You are on page 1of 23

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi dan Tujuan Transfusi Darah


Transfusi darah adalah suatu rangkaian proses pemindahan darah donor ke
dalam sirkulasi dari resipien sebagai upaya pengobatan, bahkan sebagai upaya
untuk menyelamatkan kehidupan. Berdasarkan asal darah yang diberikan tranfusi
dikenal Homologous transfusi (berasal dari darah orang lain) dan Autologous
tranfusi (berasal dari diri sendiri).6,2
Tujuan tranfusi darah adalah :
a. Mengembalikan dan mempertahankan volume yang normal peredaran
darah
b. Menggantikan kekurangan komponen seluler atau kimia darah
c. Meningkatkan oksigenasi jaringan
d. Memperbaiki fungsi homeostasis
e. Tindakan terapi khusus
Darah dan berbagai komponen-komponen darah, dengan kemajuan
teknologi kedokteran, dapat dipisah-pisahkan dengan suatu proses dan
ditransfusikan secara terpisah sesuai kebutuhan.3 Darah dapat pula disimpan
dalam bentuk komponen-komponen darah yaitu: eritrosit, leukosit, trombosit,
plasma dan faktor-faktor pembekuan darah dengan proses tertentu yaitu dengan
Refrigerated Centrifuge.4,6
Pemberian komponen-komponen darah yang diperlukan saja lebih
dibenarkan dibandingkan dengan pemberian darah lengkap (whole blood). Dasar
pemikiran penggunaan komponen darah: (1)lebih efisien, ekonomis, memperkecil
reaksi transfusi, (2)lebih rasional, karena (a)darah terdiri dari komponen seluler
maupun plasma yang fungsinya sangat beragam, serta merupakan materi biologis
yang bersifat multiantigenik, sehingga pemberiannya harus memenuhi syarat-
syarat variasi antigen minimal dan kompatibilitas yang baik, (b) transfusi selain
merupakan life saving therapy tetapi juga replacement therapy sehingga darah

3
4

yang diberikan haruslah safety blood. Kelebihan terapi komponen dibandingkan


dengan terapi darah lengkap: (1)disediakan dalam bentuk konsentrat sehingga
mengurangi volume transfusi, (2)resiko reaksi imunologik lebih kecil,
(3)pengawetan, (4)penularan penyakit lebih kecil, (5)aggregate trombosit dan
leukosit dapat dihindari, (6)pasien akan memerlukan komponen yang diperlukan
saja, (7)masalah logistik lebih mudah, (8)pengawasan mutu lebih sederhana.4,8

2.2. Indikasi Transfusi Darah


Secara garis besar Indikasi Transfusi darah adalah :
a. Untuk mengembalikan dan mempertahankan suatu volume peredaran
darah yang normal, misalnya pada anemia karena perdarahan, trauma
bedah, atau luka bakar luas.
b. Untuk mengganti kekurangan komponen seluler atau kimia darah,
misalnya pada anemia, trombositopenia, hipotrombinemia, dan lain-lain.
Keadaan yang memerlukan Transfusi darah :
a. Anemia karena perdarahan, biasanya digunakan batas Hb 7-8 g/dL. Bila
telah turun hingga 4,5 g/dL, maka penderita tersebut telah sampai kepada
fase yang membahayakan dan transfusi harus dilakukan secara hati-hati.
b. Anemia haemolitik, biasanya kadar Hb dipertahankan hingga penderita
dapat mengatasinya sendiri. Umumnya digunakan patokan 5g/dL. Hal ini
dipertimbangkan untuk menghindari terlalu seringnya transfusi darah
dilakukan.
c. Anemia aplastik
d. Leukimia dan anemia refrekter
e. Anemia karena sepsis

2.3. Produk dan Komponen Darah


Untuk kepentingan transfusi darah, tersedia berbagai produk darah, seperti
yang tercantum dalam tabel 2.1.
5

Tabel 2.1 Karakteristik darah dan komponen-komponen darah


6
7

A. Darah lengkap (whole blood)


Darah lengkap mempunyai komponen utama yaitu eritrosit. Darah lengkap
juga mempunyai kandungan trombosit dan faktor pembekuan labil (V, VIII).
Volume darah sesuai kantong darah yang dipakai yaitu antara lain 250 ml, 350 ml,
450 ml. Dapat bertahan dalam suhu 4°±2°C. Darah lengkap berguna untuk
meningkatkan jumlah eritrosit dan plasma secara bersamaan. Hb meningkat
8

0,9±0,12 g/dl dan Ht meningkat 3-4 % post transfusi 450 ml darah lengkap.
Transfusi darah lengkap hanya untuk mengatasi perdarahan akut dan masif,
meningkatkan dan mempertahankan proses pembekuan. Darah lengkap diberikan
dengan golongan ABO dan Rh yang diketahui. Dosis pada pediatrik rata-rata 20
ml/kg, diikuti dengan volume yang diperlukan untuk stabilisasi.
Indikasi penggunaan whole blood :
1. Penggantian volume pada pasien dengan syok hemoragi, trauma atau luka
bakar
2. Pasien dengan perdarahan masif dan telah kehilangan lebih dari 25% dari
volume darah total.
Rumus kebutuhan whole blood :
6 x ∆Hb (Hb normal -Hb pasien) x BB
Ket :
-Hb normal : Hb yang diharapkan atau Hb normal
-Hb pasien : Hb pasien saat ini

