You are on page 1of 12

ANALISIS KERENTANAN BANJIR DAN PENANGGULANGAN BENCANA

DI DAERAH ALIRAN SUNGAI CODE KOTA YOGYAKARTA

(THE VULNERABILITY ANALYSIS OF FLOOD AND FLOOD DISASTER


MANAGEMENT IN CODE WATERSHED, YOGYAKARTA)

Nurhadi, Dyah Respati Suryo Sumunar, dan Nurul Khotimah


Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta
Jl. Colombo No. 1 Yogyakarta
e-mail: geonurhadi@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) kerentanan bencana banjir lahar dingin
di sepanjang bantaran Sungai Code Kota Yogyakarta dan (2) arahan penanggulangan
bencana banjir lahar dingin di sepanjang bantaran Sungai Code Kota Yogyakarta.
Penelitian dilaksanakan di sepanjang bantaran Sungai Code yang berada di Kota
Yogyakarta sejak bulan Mei hingga Oktober 2013. Populasi penelitian adalah
sepanjang bantaran Sungai Code yang berada di kawasan Kota Yogyakarta. Sampel
penelitian adalah kawasan sepanjang bantaran Sungai Code yang terkena dan tidak
terkena dampak banjir lahar dingin. Data dikumpulkan dengan metode dokumentasi,
wawancara, dan cek lapangan. Teknik analisis data adalah analisis kuantitatif dengan
tumpangsusun/overlay parameter-parameter banjir berjenjang tertimbang dengan
menggunakan SIG. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) wilayah di bantaran
Sungai Code yang memiliki tingkat kerentanan banjir kategori sedang adalah wilayah
Cokrodiningratan dan Gowongan, sedangkan wilayah dengan tingkat kerentanan
banjir kategori rentan adalah wilayah Sosromenduran, Suryatmajan, Prawirodirjan,
Keparakan, Brontokusuman, dan Sorosutan, (2) arahan penanggulangan banjir
dengan perencanaan revitalisasi kawasan permukiman Sungai Code agar lebih
terarah dan aman dari bencana, yaitu melalui revitalisasi vertikal dan horizontal

Kata kunci: analisis kerentanan, banjir, DAS, Sungai CODE

Abstract
This study aims to determine: (1) the vulnerability of cold lava flood disaster
along the banks of the River Yogyakarta City Code, and (2) the direction of flood
disaster management cold lava along the banks of the River Code of Yogyakarta.
Research carried out along the banks of the River Code that was in the city of
Yogyakarta from May to October 2013. The study population is along the banks
of the Code River in the area of the city of Yogyakarta. Samples were along the
river bank area code affected and not affected by cold lava flood. Data collected
by the method of documentation, interviews, and field checks. The data analysis
technique is quantitative analysis with tumpangsusun/ overlay parameters tiered
flood weighted using GIS. The results showed that: (1) The area on the banks of the
River Code that have medium levels of vulnerability is flooding the medium category
and Gowongan Cokrodiningratan region, while the region with the vulnerability

75
Jurnal Penelitian Saintek, Vol. 21, Nomor 2, Oktober 2016

of flood prone category is Sosromenduran region, Suryatmajan, Prawirodirjan,


Keparakan, Brontokusuman, and Sorosutan, (2) Referral to the revitalization plan
for flood prevention Code River settlements to be more effective and safer from
disasters, namely through the revitalization of the vertical and horizontal.

