Professional Documents
Culture Documents
1 Anak Pemburu Beruang
1 Anak Pemburu Beruang
com
dipersiapkan oleh Paguyuban Karl May Indonesia (PKMI)
www.indokarlmay.com
Pengantar:
Anak Pemburu Beruang yang bersambung ke Hantu Llano Estacado adalah contoh
dari “Cerita Untuk Remaja” karya Karl May. Kedua buku itu termasuk ke dalam seri
Winnetou (Wild West).
Bab 1
Wohkadeh
Tak jauh di sebelah barat dari suatu wilayah yang menjadi perbatasan tiga
negara bagian Amerika Utara, yaitu Dakota, Nebraska, dan Wyoming, tampak dua
orang penunggang kuda. Seandainya mereka tak berada di wilayah Barat, kehadiran
mereka pasti akan membuat orang terheran-heran.
Penampilan kedua pria ini sangat berlawanan. Pria pertama kurus kering,
dengan tinggi badan lebih dari seratus delapanpuluh sentimeter, sedangkan pria
kedua bertubuh gemuk pendek, hingga nyaris menyerupai bola.
Namun ketika berkuda, wajah kedua pemburu itu sama tinggi. Ini karena
kuda yang ditunggangi si Gendut sangat tinggi dan kekar, sementara si Jangkung
hanya menunggangi bagal pendek dan tampak loyo. Itulah sebabnya tali kulit yang
digunakan sebagai sanggurdi oleh si Gendut tak bisa mencapai pertengahan perut
kuda. Sebaliknya, si Jangkung sama sekali tak memerlukan sanggurdi karena
kakinya yang panjang menggantung jauh ke bawah, hingga dengan bergeser ke
samping sedikit saja, ia bisa menjejakkan kaki di tanah tanpa perlu bersusah payah
melompat dari pelana. Alas duduk yang mereka pakai tentu saja tak bisa disebut
pelana karena alas si Pendek diambil begitu saja dari bulu punggung seekor serigala
yang dibunuh dan dikupas kulitnya. Sedangkan alas si Jangkung memang berupa
selimut santillo, namun kain itu sudah koyak-koyak dan bolong-bolong, hingga
sesungguhnya, pantatnya langsung menyentuh punggung kuda.
Jika melihat penampilan mereka, tak dapat disangkal lagi bahwa mereka
telah melakukan perjalanan sangat jauh yang penuh rintangan.
Si Jangkung mengenakan celana kulit yang sesungguhnya diukur dan dijahit
untuk orang bertubuh lebih besar. Di tubuhnya, celana itu tampak kedodoran,
sangat kedodoran. Akibat cuaca yang silih berganti dari panas ke dingin, dari kering
ke hujan, lama-kelamaan celana itu mengerut dan mengecil, hingga ujungnya kini
telah naik ke lutut pemakainya. Warnanya pun agak berkilat karena penuh lemak.
Penyebabnya mudah diterka, sang pemilik menggunakan celana itu sebagai handuk
sekaligus kain lap untuk berbagai keperluan. Bahkan semua benda yang tak
diinginkan melekat di jarinya pun akan diseka dengan pembungkus kaki itu.
Kakinya yang telanjang dibungkus sepatu kulit yang sungguh tak bisa
dilukiskan. Sepatu itu memberi kesan seolah-olah sudah dipakai sejak zaman
Methusalem1 dan berulang kali ditambal dengan potongan kulit oleh pemiliknya,
yang juga sudah berganti-ganti. Sulit dipastikan apakah sepatu itu pernah disemir
atau dirawat karena sepatu itu kini berkilau berwarna-warni seperti pelangi.
Tubuh kerempeng si Jangkung dibalut sehelai jas berburu yang terbuat dari
kulit. Kancing dan pengait jas ini telah lepas seluruhnya, hingga dadanya yang coklat
tampak jelas. Lengan jasnya hanya menutup sampai siku, hingga tangannya yang
1
Metusalem atau Metuselah, tokoh yang dalam alkitab disebut sebagai manusia berusia paling panjang,
yaitu 969 tahun.
1
www.rajaebookgratis.com
dipersiapkan oleh Paguyuban Karl May Indonesia (PKMI)
www.indokarlmay.com
berurat dan hanya kulit membalut tulang bisa dilihat. Lehernya yang panjang dibelit
selendang katun. Apakah selendang itu sebelumnya berwarna putih atau hitam,
hijau, kuning, merah atau biru, pemiliknya pun sudah tak ingat.
Satu-satunya perhiasan paling berharga yang melengkapi jas tadi adalah topi
yang bertengger di kepalanya yang lonjong. Topi itu dulunya berwarna abu-abu dan
memiliki bentuk yang oleh orang-orang usil dijuluki “pipa kerucut2” yang bertahta di
atas kepala seorang Lord dari Inggris. Namun karena nasibnya terus melorot, topi itu
akhirnya jatuh ke tangan seorang pemburu prairie. Namun pemburu yang satu ini
tak dianugerahi cita-rasa seorang Lord zaman Inggris kuno. Ia justru menganggap
caping topi itu berlebihan, hingga bagian itu dipotong seenaknya. Hanya bagian
depannya yang dibiarkan tersisa, selain untuk memayungi matanya, juga sebagai
pegangan yang lembut jika penutup kepala itu harus dilepaskan. Lebih jauh lagi, ia
menganggap bahwa kepala seorang pemburu prairie pun perlu diangin-angini. Oleh
karena itu, ia membuat beberapa lubang pada bagian atas dan sisi topi itu dengan
pisau bowie-nya. Dengan demikian, tentu saja angin yang masuk dari arah barat,
timur, selatan, dan utara bisa saling saling memberi salam “selamat siang”.
Si Jangkung mengenakan ikat pinggang yang terbuat dari tali tebal dan
dililitkan berkali-kali di sekeliling pinggangnya. Dua pucuk revolver dan sebilah pisau
bowie tampak terselip di baliknya. Di sana tergantung juga kantung peluru, pipa
tembakau, kulit kucing yang sudah dijahit—pasti untuk tempat menyimpan tepung—
pemantik prairie dan berbagai benda lain yang kegunaannya sulit diduga oleh orang
yang bukan pemburu prairie. Di dadanya tergantung sebatang pipa tembakau—ya
ampun bentuknya! Pipa itu hasil kerajinan tangannya sendiri. Si pemburu sudah
begitu lama menggigit-gigitnya hingga pipa itu kini hanya terdiri atas kepala dan
sepotong kayu semak Holunder yang teras kayunya sudah dibuang hingga berongga.
Si Jangkung memang perokok berat dan punyai kebiasaan mengunyah pipa jika ia
tak memiliki tembakau untuk waktu lama.
Selain sepatu, celana, pakaian berburu, dan topi, ia pun mengenakan mantel
karet asli Amerika. Suatu benda yang mutunya sangat rendah, hingga jika terkena
hujan sekali saja, akan menyusut. Karena alasan yang sangat sederhana inilah ia tak
mengenakannya lagi, hanya disampikan di bahu menggunakan tali layaknya mantel
Husar.3 Di samping itu, ia pun membawa gulungan laso yang disampirkannya pada
bahu kiri hingga pinggang kanan.
Ditopang kedua kakinya, ia menjinjing senapan berlaras panjang. Di tangan
seorang pemburu berpengalaman, tembakan senapan itu tak pernah meleset.
Dari wajahnya, sulit menerka usianya. Meskipun wajah tirus itu sudah dihiasi
kerut-kerut, namun masih tampak muda karena ia gemar bergurau. Wajahnya bersih
dan tercukur rapi, layaknya hampir semua westmen. Inilah satu-satunya
kebanggaan mereka. Matanya yang besar dan berwarna biru langit, memandang
dengan sorot tajam, sebagaimana yang harus dimiliki oleh para pelaut dan orang-
orang yang tinggal di dataran luas, namun malah lebih sering disebut sebagai sorot
mata yang “jujur kekanak-kanakan”.
Sebagaimana sudah dijelaskan sebelumnya, bagal milik Davy hanya
penampilannya saja yang tampak loyo. Tetapi, meskipun harus mengangkut
penunggang yang kurus tetapi berat ini, ia tak tampak terbebani. Bahkan kadang-
kadang tampak begitu bersemangat karena dipacu oleh pengendaranya dengan
pukulan ringan. Sesekali ia melawanan sekuat tenaga, namun segera menyerah
karena tak tahan dijepit begitu lama oleh paha majikannya. Hewan-hewan ini sangat
disukai karena langkah-langkahnya tak membahayakan, tetapi juga dikenal sebagai
hewan pembangkang keras kepala.
2
Façon Angströhre, topi berbentuk pipa kerucut yang dikenakan oleh para penguasa.
3
Pasukan kavaleri Hongaria.
2
www.rajaebookgratis.com
dipersiapkan oleh Paguyuban Karl May Indonesia (PKMI)
www.indokarlmay.com
4
Frisco, San Francisco.
5
Yankee, awalnya adalah julukan untuk penduduk New England, koloni pertama Inggris di Amerika.
Namun ketika Perang Saudara meletus, menjadi julukan dari pihak Konfederasi untuk orang-orang
Amerika Serikat. Kini, menjadi julukan untuk warga negara Amerika Serikat secara umum.
3
www.rajaebookgratis.com
dipersiapkan oleh Paguyuban Karl May Indonesia (PKMI)
www.indokarlmay.com
di sana. Dan jika Davy membeli bubuk mesiu serta tembakau di suatu store, bisa
dipastikan bahwa penjualnya juga akan menanyakan kebutuhan Jemmy.
Serupa dengan itu, kedua ekor hewan tunggangan mereka pun saling
membutuhkan. Meskipun kuda besar itu sudah sangat kehausan, ia baru akan
minum di suatu sungai atau anak sungai jika bagal kecil itu ada di sampingnya, lalu
bersama-sama merundukkan kepala ke dalam air. Si bagal kecil pun sama saja, ia
akan tetap menegakkan kepala di padang rumput segar hingga si kuda besar
mendengus seolah-olah membisikkan: “Bagal, mereka singgah dan memanggang
daging pinggang bison. Kini kita juga akan sarapan karena takkan punya
kesempatan lagi hingga malam nanti!”
Tak pernah terlintas sedikit pun dalam benak kedua ekor hewan itu untuk
membiarkan salah seekor di antara mereka dalam kesulitan. Kedua orang majikan
mereka pun telah berkali-kali saling menyelamatkan hidup satu sama lain. Mereka
saling tolong-menolong tanpa menghiraukan bahaya yang mengancam jiwa. Kedua
ekor hewan itu pun bahu-membahu menyelamatkan rekannya dengan gigitan, atau
mempertahankan diri dari serangan musuh menggunakan kuku mereka yang tajam
dan kuat. Keempat makhluk ini, baik majikan maupun hewan tunggangan, memang
saling memiliki; tak bisa tidak.
Kini mereka bergerak ke utara dengan perasaan riang. Mereka telah makan
cukup kenyang pagi tadi. Kuda dan bagal mereka telah merumput dan minum
secukupnya, kedua orang pemburu itu pun demikian, mereka telah minum dan
makan paha seekor kijang. Keduanya tak takut kelaparan, karena masih ada sisa
daging kijang yang kini diangkut si kuda.
Matahari telah memerah dan perlahan-lahan mulai tenggelam. Udara
memang terasa sangat panas, namun angin semilir yang berhembus di padang
prairie terasa sangat menyejukkan. Hamparan rumput hijau dengan ribuan bunga
yang tumbuh di sekitarnya menunjukkan bahwa musim gugur masih lama. Pada
musim itu, daun-daun dan pepohonan senantiasa berwarna coklat karena terbakar
panas matahari. Namun, yang sekarang tampak hanyalah warna hijau menyegarkan
mata dan gunung-gunung karang berbentuk kerucut raksasa yang menjulang tinggi
di atas dataran luas berkilauan bagiakan permata karena ditimpa sinar matahari.
