Professional Documents
Culture Documents
INFORMASI UMUM
A. IDENTITAS MODUL
Penyusun : Sapriyun,S.ST.Pi
NIP : 19860907 202321 1 016
Instansi : SMK Negeri 2 Ketapang
Tahun Penyusunan : Tahun 2023
Mata Pelajaran : Nautika Kapal Penangkap Ikan
Fase F, Kelas / Semester : XI / I (Ganjil)
Elemen : Bahan dan Alat Tangkap
Alokasi Waktu 8 JP x 1 Pertemuan (1 x 45 menit)
B. KOMPETENSI AWAL
Bahan dan Alat Pada akhir fase F peserta didik mampu menentukan jenis
Tangkap dan sifat bahan, penomoran benang, menghitung hanging
rate, shortening, daya apung, dan daya tenggelam.
Peserta didik juga dapat membuat, mengoperasikan,
merawat, dan memperbaiki alat penangkap ikan yang
terbuat dari bahan jaring, tali, dan pancing
Berpikir Kritis Ketika menentukan daerah asal dan daerah hasil fungsi, kemudian
memastika kebenaran hasilnya.
Kreatif dalam memodelkan permasalahan nyata kedalam fungsi komposisi dan fungsi
invers kemudian menentukan penyelesaiannya.
1. Vidio Pembelajaran.
2. Slide Powerpoint.
3. LCD Proyektor.
F. MODEL PEMBELAJARAN
Model pembelajaran tatap muka, pembelajaran jarak jauh luar jaringan (PJJ
Luring), dan discovery learning.
KOMPONEN INTI
Tujuan Pembelajaran :
1. Memahami jenis dan sifat bahan, penomoran benang, menghitung hanging rate,
shortening, daya apung, dan daya tenggelam. Peserta didik juga dapat membuat,
mengoperasikan, merawat, dan memperbaiki alat penangkap ikan yang terbuat dari
bahan jaring, tali, dan pancing
2. Menganalisis jenis dan sifat bahan, penomoran benang, menghitung hanging rate,
shortening, daya apung, dan daya tenggelam. Peserta didik juga dapat membuat,
mengoperasikan, merawat, dan memperbaiki alat penangkap ikan yang terbuat dari
bahan jaring, tali, dan pancing
3. Menjelaskan jenis dan sifat bahan, penomoran benang, menghitung hanging rate,
shortening, daya apung, dan daya tenggelam. Peserta didik juga dapat membuat,
mengoperasikan, merawat, dan memperbaiki alat penangkap ikan yang terbuat dari
bahan jaring, tali, dan pancing
B. PEMAHAMAN BERMAKNA
Siswa melakukan beberapa eksplorasi tentang jenis dan sifat bahan, penomoran
benang, menghitung hanging rate, shortening, daya apung, dan daya tenggelam.
Peserta didik juga dapat membuat, mengoperasikan, merawat, dan memperbaiki alat
penangkap ikan yang terbuat dari bahan jaring, tali, dan pancing dengan konteks
kehidupan sehari-hari.
C. PERTANYAAN PEMANTIK
D. KEGIATAN PEMBELAJARAN
Pertemuan Ke-1
E. REFLEKSI
Refleksi Guru
1. Apakah peserta didik dapat memahami materi jenis dan sifat bahan, penomoran
benang, menghitung hanging rate, shortening, daya apung, dan daya tenggelam.
Peserta didik juga dapat membuat, mengoperasikan, merawat, dan memperbaiki
alat penangkap ikan yang terbuat dari bahan jaring, tali, dan pancing dengan
baik?
2. Kesulitan apa yang dialami oleh peserta didik dalam memahami materi jenis dan
sifat bahan, penomoran benang, menghitung hanging rate, shortening, daya
apung, dan daya tenggelam. Peserta didik juga dapat membuat, mengoperasikan,
merawat, dan memperbaiki alat penangkap ikan yang terbuat dari bahan jaring,
tali, dan pancing ?
