You are on page 1of 11

STIBETH INFEKSI RONGGA MULUT

09 Feb

STIBETH INFEKSI RONGGA MULUT

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Oral hygiene merupakan tindakan untuk membersihkan dan menyegarkan mulut, gigi dan
gusi.Penyakit gigi dan mulut akan sangat berpengaruh pada derajat kesehatan, proses
tumbuh kembang, bahkan masa depan anak. Anak-anak rawan kekurangan gizi, rasa sakit
pada gigi dan mulut jelas menurunkan selera makan mereka. Dampak lainnya, kemampuan
belajar mereka akan menurun sehingga jelas akan berpengaruh pada prestasi belajar hingga
hilangnya masa depan anak . Kebersihan mulut mempunyai peran penting di bidang
kesehatan gigi, karena kebersihan mulut yang buruk dapat mengakibatkan timbulnya
berbagai penyakit baik lokal maupun sistemik.Kondisi kesehatan gigi dan mulut di Indonesia
masih sangat memprihatinkan sehingga perlu mendapatkan perhatian serius dari tenaga
kesehatan. Hal ini terlihat bahwa penyakit gigi dan mulut masih diderita oleh 90% penduduk
Indonesia.Berdasarkan laporan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) DepKes RI 2001,
diantara penyakit yang dikeluhkan dan yang tidak dikeluhkan, prevalensi penyakit gigidan
mulut adalah tertinggi meliputi 60% penduduk.Karies gigi dan penyakit periodontal
merupakan penyakit yang paling banyak dijumpai di rongga mulutsehingga merupakan
masalah utama kesehatan gigi dan mulut. Karies gigi danpenyakit periodontal dapat
dicegah melalui penerapan kebiasaan memeliharakesehatan gigi dan mulut pada anak sejak
dini dan secara kontiniu. Di Indonesia sebanyak 89% anak di bawah 12 tahun menderita
penyakit gigidan mulut. Penyakit gigi dan mulut, akan sangat berpengaruh pada derajat
kesehatan,proses tumbuh kembang bahkan masa depan anak. Anak-anak rawan
kekurangangizi. Rasa sakit pada gigi dan mulut jelas menurunkan selera makan mereka.
Dampak lainnya, kemampuan belajar mereka pun turun sehingga jelas akan berpengaruh
padaprestasi belajar hingga hilangnya masa depan anak. Karies gigi dan radang gusi
(gingivitis) merupakan penyakit gigi dan jaringanpendukung gigi yang banyak dijumpai pada
anak-anak sekolah dasar di Indonesia, serta cenderung meningkat setiap dasawarsa.
Penelitian yang dilakukan Essie Octiarapada 67 orang anak di Panti Pungai Binjai
menunjukkan bahwa prevalensi karies gigitetap anak umur 6-14 tahun adalah 64,59%. Hasil
NOHS (National Oral Health Survey) tahun 2006 di Pilipina,menunjukkan anak SD pada
umur 6 tahun mengalami karies sebesar 97,1% dan padaumur 12 tahun sebesar 78,4%. Selain
itu, hal yang lebih membahayakan lagiditemukan hampir 50% anak menderita infeksi
dentogenic dengan karakteristik adanya karies yang sudah mencapai ke pulpa, ulserasi, fistula
dan abses (PUFA) yangdisertai nyeri yang menyebabkan keadaan yang lebih ekstrem
lagi yaituketidaknyamanan dan bahkan mengurangi kapasitas belajar pada anak. Apabila
tidak segera dilakukan upaya pencegahan, dengan meningkatnya umur, kerusakan gigi
danjaringan pendukungnya akan menjadi lebih berat, bahkan dapat
mengakibatkanterlepasnya gigi pada usia muda, sehingga diperlukan biaya perawatan gigi
yang semakin mahal. Dari hasil beberapa penelitian ternyata masalah mengenai gigi dan
mulut tidak hanya ter jadi di Negara Indoseia saja tetapi terjadi pula di Negara lain seperti di
Philipina. Untuk menanggulangi masalah kesehatan gigi dan mulut tersebut dibutuhkan
perhatian dan penangananyang serius dari tenaga kesehatan, baik dokter gigi dan perawat gigi
terutama penyakit gigi dan mulut yang ditujukan kepada murid sekolah melalui suatu
program kesehatan yang terencana dan terpadu di sekolah dasar. Salah satu tindakan yang
diperlukan untuk menjaga agar mulut terhindar dari infeksi, serta untuk membersihkan mulut
dari kuman dan menyegarkan mulut adalah dengan Oral hygiene.1

