You are on page 1of 17

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN

Osteoporosis

Disusun Oleh :

Wildan ibnu batutoh (14.401.21.060)

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI KESEHATAN RUSTIDA

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan hidayah
serta karunianya sehingga masih diberi kesempatan untuk bekerja menyelesaikan makalah
kami yang berjudul “Asuhan Keperawatan Klien Dengan Osteoporosis”. Makalah ini
merupakan salah satu tugas mata kuliah keperawatan medikal bedah 2.

Tidak lupa kami ucapkan banyak terimakasih kepada dosen pengajar kami, dan
teman-teman yang telah memberi dukungan dalam menyelesaikan tugas ini. Kami menyadari
bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan baik pada teknis penulisan
maupun materi, mengingat akan kemampuan kami yang masih terbatas. Untuk itu kritik dan
saran dari semua pihak kami harapkan.

Krikilan, 21 September 2023

Penyusun

II
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................................................II
TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................................................1
A. Konsep Penyakit........................................................................................................................1
1. Definisi..................................................................................................................................1
2. Etiologi..................................................................................................................................1
3. Tanda dan Gejala...................................................................................................................2
4. Patofisiologi...........................................................................................................................3
5. Pemeriksaan Penunjang.........................................................................................................5
6. Penatalaksanaan.....................................................................................................................5
B. Konsep Asuhan Keperawatan....................................................................................................6
1. Pengkajian.............................................................................................................................6
2. Diagnosa keperawatan...........................................................................................................8
3. Intervensi.............................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................13

III
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

I. Konsep Penyakit
1.1 Definisi
Ostoporosis merupakan penurunan masa tulang yang disebabkan
ketidakseimbangan resorpsi tulang dan pembentukan tulang. Pada osteoporosis terjadi
peningkatan resorpsi atau penurunan pembentukan tulang. Selain itu, osteoporosis
merupakan suatu penyakit tulang metabolik yang ditandai oleh reduksi kepadatan
tulang sehinga mudah terjadi fraktur.(Asikin, M., dkk, 2016)
Osteoporosis dikenal dengan pengeroposan tulang, yakni terjadi penurunan
tulang total. Menurut konsesus di kopenhagen, Osteoporosis didefinisikan sebagai
suatu penyakit dengan karakteristik masa tulang yang berkurang dengan kerusakan
mikroarsitektur jaringan yang menyebabkan kerapuhan tulang dan resiko fraktur yang
meningkat. (Asri, Yuni., 2016)

2.1 Etiologi
Osteoporosis dapat dipengaruhi oleh 3 faktor utama yaitu:
A. Faktor Penyebab:
Defisiensi Kalsium : Dapat disebabkan oleh, Asupan kalsium dalam makanan yang
tidak adekuat sehingga mudah mempercepat penurunan masa tulang, Penambahan
usia yaitu dengan berkurangnya absorpsi kalsium, Tidak adekuatnya asupan vitamin
C, Penggunaan obat tertentu misalnya kortikosteroid dalam jangka panjang.
Kurangnya latihan teratur : Mobilitas dapat menyebabkan proses menurunnya massa
tulang, sedangkan olahraga yang teratur dapat mencegah penurunan masa tulang.
Tekanan mekanis pada latihan akan membuat otot berkontraksi yang dapat
merangsang formasi tulang.
Perbedaan jenis kelamin: Kekuatan tulang dipengaruhi oleh hormon
reproduksi. Pada perempuan postmenopause, hormon reproduksi dan timbunan
kalsium tulang menurun. Hormon reproduksi yang dimaksud yaitu estrogen. Hal ini
menyebabkan resorpsi tulang yang berlebihan tanpa disertai pembentukan tulang yang
cukup. (Asikin, M., dkk,2016)

