Professional Documents
Culture Documents
Administrasi Keuangan
Administrasi Keuangan
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proses administrasi itu timbul apabila ada sekelompok manusia hendak
mencapai tujuaannya secara kerja sama. Drs. The Liang Gie mengemukakan
bahwa: “Segenap proses penyelenggaraan dalam setiap usaha kerja sama
sekelompok manusia untuk mencapai tujuan tertentu dapat disebut dengan satu
istilah, yaitu Administrasi”. Proses ini dimulai dari saat penentuan suatu tujuan
dan berakhir pada tercapainya tujuan tersebut.
Dalam kehidupan maju dan modern, bagi manusia secara perseorangan atau
secara bersama-sama dalam sebuah organisasi, yang bermaksud melaksanakan
kegiatan, sudah sangat sulit menemukan sesuatu yang dapat melepaskan diri dari
aspek yang berhubungan dengan keuangan. Semakin besar kegiatan yang ingin
atau akan diwujudkan guna mencapai suatu tujuan tertentu, maka semakin besar
pula dana/uang yang diperlukan. Kenyataan seperti itu di lingkungan suatu
organisasi memerlukan perhatian khusus dan serius dari setiap pimpinan dan
semua personel di lingkungannya.
Masalah yang dihadapi oleh setiap organisasi bukan saja mengenai
penggunaan uang yang berdaya guna dan berhasil guna secara maksimal, tetapi
juga mengenai upaya pengadaan yang biasanya bukanlah persoalan yang mudah.
Pengelolaan keuangan bagi organisasi tersebut, menyentuh kelangsungan hidup
atau merupakan faktor yang menentukan hidup atau matinya, didalam kehidupan
modern yang berisi persaingan yang keras dan ketat. Karena peranan faktor uang
yang sangat penting, maka akan dibahas lebih lanjut mengenai administrasi
keuangan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan administrasi keuangan?
2. Bagaimana cara penyusunan anggaran belanja?
3. Bagaimana proses pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran?
4. Bagaimana cara pemeriksaan keuangan (auditing)?
5. Apa yang dimaksud dengan pembelian dan persediaan?
C. Tujuan
1. Mengetahui dan memahami mengenai administrasi keuangan
2. Mengetahui cara penyusunan anggaran belanja
3. Memahami proses pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran
4. Mengetahui cara pemeriksaan keuangan (auditing)
5. Memahami arti pembelian dan persediaan
BAB II
PEMBAHASAN
Suatu rancangan anggaran belanja yang sehat memiliki lima sifat pokok, yaitu:
a. Bertanggung jawab
b. Bulat
Bertanggung jawab dan bulat, artinya keseluruhan program fiscal harus terkumpul
menjadi satu, diringkaskan, dinilai dan diputuskan disebuah tempat oleh orang
atau badan yang diserahi tugas itu.
c. Fleksibilitas
Keleluasaan memilih yang sewajarnya diantara kebijaksanaan-kebijaksanaan di
dalam menyusun anggaran belanja dan merumuskan kelonggaran administrative
di dalam pelaksanaannya.
d. Dapat Dipercaya
Tingkat dapat dipercaya yang tinggi juga penting, yakni penjelasan tentang
perkiraan-perkiraan anggaran belanja harus cukup diteliti, terperinci dan kuat
untuk menimbulkan penilaian sepatutnya.
e. Terjamin
Adanya jaminan bahwa program fiskal segaimana diundangkan (disetujui oleh
undang-undang) akan dijalankan secara mantap (Dimock, 1992:296)
3. Penetapan anggaran
Pada Negara penetapan anggaran Negara umumnya dilakukan oleh Badan
Legislatif (DPR). Pembuatan usul anggaran umumnya oleh Badan Eksekutif
(Pemerintah dalam arti sempit). Namun DPR diikutsrtakan atau berwenang
menetapkan anggaranl, karena is anggaran itu akan menyangkut kepentingan
rakyat.
