan rencana. Hasil penilaian Learning siswa merasa senang, aktif,
menunjukkan terjadinya perubahan dan bersemangat mengajukan
perilaku subjek yang diinginkan pada pertanyaan dan tanggapan, serta
rata-rata kelas. Perubahan tersebut membahas materi yang telah diberikan
ditandai dengan tumbuhnya sikap positif guru. Situasi kelas tampak hidup ketika
siswa terhadap pembelajaran produktif, pendapat dan tanggapan yang diajukan
khususnya Tindakan ke-2 dan ke-3. antarsiswa itu berbeda. Hal ini sesuai
Berdasarkan kegiatan di atas dengan data pertanyaan butir 2 yang
diketahui bahwa sebagian besar siswa menunjukkan 20 siswa menyatakan

20
TEKNOBUGA Volume 1 No.2 – November 2014

‘Ya”. Artinya mereka sebagian besar 22 siswa, sisanya 5 siswa menyatakan


senang dengan kegiatan kelompok “Tidak”. Jadi, sebagian besar siswa
karena bisa bertukar pikiran, tambah menyatakan pengetahuan sebelumnya
wawasan, saling membantu, dan bisa membantu mereka untuk memahami
adu opini, suasana lebih hidup dan lebih mengolah kue Indonesia berbahan
bersemangat, serta memudahkan dalam dasar pisang.
memahami materi karena adanya kerja Refleksi I
sama antaranggota kelompok. Setelah tindakan ke-3 dalam
Berdasarkan data dari pertanyaan butir Siklus 1, peneliti melakukan refleksi.
4 menunjukkan bahwa 15 siswa telah Kedua pihak melakukan diskusi dan
aktif menyimak dan memperhatikan evaluasi serta tiap-tiap pihak
materi dengan baik, 5 (lima) siswa memaparkan catatan, pengamatan, dan
belajar lagi, 4 (empat) siswa bertanya pendapat yang dimilikinya tentang
pada guru. Sisanya 3 (tiga) siswa tindakan yang telah dilaksanakan
bertanya pada teman. Dari hasil tersebut. Kemudian, hai itu dibahas,
pengamatan dan evaluasi yang telah dipadukan, dan disimpulkan untuk
dilakukan, dapat diketahui bahwa melihat perkembangan, perubahan, dan
hampir semua siswa dapat mengikuti kendala yang dihadapi untuk
dan menikmati kegiatan pembelajaran menentukan langkah selanjutnya.
mengolah kue Indonesia berbahan Setelah dilakukan tindakan sebanyak 3
dasar pisang khususnya mengolahkue (tiga) kali, peneliti menentukan
Indonesia berbahan dasar pisang. terjadinya penumbuhan sikap yang lebih
Setelah pelaksanaan tindakan 3 (tiga) positif terhadap kegiatan pembelajaran
kali, kegiatan mengolah carang gesing produktif khususnya mengolah kue
dengan model Cooperative Learning Indonesia berbahan dasar pisang. Data
menunjukkan terjadi pengembangan pertanyaan butir 6 memperlihatkan
sikap positif. Perubahan hasil belajar bahwa 20 siswa menyatakan “Ya”, yaitu
yang dicapai siswa pada pembelajaran materi membuat carang gesing yang
produktif, khususnya kegiatan mengolah diberikan masih sulit untuk dipahami
carang gesing tampak dari kemampuan dan 7 siswa menyatakan “Tidak”, yaitu
siswa dalam melakukan kegiatan bagi mereka materi yang diberikan
mengolah kue Indonesia berbahan sangat mudah dipahami. Cara yang
dasar pisang. Pengetahuan sebelumnya ditempuh siswa untuk mengatasi
sangat membantu siswa untuk kesulitan atau hambatan yang dialami
memahami materi. Hal ini telihat pada sesuai dengan pertanyaan butir 8
jawaban pertanyaan butir 5 bahwa dari adalah dengan bertanya kepada guru (4
27 siswa yang menyatakan “Ya” adalah siswa), bertanya kepada teman (3

21
TEKNOBUGA Volume 1 No.2 – November 2014

siswa), membaca buku di perpustakaan melihat sejauh mana empat ciri tersebut
(7 siswa), tidak menyertakan alasan telah diterapkan. Berdasarkan observasi
hanya menyatakan kesulitan (6 siswa). di Siklus I, terlihat bahwa keempat
Siswa yang menyatakan tidak prinsip Cooperative Learning
mengalami kesulitan (9 siswa) karena penilaiannya terhitung banyak. Hal ini
contohnya jelas untuk dimengerti (2 dapat dilihat pada tabel observasi
siswa). Penilaian yang dilakukan mengajar yang dilakukan guru/peneliti
terhadap kedua tindakan mengajar yang selama Siklus I, seperti yang terlihat
dilakukan oleh guru/peneliti untuk pada tabel 1 di bawah ini.

