Professional Documents
Culture Documents
Laporan UAP
Laporan UAP
KIMIA DASAR
Link : https://youtu.be/KRhNOpuAIDc
2
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor : 722/MenKes/Per/IX/88 tentang
Bahan Tambahan Pangan (BTP), boraks dan formalin termasuk bahan yang
berbahaya dan beracun sehingga tidak boleh digunakan sebagai BTP. Pada
dasarnya 2 penambahan boraks bertujuan untuk memberikan tekstur padat,
meningkatkan kekenyalan, kerenyahan dan memberikan rasa gurih serta
bersifat tahan lama terutama pada makanan yang mengandung pati.
Makanan tersebut dapat dengan mudah ditemukan di pasar-pasar tradisional
maupun di swalayan-swalayan. Hal ini tentu merugikan para konsumen
(Fuad, 2014).
3
oleh masyarakat umum. Indikator alami yang bisa digunakan untuk analisis
boraks diantaranya kunyit, kulit buah naga, ubi jalar, bunga rosella, buah
senduduk, dll (Sari, 2014).
Kunyit (Curcuma longa Linn. syn. Curcuma domestica Val.)
merupakan salah satu bahan pewarna alami makanan. Kandungan senyawa
kunyit terdiri dari curcuminoid (Curcumin, desmetoksicumin sebanyak
10%), bisdesmetoksicurcumen. Kunyit juga dapat menyebabkan perubahan
warna jika dicampur dengan zat -zat tertentu seperti lemak dan minyak.
Namun apakah kunyit dapat digunakan untuk mendeteksi kandungan boraks
dalam makanan perlu dilakukan pengujian. (Rukmana R. 2010).
Kunyit atau kunir, (Curcuma longa Linn. syn. Curcuma domestica
Val.), adalah salah satu tanaman rempah dan obat asli dari wilayah Asia
Tenggara. Kunyit sering digunakan sebagai bumbu dalam masakan sejenis
gulai dan juga digunakan untuk memberi warna kuning pada masakan atau
sebagai pengawet. Produk farmasi berbahan kunyit mampu bersaing dengan
berbagai obat paten, misalnya untuk peradangan sendi (arthritis-rheumatoid)
atau osteo-arthritis berbahan aktif natrium diklofenak, piroksikam dan fenil
butason dengan harga yang relatif mahal atau suplemen makanan dalam
bentuk kapsul (Fuad, 2014).
4
kurkumin kompleks. Boraks bersifat basa lemah dengan pH 9,14-9,20.
Sedangkan sifat kimia kurkumin itu berwarna kuning atau kuning jingga
pada suasana asam dan berwarna merah pada suasana basa.
Bentuk kristal berwarna kuning orange, tidak larut dalam eter dan
larut dalam minyak. Maka, ketika makanan yang mengandung boraks
diteteskan pada kertas kunyit, kertas kunyit akan mengalami perubahan
warna menjadi merah bata (Aeni, 2017).
Kurkumin merupakan salah satu senyawa berwarna kuning yang
terdapat paling banyak pada tanaman kunyit, kurkumin banyak digunakan
sebagai rempah-rempah dan pemberi warna pada makanan serta pemberi
warna pada tekstil. Secara tradisional kurkumin juga digunakan dalam
pengobatan berbagai macam penyakit (Shishodia dan Sethi, 2006).
Kurkumin adalah senyawa metabolit sekunder, dan secara kimia
termasuk golongan fenolik. Kurkumin memiliki rumus molekul C21H20O6
dengan berat molekul 368,37. Kurkumin tidak larut dalam air tetapi larut
dalam kloroform, diklorometan, metanol, etanol, etil asetat,
dimetilsulfoksida dan aseton (Pandey RN dkk, 2010).
Kurkumin dapat mendeteksi kandungan boraks pada makanan
karena kurkumin mampu menguraikan ikatan-ikatan boraks menjadi asam
borat dan mengikatnya menjadi kompleks warna rosa atau yang biasa
disebut dengan senyawa boron cyano kurkumin kompleks.
Teknologi sederhana yang bisa mendeteksi adanya boraks ialah zat
kurkumin, yakni zat pewarna yang terkandung dalam umbi tanaman kunyit
(Curcuma domastica val), dan temulawak (Curcuma xanthoriza ROXB).
Kurkumin dapat berfungsi sebagai indikator karena terjadinya perubahan
warna dari kuning muda menjadi coklat ( Raisani, 2013 ).
Kunyit merupakan jenis temu-temuan yang mengandung zat aktif
seperti protein 6,3%, lemak 5,1%, mineral 3,5%, karbohidrat 69,4%, minyak
atsiri 5,8%, tersusun oleh pellandrn 1%, sabien 0,6%, cineol 1%, borneol
5
0,5%, zingiberen 25%, dan seskuiterpen 53%, kurkumin 3-4%
(Chattopadhyay I dkk, 2008).