3. Bagaimana cara menyelesaikan kesulitan peserta didik dalam memahami jenis
dan sifat bahan, penomoran benang, menghitung hanging rate, shortening, daya
apung, dan daya tenggelam. Peserta didik juga dapat membuat, mengoperasikan,
merawat, dan memperbaiki alat penangkap ikan yang terbuat dari bahan jaring,
tali, dan pancing ?
Refleksi Peserta Didik
1. Apakah saya dapat memahami jenis dan sifat bahan, penomoran benang,
menghitung hanging rate, shortening, daya apung, dan daya tenggelam. Peserta
didik juga dapat membuat, mengoperasikan, merawat, dan memperbaiki alat
penangkap ikan yang terbuat dari bahan jaring, tali, dan pancing ?
2. Apakah saya dapat menganalisis jenis dan sifat bahan, penomoran benang,
menghitung hanging rate, shortening, daya apung, dan daya tenggelam. Peserta
didik juga dapat membuat, mengoperasikan, merawat, dan memperbaiki alat
penangkap ikan yang terbuat dari bahan jaring, tali, dan pancing?
3. Bagaimana saya menjelaskan jenis dan sifat bahan, penomoran benang,
menghitung hanging rate, shortening, daya apung, dan daya tenggelam. Peserta
didik juga dapat membuat, mengoperasikan, merawat, dan memperbaiki alat
penangkap ikan yang terbuat dari bahan jaring, tali, dan pancing untuk membuat
permodelan masalah sehari-hari dan menyelesaikannya?
F. ASESMEN / PENILAIAN
Penilaian
1. Penilaian Nautika Kapal Penangkap Ikan (Presentasi Hasil Belajar)
Aspek Penilaian
1.
2.
3.
dst
Keterangan Skor :
4 = Baik Sekali
3 = Baik
2 = Cukup
1 = Kurang
Kriteria Nilai
Nilai Konversi
Keterangan
Nilai Predikat
71 – 90 B Baik
61 - 70 C Cukup
¿ 60 D Kurang
2. Penilaian Portofolio Hasil Lembar Peserta Didik
Capaian
No Kompetensi Skor Keterangan
Pembelajaran
2. Sintesis Tepat
3. Penyimpulan Sesuai
Jumlah Skor
Nilai
Formatif 1
Sumatif 1
Kegiatan Pengayaan
Bagi siswa dengan kecepatan belajar tinggi (advanced), minta mereka membuat
pertanyaan-pertanyaan tambahan untuk dijawab baik sendiri maupun dari teman
dengan kecepatan belajar tinggi.
Minta mereka juga mencatat jika ada pertanyaan yang tidak dapat
mereka jawab dengan informasi yang ada.
Kegiatan Remedial
Bagi siswa yang mengalami kesulitan memahami jenis dan sifat bahan,
penomoran benang, menghitung hanging rate, shortening, daya apung, dan daya
tenggelam. Peserta didik juga dapat membuat, mengoperasikan, merawat, dan
memperbaiki alat penangkap ikan yang terbuat dari bahan jaring, tali, dan pancing
berikan vidio dahulu.
Bagi siswa yang mengalami kesulitan menganalisis jenis dan sifat bahan,
penomoran benang, menghitung hanging rate, shortening, daya apung, dan daya
tenggelam. Peserta didik juga dapat membuat, mengoperasikan, merawat, dan
memperbaiki alat penangkap ikan yang terbuat dari bahan jaring, tali, dan pancing
perlu lebih banyak latihan.
Bagi siswa yang mengalami kesulitan menjelaskan jenis dan sifat bahan,
penomoran benang, menghitung hanging rate, shortening, daya apung, dan daya
tenggelam. Peserta didik juga dapat membuat, mengoperasikan, merawat, dan
memperbaiki alat penangkap ikan yang terbuat dari bahan jaring, tali, dan pancing
perlu lebih banyak kegiatan observasi.