Darah lengkap terdiri dari 3 macam, yaitu :


1. Darah Segar
Yaitu darah yang baru diambil dari donor sampai 6 jam sesudah
pengambilan. Keuntungan pemakaian darah segar ialah faktor pembekuannya
masih lengkap termasuk faktor labil (V dan VIII) dan fungsi eritrosit masih relatif
baik. Kerugiannya sulit diperoleh dalam waktu yang tepat karena untuk
pemeriksaan golongan, reaksi silang dan transportasi diperlukan waktu lebih dari
4 jam dan resiko penularan penyakit relatif banyak.
2. Darah Baru
Yaitu darah yang disimpan antara 6 jam sampai 6 hari sesudah diambil dari
donor. Faktor pembekuan disini sudah hampir habis, dan juga dapat terjadi
peningkatan kadar kalium, amonia, dan asam laktat.
3. Darah Simpan
Darah yang disimpan lebih dari 6 hari sampai 35 hari. Keuntungannya mudah
tersedia setiap saat, bahaya penularan lues dan sitomegalovirus hilang. Sedang
9

kerugiaannya ialah faktor pembekuan terutama faktor V dan VIII sudah habis.
Kemampuan transportasi oksigen oleh eritrosit menurun yang disebabkan karena
afinitas Hb terhadap oksigen yang tinggi, sehingga oksigen sukar dilepas ke
jaringan. Hal ini disebabkan oleh penurunan kadar 2,3 DPG. Kadar kalium,
amonia, dan asam laktat tinggi.

B. Sel darah merah (Packed red cell)


Eritrosit adalah komponen darah yang paling sering ditransfusikan.
Eritrosit diberikan untuk meningkatkan kapasitas oksigen dan mempertahankan
oksigenasi jaringan.1 Transfusi sel darah merah merupakan komponen pilihan
untuk mengobati anemia dengan tujuan utama adalah memperbaiki oksigenisasi
jaringan.2 Pada anemia akut, penurunan nilai Hb dibawah 6 g/dl atau kehilangan
darah dengan cepat >30% - 40% volume darah, maka umumnya pengobatan
terbaik adalah dengan transfusi sel darah merah(SDM). 2,3 Untuk menaikkan Hb
sebesar 1gr/dl diperlukan PRC 4ml/kg atau 1 unit dapat menaikkan kadar Ht
sebesar 3-5%. Pada anemia kronik seperti thalassemia atau anemia sel sabit,
transfusi SDM dimaksudkan untuk mencegah komplikasi akut maupun kronik.
SDM juga diindikasikan pada anemia kronik yang tidak responsive terhadap obat-
obatan farmakologik.6,1
Transfusi SDM pra-bedah perlu dipertimbangkan pada pasien yang akan
menjalani pembedahan segera (darurat), bila kadar Hb < 6g/dL>Ada juga yang
menyebutkan, jika kadar Hb <10gr/dl,>3 Transfusi tukar merupakan jenis
transfusi darah yang secara khusus dilakukan pada neonatus, dapat dilakukan
dengan darah lengkap segar, dapat pula dengan sel darah merah pekat(SDMP) /
mampat(SDMM).9,4
Transfusi tukar ini diindikasikan terutama pada neonatus dengan ABO
incompatibility atau hiperbilirubinemia yang tidak memberikan respon adekuat
dengan terapi sinar. Indikasi yang lebih jarang adalah DIC / pengeluaran toksin
seperti pada sepsis.8,9
Biasanya satu/dua volume darah diganti. 3 Faktor-faktor lain yang perlu
dipertimbangkan dalam memberikan transfusi selain kadar Hb adalah: (1)Gejala,
10

tanda, dan kapasitas vital dan fungsional penderita, (2)Ada atau tidaknya penyakit
kardiorespirasi atau susunan saraf pusat, (3)Penyebab dan antisipasi anemia,
(4)Ada atau tidaknya terapi alternatif lain. 1Pedoman untuk transfusi pada anak dan
remaja serupa dengan pada dewasa. Untuk neonatus, tidak ada indikasi transfusi
eritrosit yang jelas disepakati, biasanya, pada neonatus eritrosit diberikan untuk
mempertahankan Hb, berdasarkan status klinisnya4,3
Pilihan produk eritrosit untuk anak dan remaja adalah suspensi standar
eritrosit yang dipisahkan dari darah lengkap dengan pemusingan dan disimpan
dalam antikoagulan/medium pengawet pada nilai hematokrit kira-kira 60%. Dosis
biasa adalah 10 – 15 ml/Kg, tetapi volume transfusi sangat bervariasi, tergantung
pada keadaan klinis (misalnya perdarahan terus menerus atau hemolisis). Untuk
neonatus, produk pilihan adalah konsentrat PRC (Ht 70 – 90%) yang diinfuskan
perlahan-lahan (2 – 4 jam) dengan dosis kira-kira 15 ml/KgBB.5,7
Dibagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM Jakarta, dosis tranfusi
didasarkan atas makin anemis seorang resipien, maka sedikit jumlah darah yang
diberikan per et mal dalam suatu seri tranfusi darah dan makin lambat pula jumlah
tetesan yang diberikan, untuk menghindari komplikasi gagal jantung. Di bagian
Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM Jakarta, dosis yang dipergunakan untuk
menaikkan Hb adalah dengan menggunakan modifikais rumus empiris sebagai
berikut :
Bila yang digunakan sel darah merah pekat (packed red cells), maka
kebutuhannya adalah 2/3 dari darah lengkap, menjadi:
BB (kg) x 4 x (Hb diinginkan - Hb tercatat)
Untuk anemia yang bukan karena perdarahan, maka teknis pemberiannya
adalah dengan tetesan. Makin rendah Hb awal makin lambat tetesannya dan
makin sedikit volume sel darah merah yang diberikan. Jika menggunakan packed
red cells untuk anemia, lihat tabel 2.2
11