Boraks (Na2B4O7.) merupakan bentuk garam dari asam borat.
Boraks berfungsi sebagai pengawet dalam makanan dan kosmetik, namun
paling sering digunakan dalam makanan supaya kualitasnya menjadi lebih
baik. Boraks juga menimbulkan efek kenyal yang khas pada adonan
sehingga fisik makanan menjadi lebih bagus dan kenyal (Puji Eulalia,
2007).
6
IV. ALAT DAN BAHAN
● ALAT
● BAHAN
7
V. PROSEDUR KERJA
1. Pembuatan Indikator Kunyit
8
Lakukan proses pelarutan dengan cara
melarutkan kunyit halus kedalam air sebanyak
100 ml, kemudian diaduk menggunakan sendok.
Kemudian, diamkan larutan tersebut selama 10 Pada proses ini bertujuan untuk
4 menit. memisahkan ampas dengan
larutan.
Indikator alami sudah siap digunakan. Indikator kunyit dapat digunakan
5
untuk proses pengujian.
9
2. Preparasi Bahan Uji
10
3 Lakukan proses pelarutan dengan cara
melarutkan bahan uji halus kedalam air sebanyak
100 ml, kemudian diaduk menggunakan sendok.
5 Bahan uji sudah siap digunakan. Larutan bahan uji dapat digunakan
untuk proses pengujian.
11
3. Pengujian Kandungan Senyawa Boraks Dengan Indikator
Kunyit
12
4 Catat Hasil Pengamatan. 4 dari 6 bahan uji dinyatakan
positif mengandung boraks.
13
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN :
Kandungan
Warna Yang
No Nama Senyawa Boraks keterangan
Terbentuk
Bahan Negatif Positif
Terindikasi
1 Tahu bulat Kuning Kecoklatan v
Boraks
Terindikasi
2 Sotong Kuning Kecoklatan v
Boraks
Terindikasi
3 Ikan asin Kuning Kecoklatan v
Boraks
Tidak Ada
4 Tahu putih Kuning v
Boraks
Tidak Ada
5 Cilor Kuning v
Boraks
Terindikasi
6 Bakso Kuning Kecoklatan v
Boraks
14
2. Pembahasan
15
Pada praktikum kali ini kita memiliki beberapa tahapan prosedur
kerja yaitu pembuatan indikator kunyit , preparasi bahan uji , dan pengujian
boraks pada bahan uji . Pembuatan indikator kunyit pada praktikum kali ini
menggunakan cara, kunyit terlebih dahulu di cuci dengan air dan di kupas
kulitnya setelah itu kunyit di potong kecil-kecil lalu di tumbuk menggunakan
alu dan mortar hingga halus dan di masukan ke dalam wadah plastik lalu di
larutkan dengan air 100 mL kemudian di aduk dan di diamkan selama lima
menit. Untuk preparasi bahan praktikum kali ini menggunakan 6 bahan yaitu,
cilor, tahu bulat, ikan asin, bakso, tahu putih, dan sotong. Setiap masing-
masing bahan uji di lakukan pemotongan bahan uji menggunakan pisau
dengan di potong kecil kecil dan di tumbuk hingga halus lalu di masukan ke
dalam wadah plastik dan di larutkan dengan air 100 mL dan di diamkan
selama 5 menit. Pada tahap pengujian setelah semua bahan dan indikator
kunyit di diamkan lalu di uji dengan cara memberi beberapa tetes indikator
kunyit ke dalam bahan yang di uji dengan menggunakan pipet tetes , lalu di
aduk dan diam kan selama 5 menit dan amati perubahan warna nya hingga
warna tidak berubah atau konstan.
Pada reaksi kimia yang terjadi antara kunyit dengan boraks yaitu
kurkumin dalam senyawa kunyit sebagai indikator yang akan
mengidentifikasi senyawa boraks pada bahan makanan yang di uji sehingga
dapat di identifikasi dengan menggunakan metode pengamatan perubahan
warna pada sampel uji dengan mencampurkan antar larutan kunyit atau
ekstrak kunyit dan larutan bahan yang di uji .
