Professional Documents
Culture Documents
Makalah Patologi Newcastle Disease
Makalah Patologi Newcastle Disease
Disusun oleh:
Penulis
DAFTAR ISI
COVER...................................................................................................................i
KATA PENGANTAR...........................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................iii
BAB I.....................................................................................................................1
PENDAHULUAN.................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan..........................................................................................2
BAB II....................................................................................................................3
PEMBAHASAN....................................................................................................3
2.1 Etiologi.........................................................................................................3
2.2 Patologi Anatomi..........................................................................................3
2.3 Cara Penularan.............................................................................................5
2.4 Masa Inkubasi Dan Gejala Klinis.................................................................6
2.5 Diagnosis......................................................................................................7
2.6 Diagnosa Banding........................................................................................7
2.7 Vaksinasi......................................................................................................7
BAB III..................................................................................................................9
PENUTUP.............................................................................................................9
3.1 Kesimpulan...................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A C
D E F
Gambar 2.1 Makroskopik ayam. (A) Hemorrhagi pada mukosa mata. (B)
Hemorraghi pada Trachea. (C) Ptechiae pada mukosa proventikulus. (D)
Hemorrhagi pada pulmo. (E) Hemorrhagi pada mukosa usus. (F) Ptechiae pada
caecum.
Adanya lesi hemoragic di usus (duodenum) dapat menandakan kejadian
Newcastle disease. Lesi ini sering terjadi terutama pada mukosa proventriculus,
caeca tonsil, usus halus dan usus besar. Lesi ini sangat hemoragic dan Nampak
akibat nekrosis pada dinding usus atau jaringan limfoid seperti caeca tonsil
(Alexander dan Senne. 2011).
Perubahan patologis juga dapat ditemukan di saluran pernapasan dan jika diamati,
lesi tersebut ditendai dengan adanya hemoragi pada trakea, kemacetan pada trakea
yang ditandai dengan terjadinya airsacculitis serta penebalan kantung udara atau
adanya eksudat caseous yang sering diamati berhubung adanya infeksi sekunder
oleh bakteri (Alexander dan Senne. 2011).
Penyebaran virus ini sangat cepat, baik dari ayam ke ayam maupun dari
kandang ke kandang. Ayam yang menderita penyakit ini akan akan menghasilkan
telur yang mengandung virus ND, sehingga telur yang mengandung virus tersebut
tidak akan menetas. Dua hari setelah virus menginfeksi ayam, ayam sudah
menjadi sumber penyakit yang siap menebar pada kelompoknya, dan dari kandang
ke kandang lain. Virus ND berada di udara pernafasan, veses, ayam yang
mengalami sakit dan pada karkas ayam yang mati karena ND. Di samping oleh
ayam, penyebaran penyakit dapat melalui burung piaraan atau burung liar yang
ada di sekitar atau masuk ke dalam kandang. Peranan dari berbagai faktor di atas
dalam penularan virus ND tergantung pada berbagai faktor manajemen dan
lingkungan tempat suatu peternakan beroperasi.Keberhasilan penularan virus ND
erat hubungannya dengan kemampuan virus tersebut bertahan dalam bangkai
ayam atau ekskresi dari ayam sakit. Di dalam bangkai ayam yang terinfeksi, virus
ND dapat bertahan selama beberapa minggu pada temperatur rendah atau selama
beberapa tahun jika disimpan pada temperatur beku. Feses dapat mengandung
virus ND dalam jumlah yang banyak, pada temperatur 37 ℃ virus tersebut masih
tetap hidup selama lebih dari satu bulan (Tabbu, 2000).
Masa Inkubasi sangat bervariasi tergantung pada strain virus, jenis unggas,
status kebal dan adanya infeksi sekunder dengan organisme lain pada saat hewan
terinfeksi. Pada ayam masa inkubasi virus ND velogenik adalah 2 sampai 15 hari
atau rata-rata 6 hari. Ayam tertular virus ND akan mengeluarkan virus lewat
system pernafasan 1-2 hari setelah infeksi (Pudjiatmoko, et al, 2014). Menurut
OIE (2014), Gejala-gejala klinis pada unggas penderita penyakit ND berdasarkan
phatotypenya yaitu:
C. Bentuk Mesogenik : pada bentuk ini terlihat gejala klinis berupa gejala
respirasi, seperti : batuk, bersin, sesak napas, megap-megap. Pada anak ayam
menyebabkan kematian sampai 10%, sedangkan pada ayam dewasa hanya berupa
penurunan produksi telur dan hambatan pertumbuhan, tidak menimbulkan
kematian.
D. Bentuk Lentogenik : terlihat gejala respirasi ringan saja, tidak terlihat gejala
syaraf. Bentuk ini tidak menimbulkan kematian, baik pada anak ayam maupun
ayam dewasa.
E. Bentuk asymptomatik : pada galur lentogenik juga sering tidak memperlihatkan
gejala klinis.
2.5 Diagnosis
Peranan uji HI sebagai salah satu uji serologis cukup penting, karena
cukup sederhana, murah dan efisien. Hasil uji ini mempunyai korelasi positip
dengan hasil uji tantangan mempergunakan virus ND yang ganas. Dalam uji HI
antibodi menghambat proses hemaglutinasi dengan cara menyelimuti virus. Telah
diketahui pula bahwa immunoglobulin (Ig) yang memegang peran utama dalam
uji HI untuk paramyxovirus adalah Ig G sedangkan Ig M disini tidaklah penting
(Mohhamed et al., 2013; Mahardika et al., 2015).
c. Mycoplasmosis
e. Fowl Plaque
f. Infectious Coryza.
2.7 Vaksinasi
Alhasan, A.M., Khalifa, K.D., Elhag, J.I., Ahmed, S.O. 2014. Biologycal
Phatotyping of Newcstle disease Viruses in Sudan 2008-2013.Journal of
Veterinary Medicine,volume 2014.
Dortmans, J.C.F.M., Koch, G., Rottier, P.J.M., Peeters, B.P. 2011. Virulence of
Newcastle disease virus:what is know so far?. Veterinary Research 2011,42:122..
Grimes SE. 2002.A Basic Laboratory Manual for the Small-Scale Production dan
Testing of I-2 Newcastle disease Vaccine. Thailand: FAO-APHCA dan RAP
Publication.
Pudjiatmoko., Syibli, M., Nurtanto, S., Lubis, N., Syafrison., Yulianti, S., Kartika,
D., Yohana, C.K., Setianingsi, E., Hurhidayah., Efendi., Saudah., Tjahajati, I.,
Gunantti., Suwarno., Sutisna, A., Suhardono., Widjajanti, S., Budiantono.,
Purwanti, U., Polrianto, D., Lestariningsi, A., Purnomo, S., 2014. Manual
Penyakit Unggas. Direktorat Kesehatan Hewan. Direktorat Jenderal Peternakan
dan Kesehatan Hewan. Kementerian Pertanian.
Saif, Y.M., 2003. Disease of Poultry. 11 thed. Iowa State University Press, USA
Tarmudji.2005. Penyakit Pernafasan pada Ayam, Ditinjau dari Aspek Klinik dan
Patologik Serta Kejadiannya Di Indonesia. Wartazoa Vol. 15 No. 2