Pada perusahaan perseorangan memang tidak terjadi persoalan yang
berwenang menetapkan anggaran. Namun pada perusahaan yang berbentuk PT,
anggaran ditetapan oleh pemegang saham sendiri, atau oleh Dewan Komisaris
(sebagai wakil dari pemegang saham)
Pada koperasi di Indonesia, umumnya penetapan anggaran dilakukan oleh
anggota koperasi sendiri dalam rapat anggota.
Di dalam pemerintahan, apabila usulan anggaran setelah ditetapkan
perperinciannya juga mengikat, selanjutnya disebut penetapan anggaran
terperinci, hal ini memang menguntungkan Badan Legislatif atau DPR; karena
dapat melakuan pengawasan yang efektif dalam rangka menjamin terlaksananya
“public policy” dan mencegah ketekoran atau defisit. Tetapi menimbulkan
kesulitan besar bagi Badan Eksekutif karena sama sekali tidak mempunyai
kelonggaran dalam menyesuaikan pelaksanaan anggaran itu dengan keadaan yang
dihadapi.
Bentuk penetapan anggaran yang paling baik adalah perperincian pada usul
anggaran, tetapi ketetapan anggaran bersifat bulat atau utuh. (Pariata Westra,
1980:30)
4. Pelaksanaan anggaran
Setelah anggaran itu ditetapkan dan apabila telah tiba waktunya tahun
anggaran atu tahun dinas berlaku, maka anggaran itu mulai dilaksanakan.
Pelaksanaan anggaran merupakan tugas Badan Eksekutif. Empat usaha yang
harus dijalankan kepala eksekutif yaitu:
a. Pembentukan sistem penjatahan (Scheduled spending)
Merupakan suatu usaha mengenai pengwasan anggaran yang
mempertimbangkan faktor waktu, ke dalam suatu daftar pembelanjaan yang
teratur dengan mana Kepala Eksekutif dijamin bahwa rencana kerjanya
dijalankan.
b. Pembukuan
c. Laporan yang efektif
Kumpulan data pelaksanaan yang akan digunakan dalam anggaran-anggaran
berikutnya dan bagi tujuan cost control akan tergantung kepada tingkat
keefektifan dari system laporan. Laporan itu bermanfaat antara lain untuk:
1) Memberikan data yang tepat untuk membantu tindakan penyesuaian yang
dipandang perlu dalam penugasan pegawai
2) Memberikan informasi bagi peninjauan kembali pelaksanaan “program kerja”,
bagi penilaian pekerjaan dan praktik-praktik manajemen, dan bagi penganalisaan
status otorisasi, kepegawaian dan lain-lainnya.
d. Prosedur tentang pengawasan kerja dan ongkos (cost and work control)
Peranan dari prosedur ini didasarkan pada alasan-alasan:
1) Pekerjaan atau kerja dan ongkos-ongkos harus dikontrol menurut ketentuannya
2) Hanya dapat dicapai dengan kepemimpinan yang aktif dari kepala-kepala satuan
pelaksana. (Pariata Westra, 1980:37)
Dari anggaran Negara dapat diketahui rencana kerja apa saja yang akan
dibiayai. Kebutuhan yang mengenai material (proyek-proyek)
penyelenggaraannya dapat dilakukan dengan:
a. Jawatan yang bersangkutan menyelenggarakan sendiri atau
b. Jawatan menyerahkan dan menyuruh pihak lain untuk menyelenggarakannya.