Tabel 1. Hasil Observasi Siklus I


No. Aspek yang Dinilai/Diamati 1 2 3 4 Jumlah

1 Individual accountability 2 6 - 22
2 Social skill - 3 2 3 24
3 Positive interdependensi - - 3 4 25
4 Group prosessing - 2 2 3 26

Catatan: 1= Tidak ada 2= Cukup 3= Banyak 4= Sangat banyak

Tindakan dan Observasi Siklus II khususnya mengolah kue Indonesia


Guru melakukan tindakan berdasarkan berbahan dasar pisang pada Siklus II ini
rencana tindakan. Materi yang diberikan telah menunjukkan perubahan yang
pada Siklus II adalah membuat pisang positif. Kemampuan siswa mengerjakan
hijau. Tindakan kelas ini dilaksanakan tugas, baik tertulis maupun lisan dalam
pada 29 April 2010 pada jam ke 1-7 dari kegiatan menyiapkan bahan
pukul 07.45-12.35 WIB. Media yang menunjukkan peningkatan yang cukup
digunakan adalah gambar. berarti. Penggunaan media gambar
dapat meningkatkan motivasi belajar
Tindakan ke-1 Siklus II sama dengan
siswa. Hal ini terlihat karena mereka
tindakan yang dilakukan oleh
sangat menikmati proses pembelajaran.
guru/peneliti pada Siklus I yaitu
Siswa tidak merasa jenuh, bahkan
persiapan. Guru masuk ke Kelas X
merasa senang. Proses belajar mengajar
Patiseri di RuangDapur Patiseri 1. Guru
makin hidup karena tanggapan-
memulai pelajaran dengan mengucapkan
tanggapan yang diberikan siswa lain.
salam dan menyapa siswa. Selanjutnya,
Mereka mulai berani menunjukkan
guru menjelaskan rencana kegiatan
kemampuannya. Proses pembelajaran
pembelajaran yang akan dilaksanakan.
menjadi lebih komunikatif. Guru berperan
Keberhasilan Proses
sebagai fasilitator dan mediator dalam
Berdasarkan hasil pemantauan,
kegiatan penilaian mengolah kue
kegiatan pembelajaran produktif,
22
TEKNOBUGA Volume 1 No.2 – November 2014