Tabel 2.2. Dosis PRC untuk transfusi

Packed red cell diperoleh dari pemisahan atau pengeluaran plasma secara
tertutup atau septik sedemikian rupa sehingga hematokrit menjadi 70-80%.
Volume tergantung kantong darah yang dipakai yaitu 150-300 ml. Suhu simpan
4°±2°C. Lama simpan darah 24 jam dengan sistem terbuka.3
Packed cells merupakan komponen yang terdiri dari eritrosit yang telah
dipekatkan dengan memisahkan komponen-komponen yang lain. Packed cells
banyak dipakai dalam pengobatan anemia terutama talasemia, anemia aplastik,
leukemia dan anemia karena keganasan lainnya. Pemberian transfusi bertujuan
untuk memperbaiki oksigenasi jaringan dan alat-alat tubuh. Biasanya tercapai bila
kadar Hb sudah di atas 8 g%.
Untuk menaikkan kadar Hb sebanyak 1 gr/dl diperlukan PRC 4 ml/kgBB
atau 1 unit dapat menaikkan kadar hematokrit 3-5 %. Diberikan selama 2 sampai
4 jam dengan kecepatan 1-2 mL/menit, dengan golongan darah ABO dan Rh yang
diketahui.
Rumus Kebutuhan darah (ml) :
3 x ∆Hb (Hb normal -Hb pasien) x BB
Ket :
-Hb normal : Hb yang diharapkan atau Hb normal
-Hb pasien : Hb pasien saat ini
Tujuan transfusi PRC adalah untuk menaikkan Hb pasien tanpa menaikkan
volume darah secara nyata. Keuntungan menggunakan PRC dibandingkan dengan
darah jenuh adalah:
12

1. Mengurangi kemungkinan penularan penyakit


2. Mengurangi kemungkinan reaksi imunologis
3. Volume darah yang diberikan lebih sedikit sehingga kemungkinan
overload berkurang
4. Komponen darah lainnya dapat diberikan pada pasien lain.
Indikasi pemberian packed red cells :
1. Kehilangan darah >20% dan volume darah lebih dari 1000 ml.
2. Hemoglobin <8 gr/dl.
3. Hemoglobin <10 gr/dl dengan penyakit-penyakit utama : (misalnya
empisema, atau penyakit jantung iskemik)
4. Hemoglobin <12 gr/dl dan tergantung pada ventilator.
Dapat disebutkan bahwa :
Hb sekitar 5 adalah CRITICAL, Hb sekitar 8 adalah TOLERABLE, dan Hb
sekitar 10 adalah OPTIMAL. Transfusi mulai diberikan pada saat Hb CRITICAL
dan dihentikan setelah mencapai batas TOLERABLE atau OPTIMAL.
Jenis Packed Red Cells :
1. Frozen Wash Concentrated Red Blood Cells (Sel Darah Merah Pekat Beku
yang Dicuci)
Diberikan untuk penderita yang mempunyai antibodi terhadap sel darah
merah yang menetap.
2. Washed red cell
Washed red cell diperoleh dengan mencuci packed red cell 2-3 kali dengan
saline, sisa plasma terbuang habis. Berguna untuk penderita yang tak bisa
diberi human plasma. Kelemahan washed red cell yaitu bahaya infeksi
sekunder yang terjadi selama proses serta masa simpan yang pendek (4-6
jam). Washed red cell dipakai dalam pengobatan aquired hemolytic anemia
dan exchange transfusion.3 Untuk penderita yang alergi terhadap protein
plasma
3. Darah merah pekat miskin leukosit
Kandungan utama eritrosit, suhu simpan 4°±2°C, berguna untuk
meningkatkan jumlah eritrosit pada pasien yang sering memerlukan
13

transfusi. Manfaat komponen darah ini untuk mengurangi reaksi panas dan
alergi.6

C. White Blood Cells (WBC atau leukosit)


Komponen ini terdiri dari darah lengkap dengan isi seperti PRC, plasma
dihilangkan 80 % , biasanya tersedia dalam volume 150 ml. Dalam pemberian
perlu diketahui golongan darah ABO dan sistem Rh. Apabila diresepkan berikan
dipenhidramin. Berikan antipiretik, karena komponen ini bisa menyebabkan
demam dan dingin. Untuk pencegahan infeksi, berikan transfusi dan disambung
dengan antibiotik.
Indikasi Pemberian WBC :
Pasien sepsis yang tidak berespon dengan antibiotik (khususnya untuk
pasien dengan kultur darah positif, demam persisten /38,3° C dan
granulositopenia).