1
Faktor-faktor yang mempengaruhi penurunan massa tulang pada usia lanjut sebagai
berikut:

B. Faktor genetik
Perbedaan genetik mempunyai pengaruh terhadap derajat kepadatan tulang. Sejumlah
orang mempunyai tulang yang cukup besar, sedangkan yang lain memiliki tulang
yang kecil.
C. Faktor mekanis
Selain faktor genetik, beban mekanis juga berpengaruh terhadap masa tulang.
Penambahan beban akan mengakibatkan bertambahnya massa tulang, sedangkan
pengurangan beban akan beban mengakibatkan berkurangnya massa tulang.
Faktor makanan dan hormon
a) Kalsium
Kalsium merupakan nutrisi yang sangat penting bagi tulang. Perempuan pada masa
perimenopose dengan asupan kalsium yang rendah dan absorpsinya tidak baik, akan
mengakibattkan keseimbangan kalsium positif.
b) Estrogen
Berkurangnya/hilangnya estrogen dari dalam tubuh akan mengakibatkan terjadinya
gangguan keseimbangan kalsium. Hal ini disebabkan oleh menurunnya efisiensi
absorbsi kalsium dari makanandan juga menurunnya konservasi di ginjal
c) Rokok dan kopi
Merokok dan minumkopi dalam jumlah banyak cenderung akan mengakibatkatkan
penurunan massa tulang, terlebih jika disertai asupan kalsium yang rendah.
d) Alkohol
Alkoholisme merupakan masalah yang sering kali ditemukan pada saat ini. Individu
dengan alkoholisme mempunyai kecenderungan asupan kalsium yang rendah disertai
dengan ekskresi melalui urin yang meningkat.(Asikin, M., dkk,2016)

3.1 Manifestasi klinis


Osteoporosis sering kali baru ditemukan pada orang yang mengalami fraktur.
Jenis fraktur yang berbeda memiliki gejala yang berbeda pada tempat yang berbeda.
Contohnya deformitas vertebra torakalis menyebabkan penurunan tinggi badan dan
juga nyeri dengan atau tanpa fraktur yang nyata. (Asikin,M., dkk, 2016)

2
4.1 Patofisiologi
Dalam keadaan normal, proses resopsi dan proses pembentukan tulang atau
remodeling terjadi terus-menerus dan seimbang. Jika terdapat perubahan dalam
keseimbangan ini, misalnya proses resopsi lebih besar dibandingkan dengan proses
pembentukan, maka akan terjadi penurunan massa tulang. Remodeling tulang normal
pada orang dewasa akan meningkatkan masa tulang sampai sekitar usia 35tahun.
Sementara itu, proses pembentukan secara maksimal akan dicapai usia 30-35tahun
untuk tulang bagian korteks dan lebih dini pada bagian terabekula. Setelah itu, secara
perlahan resopsi tulang akan lebih cepat dibandingkan dengan pembentukan tulang.
Puncak masa tulang akan dipengaruhi oleh faktor genetik, nutrisi, pilihan gaya
hidup(konsumsi kafeindan alkohol)., serta aktivitas fisik. Faktor nutrisi akan
mempengaruhi terjadinya osteoporosis. Pola makan yang mengandung kalsium dan
vitamin d harus mencukupi untuk memepertahankan remodeling tulang dan fungsi
tubuh. Vitamin d tersebut penting untuk proses absorpsi kalsium dan lineralisasi
tulang normal.
Asupan kalsium dan vitamin d yang tidak mencukupi selama bertahun-tahun
akan mempengaruhi masa tulang dan pertumbuhan osteoporosis. Bahan katabolik
androgen dan eksogen juga dapat menyebabka osteoporosis
Keadaan medis menyerta (misalnya sindrom malapropsi intoleransi laktosa,
penyalahgunaan alkohol, gagal ginjal, gagal hati dan gangguan endokrin)
mempengaruhi pertumbuhan osteoporosis.
Obat-obatan (misalnya isoneazin, heparin, tetrasiklin,antasida yang
mengandung almunium, furosemida,antikonfulsan, kortikoseroid, dan suplemen
tiroid) mempengaruhi penggunaan tubuh dan metabolisme kalsium.

Selain itu, imobilitas juga dapat mendukung perkembaga osteoporosis.


Pembentukan tulang dipercepat dengan adanya stres berat badan dan aktivitas otot.
Saat diimobilisasi dengan bidai, pararisis, atau inoktafitas umum tulang akan di
rebsorpsi lebih cepat dari pembentukannya, sehingga akan terjadi osteoporosis.

Pada usia 40-45 tahun, baik perempuan maupun laki-laki aka mengalami penipisan
tulang pada korteks sebesar 0,3-0,5% pertahun dan pada bagian terabekula pada usia
lebih muda. Pada laki-laki seusia perempuan yang minipose akan mengalami

3
penitisan tulang berkisar 20-30% sedangkan pada perempuan sebesar 40-45%.
Penurunan masa tulang lebih cepat pada bagian tubuh misalnya metakarpal, koum
vemoris, corpus vertebra. Bagian tubuh yang seringkali mengalami fraktur yaitu
vertebra, paha bagian proksimal, dan radius bagian distal. (Lukman, MS., dkk, 2013)