Dari sebelah barat, tampak kilau warna-warni yang berpendar ke timur dan semakin
lama semakin memudar memasuki gelapnya malam.
“Berapa lama lagi kita harus berkuda hari ini?” tanya si Gendut, setelah
beberapa lama terdiam.
“Selama hari masih terang,” jawab si Jangkung.
“Well!” kata si Gendut sambil tertawa. “Jadi, sampai ke perkemahan.”
“Aye!” jawab si Jangkung membenarkan.
Master Davy lebih suka mengatakan aye daripada yes.
Mereka kembali terdiam beberapa lama. Jemmy lebih suka tak bertanya lebih
lanjut daripada mendengar jawaban seperti itu. Ia memandang sekilas ke arah
temannya dengan mata kecil yang cerdik, menanti kesempatan untuk membalas
dendam. Namun, kebisuan si Jangkung akhirnya terusik juga. Dengan tangan
kanannya, ia menunjuk ke arah yang sedang mereka tuju dan bertanya:
“Kamu kenal daerah ini?”
“Tentu saja!”
“Katakan, di mana kita sekarang?”
“Di Amerika!”
Si jangkung mengangkat kaki dengan jengkel dan memukul bagalnya, lalu
berseru:
“Dasar dungu!”
“Siapa?”
“Kamu!”
4
www.rajaebookgratis.com
dipersiapkan oleh Paguyuban Karl May Indonesia (PKMI)
www.indokarlmay.com
5
www.rajaebookgratis.com
dipersiapkan oleh Paguyuban Karl May Indonesia (PKMI)
www.indokarlmay.com
6
www.rajaebookgratis.com
dipersiapkan oleh Paguyuban Karl May Indonesia (PKMI)
www.indokarlmay.com
untuk mengelabui pengejarnya karena bisa mengambil jalan memutar tanpa terlihat.
Kamu sependapat dengan saya?”
“Ya. Kita berdua pun, misalnya, akan menggunakan waktu sekitar dua menit
untuk mendahului, agar si pengejar tak berhasil mengendus jejak kita dan kembali
dengan sia-sia. Jadi, saya pun setuju dengan pendapatmu. Penunggang kuda itu
ingin segera tiba di tempat tujuan. Tetapi ke mana?”
“Yang jelas, tak jauh dari sini.”
Si Jangkung menatap wajah si Gendut keheranan.
“Hari ini kamu sungguh cerdas!” katanya.
“Untuk menerka semua ini tak perlu pengetahuan luas, hanya berpikir sedikit
saja.”
“Begitu! Saya pun memikirkannya sekarang, tetapi sia-sia.”
“Tak mengherankan.”
“Mengapa?”
“Tubuhmu terlalu panjang. Butuh waktu bertahun-tahun bagi jejak di bawah
ini untuk sampai ke otakmu. Saya jelaskan, ya. Tujuan si penunggang kuda pasti tak
jauh dari sini karena kalau jauh, ia pasti akan menyempatkan diri untuk
beristirahat.”
“Begitu! Saya bisa mendengar tetapi tak bisa memahaminya.”
“Dengar. Menurut dugaan saya, seandainya pria itu masih harus berkuda
selama satu hari lagi, kudanya pasti akan kelelahan menempuh jarak sejauh itu.
Jadi, ia akan membiarkan si kuda beristirahat selama beberapa jam, lalu akan
mengejar waktu yang terbuang. Namun, karena tempat yang dituju sudah dekat, ia
menganggap bahwa itu tak perlu.”
“Dengar, Jemmy tua. Yang kamu katakan ini sangat benar. Lagi-lagi kamu
benar.”
“Pujianmu itu terlalu berlebihan. Siapa pun yang telah malang-melintang di
sabana selama tigapuluh tahun pasti bisa berpikir dengan cerdas. Kini kita memang
nyaris pandai, tetapi sesungguhnya tak lebih pandai dari sebelumnya. Ke mana
tujuan orang Indian itu? Tentu saja saya juga ingin tahu. Bagaimana pun, ia adalah
utusan yang punya pesan penting, sangat penting. Orang Indian hanya membawa
pesan untuk sesama Indian. Oleh karena itu, saya menduga bahwa di sekitar tempat
ini ada pemukiman kulitmerah.”
Davy Jangkung mendesis lirih dan melayangkan pandang ke sekitarnya
sambil termangu.
“Celaka, sungguh celaka!” katanya geram. “Ia datang dari sekelompok Indian
dan sedang menuju kelompok lainnya. Kini kita berada di tengah-tengah mereka,
tapi tak tahu tempat persembunyian mereka. Jadi, bisa saja kita tertangkap oleh
salah satu kelompok. Itu sama saja bagai membawa skalp kita sendiri ke pasar
malam.”
“Tentu saja kita harus waspada dan sangat mudah untuk meyakinkannya.”
“Maksudmu, kita harus mengikuti jejak ini?”
“Ya.”
“Tepat sekali! Dengan begitu, kita akan tahu bahwa mereka ada di depan kita
sementara mereka tak menyadari kehadiran kita. Artinya, kedudukan kita
menguntungkan. Jadi, menurut pendapat saya, kita ikuti saja jejak ini karena
arahnya tak menyimpang terlalu jauh dari tujuan kita. Tetapi saya penasaran. Orang
itu berasal dari suku Indian apa?”
“Saya juga. Tetapi kita tak boleh menerka-nerka! Di sana, di utara Montana,
hidup beberapa suku Indian, misalnya Indian Blackfoot, Indian Pigan, dan Indian
Blood. Mereka tak mungkin datang kemari. Di kaki Missouri River, tinggal suku
Riccavees. Mereka juga tak mungkin kemari. Apa ini suku Sioux? Hmmm! Apa akhir-
akhir ini kamu mendengar bahwa mereka telah menggali kapak peperangan?”
7
www.rajaebookgratis.com
dipersiapkan oleh Paguyuban Karl May Indonesia (PKMI)
www.indokarlmay.com
“Tidak.”
“Jadi, kita tak perlu ambil pusing namun harus waspada. Kita sudah melewati
dataran utara, kamu pasti masih ingat penyergapan yang kita yang terakhir kali. Kita
berada di daerah yang kita kenal baik, dan jika tak bertindak bodoh, kita akan
selamat. Ayo!”
Mereka kembali menunggangi hewan mereka dan mengikuti jejak yang
ditinggalkan. Dengan hati-hati dan jeli, mereka mengawasi jejak itu. Sambil terus
bergerak, mereka mengamati keadaan sekitar agar bisa langsung tahu jika ada
sesuatu yang mencurigakan.
Sekitar satu jam telah berlalu dan matahari semakin rendah di ufuk barat.
Angin bertiup semakin kencang, hingga udara panas yang sebelumnya terasa sangat
menyengat menjadi sejuk. Mereka tahu bahwa si Indian masih bergerak perlahan-
lahan dengan kudanya. Di suatu tempat yang tak datar, kudanya tampak tersungkur
karena sangat lelah. Jemmy segera turun dari kuda dan memeriksa tempat itu.
“Ya, jejak Indian,” katanya. “Ia melompat dari kuda. Mokasin-nya dihiasi duri
landak. Ini ujung hiasan yang patah itu. Dan ini…ah, anak ini pasti masih masih
sangat muda.”
“Dari mana kamu tahu?” tanya si Jangkung sambil tetap duduk di punggung
kuda.
“Tempat ini berpasir dan jejak kakinya tampak jelas. Jika saya tak keliru, ini
pasti jejak seorang squaw, jadi…”
“Tak mungkin! Seorang wanita tak mungkin datang ke sini seorang diri.”
“Kalau begitu, ia pasti masih sangat muda, setidaknya baru berusia
delapanbelas tahun.”
“Begitu ya! Kedengarannya berbahaya. Memang ada beberapa suku yang
menugaskan pemuda belia sebagai mata-mata. Kita lihat saja nanti!”
Mereka kembali berkuda. Jika sebelumnya melintasi padang prairie bertabur
bunga-bunga indah, kini mereka mulai menemui semak belukar, awalnya hanya
tumbuh jarang-jarang, tetapi kemudian berkelompok. Di kejauhan mulai tampak
pohon-pohon besar.
Lalu mereka tiba di tempat penunggang kuda Indian itu turun sejenak. Tentu
saja agar kudanya bisa beristirahat sejenak. Lalu ia melanjutkan perjalanan dengan
berjalan kaki sambil menuntun kudanya menggunakan tali kekang.
Semak belukar yang terbentang semakin menghalangi pandangan hingga
mereka harus meningkatkan kewaspadaan. Davy berjalan di muka dan Jemmy
mengikutinya. Ketika itu Jemmy berkata:
“Hai Jangkung, tadi pasti ada kuda hitam di sini.”
“Begitu? Dari mana kamu tahu?”
“Di semak ini tersangkut sehelai bulu kuda hitam.”
“Kini petunjuk kita lebih lengkap. Tetapi jangan bicara keras-keras! Bisa saja
kita berhadapan dengan orang yang sudah membidik kita setiap saat,.”
“Saya tak terlalu khawatir. Kuda saya pasti mendengus jika mendengar
musuh mendekat. Jadi, teruslah berjalan!”
Davy Jangkung menuruti perintah si Gendut, namun tak lama kemudian ia
kembali berhenti.
“Astaga!” serunya. “Telah terjadi sesuatu!”
Si Gendut memacu kuda dan setelah beberapa langkah melewati semak, ia
tiba di tempat terbuka. Di hadapan mereka, terdapat karang berbentuk kerucut.
karang seperti ini memang banyak terdapat di prairie. Jejaknya jelas mengarah ke
salah satu karang, lalu membelok ke kanan di suatu sudut. Keduanya bisa melihat
jejak itu dengan jelas. Selain itu, mereka pun melihat banyak jejak lain di sisi lain
karang yang mengikuti jejak tadi, lalu jejak-jejak itu menyatu.
“Bagaimana pendapatmu?” tanya si Jangkung.
8
www.rajaebookgratis.com
dipersiapkan oleh Paguyuban Karl May Indonesia (PKMI)
www.indokarlmay.com
9
www.rajaebookgratis.com
dipersiapkan oleh Paguyuban Karl May Indonesia (PKMI)
www.indokarlmay.com
10
www.rajaebookgratis.com
dipersiapkan oleh Paguyuban Karl May Indonesia (PKMI)
www.indokarlmay.com
mereka memutar hingga tiba kembali di anak sungai, tepat di seberang orang-orang
yang mereka tuju. Ketika itu, mereka bersikap seolah-olah sangat terkejut dengan
keberadaan pria-pria itu.
“Wah!” seru Jemmy Gendut. “Kalian siapa? Saya sangka hanya kami berdua
saja di prairie yang subur ini. Namun, ternyata kami bertemu sekelompok orang
yang sedang berunding. Semoga kami diizinkan bergabung.”
Orang-orang yang sedang berbaring di rumput itu segera bangkit dan semua
mata tertuju kepada kedua pendatang ini. Sekilas, tampaknya mereka terusik akan
kedatangan kedua orang asing ini. Namun, ketika melihat sosok dan pakaian mereka
berdua, meledaklah tawa mereka semua.
“Thunder-storm!” seru salah seorang di antara mereka yang seluruh tubuhnya
penuh berbagai macam senjata. “Apa yang terjadi? Apa kalian sedang mengadakan
karnaval dan pesta topeng?”
