You are on page 1of 16

TUGAS KOASISTENSI PATOLOGI

NEWCASTLE DISEASE PADA AYAM

Disusun oleh:

Dwi Puspa Sukma Viranda


062123143036

PENDIDIKAN PROFESI DOKTER HEWAN GELOMBANG XXXVIII


DIVISI PATOLOGI VETERINER
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena telah
melimpahkankan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga
makalah ini bisa selesai pada waktunya. Saya berharap makalah ini bisa
bermanfaat menambah pengetahuan tentang penyakit Newcastle Disease pada
Ayam.
Seperti kata pepatah tiada gading yang tak retak, saya memahami bahwa
makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga saya sangat mengharapkan
kritik serta saran yang bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya
dengan baik lagi.

Penulis
DAFTAR ISI
COVER...................................................................................................................i
KATA PENGANTAR...........................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................iii
BAB I.....................................................................................................................1
PENDAHULUAN.................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan..........................................................................................2
BAB II....................................................................................................................3
PEMBAHASAN....................................................................................................3
2.1 Etiologi.........................................................................................................3
2.2 Patologi Anatomi..........................................................................................3
2.3 Cara Penularan.............................................................................................5
2.4 Masa Inkubasi Dan Gejala Klinis.................................................................6
2.5 Diagnosis......................................................................................................7
2.6 Diagnosa Banding........................................................................................7
2.7 Vaksinasi......................................................................................................7
BAB III..................................................................................................................9
PENUTUP.............................................................................................................9
3.1 Kesimpulan...................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Salah satu kendala dalam peternakan unggas adalah penanganan penyakit.
Berbagai penyakit unggas setiap saat dapat mengancam dan sangat merugikan
peternak. Salah satu diantaranya adalah Newcastle Disease merupakan salah satu
penyakit unggas yang sangat merugikan peternak dan bersifat endemik di seluruh
Indonesia. Penyakit ND disebabkan oleh galur virulen serotipe avian
paramyxovirus tipe 1 (APMV-1), genus Avulavirus, subfamili Paramyxovirinae,
famili Paramyxoviridae (Alexander and Senne, 2008). Berdasarkan tingkat
virulensinya pada ayam, NDV dibagi menjadi tiga patotipe, yaitu tipe velogenik
(sangat virulen), mesogenik (virulensi rendah) dan lentogenik (kurang virulen)
(Quinn et al., 2002; Pattison et al., 2008). Pada umumnya, NDV virulensi rendah
menyebabkan penyakit subklinis dengan morbiditas rendah, sedangkan isolate
NDV virulen dapat mengakibatkan kematian yang cepat pada unggas (Kapczynski
et al., 2013). Mortalitas maupun morbiditas penyakit ND dapat mencapai 50-
100% akibat infeksi VND strain velogenik terutama pada kelompok ayam yang
peka, 50% pada strain mesogenik dan 30% pada infeksi virus strain lentogenik
(Risa et al., 2014).
Wabah ND umumnya terjadi karena perubahan lingkungan, seperti
kenaikan jumlah populasi yang tidak kebal, perubahan iklim yang menyebabkan
stress, perubahan musim kemarau ke musim hujan atau sebaliknya (musim
pancaroba) dan makanan kurang baik atau sanitasi dan tatalaksana yang kurang
baik (Tjahjati, 2014). Sari (2007), menyatakan bahwa usaha pemeliharaan secara
tradisional dan semi intensif menyebabkan perkembangan dan kesehatan ayam
sulit terkontrol.
Tjahjati (2014), berpendapat bahwa gejala klinis ND tergantung pada
virulensi virus yang menulari, gejala klinis yang ditimbulkan juga bermacam-
macam, mulai dari asymptomatis, gejala pernafasan ringan disertai dengan
gangguan syaraf, atau kombinasi gangguan respirasi, syaraf dan digesti.Penularan
ND dapat terjadi dari satu hewan ke hewan lain melalui kontak dengan hewan
yang sakit dan bangkai penderita. Penularan dari satu tempat ketempat lain dapat
terjadi melalui pengangkutan, pekerja kandang, debu, angin, serangga dan
makanan yang tercemar (OIE, 2012).
Newcastle Disease didiagnosa berdasarkan atas epizootologi, gejala klinis,
patologis, virologis serta peneguhan diagnosa melalui pemeriksaan laboratorium
dangan pemeriksaan serologis yaitu isolasi dan identifikasi (Alexander, 2001; Adi
et al., 2010).