Pathway

Normal

Genetik, gaya hidup penurunan pada hormon

Penurunan masa tulang

Osteoporosis

Kifosis

Pengaruh pada fisik

Fungsi tubuh keterbatasan gerak pengaruh


pada psikososial

Pembatasan gersk imobilitas fisik konsep diri menurun


Kemampuan memenuhi adl
ileus fraktur spasme otot kurang pengetahuan b.d

konstipasi b.d ileus resiko cedera b.d imobilits reseptor nyeri proses
pengetahuan

nyeri akut b.d fraktur

4
5.1 Pemeriksaan penunjang
Sejumlah pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada osteoporosis yaitu
pemeriksaan sinar X,CT scan densitas tulang, Rontgen, pemeriksaan laboratorium,
dan penilaian masa tulang.(Asikin, M., dkk 2016)
6.1 Penatalaksanaan
tujuan untuk meningkatkan kepadatan tulang. Semua wanita terutama yang
menderita osteoporosis harus mengkonsumsi kalsium dan vitamin d dalam jumlah
yang mencukupi. Diet tinggikalsium dan vitamin d yang mencukupi dan seimbag
sepanjang hidup. Diet ditingkatka pada awal usia pertengan karena dapat melindungi
tulang dari demineralisasi skeletal. 3gelas susu kering atau makanan lain yang kaya
kalsium(misal keju, brokoli kukus, salmon kaleng).
Terapi penggantian hormon dengan estrogen dan progesteron perlu diresepkan
bagi perempuan minipouse untuk memperlambat kehilangan tulang dan mencegah
terjadinya patah tulang. Perempuan yang telah menjalani pengangkatan ovarium atau
telah minipouse prematur dapat mengalami osteoporosis pada usia muda. Estrogen
dapat mengurangi resopsi tulang tapi tidak meningkatkan masa tulang. Penggunaan
hormon jangka panjang masih insiden kanker payudara dan endomaterila.
Pemberian estrogen secara oral memerlukan dosis terendah estrogen
terkonyugasi sebesar0,625 mg perhari atau 0.5mg perhari estradiol. Pada osteoporosis
sumsum tulang dapat kembali pada massa praminipouse dengan pemberian estrogen.
Perlu juga meresepkan obat-obatan lain, dalam menanggulangi osteoporosis
termasuk kalsitonim, natrium florida disorfonat, natrium etidronat, alendronat.
Alendronat berfungsi mengurangi kecepatan penyerapan tulang pada wanita pasca
minipouse. Meningkatkan massa tulang di tulang belaakang dan tulang panggul. Dan
mengurangi angka kejadian patah tulang.
Kalsitonim secara primer menekan kehilangan tulang dan pemberiannya
secara suntikan subkutan, intramuskuler atau semprot hidung. Efek samping berupa
gangguan gastriokastinal, aliran panas peningkatan frekuensi urin. Natrium florida
memperbaiki aktivitas osteoblastik dan pembentukan tualng yang baru masih dalam
pengkajian. (Lukman & Ningsih, 2013)

5
II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
a) Identitas
Meliputi nama, umur jenis kelamin, agama, pekerjaan, pendidikan, alamat
(Asikin, M., dkk,2016)
b) Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama
Pasien mengeluh nyeri punggung, penurunan tinggi badan, gaya berjalan bungkuk,
nyeri sendi, kelemahan otot. ( Asikin, AM., dkk 2016)
2) Riwayat penyakit sekarang
P(provokatif/Paliatif):Klien mengeluh nyeri pada tulang punggung bagian bawah
Q(Qualitas/Quantitas): Rasa nyeri sendi seperti ditusuk-tusuk
R(Region/Radiasi): Keluhan nyeri disekitar tulang punggung bagian bawah, leher, dan
pinggang
S(Skala):Skala nyeri 5
T(Timing):Biasanya terjadi setelah beraktivitas atau mengangkat beban terlalu lama
(Umi Istianah,2016)
3) Riwayat penyakit dahulu
Riwayat kesehatan masalalu berkaitan dengan kanker pada tulang yang dapat
menimbulkan patah tulang patologis dan akibatnya tulang susah untuk menyambung
kembali. (umi istianah,2016)
4) Riwayat penyakit keluarga
Penyakit dalam keluarga bisa berkaitan juga penyakit pada tulang misalnya diabetes,
osteoporosis ini sering kedapat pada sebagian keturunan.( umi istianah, 2016)
c) Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
Kesadaran : composmentis
Tanda-tanda vital : meliputi tekanan darah, nadi, suhu, respirasi.
2) Head toe to
 Kepala
Inspeksi :Wajah normal, simetris kanan kiri, rambut hitam, kulit kepala normal tidak
ada peradangan