D. Suspensi trombosit
Pemberian trombosit seringkali diperlukan pada kasus perdarahan yang
disebabkan oleh kekurangan trombosit. Pemberian trombosit yang berulang-ulang
dapat menyebabkan pembentukan thrombocyte antibody pada penderita. (3)
Transfusi trombosit terbukti bermanfaat menghentikan perdarahan karena
trombositopenia. Komponen trombosit mempunyai masa simpan sampai dengan 3
hari.2
Transfusi trombosit harus diberikan kepada penderita dengan angka
trombosit <50x109/L, jika ada perdarahan atau direncanakan untuk mengalami
prosedur invasif. Penelitian pada penderita trombositopenia dengan gagal sumsum
tulang menunjukkan bahwa perdarahan spontan meningkat tajam jika trombosit
turun menjadi <20>9/L. Dengan alasan ini maka banyak dokter anak
menganjurkan transfusi trombosit profilaksis untuk mempertahankan trombosit
>20 x109/L pada anak dengan trombositopenia karena gagal sumsum tulang.
Pemberian komponen ini sebagai profilaksis pada pasien tanpa perdarahan
terutama menjadi kontroversi bidang onkologi pediatric. Angka tersebut juga
menimbulkan kontroversi karena banyak ahli memilih transfusi pada batas 5-
14

10x109/L untuk penderita tanpa komplikasi. Meskipun demikian, transfusi dengan


komponen ini mutlak diperlukan oleh pasien leukemia akut yang sedang
menjalani kemoterapi, dan mengalami trombositopenia berat (trombosit <>2 ,
dengan perkiraan setiap unit trombosit akan dapat meningkatkan jumlah trombosit
sebesar 10.000/m2. 1,2,3
Indikasi pemberian komponen trombosit ialah :
1. Setiap perdarahan spontan atau suatu operasi besar dengan jumlah
trombositnya kurang dari 50.000/mm3. Misalnya perdarahan pada
trombocytopenic purpura, leukemia, anemia aplastik, demam berdarah,
DIC dan aplasia sumsum tulang karena pemberian sitostatika terhadap
tumor ganas.
2. Splenektomi pada hipersplenisme penderita talasemia maupun hipertensi
portal juga memerlukan pemberian suspensi trombosit prabedah.
Rumus Transfusi Trombosit
BB x 1/13 x 0.3

Jenis sediaan suspensi trombosit :


1. Platelet Rich Plasma (plasma kaya trombosit)
Platelet Rich Plasma dibuat dengan cara pemisahan plasma dari darah
segar. Penyimpanan 34°C sebaiknya 24 jam.
2. Platelet Concentrate (trombosit pekat)
Kandungan utama yaitu trombosit, volume 50 ml dengan suhu simpan
20°±2°C. Berguna untuk meningkatkan jumlah trombosit. Peningkatan
post transfusi pada dewasa rata-rata 5.000-10.000/ul. Efek samping berupa
urtikaria, menggigil, demam, alloimunisasi Antigen trombosit donor. 6
Dibuat dengan cara melakukan pemusingan (centrifugasi) lagi pada
Platelet Rich Plasma, sehingga diperoleh endapan yang merupakan pletelet
concentrate dan kemudian memisahkannya dari plasma yang diatas yang
berupa Platelet Poor Plasma. Masa simpan ± 48-72 jam.3

E. Plasma
15

Plasma darah bermanfaat untuk memperbaiki volume dari sirkulasi darah


(hypovolemia, luka bakar), menggantikan protein yang terbuang seperti albumin
pada nephrotic syndrom dan cirhosis hepatis, menggantikan dan memperbaiki
jumlah faktor-faktor tertentu dari plasma seperti globulin.3
Jenis sediaan plasma adalah:
1. Plasma cair
Diperoleh dengan memisahkan plasma dari whole blood pada pembuatan
packed red cell.
2. Plasma kering (lyoplylized plasma)
Diperoleh dengan mengeringkan plasma beku dan lebih tahan lama (3
tahun).