1.2 Rumusan Masalah


1) Apa
2) yang dimaksud dengan penyakit Newcastle Disease pada ayam?
3) Bagaimana patologi anatomi dari penyakit Newcastle Disease pada ayam?
4) Bagaimana cara penularan dari penyakit Newcastle Disease pada ayam?
5) Bagaimana gejala klinis dari penyakit Newcastle Disease pada ayam?
6) Bagaimana Diagnosis yang dapat ditegakkan untuk penyakit Newcastle
Disease pada ayam?
7) Bagaimana diagnosa banding untuk penyakit Newcastle Disease pada
ayam?
8) Bagaimana cara pencegahan dan pengobatan yang dilakukan untuk
penyakit Newcastle Disease pada ayam?

1.3 Tujuan Penulisan


Manfaat dan tujuan pembahasan dalam makalah ini adalah untuk mengetahui
etiologi, patogenesis, langkah diagnosa, pencegahan dan pengobatan penyakit
Newcastle Disease pada ayam.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Etiologi Newcastle Disease
Virus penyebab penyakit diklasifikasikan sebagai superfamily dari
Mononegavirales dalam family Paramyxoviridae, genus Avulavirus (OIE, 2012;
Dortmans, et al, 2011). Family ini tergolong kedalam virus RNA yang memiliki
envelope.Komponen envelope ini merupakan bagian virus yang bersifat infeksius
(Dortmans, et al, 2011). Paramyxovirus berbentuk pleomorfik. Secara umum,
virus ini berbentuk bulat dengan diameter 100-500 nm namun bentukan filament
dapat terlihat dengan panjang 100 nm. Virion terdiri dari susunan helix
nukleokapsid yang berisi asam inti RNA rantai tunggal (ssRNA), dikelilingi
envelope atau membrane tipis yang terdiri dari lipid bilayer, lapisan protein dan
glikoprotein yang berbentuk paku menonjol pada permukaan partikel
(Kapczynski, 2013).

2.2 Patologi Anatomi

Perubahan makroskopis pada saluran pencernaan meliputi hemoragi pada


proventrikulus, duodenum dan seka tonsil (Capua and Terregino, 2011). Bagian
yang mendapat perhatian adalah seka tonsil, dimana terdapat nekrosis apabila
dibuka dan perubahan hiperemi di sebagian besar organ terutama otak. Gejala
klinis pada ayam ditandai dengan penurunan nafsu makan, jengger dan pial sianosis,
pembengkakan di daerah kepala, bersin, batuk, ngorok, dan diare putih kehijauan.
Infeksi virus strain velogenik bersifat fatal, seringkali diikuti dengan angka kematian
yang tinggi. Gejala tersebut sangat bervariasi, diawali dengan konjungtivitis, diare
serta dikuti dengan gejala saraf seperti tremor, tortikolis, atau kelumpuhan pada
leher dan sayap (Hewajuli dan Dharmayanti, 2011). Lesi mikroskopik utama ND
adalah nonpurulen ensefalomyelitis, vaskulitis, nekrosis limfoid (bursa, limpa,
timus dan jaringan limfoid mukosa usus), trakheitis, pneumonia, salfingitis,
nekrosis hati, pankreatitis dan konjungtivitis.(Pudjiatmoko, et al, 2014).
Menurut Tabbu (2000), perubahan makroskopik yang ditemukan biasanya
erat hubungan dengan galur tipe patologik dari virus ND, pada VVND tersifat
oleh adanya nekrosis dan hemoragik pada saluran pencernaan, meliputi
proventrikulus, ventrikulus dan berbagai bagian usus, dimana lesi tersebut dapat
dipakai untuk membedakan VVND dengan NVND. Velogenik viserotropik ND
menimbulkan merah dan bengkak pada konjungtiva, nekrosis multifokal pada
limpa, hemoragi pada mukosa proventrikulus, duodenum, seka tonsil, atrofi bursa
fabricious dan timus (Capua and Terregino, 2011). Pada pemeriksaan
B
histopatologi adanya hiperemi hingga hemoragi, nekrosis parah, infiltrasi limfosit
pada provetrikulus, duodenum dan seka tonsil (Mohammadamin dan Qubih,
2011).