“Aye!” jawab si Jangkung sambil mengangguk. “Kami masih kekurangan
seorang badut, oleh karena itu, kami mendatangi kalian.”
“Sebenarnya kalian salah alamat.”
“Saya kira tidak.”
Sambil berkata demikian, Davy melangkahkan kakinya yang panjang
melewati sungai lalu naik ke tepian dan sekarang, ia sudah berada di hadapan orang
yang tadi berbicara. Hanya dengan dua lompatan, si Gendut pun tiba di sisi si
Jangkung lalu berkata:
“Nah…inilah kami. Good day, Mesch’schurs. Kalian punya seteguk minuman?”
“Itu ada air!” jawab yang ditanya sambil menunjuk sungai.
“Fie! Kalian pikir saya ingin air putih? Tak terpikir sedikit pun! Jika tak
membawa minuman keras, sebaiknya kalian pulang saja karena prairie bukan
tempat yang pantas bagi kalian!”
“Apa kalian menganggap prairie ini sebagai kedai untuk sarapan?”
“Tentu saja! Daging panggang melintas di depan hidung, tinggal
memanggangnya di atas api.”
“Dan tampaknya kalian sudah berhasil mendapatkannya!”
“Sudah masuk dalam perut!” jawab Jemmy sambil tertawa dan mengelus
perutnya puas.
“Sementara kamu makan berlebih, temanmu tampaknya masih kurang.”
“Karena jatahnya memang hanya separuh. Saya tak boleh menambahi, agar
bentuk badannya tetap. Saya membawanya sebagai orang-orangan sawah agar tak
ada beruang atau Indian yang berani mendekat. Tetapi, kalau diijinkan, Master…
sebenarnya siapa yang memandu kalian ke sungai indah ini?”
“Tak seorang pun memandu kami. Kami cukup pintar untuk menemukan jalan
kami sendiri.”
Teman-temannya tertawa mendengar jawaban itu. Mereka menganggap
jawaban itu cerdik. Namun Jemmy Gendut menganggapnya serius:
“Begitu? Sungguh? Saya tak bisa mempercayai kalian karena wajah kalian
sama sekali tak menunjukkan bahwa kalian mampu menemukan jalan tanpa
bantuan.”
“Dan wajah kalian menunjukkan bahwa kalian takkan mengenal jalan,
meskipun jalan itu ada di depan hidung kalian. Sebenarnya, kapan kalian lulus
sekolah?” tanya salah satu di antara mereka.
“Saya tak pernah sekolah karena tinggi badan saya tak memadai. Namun
saya tetap berharap memperoleh keuntungan dari Anda sebanyak-banyaknya, agar
setidaknya, saya dapat menyebutkan pengetahuan dasar yang diperlukan di wilayah
Barat ini dengan baik. Kalian mau menjadi guru saya?”
“Tak sempat. Ada urusan lain yang lebih penting yang harus kami kerjakan
daripada mengurusi kebodohan kalian.”
11
www.rajaebookgratis.com
dipersiapkan oleh Paguyuban Karl May Indonesia (PKMI)
www.indokarlmay.com
6
Eau de Cologne, sejenis Parfum.
12
www.rajaebookgratis.com
dipersiapkan oleh Paguyuban Karl May Indonesia (PKMI)
www.indokarlmay.com
“Nama saya Walker, rasanya itu cukup. Nama kedelapan orang lainnya takkan
bisa kalian hafalkan.”
“Tentu saja bisa kami hafalkan. Namun, jika kamu menganggap nama-nama
mereka tak perlu saya ketahui, itu pun tak salah. Namamu saja sudah cukup karena
siapa pun yang melihat wajahmu, ia akan segera tahu bahwa yang lain akan
bersikap dan berpikiran sama denganmu.
“Bung! Kamu ingin menghina?” kata Walker marah. “Kalian ingin agar kami
segera meraih senjata?”
“Tak saya anjurkan. Kami punya revolver dengan duapuluh empat peluru,
dan setidaknya kalian akan menerima sebagian sebelum kalian sempat membidikkan
senapan. Kalian anggap kami ini anak bawang, tapi kami tak seperti itu. Jika kalian
ingin melihat bukti, kami tak berkeberatan.”
Secepat kilat ia meraih kedua revolvernya. Davy Jangkung pun sudah siap
dengan revolver di tangannya. Oleh karena itu, ketika Walker hendak membungkuk
memungut senjata yang tergeletak di tanah, Jemmy mengingatkan:
“Biarkan senapan itu tetap di tanah! Begitu kamu menyentuhnya, tubuhmu
akan dimakan peluru saya. Begitulah hukum prairie. Siapa pun yang lebih dulu
menarik pelatuk, dialah yang benar dan akan keluar sebagai pemenang!”
Bajingan-bajingan itu tak berhati-hati karena membiarkan senjata mereka
tergeletak begitu saja di rumput ketika kedua orang ini mendekat. Kini mereka tak
berani mengambilnya lagi.
“’sdeath!” bentak Walker. “Kalian berlagak hebat seolah-olah ingin menelan
kami semua mentah-mentah!”
“Itu takkan terjadi, karena daging kalian rasanya tak begitu lezat. Tak ada
yang ingin kami ketahui dari kalian, kecuali apa yang dilakukan orang Indian itu
terhadap kalian.”
“Apa ada urusannya dengan kalian?”
“Ya. Seandainya kalian menyerangnya tanpa alasan, semua orang kulitputih
lain pun harus bersiap-siap terkena balas dendam dari orang-orang sukunya tanpa
pandang bulu. Nah, mengapa kalian menangkapnya?”
“Karena kami suka. Ia bajingan kulitmerah. Alasan itu saja sudah cukup.
Jawaban lainnya takkan kalian terima. Kalian bukan hakim atas diri kami dan kami
bukan bocah-bocah kecil yang bisa diperintah seenaknya.”
“Jawaban itu pun cukup bagi kami. Kini kami tahu, orang itu tak melakukan
sesuatu yang menyulut permusuhan dengan kalian. Barangkali berlebihan, namun
saya ingin menanyainya secara pribadi.”
“Ia? Menanyainya?” Walker tertawa mengejek dan anak buahnya pun segera
bersatu dalam gelak tawa. “Ia tak mengerti bahasa Inggris dan tak menjawab kami
sepatah kata pun.”
“Orang Indian takkan menjawab jika diikat. Dan mungkin kalian telah
memperlakukannya sedemikian rupa hingga ia tetap takkan membuka mulut
meskipun ikatannya dilepaskan.”
“Ia telah dihajar. Sangat beralasan.”
“Dihajar?” seru Jemmy. “Otak kalian sudah hilang? Menghajar orang Indian!
Apa kalian tak tahu bahwa itu adalah penghinaan yang hanya bisa dibayar dengan
darah?”
“Ia boleh mengambil darah kami. Saya hanya ingin tahu, bagaimana ia bisa
melakukannya.”
“Begitu ia bebas, kalian akan melihatnya.”
“Ia takkan menghirup udara bebas.”
“Jadi kalian ingin membunuhnya?”
“Yang ingin kami lakukan terhadapnya bukan urusanmu, paham! Kulitmerah
harus diinjak-injak, di mana pun bertemu. Kini kalian tahu alasan kami. Kalau kalian
13
www.rajaebookgratis.com
dipersiapkan oleh Paguyuban Karl May Indonesia (PKMI)
www.indokarlmay.com
masih ingin bicara dengan keparat itu sebelum pergi, kami takkan menghalanginya.
Ia takkan memahami kalian dan wajah kalian pun takkan membuat orang menduga
kalau-kalau kalian ini guru bahasa Indian. Saya sangat penasaran dan ingin ikut
serta dalam tanya-jawab itu.”
Jemmy hanya mengangkat bahu dengan maksud menghina lalu menoleh
kepada pemuda Indian itu.
Ia terbaring dengan mata setengah terpejam. Sorot mata dan raut wajahnya
tak menunjukkan apakah ia memahami percakapan sebelumnya. Ia masih muda,
sebagaimana kata si Gendut, mungkin usianya baru delapanbelas tahun. Rambutnya
hitam, sederhana tetapi panjang. Potongan rambutnya tak bisa berbicara banyak
tentang asal-usul sukunya. Wajahnya pun tidak dicoreng-moreng. Bahkan garis yang
membelah ubun-ubun kepalanya pun tak diberi warna kuning kecoklatan atau merah
kekuning-kuningan. Ia mengenakan pakaian berburu dari kulit halus dan leggins
kulit rusa. Keduanya dihiasi rumbai-rumbai pada jahitannya. Di antara rumbai-
rumbai itu tak tampak rambut manusia, tanda bahwa pemuda ini belum pernah
membunuh musuh. Mokassinnya yang mungil dihiasi duri-duri landak, tepat
sebagaimana dugaan Jemmy. Tak tampak senjata pada kantung perkakas berwarna
merah yang dipakai sebagai sabuk senjata dan dikenakan di pinggang. Namun, di
sana, di seberang sungai, tempat kudanya yang kini telah bangkit dan mulai
meneguk air sungai dengan lahap, tampak pisau berburu yang panjang. Di pelana
kudanya tergantung kantung anak panah yang dibalut kulit ular derik dan sebatang
busur tanduk kambing gunung yang berharga lebih kurang dua hingga tiga ekor
mustang.
Senjata-senjata sederhana ini menjadi bukti jelas bahwa ia datang ke wilayah
ini bukan untuk bermusuhan. Saat ini wajahnya tak memperlihatkan perasaan apa
pun. Pemuda Indian ini terlalu angkuh untuk membiarkan perasaannya terbaca oleh
orang asing atau musuh. Raut wajahnya yang muda tampak lembut. Tulang pipinya
agak menonjol, tetapi tak menyolok. Kini, setelah Jemmy mendekatinya, ia
membuka matanya lebar-lebar untuk pertama kalinya. Organ itu berwarna hitam bak
arang yang berkilauan. Dan sorot lembut memancar dari sana ke arah pemburu itu.
“Saudara saya kulitmerah mengerti bahasa mukapucat?” tanya Jemmy.
“Ya,” jawabnya. “Bagaimana saudara tua saya kulitputih bisa tahu?”
“Saya bisa membaca dari matamu bahwa kamu memahami percakapan
kami.”
“Saya telah mendengar, kamu adalah sahabat pria kulitmerah. Saya
saudaramu.”
“Maukah saudara muda saya mengatakan, apa ia memiliki nama?”
Pertanyaan macam ini adalah penghinaan bagi pria-pria Indian yang telah
tua. Karena yang belum memiliki nama artinya belum membuktikan keberaniannya
melalui sikap ksatria dan takkan digolongkan sebagai prajurit. Tetapi, melihat usia si
tawanan yang masih muda, Jemmy berani melontarkan pertanyaan itu. Tak disangka
pemuda itu menjawab:
“Saudara saya yang baik hati menyangka saya ini pengecut?”
“Tidak, namun kamu masih terlalu muda untuk menjadi prajurit.”
“Mukapucat mengajari pria kulitmerah agar berani mati di usia muda.
Saudara saya boleh menyingkap bagian dada baju berburu saya. Ia akan tahu bahwa
saya menyandang nama.”
Jemmy membungkuk dan melepaskan kancingnya. Ia menarik keluar tiga
helai bulu elang pemburu yang dicat merah.
“Tak mungkin!” serunya. “Tak mungkin kamu kepala suku!”
“Memang bukan,” kata pemuda itu tersenyum. “Saya boleh memakai bulu
Mah-sisch karena nama saya Wohkadeh.”