Indonesia berbahan dasar pisang. Sikap maksimal. Alasan lain, jika alasan yang
guru yang demikian dimaksudkan untuk disusun kurang mendukung.
memberi pelatihan siswa agar bersikap Pemberian tugas mengolah kue
objektif, berani dan mampu mengambil Indonesia berbahan dasar pisang melalui
keputusan dalam memberikan penilaian model Cooperative Learning memberikan
suatu hasil pekerjaan yang dilakukan dampak positif bagi siswa. Hal ini terbukti
secara kolaboratif. dari 27 siswa yang menyatakan “Ya”
Upaya guru untuk meningkatkan sebanyak 25 siswa. Mereka bisa lebih
motivasi peserta didik terhadap proses mudah memahami, lebih mudah, dan
pembelajaran mengolah kue Indonesia kegiatan pembelajaran tidak
berbahan dasar pisang adalah dengan membosankan. Dua siswa menyatakan
menggunakan media yang disenangi “Tidak” tanpa alasan. Sikap siswa yang
oleh siswa. Dalam hal ini, gambar yang memberikan respons positif untuk
digunakan sebagai media pemodelan merefleksi kembali materi mengolah kue
dalam dunia nyata. Hal ini mendapat Indonesia berbahan dasar pisang
tanggapan positif dari sebagian besar memberi manfaat bagi perbaikan
siswa. Hal ini terbukti dari hasil refleksi. kesalahan yang dilakukan siswa. Hal ini
Berdasarkan refleksi II butir I terbukti 25 siswa menyatakan senang
sebanyak 24 peserta didik menyatakan dengan kegiatan refleksi yang dilakukan,
puas terhadap hasil pembelajaran, di sedangkan dua siswa menyatakan
antaranya mengetahui cara mengolah kurang senang dengan alasan
kue Indonesia berbahan dasar pisang, menghabiskan waktu, tenaga, dan
dan dapat melakukan praktik secara pikiran. (pertanyaan butir 3).
langsung mengolah kue Indonesia Siswa merespons positif
berbahan dasar pisang. Ada beberapa terhadap model Cooperative Learning
hasil olahan yang salah prosesnya dan untuk memahami materi mengolah kue
mendapat koreksi dari guru, siswa dapat Indonesia berbahan dasar pisang yang
bertanya kepada teman jika masih belum diberikan. Hal ini tampak pada
jelas. Siswa mengetahui kesalahannya pertanyaan 4 yang menyatakan kegiatan
dalam mengolah kue Indonesia mengolah kue Indonesia berbahan dasar
berbahan dasar pisang. Sisanya, 3 (tiga) pisang dengan penerapan model
siswa menyatakan tidak puas terhadap Cooperative Learning memberikan
hasil mengolah kue Indonesia berbahan manfaat yang sangat besar dalam
dasar pisang yang dilakukannya. Adapun memahami materi mengolah kue
beberapa alasan yang dikemukakan di Indonesia berbahan dasar pisang yang
antaranya masih banyak yang harus diberikan karena dapat berlatih berpikir
diperbaiki, nilai yang diperoleh belum lebih aktif, logis, dan dapat

23
TEKNOBUGA Volume 1 No.2 – November 2014

menyampaikan hal-hal secara nyata. menyatakan pembelajaran mengolah kue


Selain itu ada kerja kelompok (diskusi), Indonesia berbahan dasar pisang
bertanya, terdapat contoh/model, dan dengan model Cooperative Learning
peserta didik terlibat secara langsung dapat meningkatkan minat dan motivasi
dalam membantu siswa lain yang mereka.
mengalami kesulitan, dan meningkatkan Keberhasilan Produk
keterampilan mengolah kue Indonesia Setelah empat kali tindakan
berbahan dasar pisang (25 peserta didik pembelajaran mengolah kue Indonesia
atau 92,60%). berbahan dasar pisang dengan
Kegiatan yang paling disukai penerapan model cooperative learning,
adalah melakukan observasi atau terdapat 3 (tiga) siswa menyatakan
pengamatan langsung terhadap sebuah masih mengalami kesulitan. Alasan yang
objek. Sebanyak 24 siswa menyatakan disampaikan adalah satu siswa
senang terhadap kegiatan observasi mengemukakan alasan memikirkan
dengan beberapa alasan dapat memilih tugas dari mata pelajaran lain yang
bahan secara langsung, menambah belum selesai, dua siswa tanpa
minat dan wawasan, serta membuat mengemukakan alasan. Sisanya, 24
rileks. Tiga siswa menyatakan tidak siswa menyatakan tidak mengalami
menyukai kegiatan observasi dengan kesulitan karena mengasyikkan, dapat
alasan kegiatan observasi membuat berbicara secara aktif saat berdiskusi
bingung dan menghabiskan waktu dan presentasi, dapat bertanya kepada
(pertanyaan 5). Siswa mempunyai kesan teman, dapat memberi dan menerima
positif terhadap kegiatan mengolah kue saran, dan dapat memahami materi lebih
Indonesia berbahan dasar pisang dalam, bahkan dapat meningkatkan
dengan menggunakan media yang pemahaman dalam pembelajaran
bervariasi karena sangat menyenangkan. produktif khususnya mengolah kue
Alasan yang dikemukakan hampir sama Indonesia berbahan dasar pisang (butir
yaitu tidak membosankan, lebih mudah pertanyaan 7). Pertanyaan butir 10
mendapatkan pemahaman materi membuktikan bahwa 27 (100%) siswa
pembelajaran. menyatakan penerapan model
Enam kali tindakan dilakukan Cooperative Learning dalam mengolah
dalam pembelajaran mengolah kue kue Indonesia berbahan dasar pisang
Indonesia berbahan dasar pisang melalui sangat baik di sekolah menengah
model Cooperative Learning mampu kejuruan. Alasan yang disebutkan
meningkatkan, motivasi dan minat siswa. beragam. Siswa menyatakan bahwa
Hal ini terbukti pada jawaban pertanyaan mempraktikkan lebih mudah daripada
butir 8 sebanyak 27 siswa (100%) hanya mendengarkan guru