Keywords: analysis, vulnerability, flooding, watershed Code

PENDAHULUAN pengaliran, selain debit aliran permukaan


Banjir merupakan fenomena alam banjir juga dipengaruhi oleh kondisi daerah
dimana terjadi kelebihan air yang tidak pengaliran dan iklim (curah hujan) setempat.
tertampung oleh jaringan drainase di suatu Fenomena banjir menjadi pandangan
daerah sehingga menimbulkan genangan publik yang menyedihkan, banjir dapat
yang merugikan. Kerugian yang diakibatkan terjadi kapan dan dimana saja. Untuk
banjir seringkali sulit diatasi, baik oleh dapat mengidentifikasi resiko banjir yang
masyarakat maupun instansi terkait. Banjir berpengaruh pada manusia dan lingkungan
disebabkan oleh berbagai macam factor, perlu diketahui penyebab terjadinya. Banjir
yaitu kondisi daerah tangkapan hujan, durasi dan kekeringan adalah masalah yang saling
dan intesitas hujan, land cover, kondisi berkaitan dan datang saling menyusul,
topografi, dan kapasitas jaringan drainase. semua faktor yang menyebabkan kekeringan
Banjir dalam bahasa populernya biasa akan bergulir menyebabkan terjadinya banjir
diartikan sebagai aliran atau genangan air (Maryono, 2005). Lebih lanjut Siswoko
yang menimbulkan kerugian ekonomi atau (2002) menyatakan bahwa beberapa faktor
bahkan menyebabkan kehilangan jiwa, penyebab banjir yaitu adanya interaksi antara
sedangkan dalam istilah teknik ‘banjir’ faktor penyebab bersifat alamiah, dalam hal
adalah aliran air sungai yang mengalir ini kondisi dan peristiwa alam serta campur
melampaui kapasitas tampung sungai tangan manusia yang beraktivitas pada
tersebut (Hewlett, 1982 dalam Asdak, 2002). daerah pengaliran.
Lebih lanjut Siswoko (2002), menyatakan Banjir yang terjadi di Kota Yogyakarta
peristiwa banjir merupakan suatu indikasi lebih dipengaruhi oleh pendangkalan
dari ketidakseimbangan sistem lingkungan yang terjadi akibat intensitas sedimen dari
dalam proses mengalirkan air permukaan, hasil erupsi gunung Merapi tahun 2010
dipengaruhi oleh besar debit air yang di sepanjang aliran Sungai Code. Hal ini
mengalir melebihi daya tampung daerah mengakibatkan volume badan sungai untuk

76
Analisis Kerentanan Banjir (Nurhadi, dkk.)

menampung aliran air semakin berkurang aliran sungai Code yang membelah Kota
sehingga terjadi limpasan atau luapan aliran Yogyakarta.
air di sepanjang aliran Sungai Code sehingga Pemetaan daerah-daerah yang memiliki
terjadi banjir kiriman. Banjir di Kota tingkat bahaya banjir perlu dilakukan agar
Yogyakarta memiliki karakteristik yang pemerintah dapat mengambil kebijakan
berbeda dengan banjir pada lahan alamiah. yang tepat untuk menanggulanginya. Peta
Pada kondisi di alam, air hujan yang merupakan salah satu sarana yang baik dalam
turun ke tanah akan mengalir sesuai kontur menyajikan data dan informasi. Melalui peta
tanah yang ada ke arah yang lebih rendah. dapat diketahui informasi tentang ruang
Untuk daerah perkotaan pada umumnya muka bumi yang sebenarnya. Identifikasi
air hujan yang turun akan dialirkan masuk kerentanan banjir dengan menggunakan
ke dalam saluran-saluran buatan yang Sistem Informasi Geografis dapat dilakukan
mengalirkan air masuk ke sungai. Karena dengan cepat, mudah dan akurat. Kerentanan
aliran sungai Code sudah penuh dengan banjir dapat diidentifikasi secara cepat
material hasil erupsi maka limpasan air melalui Sistem Informasi Geografis dengan
dari daratan kota juga tidak tertampung ke menggunakan metode tumpang susun/
dalam badan sungai Code sehingga terjadi overlay terhadap parameter-parameter
genangan yang besar. Hal ini terjadi apabila banjir, seperti: infiltrasi tanah, kemiringan
terjadi hujan dengan intensitas yang tinggi lereng, dan penggunaan lahan. Melalui
di Kota Yogyakarta dan di hulu sungai Code Sistem Informasi Geografis diharapkan akan
yaitu di wilayah gunung Merapi. mempermudah penyajian informasi spasial
Peristiwa banjir lahar dingin di Kota khususnya yang terkait dengan penentuan
Yogyakarta akibat meluapnya Sungai Code tingkat kerentanan banjir serta dapat
seperti yang diuraikan di atas merupakan menganalisis dan memperoleh informasi
suatu permasalahan yang perlu dikaji baru dalam mengidentifikasi daerah-daerah
secara detil. Salah satu cara untuk mengkaji yang sering menjadi sasaran banjir.
peristiwa tersebut yaitu dengan pemetaan Salah satu peristiwa yang terjadi
daerah rawan bencana banjir lahar dingin di pada banjir lahar dingin pada tahun 2011
sepanjang Sungai Code. Pemetaan daerah dan 2012 yang digunakan sebagai dasar
rawan bencana ini didasarkan dari beberapa pemetaan daerah rawan bencana banjir
latar belakang peristiwa banjir lahar dingin di Kota Yogyakarta. Pemetaan profil
di sepanjang musim hujan tahun 2011 dan sungai sepanjang aliran Sungai Code akan
2012, dan pemetaan profil sungai sepanjang memberikan gambaran yang meliputi volume