14
www.rajaebookgratis.com
dipersiapkan oleh Paguyuban Karl May Indonesia (PKMI)
www.indokarlmay.com
Kedua kata itu termasuk rumpun bahasa Mandan, kata pertama berarti elang
pemburu dan kata terakhir adalah sebutan untuk kulit seekor kerbau putih.
Mengingat kerbau putih sudah sangat jarang dijumpai, membunuh hewan ini dinilai
lebih terhormat oleh suku-suku tertentu daripada membunuh beberapa musuh, dan
si pembunuh bahkan dianggap layak memakai bulu elang pemburu. Pemuda Indian
ini pasti pernah merobohkan kerbau jenis itu dan memperoleh nama Wohkadeh.
Hal ini sesungguhnya tak asing, namun, Davy dan Jemmy terheran-heran
karena nama itu berasal dari bahasa Mandan yang dianggap telah punah. Oleh
karena itu, si Gendut bertanya:
“Saudara saya kulitmerah dari suku yang apa?”
“Saya orang Numangkake dan sekaligus Dakota.”
Orang-orang Mandan menyebut diri mereka sendiri Numangkake. Dakota
adalah sebutan umum untuk seluruh suku Sioux.
“Jadi kamu dibesarkan oleh suku Dakota?”
“Benar, sebagaimana yang dikatakan saudara saya kulitputih. Saudara ibu
saya adalah sang Kepala Suku Agung Mah-to-toh-pah. Ia menyandang nama itu
karena telah membunuh empat beruang sekaligus. Kulitputih datang ke tempat kami
dan membawa wabah cacar. Seluruh suku saya terjangkit dan hanya menyisakan
sedikit orang yang pergi menghasut suku Sioux agar membunuh mereka dalam
pertempuran. Gugur dalam pertempuran adalah satu-satunya cara mencapai padang
perburuan abadi. Ayah saya, Wah-kih (Perisai) pemberani, hanya terluka lalu
dipaksa menjadi putra Sioux. Oleh karena itu, saya ini orang Dakota, namun, hati
nurani saya selalu mengenang para leluhur yang telah dipanggil oleh Roh Agung.”
“Kini Suku Sioux menetap di balik pegunungan. Bagaimana kamu bisa
kemari?”
“Saya tak datang dari pegunungan yang dimaksud oleh saudara saya tetapi
dari deretan pegunungan barat, membawa kabar penting untuk seorang saudara
kulitputih.”
“Saudara kulitputih itu tinggal di sekitar tempat ini?”
“Ya. Dari mana saudara tua saya kulitputih tahu semua ini?”
“Saya mengikuti jejakmu dan melihat bahwa kamu memacu kuda layaknya
orang yang sudah dekat ke tempat tujuannya.”
“Pikiran saudara saya tepat. Seharusnya saya sudah tiba di sana sekarang.
Tetapi mukapucat ini mengikuti saya. Kuda saya sudah sekarat dan tak sanggup lagi
melompati sungai itu. Ia roboh. Wohkadeh terlempar jatuh dan kehilangan
kesadaran. Ketika bangun, tubuhnya sudah dalam keadaan terikat.”
Lalu ia masih menambahnya dengan gerutuan dalam bahasa Sioux:
“Dasar pengecut! Sembilan orang pria dewasa mengikat seorang bocah yang
sedang kehilangan jiwanya! Jika dibiarkan bertarung, scalp7 mereka seharusnya
sudah saya miliki.”
“Bahkan mereka juga memukulimu!”
“Jangan sebut-sebut itu lagi, karena setiap patah kata hanya
membangkitkan bau darah. Saudara saya kulitputih akan melepaskan ikatan saya.
Dan Wohkadeh akan memperlakukan mereka sebagai pria.”
Ia mengatakan itu dengan penuh percaya diri, sampai-sampai Jemmy Gendut
tersenyum ketika bertanya:
“Kamu kan sudah mendengar sendiri bahwa saya tak memiliki kuasa apa-
apa.”
“Oh, saudara saya kulitputih takkan gentar menghadapi ratusan prajurit ini.
Setiap orang di antara mereka adalah wakon kaneh (perempuan tua).”
“Begitu? Dari mana kamu tahu bahwa saya tak gentar menghadapi mereka?“
7
Scalp, kulit kepala.
15
www.rajaebookgratis.com
dipersiapkan oleh Paguyuban Karl May Indonesia (PKMI)
www.indokarlmay.com
8
Horse-pilfers, pencuri kuda.
16
www.rajaebookgratis.com
dipersiapkan oleh Paguyuban Karl May Indonesia (PKMI)
www.indokarlmay.com
melompat, seorang pemuda gagah dan seorang pria tua. Sambil mengacungkan
senjata, mereka menyergap para penambang emas gadungan itu.
Jemmy menunduk dan hanya dengan dua tebasan, ia berhasil melepaskan
ikatan Wohkadeh. Pemuda ini bangkit secepat kilat lalu menyerang salah seorang
musuh. Ia meraih lehernya, merobohkan, dan melemparkannya ke seberang sungai,
tempat pisau miliknya tergeletak, pisau yang biasa digunakannya untuk menguliti
scalp. Tak seorang pun mengira bahwa tubuhnya sekuat itu. Lalu ia melompat dan
tangan kanannya meraih pisau, menekan musuh dengan lutut dan memegang
rambutnya dengan tangan kiri. Semuanya berlangsung sekejap mata.
“Help…help…for God's sake…help!” jerit pria itu ketakutan setengah mati.
Wohkadeh mengangkat pisaunya siap menikam. Matanya berkilat
memandang wajah musuh yang luar biasa ketakutan…lalu ia menurunkan tangannya
yang menggenggam pisau.
“Kamu takut?” tanyanya.
“Ya, oh ampun, ampun!”
“Katakan bahwa kamu ini seekor anjing!”
“Baiklah, dengan senang hati! Saya ini seekor anjing!”
“Kalau begitu, biarlah kamu tetap hidup dalam kenistaan. Orang Indian akan
mati dengan berani tanpa mengeluh, tetapi kamu merintih memohon belas kasihan.
Wohkadeh tak mau mengambil scalp seekor anjing. Kamu telah memukuli saya. Oleh
karena itu, kulit kepalamu milik saya. Tetapi seekor anjing kudisan bisa
merendahkan martabat seorang kulitmerah. Oleh karena itu, menyingkirlah!
Wohkadeh sangat jijik kepadamu!”
Wohkadeh menendangnya. Dalam sekejap mata, pria itu menghilang.
Semuanya berlangsung begitu cepat, jauh lebih cepat daripada yang
diperkirakan. Walker tergeletak di tanah, salah seorang anak buahnya rebah di
sisinya, sedangkan yang lain melarikan diri secepat mungkin. Kuda para bajingan itu
mengikuti majikan mereka yang lari tunggang-langgang, sedangkan kedua ekor
kuda coklat yang dicuri mereka masih berdiri di sana, menggosok-gosokan kepala ke
bahu kedua orang penolong yang datang tanpa diduga-duga itu.
Pemuda gagah itu berusia enam lebih kurang belastahun namun tubuhnya
tampak lebih besar daripada usianya. Kulit wajahnya yang terang, rambutnya yang
pirang, dan matanya yang biru kelabu menunjukkan bahwa ia orang Jerman. Ia tak
mengenakan topi dan pakaiannya terbuat dari kain linen. Pada ikat pinggangnya
terselip pisau yang gagangnya dibuat dengan cara Indian yang langka. Tangannya
mengenggam senapan berlaras ganda, senapan itu tampaknya terlalu berat. Pipinya
berdarah karena perkelahian tadi namun ia tetap berdiri dengan tenang, seolah-olah
peristiwa itu sudah biasa dihadapi. Siapa pun yang melihat peristiwa perkelahian itu,
pasti menganggap bahwa ia suidah sering mengalaminya.
Penampilan temannya aneh. Seorang pria bertubuh pendek dan kurus, namun
wajahnya ditutupi jenggot hitam lebat. Ia mengenakan sepatu Indian dan celana
kulit, juga jas berwarna biru tua lengkap dengan emblem di bahu, lencana, dan
kancing mengkilap yang terbuat dari kuningan. Kancing seperti ini merupakan hiasan
pakaian peninggalan awal abad ke-19. Pada zaman itu, pakaian memang dibuat dari
kain yang tahan sangat lama.
Jas itu tentu saja sudah tampak lusuh dan warna tinta hasil celupan tampak
pada jahitannya. Namun, tak satu lubang pun tampak pada pakaiannya. Pakaian
kuno seperti itu sangat sering dijumpai di “far west”. Tak seorang pun malu
mengenakan pakaian kuno karena bukan pakaian yang menjadi ukuran, tetapi sikap
dan perilaku.
Laki-laki yang bertubuh pendek itu mengenakan topi Amazon hitam yang
sangat besar. Topi itu dihiasi sehelai bulu burung unta tiruan besar yang dicelup
warna kuning. Hiasan seperti ini sebelumnya adalah hiasan topi seorang Lady dari
17
www.rajaebookgratis.com
dipersiapkan oleh Paguyuban Karl May Indonesia (PKMI)
www.indokarlmay.com
9
Hobble Frank, Frank Pincang.
10
Store, kedai.
18
www.rajaebookgratis.com
dipersiapkan oleh Paguyuban Karl May Indonesia (PKMI)
www.indokarlmay.com
“Hmmm, ya tentu saja! Tetapi jika kita pergi sekarang, apa yang harus kami
lakukan terhadap bajingan-bajingan yang telah mencuri kedua ekor kuda kami?
Paling tidak, kita harus meninggalkan kenang-kenangan kepada pemimpinnya, si
Walker, hingga ia akan selalu mengenang kita?”
“Tidak. Biarkan mereka lari, sobat. Mereka itu maling-maling pengecut yang
takut menghadapi pisau bowie. Kalian akan kelihangan kehormatan, jika tetap
mengejar mereka. Kalian sudah mendapatkan kembali kuda-kuda kalian. Urusan
selesai!”
“Seandainya kamu memukulnya lebih keras tadi. Bajingan itu hanya
pingsan.”
“Saya memang sengaja. Saya merasa tak nyaman jika harus membunuh
manusia, padahal kita bisa menempuh cara yang lebih aman.”
“Kalian memang benar. Ayo kita pergi ke tempat kuda kalian merumput!”
“Apa? Anda tahu tempat kuda kami berada?”
“Tentu saja. Kami bukan westmen hijau yang tak tahu kedatangan kalian dan
membiarkan jejak kami diketahui. Begitu tahu bahwa dua ekor kuda kami dicuri,
kami segera mengikuti jejak si pencuri. Sayang kami terlambat menemukan, hingga
baru di tempat ini kami berhasil membekuk mereka. Kuda-kuda itu merumput di
alam bebas dan baru pada malam hari ketika kami memasukkan mereka ke
kandang. Ayo!”
Ia menunggangi salah seekor kuda yang sudah diperolehnya kembali,
sementara rekannya yang lebih muda menunggangi kuda lainnya. Keduanya
memacu kuda tepat menuju arah tempat Jemmy dan Davy menyembunyikan kuda
mereka. Kedua orang yang disebut terakhir ini pun menunggangi kuda mereka
masing-masing lalu mereka berempat mengikuti jejak si Indian yang segera tampak
di hadapan mereka. Namun Wohkadeh tak membiarkan mereka terlalu dekat, ia
tetap berkuda paling depan, tampaknya tahu pasti arah yang harus ditempuh untuk
tiba di tujuan.
Frank Pincang berkuda tepat di sisi Jemmy Gendut. Tampaknya ia senang
berada di sampingnya.