Setelah di campurkan pada 6 bahan yang di jadikan sebagai sampel
uji terdapat 4 hasil positif senyawa boraks yaitu Sotong, Bakso,Tahu Bulat,
Ikan Asin, dan 2 negatif senyawa boraks yaitu Tahu Putih, dan Cilor dengan
terlihat dari perbedaaan warna pada hasil larutan yang di uji, dengan warna
pada hasil positif yaitu kuning gelap dan warna pada hasil negatif yaitu
kuning cerah . Perubahan warna tersebut di dapat karena terjadinya reaksi
antara senyawa kurkumin sebagai indikator asam lemah dan Boraks sebagai
16
indikator basa lemah sehingga terjadi perubahan warna menjadi lebih gelap
karena pH yang menjadi lebih besar sebagai tanda larutan Basa, sedangkan
pada hasil negatif memiliki warna yang lebih terang karena tidak adanya
senyawa boraks yang menjadi indikator basa sehingga tidak terjadi perubahan
warna karena hanya ada indikator asam lemah dari senyawa kurkumin kunyit.
Senyawa kurkumin yang terdapat pada kunyit dapat di jadikan
sebagai indikator boraks karena dapat menguraikan ikatan-ikatan boraks
menjadi asam borat dan mengikatnya menjadi kompleks warna merah
kecoklatan.
Pada percobaan kali ini dari enam sample uji, empat diantaranya
mengandung senyawa boraks yang ditandai dengan perubahan warna menjadi
kuning kecoklatan atau orange. Hasil percobaan ini, diharapkan dapat
menjadi bahan pertimbangan kita ketika akan membeli makanan karena tanpa
kita sadari banyak sekali kita temukan makanan di sekitar kita yang banyak
mengandung senyawa boraks. Sehingga, kita dapat lebih berhati – hati ketika
membeli karena secara tidak langsung senyawa boraks ketika dikonsumsi
secara terus menerus akan berbahaya bagi kesehatan tubuh manusia dan dapat
menyebabkan kanker.
17
PRAKTIKUM KIMIA DASAR
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BUANA PERJUANGAN KARAWANG
Jl. H.S. Ronggowaluyo Telukjambe Timur Karawang 41361
Site: email:
http://ft.ubpkarawang.a
VII. KESIMPULAN DAN SARAN : ft@ubpkarawang.ac.i
18
PRAKTIKUM KIMIA DASAR
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BUANA PERJUANGAN KARAWANG
Jl. H.S. Ronggowaluyo Telukjambe Timur Karawang 41361
Site: email:
VIII. DAFTAR PUSTAKA : http://ft.ubpkarawang.a ft@ubpkarawang.ac.i
o Aeni, N., Karim, A., Dali, S. 2017. Analisis Bahan Pengawet pada Ikan Teri
Asin (Stolephorus sp.) dari Pasar Tradisional Kota Makassar. OJP. Hl.10.
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Hasanuddin.
Makassar.
o Fuad, N., R. 2014. Identifikasi Kandungan Boraks Pada Tahu Pasar
Tradisional di Daerah Ciputat. OJP. Hl. 2-3. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta.
o Wijaya, D. 2011. Waspada Zat Aditif Dalam Makananmu. Jogjakarta : Buku
Biru.
o Sari I.P., (2014). Studi Pemanfaatan Ekstrak Umbi Ubi Jalar Ungu (Impomoea
batatas L. Poir) sebagai Indikator Pendeteksi Boraks. Skripsi. Jurusan Kimia
FMIPA. Universitas Bengkulu. Bengkulu
o Rukmana R. (2010). Kunyit. Kanisius. Yogyakarta.
o Fuad, N., R. 2014. Identifikasi Kandungan Boraks Pada Tahu Pasar
Tradisional di Daerah Ciputat. OJP. Hl. 2-3. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta.
o Wijaya, D. 2011. Waspada Zat Aditif Dalam Makananmu. Jogjakarta : Buku
Biru.
o Aeni, N., Karim, A., Dali, S. 2017. Analisis Bahan Pengawet pada Ikan Teri
Asin (Stolephorus sp.) dari Pasar Tradisional Kota Makassar. OJP. Hl.10.
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Hasanuddin.
Makassar.
o Chattopadyay, I., dkk. (2004). Tumeric and Curcumin : Biological actions and
medicinal aplications. Current Science. 87 (1) : 44-53.
o Puji Eulalia., (2007). Analisis Boraks dalam Legendar yang Beredar di Kota
Magelang. Skripsi, Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta.
19
PRAKTIKUM KIMIA DASAR
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BUANA PERJUANGAN KARAWANG
Jl. H.S. Ronggowaluyo Telukjambe Timur Karawang 41361
Site: email:
http://ft.ubpkarawang.a ft@ubpkarawang.ac.i
LAMPIRAN DOKUMENTASI :
Preparasi sample
20
PRAKTIKUM KIMIA DASAR
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BUANA PERJUANGAN KARAWANG
Jl. H.S. Ronggowaluyo Telukjambe Timur Karawang 41361
Site: email:
http://ft.ubpkarawang.a ft@ubpkarawang.ac.i
21