1.2. Rumusan Masalah

Adakah hubungan antara pelaksanaan tindakan Oral Hygiene dengan terjadinya infeksi
rongga mulut pada siswa di SD.

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Utuk mengetahui hubungan antara pelaksanaan oral hygiene dengan terjadinya infeksi rongga
mulut pada siswa di SD

1.3.2. Tujuan Khusus

1.3.2.1. Mengidentifikasi pelaksanaan oral hygiene pada siswa SD

1.3.2.2. Mengidentifikasi kejadian infeksi rongga mulut pada siswa SD..

1.3.2.3. Menganalisa hubungan antara pelaksanaan tindakan oral hygiene dengan kejadian
infeksi rongga mulut pada siswa SD.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat untuk siswa:

1.4.1.1 Mendapatkan informasi mengenai oral hygiene dan infeksi rongga mulut pada
siswa SD N 1 Kunduran sehingga dapat sebagai bahan masukan untuk memotivasi anak
dalam menjaga kesehatan gigi dan mulutnya.

1.4.2 Manfaat kebutuhan klinis :

1.4.2.1 Diketahuinya informasi mengenai keadaan oral hygiene dan infeksi rongga mulut
pada siswa SD N 1 Kunduran sehingga dapat memberikan kebutuhan klinis yang tepat pada
anak.

1.4.2.2 Sebagai bagian dari upaya untuk meningkatkan program pencegahan dalam hal
kesehatan gigi dan mulut di SD N 1 Kunduran

1.4.3 Manfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan :

1.4.3.1 Hasil penelitian dapat digunakan sebagai dasar bagi program pemerintah maupun
swasta dalam hal pencegahan kesehatan gigi dan mulut anak.
BAB 2

TINJAUAN
PUSTAKA

2.1. Rongga Mulut

2.1.1 Definisi

Rongga mulut adalah bagian teratas dari saluran pencernaan.Bagian utama dari rongga mulut
adalah bibir, lidah, mukosa, gusi,tulang rahang, gigi geligi dan faring. Setiap bagian dari
rongga mulut. Rongga mulut terbentang mulai dari permukaan dalam gigi sampai orofaring.
Atap mulut dibentuk oleh palatum durum dan mole. Bagian posterior palatum mole berakhir
dengan uvula. Ludah membentuk dasar mulut. Pada bagian posterior dari rongga mulut
terletak tonsil diantara kolumna anterioir dan posterior. Rongga mulut merupakan tempat
hidup bakteri aerob dan anaerob yang berjumlah lebih dari 400ribu spesies bakteri. Ratio
antara bakteri aerob dengan anaerob berbanding 10:1 sampai 100:1.Oragisme-organisme ini
merupakan flora normal dalam mulut yang terdapat dalam plak gigi,cairan sulkus ginggiva,
mucus membrane, dorsum lidah, saliva dan mukosa mulut. Infeksi odontogen dapat
menyebar secara perkontinuitatum, hematogen dan limfogen, yang disebabkanantara lain
oleh periodontitis apikalis. yang berasal dari gigi nekrosis, dan periodontitismarginalis.
Infeksi gigi dapat terjadi melalui berbagai jalan: (1) lewat penghantaran yang pathogen yang
berasal dari luar mulut; (2) melalui suatu keseimbangan flora yang endogenus; (3)melalui
masuknya bakteri ke dalam pulpa gigi yang vital dan steril secara normal. (Risya Cilmiaty,
AR, 2009)

2.1.2 Struktur dan fisiologi Rongga Mulut

2.1.2.1 Mukosa bukal adalah membrane mukosa yang berhubungan langsung dengan
ginggiva dan membatasi bagian dalam pipi.

2.1.2.2 Bibir berwarna merah karena mengandung banyak papilla dermal vascular dan
mempunyai epidermis yang tipis. Meningkatkan hemoglobin yang mengalami desaturasi,
sianosis, terlihat sebagai bibir yang biru. .