77
Jurnal Penelitian Saintek, Vol. 21, Nomor 2, Oktober 2016

badan sungai sepanjang aliran Sungai Code aliran Sungai Code yang tidak terkena
sehingga kemampuan daya tampung sungai dampak banjir lahar dingin. Penelitian ini
terhadap debit aliran maksimum yang mampu menggunakan dua macam data, yaitu data
ditampung oleh aliran sungai tersebut dapat primer dan data sekunder.
diketahui. Pemetaan profil Sungai Code Adapun tahapan dalam pengumpulan
juga didukung oleh jumlah saluran air dari data adalah sebagai berikut: pertama, data
wilayah perkotaan yang memasok aliran air primer, yaitu data hasil wawancara dengan
dari wilayah daratan yang memasuki Sungai penduduk di lokasi kerentanan banjir tentang
Code. karakteristik banjir yang meliputi periode
ulang, lama genangan, dan kedalaman banjir.
METODE Data ini digunakan untuk memperkuat hasil
Penelitian ini dilaksanakan di se- analisis kuantitatif. Kedua, data sekunder
panjang aliran Sungai Code yang berada yang meliputi: (1) data curah hujan time
di Kota Yogyakarta Provinsi Daerah series antara tahun 2000 sampai 2012; (2)
Istimewa Yogyakarta. Faktor-faktor yang Peta Rupa Bumi Indonesia skala 1 : 25.000
mempengaruhi dalam pemilihan daerah lembar Yogyakarta; (3) peta geologi dan
di sepanjang aliran Sungai Code Kota foto udara lembar Yogyakarta; (4) peta-
Yogyakarta adalah (1) merupakan daerah peta tematik: peta kemiringan lereng, peta
sasaran banjir yang terjadi secara periodik; infiltrasi tanah, peta bentuk lahan, dan peta
(2) tersedianya data serta informasi spasial penggunaan lahan; dan (5) cek lapangan,
dan deskriptif mengenai gambaran umum yang dilakukan dengan mengambil beberapa
daerah penelitian; dan (3) penelitian tentang sampel yang dirasa dapat mewakili dari
banjir di daerah penelitian belum banyak seluruh populasi.
dilakukan. Kegiatan penelitian ini adalah Data-data yang digunakan dalam
selama enam bulan, yakni dari bulan April- penelitian ini diperoleh dari peta Rupa Bumi
September Tahun 2013. Indonesia (RBI) skala 1 : 25.000 lembar
Populasi dalam penelitian ini adalah Yogyakarta. Informasi yang terdapat dalam
sepanjang aliran Sungai Code yang berada peta RBI atau kemampuan tanah bermacam-
di kawasan Kota Yogyakarta. Adapun yang macam. Untuk memilih sebuah informasi
menjadi sampel penelitian ini terbagi menjadi data yang diinginkan harus dilakukan
dua kategori, yaitu: (1) kawasan sepanjang dengan proses seleksi. Tujuannya adalah
aliran Sungai Code yang terkena dampak untuk mendapatkan informasi data yang
banjir lahar dingin. (2) Kawasan sepanjang diinginkan seperti informasi penggunaan