24
TEKNOBUGA Volume 1 No.2 – November 2014

menerangkan. Selain alasan tesebut menunjukkan kematangan dalam


disampaikan juga bahwa pembelajaran menerapkan strategi pembelajaran
dengan Cooperative Learning siswa dengan model cooperative learning.
dapat saling menolong, bekerja sama, Berikut ini disajikan hasil observasi
dan melatih siswa bertanggung jawab. Siklus II, seperti yang tercantum dalam
Demikian pula dengan observasi tabel 3.
mengajar yang dilakukan oleh guru juga

Tabel 3. Hasil Observasi Siklus II


No. Aspek yang Dinilai/Diamati 1 2 3 4 Jumlah
1 Individual accountability - 4 - 4 24
2 Social skill - - 2 5 26
3 Positive interdependensi - - 1 6 27
4 Group prosessing - - 1 6 27
Catatan: 1= Tidak ada 2= Cukup 3= Banyak 4= Sangat
banyak

Hasil Penelitian Siklus II


Tabel 4. Hasil Tes mengolah kue Indonesia berbahan dasar pisang Siklus II
No. Tindakan Nilai Rata-rata Ketuntasan Klasikal
1 Pertama 79,09 Nilai ≥ 75,00 sebanyak 26 atau 93,10%
2 Kedua 81,14 Nilai ≥ 75,00 sebanyak 27 atau 100 %
3 Ketiga 91,11 Nilai ≥ 75,00 sebanyak 27 atau 100 %

Agar lebih jelas memberi di bawah ini disajikan grafik perolehan


gambaran perolehan kenaikan nilai rata- nilai mengolah kue Indonesia berbahan
rata dan ketuntasan klasikal tindakan dasar pisang Siklus II.
ke-1, tindakan ke-2 dan tindakan ke-3,

100

80
60
N Rata-rata
40 Tuntas Kls
20

0
S2 T1 S2 T2 S2 T3

Grafik 2. Grafik Nilai Mengolah Kue Indonesia Berbahan Dasar Pisang Siklus 1I

Pada Grafik 2 menunjukkan dalam mengolah kue Indonesia


bahwa nilai rata-rata kemampuan siswa berbahan dasar pisang setelah diberi
25
TEKNOBUGA Volume 1 No.2 – November 2014

tindakan melalui model Cooperative dengan model pembelajaran mengolah


Learning mengalami kenaikan. Pada kue Indonesia berbahan dasar pisang
siklus 2, nilai rata-rata siswa dalam dengan cooperative learning. Alasan
mengolah kue Indonesia berbahan yang disampaikan bahwa model
dasar pisang sebesar 81,14. Pada Cooperative Learning dapat
tindakan kedua (T2) nilai rata- rata mengembangkan pengetahuan sikap
siswa meningkat menjadi 83,77. Jadi dan keterampilan dalam suasana belajar
nilai rata-rata tindakan ke-1, ke-2 dan yang terbuka dan demokratis, dapat
ke-3 pada siklus 2 sebesar 83,77. mengembangkan sikap sosial (10 siswa
asil observasi pada siklus II atau 37,03%), siswa dapat mengajari
menunjukkan adanya perubahan yang teman lain yang belum bisa memahami
cukup berarti. Tingkat keseriusan siswa materi pembelajaran yang disampaikan
meningkat, kesalahan dalam memahami guru (3 siswa atau 11,11%). Dilihat dari
resep semakin berkurang, siswa telah keseluruhan aspek mengolah kue
mampu mengolah bahan sesuai langkah Indonesia berbahan dasar pisang yaitu
kerja secara benar. Kesalahan lebih persiapan, proses, hasil dari siklus I,
bisa diminimalkan. Banyak siswa yang dan II semuanya mengalami
berani beranya jika mengalami kesulitan peningkatan keterampilan seperti
baik kepada guru atau kepada sesama tertuang dalam analisis nilai Siklus I dan
teman. Siklus II pada tabel 5.
Dari hasil wawancara dapat
disampaikan bahwa 21 siswa atau
77,78% siswa menyatakan senang
Tabel 5. Analisis Nilai Siklus I dan II
∑ Rata-rata Nilai % Ketuntasan Klasikal