2.1.2.3 Lidah terletak didasar mulut dan melekat pada tulang hyoid merupakan Organ
utama untuk pengecapan, membantu dalam berbicara, dan memegang peranan penting dalam
mengunyah.

2.1.2.4 Palatum durum adalah suatu struktur tulang bentuk konkaf. Bagian anteriornya
mempunyai lipatan – lipatan yang menonjol. Palatum mole adalah suatu daerah fleksibel
muscular disebalah posterior palatum durum. Tepi posterior berakhir pada uvula. Uvula
menutup osofaring selama menelan.

2.1.2.5 Gigi terdiri dari beberapa jarinngan: email, dentis, pulpa, dan semen. Email
melapisi gigi dan merupakan jaringan tubuh yang paling banyak mengalami klasifikasi.
Dentis terdapat dalam pulpa, yang mengandung cabang – cabang nervus trigeminus dan
pembulu darah. Semen melapisi akar gigi dan melekatnya ke tulang.

2.1.3 Abnormalitas pada rongga mulut


2.1.3.1. Abnormalitas bibir

2.1.3.1.1 Seilitis aktinik

2.1.3.1.1.1 Tanda dan gejala

Iritasi bibir yang dihubungkan dengan berkerak,pecah, fisura,

Pertumbuhan berlebihan dari lapisan tandu kepidermis (hiperkeratosis)

2.1.3.1.1.2 Kemungkinan penyebab

Efek kumulatif dari pemajanan dari sinar matahari,lebih sering terjadi pada orang berkulit
kuning dan pada orang yang cenderung terpajan pada sinar matahari seperti petani dapat
menimbulkan kanker sel skuamosaB.

2.1.3.1.2 Herpes simpleks 1 (sariawan dingin atau demam lepuh)

2.1.3.1.2.1 Tanda dan gejala

Gejala dapat melambat setelah 20 hari pemajanan., Vesikel, nyeri tunggal atau kelompok
yang dapatruptur

2.1.3.1.2.2 Kemungkinan penyebab

Virus herpes simpleks – infeksi oportunistik seringterlihat pada pasien yang mengalamai
penekananimun, Dapat terjadi ulang pada menstruasi, demam, ataupemajanan sinar matahari.

2.1.3.1.3 Kankre

2.1.3.1.3.1 Tanda dan gejala

Lesi kemerahan melingkar , yang ulserasi dan menjadi krusta

2.1.3.1.3.2 Kemungkinan penyebab

Lesi primer dari sífilis, Menular

2.1.3.1.4 Dermatitis kontak

2.1.3.1.4.1 Tanda dan gejala

Area kemerahan atau ruam, Gatal

2.1.3.1.4.2 Kemungkinan penyebab

Reaksi alergi pada lipstik, salep kosmetik ataubahkan pasta gigi.11

2.1.4.1 Abnormalitas mulut


2.1.4.1.1 Leukoplakia

2.1.4.1.1.1 Tanda dan gejala

Bercak putih, Mungkin hyperkeratosis, Biasanya mukosa bukal, Biasanya tidak nyeri

2.1.4.1.1.2 Kemungkinan penyebab

Kurang dari 2% adalah malignan

2.1.4.1.2 Leukloplakia berambut

2.1.4.1.2.1 Tanda dan gejala

Bercak putih dengan proyeksi seperti rambut kasar, Secara khas ditemukan pada batas lateral
lidah.