78
Analisis Kerentanan Banjir (Nurhadi, dkk.)

lahan, kemiringan lereng, dan tekstur tanah. Pemberian bobot pada masing-masing
Metode analisis yang digunakan untuk parameter atau variabel berbeda-beda, yaitu
mencapai tujuan penelitian adalah metode dengan memperhatikan seberapa besar
analisis kuantitatif dengan menggunakan pengaruh parameter-parameter tersebut
metode pendekatan analisis tumpang terhadap terjadinya banjir. Semakin besar
susun/overlay parameter-parameter banjir pengaruh parameter tersebut terhadap banjir
berjenjang tertimbang dengan menggunakan maka nilai bobotnya juga besar. Sebaliknya
Sistem Informasi Geografis (SIG). Overlay jika pengaruhnya kecil maka nilai bobotnya
dilakukan dengan input tiga peta tematik, juga kecil (lihat Tabel 1-3).
yaitu peta kemiringan lereng, peta infiltrasi Metode aritmatika yang digunakan
tanah, dan peta penggunaan lahan. Ketiga peta dalam proses overlay dapat berupa pe-
tersebut merupakan parameter-parameter nambahan, pengkalian dan perpangkatan.
kerentanan banjir dalam penelitian ini. Untuk pembuatan Peta Kerentanan Banjir
Overlay dilakukan tidak hanya metode aritmatika yang digunakan pada
melibatkan unsur spasial dari masing- proses overlay dari parameter-parameter
masing parameter kerentanan banjir saja, kerentanan banjir berupa metode pengkalian
tetapi tidak kalah pentingnya adalah overlay antara harkat dengan bobot pada masing-
atribut yang menyertainya. Sebagian besar masing parameter kerentanan banjir.
parameter-parameter kerentanan banjir Pembuatan nilai interval kelas kerentanan
berupa data spasial yang bersifat kualitatif. banjir bertujuan untuk membedakan kelas
Untuk melakukan proses analisis, masing- kerentanan banjir antara yang satu dengan
masing parameter perlu ditransformasikan yang lain. Berikut rumus yang digunakan
ke dalam bentuk kuantitatif dalam bentuk untuk membuat kelas interval.
pengharkatan dan pembobotan. (1)

Tabel 1
Klasifikasi Infiltrasi Tanah
No Tekstur Harkat Bobot Skor
1 Halus 5 15
2 Agak Halus 4 12
3 Sedang 3 3 9
4 Agak Kasar 2 6
5 Kasar 1 3

79
Jurnal Penelitian Saintek, Vol. 21, Nomor 2, Oktober 2016

Tabel 2
Klasifikasi Kemiringan Lereng
No Slope (%) Harkat Bobot Skor
1 0-2 5 25
2 2-7 4 20
3 7 - 14 3 5 15
4 15 - 21 2 10
5 >21 1 5

Tabel 3
Klasifikasi Penggunaan Lahan
No Penggunaan Lahan Harkat Bobot Skor
1 Lahan terbuka, sungai waduk, rawa 5 10
Permukiman, kebun campuran, tanaman 4 8
2
pekarangan
3 Pertanian, sawah, pekarangan 3 2 6
4 Perkebunan, semak 2 4
5 Hutan 1 2

Keterangan: dengan data terendah dan dibagi dengan


Ki = kelas interval jumlah kelas yang diinginkan. Kerentanan
Xt = data tertinggi
Xr = data terendah banjir dalam penelitian ini terbagi menjadi
K = jumlah kelas yang diinginkan lima kelas tingkat kerentanan, yaitu sangat
rentan, rentan, cukup rentan, agak rentan,
Nilai kelas interval
Data tertinggi = 50 dan tidak rentan. Secara lebih rinci dapat
Data terendah = 10 dilihat pada Tabel 4.
Jumlah kelas = 5
Ki = (50-10)/5 = 8
HASIL DAN PEMBAHASAN
Nilai interval ditentukan dengan pen- Kawasan rawan banjir lahar hujan
dekatan relatif dengan cara melihat nilai di bantaran Kali Code Kota Yogyakarta
maksimum dan nilai minimum tiap satuan diukur dengan cara penskoran yang meliputi
pemetaan, kelas interval didapatkan dengan parameter infiltrasi, kemiringan lereng,
cara mencari selisih antara data tertinggi dan penggunaan lahan di bantaran Kali