A C

D E F

Gambar 2.1 Makroskopik ayam. (A) Hemorrhagi pada mukosa mata. (B)
Hemorraghi pada Trachea. (C) Ptechiae pada mukosa proventikulus. (D)
Hemorrhagi pada pulmo. (E) Hemorrhagi pada mukosa usus. (F) Ptechiae pada
caecum.
Adanya lesi hemoragic di usus (duodenum) dapat menandakan kejadian
Newcastle disease. Lesi ini sering terjadi terutama pada mukosa proventriculus,
caeca tonsil, usus halus dan usus besar. Lesi ini sangat hemoragic dan Nampak
akibat nekrosis pada dinding usus atau jaringan limfoid seperti caeca tonsil
(Alexander dan Senne. 2011).
Perubahan patologis juga dapat ditemukan di saluran pernapasan dan jika diamati,
lesi tersebut ditendai dengan adanya hemoragi pada trakea, kemacetan pada trakea
yang ditandai dengan terjadinya airsacculitis serta penebalan kantung udara atau
adanya eksudat caseous yang sering diamati berhubung adanya infeksi sekunder
oleh bakteri (Alexander dan Senne. 2011).

2.3 Cara Penularan

Penularan ND umumnya terjadi melalui kontak langsung antara ayam sakit


dan ayam sehat, atau kontak tidak langsung melalui pakan, air minum, udara,
maupun melalui pekerja dan peralatan kandang yang telah tercemar virus. Cara
penularan virus ND dari ayam yang sakit ke ayam yang peka tergantung pada
tempat bereplikasi dari virus tersebut. Ayam yang menunjukkan gejala gangguan
pernafasan akan menyebabkan adanya udara bercampur titik air yang
mengandung virus ND yang berasal dari mukus ayam sakit. Beberapa faktor yang
mempengaruhi patogenisitas virus ND adalah galur virus, rute infeksi, umur
ayam, lingkungan serta status kebal ayam saat terinfeksi virus. Selama sakit, ayam
mengeluarkan virus dengan konsentrasi yang tinggi melalui feses maupun lendir
dari mukosa mata maupun mukosa hidung yang merupakan sumber penularan
(Yunita, 2013).

Penyebaran virus ini sangat cepat, baik dari ayam ke ayam maupun dari
kandang ke kandang. Ayam yang menderita penyakit ini akan akan menghasilkan
telur yang mengandung virus ND, sehingga telur yang mengandung virus tersebut
tidak akan menetas. Dua hari setelah virus menginfeksi ayam, ayam sudah
menjadi sumber penyakit yang siap menebar pada kelompoknya, dan dari kandang
ke kandang lain. Virus ND berada di udara pernafasan, veses, ayam yang
mengalami sakit dan pada karkas ayam yang mati karena ND. Di samping oleh
ayam, penyebaran penyakit dapat melalui burung piaraan atau burung liar yang
ada di sekitar atau masuk ke dalam kandang. Peranan dari berbagai faktor di atas
dalam penularan virus ND tergantung pada berbagai faktor manajemen dan
lingkungan tempat suatu peternakan beroperasi.Keberhasilan penularan virus ND
erat hubungannya dengan kemampuan virus tersebut bertahan dalam bangkai
ayam atau ekskresi dari ayam sakit. Di dalam bangkai ayam yang terinfeksi, virus
ND dapat bertahan selama beberapa minggu pada temperatur rendah atau selama
beberapa tahun jika disimpan pada temperatur beku. Feses dapat mengandung
virus ND dalam jumlah yang banyak, pada temperatur 37 ℃ virus tersebut masih
tetap hidup selama lebih dari satu bulan (Tabbu, 2000).