2.1.4.1.2.2 Kemungkinan penyebab

Kemungkinan virus, merokok dan pengguna tembakau, Sering terlihat pada orang dengan
HIV positif

2.1.4.1.3 Tumbuhan lumut

2.1.4.1.3.1 Tanda dan gejala

Papula putih pada interaksi dari jaringan jalinanlesi, Biasanya ulserasi dan nyeri

2.1.4.1.3.2 Kemungkinan penyebab

Kekambuhan umum terjadi dapat menimbulkanmalignan

2.1.4.1.4 Kandidiasis (moniliasis/sariawan)

2.1.4.1.4.1 Tanda dan gejala

Plak putih seperti keju, Seperti dadih putih. Bila diseka meninggalkan eritematosa dan
seringperdarahan

2.1.4.1.4.2 Kemungkinan penyebab

Jamur candida ablicans, Faktor predisposisi mencakup diabetes, terapiantibiotik dan


imunosupresi

2.1.4.1.5 Stomatitis (apthous – sakit sariawan)

2.1.4.1.5.1 Tanda dan gejala


Ulkus dalam dengan bagian tengah putih atau abu-abu dan batas kemerahan, Terlihat pada
bagian dalam bibir, pipi dan lidahMulai dengan ensasi kebakar atau kesemutan danagak
bengka, Nyeri biasanya hilang setelah 7 – 10 hari dansembuh tanpa jaringan parut.

2.1.4.1.5.2 Kemungkinan penyebab

Stres emosi atau mental, Kelelahan, Faktor hormonal, Trauma minor , Dihubungkan dengan
infeksi HIV, Dapat kambuh

2.1.4.1.6 Leukoplakia(bukalis – bercak perokok)

2.1.4.1.6.1 Tanda dan gejala

Mempunyai satu atau dua bercak putih tebal padamembran mukosa lidah atau mulut, Lidah
dan mulut tertutup dengan membran mukosaputih tebal berkrim, Meninggalkan dasar merah
daging

2.1.4.1.6.2 Kemungkinan penyebab

Iritasi kronis oleh karies, Infeksi dan perbaikan gigi yang kurang baik, Tembakau, makanan
sangat berbumbu.

2.1.4.1.7 Kritoplakia

2.1.4.1.7.1 Tanda dan gejala

Bercak kemerahan pada rongga mukosa oral

2.1.4.1.7.2 Kemungkinan penyebab

Inflamasi nonseptik

2.1.4.1.8 Sarkoma Kaposi

2.1.4.1.8.1 Tanda dan gejala

Tampak pertama sekali pada mukosa oral, Sebagai lesi kemerahan, putih atau biru, Mungkin
lesi tunggal atau multiple, Mungkin datar atau menonjol

2.1.4.1.8.2 Kemungkinan penyebab Infeksi HIV

2.1.5.1 Abnormalitas kelenjar saliva

2.1.5.1.1 ParotitisParotitis (inflamasi kelenjar parotis) adalah kondisiinflamasi paling


umum dari kelenjar saliva, namun infeksi dapat juga terjadi pada kelenjar saliva lain. Orang
lemah denganpenurunan aliran saliva karena dehedrasi umum atau obat-obatan berisiko
tinggi terhadap terjadinya peritonitis. Organismepengganggu biasanya Staphylococcus aureus
(kecuali padamumps).
2.1.5.1.2 SialadentisSialadenitis (inflamasi kelenjar saliva) dapat disebabkanoleh
dehidrasi, terapi radiasi, stres, malnutrisi, kalkuli kelenjar saliva (batu), atau higiene oral yang
tidak tepat dandihubungkan dengan infeksi dengan Staphylococcus aureus,Streptococcus
viridansatau pneumokokus. Gejala meliputinyeri, bengkak dan rabas perulen.