F. Fresh Frozen Plasma


Plasma segar beku adalah bagian cair dari darah lengkap yang dipisahkan
kemudian dibekukan dalam waktu 8 jam setelah pengambilan darah. Hingga
sekarang, komponen ini masih diberikan untuk defisiensi berbagai factor
pembekuan. (Bila ada/ tersedia, harus diberikan faktor pembekuan yang spesifik
sesuai dengan defisiensinya).3,4
Dibuat dengan cara pemisahan plasma dari darah segar dan langsung
dibekukan pada suhu -60°C. Pemakaian yang paling baik untuk menghentikan
perdarahan (hemostasis).3
Plasma beku segar ditransfusikan untuk mengganti kekurangan protein
plasma yang secara klinis nyata, dan defisiensi faktor pembekuan II, V, VII, X dan
XI. Kebutuhan akan plasma beku segar bervariasi menurut faktor spesifik yang
akan diganti.3,6
Kandungan utama berupa plasma dan faktor pembekuan, dengan volume
150-220 ml. Suhu simpan -18°C atau lebih rendah dengan lama simpan 1 tahun.
Berguna untuk meningkatkan faktor pembekuan bila faktor pembekuan
pekat/kriopresipitat tidak ada. Ditransfusikan dalam waktu 6 jam setelah
dicairkan. Fresh frozen plasma (FFP) mengandung semua protein plasma (faktor
pembekuan), terutama faktor V dan VII. FFP biasa diberikan setelah transfusi
16

darah masif, setelah terapi warfarin dan koagulopati pada penyakit hepar. Setiap
unit FFP biasanya dapat menaikan masing-masing kadar faktor pembekuan
sebesar 2-3% pada orang dewasa. Sama dengan PRC, saat hendak diberikan pada
pasien perlu dihangatkan terlebih dahulu sesuai suhu tubuh.
Komponen ini dapat diberikan pada trauma dengan perdarahan hebat atau
renjatan (syok), penyakit hati berat, imunodefisiensi tanpa ketersediaan preparat
khusus, dan pada bayi dengan enteropati disertai kehilangan protein (protein
losing enteropathy). Meskipun demikian, penggunaan komponen ini sekarang
semakin berkurang. Dan bila diperlukan, maka dosisnya 20-40 ml/ kgBB/hari.
Pemberian dilakukan secara cepat, pada pemberian FFP dalam jumlah
besar diperlukan koreksi adanya hypokalsemia, karena asam sitrat dalam FFP
mengikat kalsium. Perlu dilakukan pencocokan golongan darah ABO dan system
Rh. Efek samping berupa urtikaria, menggigil, demam, hipervolemia.
Rumus pemberian fresh frozen plasma :

Indikasi pemberian FFP :


1. Mengganti defisiensi faktor IX (hemofilia B)
2. Neutralisasi hemostasis setelah terapi warfarin bila terdapat perdarahan
yang mengancam nyawa.
3. Adanya perdarahan dengan parameter koagulasi yang abnormal setelah
transfusi massif
4. Pasien dengan penyakit hati dan mengalami defisiensi faktor pembekuan
Indikasi lain transfusi plasma beku segar adalah sebagai cairan pengganti selama
penggantian plasma pada penderita dengan purpura trombotik trombositopenik
atau keadaan lain dimana plasma beku segar diharapkan bermanfaat, misalnya
tukar plasma pada penderita dengan perdarahan dan koagulopati berat. Transfusi
plasma beku segar tidak lagi dianjurkan untuk penderita dengan hemofilia A atau
17

B yang berat, karena sudah tersedia konsentrat faktor VIII dan IX yang lebih
aman. Plasma beku segar tidak dianjurkan untuk koreksi hipovolemia atau sebagai
terapi pengganti imunoglobulin karena ada alternatif yang lebih aman, seperti
larutan albumin atau imunoglobulin intravena.1Pada neonatus, transfusi plasma
beku segar memerlukan pertimbangan khusus. Indikasi transfusi plasma beku
segar untuk neonatus meliputi: (1)Mengembalikan kadar eritrosit agar mirip darah
lengkap untuk kepentingan transfusi masif, misalnya pada transfusi tukar atau
bedah jantung; (2)Perdarahan akibat defisiensi vitamin K; (3)Koagulasi
intravaskuler diseminata (DIC) dengan perdarahan; (4)Perdarahan pada defisiensi
faktor koagulasi kongenital bila terapi yang lebih spesifik tidak tersedia atau tidak
memadai.6,8

G. Cryopresipitate
Komponen utama yang terdapat di dalamnya adalah faktor VIII, faktor
pembekuan XIII, faktor Von Willbrand, fibrinogen. Penggunaannya ialah untuk
menghentikan perdarahan karena kurangnya faktor VIII di dalam darah penderita
hemofili A.
Cara pemberian ialah dengan menyuntikkan intravena langsung, tidak
melalui tetesan infus, pemberian segera setelah komponen mencair, sebab
komponen ini tidak tahan pada suhu kamar. 2
Suhu simpan -18°C atau lebih rendah dengan lama simpan 1 tahun,
ditransfusikan dalam waktu 6 jam setelah dicairkan. Efek samping berupa demam,
alergi. Satu kantong (30 ml) mengandung 75-80 unit faktor VIII, 150-200 mg
fibrinogen, faktor von wilebrand, faktor XIII
Indikasi pemberian cryopresipitate :
1. Hemophilia A
2. Perdarahan akibat gangguan faktor koagulasi
3. Penyakit von wilebrand
Rumus Kebutuhan Cryopresipitate :
0.5x ∆Hb (Hb normal -Hb pasien) x BB
18