80
Analisis Kerentanan Banjir (Nurhadi, dkk.)

Tabel 4 lahan didasarkan pada jenis penggunaan


Pembagian Kelas Tingkat Kerentanan lahan yang terdapat di lokasi sampel dan
Banjir
pada Peta Penggunaan Lahan (Gambar 2).
No Tingkat Kerentanan Skor
Kondisi bantaran Sungai Code di kawasan
1 Sangat rentan 43 - 50
perkotaan Yogyakarta disajikan pada Tabel 5.
2 Rentan >34 - 42
Penskoran Kawasan Rawan Bencana
3 Sedang >26 - 34
Banjir Lahar Hujan di Kota Yogya-
4 Kurang Rentan >18 - 26
karta dengan mengambil delapan titik
5 Tidak Rentan 10 -18
sampel, yaitu di Cokrodiningratan,
Gowongan, Sosromenduran, Suryatmajan,
Code. Parameter infiltrasi terukur dengan Prawirodirjan, Keparakan, Brontokusuman,
pengharkatan yang dipengaruhi oleh dan Sorosutan, ada dua kategori rawan
tekstur tanah, pengharkatan kemiringan bencana banjir lahar hujan yaitu sedang
lereng dengan pengukuran kemiringan dan rentan bencana.Wilayah yang mem-
lereng, dan dari peta Kemiringan Lereng punyai kategori sedang adalah di wilayah
(Gambar 1). Pengharkatan penggunaan Cokrodiningratan dan Gowongan.

Gambar 1. Peta Kemiringan Lereng Kota Yogyakarta

81
Jurnal Penelitian Saintek, Vol. 21, Nomor 2, Oktober 2016

Gambar 2. Peta Penggunaan Lahan Kota Yogyakarta

Tabel 5
Kondisi Bantaran Sungai Code di Kawasan Perkotaan Yogyakarta
Kawasan Tapak Kenampakan
Sub kawasan Code Utara Sempadan sebagai kawasan Suasana alami sungai
lindung sungai sungai 10-15 Code Utara di perkotaan
m masih cukup Yogyakarta masih kuat
Sub kawasan Code Tengah Sempadan sebagai kawasan Sempadan sungai sebagai
lindung sungai 10-15 m sudah akses dan tapak bangunan
tidak terpenuhi yang padat
Sub kawasan Code Selatan Sempadan sebagai kawasan Sempadan sebagai kawasan
lindung sungai 10-15 m sudah lindung sungai 10-15 m tidak
tidak terpenuhi terpenuhi
Sumber: data lapangan tahun 2013

Sedangkan yang mempunyai kategori Brontokusuman, dan Sorosutan. Bagian


rentan adalah wilayah Sosromenduran, utara Kota Yogyakarta yaitu wilayah
Suryatmajan, Prawirodirjan, Keparakan, Cokrodiningratan dan Gowongan memiliki

82
Analisis Kerentanan Banjir (Nurhadi, dkk.)

harkat sedang karena profil sungai wilayah Code, walaupun telah ditanggul. Seperti
ini masih dalam dan tidak melebar ke arah yang terlihat di wilayah Prawirodirjan dan
permukiman walaupun seluruh bantaran Keparakan lebar sungai ketika diukur hanya
sungai juga sudah digunakan untuk sekitar 42 m, dengan kedalaman tidak lebih
permukiman. Akan tetapi jarak antara dari 5 meter sehingga daya tampung aliran
permukaan sungai dengan tebing sungainya akan semakin kecil. Wilayah ini ketika
di atas 25 meter. Seperti yang terlihat dari tahun 2011 paling parah dampaknya karena
atas jembatan Gondolayu, ketinggian tebing seluruh material yang terbawa aliran sungai
sungai mencapai 55 meter, akan tetapi lebar masuk kedalam permukiman, hal ini karena
sungai hanya 25 meter. Hal ini mampu dam Brontokusuman telah penuh dengan
didukung oleh kemiringan lereng sungai di material.
atas 10% sehingga arus sungai bisa cepat. Banyaknya sinusitas/kelokan sungai
Di wilayah Gowongan, seperti yang Code di wilayah Selatan Kota Yogyakarta
terlihat dari jembatan Kewek, ada luapan/ menambah tingkat kerentanan terjadinya
limpasan material lahar dingin yang masuk erosi tebing sungai yang bersifat horisontal
ke dalam permukiman di sebelah barat sungai yang membuat longsor kawasan padat
hal ini disebabkan adanya sinusitas sungai penduduk di kawasan bantaran Sungai Code
(kelokan) yang tiba-tiba dari arah utara yang di wilayah Sorosutan. Penataan yang telah
membelok ke arah Timur, dan didukung dilakukan dengan pembuatan tanggul sungai
oleh kemiringan lereng sungai yang hanya dan penghijauan cukup membuat kawasan
5%. Walapun didukung oleh lebar sungai bekas bencana menjadi lebih indah walaupun
yang mencapai 57 m, akan tetapi banyaknya tingkat kesadaran masyarakat yang masih
gosong sungai yang ada di tengah aliran rendah untuk tidak membuang sampah dan
menyebabkan terjadinya luapan. limbah rumah tangga ke badan sungai.
Berbeda halnya dengan 6 wilayah Sepanjang bantaran Kali Code di wi-
yang dijadikan sampel yaitu: wilayah layah Kota Yogyakarta merupakan daerah sa-
Sosromenduran, Suryatmajan, Prawirodir- ngat padat penduduk. Sebagian besar adalah
jan, Keparakan, Brontokusuman, dan orang-orang yang berasal dari luar Kota
Sorosutan yang mempunyai harkat rentan Yogyakarta. Salah satu contoh di wilayah
terhadap bahaya banjir lahar hujan. Hal Tegalpanggung, Jambon, Prawirodirjan,
ini didukung oleh kemiringan lereng Keparakan, dan Karangkajen minim akan
sungai yang di bawah 5% dan banyaknya ruang terbuka hijau seperti taman atau areal
permukiman yang menjorok ke aliran Sungai dengan tanaman-tanaman. Jalan akses di