2.4 Masa Inkubasi Dan Gejala Klinis

Masa Inkubasi sangat bervariasi tergantung pada strain virus, jenis unggas,
status kebal dan adanya infeksi sekunder dengan organisme lain pada saat hewan
terinfeksi. Pada ayam masa inkubasi virus ND velogenik adalah 2 sampai 15 hari
atau rata-rata 6 hari. Ayam tertular virus ND akan mengeluarkan virus lewat
system pernafasan 1-2 hari setelah infeksi (Pudjiatmoko, et al, 2014). Menurut
OIE (2014), Gejala-gejala klinis pada unggas penderita penyakit ND berdasarkan
phatotypenya yaitu:

A. Bentuk Velogenik-viscerotropik : bersifat akut, menimbulkan kematian yang


tinggi, mencapai 80 – 100%. Pada permulaan sakit napsu makan hilang, mencret
yang kadang-kadang disertai darah, lesu, sesak napas, megap-megap, ngorok,
bersin, batuk, paralisis parsial atau komplit, kadang-kadang terlihat gejala
torticalis.

B. Bentuk Velogenik-pneumoencephalitis : gejala pernapasan dan syaraf, seperti


torticalis lebih menonjol terjadi daripada velogenik-viscerotropik. Mortalitas bias
mencapai 60 – 80 %.

C. Bentuk Mesogenik : pada bentuk ini terlihat gejala klinis berupa gejala
respirasi, seperti : batuk, bersin, sesak napas, megap-megap. Pada anak ayam
menyebabkan kematian sampai 10%, sedangkan pada ayam dewasa hanya berupa
penurunan produksi telur dan hambatan pertumbuhan, tidak menimbulkan
kematian.

D. Bentuk Lentogenik : terlihat gejala respirasi ringan saja, tidak terlihat gejala
syaraf. Bentuk ini tidak menimbulkan kematian, baik pada anak ayam maupun
ayam dewasa.
E. Bentuk asymptomatik : pada galur lentogenik juga sering tidak memperlihatkan
gejala klinis.

2.5 Diagnosis

Diagnosis defenitif terhadap ND dapat dilakukan dengan cara isolasi dan


identifikasi virus menggunakan berbagai jenis kultur jaringan. Metode isolasi
virus ND yang paling praktis dan sering digunakan adalah pembiakan di dalam
telur ayam bertunas umur 9-11 hari. Bahan yang dipakai untuk isoalsi virus adalah
trakea atau swab trakea, paru-paru, feses, isi usus ata swab kloaka (Tabbu,2000).

Peranan uji HI sebagai salah satu uji serologis cukup penting, karena
cukup sederhana, murah dan efisien. Hasil uji ini mempunyai korelasi positip
dengan hasil uji tantangan mempergunakan virus ND yang ganas. Dalam uji HI
antibodi menghambat proses hemaglutinasi dengan cara menyelimuti virus. Telah
diketahui pula bahwa immunoglobulin (Ig) yang memegang peran utama dalam
uji HI untuk paramyxovirus adalah Ig G sedangkan Ig M disini tidaklah penting
(Mohhamed et al., 2013; Mahardika et al., 2015).