2.1.5.1.3 Kalkulus saliva (sialolitiasis) Kalkuli didalam kelenjar saliva tidak


menyebabkan gejalakecuali infeksi, tetapi kalkulus yang menyumbat duktus menyebabkan
nyeri tiba-tiba, local dan sering nyeri kolik, yangtiba-tiba hilang dengan membuang ludah.

2.1.5.1.4 NeoplasmaNeoplasma dari berbagaisetiap tipe dapat berkembang pada kelenjar


saliva. Tumor terjadi lebih sering pada kelenjar parotis. Insiden tumor kelenjar saliva sama
baik pada pria dan wanita. Diagnosis didasarkanpada riwayat dan biop.15

2.1.6.1 Abnormalitas gusi

2.1.6.1.1 Gingivitis

2.1.6.1.1.1 Tanda dan gejala

Gusi nyeri, inflamasi dan bengkak, Biasanya gusi berdarah setelah berespon terhadapkontak
ringan.

2.1.6.1.1.2 Kemungkinan penyebab

Higiene oral buruk, Debris makanan, plak bakterial, dan akumulasi kalkulus (tartar), Gusi
mungkin bengkak dalam respon pubertas dankehamilan.

2.1.6.1.2 Gingivitis nekrotis (penyakit mulut)

2.1.6.1.2.1 Tanda dan gejala.

Ulserasi pseudomembranosa abu-abu putih yang mempengaruhi tepi gusi, mukosa mulut,
tonsil danfaring, Nafas bau, nyeri, gusi berdarah danpembengkakan

2.1.6.1.3 Gingivostomatitis herpetic

2.1.6.1.3.1 Tanda dan gejala

Sensasi terbakar dengan adanya vesikel kecil 24-48 jam kemudian, Vesikel dapat ruptur,
membentuk sariawan, ulkus dalam tertutup dengan membran abu-abu.

2.1.6.1.3.2 Kemungkinan penyebab

Virusherpes simpleks, terjadi pada orang imunosupresi, terjadi pada proses nfeksi lain seperti
pneumoniastreptokokal, meningitis meningokokal dan malaria.

2.1.6.1.4 Periodontis

2.1.6.1.4.1 Tanda dan gejala


Sedikit ketidaknyamanan pada awitan, dapat mengalami perdarahan, infeksi, reseksi gusi,dan
kehilangan gigi.

2.1.6.1.4.2 Kemungkinan penyebab

Dapat diakibatkan gingivitis yang tidak diobati, Hygiene gigi yang tidak adekuat atau buruk
dan ketidakadekuatan diet memperberat kejadian.15

2.2 Konsep Dasar Oral Hygiene

2.2.1 Definisi Oral Hygiene

Oral hygiene atau hygiene mulut merupakan suatu usaha untuk membantu mempertahankan
status kesehatan mulut, gigi, dan gusi. Menggosok membersihkan gigidari partikel – partikel
makanan, plak, dan bakteri; memasase gusi; dan mengurangiketidaknyamanan yang
dihasilkan dari bau dan rasa tidak nyaman.Oral hygiene juga merupakan salah satu masalah
penting dalam rongga mulut. Oral hygiene yang baik menggambarkan keadaan kesehatan
umum yang baik pula, sebaliknya oral hygiene yang buruk menggambarkan kondisi
kesehatan yang buruk. Oral hygiene adalah tindakan pemeliharaan atau menjaga rongga
mulut agar tetap bersih dan sehat untuk mencegah terjadinya karies, penyakit jaringan
periodontal serta bau mulut. Tujuan pemeliharaan oral hygiene adalah untuk menyingkirkan
atau mencegah timbulnya plak gigi dan sisa-sisa makanan yang melekat di gigi.

