You are on page 1of 20

PEMIKIRAN KI HAJAR DEWANTARA

DALAM KONTEKS SOSIO-KULTURAL


MASYARAKAT SUMBAWA

Tugas Kelompok 1
Ruang Kolaborasi Modul 1.1
KELOMPOK 1
RUANG KOLABORASI MODUL 1.1

NURUL WAHIDAH, S.Pd. SYAFRUDDIN HS, S.Pd.


(Pemateri 1) (Moderator)

KUSMIATY S.Pd. ABDUL LATIF, S.Pd.


(Pemateri 3) (Pemateri 2)

ELY SURATMI, S.Ag ZULKARNAEN, S.Pd.SD


(Notulen & Penjawab) (Notulen & Penjawab)
Kantap kusepan Bismillah
Kenang samula de tu bahas

PEMBUKA Idung mata ma dadi mengas

Idung mata dadi mengas


Amen nonda tau saling spanas
de tu bahas dadi maras

ASSALAMU'ALAIKUM.
PEMBUKA
KAMI AKAN MEMPRESENTASIKAN HASIL MENEMUKENALI
NILAI-NILAI LUHUR KEARIFAN BUDAYA LOKAL
KHUSUSNYA BUDAYA SAMAWA
pERTANYAAN 1 Apa kekuatan konteks sosio-
kultural di daerah anda yang
sejalan dengan pemikiran KI Hajar
Dewantara

MATERI Bagaimana Pemikiran KHD Dapat


Dikontekstualkan Sesuaikan Dengan Nilai-
Nilai Luhur Kearifan Budaya Daerah Asal
BAHASAN pERTANYAAN 2 Yang Relevan Menjadi Penguatan Karakter
Peserta Didik Sebagai Individu Sekaligus
Sebagai Anggota Masyarakat Pada
Konteks Lokal Sosial Budaya Di Daerah
Anda?

Sepakati satu kekuatan pemikiran KHD


pERTANYAAN 3
yang menebalkan laku murid di kelas
atau sekolah Anda sesuai dengan
konteks lokal sosial budaya di daerah
Anda yang dapat diterapkan.
Kekuatan Kontek Sosoio-Kultural Di Sumbawa
yang Sejalan Dengan Pemikiran KHD
Yang menjadi kekuatan konteks-sosio kultural di Sumbawa adalah Saling
Satingi dan Saling Sakiki (Saling Menghargai dan Saling Tolong Menolong),
yang walaupun notabene masyarakatnya berasal dari beragam suku. namun
tetap memegang prinsip gotong royong dan kebersamaan.
Sejalan dengan pemikiran KHD, KHD menjelaskan bahwa tujuan pendidikan
yaitu: menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat
mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai
manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Oleh sebab itu, pendidik itu
hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada
anak-anak, agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan
tumbuhnya kekuatan kodrat anak”
BEBERAPA CONTOH KEKUATAN
KONTEKS SOSIO-KULTURAL SUMBAWA