2.6 Diagnosa Banding

Newcastle Disease sering dikelirukan dengan penyakit lain karena adanya


kemiripan, baik terhadap gejala klinis atau patologi anatomi. Beberapa penyakit
tersebut adalah :

a. Infectious Bronchitis (IB)

b. Infectious Laryngo Tracheitis (ILT)

c. Mycoplasmosis

d. Avian Influenza (AI)

e. Fowl Plaque

f. Infectious Coryza.
2.7 Vaksinasi

Vaksinasi ND dilakukan dengan cara pemberian vaksin aktif atau pun


gabungan antara vaksinaktif dan inaktif.Vaksin Newcastle Desease (ND) inaktif
dibuat dari virus hidup yang masih utuh (virion) yang kemudian diinaktifkan
dengan cara fisis (panas dan penyinaran ultraviolet) dan chemis
(penambahanbahan kimia fenol, chloroform, betapropiolakton, asetilenamin,
merthiolate) (Ernawati dkk, 1989).Virus yang sudah di inaktifkan ini tidak
mempunyai kemampuan untuk mengadakan replikasi di dalamtubuh ayam yang
divaksinasi, tetapi masih mampu merangsang pembentukan kekebalan. Jika
ditambahkan adjuvant pada vaksin inaktif maka akan dapat merangsang
pembentukan antibodi yanglebih tinggi dan tidak menimbulkan stres pada ayam
yang divaksin (Darminto dan Ronohardjo, 1996).

Tindakan vaksinasi merupakan langkah yang tepat sebagai upaya pencegahan


terhadap penyakit ND. Program vaksinasi yang secara umum diterapkan, yaitu (1)
pada infeksi lentogenik ayam pedaging, dicegah dengan pemberian vaksin aerosol
atau tetes mata pada anak ayam umur sehari dengan menggunakan vaksin
Hitchner B1 dan dilanjutkan dengan booster melalui air minum atau secara
aerosol (2) pada infeksi lentogenik ayam pembibit dapat dicegah dengan
pemberian vaksin Hitchner B1 secara aerosol atau tetes mata pada hari ke-10.
Vaksinasi berikutnya dilakukan pada umur 24 hari dan 8 minggu dengan vaksin
Hitchner B1 atau vaksin LaSota dalam air, diikuti dengan pemberian vaksin
emulsi multivalen yang diinaktivasi dengan minyak pada umur 18 – 20 minggu.
Vaksin multivalen ini dapat diberikan lagi pada umur 45 minggu, tergantung
kepada titer antibodi kawanan ayam, resiko terjangkitnya penyakit dan
faktorfaktor lain yang berhubungan dengan pemeliharaan (Darminto dan
Ronohardjo, 1996).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan maka dapat disimpulkan, untuk melihat
perubahan patologi ayam yang terinfeksi Newcastle disease, maka
dilakukannekropsi kemudian pemisahan organ-organ ayam tersebut lalu diamati.
Bagian yang paling menciri jika terjadi infeksi Newcastle disease yakni adanya
hemoragi pada organ-organ berikut :
 Proventrikulus,
 Sebagian besar usus
 Serta dapat pula menyerang hampir seluruh organ pencernaan dan
pernapasan.
DAFTAR PUSTAKA
Aldous, E.W. dan Alexander, D.J. 2001.Detection and differentiation of
Newcastle disease virus (avian paramyxovirus type1).AvianPathol., 30:117–128
Alexander DJ. 2001. Newcastle Disease. The Gordon Memorial
Lecture.Br.Poult.Sci 42 : 117 – 128.Bilal, E. S. A., Elnasri, I.M.,

Alhasan, A.M., Khalifa, K.D., Elhag, J.I., Ahmed, S.O. 2014. Biologycal
Phatotyping of Newcstle disease Viruses in Sudan 2008-2013.Journal of
Veterinary Medicine,volume 2014.

Adi, A.A.A., M. Astawa, N.M. Putra, K.S.A. Hayashi, and Y. Matsumoto.