2.3 Infeksi

2.3.1 Definisi infeksi

Infeksi adalah masuknya organisme kedalam jaringan tubuh dan berkembang biak.
Mikroorganisme seperti itu disebut agen menular. Jika mikroorganisme tidak memproduksi
bukti – bukti klinis infeksinya disebut asymptomatic atau subclinical. (Aptejasumana, 2009)

Infeksi merupakan interaksi antara mikroorganisme dengan penjamu rentang yang terjadi
melalui kode transmisi kuman yang tertentu. Cara transmisi mikroorganisme dapat terjadi
melalui darah, udara baik droplet maupun airbone, dan dengan kontak langsung.(penyakit
infeksi Prof. Dr. Sulianti, 2007)

Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh mikroba pathogen dan bersifat sangan
dinamis. Mikroba sebagai makhluk hidup tentungnya ingin bertahan dengan cara
berkembanmg biak pada suatu reservoir yang ccocok dan mampu mencari reservoir baru
dengan cara berpindah atau menyebar. Penyebaran mikroba pathogen ini tentunya sangat
merugikan bagi orang – orang yang dlam kondisi sehat, dan lebih- lebih bagi orang – orang
dalam keadaan sakit (penderita).(Darmadi, 2008)

2.3.2 Ciri – ciri penyakit infeksi

2.3.2.1 Mempertahankan kelangsungan hidupnya dengan cara berkembang biak.

2.3.2.2 Memerlukan tempat tinggal yang cocok bagi kelangsunagn hidupnya (habitat –
reservoir)
2.3.2.3 Bergerak dan berpindah tempat (dinamis).

2.3.3 Pencegahan penularan penyakit infeksi

Dilakukan dengan cara memutuskan rantai penularannya. Rantai penularan adalah rentetan
proses berpindahnya mikroba pathogen dari sumber penularan (reservoir) ke manusia tanpa
media perantara, untuk mencegah atau mengendalikan penyakit infeksi adalah mengeliminasi
mikroba pathogen yang bersumber pada reservoir serta mengamati mekanisme transmisinya.
Khususnya yang menggunakan media perantara. Sebagai sumber penularan atau reservoir
adalah orang (penderita), hewan, serangga yang sekaligus dapat berfungsi sebagai media
perantara. Contoh lainya adalah sampah limbah, sekreta dari penderita.

2.3.4 patofisiologi infeksi

Reaksi tubuh dapat berupa reaksi lokal dan dapat pula terjadi reaksiumum. Pada infeksi
dengan reaksi umum akan melibatkan syaraf dan metabolik pada saat itu terjadi reaksi ringan
limporetikularisdisuluru tubuh, berupa proliferasi sel fagosit dan sel pembuatantibodi
(limfosit B). Kemudian reaksi lokal yang disebut inflamasiakut, reaksi ini terus berlangsung
selama menjadi prosespengrusakan jaringan oleh trauma. Bila penyebab
pengrusakan jaringan bisa diberantas, maka sisa jaringan yang rusak disebutdebris akan
difagositosis dan dibuang oleh tubuh sampai terjadiresolusi dan kesembuhan. Bila trauma
berlebihan, reksi sel fagositkadang berlebihan sehingga debris yang berlebihan
terkumpuldalam suatu rongga membentuk abses atau bekumpul dijaringantubuh yang lain
membentuk flegman (peradangan yang luasdijaringan ikat).

2.3.5 Infeksi rongga mulut

2.3.5.1 Tanda dan gejala

2.3.5.1.1 Ulserasi

2.3.5.1.2 Merah

2.3.5.1.3 Kering lidah bengkak

2.3.5.1.4 Lidah berselaput

2.3.5.1.5 Bibir berkerak

2.3.5.1.6 Bibir pecah infeksi

(Notoatmodjo, 2005)

2.3.5.2 Patofisiologi infeksi rongga mulut

Suatu toksikan dapat menyebabkan penyakit rongga mulut melalui dua cara. Pertama yaitu
secara langsung. Hal ini dapat terjadi jika toksikah langsung masuk ke dalam rongga mulut,
misalnya melalui makanan yang terkontaminasi dengan toksikan atau secaratidak sengaja
termakan suatu jenis toksikan. Kedua yaitu secara tidak langsung atau disebut juga secara
sistemik. Hal ini terjadidimana toksikan. Melalui kulit atau saluran napas masuk ke dalam
tubuh, diabsorpsi oleh darah, selanjutnya menyebar ke seluruh tubuh termasuklah ke daerah
rongga mulut. Cara pertama akanmenimbulkan gejala-gejala penyakit rongga mulut yang
akut,sedangkan cara kedua akan menimbulkan gejala-gejala kronik. (Anang Satrianto, 2008)