LAMPIRAN
Nama : ………………..
Kelas : ………………..
Petunjuk : Kerjakan soal berikut ini dengan baik dan benar
1.
Guru dan peserta didik mencari berbagai informasi tentang jenis dan sifat bahan,
penomoran benang, menghitung hanging rate, shortening, daya apung, dan daya
tenggelam. Peserta didik juga dapat membuat, mengoperasikan, merawat, dan
memperbaiki alat penangkap ikan yang terbuat dari bahan jaring, tali, dan pancing
di media atau website resmi dibawah nauangan kementerian pendidikan,
kebudayaan, riset dan teknologi.
Buku Panduan Guru dan Siswa Nautika Kapal Penangkap Ikan untuk SMK XI :
Penerbit, Pusat Perbukuan,Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan,
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.
BAHAN DAN ALAT
TANGKAP PENANGKAP
IKAN
BA
BAHAN DAN ALAT TANGKAP
BI
TUJUAN PEMBELAJARAN
TUJUAN PEMBELAJARAN
TUJUAN PEMBELAJARAN
KATA KUNCI
Kekayaan alam yang terdapat dalam bumi ini, sangat melimpah dan
diperuntukkan sepenuhnya untuk kemakmuran dan kesejahteraan manusia.
Kemampuan manusia yang lebih unggul dan mulia dibanding makhluk lain ciptaan
Tuhan Yang Maha Kuasa, dapat mengeksplorasi segala sumberdaya yang ada
di bumi ini. Sumberdaya dari alam berupa tumbuhan, hewan dan mineral-
mineral yang terkandung di perut bumi dimanfaatkan sepenuhnya untuk
manusia untuk segala keutuhannya.
Salah satu kebutuhan manusia adalah pemenuhan kebutuhan pangan.
Sumberdaya hayati yang dapat dimanfaatkan oleh manusia adalah ikan dan
seluruh isinya yang ada dalam perairan, baik perairan tawar, payau maupun
lautan. Untuk mengeksplorasi semua sumberdaya tersebut, dibutuhkan
peralatan yang spesifik agar didapatkan hasil optimal dan peralatan
tersebut dinamakan alat penangkap ikan. Untuk membuat alat tersebut
dibutuhkan bahan-bahan yang spesifik agar dapat berfungsi dengan baik.
Bahan-bahan yang ada secara alami dan buatan untuk mengkonstruksi
alat- alat penangkap ikan, secara spesifik akan dijelaskan dalam bab ini,
beserta dengan berbagai jenis alat penangkap ikan yang ada di Indonesia.
(1) Serat biji kapas atau cotton fibre merupakan serat dari biji tanaman kapas
(Gossypium sp). Negara penghasil kapas adalah Amerika Serikat, Mesir,
Tiongkok, Brazil, dan Jepang. Di Indonesia sebagian besar serat biji kapas
masih harus impor, yang selanjutnya diproses untuk dipintal menjadi
benang yang disebut benang lawe. Benang lawe dipintal lagi menjadi
benang dan tali temali sebagai bahan pembuatan jaring untuk alat
tangkap cantrang, jala (Soemarto, 1983).
(2) Serat biji kapuk berasal dari biji tanaman randu (Ceiba pentandra), serat ini
memiliki sifat yang baik sebagai bahan penyekat (bahan isolasi), daya
apung yang besar dan tidak menghisap air. Sifat yang unggul ini sering
digunakan sebagai bahan pelampung dan isolasi pada palkah ikan di
kapal. Tanaman randu ini banyak tumbuh di daerah tropis seperti
Vietnam, Amerika, dan termasuk Indonesia.