6
Palpasi :Tidak terdapat massa, tidak ada pembengkakan, nyeri tekan tidak ada
 Mata
Inspeksi :Konjungtiva anemis, kornea normal, tidak ada nyeri tekan
Palpasi : Tidak terdapat massa, tidak terdapat oedem, tidak ada nyeri tekan
 Telinga
Inspeksi :Bentuk normal, warna cokelat, tidak terdapat lesi
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
 Hidung
Inspeksi :Tidak terdapat lesi, lubang hidung simetris
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
 Mulut
Inspeksi : Mukosa mulut lembab, tidak ada lesi
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada lidah, tidak ada massa
 Leher
Inspeksi : Bentuk leher simetris, tidak ada pembengkakan
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak terdapat pembesaran limpe
 Dada
 Jantung
Inspeksi : Simetris, tidak ada pembesaran
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Perkusi : pekak
Auskultasi : Reguler, tidak ada bunyi tambahan
 Paru-paru
Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada oedem
Palpasi : vokal vremitus sama, tidak ada nyeri tekan
Perkusi : redup
Auskultasi :
 Abdomen
Inspeksi : simetris, tidak ada asites
Auskultasi : refleuks 13x/menit
Palpasi : tidak ada pembesaran hati, tidak ada nyeri tekan
Perkusi : Timpani
 Ekstremitas

7
5 5
5 4
 Genetalia : Tidak ada nyeri tekan

B. Diagnosa Keperawatan

Menurut SDKI diagnosa keperawatan osteoporosis yang muncul yaitu:

 Defisit pengetahuan b.d proses osteoporosis


 Definisi :
ketiadaan atau kurangnya informasi kognitif yang berkaitan dengan topik tertentu
 Penyebab :
 Keteratasan kognitif
 Gangguan fungsi kognitif
 Kekeliruan mengikuti anjuran
 Kurang terpapar informasi
 Kurang minat dalam belajar
 Ketidaktahuan menemukan sumber informasi
 Gejala & tanda mayor
Subjektif :
 Menanyakan masalah yang dihadapi
Objektif :
 Menunjukkan perilaku tidak sesuai anjuran
Keliru terhadap masalah
 Kondisi klinis yang terkait:
 Penyakit akut
 Penyakit kronis
 Nyeri akut b.d fraktur dan spasme otot
 Definisi :
pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jarongan actual
atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga
berat.

8
 Penyebab :
 Agen pencedera fisiologis (mis. Inflamasi, iskemia, neoplasma)
 Agen pencedera kimiawi (mis. Terbakar, bahan kimia iritan)
 Agen pencedera fisik (mis. Abses, amptasi, terbakar, terpotong mengangkat berat,
prosedur operasi, trauma, latihan, fisik berlebihan)
 Gejala tanda mayor
Subjektif
Mengeluh nyeri
Objektif
 Tampak meringis
 Bersikap protektif
 Gelisah
 Frekuensi nadi menigkat
 Sulit tidur

 Kondisi yang terkait :


 Kondisi pembedahan
 Cedera traumatis
 Infeksi
 Sindrom koroner akut
 Risiko terhadap cidera fraktur b.d tulang osteoporosis
 Definisi : beresiko mengalami bahaya atau kerusakan fisik yang menyebabkan seseorang
tidak lagi sepenuhnya sehat atau dalam kondisi baik

Faktor resiko eksternal:

 Terppar patogen
 Terppar zat kimia toksik
 Terpapar agen nosokomial
 Ketidakamanan transportasi
Faktor resiko internal :
 Ketidaknormalan profil darah
 Perubahan orientasi afektif