H. Albumin
Albumin merupakan protein plasma yang dapat diperoleh dengan cara
fraksionisasi Cohn. Larutan 5% albumin bersifat isoosmotik dengan plasma, dan
dapat segera meningkatkan volume darah. Komponen ini digunakan juga untuk
hipoproteinemia (terutama hipoalbuminemia), luka bakar hebat, pancreatitis, dan
neonatus dengan hiperbilirubinemia. Dosis disesuaikan dengan kebutuhan, misal
pada neonatus hiperbilirubinemia perlu 1-3g/kgBB dalam bentuk larutan albumin
5%.6,7
Albumin dibuat dari plasma, setelah gamma globulin, AHF dan fibrinogen
dipisahkan dari plasma. Kemurnian 96-98%. Dalam pemakaian diencerkan
sampai menjadi cairan 5% atau 20% 100 ml albumin 20% mempunyai tekanan
osmotik sama dengan 400 ml plasma biasa
Rumus Kebutuhan Albumin :
∆ albumin x BB x 0.8

I. Konsentrat factor VIII (factor anti hemofilia A)


Komponen ini merupakan preparat kering yang mengandung konsentrat
factor VIII, prokoagulan, yang diperoleh dari kumpulan (pooled) plasma dari
sekitar 2000-30.000 donor. Hasil dimurnikan dengan teknik monoclonal, dan
dilakukan penonaktifan virus melalui misalnya pemanasan (heattreated).
Pengemasan dalam botol berisi 250 dan 1.000 unit. Dosis pemberian sama dengan
kriopresipitat.1,4

J. Kompleks factor IX
Komponen ini disebut juga kompleks protrombin, mengandung faktor
pembekuan yang tergantung vitamin K, yang disintesis di hati, seperti factor VII,
IX, X, serta protrombin. Sebagian ada pula yang mengandung protein C.
Komponen ini biasanya digunakan untuk pengobatan hemofilia B. Kadang
diberikan pada hemofilia yang mengandung inhibitor factor VIII dan pada
beberapa kasus defisiensi factor VII dan X. Dosis yang dianjurkan adalah 80-100
unit/kgBB setiap 24 jam.2,3
19

K. Imunoglobulin
Komponen ini merupakan konsentrat larutan materi zat anti dari plasma,
dan yang baku diperoleh dari kumpulan sejumlah besar plasma. Komponen yang
hiperimun didapat dari donor dengan titer tinggi terhadap penyakit seperti
varisela, rubella, hepatitisB, atau rhesus. Biasanya diberikan untuk mengatasi
imunodefisiensi, pengobatan infeksi virus tertentu, atau infeksi bakteri yang tidak
dapat diatasi hanya dengan antibiotika dan lain-lain. Dosis yang digunakan adalah
1-3 ml/kgBB.8,9

2.4. Komplikasi Transfusi Darah


1. Reaksi transfusi darah secara umum
Tidak semua reaksi transfusi dapat dicegah. Ada langkah-langkah tertentu
yang perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya reaksi transfusi, walaupun
demikian tetap diperlukan kewaspadaan dan kesiapan untuk mengatasi setiap
reaksi transfusi yang mungkin terjadi. Ada beberapa jenis reaksi transfusi dan
gejalanya bermacam-macam serta dapat saling tumpang tindih. Oleh karena itu,
apabila terjadi reaksi transfusi, maka langkah umum yang pertama kali dilakukan
adalah menghentikan transfusi, tetap memasang infus untuk pemberian cairan
NaCl 0,9% dan segera memberitahu dokter jaga dan bank darah.6,9

2. Reaksi Transfusi Hemolitik Akut


Reaksi transfusi hemolitik akut (RTHA) terjadi hampir selalu karena
ketidakcocokan golongan darah ABO (antibodi jenis IgM yang beredar) dan
sekitar 90%-nya terjadi karena kesalahan dalam mencatat identifikasi pasien atau
unit darah yang akan diberikan.2,3
Gejala dan tanda yang dapat timbul pada RTHA adalah demam dengan
atau tanpa menggigil, mual, sakit punggung atau dada, sesak napas, urine
berkurang, hemoglobinuria, dan hipotensi. Pada keadaan yang lebih berat dapat
terjadi renjatan (shock), koagulasi intravaskuler diseminata (KID), dan/atau gagal
ginjal akut yang dapat berakibat kematian.2,3
Untuk mengatasi hal tersebut perlu dilakukan tindakan sebagai berikut:
20

1. meningkatkan perfusi ginjal


2. mempertahankan volume intravaskuler
3. mencegah timbulnya DIC.2,3
3. Reaksi Transfusi Hemolitik Lambat
Reaksi transfusi hemolitik lambat (RTHL) biasanya disebabkan oleh
adanya antibodi yang beredar yang tidak dapat dideteksi sebelum transfusi
dilakukan karena titernya rendah. Reaksi yang lambat menunjukkan adanya
selang waktu untuk meningkatkan produksi antibodi tersebut. Hemolisis yang
terjadi biasanya ekstravaskuler.2,9
Gejala dan tanda yang dapat timbul pada RTHL adalah demam, pucat,
ikterus, dan kadang-kadang hemoglobinuria. Biasanya tidak terjadi hal yang perlu
dikhawatirkan karena hemolisis berjalan lambat dan terjadi ekstravaskuler, tetapi
dapat pula terjadi seperti pada RTHA. Apabila gejalanya ringan, biasanya tanpa
pengobatan. Bila terjadi hipotensi, renjatan, dan gagal ginjal, penatalaksanaannya
sama seperti pada RTHA.6,9