Serat kapas lebih baik untuk dipintal menjadi benang
dibanding dengan serat kapuk, karena serat kapuk lebih licin
dibanding serat kapas.
b) Serat kulit batang seperti: tanaman rami, hennep, yute, roselia, ijuk, bambu,
abaca (pisang)
(1) Rami atau haramay (bahasa sunda) diperoleh dari kulit batang
tanaman rami (Boehmeria nivca). Negara yang banyak menghasilkan
rami adalah Tiongkok, Mesir, India, Amerika, bahkan di Indonesia juga
dapat tumbuh. Rami lebih tahan terhadap air laut dan sinar matahari,
sehingga sebelum banyak bahan sintetis, bahan ini dahulu dipakai untuk
alat tangkap jaring antara lain : jaring klitik, jaring kambang dan jala eder.
(2) Hennep diperoleh dari kulit batang tanaman Cannabis sativa dengan
cara melakukan pembusukan batang, tanaman ini banyak dari negara
Rusia, Eropa dan Asia. Tanaman ini panjangnya sekitar 1,5 meter, lebih
dikenal dengan tanaman “Ganja” yang menghasilkan cairan yang
dilarang bernama “marijuana”. Serat hennep ini hanya digunakan
untuk tali temali terutama tali tambang untuk kapal, namun sekarang
banyak tergeser penggunaannya oleh serat manila.
(3) Serat Yute berasal dari tanaman yute ( Corchorus capsularis) yang banyak
ditanam di negara India, Tiongkok, Indonesia terutama di Sumatera dan
Jawa Tengah. Tanaman ini panjangnya 3-4 meter, seratnya didapatkan
dengan cara proses pembusukan. Kebanyakan serat ini diapaki untuk
pembungkus dan bahan karung, karena sifatnya kurang tahan gesekan
dan air laut.
(4) Serat Rosella berasal dari pembusukan kulit batang tanaman rosella.
Tanaman ini banyak ditanam di Jawa Tengah dan Sumatera sebagai bahan
karung yang diperuntukkan membungkus alat- alat perikanan. Kegunaan
lain serat ini untuk mengisi sela- sela papan pada dinding perahu dan
kapal ikan. Serat rosella panjangnya mencapai 3 meter.
(5) Serat ijuk berasal kulit batang dari tanaman enau / aren ( Arenga pinatta )
cara mendapatkan serat ijuk ini dengan jalan melepaskan serabut dari
batangnya kemudian serabutnya disisir untuk memisahkan yang kurang
baik hasilnya. Panjang serat ini
±1 meter, memiliki sifat tahan pengaruh sinar matahari dan
air serta tahan dari pengaruh cuaca, tidak dapat busuk /
lapuk. Serat ijuk ini sering dipakai untuk mengikat tali bubu,
untuk tali ris alat tangkap dogol dan krakad.
Gambar 1.9 Serat Ijuk yang sudah disisir
Sumber : http://produkijuk.blogspot.com/2015/03/ijuk-kualitas-eksport. html
Gambar 1.11 Tanaman Bambu (kiri) dan Alat Penangkap Ikan “Bubu” (kanan) Sumber : (Kiri)
https://www.netralnews.com/news/singkapsejarah/read/80552/dari-mana-asal- usul-bambu (diakses
tanggal 22 Oktober 2019 jam 18.50) https://www.mangyono.
com/2016/07/bubu-ikan-dari-anyaman-bambu.html diakses tanggal 22 Oktober 2019
pukul 18.54
(7) Serat Abaca berasal dari tanaman pisang yang termasuk dari famili
Musaceae yang tumbuh bebas di Pulau Mindanao,
Gambar 1.12 Tanaman Pisang Abaca (atas) dan Serat yang dihasilkan (bawah)
Sumber: http://www.jurnalasia.com/bisnis/abaka-pisang-penghasil-serat/
c) Serat Daun adalah serat yang berasal dari bagian daun tanaman dan tanaman
yang dapat diambil serat daunnya antara lain : serat manila hennep, serat
sisal/agave dan serat agel/ jenis palem.