“Anda ingin memberitahu saya, Mister, apa sebenarnya yang kalian inginkan
di daerah ini?” tanyanya.
“Sebenarnya kami hendak ke Montana, karena ladang perburuan di sana jauh
lebih baik daripada di sini. Di sana, para pencari jejak dan pemburu prairie yang
bijaksana masih bisa ditemui, yang berburu demi memenuhi kebutuhan hidup.
Tetapi di sini, orang membantai hewan secara membabi buta. Orang-orang bodoh itu
terus menembak di tengah kawanan bison yang malang. Ribuan bison harus mati
hanya karena kulit mereka itu lebih baik untuk dimanfaatkan sebagai bahan ikat
pinggang dibanding kulit sapi biasa. Sungguh perbuatan dosa yang sangat
memalukan! Benar kan?”
“Benar sekali, Master. Zaman dulu situasinya sungguh sangat berbeda. Waktu
itu, prinsip yang dipegang adalah: menjadi pria jantan. Artinya, seorang pemburu
harus berhadapan langsung dengan hewan liar dan mempertaruhkan nyawanya
sendiri demi daging yang dibutuhkannya untuk hidup. Namun kini berbeda. Berburu
tak lebih daripada aksi pembunuhan yang dilakukan oleh para pengecut dari balik
tempat persembunyian. Selain itu, para pemburu sejati sudah hampir punah. Orang-
orang seperti kalian berdua kini sudah langka. Saya tak yakin kalian punya banyak
uang, tapi kalian memiliki nama yang harum. Itu harus saya akui!”
“Anda sudah tahu nama kami?”
“Saya kira, ya.”
“Dari mana?”
“Wohkadeh sudah menyebutnya tadi ketika saya dan Martin Baumann
bersembunyi di balik semak dan mendengarkan kalian. Sebenarnya kamu tak cocok
19
www.rajaebookgratis.com
dipersiapkan oleh Paguyuban Karl May Indonesia (PKMI)
www.indokarlmay.com
11
Dresden, ibukota negara bagian Saksen.
12
Sungai Elbe, sungai yang mengalir di kota Dresden.
13
Leipzig, kota besar dan modern kedua di Saksen setelah Dresden, merupakan kota penerbitan besar.
14
Wilayah yang pemandangannya sangat indah, hingga tempat itu diberi nama Sächsische Schweiz,
terdiri atas pegunungan batu yang indah.
15
Sonnenstein, nama gunung di Pirna, Sachsen, yang di atasnya berdiri benteng dan puri kuno. Kini lebih
terkenal dengan nama Puri Sonnenstein.
16
Mata uang Jerman kuno, asal kata dollar.
17
Enampuluh enam, nama permainan kartu.
20
www.rajaebookgratis.com
dipersiapkan oleh Paguyuban Karl May Indonesia (PKMI)
www.indokarlmay.com
18
Pensa, nama seorang sastrawan. Mensa, dalam bahasa Latin artinya meja.
19
Pitikku, (bahasa Jawa) ayam saya
21
www.rajaebookgratis.com
dipersiapkan oleh Paguyuban Karl May Indonesia (PKMI)
www.indokarlmay.com
mengakuinya. Ia berkata bahwa ucapan shaya pun belum tentu benar, oleh karena
itu, shaya melakukan hal yang biasha dilakukan oleh pria terhormat. Karena
merasha tershinggung, shaya lempar kepalanya dengan gelash bir. Lalu
berlangsunglah berbagai adegan tanpa ada yang melerai. Hasil pertengkaran itu
adalah shaya menjadi tershangka. Shaya dituduh shebagai pembuat onar dan
merencanakan penyerangan hingga korban terluka. Shebenarnya shaya bisa
menerima hukuman dan pemecatan dengan lapang dada, tetapi tidak menerima jika
harush kehilangan pekerjaan. Menurut shaya, itu terlalu berlebihan dan shaya tak
bisha menerimanya. Ketika shaya sheleshai menjalani hukuman dan pemecatan,
shaya shegera hengkang dari shana. Shetelah membereshkan shemuanya, shaya
shegera merantau ke Amerika. Jadi, shebenarnya hanya karena dosha shi tua
Wrangel hingga shitu bisha bertemu shaya di shini.”
“Kalau begitu, saya berhutang budi kepadanya, karena saya menyukai Anda,”
jawab si Gendut menyakinkan sambil mengangguk ramah kepada Frank.
“Begitu? Benarkah? Nah, diam-diam shaya pun menaruh shimpati kepada
shitu, dan rasha shimpati ini tentu shaja beralashan. Pertama, shitu bukan pria
menyebalkan. Kedua, shaya pun demikian. Dan ketiga, karena keshamaan itu, kita
bisha menjadi shahabat shejati. Di shamping itu, kita pun telah shaling membantu,
jadi sheshungguhnya ikatan pershahabatan shudah terjalin di antara kita. Shitu telah
menyadari bahwa shaya shelalu berhati-hati dalam shetiap kata dan laku, oleh
karena itu, shitu bisha menyimpulkan bahwa shaya orang yang pantash menjadi
shahabat. Orang Shakshen shelalu bershikap mulia. Meshkipun jika sheorang Indian
akan menguliti scalp shaya, pashti shaya akan berkata kepadanya dengan shopan:
‘Shilakan, berushahalah shebaik mungkin! Ini scalp shaya!’ ”
Tiba-tiba Jemmy berkata sambil tertawa:
“Jika begitu, ia pun akan bersikap sopan dengan membiarkan kulit kepala
Anda tetap di tempatnya. Nah, mari kita ganti pokok percakapan. Benarkah
pendamping Anda adalah putra Baumann Si Pemburu Beruang yang termasyhur?”
“Ya. Baumann adalah compagnon saya, dan putranya, Martin, memanggil
saya dengan sebutan paman, meskipun saya anak tunggal dan tak pernah menikah.
Dulu kami berjumpa di St. Louis, ketika demam emas menuntun para digger20 ke
bukit-bukit hitam. Kami berdua menabung sedikit dan memutuskan untuk
mendirikan store di sini, lebih menguntungkan daripada ikut-ikutan menggali emas.
Kami berhasil menjalankan usaha. Saya menangani kedai, dan Baumann berburu
untuk melengkapi persediaan kedai. Namun, beberapa minggu kemudian terbukti
bahwa tempat ini sama sekali tak mengandung emas. Para digger pindah, dan di sini
tinggal kami sendiri dengan persediaan yang tak terjual karena tak ada pembeli.
Namun lambat laun, kami berhasil menjualnya kepada para pemburu yang kebetulan
lewat. Penjualan terakhir terjadi dua minggu lalu. Ketika itu, sekelompok orang
mencari kami, lalu meminta compagnon saya menemani mereka ke Yellowstone.
Mereka adalah tukang-tukang asah. Menurut mereka, di sana mengandung banyak
batu mulia. Baumann bersedia menemani mereka dan meminta upah yang
menggiurkan, lalu menjual banyak bahan peledak kepada mereka serta barang-
barang lain yang dibutuhkan lalu pergi bersama mereka. Kini kami hanya tinggal
bertiga di rumah, yaitu saya, putranya, dan seorang negro tua yang kami bawa dari
St. Louis.”
Selama menceritakan keadaan, dialek yang lazim ia gunakan sama sekali tak
muncul. Jemmy Gendut memperhatikan perubahan ini dengan seksama. Ia
memandang si Kecil dari samping dengan sorot mata menyelidik, lalu bertanya:
“Apa Baumann tahu letak Yellowstone River?”
“Dulu ia pernah naik agak jauh ke shana.”
20
Penambang emas
22
www.rajaebookgratis.com
dipersiapkan oleh Paguyuban Karl May Indonesia (PKMI)
www.indokarlmay.com
23
www.rajaebookgratis.com
dipersiapkan oleh Paguyuban Karl May Indonesia (PKMI)
www.indokarlmay.com
“Itu masalah berbeda. Jika redman teman Massa, ia juga teman Masser Bob.
Massa punya kuda lagi? Pencuri mati dibunuh?”
“Tidak. Para pencuri itu melarikan diri. Buka pagarnya!”
Bob bergegas dengan langkah-langkah panjang dan membuka dua pintu
gerbang berat seolah-olah menarik kertas. Kuda-kuda itu lalu masuk ke kandang
yang dikelilingi pagar.
Di tengah-tengah, berdiri gubuk persegi, tetapi bukan gubuk yang
sungguhnya karena gubuk itu tak terbuat dari kayu-kayu yang saling disatukan.
Bahan yang digunakan adalah bebatuan, tanah liat, dan ranting-ranting semak
belukar. Sirap untuk atap didatangkan dari jauh.
Pintu dibiarkan terbuka. Ketika pria-pria itu masuk, mereka melihat si Indian
sedang duduk di tengah salah satu ruangan yang merupakan bagian dalam gubuk.
Tampaknya ia sama sekali tak peduli di mana kudanya sekarang. Kuda itu masuk
dengan riang bersama kuda-kuda lain.
Martin dan Hobble Frank menyambut kedua orang tamunya dengan ramah
dan saling menepukkan telapak tangan. Kedua orang tamu itu memandang sekeliling
ruangan. Di bagian belakang ruang itu terdapat kedai yang persediannya telah
tinggal sedikit. Beberapa lembar tutup peti yang dipakukan ke tiang-tiang digunakan
sebagai meja. Kursinya juga terbuat dari bahan yang sama. Di sudut, terdapat
tempat tidur yang sangat mewah hingga semua orang yang melihat tempat tidur itu
ingin memilikinya. Tempat tidur itu terbuat dari setumpuk bulu beruang abu-abu
ganas. Beruang abu-abu adalah hewan buas Amerika yang sangat berbahaya. Jika
Grizzly mengangkat kaki depannya, tingginya bisa mencapai dua kaki lebih tinggi
dari pada tubuh laki-laki dewasa yang cukup tinggi. Bagi orang Indian, siapa pun
yang bisa merobohkan beruang ini dianggap telah melakukan tindak kepahlawanan
yang paling hebat. Walaupun senjata orang kulitputih jauh lebih lengkap daripada
orang Indian, mereka lebih suka lari menghindari hewan ini, tak ingin terlibat duel
dengannya.
Berbagai jenis senjata serta penghargaan perang dan berburu tergantung di
dinding, dan pada tiang kayu dekat perapian, tergantung sepotong besar daging
asap.
Hari menjelang senja, dan karena cahaya remang-remang hanya menyusup
melalui sela-sela dinding kedai yang tak berjendela, suasana dalam gubuk itu agak
gelap.
“Massa Bob akan buat api,” kata si Negro.
Ia menyeret seikat kayu semak yang sudah kering dan menyulut perapian
dengan punks21 miliknya. Kayu kering untuk pemantik ini terdiri atas kayu lapuk
kering yang mudah terbakar, dan diambil dari rongga pohon yang sudah membusuk.
Selama menyalakan api, tubuh raksasa si Negro diterangi bara yang
menyilaukan. Ia mengenakan jas yang terlalu besar dan terbuat dari kain kaliko
yang paling murah dan kepalanya tak mengenakan penutup. Tentu saja ada
alasannya. Bob yang baik memang agak sombong. Ia tak mau diperlakukan
layaknya orang Afrika murni. Namun sayang kepalanya masih tetap ditumbuhi
rambut tebal keriting dan pendek, dan karena rambutnya itu ia tak bisa mengelak
dari kenyataan bahwa ia keturunan negro. Namun, ia tetap berusaha meyakinkan
orang bahwa rambutnya tak keriting tetapi lurus. Oleh karena itu, ia selalu melumuri
kepalanya dengan lemak rusa lalu mengepang rambut keritingnya yang pendek
dengan kepang-kepang tipis yang tak terhitung jumlahnya, hingga kepalanya
tampak bagai duri-duri landak yang berdiri ke segala arah. Karena cahaya perapian,
keadaan itu menjadi pemandangan yang menggelikan.