4. Reaksi Transfusi Non-Hemolitik


a. Demam
Demam merupakn lebih dari 90% gejala reaksi transfusi. Umumnya ringan
dan hilang dengan sendirinya. Dapat terjadi karena antibodi resipien bereaksi
dengan leukosit donor. Demam timbul akibat aktivasi komplemen dan lisisnya
sebagian sel dengan melepaskan pirogen endogen yang kemudian merangsang
sintesis prostaglandin dan pelepasan serotonin dalam hipotalamus. Dapat pula
terjadi demam akibat peranan sitokin (IL-1b dan IL-6). Umumnya reaksi demam
tergolong ringan dan akan hilang dengan sendirinya.
b. Reaksi alergi
Reaksi alergi (urtikaria) merupakan bentuk yang paling sering muncul,
yang tidak disertai gejala lainnya. Bila hal ini terjadi, tidak perlu sampai harus
menghentikan transfusi. Reaksi alergi ini diduga terjadi akibat adanya bahan
terlarut di dalam plasma donor yang bereaksi dengan antibodi IgE resipien di
permukaan sel-sel mast dan eosinofil, dan menyebabkan pelepasan histamin.
Reaksi alergi ini tidak berbahaya, tetapi mengakibatkan rasa tidak nyaman dan
21

menimbulkan ketakutan pada pasien sehingga dapat menunda transfusi.


Pemberian antihistamin dapat menghentikan reaksi tersebut.
c. Reaksi anafilaktik
Reaksi yang berat ini dapat mengancam jiwa, terutama bila timbul pada
pasien dengan defisiensi antibodi IgA atau yang mempunyai IgG anti IgA dengan
titer tinggi. Reaksinya terjadi dengan cepat, hanya beberapa menit setelah
transfusi dimulai. Aktivasi komplemen dan mediator kimia lainnya meningkatkan
permeabilitas vaskuler dan konstriksi otot polos terutama pada saluran napas yang
dapat berakibat fatal. Gejala dan tanda reaksi anafilaktik biasanya adalah
angioedema, muka merah (flushing), urtikaria, gawat pernapasan, hipotensi, dan
renjatan.
Penatalaksanaannya adalah :
1. menghentikan transfusi dengan segera
2. tetap infus dengan NaCl 0,9% atau kristaloid
3. berikan antihistamin dan epinefrin.
Pemberian dopamin dan kortikosteroid perlu dipertimbangkan. Apabila
terjadi hipoksia, berikan oksigen dengan kateter hidung atau masker atau bila
perlu melalui intubasi.2,3

4. Komplikasi dari transfusi massif


Transfusi massif adalah transfusi sejumlah darah yang telah disimpan,
dengan volume darah yang lebih besar daripada volume darah resipien dalam
waktu 24 jam. Pada keadaan ini dapat terjadi hipotermia bila darah yang
digunakan tidak dihangatkan, hiperkalemia, hipokalsemia dan kelainan koagulasi
karena terjadi pengenceran dari trombosit dan faktor-faktor pembekuan.
Penggunaan darah simpan dalam waktu yang lama akan menyebabkan terjadinya
beberapa komplikasi diantaranya adalah kelainan jantung, asidosis, kegagalan
hemostatik, acute lung injury.3,5,11
a. Transfusion-associated circulatory overload (TACO)
Transfusion-associated circulatory overload (TACO) dikarakteristikkan
dengan adanya 4 dari 5 gejala yaitu distres pernapasan akut, takikardia, hipertensi
relatif, edema pulmoner natriuretik, dan keseimbangan cairan positif. 10,11 TACO
22