BESENYATA/BESENATA
01

MATA RAME
02

REPULUNG, TOKAL ADAT,


03 TOKAL KELUARGA
BaSaNYATA/BESENATA
01
Basanyata/Besenata bermakna merehab atau membangun.
Besanyata/Besenata ini dalam adat masyarakat Sumbawa merupakan
proses rehab atau membangun rumah warga dengan cara gotong royong
yang mana proses seluruh warga sekitar terlibat dalam pelaksnaannya.
Terkait dengan prosesi Basanyata, bahwa di dalam adat Sumbawa,
upacara basanyata ini masuk kedalam tatanan upacara tahap menengah
menjelang tahap akhir di dalam penuntasan sebuah bangunan di
Sumbawa. Upacara basanyata ini sebagai tahapan pertengahan
menjelang masuk tahap penuntasan penangan pembangunan bangunan
rumah di Sumbawa yang sudah mulai menggarap bangunan atas atau
atap.
Jadi basanyata itu hanya berlaku pada saat kita menggarap
bagian atas dari rumah. Jadi kalau mulai pondasi itu belum
bernama basanyata, setelah menggarap bagian atas dan
meletakkan kuda-kuda kemudian sampai kepada pemasangan
sirap genteng atau penutup atap itu tetap dalam rangkaian
basanyata.
Namun tidak bisa dipungkiri, tidak sedikit desa yang
melaksanakan upacara atau proses basanyata ini dimulai dari
awal pembangunan sebuah rumah.
mata rame
02
Mata' rame Adalah kegiatan memanen padi yang di lakukan secara bersama-sama
dan berganti-gantian dalam konsep SALING TULUNG, ETE SIRU dan BAYAR
SIRU.
Kegiatan mata' rame ini sudah menjadi adat istiadat tau samawa pada zaman
dahulu.Ketika musim panen sudah tiba, maka mata' rame pun di mulai. Misalkan si
A sang pamilik sawah akan mengundang (dalam bahasa sumbawa "barajak") setiap
orang untuk basiru/ete siru (saling membantu) membantunya memanen padi. Karena
kalau si A telah selesai memanen padinya , maka dia harus membayar jasa orang-
orang yang membantu memanen padinya dengan membantu orang tersebut memanen
padi di sawahnya yang di sebut "bayar siru" (membayar siru). kalau orang yang
membantu memanen padi tapi dia tidak punya sawah maka orang tersebut di bayar
dengan 8 ikat (2 gutis) padi.
Dalam kegiatan ini terkadang juga di ikuti oleh kerabat dari luar kampung.
Mata' rame ini beranggotakan 30,40 orang bahkan lebih. Dengan seorang panitia yang mengatur
jadwal kegiatan setiap orang yang "ete siru/bayar siru" Jadi kegiatan ini bisa selesai dalam 1 bulan
atau lebih. Alat yang di gunakan adalah "rangap" untuk memotong batang padi , "sengkal" untuk
mengencangkan amat/tali treng (sembilu bambu) pada ikatan padi, dan "palemar" untuk membawa
"gutis" (kumpulan padi yang sudah di ikat).
Saat kegiatan mata' rame ini selesai, biasanya seorang laki-laki dewasa akan mengepalkan
segenggam "jeraming" (jerami) sambil "ngumang" seraya mencari lawan duel. Apabila ada yang
membalas "ngumang" nya, maka dialah yang menerima tantangan duel orang tersebut. Tentu dengan
sendirinya akan ada wasit dan orang tersebut harus memiliki besar badan seimbang. Dengan kedua
tangan berlapiskan jerami ,tempik sorak dan kemeriahan pun terdengar saat kedua orang itu akan
saling menyerang dengan pukulan. Dan yang berhasil menjatuhkan lawannya lah yang menang.
Meski di antara mereka ada yang menang dan kalah, tapi setelah selesai keduanya akan berpelukan
saling meminta maaf.
Tentu itu bukan pertandingan permusuhan, melainkan hanya hiburan untuk melatih ketangkasan fisik
dan mental. Aksi keduanya di sebut BARANAK BAWI/ BARANEK BAWI / BAREMPUK
RAPULUNG
03
Rapulung adalah adat orang sumbawa dalam mengambil
keputusan terhadap sesuatu. Rapulung dilakukan dengan
memastikan partisipasi semua yang berkepentingan yang
mekanisme dilakukan secara terbuka. Rapulung dipimpin oleh
ketua pulung dengan memberikan kesempatan kepada
partisipan untuk mengungkapkan pendapatnya, berdialog,
mendiskusikan sampai pada pengambilan kesimpulan.
Pelaksanaan Rapulung tidak terikat dengan atribut atau
pakaian tertentu. Filosofi Rapulung berasal dari nilai ketakit
ko nene’ kangila boat lenge adalah nilai takut kepada tuhan
yang maha esa sehingga malu berbuat keburukan.
Proses pelaksanaan Rapulung sama seperti musyawarah mufakat pada umumnya. Ruang
lingkup Rapulung ini tidak terbatas pada satu bidang kegiatan atau sendi kehidupan
saja. Semua aspek kegiatan masyarakat selalu diawali dengan Rapulung. Bahkan jika
terjadi konflik sebesar apapun jika diselesaikan dengan cara Rapulung, maka konflik
tersebut teratasi dengan baik. Hal ini dikarenakan proses Rapulung dipimpin oleh
tokoh-tokoh masyarakat setempat.
Hasil kesepakatan dari Rapulung tidak ada yang berani atau malu untuk dilanggar,
karena konsekuensi dari melanggar hasil Rapulung adalah merasa terkucilkan oleh
masyarakat karena predikat munafik yang akan disandang ditengah-tengah
masyarakat. Sebagaimana kita ketahui sifat munafik ini adalah sifat yang paling
dibenci oleh orang Sumbawa. Hal ini sudah tertanam dengan baik di pribadi orang
Sumbawa karena memegang erat falsafah atau nilai "ketakit ko nene’ kangila boat
lenge" adalah nilai takut kepada tuhan yang maha esa sehingga malu berbuat
keburukan
kearifan budaya sumbawa yang relevan menjadi
penguatan karakter murid sebagai individu sekaligus
sebagai anggota masyarakat
Pemikiran KHD dapat dikontekstualkan sesuai dengan nilai-nilai luhur
seperti gotong royong dan semangat peduli terhadap sesama dan
lingkungan. Multikultural budaya Khususnya yang berkaitan dengan
nilai gotong royong dan kebersamaan yang ada di Sumbawa akan
menunjang pengembangan nilai-nilai luhur yang menjadi penguatan
karakter murid sebagai individu dan sebagai anggota masyarakat.
Sebagaian besar masyarakat Sumbawa telah menunjukkan wujud
nyata penerapan nilai religiut, Toleransi, Gotong royong,
Nasionalisme dan kejujuran
BESENYATA/BESENATA