21
Pembuat api yang digunakan di prairie.
24
www.rajaebookgratis.com
dipersiapkan oleh Paguyuban Karl May Indonesia (PKMI)
www.indokarlmay.com
Hingga detik itu, hampir tak ada percakapan. Namun, kini Hobble Frank
berkata kepada si Indian dalam bahasa Inggris,
“Saudaraku kulitmerah berada di rumah kami. Kami menerimanya dengan
senang hati dan ia sebaiknya menyampaikan pesan yang dibawanya sekarang.”
Si Kulitmerah memandang dengan sorot mata menyelidik ke sekelilingnya
lalu menjawab:
“Bagaimana mungkin Wohkadeh berbicara, jika belum diperbolehkan
mencicipi asap perdamaian?”
Martin, putra si Pemburu Beruang, mengambil calumet22 Indian dari dinding
dan menjejalkan tembakau ke kepala calumet. Ketika yang lainnya sudah duduk
dekat si kulitmerah, ia menyulut tembakau, mengisapnya enam kali, lalu
menghembuskan asapnya ke atas, ke bawah, dan ke empat arah mata angin, lalu
berkata:
“Wohkadeh adalah teman kami dan kami adalah saudaranya. Ia akan
mengisap pipa perdamaian bersama kami lalu menyampaikan pesan yang
dibawanya.”
Lalu ia menyerahkan pipa itu kepada si Indian. Wohkadeh menerimanya, lalu
mengisapnya enam kali, kemudian menjawab:
“Wohkadeh belum pernah bertemu mukapucat dan si Negro. Ia telah diutus
kepada mereka dan mereka telah membebaskannya dari tawanan. Musuh mereka
adalah musuhnya juga, dan teman mereka menjadi temannya juga. Haw!”
Ungkapan haw dalam tata-cara Indian lebih kurang bermakna: ya, benar,
pasti. Kata itu digunakan sebagai penguat atau persetujuan, khususnya ketika jeda
atau pada akhir percakapan.
Ia menyerahkan pipa itu kepada yang lainnya. Selama pipa itu berkeliling, ia
kembali duduk dan menanti hingga orang terakhir. Bob pun turut bergabung dalam
ikatan persaudaraan melalui asap tembakau. Ketika memberikan kata sambutan, ia
bersikap layaknya kepala suku tua yang berpengalaman. Demikian pula Martin yang
masih sangat belia pun memperlihatkan kesungguhan. Ia menekankan bahwa ia
adalah tuan rumah yang sesungguhnya untuk mewakili ketidakhadiran ayahnya.
Ketika Bob meletakkan pipa, Wohkadeh melanjutkan ucapannya:
“Apa saudaraku kulitputih mengenal mukapucat yang tinggi dan oleh suku
Sioux disebut Nou-pay-klama (Tangan Yang Menghancurkan)?”
“Maksudmu Old Shatterhand?” jawab Davy Jangkung. “Saya belum pernah
melihatnya, tapi sering mendengar tentangnya. Apa hubungannya dengannya?”
“Ia menyayangi kulitmerah meskipun seorang mukapucat. Ia pencari jejak
yang sangat termasyhur, pelurunya tak pernah meleset, dan merobohkan lawan
yang paling kuat dengan kepalan tangan kosong. Oleh karena itu, ia dijuluki Old
Shatterhand. Ia menjaga darah dan hidup musuhnya, dan hanya melukai untuk
melumpuhkan musuhnya. Selain itu, ia hanya akan membunuh jika jiwanya benar-
benar terancam. Beberapa musim gugur lalu, ia berburu di Yellowstone. Ia adalah
mukapucat pertama yang memasuki wilayah itu. Ketika itu, ia diserang suku Sioux-
Ogallalla, lalu bertempur dengan mereka, satu melawan banyak orang. Ia berdiri di
atas sebongkah karang. Mereka tak bisa menembaknya, namun ia tak membalas
tembakan mereka karena ia menganggap semua manusia bersaudara. Dua hari dua
malam mereka mengepungnya. Kemudian ia maju dan mengusulkan untuk
bertempur dengan tiga orang di antara mereka. Mereka diperbolehkan membawa
Tomahawk, sementara ia tak bersenjata. Ia berhasil merobohkan ketiga-tiganya
dengan tinjunya, meskipun mereka adalah Oihtka-petay (Bison Pemberani), kepala
suku yang tak pernah terkalahkan, dan Schi-tscha-pah-tah (Api Jahat), pria terkuat
dari sukunya. Lalu terdengar raungan duka cita di gunung-gunung dan tangisan di
22
Calumet, pipa orang Indian, biasa disebut sebagai pipa perdamaian.
25
www.rajaebookgratis.com
dipersiapkan oleh Paguyuban Karl May Indonesia (PKMI)
www.indokarlmay.com
wigwam-wigwam suku Ogallalla. Tangisan itu sampai kini masih belum berhenti, dan
akan didengarkan lagi pada setiap peringatan hari penguburan ketiga orang prajurit
itu. Kini Shakoh (masa tujuh tahun) sudah lewat dan para prajurit pemberani dari
suku itu sudah berangkat ke Yellowstone untuk menyanyikan kidung kematian di
kubur ketiga orang prajurit yang gugur. Kulitputih yang berpapasan dengan
rombongan itu pasti binasa. Ia akan diikat di tiang kematian di atas makam orang
yang dibunuh Shatterhand dan mati disiksa perlahan-lahan, agar jiwanya menjadi
pelayan arwah ketiga orang prajurit yang pergi ke padang perburuan abadi.”
Ia berhenti sejenak. Martin melompat dari duduknya dan berseru:
“Bob, segera pasang pelana-pelana kuda! Frank, kemasi amunisi dan
perbekalan, sementara saya akan melumasi semua senapan dan mengasah pisau!”
“Mengapa?” tanya si Kecil yang berasal dari Saksen itu terkejut.
“Apakah kamu tak memahami kabar yang dibawa Wohkadeh? Ayah saya
ditangkap oleh suku Sioux Ogallalla dan akan dibantai secara mengerikan di tiang
siksaan. Kita harus menolongnya. Paling lambat satu jam lagi kita harus segera
berangkat ke Yellowstone!”
“Ya ampun!” seru Frank terlonjak kaget. “Jika kulitmerah memang
melakukannya, mereka akan mengalami sesuatu yang buruk!”
Si Negro pun bangkit, mengemasi tiang yang tadi dibawanya, lalu berkata:
“Masser Bob ikut! Masser Bob akan binasakan semua anjing merah Ogallalla!”
Ketika itu, si Indian mengangkat tangan dan berkata:
“Apa saudaraku kulitputih sama seperti nyamuk yang beterbangan marah jika
mereka terusik? Atau mereka ksatria yang menyadari bahwa perlu musyawarah
sebelum mulai bertindak? Wohkadeh belum menceritakan seluruhnya.”
“Ceritakan seluruhnya, apa ayah saya dalam bahaya?” kata Martin mendesak.
“Kamu akan mendengarnya.”
“Saya mohon, katakan segera, cepat!” seru si pemuda dengan geram.
Jemmy Gendut segera memperingatkan:
“Tenanglah, sobat muda! Jangan tergesa-gesa. Terlebih dulu, biarkan
Wohkadeh bercerita. Setelah itu kita bisa berunding, baru bertindak.”
“Bertindak? Anda juga ikut?”
“Tentu saja. Kita sudah mengisap calumet. Itu artinya kita menjadi teman
dan saudara. Davy Jangkung dan Jemmy Gendut belum pernah membiarkan orang
yang membutuhkan bantuan berjuang sendirian. Kami tak peduli, apa kami berdua
berkuda ke Montana untuk berburu bison atau berkunjung lebih dulu ke Yellowstone
untuk bertempur dengan suku Sioux-Ogallalla. Tetapi semuanya harus direncanakan
matang-matang. Jika tidak, kami sebagai pemburu berpengalaman takkan benar-
benar menikmatinya. Oleh karena itu, duduk dan tenanglah sebagaimana lazimnya.
Sahabat kita kulitmerah benar, kita adalah ksatria. Paham?”
“Memang benar!” kata si Kecil dari Saksen. “Ketegangan takkan
menyelesaikan masalah. Kita harus bijaksana.”
Setelah ketiganya kembali duduk, pemuda Indian itu melanjutkan:
“Wohkadeh dididik oleh suku Sioux-Ponca, suku yang menjadi sahabat
mukapucat. Kemudian ia dipaksa menjadi orang Ogallalla. Namun, ia menantikan
kesempatan untuk meninggalkan suku Ogallalla. Ketika itu, ia harus pergi bersama
para prajurit ke Yellowstone. Waktu mereka menyerang si Pembunuh Beruang dan
para pengiringnya pada malam hari kala tidur, ia ada di sana. Suku Ogallalla harus
berhati-hati selama perjalanan karena di sana, di gunung-gunung, tinggal suku
Shoshone, musuh mereka. Wohkadeh dikirim sebagai pengintai untuk memata-matai
wigwam suku Shoshone namun ia tak melakukannya. Sebaliknya, ia malah tergesa-
gesa pergi ke timur menuju rumah Baumann si Pembunuh Beruang dan
memberitahukan kepada putra dan temannya bahwa Baumann ditawan.”
26
www.rajaebookgratis.com
dipersiapkan oleh Paguyuban Karl May Indonesia (PKMI)
www.indokarlmay.com
“Hebat. Saya takkan melupakannya!” seru Martin. “Tetapi apa ayah saya
tahu?”
“Wohkadeh telah mengatakan kepadanya dan si Pemburu Beruang telah
menunjukkan jalan. Wohkadeh berbicara dengannya secara diam-diam hingga tak
seorang pun dari suku Sioux memperhatikannya.”
“Tetapi mereka akan mengetahuinya jika kamu tak kembali kepada mereka!”
“Tidak. Mereka bahkan akan mengira bahwa Wohkadeh telah dibunuh suku
Shoshone.”
“Apa ayah saya memberikan petunjuk-petunjuk untuk kami?”
“Tidak, Wohkadeh harus menyampaikan kepada kalian bahwa ia dan teman-
temannya ditangkap. Kini saudara mudaku kulitputih mengetahui sendiri apa yang
harus dilakukan.”
“Tentu saja saya tahu! Saya akan segera berangkat untuk
membebaskannya.”
Sekali lagi ia hendak bangkit, namun Jemmy meraih tangannya dan
menahannya.
“Stop, my boy! Apa kamu hendak terbang agar bisa sampai di sana malam
ini? Lalu ditangkap orang-orang Indian dan dipanggang? Tunggulah sejenak, sobat
muda! Jemmy Gendut pasti akan menolongmu. Namun ia tidak mau pergi mengikuti
kata hatimu yang bertindak tanpa perhitungan matang. Kita pun belum mendengar
seluruh penjelasan Wohkadeh. Ia akan menjelaskan di mana ayah Anda disergap.”
Indian itu menjawab:
“Sungai yang disebut orang-orang kulitputih sebagai Powder River itu
terbentuk dari empat anak sungai. Penyergapan berlangsung di sisi sebelah barat
sungai itu.”
“Baiklah! Kalau begitu, penyergapan itu terjadi di seberang Camp Mac Kiney
dan di sebelah utara Murphy’s Ranch. Saya kenal baik wilayah itu. Namun,
bagaimana seorang pemburu beruang termasyhur bisa begitu ceroboh hingga
disergap seperti itu?”