9
 Perubahan sensai
 Hipoksia jaringan

C. Intervensi Keperawatan
Setelah merumuskan diagnosis keperawatan, maka intervensi dan aktivitas keperawatan
perlu ditetapkan untuk mengurangi, menghilangkan, dan mencegah masalah keperawatan
pada klien.
 Kurangnya pengetahuan b.d proses osteoporosis
 Ajarakan pada klien tentang faktor yang mempengaruhi terjadinya osteoporosis
 Anjurkan diet yang mengandung vitamin C, kalsium, dan protein, serta suplemen
kalsium dan vitamin D
 Timbang berat badan secara teratur dan modifikasi gaya hidup, misalnya pengurangan
kafein, rokok, dan alkohol
 Anjurkan latian fisik
 Anjurkan pada lansia untuk tetap mengkonsumsi kalsium, vitamin D, sinar matahari,
dan latian yang memadai
 Berikan pendidikan pada klien tentang efek samping penggunaan obat
 Nyeri akut b.d fraktur dan spasme otot
 Lakukan pengkajian nyeri secara kempresif yang meliputi lokasi, karakteristik,
frekuensi nyeri terjadi, kapan nyeri dimulai, jenis nyeri, skala nyeri, faktor pencetus
nyeri
 Pantau tingkat nyeri pada punggung. Nyeri terlokai atau menyebar pada pinggang
 Gunakan kasur yang padat dan tidak lentur
 Berikan kompres hangat dan lakukan pijatan pinggang
 Ajarkan dan anjurkan tentang postur yang anatomis dan mekanik tubuh yang benar
saat melakukan aktivitas
 Pasang korset untuk menyokong dan imobilisasi sementara
 Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgesik
 Resiko terhadap cidera fraktur b.d tulang osteoporosis
 Anjurkan klien untuk melakukan aktivitas fisik secara teratur
 Ajarkam klien mekakukan aktivitas isometrik
 Anjurkan klien untuk berjalan. Mekanika tubuh yang baik, dan postur tubuh yang baik

10
 Hindari membungkuk secara mendadak, memuntir tubuh, dan mengangkatb beban
terlalu lama
 Lakukan aktivitas diluar rumah agar terpapar sinar matahari pada pagi hari
D. Implementasi keperawatan
Implementasi keperawatan yang dilakukan meliputi tindakan mandiri dan kolaborasi
perawat
 Kurangnya pengetahuan b.d proses osteoporosis
 Mengjarakan pada klien tentang faktor yang mempengaruhi terjadinya osteoporosis
 Menganjurkan diet yang mengandung vitamin C, kalsium, dan protein, serta suplemen
kalsium dan vitamin D
 Meniimbang berat badan secara teratur dan modifikasi gaya hidup, misalnya
pengurangan kafein, rokok, dan alkohol
 Menganjurkan latian fisik
 Menganjurkan pada lansia untuk tetap mengkonsumsi kalsium, vitamin D, sinar
matahari, dan latian yang memadai
 Memberikan pendidikan pada klien tentang efek samping penggunaan obat
 Nyeri akut b.d fraktur dan spasme otot
 Melakukan pengkajian nyeri secara kempresif yang meliputi lokasi, karakteristik,
frekuensi nyeri terjadi, kapan nyeri dimulai, jenis nyeri, skala nyeri, faktor pencetus
nyeri
 Memantau tingkat nyeri pada punggung. Nyeri terlokai atau menyebar pada pinggang
 Menggunakan kasur yang padat dan tidak lentur
 Memberikan kompres hangat dan lakukan pijatan pinggang
 Mengajarkan dan anjurkan tentang postur yang anatomis dan mekanik tubuh yang
benar saat melakukan aktivitas
 Memasasang korset untuk menyokong dan imobilisasi sementara
 Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgesik

 Resiko terhadap cidera fraktur b.d tulang osteoporosis


 Menganjurkan klien untuk melakukan aktivitas fisik secara teratur
 Mengajarkam klien mekakukan aktivitas isometrik
 Menganjurkan klien untuk berjalan. Mekanika tubuh yang baik, dan postur tubuh
yang baik

11
 Menghindari membungkuk secara mendadak, memuntir tubuh, dan mengangkatb
beban terlalu lama
 Melakukan aktivitas diluar rumah agar terpapar sinar matahari pada pagi hari

E. Evaluasi keperawatan
Evsluasi keperawatan pada pasien dengan osteoporosis meliputi evaluasi catatan
perkembangan yang dialami pasien.

12
DAFTAR PUSTAKA

M. Asikin, M. Nasir, Takko Poding, Susaldi.2016.Keperawatan Medikal Bedah


Sistem Muskuloskeletal.Jakarta:Erlangga medical
Yuni Asri.2016.Dasar-Dasar Penyakit : bidang keahlian kesehatan, EGC
Lukman,Nurma Ningsih.2013. Asuhan Keperawatan pada klien dengan
Gangguan Sistem Muskuloskeletal.Jakarta: Salemba Medika
Umi Istianah.2016.Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem
Muskuloskeletal.Yogyakarta:pustaka baru press

13

You might also like