83
Jurnal Penelitian Saintek, Vol. 21, Nomor 2, Oktober 2016

wilayah ini juga tergolong sempit dan hanya memiliki kemampuan mengeksploitasikan
cukup untuk dilalui kendaraan roda dua. sumber daya alam sehingga mengancam
Kepadatan di sepanjang bantaran Kali lingkungan (Salim, 2010). Langkah yang
Code menjadi lebih parah ketika kondisi harus dilakukan adalah relokasi dan kawasaan
berubah saat musim penghujan tiba. Secara tersebut ditata kembali dengan perencanaan
daur hidrologi, hujan akan turun pada dan desain yang berbeda.Sehingga revitalisasi
wilayah daratan yang dapat menjenuhkan tetap berjalan dan kawasan tersebut
kumpulan uap air di awan. Saat hujan turun tidak kehilangan nilai sebagai wilayah
di puncak Merapi yang merupakan hulu Kali permukiman. Namun, permukiman yang
Code, kemudian menghanyutkan material sudah tidak terkena dampak bencana perlu
vulkanik sisa erupsi Gunung Merapi dan tetap ada kawasan penghijauannya. Adapun
mengalir bersama run off melewati Kali revitalisasi yang dilakukan yaitu revitalisasi
Code. Debit air sungai yang tinggi serta horizontal dan revitalisasi vertikal.
viskositas air akibat kandungan material Revitalisasi kawasan pemukiman Kali
yang tinggi kerap menyusahkan warga. Code ini sudah pernah dilakukan pada
Banjir lahar dingin tidak hanya membawa tahun 1983. Berdasarkan interview singkat
bencana bagi warga tetapi juga perhatian penduduk asli yang mendiami wilayah
pemerintah DIY. Melihat kondisi banjir lahar sekitar Kali Code. Kawasan ini awalnya
dingin yang datang setiap tahun pemerintah adalah rumah-rumah kumuh yang didiami
Kota Yogyakarta mulai membuat rencana oleh pekerja dan buruh kasar dengan kondisi
revitalisasi kawasan pemukiman Kali Code lingkungan yang sangat tidak sehat. Sampai
agar lebih terarah dan aman dari bencana. seorang sesepuh bernama Romo Mangun
Sebuah langkah yang dianggap solutif untuk menggalakkan revitalisasi bagi rumah
meminimalisir kerugian dan korban, dan penduduk.
dikatakan sebuah mitigasi yang terencana. Proses penataan rumah-rumah berlang-
Yakni program revitalisasi pembangunan sung tanpa perencanaan. Bangunan berdiri
dari kebijakan ini masih terus berjalan. secara spontan mengikuti aliran sungai atau
Setiap pertambahan penduduk, secara lazim disebut pola linier. Pola seperti ini
otomatis akan memanfaatkan areal lain yang bertahan sampai sekarang seiring dengan
masih dianggap kosong untuk tempat hidup, pembangunan dan menghasilkan dampak
serta memanfaatkan sumber daya demi positif pada kehidupan sosial penduduknya.
keberlanjutan hidup. Faktor penduduk yang Analisis sosial diperlukan di antaranya
bertambah baik dalam kuantitas dan kualitas untuk mengetahui dampak sosial yang akan