2. Tatabuku
Tata buku merupakan pencatatan yang sistematik dari transaksi keuangan
dalam angka uang. Dalam praktik dikenal 3 macam tata buku yaitu:
a. Tatabuku tunggal
b. Tatabuku berpasangan
Tatabuku tunggal dan berpasangan banyak digunakan dalam perusahaan-
perusahaan
c. Tatabuku kameral
Tata buku ini umumnya digunakan oleh pemerintah atau organisasi-organisasi
bukan pemerintah. (Pariata Westra, 1980:53)
5. Pertanggungjawaban bulanan
Setiap bendaharawan berkewajiban menyampaikan Surat
Pertanggungjawaban bulanan pada pihak yang mengeluarkan atau menyediakan
dana. Penyampaian pertanggungjawaban seperti itu dimaksudkan untuk
melaksanakan pengawasan tidak langsung terhadap penggunaan dana atau
keuangan Negara atau daerah. Surat ini juga harus disampaikan setelah kegiatan
selesai dan seluruh dana telah dibayarkan, yang membebaskan bendaharawan
membuat pertanggungjawaban bulanan. (Hadari Nawawi, 1994:169)
6. Kontrol keuangan
Kegiatan kontrol dalam pengelolaan dan penatausahaan keuangan, dapat
dilakukan pada saat kegiatan sedang dilaksanakan atau setelah kegiatan berakhir.
Kontrol atasan langsung atau pimpinan proyek bagi dana pembangunan pada
tahap paling awal harus dilakukan secara terus menerus (berkesinambungan).
Kontrol tersebut dilakukan dengan cara memeriksa pembukuan yang harus ditutup
setiap bulan, dengan cara ikut menandatanganinya. Kontrol ini pada dasarnya
merupakan pelaksanaan pengawasan intern dalam bentuk pengawasan melekat.
Kontrol keuangan juga dapat dilakukan oleh pihak ekstern seperti Badan
Pemeriksa Keuangan dan Badan Pemeriksa Keuangan dan Pembangunan. (Hadari
Nawawi, 1994:170)
A. Kesimpulan
Dari keseluruhan paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa proses
administrasi memerlukan faktor uang, disamping faktor manusia dan faktor
benda, sehingga lahirlah administrasi keuangan. Tujuan dari administrasi
keuangan adalah kegiatan atau aktivitas keuangan yang sah dan efisien. Tiga
langkah utama yang merupakan proses administrasi keuangan adalah
penganggaran (budgeting), akunting (accounting) dan pemeriksaan (auditing).
Semua unsur administrasi keuangan erat terjalin. Membuat anggaran berarti
membuat rencana, menetukan lebih dulu apa yang akan dikerjakan dan bagaimana
mengerjakannya. Dengan adanya anggaran itu terhindarlah pemborosan uang,
terciptalah pedoman penggunaan uang, dengan harapan hasil yang maksimal.
Pembukuan (accounting) adalah perbuatan mencatat semua transaksi keuangan
yang dilakukan oleh suatu organisasi. Pembukuan berfungsi sebagai alat untuk
mencegah penyalahgunaan uang, melengkapi ketatalaksanaan dengan alat-alat
untuk menjalankan pengawasan intern,dan memberikan laporan kepada atasan-
atasannya.
Pemeriksaan keuangan adalah rangkaian perbuatan penelitian atas
penggunan faktor dalam proses administrasi sebagaimana ditetapkan dalam
jumlah anggaran, untuk menjamin penggunaan faktor uang tersebut sah dan
efisien. Pemeriksaan keuangan dibedakan menjadi dua, yaitu pre audit dan post
audit. Pembelian atau usaha memperoleh adalah bagian yang luas dari fungsi
persediaan dan juga menimbulkan masalah kebijaksanaan yang penting.
B. Saran
Dengan perkembangan organisasi yang semakin pesat, diharapkan adanya
penatausahaan yang baik dan benar dalam pengelolaan keuangan organisasi,
sehingga tidak akan timbul berbagai masalah yang berdampak mempersulit proses
pengendalian kerja sama untuk mencapai tujuannya. Masalah-masalah akan
muncul dan berkembang di dalam organisasi, karena keuangan merupakan fakor
yang sensitive, bila pengelolaannya cenderung merugikan organisasi.
Daftar Pustaka
Pariata westra. (1980). Aneka Sari Ilmu Administrasi. Yogyakarta: Balai Pembina
Administrasi Akademi Administrasi.
Dimock. (1994). Administrasi Negara. Jakarta: Rineka Cipta.
Hadari Nawawi, Martini Hadari. (1992). Ilmu Administrasi. Jakarta: Ghalia Indonesia.