2010.Isolation and characterization of a pathogenic newcastle disease virus from a
natural case in Indonesia. J. Vet. Med. Sci. 72(3):313-319

Capua, I. dan Terregino, C. 2011.Clinical Traits and Pathology of Newcastle


disease Imfection and Guidelines for Farm Visit and Differential Diagnosa.Issue
No. 36/ May 2011.

Dortmans, J.C.F.M., Koch, G., Rottier, P.J.M., Peeters, B.P. 2011. Virulence of
Newcastle disease virus:what is know so far?. Veterinary Research 2011,42:122..

Fentie, T., Dadi, K., Sahle, M., Cattoli, G. 2014.Effect of Vaccination on


Transmission Characteritics of Highly Virulent Newcastle Disease Virus in
Experimentally Infected Chickens.Avian pathol 2014;43(5):420-6.

Grimes SE. 2002.A Basic Laboratory Manual for the Small-Scale Production dan
Testing of I-2 Newcastle disease Vaccine. Thailand: FAO-APHCA dan RAP
Publication.

Dharmayanti, N.L.P.I. Hewajuli, D.A. dan 2011. Patogenitas Virus Newcastle


Disease pada Ayam.WARTAZOA vol. 21 No. 2 Th. 2011.

Kapczynski, D. 2013. Immune Responses of Poultry to Newcastle disease


Virus.Dec Comp Immunol. 2013 Nov;4(3) ;447-53.

Mohammadamin, O.G. dan Qubih, T.S. 2010. Histopathology of Virulent


Newcastle disease Virus In Immune Broiler Chickens Treated with IMBO®. Iraqi
Journal of Veterinary Sciences, Vol. 25, No. 1, 2011 (9- 13).
OIE. 2012. Manual of Diagnostic Tests andVaccines for Terrestrial Animals2010.
www.oie.int.

Pudjiatmoko., Syibli, M., Nurtanto, S., Lubis, N., Syafrison., Yulianti, S., Kartika,
D., Yohana, C.K., Setianingsi, E., Hurhidayah., Efendi., Saudah., Tjahajati, I.,
Gunantti., Suwarno., Sutisna, A., Suhardono., Widjajanti, S., Budiantono.,
Purwanti, U., Polrianto, D., Lestariningsi, A., Purnomo, S., 2014. Manual
Penyakit Unggas. Direktorat Kesehatan Hewan. Direktorat Jenderal Peternakan
dan Kesehatan Hewan. Kementerian Pertanian.

Sari, P.M. 2007.Evaluasi Penggunaan Bubuk Bawang (Allium sarivum) terhadap


Kandungan Lemak Darah Ayam Kampung Yang Diinfeksi Cacing Ascaridia galli
[Skripsi]. Program Studi Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan
Institut pertanian Bogor, Bogor.
Soeharsono. 2005. Zoonosis Penyakit Menular dari Hewan Ke Manusia.
Yogyakarta : Kaninus.

Steneroden, K. 2004. Newcstle disease. IowaUSA: Center Food Security and


Public Health. Iowa State University

Saif, Y.M., 2003. Disease of Poultry. 11 thed. Iowa State University Press, USA

Tabbu, C.R.2000.Penyakit Ayam dan Penanggulangannya: Penyakit Bakterial,


Mikal, dan Viral. Kanisius, Yogyakarta.

Tarmudji.2005. Penyakit Pernafasan pada Ayam, Ditinjau dari Aspek Klinik dan
Patologik Serta Kejadiannya Di Indonesia. Wartazoa Vol. 15 No. 2

Yuniati, Gusti Ayu. 2013. Buletin Veteriner Udayana : Penentuan Kandungan


Virus Vaksin Newcastle disease Dari Dua Poultry Shops Yang Berbeda Pada
Kultur Sel Primer Fibroblast Embrio Ayam.

You might also like