d) Serat Buah adalah bagian yang diambil dari kulit buah kelapa
Gambar. 1.13 Kulit buah kelapa (kiri) dan serat buah kelapa (kanan) Sumber:
https://tokomesinkelapa.com/manfaat-sabut-kelapa/
b) Serat Wool : serat ini diambil dari bulu domba atau biri-biri. Hewan ini banyak
dipelihara di daerah yang memiliki tipe 2 musim yaitu musim panas dan
musim dingin. Pada saat musim dingin bulu biri-biri menjadi tebal tetapi di
musim panas bulunya dicukur. Bulu yang telah dicukur dibersihkan dan
bulu yang halus dipintal menjadi benang kemudian untuk ditenun menjadi
kain. Dalam dunia perikanan serat wool ini jarang digunakan tetapi kadang-
kadang dibuat untuk umpan tiruan bagi pancing.
b) Serat keramik (Ceramic fibres) : Glass Fibres (Glass Wool dan Quartz), Aluminium
Oxide, Silicon Carbide dan Boron Carbide
y. Panah (PN)
z. Tombak (TB)
aa.Alat Penjepit dan melukai lainnya (APML)
7. Alat-alat lainnya/ AAL : Muroami (MA)
Gambar 1.19 Pukat cincin dengan dua kapal (Two boat operated purse seines)
Sumber:http://www.kkji.kp3k.kkp.go.id/index.php/dokumen/regulasi-hukum/keputusan- menteri/358-
kepmen-no-06-tahun-2010-alat-penangkapan-ikan-di-wilayah-pengelolaan-
perikanan-negara-republik-indonesia
Gambar 1.20 Jaring lingkar tanpa tali kerut (Without purse lines/Lampara)
Sumber: http://www.kkji.kp3k.kkp.go.id/index.php/dokumen/regulasi-hukum/keputusan- menteri/358-
kepmen-no-06-tahun-2010-alat-penangkapan-ikan-di-wilayah-pengelolaan- perikanan-negara-republik-
indonesia
c. Cara Mengoperasikan
Jaring lingkar dioperasikan di perairan yang tidak terlalu dalam
sekitar 50-100 meter. Dioperasikan dengan melingkari dan
mengurung kumpulan ikan jenis-jenis ikan pelagic (hidup diperairan
permukaan).
c. Cara Mengoperasikan
Alat tangkap ini dioperasikan dengan cara menarik jaring di
perairan permukaan hingga dasar terutama ikan-ikan yang
kebiasasannya
a) Pair trawls / Pukat Hela Dasar Dua Kapal, Kode PTB, 03.1.3
c) Shrimp trawls / Pukat hela dasar udang, TBS, 03.1.5 atau Pukat udang, TBS-
PU, 03.1.5.1
Gambar 1.32 Pukat udang
Sumber: http://www.kkji.kp3k.kkp.go.id/index.php/dokumen/regulasi-hukum/keputusan- menteri/358-
kepmen-no-06-tahun-2010-alat-penangkapan-ikan-di-wilayah-pengelolaan- perikanan-negara-republik-
indonesia
c. Cara Mengoperasikan
Alat ini dioperasikan dengan cara menarik jaring / menghela di sisi
kapal atau di butitan kapal (belakang) yang sedang berjalan dengan
kecepatan sekitar 2-3 knot. Umumnya digunakan untuk menangkap
ikan yang hidup di perairan demersal seperti jenis ikan dasar,
udang, crustacea dan ikan- ikan pelagis.
c. Cara Mengoperasikan
Alat tangkap ikan ini dioperasikan dengan cara menggaruk bagian
dasar perairan baik menggunakan kapal maupun tidak. Ikan yang
menjadi sasaran hasil tangkap adalah ikan ikan demersal atau yang
hidup di dasar perairan.
a. Cara Mengoperasikan
Alat tangkap tipe jaring angkat ini dioperasikan dengan cara
menenggelamkan jaring saat penurunan jaring (setting) dan diangkat
lagi ke permukaan (hauling). Saat jaring diturunkan dalam air,
diperluan alat bantu berupa lampu utuk mengumpulkan ikan. Alat
tangkap ini dioperasikan di perairan yang jauh dari pantai.
c. Cara Mengoperasikan
Cara mengoperasikan alat penangkap ikan ini dengan
menjatuhkan/ menebarkan jaring pada suatu perairan tempat target
sasaran tangkapan berada. Pada alat tangkap jala jatuh berkapal
pengoperasian dilanjutkan dengan menarik tali kerut pada bagian
bawah jala, sedangkan pada jala tebar bagian bawah jala akan
menguncup dengan sendirinya karena pengaruh pemberat rantai.