NIlai Luhur Yang Terkandung Nilai gotong royong yang terkandung dalam
proses pada kegiatan besenyata/besenata
dikontekstualkan dengan nilai nilai luhur
kearifan budaya daerah asal yang relevan
Gotong Royong dengan penguatan karakter murid sebagai
individu sekaligus sebagai anggota
Kebersamaan dan masyarakat pada konteks sosial budaya
Solidaritas dengan cara membiasakan murid untuk
bekerja sama atau gotong royong dalam
membersihkan lingkungan sekolah melalui
kegiatan Jum'at Bersih dan yang semisalnya.
MATA RAME

NIlai Luhur Yang Terkandung Nilai-nilai luhur yang terkandung dalam


kegiatan mata rame ini bisa di
aktualisasikan ke kehidupan individu
peserta didik melalui kegiatan
Gotong Royong
melaksnakan piket kelas sesuai jadwal
Kebersamaan & Solidaritas mereka masing-masing. Hal ini otomatis
Kepedulian &Tanggung Jawab akan menumbuhkan kepedulian dan
tanggung jawab peserta didik terhadap
linkungan sosial mereka khususnya dalam
hal kebersihan kelas, sekolah, dan
limgkungan tempat tinggal mereka
RAPULUNG

NIlai Luhur Yang Terkandung Nilai musyawarah mufakat yang terkandung


dalam proses kegiatan rapulung
dikontekstualkan dengan nilai nilai luhur
kearifan budaya daerah asal yang relevan
Musyawarah dengan penguatan karakter murid sebagai
individu sekaligus sebagai anggota
Tolong Menolong masyarakat pada konteks sosial budaya
Kepedulian &Tanggung dengan cara membiasakan murid untuk
selalu bermusyawarah. Hal ini dapat
Jawab diterapkan dalam pemilihan ketua osis, ketua
kelas dan dalam membuat kesepakatan
lainnya dilingkungan tempat tinggal mereka
satu kekuatan pemikiran KHD yang menebalkan laku murid di
kelas atau sekolah yang sesuai dengan konteks lokal sosial
budaya yang dapat diterapkan
Pertama yang harus diingat, bahwa pendidikan itu hanya suatu
'tuntunan’ di dalam hidup tumbuhnya anak-anak kita. Artinya, bahwa
hidup tumbuhnya anak-anak itu terletak di luar kecakapan asas
kehendak kita kaum pendidik. Anak-anak itu sebagai manusia hidup
yang ingin selalu bereksplorasi sehingga mereka hidup dan tumbuh
sesuai kodratnya sendiri.
Seperti penjelasan sebelumnya, bahwa ‘kekuatan kodrat yang ada
pada anak-anak itu’ tiada lain ialah segala kekuatan yang ada dalam
hidup batin dan hidup lahir dari anak-anak itu karena kekuasaan
kodrat. Kita kaum pendidik hanya dapat menuntun tumbuh atau
hidupnya kekuatan-keuatan itu agar dapat memperbaiki lakunya
(bukan dasarnya),
Pada prinsipnya semua kearifan lokal yang ada di Sumbawa sangat
relevan dengan pemikiran KHD dalam membangun dan
memperkuat karakter peserta didik.
Hal ini dapat diaktualisasikan dilingkungan sekolah dengan jenis
kegiatan yang berbeda namun konten dan nilai luhurnya sama.
Kita sebagai pendidik bisa memilih salah satu atau beberapa adat
dan budaya yang sudah berlangsung ditengah masyarakat melalui
kegiatan Sabtu Budaya.
Untuk itu, kita sebagai pendidik harus mengadopsi budaya dan
kearifan lokal yang mengandung nilai-nilai musyawarah, gotong
royong, kebersamaan dan solidaritas serta kepedulian sosial untuk
diimplementasikan kedalam lingkungan sekolah.
Dari penjelasan sebelumnya maka kami memilih Rapulung
sebagai satu kekuatan yang menebalkan laku murid di kelas
atau sekolah. Hal ini kami dengan dasar kemudahan dalam
mengimplementasikannya dan juga penuh makna. Selain
itu juga, kegiatan Rapulung sangat perlu dilestarikan dalam
setiap kegiatan-kegiatan pengambilan keputusan, baik
kegiatan kecil maupun besar. Bahkan dalam menyelesaikan
konflikpun, budaya Rapulung ini harus dilakukan
Malam hari makan kuaci
Makan bareng sama ibu Asih
Cukup sekian presentasi malam hari ini
Saya ucapkan banyak terima kasih

'TERGERAK, BERGERAK,
DAN MENGGERAKKAN'

You might also like