Tindakan 1 2 3 1 2 3

Pratindakan 27 73,40 - - 59,25 -

Siklus I 27 - 76,11 78,15 84,22 74,07 92,60 96,30

Siklus II 27 - 79,07 81,14 91,11 96,30 100 100

Secara klasikal kemampuan mengolah kue Indonesia berbahan dasar pisang


kue Indonesia berbahan dasar pisang 83,77 yang berarti meningkat sebesar
pada siklus I mencapai nilai rata- rata 10,37 atau 38,41 % .
79,49. Hasil siklus I ini sudah meningkat Pada siklus I tuntas belajar
sebesar 6,09 atau 22,56 % dari hasil klasikal belum tercapai karena hanya 20
pretes yang hanya 73,40. Pada siklus II siswa atau 74,07 % tuntas belajar. Pada
nilai rata- rata kemampuan mengolah siklus II ketuntasan klasikal dialami oleh
26
TEKNOBUGA Volume 1 No.2 – November 2014

siswa sebanyak 26 siswa. Pada siklus II pelaksanaan tindakan kelas pada Siklus
selain mengalami peningkatan nilai rata- I, dan Siklus II pada pembelajaran
rata, juga mengalami peningkatan mengolah kue Indonesia berbahan
jumlah siswa yang mencapai nilai ≥ dasar pisang yang menggunakan model
75,00 sebanyak 27 siswa. Ini berarti Cooperative Learning pada siswa Kelas
tuntas belajar telah dicapai oleh kelas X X Patiseri SMK Negeri 3 Pati dijelaskan
Patiseri SMK Negeri 3 Pati Tahun pada tabel 6 berikut ini.
Pelajaran 2009/2010.Hasil observasi
Tabel 6. Hasil Observasi Siswa Selama PTK melalui Penerapan
Model Pembelajaran Cooperative Learning
No. Aspek yang Dinilai/Diamati Siklus I Siklus II
1 Individual accountability 22 24
2 Social skill 24 25
3 Positive interdependensi 25 27
4 Group prosessing 26 27
Untuk memperjelas pelaksanaan Cooperative Learning pada peserta didik
tindakan kelas mulai Siklus I sampai Kelas X Patiseri SMK Negeri 3 Pati
dengan Siklus II pada pembelajaran dapat digambarkan dalam grafik batang
mengolah kue Indonesia berbahan berikut ini.
dasar pisang yang menggunakan model

30

20
Siklus I
10 Siklus II

0
IA SS PI GP

Grafik 3. Grafik Penerapan Empat Karakteristik Cooperative Learning

Pembahasan Hasil Penelitian


Model Cooperative Learning untuk dialami oleh 16 siswa. Hasil ini
meningkatkan keterampilan siswa menggambarkan rendahnya
dalam pembelajaran mengolah kue kemampuan siswa dalam mengolah kue
Indonesia berbahan dasar pisang. Indonesia berbahan dasar pisang
Nilai rata-rata sehingga perlu dilakukan tindakan kelas
pretest/pratindakan adalah 73,40 untuk meningkatkan keterampilan siswa.
dengan ketuntasan klasikal 59,25% Pada tindakan pertama Siklus I, nilai