“Si Pemburu tidur, dan laki-laki yang ditugaskan berjaga bukan westman.”
“Kalau begitu, masalahnya sudah jelas. Lalu ke mana suku Ogallalla pergi?”
“Ke gunung yang oleh kulitputih disebut Tanduk Tebal.”
“Jadi ke Big-Horn Mountains. Lalu?”
“Lalu melintasi Kepala Hantu Jahat.”
“Ah, Devils Head!”
“Menuju sungai yang berhulu di sana, lalu melintasi sungai Tanduk Tebal. Di
sana kami memperoleh kabar tentang adanya musuh suku Shoshone. Lalu
Wohkadeh ditugaskan untuk mengintai suku itu. Jadi ia tidak tahu, ke mana suku
Ogallalla melanjutkan perjalanan.”
“Informasi yang disampaikan sudah cukup. Kami bisa menggunakan keahlian
kami untuk menemukan jejak mereka. Kapan penyerangan itu terjadi?”
“Empat hari lalu.”
“Astaga! Kapan pesta kematian agung akan dilangsungkan?”
“Waktu bulan purnama. Pada hari itu, tiga orang akan dibunuh.”
Jemmy merenungkannya, lalu berkata:
“Jika pesta itu dirayakan ketika bulan purnama, kita masih punya cukup
waktu untuk tiba di sana. Bulan purnama masih dua belas hari lagi. Tapi berapa
banyak kekuatan prajurit Ogallalla?”
“Ketika saya meninggalkan mereka, mereka berjumlah lima kali sepuluh di
tambah enam.”
“Jadi jumlah mereka limapuluh enam orang prajurit. Berapa orang tawanan
mereka?”
“Dengan si Pemburu Beruang, jumlahnya enam orang.”
27
www.rajaebookgratis.com
dipersiapkan oleh Paguyuban Karl May Indonesia (PKMI)
www.indokarlmay.com
“Untuk sementara informasi yang kita peroleh sudah cukup. Kini mari kita
pikirkan apa yang harus kita lakukan. Kita tak perlu berlama-lama berunding. Martin
Baumann, apa yang akan kamu lakukan?”
Pemuda itu bangkit dari duduknya, mengangkat tangan kanan, lalu
menjawab:
“Dengan ini saya bersumpah untuk menolong ayah saya atau membalas
kematiannya, meskipun saya harus memburu suku Sioux dan melawan mereka
seorang diri. Lebih baik mati daripada mengingkari sumpah saya.”
“Tidak, kamu tak boleh berangkat seorang diri,” kata Frank si Kecil. “Tentu
saja saya akan menemanimu dan takkan membiarkanmu seorang diri.”
“Dan Masser Bob juga ikut,” kata si Negro, “bebaskan Massa Baumann tua
dan pukul mati Sioux Ogallalla. Mereka semua harus ke neraka!”
Sambil berkata begitu, ia memasang wajah garang dan menggeretukkan
giginya begitu keras untuk menakut-nakuti.
“Dan saya pun ikut!” seru Jemmy Gendut. “Saya akan senang bisa merebut
tawanan dari tangan kulitmerah. Dan kamu, Davy?”
“Jangan bodoh!” jawab si Jangkung tenang. “Apakah kamu sangka, saya akan
diam di sini sambil menambal sepatu atau menggiling kopi, sementara kalian
bersenang-senang di sana? Saya rasa, kamu cukup kenal dengan teman minummu
ini!”
“Baiklah, beruang tua. Akhirnya kita kembali menghadapi sesuatu yang
sungguh-sungguh. Hanya menembak binatang lambat laun membosankan. Tetapi
Wohkadeh, apa yang akan dilakukan oleh saudaraku kulitmerah?”
Indian itu menjawab:
“Wohkadeh adalah orang suku Mandan, ia pernah diangkat anak oleh suku
Ponca-Sioux namun tak pernah menjadi suku Ogallalla. Seandainya saudaranya
kulitputih memberinya senapan serta mesiu dan peluru, dia akan menemani
saudaranya kulitputih dan mati bersamanya atau mengalahkan musuh-musuhnya.”
“Anak pemberani!” ujar si Kecil dari Saksen mengutarakan pendapatnya.
“Kamu memang layak diberi senapan serta peluru dan mesiunya, bahkan seekor
kuda, karena kami memiliki empat ekor kuda. Artinya, seekor kuda kami masih
belum ada penunggangnya. Kudamu sudah letih dan bisa berlari di sampingmu
tanpa perlu ditunggangi sampai segar kembali. Ngomong-ngomong, kapan kita akan
berangkat, teman-teman?”
“Tentu saja secepatnya!” jawab Martin.
“Kita memang tak boleh membuang-buang waktu,” kata si Gendut; “Tetapi
kita pun tak boleh terburu-buru. Kita akan melalui wilayah gersang yang tandus dan
harus membawa perbekalan yang cukup. Tentu saja, kita pun harus membawa
banyak amunisi dan menyiapkan perjalanan ini secara matang agar tak ada yang
terlewat atau terlupakan. Kita yang kini berdiri di sini hanya enam orang namun
harus melawan limapuluh enam orang prajurit Ogallalla. Tugas kita ini sangat berat.
Kita pun tak tahu, apakah kesembilan orang pencuri kuda yang hari ini kita ikuti
akan merencanakan sesuatu yang buruk terhadap kita. Kita harus memastikan apa
mereka telah atau baru akan meninggalkan wilayah ini. Lalu bagaimana dengan
rumah ini? Kalian akan meninggalkannya tanpa penjagaan?”
“Ya,” jawab Martin.
“Kalau begitu, mungkin saja rumah ini sudah dibakar atau paling tidak,
dijarah ketika Anda kembali.”
“Supaya tak dijarah, kami bisa mengatasinya.”
Pemuda itu mengambil cangkul dan menggali tanah liat padat berbentuk
persegi. Ini menunjukkan bahwa di tempat itu terdapat perangkap yang sudah
ditutupi tanah liat, hingga tak terlihat. Di bawah perangkap itu terdapat lubang yang
sangat dalam dan bisa menyembunyikan segala macam barang, meskipun sangat
28
www.rajaebookgratis.com
dipersiapkan oleh Paguyuban Karl May Indonesia (PKMI)
www.indokarlmay.com
besar dan berat. Lalu tanah liat itu dipadatkan kembali di muka pintu yang terkunci,
hingga tempat persembunyian itu takkan diketahui orang lain. Bahkan, seandainya
gedung ini dibakar, tanah liat itu diharapkan bisa melindungi benda-benda yang ada
di dalamnya dari kehancuran.
Kini mereka mulai berkemas-kemas. Barang-barang yang tak diperlukan
dalam perjalanan dimasukkan ke dalam lubang itu. Begitu pula dengan kulit-kulit
beruang. Ada selembar kulit beruang yang cukup besar dan bagus. Ketika Jemmy
mengamatinya sambil terkagum-kagum, Martin merebut kulit itu dari tangannya lalu
melemparkannya ke dalam lubang.
“Pergi sana!” katanya. “Jika melihat kulit ini, saya selalu teringat masa-masa
mengerikan dalam hidup.”
“Kedengarannya seolah-olah kamu telah hidup yang sangat lama atau
mengalami berbagai peristiwa mengerikan, anakku.”
“Mungkin saya telah mengalami lebih banyak peristiwa daripada para
pemburu kulit hewan yang sudah tua.”
“Oho! Jangan membual!”
Martin memandang si Gendut dengan kedua matanya yang memancarkan
kegeraman. Lalu ia bertanya,
“Apakah kamu bermaksud mengatakan bahwa anak pemburu beruang tak
punya kesempatan mengalami peristiwa-peristiwa macam itu?”
“Bukan begitu maksud saya.”
“Kalau begitu bisar saya jelaskan. Ketika masih berusia empat tahun, saya
telah berkelahi melawan hewan yang kulitnya yang baru saja Anda kagumi.”
“Anak berusia empat tahun melawan Grizzly yang begitu kuat? Saya tahu
bahwa anak-anak di wilayah barat dididik dengan cara berbeda dengan anak-anak
kota. Mereka yang di kota selalu tinggal bersama orang tua tanpa pernah mengalami
bahaya apa pun. Di wilayah barat, saya sering melihat anak yang mahir
menggunakan rifle layaknya orang dewasa. Sementara di New York, anak seusia itu
baru duduk di kelas satu sekolah dasar. Tapi—hmmm! Dulu, bagaimana kamu
menghadapi beruang itu?”
“Waktu itu kami berada di pegunungan di Colorado. Ibu saya masih hidup dan
saya juga punya adik perempuan berusia tiga tahun. Jadi, setahun lebih muda
daripada saya. Ketika itu, ayah sedang berburu, sementara ibu sedang di luar rumah
membelah kayu untuk perapian, karena musim dingin di gunung terasa membeku.
Saya berada di kamar berdua dengan Luddy, adik saya. Ia duduk di lantai, di antara
pintu dan meja, dan bermain boneka. Boneka itu saya buatkan khusus untuknya dari
potongan kayu. Lalu saya berdiri di atas meja, hendak memotong balok kayu
menggunakan pisau besar untuk membuat huruf M dan L. Balok kayu itu berasal dari
salah satu dinding kayu yang menyembul di ujung bawah atap. Huruf-huruf itu
adalah huruf awal nama depan saya dan Luddy tersayang. Sebagaimana anak
lainnya, saya pun ingin mengabadikan nama kami berdua. Ketika asyik memotong
kayu, saya sama sekali tak memperhatikan jeritan keras ibu saya di luar. Karena
jeritan itu hanya terdengar satu kali, saya tetap melanjutkan pekerjaan dengan
keringat bercucuran. Kemudian saya mendengar bunyi pintu didobrak. Karena saya
menyangka bahwa bunyi itu bunyi kayu yang dijinjing ibu ketika memasuki rumah,
saya tak menoleh sama sekali. Sebaliknya, waktu itu saya berkata: ‘M'a, ini untuk
Luddy dan saya. Nanti kalian pun akan saya buatkan P'a (P'a dan M'a adalah
singkatan untuk Papa dan Mama).’
“Jawaban yang saya dengar adalah geraman yang sangat dalam. Lalu saya
menoleh. Tahukah kalian, Mesch'schurs, ketika itu masih malam namun di luar agak
terang karena salju putih yang berkilauan dan potongan kayu masih menyala di atas
tungku hingga cahayanya menerangi kamar. Yang saya lihat dalam suasana
temaram itu sangat mengerikan. Di hadapan Luddy yang malang, seekor beruang
29
www.rajaebookgratis.com
dipersiapkan oleh Paguyuban Karl May Indonesia (PKMI)
www.indokarlmay.com
abu-abu raksasa berdiri. Karena ketakutan yang luar biasa, anak malang itu tak
mampu bersuara sedikit pun. Bulu beruang itu penuh es dan napasnya menderu.
Dengan pandangan memohon, adik saya yang membisu memegang erat-erat
bonekanya, seolah-olah ingin berkata: ‘ambillah bonekaku, tapi jangan ganggu aku,
beruang jahat!’ Namun grizzly itu tak mengenal belas kasihan. Dengan sekali
hentakan cakar, ia mencampakkan Luddy ke lantai. Kemudian, hanya dengan satu
gigitan, ia melumat kepalanya yang mungil dan llucu serta berambut pirang. Kalian
juga harus tahu, Mesch'schurs, sasaran pertama beruang selalu kepala mangsanya
karena otak adalah santapan yang paling enak untuknya. Bahkan hingga kini pun,
saya masih bisa mendengar bunyi kunyahan dan gemeretak itu—heavens, saya tak
dapat melupakannya, takkan pernah, takkan pernah…!”