84
Analisis Kerentanan Banjir (Nurhadi, dkk.)

muncul akibat pembangunan (Kodoatie & Dikatakan horizontal yaitu pelaksanaannya


Sjarief, 2003). dilaksanakan mengikuti aliran sungai dan
Namun kekurangan dari pola linier ini berada pada sisi atau bantaran sungai.
secara berkala dirasakan ketika bencana Tumbuhan penutup lahan ditanam dan
banjir lahar dingin datang, pihak yang dijadikan frontliner terhadap aliran banjir
mengalami kerugian sangat banyak akibat sebelum sampai kepada manusia. Fungsinya
rumah-rumah mereka yang benar-benar di menyerap air dan meningkatkan infiltrasi,
bantaran sungai. Melihat seringnya bencana juga sebagai filter material vulkanik yang
ini datang, revitalisasi dengan inovasi baru dibawa oleh arus sungai yang deras.
menjadi pilihan supaya dapat menghentikan Langkah untuk meminimalkan dampak
kerugian akibat bencana. negatif akibat banjir lahar di bantaran Kali
Pembangunan rumah susun yang tidak Code di Kota Yogyakyakarta di antaranya
jauh dari rumah asal penduduk sekitar Kali adalah pemetaan unsur-unsur rawan atau
Code menjadi sebuah solusi yang dapat rentan, pemetaan daerah-daerah luapan
berdampak positif. Pasalnya kondisi mereka air/jalur banjir, pemetaan silang bencana-
tidak lagi linier mengikuti arah aliran sungai, bencana, pengaturan tata guna lahan,
tetapi vertikal ke atas. Kondisi rumah pengurangan kepadatan penduduk dan
yang bersusun ke atas dengan kondisi fisik bangunan, larangan penggunaan lahan
bangunan baru yang kokoh dapat mengubah bantaran kali untuk penggunaan tertentu,
cara hidup masyarakat agar lebih sehat dan pemindahan lokasi unsur-unsur yang
jauh dari bencana banjir lahar dingin. Sebuah menghalangi arus banjir, pengaturan
solusi yang dilakukan untuk mengatasi tentang bahan-bahan bangunan yang boleh
permasalahan yang terjadi berulang. digunakan, penepatan jalur pengungsian
Revitalisasi horizontal yaitu dengan yang aman, dan penetapan dan sosialisasi
rekayasa permukaan lahan dan diimbangi level status sungai.
dengan keberadaan tumbuhan. Langkah
pertama dari pengurangan dampak banjir SIMPULAN
adalah pembuatan lereng di pinggir Kerentanan bencana banjit lahar
sungai, biasanya dengan penghijauan dingin di sepanjang bantaran Sungai Code
atau penanaman tumbuhan-tumbuhan menunjukkan ada di beberapa wilayah yang
penutup lahan sehingga meningkatkan mempunyai kategori sedang dan rendah.
angka infiltrasi dan mengurangi produksi Wilayah yang mempunyai kategori sedang
dari aliran permukann (Strahler, 1973). antara lain di wilayah Cokrodiningratan dan

85
Jurnal Penelitian Saintek, Vol. 21, Nomor 2, Oktober 2016

Gowongan. Sedangkan yang kategori rentan Maryono, A. (2005). Menangani banjir,


di wilayah Sosromenduran, Sur-yatmajan, kekeringan dan lingkungan. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
dan Prawirodirjan. Upaya penanggulangan
yang dilakukan oleh pemerintah Kota Salim, E. (2010). Ratusan bangsa merusak
Yogyakarta adalah melalui revitalisasi satu bumi. Jakarta: Kompas Gramedia.

kawasan pemukiman Kali Code yang meliputi Siswoko. (2002). Banjir, masalah banjir dan
revitalisasi horisontal dan revitalisasi vertikal. upaya mengatasinya. Himpunan Ahli
Teknik Hidroulika Indonesia (HATHI),
Jakarta.
DAFTAR PUSTAKA
Strahler, A. N., & Strahler, A. H. (1973).
Asdak, C. (2002). Hidrologi dan pengelolaan Environmental geoscience: Interaction
daerah aliran sungai. Yogyakarta: between natural systems and man.
Gadjah Mada University Press. Santa Barbara, California: Hamilton
Publishing.
Kodoatie, R. J., & Sjarief, R. (2010). Tata
ruang air. Yogyakarta: Penerbit Andi.

86

You might also like