27
TEKNOBUGA Volume 1 No.2 – November 2014

rata-rata siswa meningkat menjadi 76,11 ketergantungan di dalam kelompok


dengan ketuntasan klasikal 74,07% secara positif), d) group processing
dialami oleh 20 siswa. Pada tindakan (proses jawaban permasalahan
kedua meningkat lagi menjadi 78,15 dikerjakan oleh kelompok secara
dengan ketuntasan klasikal 92,60% bersama-sama).
dialami oleh 24 siswa, pada tindakan Sikap Peserta Didik dalam
ketiga meningkat lagi menjadi 84,22 Pembelajaran Mengolah Kue Indonesia
dengan ketuntasan klasiklal 96,30 Berbahan Dasar Pisang melalui
dialami oleh 36 siswa. Pada Siklus I, Penerapan Model Cooperative Learning
ketuntasan klasikal belum dicapai oleh Sikap merupakan suatu
seluruh siswa sehingga perlu dilakukan kecenderungan persepsi psikologis
penajaman dalam pemberian materi seseorang terhadap suatu objek.
mengolah kue Indonesia berbahan Seseorang mempunyai kecenderungan
dasar pisang pada Siklus II. Pada Siklus untuk menyatakan rasa senang,
II, nilai yang diperoleh siswa melakukan penerimaan, atau pun
menunjukkan suatu peningkatan. memperoleh kepuasaan, dan perhatian
Peningkatan nilai dialami oleh siswa pada objek tertentu. Sikap seseorang
pada setiap tindakan. Nilai rata-rata terhadap sesuatu dicerminkan melalui
pada akhir tindakan kesatu 79,07 tingkah laku terhadap objek tersebut,
dengan ketuntasan belajar 96,30 % baik dengan perasaan memihak atau
dialami oleh 26 siswa. Pada akhir menyenangi, maupun dengan perasaan
tindakan ke-2 nilai rata-rata mengalami tidak memihak atau tidak menyenangi
kenaikan menjadi 81,14 dan pada pada sebuah objek.Berdasarkan uraian
tindakan ketiga menjadi 81,14 dengan di atas dapat disimpulkan bahwa
ketuntasan 100 % dialami oleh 27 pembelajaran mengolah kue Indonesia
siswa. berbahan dasar pisang yang dilakukan
Model Cooperative Learning untuk oleh guru dengan model Cooperative
meningkatkan kualitas proses Learning membuat kemampuan siswa
pembelajaran mengolah kue Indonesia makin meningkat dalam membuat siswa
berbahan dasar pisang menjadi kreatif, aktif, dan terbiasa
Aspek-aspek yang diamati pada praktik secara langsung. Dengan
penerapan Cooperative Learning demikian, keterampilan mengolah kue
meliputi hal-hal sebagai berikut: (a) Indonesia berbahan dasar pisang siswa
individual accountability (tanggung meningkat.
jawab individu dalam kelompok), b)
social skill (keterampilan bersosial), c)
positive interdependence (saling

28
TEKNOBUGA Volume 1 No.2 – November 2014

PENUTUPAN dilakukan kegiatan pembelajaran


Simpulan mengolah kue Indonesia berbahan
Berdasarkan hasil penelitian dan dasar pisang.
pembahasannya ada dua simpulan Saran
dalam penelitian ini. ( 1 ) Penggunaan Ada beberapa saran yang
cooperative learning sebagai model disampaikan sehubungan penelitian ini.
pembelajaran mengolah kue Indonesia Saran tersebut sebagai berikut. ( 1 )
berbahan dasar pisang dapat Model pembelajaran yang dipilih
meningkatkan kemampuan siswa kelas hendaknya model pembelajaran yang
X Patiseri SMK N 3 Pati Tahun dapat membantu memudahkan siswa
Pelajaran 2009/2010. Hal ini dapat dalam memahami materi pembelajaran.
dilihat dari hasil tiap-tiap tindakan. Pada ( 2 ) Model pembelajaran yang dipilih
pretes nilai siswa rata-rata 73,40 Pada hendaknya menarik, dan bervariatif agar
siklus I nilai rata-rata siswa meningkat mampu meningkatkan gairah belajar
menjadi 79,15, dan pada siklus II siswa dan pembelajaran produktif di
meningkat menjadi 95,00. ( 2 ) Dengan SMK lebih bersifat bimbingan karena
menggunakan model cooperative dapat membekali siswa.
learning, kegiatan mengolah kue
Indonesia berbahan dasar pisang lebih DAFTAR PUSTAKA
mudah dilakukan siswa, lebih disenangi Asri Budiningsih. 2005. Belajar dan
Pembelajaran. Jakarta: PT
sehingga kelas lebih kondusif. Pada diri
Rineka Cipta.
siswa terdapat perubahan perilaku yaitu
Suparno. A. Suhaenah. 2001.
siswa yang semula tidak tertarik, pasif
Membangun Kompetensi
dan jenuh, akhirnya menjadi tertarik, Belajar. Jakarta: Ditjend
Pendidikan Tinggi,
aktif dan tidak merasa bosan ketika
Depdiknas

29

You might also like