2.3.5.3 Pencegahan yang dapat dilakukan dalam menjaga kesehatan rongga mulut :

2.3.5.3.1 Menjaga Kebersihan Mulut

Kebersihan mulut yang baik diperlukan untuk meminimalisir agen Penyebab penyakit mulut
dan membuang plak gigi. Plak tersebut mengandungbakteri. Kariesdapat dicegah dengan
pembersihan dan pemeriksaan gigi teratur. Salah satu caramenjaga kebersihan mulut yaitu
dengan menyikat gigi secara teratur, kumur-kumur memakai alat semprot dimana sisa
makanan setelah sikat gigi dan pemakaian benanggigi dapat dihilangkan dengan kumur-
kumur yang kuat, yaitu dengan caramenghisap-hisap cairan tersebut di antara gigi dan
mulut dengan gerakan otot-ototbibir lidah dan pipi di mana gigi dalam keadaan tertutup ± 30
detik.

2.3.5.3.2 Pengaturan MakananUntuk

kesehatan gigi, pengaturan konsumsi gula perlu diperhatikan. Gulayang tersisa pada mulut
dapat memproduksi asam oleh bakteri. Pengonsumsianpermen karetdengan xylitol dapat
melindungi gigi. Efek ini mungkin disebabkan ketidakmampuan bakteri memetabolisme
xylitol . Riset terkini menegaskan, kebiasaanmengunyah permen karet dengan pemanis
xylitol sangat efektif mencegah kerusakangigi. Xylitol mampu menghambat pertumbuhan
Streptococcus mutans saat mengubahgula dan karbohidrat lain menjadi asam. Hal ini dapat
dilakukannya mengingat xylitol tidak dapat difermentasikan oleh bakteri tersebut. Oleh
karena itu, pertumbuhanStreptococcus mutans menjadi demikian terhambat.

2.3.5.3.3 Terapi Fluorida

Terapi fluorida dapat menjadi pilihan untuk mencegah karies. Cara ini telah terbukti
menurunkan kasus karies gigi. Fluorida dapat membuat enamel resistenterhadap karies.
Fluorida sering ditambahkan pada pasta gigi dan cairan pembersihmulu.23

DAFTAR PUSTAKA

1. Santoso. O, Retnonengrum. D, Aditya. SR. W. 2009. Hubungan Kebersihan Mulut


dan Gingivitis Ibu Hamil. Jakarta : Media Medika Indonesia.
2. Anita S., Liliwati. Pengaruh frekuensi menyikat gigi terhadap tingkat kebersihan
gigi dan mulut siswa-siswi sekolah dasar negeri di KecamatanPalaran Kotamadya
Samarinda Propinsi Kalimantan Timur .Dentika Dent J2005; 10(1): 22.
3. Situmorang N. Dampak karies gigi dan penyakit periodontal terhadapkualitas
hidup. Pidato pengukuhan jabatan guru besar tetap USU 2005 :3-4
4. Riyanti E. Pengenalan dan perawatan kesehatan gigi anak sejak dini. Seminar
sehari kesehatan psikologi anak,2005
5. Octiara E., Rosnawi Y. Karies gigi, oral higiene dan kebiasaan membersihkan
gigi pada anak-anak panti Karya Pungai di Binjai .DentikaDental J 2001;6(1):18-23.
6. Department of Education Republic of the Philippines. Promoting oral healthin public
elementary schools. DepEd ORDER No.73,19 September 2007.

7. Brunner & Suddarth’s . 2002. Keperawatan Medikal-Bedah Edisi 8, volum 2. Jakarta :


EGC.

You might also like