biasanya terjadi dalam waktu 6 hingga 24 jam sejak awal transfusi atau 1-2 jam
setelah transfusi selesai. Pemeriksaan x-ray dada menunjukkan edema interstisial,
kemungkinan berkaitan dengan kardiomegali, merefleksikan patofisiologi dari
gagal jantung akut. TACO dapat terjadi pada transfusi masif atau transfusi cepat
(rapid transfusion).
Kejadian TACO dapat dihindari dengan asesmen pre-transfusi yang baik
mengenai keadaan gagal jantung, gangguan fungsi ginjal, hipoalbumin, dan
kelebihan cairan. Dalam keadaan normal kelebihan cairan atau sirkulasi yang
overload akibat transfusi dapat ditoleransi oleh tubuh. Namun pada pasien yang
memiliki gangguan keseimbangan cairan, terutama cairan paru, seperti pada orang
tua dan anak-anak, risiko mengalami TACO lebih tinggi. Hal tersebut terjadi
terutama jika produk darah diberikan dalam bentuk unit dibanding dengan
perhitungan pemberian menggunakan mililiter per kilogram.
Terapi pada TACO adalah dengan memposisikan pasien dalam keadaan
duduk, menggunakan alat bantu kardiorespirator, furosemid 80 mg IV dan pantau
urine output.
b. Transfusion-related Acute Lung Injury (TRALI)
TRALI merupakan reaksi transfusi yang berbahaya dan sering
menyebabkan ancaman kematian, terjadi dalam waktu 6 jam sejak awal transfusi.
Reaksi ini terjadi pada 1:5000 populasi yang mendapatkan transfusi general, dan
insidensinya meningkat pada transfusi masif.11 TRALI dikarakteristikkan oleh
adanya edema paru non kardiogenik, hipoksemia, dan distres pernapasan pada
daerah temporal yang berkaitan dengan transfusi darah. Selain itu karakteristik
lain yang sering muncul adalah sianosis, hipotensi, dan demam.
Terapi pada TRALI lebih bersifat suportif dan acute lung injury (ALI)
biasanya dapat sembuh dengan cepat, dimana infiltrasi paru dapat hilang dalam
waktu 96 jam. Terapi suportif pada TRALI terdiri dari ventilator, restriksi cairan
derajat sedang (tidak ada indikasi penggunaan diuretik kecuali suspek TACO).
Reaksi TRALI dan TACO ini dapat dicegah dengan asesmen pre-transfusi
yang baik. Selain itu diperlukan pemantauan pada tingkat transfusi, tekanan arteri,
saturasi oksigen, tingkat pernapasan, dan keseimbangan cairan selama transfusi.
23

TACO dan TRALI sulit dibedakan dan dapat terjadi bersamaan. Berikut
adalah tabel mengenai perbedaan beberapa parameter yang ditemukan pada
TRALI dan TACO.
Tabel 2.3. Perbedaan parameter pada TRALI dan TACO
Parameter TRALI TACO
Temuan klinis
Temperatur tubuh Demam mungkin Tidak ada perubahan
ditemukan
Tekanan darah Hipotensi Hipertensi, tekanan sistolik
post-transfusi meningkat
>30mmHg
Nadi +/- Takikardi
Pernapasan Dispneu akut Dispneu akut
Vena pada leher Tidak ada perubahan Distensi (+/-)
Auskultasi paru (jantung) Crackles Crackles, rales (S3 gallop
+/-)
Keseimbangan cairan +/- Positif
Respon pada pemberian Minimal, kadang Signifikan
diuretik mengalami perburukan
Temuan tambahan
Chest radiograph Infiltrat bilateral baru Infiltrat bilateral (sentral)
baru, pembesaran siluet
kardiak, Kerley’s B line
Echocardiography Normal atau penurunan Penurunan fraksi ejeksi
fraksi ejeksi
Pulmonary artery occlusion <18mmHg >18mmHg
pressure
Central venous pressure Normal/tidak ada Meningkat
perubahan
Edema fluid Eksudat Transudat
Temuan laboratorium
WBC Leukopenia transien (+/-) Tidak ada perubahan
BNP <100-200 pg/ml >500-1200 pg/ml
24

5. Penularan penyakit Infeksi


a. Hepatitis virus
Penularan virus hepatitis merupakan salah satu bahaya/ resiko besar pada
transfusi darah. Diperkirakan 5-10 % resipien transfusi darah menunjukkan
kenaikan kadar enzim transaminase, yang merupakan bukti infeksi virus hepatitis.
Sekitar 90% kejadian hepatitis pasca transfusi disebabkan oleh virus hepatitis non
A non B. Meski sekarang ini sebagian besar hepatitis pasca transfusi ini dapat
dicegah melalui seleksi donor yang baik dan ketat, serta penapisan virus hepatitis
B dan C, kasus tertular masih tetap terjadi. Perkiraan resiko penularan hepatitis B
sekitar 1 dari 200.000 dan hepatitis C lebih besar yaitu sekitar 1:10.000. 2,3
b. AIDS (Acquired Immune Deficiency syndrome)
Penularan retrovirus HIV telah diketahui dapat terjadi melalui transfusi
darah, yaitu dengan rasio 1:670.000, meski telah diupayakan penyaringan donor
yang baik dan ketat.
c. Infeksi CMV
Penularan CMV terutama berbahaya bagi neonatus yang lahir premature
atau pasien dengan imunodefisiensi. Biasanya virus ini menetap di leukosit danor,
hingga penyingkiran leukosit merupakan cara efektif mencegah atau mengurangi
kemungkinan infeksi virus ini. Transfusi sel darah merah rendah leukosit
merupakan hal terbaik mencegah CMV ini.2,3
d. Penyakit infeksi lain yang jarang
Beberapa penyakit walaupun jarang, dapat juga ditularkan melalui
transfusi adalah malaria, toxoplasmosis, HTLV-1, mononucleosis infeksiosa,
penyakit chagas (disebabkan oleh trypanosoma cruzi), dan penyakit CJD
(Creutzfeldt Jakob Disease).
Pencemaran oleh bakteri juga mungkin terjadi saat pengumpulan darah
yang akan ditransfusikan. Pasien yang terinfeksi ini dapat mengalami reaksi
transfusi akut, bahkan sampai mungkin renjatan. Keadaan ini perlu ditangani
seperti pada RTHA ditambah dengan pemberian antibiotic yang adekuat.
25

You might also like