Ia berhenti bercerita. Tak seorang pun berniat memecah kesunyian, hingga ia
melanjutkan ceritanya:
“Karena sangat ketakutan, saya pun tak bisa bergerak. Saya ingin berteriak
minta tolong namun tak bisa bersuara sedikit pun. Saya menyaksikan anggota tubuh
adik saya lenyap ditelan hewan ganas itu hingga tak ada lagi yang tersisa kecuali
boneka kayunya. Boneka itu jatuh ke lantai. Saya masih menggenggam pisau
panjang erat-erat. Sebenarnya, saya hendak melompat dari meja melawan beruang
itu, agar bisa menyelamatkan nyawa Luddy, namun saya hanya terpaku karena
terkejut. Kemudian beruang itu berjalan mendekati saya. Kaki depannya diangkat
dan diarahkan ke atas meja. Syukurlah! Karena pada detik itu pula saya kembali
memperoleh kekuatan untuk menggerakkan anggota tubuh. Napasnya yang
menusuk dan menjijikkan menerpa wajah saya. Ketika itulah saya tancapkan pisau
ke sela-sela giginya, lalu saya raih balok kayu dengan kedua tangan dan berayun
naik. Ia ingin meraih saya, oleh karena itu menghancurkan meja. Itulah satu-
satunya kesempatan agas saya bisa selamat. Saya pun berteriak meminta tolong
sekuat tenaga namun sia-sia. Ibu tak juga muncul, walaupun dia pasti mendengar
suara saya karena waktu itu pintu terbuka dan udara dingin menerpa masuk. Tak
lama kemudian, Grizzly bertubuh tinggi itu menegakkan diri agar bisa menjangkau
saya dari balok kayu. Kalian telah melihat kulitnya, oleh karena itu, kalian harus
mempercayai saya bila saya ceritakan bahwa ia bisa meraih saya dengan cakar
depannya. Namun saya masih memegang pisau di tangan. Saya berpegangan erat-
erat dengan tangan kiri, sementara tangan kanan menusuk kaki depannya yang
diulurkan ke arah saya… Tiada kata yang bisa saya gambarkan kepada kalian
tentang pergulatan itu, selain kesengsaraan dan ketakutan saya yang luar biasa!
Saya tak tahu, sudah berapa lama saya mempertahankan diri. Dalam situasi seperti
itu, seperempat jam terasa begitu lama. Namun saya semakin melemah, sementara
ke Gonggongannya terdengar di luar rumah, seolah-olah saya belum pernah
mendengar gonggongan anjing sebelumnya.dua cakar depan beruang itu sudah
banyak tertusuk dan tergores. Ketika beruang itu meraung, terdengar gonggongan
anjing kami yang dibawa ayah. Gonggongannya terdengar di luar rumah, saya belum
pernah mendengar gonggongan anjing seperti ini sebelumnya. Sekonyong-konyong,
anjing itu menyerbu masuk dan memandangi hewan raksasa yang buas itu. Salah
seorang di antara kalian pasti pernah menyaksikan pergulatan antara anjing-anjing
melawan seekor beruang. Namun pergulatan seekor anjing dan seekor Grizzly yang
demikian besar perlu kalian lihat dan dengar juga. Ketika pergulatan itu
berlangsung, majikannya tak ada dan juga tak bisa membantu dengan senjata dan
pisau. Tahukah kalian, bahwa di Amerika anjing yang menjadi buas bisa menganggu
masyarakat? Mereka membinasakan kawanan domba. Di Ohio setiap tahunnya
tercatat sekitar enampuluh ribu domba yang binasa karena hewan tak bertuan yang
rakus ini. Bahkan mencapai setengah juta domba setiap tahunnya di Amerika
Serikat. Anjing-anjing macam ini tersohor karena keberanian mereka yang luar
biasa. Tanpa bantuan, anjing-anjing ini menyerang beruang. Kami memiliki anjing
30
www.rajaebookgratis.com
dipersiapkan oleh Paguyuban Karl May Indonesia (PKMI)
www.indokarlmay.com
yang sudah jinak dan mengenal kami. Tubuhnya buruk, namun ia luar biasa kuat
dan setia kepada kami. Ketika menyerang beruang itu, ia tak melolong tetapi
menggeram layaknya hewan buas. Ia menggigit lehernya agar bisa melumatnya.
Namun beruang itu mengoyak-ngoyaknya dengan cakar yang tajam. Satu menit
kemudian, anjing itu mati…terkoyak menjadi serpihan-serpihan, sementara grizzly
yang marah kini menoleh kembali ke arah saya.”
“Lalu ayah Anda?” tanya Davy yang mendengarkan tegang, sama seperti
yang lainnya. “Di mana ada anjing, pasti majikannya tak jauh.”
“Memang. Tetapi, tak lama kemudian, grizzly itu kembali berada di bawah
balok kayu dan mengulurkan cakarnya ke arah saya. Punggungnya membelakangi
pintu. Ketika itulah ayah saya muncul dengan wajah pucat pasi bagaikan mayat
hidup.
“ ‘Ayah, tolong!’ teriak saya sambil melayangkan pukulan ke arah beruang.
“Ia tak menjawab sepatah kata pun. Ia juga terpana seolah-olah lehernya
diikat tali. Lalu ia mengangkat senapan yang sudah terkokang—ia akan menembak,
namun tak jadi dan kembali menurunkan senapannya. Ia begitu gugup hingga laras
senapan di tangannya bergetar. Senapan itu dibuangnya lalu menghunus pisau
bowie dari ikat pinggangnya dan melompat dari belakang hewan itu. Sambil
memegangi bulunya dengan tangan kiri, ia maju ke sisi si beruang dan menikamkan
pisau panjang hingga gagangnya ke sela-sela rusuknya. Tetapi, dalam sekejap ia
kembali melompat, agar beruang itu tak bisa membalas serangannya. hewan buas
itu berdiri bergeming, terbelalak, lalu mengerang sekeras-kerasnya. Setelah itu,
kedua kaki depannya terangkat ke atas dan roboh. Baru diketahui sesudahnya
bahwa pisau itu menancap tepat di jantungnya.”
“Syukurlah!” ujar Jemmy menarik napas dalam-dalam. “Itulah yang disebut
bantuan dalam keadaan terdesak. Namun, apa yang terjadi pada ibu Anda, Sir
muda?”
“Dia…oh, saya tak pernah melihatnya lagi.”
Ia memalingkan wajah, seolah-olah merasa malu. Lalu tangannya segera
menghapus butiran air mata.
“Tak melihatnya lagi? Mengapa?”
“Ketika ayah menurunkan saya dari balok kayu, ia bertanya tentang Luddy
dengan suara gemetar. Seluruh anggota tubuh saya juga gemetar. Sambil terisak
keras, saya ceritakan kepadanya yang telah terjadi. Belum pernah saya melihat
wajah manusia sebagaimana yang diperlihatkan ayah waktu itu. Wajahnya pucat
pasi bagaikan arca. Ia menjerit keras. Meskipun hanya menjerit sekali, namun sudah
cukup berarti. Semoga saya takkan mendengar jeritan macam itu lagi! Lalu ia pun
terdiam dan duduk di bangku sambil menangkupkan kedua tangan di wajahnya.
Ayah sama sekali tak menjawab pertanyaan saya ketika saya tanya tentang keadaan
ibu. Ia hanya menggelengkan kepala. Namun ketika saya hendak mencarinya, ia
mencengkeram lengan saya hingga saya menjerit kesakitan.
“ ‘Tetaplah di tempat!’ pintanya pada saya. ‘Kamu tak boleh
menyaksikannya!’
“Lalu ia pun duduk kembali di tanah. Ia duduk di sana begitu lama hingga api
padam. Kemudian ia mengunci saya dan mulai melakukan sesuatu di belakang
gubuk. Saya mencoba menyingkirkan lumut yang menutupi dinding kayu, dan
berhasil. Ketika mengintip keluar, saya melihatnya tengah menggali lubang yang
dalam… Sebelum beruang itu masuk ke dalam gubuk, ia telah menyerang dan
mengoyak ibu saya. Saya tak pernah melihat ayah menguburkannya, karena ia
mengejutkan saya ketika mengintip. Kemudian ia mencari cara agar saya tak bisa
lagi mengintip dari celah di dinding.”
“Mengerikan, mengerikan!” kata Jemmy sambil mengusap kedua mata
dengan lengan mantel kulitnya.
31
www.rajaebookgratis.com
dipersiapkan oleh Paguyuban Karl May Indonesia (PKMI)
www.indokarlmay.com
“Ya sungguh mengerikan! Ayah menderita sakit parah begitu lama, hingga
tetangga terdekat mengirimkan seorang laki-laki untuk merawatnya dan mengurus
saya. Namun kemudian, setelah ia sehat kembali, kami meninggalkan daerah itu—
lalu menjadi pemburu beruang. Jika ayah mendengar bahwa terlihat beruang di
suatu tempat, ia takkan merasa tenang hingga menghadiahkan peluru atau tikaman
pisau kepada beruang itu. Dan saya pun kini pemburu beruang juga. Saya
sampaikan pada kalian bahwa saya sendiri pun siap membalas dendam untuk Luddy,
adikku yang malang. Awalnya, hati saya berdegup kencang ketika mengarahkan
senapan ke arah seekor beruang. Namun saya memiliki jimat yang bisa melindungi
saya, hingga merasa tenang menghadapi Grizzly seolah-olah hanya menghadapi
seekor beruang air.”
“Jimat?” tanya Davy. “Bah! Tak ada gunanya! Anak muda, jangan percaya
kepada hal-hal yang tak masuk akal seperti itu. Menurut sepuluh perintah Tuhan
yang pertama, itu adalah dosa!”
“Tidak, karena jimat yang saya miliki berbeda dengan yang Anda maksud.
Lihatlah! Jimat itu tergantung di bawah Alkitab.”
Ia menunjuk dinding. Di sana tampak sejilid Alkitab tua yang diletakkan di
rak kecil. Di bawah Alkitab, tergantung sepotong kayu yang menempel pada pasak.
Kayu itu panjangnya setengah jari dan lebarnya setebal jari. Jelas terlihat bahwa
bagian atas kayu itu menyerupai kepala.
“Hmmm!” gumam Davy. Sebagaimana para Yankee lainnya, ia memegang
teguh kepercayaannya. “Saya merasa khawatir bahwa benda ini adalah berhala.”
“Bukan. Saya bukan orang kafir, saya seorang Kristen yang taat. Anda lihat,
boneka kayu ini yang dulu sengaja saya buat sebagai mainan adik perempuan saya.
Benda kenangan akan kejadian mengerikan itu saya simpan dan selalu tergantung di
leher saya jika saya harus menemani ayah berburu beruang. Jika muncul bahaya
besar, saya segera meraih boneka ini dan beruang itu pun akan saya kalahkan. Anda
boleh mempercayainya!”
Jemmy meletakkan tangan di bahu Martin sambil mengelus-elus, lalu
berkata:
“Martin, kamu pemuda pemberani. Anggaplah saya temanmu, pasti kamu
takkan merasa kecewa. Anda bisa menaruh kepercayaan kepada saya sebesar-
besarnya sebagaimana tubuh saya yang gemuk ini. Akan saya buktikan kepadamu
kelak…”
****
Catatan:
Untuk bisa mengikuti lanjutan cerita, Anda bisa membeli bukunya melalui
http://indokarlmay.com/ns atau http://puspri.com dengan harga diskon.
32