Jala tebar dioperasikan di sekitar pantai yang dangkal untuk
menangkap ikan-ikan kecil sedangkan jala jatuh berkapal
dioperasikan di perairan yang lebih jauh dari pantai dengan atau
tanpa alat bantu penangkapan berupa lampu umumnya menangkap
ikan pelagis bergerombol dan cumi-cumi.
7. Alat Penangkap Ikan Tipe Jaring Insang (Gillnets and Entangling Nets)
a. Pengertian
Alat tangkap tipe ini merupakan kelompok jaring yang
berbentuk segi empat lengkap dengan pelampung dan pemberat,
tali ris atas dan tali ris bawah untuk menghadang pergerakan ikan
yang melawan arus, yang diharapkan nantinya ikan yang
tertangkap terjerat atau terpuntal. Pengoperasian alat ini pada
perairan bagian permukaan (surface), pertengahan (midwater)
dan dasar (bottom), alat ini dipasang secara menetap (fix),
hanyut (drift) serta melingkar (encircling) untuk tujuan
menangkap ikan pelagis dan demersal. (SNI 7277.8:2008).
b. Jenis, sebutan, singkatan, pengkodean dan gambar
Alat penangkapan ikan tipe Jaring Insang, (Gillnets and entangling
nets), 07.0.0:
1) Set Gillnets/Anchored/Jaring Insang Tetap, kode GNS, 07.1.0
a) Jaring Liong Bun, kode GNS-LB, 07.1.0.1
Gambar 1.46 Jaring liong bun
Sumber: https://ngada.org/menkp6kep-2010.htm
3) Trammel Nets/Jaring Insang Berlapis, kode GTR, 07.5.0 Jaring klitik, GTR-JK, 07.5.0.1
Gambar 1.50 Jaring insang berlapis(Trammel nets) Sumber:
https://ngada.org/menkp6kep-2010.htm
c. Cara Mengoperasikan
Tipe jaring insang cara mengoperasikannya dengan menghadang
arah pergerakan gerombolan ikan pelagis atau demersal yang
melawan arus perairan, ikan yang menjadi sasaran tangkapan
dengan cara terjerat dan terpuntal pada jaring. Pemasangan jaring
ini ada yang mentep tempatnya dan ada yang dihanyutkan. Jaring
insang berlapis umumnya dioperasikan pada dasar perairan umumnya
menangkap ikan demersal.
5) Barrier, Fences, Weirs, kode FWR, 08.5.0 Sero, kode FWR-SR, 08.5.0.1
Sumber: https://ngada.org/menkp6kep-2010.htm
c. Cara Mengoperasikan
Alat tangkap tipe perangkap ini, dioperasikan secara pasif
berdasarkan tingkah laku ikan diposisikan pada suatu perairan
dengan atau tanpa umpan sehingga ikan terperangkap atau
terjebak masuk dan tidak dapat ke luar dari perangkap.
Pengoperasiannya dilakukan pada permukaan maupun dasar
perairan umumnya menangkap ikan pelagis maupun ikan
demersal tergantung jenis perangkap. Bubu bersayap, togo, ambai,
jermal, pengerih dan sero dioperasikan di daerah pantai untuk
menangkap ikan yang beruaya dengan mamanfaatkan pasang surut
perairan. Set net dipasang di wilayah pantai secara menetap untuk
menangkap ikan pelagis maupun demersal yang bermigrasi secara
regular atau musiman. Pukat labuh dioperasikan di wilayah pantai
dengan memanfaatkan arus perairan, umumnya untuk menangkap
ikan ukuran kecil di daerah pasang
c. Cara Mengoperasikan
Alat tangkap ikan tipe pancing ini, dioperasikan dengan cara
menurunkan tali dan mata pancing dan atau sejenisnya,
menggunakan atau tanpa joran yang dilengkapi dengan umpan
alami, umpan buatan
c. Cara Mengoperasikan
Alat penangkapan ikan tipe penjepit dan melukai ini,
dioperasikan dengan cara mencengkeram, mengait/menjepit,
melukai dan atau membunuh sasaran tangkap. Pengoperasiannya
dilakukan pada permukaan, kolom maupun dasar perairan umumnya
untuk menangkap ikan pelagis maupun ikan demersal tergantung
jenis alatnya. Ladung dioperasikan di daerah pantai untuk
menombak ikan-ikan pantai. Tombak dioperasikan di daerah pantai
untuk menombak ikan-ikan pantai, dapat pula dioperasiakan di laut
lepas(harpoon) umumnya untuk menangkap mamalia besar. Panah
dioperasikan pada wilayah berkarang umumnya untuk menangkap
ikan yang hidup di karang.
PENEMU PURSE SEINE
Gambar 1.78 Alat Tangkap Purse Seine
Sumber: https://www.afma.gov.au/sites/default/files/uploads/2014/03/Purse-seine.jpg
Salah satu alat tangkap ikan yang sekarang ini sudah sering digunakan
oleh para nelayan di Indonesia adalah Purse Seine. Efektivitas purse
seine dalam menangkap ikan dianggap lebih efektif jika dibanding alat
penangkap ikan yang lainnya. Tahukah kalian, siapa penemu pertama kali
Purse seine ini ??. Seorang laki-laki dari wilayah Bergent, Norwegia yang
bernama Barent Velder tanggal 12 Maret 1858 pertama kalinya
mematenkan alat tangkap Purse Seine ini.
Tahun 1960 alat ini mulai diperkenalkan secara luas ke wilayah sekitar
Pantai Atlantik Negara Amerika Serikat untuk menangkap Ikan Atlantis
Menhaden (local name di amerika)/Brovoortia Tyrannus (bahasa latin)
atau Ikan Tembang (di Indonesia). Kemudian 1870 konstruksi purse seine
disosialisasikan di negara Skandinavia seperti Norwegia, Denmark,
Swedia, Irlandia, dan Finlandia. Tahun 1913 baru diperkenalkan di
Jerman.
Sedangkan di Indonesia baru disosilisasikan oleh Balai Penelitian
Perikanan Laut (BPPL) di sekitar pantai utara Jawa dan diterapkan di
wilayah Muncar Banyuwangi Jawa Timur. Saat ini alat tangkap Purse
Seine sangat banyak digunakan oleh nelayan-nelayan sekitar Pelabuhan
Juwana Pati Jawa Tengah.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/41988/Chapte
r%20 II.pdf;sequence=3 diakses pukul 22.05
1. https://mukhtar-api.blogspot.com/2008/09/mengenal-alat-penangkapan- ikan.html
2. https://www.lalaukan.com/2015/04/bahan-alat-penangkap-ikan-serat-alami. html
RANGKUMAN
telah disusun oleh BPPI Semarang tahun 2007 yang mengacu penggolongan
ISSCFG, FAO, alat penangkap ikan kelompokkanmenjadi 12 berdasarkan
prinsip penangkapan dan bentuk alat serta cara pengoperasiannya.
7. Klasifikasi alat penangkap ikan berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan
dan Perikanan melalui Nomor KEP.06/MEN/2010 tentang Alat Penangkap
Ikan di wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Ikdonesia, penggolongan alat
penangkap ikan menjadi 10 kelompok berdasarkan jenisnya
D. DAFTAR PUSTAKA